Oleh :
TIARA ANNISA
NIM 1601268
NIM : 1601268
Mengetahui
ABSTRAK
Buah sawo mentega memiliki kandungan yang kaya akan serat, zat tepung, mineral,
kalsium, fosfor, karoten, thiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C. Sawo mentega unggul
dalam kandungan karbohidrat dan proteinnya. Sehingga, salah satu diversifikasi pangan yang
dapat diaplikasikan dari sawo mentega yaitu produk roti. Penelitian ini berujuan untuk
mengetahui pengaruh substitusi tepung sawo mentega terhadap roti tawar dan mengetahui
substitusi tepung sawo mentega yang tepat dengan karakteristik yang baik yang disukai
panelis. Perlakuan yang digunakan yaitu dengan substitusi tepung sawo mentega pada roti
tawar dengan perlakuan persentase tepung sawo mentega sebesar 0%, 5:95, 10:90, 15:85,
20:80. Pengujian yang terdiri dari pengujian utama yaitu pengujian organoleptik berupa
pengujian warna kulit, warna dalam, aroma, keseragaman pori, keempukan, keremahan, rasa,
dan kenampakan keseluruhan dan pengujian penunjang yaitu pengujian fisik yang terfdiri dari
pengujian warna dan tekstur juga pengujian kimia yang terdiri dari pengujian kadar air, abu,
protein, lemak, karbohidrat, karoten, vitamin C, dan garam. Pada hasil pengujian, substitusi
tepung sawo mentega berpengaruh nyata terhadap warna dalam dan aroma roti tawar tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap warna kulit, keseragaman pori, keempukan, keremahan,
rasa, dan kenampakan keseluruhan. Roti tawar substitusi tepung sawo mentega substitusi
15:85 lebih disukai oleh panelis daripada roti tawar substitusi tepung sawo mentega substitusi
5:95, 10:90, dan 20:80.
Kata Kunci : Roti Tawar, Substitusi, Sawo mentega, Tepung
ABSTRACT
Sawo mentega fruit contains rich in fiber, starch, minerals, calcium, phosphorus,
carotene, thiamin, riboflavin, niacin, and vitamin C. Sawo mentega fruit butter is superior in
content of carbohydrates and protein.This study aims to determine the effect of substitution of
sapodilla fruit butter on white bread with panelists preferred characteristics. The treatment
used is by substitution of brown flour butter on white bread with brown butter treatment flour
percentage of 0%, 5:95, 10:90, 15:85, 20:80. The testing consists of a main testing testing
testing organoleptik be skin color, color, aroma, uniformity of pore, padded, crumbs, taste, and
appearance of both whole and ancillary testing i.e. physical testing which consists of testing
the color and texture are also testing the chemistry which consists of testing moisture content,
ash, protein, fat, carbohydrates, carotene, vitamin C, and salt. In the results, sawo mentega’s
flour concentration significantly affected the color and aroma of white bread but did not
significantly affect skin color, pore uniformity, tenderness, weakness, taste, and overall
appearance. Substituted white bread with 15:85 concentration is preferred by panelists than
white bread substitution with sawo mentega 5:95, 10:90, and 20:80 substitution.
Keywords : Bread, substitution of Sawo, butter, flour
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 2
Karakteristik Roti Tawar
PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu aspek kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar
disamping sandang dan papan. Seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan, status
sosial ekonomi, dan perubahan gaya hidup masyarakat, maka kesadaran pola hidup sehat
masyarakat serta kepedulian akan kesehatan meningkat. Hal ini menyebabkan permintaan
konsumen atas pangan fungsional menjadi makin meningkat. Pangan fungsional merupakan
pangan yang tidak hanya memberikan zat gizi, tetapi juga memberikan asupan zat-zat non
gizi yang penting untuk kesehatan dan kebugaran. Secara umum pangan fungsional
mengandung komponen yang aktif secara biologis dengan menawarkan manfaat lebih untuk
meningkatkan kesehatan dan mengurangi resiko terkena penyakit (Aristya, 2013).
Roti adalah produk makanan yang terbentuk dari fermentasi terigu dengan
menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau bahan pengembang lainnya yang
kemudian dipanggang (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Roti khususnya roti tawar menjadi
salah satu pangan olahan dari terigu yang banyak dikonsumsi masyarakat. Terlebih, dewasa
ini masyarakat memiliki banyak tuntutan hidup yang menyebabkan tingkat kesukaan pada
makanan yang praktis namun dapat mengenyangkan dan bernilai gizi tinggi yang bias
didapatkan dengan mengkonsumsi roti. Tingginya konsumsi roti baik itu sebagai panganan
sarapan pagi, maupun sebagai camilan, menyebabkan kebutuhan terigu sebagai bahan
utama pembuat roti ikut meningkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan terigu yang merupakan
produk impor makin tinggi pula (Putu dkk., 2012).
Konsumsi terigu yang makin meningkat ini perlu diupayakan dengan suatu alternatif
untuk mengurangi pemakaian terigu dalam pembuatan roti khususnya roti tawar. Salah satu
alternatif untuk mengurangi pemakaian terigu dalam pengolahan roti tawar adalah dengan
menggunakan komoditas lain yang diperoleh dari daerah setempat dan memiliki komposisi
gizi yang tidak jauh berbeda akan tetapi memiliki harga yang sebanding. Salah satu bahan
alternatif yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkan buah sawo mentega (Putu dkk.,
2012).
Sawo mentega merupakan salah satu jenis buah yang belum mendapatkan perhatian
khusus di Indonesia. Sawo mentega atau campoleh (Pouteria campechiana) ini merupakan
buah sejenis sawo yang sering disebut Sawo Mentega, Sawo Ubi, atau Kanistel. Buah Sawo
mentega dilaporkan sebagai bahan pangan yang kaya karotenoid dan berperan sebagai
antioksidan maupun hepatoprotektif (Kubola dkk., 2010; Aseervatham dkk., 2013). Buah sawo
mentega memiliki kandungan serat, pati, kalsium, fosfor, karotenoid, thiamin, riboflavin, niasin,
Tiara Annisa, dkk
vitamin A dan vitamin C, juga mengandung senyawa antioksidan polifenol yaitu asam galat,
gallokatekin, katekin, epikatekin, dihidromirisetin, katekin-3-O-galat dan mirisitrin (de
Lanerolle dkk., 2008 ; Elsayed dkk., 2016). Komponen sterol dan triterpen dari buah Sawo
mentega diketahui juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa dan kapangCandida albicans, Trichophyton mentagrophytes
(Ragasa dkk., 2011). Keberadaan senyawa tersebut membuat Sawo mentega berpotensi
sebagai alternatif bahan pangan fungsional. Tanaman ini tidak mengenal musim, artinya
berbuah sepanjang musim, musim hujan atau kemarau saja berbuah, tetapi pemanfaatan
buah ini masih terbatas yaitu hanya mencapai kurang lebih 10.000 ton/tahun yang sebagian
besar diolah menjadi sirup buah sawo mentega dan kurangnya minat masyarakat terhadap
diversifikasi produk dari bahan olahan buah sawo mentega (Dede, dalam Susilawati 2016).
Salah satu hasil pengolahan sawo mentega yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah tepung sawo mentega. Pertimbangan buah sawo mentega untuk
dijadikan tepung dikarenakan kandungan patinya yang tinggi, kandungan karbohidrat, dan
kandungan proteinnya unggul sehingga dirasa tepat salah satu diversifikasi pangan roti tawar
tepung sawo mentega. Pengolahan bahan pangan menjadi tepung adalah cara untuk
mengawetkan bahan pangan segar sehingga lebih tahan lama, mudah dikemas,
memudahkan dalam penyimpanan dan pendistribusian, serta dapat digunakan untuk berbagai
keperluan pengolahan. Disamping itu pengolahan buah sawo mentega dalam bentuk tepung
dapat mempertahankan sifat fungsional, mengamankan hasil panen yang melimpah dan
sebagai diversifikasi produk, sehingga memperluas penggunaan dan pemasarannya.
METODE PENELITIAN
1. Alat
Alat untuk membuat roti tawar terdiri dari pisau, gelas ukur, saringan tepung, rak
kawat, loyang roti tawar, baskom, timbangan, roller, grinder, talenan, cawan porselen
bertutup (krus), neraca analitik, oven, spatula, mixer roti, proofer, oven gas.
Alat untuk menganalisis roti tawar terdiri dari mortar, pisau, tanur, krustang, desikator,
lemari asam, kompor listrik, corong kaca, bunsen, labu penghisap, gelas piala, pompa
vakum, erlenmeyer, kertas saring, indicator, kapas, kromatografi dan LFRA.
2. Bahan
Bahan untuk membuat roti tawar terdiri dari tepung sawo mentega, tepung terigu cakra
kembar, air es, gula pasir, mentega putih, susu bubuk, ragi instan, dan garam.
Bahan untuk menganalisis roti tawar terdiri dari H2SO4 0,3N, NaOH 1,5 N, aseton,
akuades, potassium kromat, dan larutan nitrat 0,01 N.
