Anda di halaman 1dari 13

Vol. 3, No.

1, Tahun 2014

FORMULASI TEPUNG CAMPURAN SIAP PAKAI BERBAHAN DASAR


TAPIOKA-MOCAF DENGAN PENAMBAHAN MALTODEKTRIN
SEBAGAI TEPUNG PELAPIS KERIPIK BAYAM

Abdul Razak, S.TP.(1), dan Mulono Apriyanto, S.TP., MP(2)


(1)
Alumni Teknologi Pangan Faperta UNISI
(2)
Dosen Teknologi Pangan Faperta UNISI

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menentukan proporsi tepung mocaf dan
tapioka yang tepat supaya menghasilkan TCSP untuk produk gorengan dengan
kualitas terbaik yaitu tekstur renyah, kenampakan menarik dan kandungan minyak
rendah. 2) Menentukan penambahan maltodekstrin yang tepat supaya menghasilkan
TCSP untuk produk gorengan dengan kualitas terbaik yaitu tekstur renyah,
kenampakan menarik dan kandungan minyak rendah. 3) Menentukan kombinasi
perlakuan terbaik antara proporsi tepung mocaf dan tapioka serta penambahan
maltodekstrin supaya menghasilkan TCSP untuk produk gorengan dengan kualitas
terbaik yaitu tekstur renyah, kenampakan menarik dan kandungan minyak rendah.
Proporsi tapioka : tepung mocaf = 60 : 40 % mampu menghasilkan keripik
bayam dengan tekstur renyah (3,17); tepung pelapis agak rata (1,61); warna putih
kecokelatan (3,39) dan kadar lemak 27,35 %bk. Penambahan maltodekstrin 0,2 %
mampu menghasilkan keripik bayam dengan tekstur renyah (2,73); tepung pelapis
agak rata (2,37); warna putih kecokelatan (2,86) dan kadar lemak 31,14 %bk. Hasil
perlakuan terbaik berdasarkan uji indeks efektivitas diperoleh dari kombinasi
perlakuan proporsi tapioka : tepung mocaf = 60 : 40 dan penambahan maltodekstrin
0,2 % (T4M2). Hasil perlakuan ini memiliki kadar air TCSP 12,48 %bb; kadar abu
TCSP 2,26 %bk; viskositas TCSP 165 cp; kapasitas penyerapan minyak TCSP
179,09 %bk; kadar air keripik bayam 2,49 %bb; tingkat penyerapan.

Kata Kunci : keripik bayam, mocaf, maltodektrin

PENDAHULUAN sampai saat ini gorengan merupakan


produk makanan yang sangat digemari
Ilmu pengetahuan dan teknologi
oleh masyarakat dari berbagai kalangan,
terus berkembang sehingga dapat
baik sebagai camilan maupun sebagai
mempermudah dalam menciptakan
lauk pauk (Demedia, 2009).
sesuatu yang baru dalam bidang pangan,
Tepung campuran siap pakai
salah satunya adalah produk pangan
yang digunakan untuk produk gorengan
instan. Produk pangan yang dibuat instan
bisa berasal dari beberapa jenis tepung.
menjadi lebih mudah dibawa dan
Sebagian besar masyarakat Indonesia
disimpan serta praktis untuk diolah
masih menggunakan tepung beras dan
ataupun langsung dikonsumsi (Hartomo
terigu sebagai bahan utama untuk
dan Widiatmoko, 1993). Salah satu
membuat produk gorengan (Demedia,
produk pangan yang perlu dibuat instan
2009). Pada penelitian yang telah
adalah tepung campuran siap pakai
dilakukan oleh Sutrisniati et al. (1995),
(TCSP) untuk produk gorengan, karena