Metode Penelitian
Prosedur Penelitian
Sawo Mentega
Pencucian
Pengupasan
Pemotongan
Penghancuran
Pengayakan
Tabel 3. Formulasi Bahan Pembuatan Roti Tawar Tepung Campoleh dan tepung Terigu
Substitusi Tepung Sawo Mentega : Tepung Terigu
Bahan
0% 5:95 10:90 15:85 20:80
Tepung Terigu (g) 200 190 180 170 160
Tepung Sawo Mentega (g) 0 10 20 30 40
Ragi (g) 3 3 3 3 3
Gula Pasir (g) 10 10 10 10 10
Susu Bubuk (g) 4 4 4 4 4
Garam (g) 3 3 3 3 3
Mentega Putih (g) 8 8 8 8 8
Air (ml) 120 112 111 110 109
Penimbangan
Pencampuran
bahan
Pengempisan adonan
A. Penimbangan
Timbang bahan-bahan yang sudah disiapkan yaitu tepung terigu 100%
sebanyak 250 g, gula pasir 5:95 sebanyak 12,5 g, mentega putih 4% sebanyak 10 g,
susu bubuk 2% sebanyak 5 g, ragi instan 1,5:95 sebanyak 3,75 g, garam 1,5:95
sebanyak 3,75 g, air es 62% sebanyak 155ml.
B. Pencampuran bahan
Campurkan tepung terigu, ragi, gula pasir, susu bubuk yang sudah ditimbang.
Setelah itu, tambahkan air sedikit demi sedikit hingga tercampur rata. Masukkan
mentega putih dan garam, lalu aduk kembali hingga adonan kalis.
C. Fermentasi 1
Fermentasi dilakukan dengan mendiamkan adonan selama 10 menit dalam
kondisi kedap udara dengan plastic wrap, lalu bentuk bulat-bulat. Setelah itu, adonan
didiamkan lagi dalan mesin proofer selama 15 menit.
D. Pengempisan
Adonan yang telah difermentasi dikempiskan dengan cara digiling/digilas.
Pengempisan ini bertujuan agar pori-pori yang dihasilkan pada produk akhir tidak
kasar. Setelah digiling, adonan dibagi menjadi dua dan ditimbang, lalu dibentuk bulat-
bulat.
E. Fermentasi 2
Fermentasi 2 dilakukan dengan mendiamkan adonan selama 15 menit.
Siapkan loyang berukuran 10x10x10 yang sudah diolesi mentega. Setelah itu, pipikan
dan gulung adonan sesuai ukuran loyang. Letakkan kedua adonan dalam loyang,
tekan-tekan halus agar padat dan tutup setengah bagian. Diamkan adonan selama
30 menit dalam proofer dalam keadaan 1/2 hingga 3/4 mengembang.
F. Pemanggangan
Tutup loyang dan panggang dalam oven yang sudah dipanaskan pada suhu
O
220 C selama 20-25 menit. Roti yang sudah matang tidak meninggalkan sisa ketika
ditusuk dengan bahan kayu. Keluarkan dari oven gas, setelah agak dingin keluarkan
dari loyang.
Pada pembuatan roti tawar yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan antara
kemampuan menghasilkan gas dan menahannya gas selama fermentasi. Parameter yang
menentukan kualitas roti tawar adalah volume pengembangan, warna kulit, dan aroma yang
dihasilkan. Penurunan kualitas roti tawar mengakibatkan perubahan respon sensoris
sehingga penerimaan konsumen terhadap produk tersebut menurun (Mudjisihono, 1993
dalam Latifah, Nurismanto, dan Putri, 2017).
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian yang terdiri dari pengujian utama dan
pengujian penunjang. Pengujian utama yaitu pengujian organoleptik terhadap warna kulit,
warna dalam, aroma, keseragaman pori, keempukan, keremahan, rasa, dan kenampakan
keseluruhan. Pengujian penunjang yaitu pengujian fisik terdiri dari warna dan tekstur dan
pengujian kimia yang terdiri dari kadar air, abu, garam, karbohidrat, lemak, protein, vitamin C,
karoten, dan serat kasar.
A. Pengujian Organoleptik
Pengujian organoleptik menggunakan uji hedonik. Menurut Waysima dan Adawiyah
(2010), uji organoleptik atau evaluasi sensoris merupakan suatu pengukuran ilmiah dalam
mengukur dan menganalisis karakteristik suatu bahan pangan yang diterima oleh indera
penglihatan, pencicipan, penciuman, perabaan dan menginterpretasikan reaksi akibat
proses penginderaan yang dilakukan oleh manusia yang disebut panelis sebagai alat ukur.
Uji hedonik disebut juga uji nilai kesukaan dilakukan apabila uji desain untuk memilih satu
produk di antara produk lain secara langsung (Setyaningsih, dkk., 2010). Pada pengujian
ini panelis diminta tanggapan pribadinya mengenai nilai kesukaan atau ketidaksukaan
melalui rentang skala 1-5 pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian panelis, yaitu
sangat tidak suka, tidak suka, biasa, suka, dan sangat suka.
Menurut Hastuti, dkk. (1998), tanggapan senang atau suka sangat bersifat pribadi.
Kesan seseorang sebagai petunjuk tentang penerimaan suatu komoditas. Tujuan uji
penerimaan adalah mengetahui apakah suatu komoditas atau sifat sensorik tertentu dapat
diterima oleh masyarakat. Tanggapan senang atau suka harus pula diperoleh dari
sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat umum atau mewakili suatu populasi
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 10
Karakteristik Roti Tawar
b. Warna Dalam
Warna dalam roti tawar merupakan salah faktor penting yang menjadi
penilaian konsumen. Roti tawar bagian dalam merupakan roti tawar setelah
bagian kulit roti, biasanya berwarna lebih pucat dan lebih lembut.
Makin kuning warna dalam roti tawar yang dihasilkan makin tinggi nilai
kesukaan panelis.Roti tawar substitusi tepung sawo mentega memiliki warna
dalam yang kekunningan. Menurut Liviawaty (2012) dalam Nugroho, dkk
(2016), karakteristik roti yang baik adalah roti yang bagian kulit luarnya
Tiara Annisa, dkk
berwarna kuning keemasan, bagian dalam roti berwarna putih, memiliki kulit roti
yang tipis dan memiliki pori-pori yang halus. Warna dalam kulit roti tawar yang
kekuningan dipengaruhi dari penambahan tepung sawo mentega yang
berwarna kuning orange. Tepung sawo mentega memiliki warna kuning pada
daging buahnya. Warna kuning tersebut berasal dari pigmen warna yang
karoten (Muchtadi, dkk, 2015).
2. Aroma
Aroma merupakan bau dari produk makanan. Bau sendiri adalah suatu
respon ketika senyawa volatil dari suatu makanan masuk ke rongga hidung dan
dirasakan oleh sistem olfaktori. Senyawa volatil masuk ke dalam hidung ketika
manusia bernafas atau menghirupnya, namun juga dapat masuk dari belakang
tenggorokan selama seseorang makan (Kemp, dkk., 2009). Senyawa aroma
bersifat volatil, sehingga mudah mencapai sistem penciuman di bagian atas
hidung, dan perlu substitusi yang cukup untuk dapat berinteraksi dengan satu atau
lebih reseptor penciuman. Disamping itu, senyawa aroma memainkan peran
penting dalam meningkatkan daya tarik produk makanan (Wartini, 2014).
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa
substitusi tepung sawo mentega memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai
kesukaan aroma roti tawar. Hasil analisis statistik pengaruh substitusi tepung sawo
mentega terhadap nilai kesukaan warna aroma tawar dapat dilihat pada tabel 3.
Ket : Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf sama menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5:95
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 14
Karakteristik Roti Tawar
3. Keseragaman Pori
Pori-pori roti merupakan lubang atau sel udara yang terdapat pada roti,
dan terbentuk selama proses fermentasi atau pembakaran roti. Jumlah dan ukuran
pori-pori berkaitan erat dengan tingkat pengembangan (kemekaran) dan
keempukan roti (Kartiwan, Hidayah, dan Badewi, 2015).Adanya pori-pori dalam
roti tawar menyebabkan teksturnya menjadi lunak (Wijayanti, 2007).
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa
substitusi tepung sawo mentega tidak memberikan perbedaan yang nyata
terhadap nilai kesukaan panelis pada keseragaman pori roti tawar. Hasil analisis
statistik pengaruh substitusi tepung sawo mentega terhadap nilai kesukaan
keseragaman pori tawar dapat dilihat pada tabel 4.
Keseragaman butir remah roti juga dipengaruhi oleh jenis dan kadar pati
bahan bakunya. Adonan yang kadar patinya tinggi pada kondisi jumlah air yang
terbatas, tidak seluruhnya dapat tergelatinisasi dan terhidrolisis menjadi gula. Hal
ini dapat menyebabkan roti mengkerut pada saat pemanggangan, sehingga pori-
pori yang terbentuk tidak merata atau seragam (Gaman dan Sherrington, 1994
dalam Ginting dan Suprapto, 2004)
4. Keempukan
Salah satu sifat roti yang bermutu baik adalah mempunyai sifat yang empuk
apabila diraba atau dicicip. Roti dikatakan empuk apabila diraba atau dicicip terasa
lentur dan daya tolak terhadap tekanan atau gigitan relatif rendah (Kartiwan dkk.,
2015).
Tiara Annisa, dkk
tepung sawo mentega yang digunakan. Fenomena penurunan volume spesifik roti
tersebut dapat dikaitkan dengan makin menurunnya jumlah terigu hingga gluten
yang terdapat pada roti tawar menurun dan jumlah komponen lain dari tepung
sawo mentega seperti pati dan serat makanan meningkat. Pomeranz dan
Shellenberger (1971) dalam Hendarto dan Siregar, (2010) menyatakan bahwa
beberapa komponen bahan seperti serat makanan dapat menurunkan
kemampuan jaringan gluten yang terbentuk dalam memerangkap udara.
5. Keremahan
Remah merupakan bagian dari roti yang terlepas akibat ketidak seragaman
pori-pori dan rapuhnya tekstur roti. Keremahan roti menentukan kepadatan pori-
pori. Jika pori-pori roti banyak, maka keremahan yang dihasilkan akan banyak dan
sebaliknya jika pori-pori sedikit, maka keremahan yang dihasilkan sedikit
(Julyanidar, 2018)
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa
substitusi tepung sawo mentega tidak memberikan perbedaan yang nyata
terhadap nilai kesukaan panelis pada keremahan roti tawar. Hasil analisis statistik
pengaruh substitusi tepung sawo mentega terhadap nilai kesukaan keremahan roti
tawar dapat dilihat pada tabel 5.
rendah nilai kesukaan panelis terhadap keremahan roti tawar sawo mentega yang
dihasilkan. Penambahan substitusi tepung sawo mentega tidak memiliki
perbedaan pengaruh yang nyata terhadap warna kulit roti tawar.
6. Rasa
Salah satu faktor yang menentukan kualitas makanan adalah kandungan
senyawa cita rasa. Senyawa citarasa merupakan senyawa yang menyebabkan
timbulnya sensasi rasa (manis, pahit, asam, asin), trigeminal (astringent, dingin,
panas) dan aroma setelah mengkonsumsi senyawa tersebut. Cita rasa adalah
persepsi biologis seperti sensasi yang dihasilkan oleh materi yang terutama
dirasakan oleh reseptor aroma dalam hidung dan reseptor rasa dalam mulut.
Senyawa cita rasa merupakan senyawa atau campuran senyawa kimia yang dapat
mempengaruhi indera tubuh, misalnya lidah sebagai indera pengecap. Pada
dasarnya lidah hanya mampu mengecap empat jenis rasa yaitu pahit, asam, asin
dan manis. Selain itu citarasa dapat membangkitkan rasa lewat aroma yang
disebarkan, lebih dari sekedar rasa pahit, asin, asam dan manis. Lewat proses
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 20
Karakteristik Roti Tawar
pemberian aroma pada suatu produk pangan, lidah dapat mengecap rasa lain
sesuai aroma yang diberikan (Midayanto dan Yuwono, 2014). Rasa dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia, suhu, substitusi, dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain (Winarno, 2006 dalam Azizah 2005).
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa
substitusi tepung sawo mentega tidak memberikan perbedaan yang nyata
terhadap nilai kesukaan panelis pada rasa roti tawar. Hasil analisis statistik
pengaruh substitusi tepung sawo mentega terhadap nilai kesukaan rasa roti tawar
dapat dilihat pada tabel 7.
adalah rasa yang ditimbulkan dari gula, garam dan tepung sawo mentega. Rasa
gurih didapat dari perpaduan garam dan gula, sedangkan rasa manis didapat dari
penggunaan gula yang tidak terlalu banyak. Rasa manis juga didapat dari sawo
mentega karena sawo mentega memiliki rasa manis. Sawo mentega yang
berkarbohidrat lebih tinggi mempunyai rasa yang lebih manis seperti sawo
mentega, dibandingkan yang berkarbohidrat rendah. Hal ini didukung oleh
penelitian Richana (2012) dalam Krisnawati, (2006) yang mensubstitusikan roti
tawar dengan ubi jalar ungu. Makin banyak subtitusi pure ubi jalar ungu pada
adonan akan memberikan rasa khas ubi jalar yang lebih tajam. Substitusi pure ubi
jalar ungu paling banyak akan menimbulkan rasa sedikit manis dan sangat berasa
ubi jalar ungu hingga pada pengecapan akhir.
7. Kenampakan Keseluruhan
Penampakan merupakan salah satu parameter yang menentukan nilai
kesukaan dari panelis yang dinilai dengan penglihatan antara lain bentuk, ukuran,
warna dan sifat-sifat permukaan. Penampakan produk memegang peranan
penting dalam hal penerimaan konsumen karena penilaian awal dari suatu produk
adalah penampakannya sebelum faktor lain dipertimbangkan secara visual
(Kaya, 2008).
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa
substitusi tepung sawo mentega tidak memberikan perbedaan yang nyata
terhadap nilai kesukaan panelis pada kenampakan keseluruhan roti tawar. Hasil
analisis statistik pengaruh substitusi tepung sawo mentega terhadap nilai
kesukaan kenampakan keseluruhan roti tawar dapat dilihat pada tabel 8.
Menurut Fellows (2000) Tekstur roti terbentuk dari gas yang terdispersi dan
terperangkap di dalam adonan dalam bentuk gelembung untuk pembentukkan
dinding pori yang elastis. Ketika tepung gandum dicampur dengan air, gluten akan
membentuk massa viskoelastis yang mengikat semua bahan adonan terutama
pati menjadi suatu jaringan. Lapisan film yang terbentuk bersifat impermiabel
terhadap gas, sehingga dapat memerangkap gas dan membentuk pori.
Selanjutnya pada saat proses pemanggangan (baking) terjadi gelatinisasi pati dan
koagulasi gluten yang dapat membentuk crumb dan tekstur yang lembut (Justicia
dkk., 2012).
B. Pengujian Fisik
Pengujian fisik yang dilakukan terhadap roti sawo mentega yaitu pengujian
tekstur dan warna. Adapun hasil pengujian yang dihasilkan, yaitu:
1. Tekstur (Firmness)
Tekstur merupakan ciri suatu bahan sebagai akibat perpaduan dari
beberapa sifat fisik yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah dan unsur-unsur
pembentukan bahan yang dapat dirasakan oleh indera peraba dan perasa,
termasuk indera mulut dan penglihatan (Midayanto dan Yuwono, 2014). Tekstur
Tiara Annisa, dkk
makanan merupakan hasil dari respon tactile sense terhadap bentuk rangsangan
fisik ketika terjadi kontak antara bagian di dalam rongga mulut dan makanan.
Tekstur dari suatu produk makanan mencangkup kekentalan/ viskositas yang
digunakan untuk cairan newtonian yang homogen, cairan non newtonian atau
cairan yang heterogen, produk padatan, dan produk semi solid (Meilgard dkk.,
2006). Hasil analisis tekstur pada roti tawar substitusi tepung sawo mentega
menggunakan tekstur analyzer dapat dilihat pada Gambar 3.
3000.00
2463.71
2500.00
2033.06
Tekstur (gF)
2000.00
1596.26
1500.00 1260.27
1173.10
1000.00
500.00
0.00
0 5 10 15 20
Substitusi Tepung Sawo Mentega (%)
penurunan kandungan gluten dalam adonan roti tawar yang menyebabkan adonan
lebih bersifat hidrofilik, sehingga terjadi interaksi lebih kuat diantara granula pati
(He dan Hoseney dalam Latifah dkk., 2017).
Tekttur roti juga memiliki keterkaitan dengan jumlah pori. Makin banyak
jumlah pori yang dihasilkan makin empuk tekstur yang dihasilkan. Jumlah pori
yang makin banyak dan menyebar pada seluruh permukaan adonan dapat
menyebabkan tekstur makin empuk.
Menurut Smith (1999), pada pemanggangan roti, pati berkompetisi dengan
gluten dalam menarik air, sehingga tingkat gelatinisasi pati yang terjadi sangat
tergantung pada tingkat pemanasan dan jumlah air yang diuapkan. Adanya
penambahan bahan lain, seperti gula dan lemak, juga berasosiasi dengan gluten
dalam menentukan tekstur roti. Gula dan lemak dapat berinteraksi dengan protein
dan pati yang dapat mengakibatkan perubahan karakteristik mekanik adonan,
seperti mengental pada suhu rendah dan berkurangnya sifat seperti karet. Hal ini
menghambat pembentukan jaringan gluten, sehingga produk yang dihasilkan
teksturnya menjadi lebih lunak (Lindley, 1988 dan Blanshard, 1986 dalam Ginting
dan Suprapto, 2004).
Selain itu terdapat juga fungsi gluten adalah menahan gas hasil fermentasi
pada roti akibat penggunaan ragi. Gluten juga memberikan volume roti atau
menyebabkan hasil akhir roti mengembang (Krisnawari, 2006). Dalam proses
fermentasi pati akan di ubah oleh enzim menjadi gula maltose yang menghasilkan
karbondioksida dan alkohol. Butiran pati sehingga tercampur akan berkoagulasi
kemudian secara berangsur-angsur adonan akan mengambang. Gluten secara
bertahap akan membungkus menyelimuti butiran pati yang telah mengembang
pada tahap gluten yang sehingga adonan bersifat elastis, tiap menahan udara atau
gas dalam adonan, pati yang telah mengembang akan membentuk gel dan secara
berangsur-angsur akan membentuk pasta (gelatinasi) yang mengisi seluruh ruang
yang telah diselimuti oleh gluten, sehingga pada temperatur dan waktu tertentu
jaringan akan mengeras (Krisnawari, 2006).
2. Warna
dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila
memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah
menyimpang dari warna yang seharusnya. Penerima warna suatu bahan berbeda
tergantung dari faktor alam, geografis, dan aspek sosial masyarakat penerima.
Warna suatu bahan pangan dapat memberikan penentuan tentang mutu suatu
bahan pangan dan tingkat kesegaran bahan pangan (Winarno, 1992).
Parameter yang muncul dari alat ini adalah L* yang terwakili kecerahan
dari hitam ke putih (lightness), a* yang mewakili warna merah ke hijau, dan b* yang
mewakili warna biru ke kuning Hasil warna (L*), (a*), dan (b*) roti tawar dapat dilihat
pada Gambar 4.
90.00 80.40
80.00
70.00 65.72 62.61
58.57 58.19
60.00
48.76
Warna
50.00 42.68
38.54
40.00 34.67
30.00
20.00
5.41 7.69
10.00 2.24 3.85
0.16
0.00
0 5 10 15 20
Substitusi Tepung Sawo Mentega (%)
L* a* b*
memiliki nilai a* dengan rentang 0,16-7,69. Roti tawar substitusi tepung sawo
mentega konsentrasi 5:95 mempunyai nilai a* paling rendah yaitu 2,24 dan roti
tawar substitusi 20:80 memiliki nilai a* paling tinggi yaitu 7,69. Roti tawar kontrol
mempunyai nilai a* paling rendah dibandingkan roti tawar substitusi tepung sawo
mentega yaitu 0,16. Makin rendah nilai a* maka makin hijau warna roti tawar yang
dihasilkan.
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai b* mengalami kenaikan pada
produk roti tawar substitusi tepung sawo mentega. Roti tawar sawo mentega
memiliki nilai b* dengan rentang 34,67-48,76. Roti tawar substitusi 5:95
mempunyai nilai b* paling rendah yaitu 34,67 dan roti tawar substitusi 20:80
memiliki nilai b* paling tinggi yaitu 48,76. Roti tawar kontrol mempunyai nilai b*
paling rendah dibandingkan roti tawar substitusi tepung sawo mentega yaitu 34,67.
Makin rendah nilai b* maka makin kuning warna roti tawar yang dihasilkan.
Substitusi tepung sawo mentega sangat mempengaruhi warna roti tawar
yang dihasilkan oleh kandungan betakaroten didalam buah sawo mentega. Makin
pekat warna roti, maka makin pekat betakaroten yang berasal dari sawo mentega
yang ada di dalam roti tawar sawo mentega. Penggunaan tepung sawo makin
tinggi akan berpengaruh pada warna kerak bagian permukaan warna kuning-
orange makin pekat. Menurut Sari (2006), jumlah gula juga berpengaruh pada efek
pemberian warna coklat pada warna kerak (kulit roti) dan diperkuat lagi oleh
pendapat Rahman (2010), yaitu terjadinya reaksi Maillard selama proses
pemanggangan dimana reaksi Maillard merupakan reaksi antara gugus gula
pereduksi dengan gugus amina primer yang akan menghasilkan warna coklat.
C. Pengujian Kimia
Pengujian kimia terdiri dari pengujian kadar air, abu, protein, lemak,
karbohidrat, karoten, vitamin C, dan garam. Tepung terigu yang digunakan dalam
pembuatan roti tawar pada penelitian ini menggunakan tepung terigu merek Bogasari
dengan jenis yang digunakan Cakra Kembar. Tepung terigu Bogasari Cakra Kembar
mengandung kadar protein 14%, jenis tepung terigu ini paling cocok untuk membuat
roti karena dapat menahan adonan pada saat dikembangkan sehingga bentuknya
dapat kokoh dan tidak mengecil kembali (Bogasari, 2016). Adapun hasil pengujian
yang dihasilkan, yaitu:
Tiara Annisa, dkk
1. Kadar Air
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dalam beberapa
komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi, sedangkan bentuk air dapat
ditemukan sebagai air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang
apabila terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air terikat sulit
dibebaskan dengan cara tersebut (Fennema, 1982 dalam Lopulalan, 2008).
Berdasarkan hasil nilai Rata-rata kadar air dalam roti tawar substitusi tepung sawo
mentega 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 dapat dilihat pada Gambar 5.
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 5. Nilai Rata-rata Kadar Air Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
air pada proses pembuatan roti tawar substitusi tepung sawo mentega makin
berkurang kadarnya. Hal ini dikarenakan adonan roti memerlukan air lebih sedikit
untuk menjadi kalis ketika tepung sawo mentega yang ditambahkan makin banyak.
Roti tawar termasuk jenis roti basah sehingga memiliki kadar air yang
cukup tinggi (Nugroho, et al., 2016). Menurut syarat mutu Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-3840-1995, kadar air maksimal roti tawar 40%. Dengan
demikian, kadar air roti tawar dengan perlakuan penambahan tepung sawo
mentega sebesar 0%,5:9510:90,15:85, dan 20:80 sudah memenuhi persyaratan
SNI kadar air roti tawar.
2.5 2.2308
2 1.8617 1.8646
Kadar Abu Total (%)
1.7206
1.5219
1.5
0.5
0
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Tiara Annisa, dkk
Gambar 6. Nilai Rata-rata Kadar Abu Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
3. Garam
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari
kebutuhan pangan dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Secara fisik, garam
adalah benda padatan berwarna putih dan berbentuk kristal yang merupakan
kumpulan senyawa dengan bagian terbesar NaCl (> 80%) senyawa lainnya
seperti CaSO4 , MgSO4, MgCl2 (Marihati dan Muryati, 2008). Garam mempunyai
sifat/karakteristik higroskopis yang mudah menyerap air dan titik lebur pada tingkat
suhu 801°C (Wikipedia dalam Gustiawati, 2016). Berdasarkan hasil nilai Rata-rata
kadar garam dalam roti tawar substitusi tepung sawo mentega 0%, 5:95, 10:90,
15:85, dan 20:80 dapat dilihat pada Gambar 13.
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 30
Karakteristik Roti Tawar
0.30 0.26
0.26
0.25 0.23 0.23
0.10
0.05
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 7. Nilai Rata-rata Kadar Garam Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
Pada Gambar 13 terlihat bahwa makin tinggi substitusi tepung sawo mentega
yang digunakan pada roti tawar, maka kadar garam yang dihasilkan makin tinggi.
Roti tawar substitusi tepung sawo mentega yang dihasilkan memiliki kadar garam
sebesar 0,23-0,26%. Kadar lemak roti tawar paling rendah yaitu roti tawar
substitusi tepung sawo mentega 5:95 dan 10:90 sebesar 0,23% dan kadar air
paling tinggi yaitu roti tawar substitusi tepung sawo mentega 15:85 dan 20:80
yaitu 0,26%. Roti tawar kontrol memiliki kadar garam cenderung lebih rendah
dibandingkan roti tawar substitusi tepung sawo mentega yaitu 0,15:85. Hal ini
disebabkan adanya kandungan garam yang ada pure sawo mentega, sehingga
makin banyak substitusi yang ditambahkan makin meningkat juga kadar
garamnya.
Standar kadar garam untuk roti tawar belum dalam SNI 01-3840-1995 yaitu
maksimal 2,5:95 (bb). Hal ini berarti produk roti tawar dengan penambahan tepung
sawo mentega dengan substitusi 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 kandungan
garamnya telah memenuhi standar SNI.
4. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom karbon,
hidrogen dan oksigen (Cakrawati, 2012). Secara kimia, karbohidrat dapat
didefinisikan sebagai turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidrik (karena
mengandung gugus hidroksi lebih dari satu) atau senyawa yang menghasilkan
turunan keton apabila dihidrolisis (Muchtadi, 2009). Karbohidrat yang dihasilkan
terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air (Almatsier,
Tiara Annisa, dkk
2006). Berdasarkan hasil nilai Rata-rata kadar karbohidrat dalam roti tawar
substitusi tepung sawo mentega 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 dapat dilihat
pada Gambar 9.
30.00
20.00
10.00
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 8. Nilai Rata-rata Kadar Karbohidrat Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
5. Lemak
Lemak adalah senyawa organik dan heterogen yang terdiri atas unsur-
unsur karbon, hydrogen, dan oksigen yang membentuk ester asam lemak dan
gliserol (Cakrawati, 2012). Peranan lemak yang utama pada bahan pangan adalah
sebagai sumber energi. Lemak merupakan sumber energi yang dapat
menyumbang energi sekitar 2,25 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang
diberikan oleh karbohidrat dan protein. Semua lemak yang terdapat dalam bahan
pangan nabati terutama terdapat dalam bentuk minyak. Lemak dalam pangan juga
berfungsi untuk meningkatkan palatibilitas (rasa enak) (Muchtadi, 2009).
Berdasarkan hasil nilai Rata-rata kadar aby dalam roti tawar substitusi tepung
sawo mentega 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 dapat dilihat pada Gambar 8.
3.50 3.22
3.00 2.66 2.80
2.35
Kadar Lemak (%)
2.50 2.15
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 9. Nilai Rata-rata Kadar Lemak Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
Pada Gambar 8 terlihat bahwa makin tinggi substitusi tepung sawo mentega
yang digunakan pada roti tawar, maka kadar lemak yang dihasilkan meningkat.
Roti tawar kontrol memiliki kadar lemak yang paling tinggi diantara roti tawar
substitusi tepung sawo mentega lainnya. Tepung terigu memiliki kadar lemak
sebesar 2,09% (Astawan, 2006) sedangkan tepung sawo mentega memiliki nilai
kadar lemak sebesar 0,1%-0,6% (Morton, 1992 dalam Dewi, 2004). Hal ini
menyebabkan semakin tinggi substitusi tepung sawo mentega maka semakin
rendah komposisi tepung terigu yang akan menurunkan kadar lemak pada roti
tawar.
Roti tawar suubstitusi tepung sawo mentega yang dihasilkan memiliki kadar
lemak sebesar 2,14-2,80%. Kadar lemak roti tawar paling rendah yaitu roti tawar
substitusi tepung sawo mentega 5:95 sebesar 2,14% dan kadar air paling tinggi
Tiara Annisa, dkk
yaitu roti tawar substitusi tepung sawo mentega 20:80 yaitu 2,80%. Roti tawar
kontrol memiliki kadar lemak terbesar dibandingkan roti tawar substitusi tepung
sawo mentega yaitu 3,22%. Direktorat Gizi Depkes RI (1992) dalam Antra, dkk.
(2018) roti tawar maksimum 4,2%. Oleh karena itu, kadar lemak roti tawar tepung
sawo mentega sudah memenuhi persyaratan Direktorat Gizi Depkes RI.
6. Protein
Protein merupakan molekul makro yang mempunyai berat molekul antara
lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam
amino, yang terikat satu sama lain di dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas
unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, beberapa asam amino
disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium dan kobalt. Unsur
nitrogen merupakan unsur utama pada protein, karena terdapat di dalam semua
protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak (Almatsier,
2006). Berdasarkan hasil nilai Rata-rata kadar protein dalam roti tawar substitusi
tepung sawo mentega 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 dapat dilihat pada
Gambar 7.
10.00
8.36 8.54 8.74
8.22 8.34
8.00
Kadar Protein (%)
6.00
4.00
2.00
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 10. Nilai Rata-rata Kadar Protein Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
7. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan
efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk
Tiara Annisa, dkk
melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. usia, jenis
kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta
adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan
vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga
merupakan sumber vitamin C (Citraningtyas, 2013 dalam Rosmainar, dkk., 2018).
Berdasarkan hasil nilai Rata-rata kadar vitamin C dalam roti tawar substitusi
tepung sawo mentega 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 dapat dilihat pada
Gambar 12.
25.00
19.58 20.26
19.09
20.00 17.86
Kadar Vit. C (mg/100g)
15.00
11.76
10.00
5.00
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 11. Nilai Rata-rata Kadar Vitamin C Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
Pada gambar 12. menunjukkan bahwa kadar vitamin C yang terdapat pada
roti tawar substitusi tepung sawo mentega meningkat seiring dengan
bertambahnya substitusi tepung sawo mentega. Hal ini dikarenakan tepung sawo
mentega memiliki kadar vitamin C yang tinggi yaitu 12,57% (Fatonah, 2016),
Roti tawar substitusi tepung sawo mentega yang dihasilkan memiliki kadar
vitamin C sebesar 17,85-2,20,65:95. Kadar lemak roti tawar paling rendah yaitu
roti tawar substitusi tepung sawo mentega 5:95 sebesar 17,85:95 dan kadar
vitamin C paling tinggi yaitu roti tawar substitusi tepung sawo mentega 20:80 yaitu
20,65:95. Roti tawar kontrol memiliki kadar vitaminC cenderung lebih rendah
dibandingkan roti tawar substitusi tepung sawo mentega yaitu 11,76%.
8. Karoten
Karotenoid yaitu zat yang disintesis oleh tanaman, alga, dan bakteri
fotosintesis sebagai sumber warna kuning, orange, dan merah bagi tumbuhan
(International Agency for Research on Cancer, 1998). Bentuk karotenoid yang
terdapat dalam buah sawo mentega yaitu beta karoten. Sebagian beta karoten
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 36
Karakteristik Roti Tawar
25.00 23.08
20.99 21.05 21.86
Kadar Karoten (ppm)
20.00
15.00 13.38
10.00
5.00
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 12. Nilai Rata-rata Kadar Karoten Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo
Mentega
9. Serat Kasar
Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) terutama terdiri dari pati, dengan cara
analisis kimia sederhana (Tillman dkk., 1989). Serat kasar terdiri atas selulosa,
hemiselulosa dan lignin.Pada era makanan yang serba praktis dan penyajian yang
serba cepat (fast food) kiranya serat kasar (crude fiber) pada makanan sudah
merupakan bahan yang langka, yang keberadaannya perlu diusahakan (Kartiwan
dkk., 2015).Berdasarkan hasil nilai Rata-rata kadar serat kasar dalam roti tawar
substitusi tepung sawo mentega 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 dapat dilihat
pada Gambar 11.
2.50
2.16
1.88
Kadar Serat Kasar (%)
2.00
1.69 1.67
1.49
1.50
1.00
0.50
0.00
0:100 5:95 10:90 15:85 20:80
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Gambar 13. Nilai Rata-rata Kadar Serat Kasar Roti Tawar Substitusi Tepung
Sawo Mentega
Gambar 11. menunjukkan bahwa kadar serat kasar yang terdapat pada roti
tawar substitusi tepung sawo mentega meningkat seiring dengan bertambahnya
substitusi tepung sawo mentega. Hal ini dikarenakan sawo mentega memiliki kadar
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 38
Karakteristik Roti Tawar
serat yang tinggi yaitu 0,1-7,5:95 (Morton, 1992 dalam Dewi, 2014) dan dapat
mengalami berkurang ketika melewati proses penepungan. Sedangkan, kadar
serat kasar terigu sebesar 0,30% (bk) (Astawan, 2006).
Roti tawar substitusi tepung sawo mentega yang dihasilkan memiliki
kadar serat kasar sebesar 1,49-2,16%. Kadar lemak roti tawar paling rendah yaitu
roti tawar substitusi tepung sawo mentega 5:95 sebesar 1,49% dan kadar air paling
tinggi yaitu roti tawar substitusi tepung sawo mentega 20:80 yaitu 2,16%. Roti
tawar kontrol memiliki kadar serat kasar cenderung lebih rendah dibandingkan roti
tawar substitusi tepung sawo mentega yaitu 1,69%. Disebabkan karena buah sawo
mentega kaya serat, sehingga makin banyak penambahan pure sawo mentega
makin tinggi juga kadar serat yang dihasilkan. Buah sawo mentega kaya kalori, zat
tepung, vitamin, mineral, dan serat (Raminah, 2012). Ranhotra, (1999) dalam
Sihotang, dkk (2015) menyatakan bahwa tepung putih sebenarnya memiliki
kandungan serat kasar rendah, karena berasal dari endosperm yang telah
dipisahkan dari bran atau germ. Direktorat Gizi Depkes RI (1992) dalam Antra, dkk.
(2018) roti tawar maksimum 2,95:95. Oleh karena itu, kadar serat kasar roti tawar
sawo mentega sudah memenuhi persyaratan Direktorat Gizi Depkes RI.
Penilaian sampel terbaik pada roti tawar sawo mentega dengan substitusi tepung
sawo mentega 0%, 5:95, 10:90, 15:85, dan 20:80 berdasarkan pengujian organoleptik
terhadap penerimaan panelis dapat dilihat pada tabel 9
Tiara Annisa, dkk
Tabel 9. Penilaian Terbaik Pada Roti Tawar Substitusi Tepung Sawo Mentega
Substitusi Tepung Sawo Mentega
Parameter
5:95 10:90 15:85 20:80
A. Uji Organoleptik
Warna Kulit 3,02a 3,56a 3,51a 2,98a
Warna Dalam 3,24a 3,24b 3,07a 2,67a
Aroma 3,47a 3,22ab 3,13b 2,91b
Keseragaman Pori 3,33a 3,07a 2,84a 2,69a
Keempukan 3,27a 2,93a 3,07a 2,56a
Keremahan 3,18a 2,84ab 3,02ab 2,89ab
Rasa 3,47a 3,44a 3,42a 3,18a
Kenampakan Keseluruhan 3,42a 3,56a 3,24a 2,68a
Jumlah 5 8 7 7
B. Uji Fisika
Firmness 1596.26 1260.27 2033.06 2463.71
Warna
1. L* 65.72 62.61 58.57 58.19
2. a* 2.24 3.85 5.41 7.69
3. b* 34.67 38.54 42.68 48.76
C. Uji Kimia
Kadar Air 34.72 34.59 34.30 34.29
Kadar Abu 1.89 1.80 1.70 1.80
Kadar Garam 0.22 0.22 0.25 0.25
Kadar Karbohidrat 52.84 52.97 52.86 52.44
Kadar Lemak 2.20 2.24 2.60 2.76
Kadar Protein 8.35 8.39 8.54 8.71
Kadar Vitamin C 17.76 18.77 19.43 19.93
Kadar Karoten 21.36 21.28 22.05 22.94
Kadar Serat Kasar 1.51 1.68 1.81 2.20
Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa roti tawar tepung sawo mentega yang memiliki
penilaian terbaik untuk karakteristik organoleptik adalah roti tawar tepung sawo mentega
dengan substitusi 10:90. Penilaian terbaik untuk analisis fisik adalah dengan substitusi
20:80. Dan penilaian terbaik pada analisis kimia adalah dengan substitusi 20:80. Maka
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 40
Karakteristik Roti Tawar
dari itu, roti tawar tepung sawo mentega yang memiliki karakteristik organoleptik, analisis
fisik, dan analisis kimia yang terbaik pada substitusi 10:90 dan 20:80.
SIMPULAN
1. Substitusi tepung sawo mentega berpengaruh nyata terhadap warna dalam dan aroma
roti tawar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap warna kulit, keseragaman pori,
keempukan, keremahan, rasa, dan kenampakan keseluruhan.
2. Roti tawar tepung sawo mentega yang memiliki penilaian terbaik untuk karakteristik
organoleptik adalah roti tawar tepung sawo mentega dengan substitusi 10:90 dengan
junlah 8.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Allah SWT. Rabb semesta alam yang telah
melimpahkan kasih sayang, perlindungan, dan pertolongan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Riset Agroindustri kepada Dewi Nur Azizah, S.T.P., M.P. sebagai
dosen pembimbing Riset Agroindustri yang telah meluangkan banyak waktu untuk
membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi, dan dorongan untuk penulis dari awal
hingga akhir dengan penuh kesabaran, Dr. Yatti Sugiarti, M.P. sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Teknologi Agroindustri yang telah mengayomi, memberikan izin, dan dukungan
dalam pelaksanaan Riset Agroindustri serta Diva Julia Fahrisa dan Graha Ayu Amelia sebagai
sahabat setia penulis yang selalu membersamai penulis di setiap langkah pengerjaan Riset
Agroindustri ini.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC Association of Official Analytical Chemist, (2005). Official Method of Analysis of The
Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official
Analytical Chemist, Inc
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3840- 1995. Standar Mutu Roti Tawar.
Departemen Perindustrian, Jakarta.
E. Basuki dkk. (2013). Kajian Substitusi Tepung Tapioka dan Penambahan Monostrarat Pada
Pembuatan Roti Tawar. FTI UPN Veteran Jatim, 1(1), 125–137.
Ginting, E., dan Suprapto. (2004). Pemanfaatan Pati Ubi Jalar Sebagai Substitusi Terigu Pada
Pembuatan ROti Manis. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan Dan Umbi-
Umbian, 1(1).
Hendarto, L., dan Siregar, M. (2010). Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Poir)
Sebagai Pengganti Sebagian Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan Pada Roti Tawar.
J.Teknol. Dan Industri Pangan, XXI(1), 25–32. https://doi.org/10.6066/2414
Justicia, A., Liviawaty, E., dan Hamdani, H. (2012). Fortifikasi Tepung Tulang Nila Merah
Sebagai Sumber Kalsium Terhadap Tingkat Kesukaan Roti Tawar. Jurnal Perikanan
Kelautan, 3(4), 17–27. Retrieved from http://journal.unpad.ac.id/jpk/article/view/2539
Kartiwan, Hidayah, Z., dan Badewi, B. (2015). Suplementasi Rumput Laut Pada Roti Manis
Berbasis Tepung Komposit. PARTNER, 2(1), 137–146.
Krisnawati, R. (2014). Pengaruh Substitusi Puree Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas) Terhadap
Mutu Organoleptik Roti Tawar. E-Journal Boga, 03(1), 79–88.
Latifah, Nurismanto, R., dan Putri, F. A. (2017). Penggunaan Tepung Beras Hitam dan Gliserol
Monostearat Pada Pembuatan Roti Tawar. UPN Veteran Jawa Timur, 1(1), 31–39.
Lanerolle M.S., Priyadarshani A.M.B., Sumithraarachchi D.B., Jansz E.R. 2008. The
carotenoids of Pouteria campechiana (sinhala: ratalawulu). Journal Natn.Sci.Foundation
Sri Langka 36(1): 95 – 98.
Nugroho, Dewi, E. N., dan Rianingsih, L. (2016). Pengaruh Penambahan Tepung Daging Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Terhadap Nilai gizi Roti Tawar. Jurnal Pengolahan Dan
Bioteknologi Hasil Penelitian, 5(4), 11–19.
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 42
Karakteristik Roti Tawar
Puspita, D., Kurniawan, Y. A., Aiboi, Y., Pangan, T., Wacana-salatiga, U. K. S., Gizi, I., dan
Wacana-salatiga, U. K. S. (2019). Kandungan Karotenoid Mentega dari Sawo Keju (
Pouteria campechiana ). JFLS, 3(1), 1–9.
Putu, I. G., Bayu, B., Putra, Kencana, I. N., Puspawati, Nyoman, N., … Sri, A. A. I. (2012).
Formulasi Terigu dan Tepung Keladi Pada Pembuatan Roti Tawar. Universitas Udayana,
1(1), 1–10.
Rosmainar, L., Ningsih, W., Ayu, N. P., dan Nanda, H. (2018). PENENTUAN KADAR VITAMIN
C BEBERAPA JENIS CABAI (Capsicum sp.) DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
Jurnal Kimia Riset, 3(1), 1. https://doi.org/10.20473/jkr.v3i1.8874
Sudarmadji, (2010). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit : Liberty Yogyakarta.
Sutrisno, E. T., Arief, D. Z., dan Oktapiani, T. (2018). KARAKTERISTIK TEPUNG CAMPOLAY
(Pouteria campechiana) UNTUK BISKUIT DENGAN VARIASI TINGKAT KEMATANGAN
DAN SUHU BLANSING. Pasundan Food Technology Journal, 5(2), 111–121.
[USDA] United States Departement of Agriculture. 2019 . Wheat Flour. United State
Departement of Agriculture, United State.
Tiara Annisa, dkk
LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Mutu Hedonik
Nama Panelis :
NIM :
Tanggal Pengujian :
Produk : Roti Tawar
Petujuk : Nyatakan penilaian anda dan berikan penilaian 1-5 pada
pernyataan yang sesuai dengan penilaian anda.
Sampel
Aspek Penilaian
231 173 168 121
Penampakan keseluruhan
Warna kulit roti
Warna dalam roti
Tekstur keseragaman pori-pori
Tekstur keempukan
Tekstur keremahan
Rasa
Keterangan :
Uji organoleptik terhadap roti tawar substitusi sawo mentega dengan metode
uji hedonik. Uji hedonik bertujuan untuk memberikan nilai berdasarkan tingkat
kesukaan panelis. Pengujian menggunakan alat inderanya yaitu mulut sebagai indera
pengecap, hidung sebagai indera pembau, dan mata sebagai indera penglihatan.
Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 15 orang. Sampel yang
sudah diberi kode disajikan secara acak kepada panelis, kemudian panelis diminta
untuk memberikan nilai menurut tingkat kesukaannya skala 1-5 pada pernyataan yang
sesuai dengan penilaian panelis, yaitu sangat tidak suka, tidak suka, biasa, suka, dan
sangat suka. Analisis karakteristik organoleptik hedonik roti tawar substutusi sawo
mentega meliputi warna kulit roti, warna dalam roti, tekstur keseragaman pori, tekstur
keempukan, tekstur keremaan, rasa, dan kenampakan keseluruhan.
1) Kadar air (Metode Gravimetri (AOAC, 2005 dalam (Dalgleish, dkk., 2013))
Prinsip analisis kadar air adalah proses penguapan air dari suatu bahan
dengan cara pemanasan. Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat
sampel sebelum dan sesudah dikeringkan. Prosedur analisa kadar air adalaht:
2) Kadar abu (Metode Gravimetri (AOAC, 2005 dalam Dalgleish, dkk., 2013)).
Prinsip analisis kadar abu adalah proses pembakaran senyawa organik
sehingga didapatkan residu anorganik yang disebut abu. Prosedur analisa kadar
abu adalah :
a. Cawan porselen kosong dipanaskan dalam oven kemudian didinginkan dalam
desikator selama 30 menit dan ditimbang beratnya.
b. Sampel ditimbang sebanyak ± 5 g dan diletakkan dalam cawan porselen,
kemudian dibakar pada kompor listrik sampai tidak berasap.
c. Cawan porselen kemudian dimasukkan dalam muffle furnace. Pengabuan
dilakukan pada suhu 550 oC selama ± 2-3 jam hingga terbentuk abu berwarna
abu keputihan.
d. Cawan porselen kemudian didinginkan dalam desikator, setelah dingin cawan
porselen kemudian ditimbang.
e. Persentase dari kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Kadar abu (%) =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 (𝑑𝑏%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
Perhitungan:
a. Pengovenan labu lemak yang akan digunakan selama 30 menit pada suhu
100-105ºC.
b. Pendinginan labu lemakdalam desikator untuk menghilangkan uap air dan
ditimbang (A).
c. Penimbangan sampel sebanyak 2 g (B) kemudian dibungkus dengan kertas
saring, ditutup dengan kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam sokhlet
yang telah dihubungkan dengan labu lemak.
d. Sampel sebelumnya telah dioven dan diketahui bobotnya.
e. Penuangan pelarut heksan sampai sampel terendam dan dilakukan refluks
atau ektraksi selama 5- 6 jam atau sampai palarut lemak yang turun ke labu
lemak berwarna jernih.
f. Penyulingan dan penampungan pelarut lemak yang telah digunakan
Tiara Annisa, dkk
g. Pengeringan ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dalam oven bersuhu
100-105ºC selama 1 jam.
h. Pendinginan labu lemak dalam desikator dan ditimbang (C). Tahap
pengeringan labu lemak diulangi sampai diperoleh bobot yang konstan.
i. Penentuan kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
A : berat labu alas bulat kosong (g)
B : berat sampel (g)
C : berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi (g)
Keterangan :
T = titer
M = molaritas perak nitrat
W = berat sampel
Keterangan :
V I2 = Volume Iodium (mL)
0,88 = 0,88 mg asam askorbat setara dengan 1 mL larutan I2 0,01 N
Fp = Faktor Pengenceran
W s = Berat sampel (g)
8) Kadar serat kasar (Metode Gravimetri (Sudarmadji, dkk., 1984 dalam dalam
Sinaga, S. M., DKK , 2012))
Kadar serat kasar dapat diketahui melalui prosedur sebagai berikut:
a. Timbang 4 g bahan kering
b. Masukkan ke dalam thimble (kertas saring pembungkus) kemudian
dimasukkan ke dalam alat soklet, dipasang pendingin balik pada alat soklet,
kemudian dihubungkan dengan labu alas bulat 250 ml yang telah berisi 100
ml n- heksan selanjutnya dialirkan air sebagai pendingin
c. Ekstraksi dilakukan lebih kurang selama 4 jam, sampai pelarut yang turun
kembali ke dalam labu alas bulat berwarna jernih, kemudian dikeringkan di
oven pada suhu 50°C sampai berat konstan.
Tiara Annisa, dkk
Keterangan :
A : Bobot sampel
B : Bobot Kertas saring konstan
C : Bobot kertas saring + residu (Konstan)
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 50
Karakteristik Roti Tawar
Bau Normal
Rasa Normal
1. Air 57,2-60,6 g
2. Protein 1,7-25 g
3. Lemak 0,1-0,6 g
4. Karbohidrat 36,7-39,1 g
5. Serat 0,1-7,5 g
6. Abu 0,6-0,9 g
7. Kalsium 26,5-40 mg
8. Fosfor 30-30,3 mg
9. Besi 0,9-1,1 mg
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 1.41 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 2.24 2.00 1.73 2.00 1.73 22.31
2 1.73 1.41 2.00 1.41 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 2.00 21.76
3 1.73 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 1.41 2.00 1.73 22.34
4 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 2.00 2.24 2.00 1.41 2.00 1.41 1.00 20.67
5 1.41 1.41 1.41 2.00 2.00 2.00 2.24 1.73 2.00 1.73 1.41 1.41 20.77
6 2.00 1.41 1.41 1.73 1.41 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 19.78
7 1.73 1.73 1.41 2.00 1.73 1.73 2.00 2.00 2.00 1.73 1.41 1.41 20.90
8 1.00 1.41 2.00 1.73 2.00 2.00 1.41 1.41 2.00 1.73 1.73 1.41 19.85
9 1.41 1.41 2.00 1.73 2.00 2.00 2.00 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 22.02
10 1.41 1.41 1.73 1.73 1.73 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 20.90
11 2.00 1.41 2.24 1.73 2.00 2.24 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 22.81
12 2.00 1.73 1.41 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 21.54
13 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 20.68
14 1.73 2.00 2.24 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 1.41 21.99
15 1.41 2.00 2.24 2.24 2.00 2.24 2.00 2.00 2.00 2.24 1.41 2.00 23.77
Total 24.46 24.56 28.10 27.46 27.81 29.13 28.18 27.77 27.81 26.97 25.41 24.46 322.12
Rata-rata 1.63 1.64 1.87 1.83 1.85 1.94 1.88 1.85 1.85 1.80 1.69 1.63 21.47
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 56
Karakteristik Roti Tawar
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 1.41 1.73 2.00 1.73 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 1.73 1.41 1.41 20.90
2 1.73 1.41 2.00 1.41 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 21.17
3 1.41 2.00 2.00 2.00 1.41 2.00 1.41 1.41 1.73 1.41 1.41 1.41 19.63
4 1.41 2.00 2.00 1.41 1.73 1.73 1.73 2.00 1.41 2.00 1.41 1.41 20.27
5 1.73 1.41 1.73 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.41 1.00 19.95
6 2.00 1.41 1.73 2.00 1.73 1.73 1.41 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 21.49
7 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 1.41 19.51
8 1.41 1.00 1.73 1.41 1.41 2.00 1.41 1.41 2.00 1.41 1.73 1.73 18.68
9 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 22.39
10 1.41 1.73 1.73 1.41 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 20.63
11 2.00 2.00 2.24 1.73 1.41 2.24 1.41 1.41 1.73 1.00 1.41 1.73 20.33
12 2.00 1.73 1.41 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 1.41 2.00 1.73 21.22
13 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 1.41 2.00 1.73 1.73 1.41 1.73 21.22
14 2.00 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 1.41 1.00 21.02
15 2.00 2.24 2.24 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 22.81
Total 26.00 25.55 28.55 26.05 26.37 28.04 25.73 26.37 26.15 25.05 24.19 23.20 311.24
Rata-rata 1.73 1.70 1.90 1.74 1.76 1.87 1.72 1.76 1.74 1.67 1.61 1.55 20.75
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 58
Karakteristik Roti Tawar
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.41 2.00 1.73 21.27
2 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 1.41 1.73 2.00 22.07
3 1.41 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 1.41 1.41 1.73 1.41 1.41 1.41 19.10
4 1.73 2.00 2.00 1.41 1.73 2.00 2.00 2.00 1.73 2.00 1.41 1.41 21.44
5 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 2.24 1.73 1.73 2.24 2.00 2.00 23.13
6 2.24 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 1.41 2.00 2.00 2.00 1.41 2.00 22.26
7 1.41 1.73 2.00 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 1.41 1.73 1.41 1.41 20.59
8 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 2.00 21.54
9 2.00 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 21.54
10 1.73 1.00 2.00 1.73 1.00 2.00 1.73 1.41 1.41 1.41 1.73 1.41 18.59
11 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 1.41 1.00 1.41 2.24 20.67
12 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 1.41 1.73 21.22
13 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 2.00 1.41 1.73 1.73 22.07
14 1.73 2.00 2.24 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 1.41 1.41 21.14
15 1.41 2.00 2.24 1.00 1.73 2.00 1.41 1.73 2.00 2.00 2.00 1.73 21.26
Total 26.34 27.12 29.67 25.68 26.27 28.12 26.55 26.63 25.78 24.65 24.83 26.24 317.89
Rata-rata 1.76 1.81 1.98 1.71 1.75 1.87 1.77 1.78 1.72 1.64 1.66 1.75 21.19
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 60
Karakteristik Roti Tawar
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 21.27
2 1.41 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 21.27
3 1.41 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 1.41 1.41 1.41 1.41 19.15
4 1.41 2.00 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.00 2.00 1.41 1.00 19.76
5 1.73 1.41 1.73 1.41 1.41 1.41 2.00 1.73 1.00 1.41 1.73 1.00 18.00
6 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.41 2.00 1.73 1.41 20.95
7 1.73 1.73 1.73 1.73 1.41 2.00 1.41 2.00 1.41 2.00 1.73 1.41 20.32
8 2.00 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 1.73 1.41 1.41 1.73 2.24 1.41 20.82
9 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 1.41 1.73 1.41 1.73 1.41 1.41 19.46
10 1.41 2.00 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 1.41 1.41 19.73
11 1.41 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 1.41 1.41 1.73 1.41 20.05
12 2.24 2.00 2.00 2.24 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 22.81
13 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 20.95
14 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 1.73 1.41 2.00 1.41 1.41 21.44
15 1.73 2.00 2.24 1.41 2.00 1.41 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 2.00 21.72
Total 25.70 27.54 28.36 26.34 25.78 26.15 26.37 26.47 22.19 26.37 24.26 22.19 307.71
Rata-rata 1.71 1.84 1.89 1.76 1.72 1.74 1.76 1.76 1.48 1.76 1.62 1.48 20.51
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 62
Karakteristik Roti Tawar
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 1.41 2.00 21.22
2 2.00 2.24 2.00 1.41 2.00 2.00 1.41 1.73 1.73 1.41 1.41 1.41 20.77
3 1.41 1.73 2.00 2.00 2.00 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 20.63
4 2.00 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 2.00 2.00 1.41 1.73 1.41 1.00 20.17
5 1.73 1.41 2.00 1.73 1.41 1.41 2.00 2.00 1.41 1.73 1.73 1.73 20.32
6 2.24 1.73 1.73 1.73 1.41 1.41 2.00 1.73 1.41 1.73 1.41 1.41 19.97
7 1.41 1.73 1.41 1.73 1.41 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 2.00 1.00 19.90
8 2.00 1.41 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 1.41 1.41 20.63
9 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 1.41 2.00 2.00 1.41 1.73 1.73 1.41 20.32
10 2.00 1.41 1.73 2.00 1.73 1.73 2.24 2.00 1.41 2.00 1.73 1.41 21.41
11 1.41 1.41 2.00 1.73 1.73 2.24 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 21.19
12 1.73 2.00 2.00 1.73 1.41 1.73 2.00 2.00 1.41 1.73 1.41 1.41 20.59
13 2.00 1.41 2.00 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 1.41 19.73
14 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 1.41 1.41 2.00 1.41 1.41 20.00
15 1.73 1.73 2.00 1.41 2.00 1.73 1.41 1.73 1.41 1.41 1.00 1.73 19.32
Total 26.87 25.16 28.61 25.20 25.20 26.02 27.14 26.95 23.97 26.15 22.66 22.24 306.17
Rata-rata 1.79 1.68 1.91 1.68 1.68 1.73 1.81 1.80 1.60 1.74 1.51 1.48 20.41
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 64
Karakteristik Roti Tawar
Perlakua Subset
n N 1
121 3 1.5767
173 3 1.6967
168 3 1.7367
231 3 1.7933
Sig. .070
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean
Square(Error) = .013.
a. Uses Harmonic Mean
Sample Size = 3.000.
Tiara Annisa, dkk
b. Alpha = .05.
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 66
Karakteristik Roti Tawar
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 1.41 1.73 1.41 1.41 1.41 1.73 1.73 18.88
2 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 21.59
3 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 21.00
4 1.73 2.00 2.00 1.41 1.41 1.73 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 1.41 19.73
5 2.24 2.00 1.73 1.73 1.41 1.41 1.73 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 21.14
6 1.41 1.73 1.73 1.41 1.41 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 19.83
7 1.41 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 1.41 20.10
8 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 2.00 1.41 1.73 2.00 20.05
9 1.73 1.73 2.00 1.41 1.41 1.41 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 20.32
10 2.00 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 2.24 1.73 1.73 2.00 1.41 1.41 21.72
11 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 2.24 1.41 1.73 1.73 1.73 1.73 2.24 21.74
12 2.24 1.41 2.00 2.24 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 2.00 1.41 1.41 21.33
13 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 1.41 20.15
14 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 20.95
15 1.41 1.41 2.00 2.00 1.41 1.41 2.00 1.73 1.41 1.73 1.73 1.73 20.00
Total 26.57 25.51 27.59 26.60 23.39 25.21 27.24 24.98 25.56 26.10 24.93 24.85 308.53
Rata-rata 1.77 1.70 1.84 1.77 1.56 1.68 1.82 1.67 1.70 1.74 1.66 1.66 20.57
Tiara Annisa, dkk
Perlakua Subset
n N 1
173 3 1.6700
121 3 1.6867
168 3 1.7300
231 3 1.7700
Sig. .066
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean
Square(Error) = .003.
a. Uses Harmonic Mean
Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 68
Karakteristik Roti Tawar
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 2.00 1.73 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.41 1.41 22.56
2 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 1.41 1.73 1.73 1.73 21.00
3 1.41 2.00 2.24 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 21.72
4 1.73 1.73 1.73 2.24 1.41 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 1.73 21.51
5 1.73 1.41 2.00 1.41 1.00 1.73 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 1.00 19.49
6 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 2.24 1.73 2.00 2.00 2.00 2.00 23.43
7 1.41 1.73 1.73 2.00 1.41 2.24 1.73 1.73 1.73 2.00 2.00 2.00 21.72
8 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 2.00 2.00 22.07
9 1.73 2.00 2.00 1.41 1.41 2.00 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 21.76
10 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 21.49
11 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 1.41 1.41 1.73 21.22
12 2.24 2.00 1.73 2.24 1.73 2.00 2.00 2.00 1.73 2.00 2.00 2.00 23.67
13 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 1.41 22.07
14 2.00 2.00 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.73 1.41 2.00 1.41 1.41 21.44
15 2.00 2.00 2.24 1.73 2.24 2.00 1.73 1.73 2.24 1.73 1.73 1.73 23.10
Total 27.46 27.22 28.60 28.50 25.02 29.16 28.36 27.32 27.14 28.34 25.78 25.37 328.26
Rata-rata 1.83 1.81 1.91 1.90 1.67 1.94 1.89 1.82 1.81 1.89 1.72 1.69 21.88
Tiara Annisa, dkk
Perlakua Subset
n N 1
121 3 1.7667
173 3 1.8367
168 3 1.8400
231 3 1.8500
Sig. .297
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean
Square(Error) = .007.
a. Uses Harmonic Mean
Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 70
Karakteristik Roti Tawar
Data Transformasi √x
231 173 168 121
No Total
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 2.00 1.73 2.00 2.00 1.41 1.73 1.41 21.22
2 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 21.32
3 1.41 2.00 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 1.41 1.73 21.22
4 1.41 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 2.00 1.73 1.73 2.00 1.41 1.41 21.17
5 1.41 1.73 1.73 2.24 1.41 1.73 1.41 1.73 2.00 1.00 1.41 1.00 18.82
6 1.41 1.41 1.73 2.00 1.73 1.73 1.41 2.00 1.73 1.73 1.73 1.73 20.37
7 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 1.41 21.81
8 2.00 1.73 2.00 2.24 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 1.41 1.73 22.31
9 1.73 1.73 2.00 1.41 2.00 2.00 2.00 1.73 2.00 2.00 1.73 1.41 21.76
10 1.41 1.41 1.73 2.00 1.00 1.73 1.41 1.73 1.73 1.41 2.00 1.73 19.32
11 2.24 1.73 2.24 1.73 2.00 2.24 1.00 2.00 2.00 1.00 1.41 2.00 21.59
12 2.00 2.00 1.73 2.24 2.00 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 1.73 1.73 22.90
13 2.00 2.00 2.00 1.73 2.00 1.73 1.41 1.73 2.00 1.41 1.73 2.00 21.76
14 2.00 1.73 2.24 2.00 2.00 1.73 2.00 1.41 1.41 1.73 1.73 1.00 20.99
15 2.00 2.00 2.24 1.73 2.24 2.00 1.73 1.73 2.24 1.73 1.73 1.73 23.10
Total 26.50 26.95 29.10 28.51 27.04 28.63 25.32 27.27 27.77 24.10 24.66 23.78 319.64
Rata-rata 1.77 1.80 1.94 1.90 1.80 1.91 1.69 1.82 1.85 1.61 1.64 1.59 21.31
Tiara Annisa, dkk
Perlakua Subset
n N 1 2
121 3 1.6133
168 3 1.7833
231 3 1.8300
173 3 1.8733
Sig. 1.000 .165
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
.005.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
3.000.
b. Alpha = .05.
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 72
Karakteristik Roti Tawar
Kadar Garam
Jumlah Rataan
Kode (%)
Perlakuan Perlakuan
1 2
Kontrol 0.1515 0.1556 0.3071 0.15355
231 0.2476 0.2174 0.465 0.2325
173 0.2488 0.218 0.4668 0.2334
168 0.2765 0.2463 0.5228 0.2614
121 0.2801 0.2487 0.5288 0.2644
Total 1.2045 1.086 2.2905
RU 0.22905
Tiara Annisa, dkk
Kadar Vit. C
Jumlah Rataan
Kode (mg/100g)
Perlakuan Perlakuan
1 2
Kontrol 11.7808 11.7408 23.5216 11.7608
231 17.96 17.7553 35.7153 17.85765
173 19.4075 18.7706 38.1781 19.08905
168 19.7393 19.425 39.1643 19.58215
121 20.6032 19.9267 40.5299 20.26495
Total 89.4908 87.6184 177.1092
RU 17.71092
Tekstur
Kode
(gF)
231 1596.26
173 1260.27
168 2033.06
121 2463.71
Warna
Kode
L a b
231 65.72 2.24 34.67
173 62.61 3.85 38.54
168 58.57 5.41 42.68
121 58.19 7.69 48.76
Pengaruh Substitusi Tepung Sawo Mentega (Pouteria campechiana) terhadap 76
Karakteristik Roti Tawar
Dokumentasi
Bagian Bawah
Bagian Atas
Bagian Depan
Bagian Samping
Tiara Annisa, dkk
Bentuk Utuh
Pengirisan