Jurnal Teknologi Pertanian 15


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

diperoleh bahwa TCSP untuk produk menjadi adonan. Emulsifier juga dapat
gorengan (rempeyek dan keripik tempe) meningkatkan tekstur/ kerenyahan
yang mendapatkan nilai organoleptik produk gorengan yang dihasilkan.
paling tinggi dari segi tekstur, Menurut Sutrisniati et al. (1995) pada
kenampakan, warna dan rasa. Ada 2 pembuatan TCSP yaitu Carboxy Methyl
macam yaitu TCSP yang dibuat dari Cellulose (CMC). Furia (1972)
campuran tepung beras 45 bagian dan menyatakan bahwa metil selulosa
pati aren 55 bagian dengan CMC 0,1% mempunyai fungsi menghambat proses
serta campuran tepung beras 45 bagian, retrogadasi dan juga berfungsi sebagai
tapioka 55 bagian dan CMC 0,1%. bahan pengemulsi pada adonan. Pada
Saat ini ketersediaan tepung produk yang digoreng contohnya donat,
beras semakin terbatas dan harga di penggunaan CMC 0,25 % dapat
pasaran juga meningkat tajam. Oleh mengurangi penyerapan minyak.
karena itu, dilakukan penelitian tentang Emulsifier lain yang dapat
pembuatan TCSP untuk produk diaplikasikan pada bahan makanan
gorengan yang menggunakan tepung adalah maltodekstrin. Maltodekstrin
mocaf. Tepung mocaf adalah tepung dari memiliki sifat yang hampir sama dengan
ubi kayu (Manihot esculenta) yang CMC, yaitu dapat digunakan sebagai
diproses dengan memodifikasi sel ubi bahan pengental dan pemantap serta
kayu secara fermentasi. Hasil penelitian mempunyai kemampuan untuk
sebelumnya menunjukkan bahwa tepung membentuk film yang stabil selama
mocaf ini dapat dijadikan bahan baku penggorengan sehingga dapat mencegah
pada beberapa jenis makanan yang penyerapan minyak terlalu banyak yang
terbuat dari tepung beras dan terigu menyebabkan produk sukar kering dan
seperti mie, bakery, cookies hingga memberi rasa berminyak pada produk
makanan semi basah (Anonim, 2009). serta mengurangi penyerapan uap air
Karakteristik tepung mocaf tidak (Whistler and Miller, 1997). Pada
sama persis dengan tepung terigu, beras produk kering seperti keripik,
ataupun lainnya, sehingga dalam maltodekstrin berperan dalam melapisi
aplikasinya diperlukan sedikit perubahan permukaan produk sehingga dapat
dalam formula (Faza, 2007). Untuk mempertahankan kerenyahan ( Luthana,
menghasilkan produk gorengan yang 2008). Oleh karena itu, penambahan
gurih dan renyah, tepung mocaf dapat maltodekstrin pada penelitian ini
dicampur dengan tapioka. Hal ini diharapkan juga dapat mengurangi
disebabkan tapioka merupakan pati yang penyerapan minyak pada produk
mempunyai kandungan amilopektin gorengan seperti halnya CMC.
lebih tinggi dari jenis pati yang lain dan Penelitian yang telah dilakukan
memungkinkan terjadinya oleh Warsito (2003) tentang keripik
pengembangan yang lebih besar bengkoang, kombinasi perlakuan terbaik
sehingga akan terbentuk tekstur yang didapatkan pada penyalutan dengan
lebih renyah (Muchtadi et al., 1988). maltodekstrin 10 % yang menghasilkan
TCSP yang terbuat dari tepung keripik bengkoang dengan tekstur paling
mocaf selain dilakukan penambahan renyah dan kadar lemak paling rendah.
tapioka,perlu ditambahkan juga Penambahan maltodesktrin 4 %
emulsifier. Penambahan emulsifier menghasilkan seawed leather dengan
bertujuan agar tepung dan bumbu dapat tekstur mendekati kenyal (Muliani,
tercampur rata pada saat diencerkan 2005), sedangkan pada pembuatan fruit

16 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

leather sukun penambahan maltodekstrin Berdasarkan hal ini dilakukan penelitian


2 % menghasilkan tekstur agak kenyal ( tentang TCSP untuk produk gorengan
Saragih, 2005). menggunakan tepung mocaf dengan
TCSP yang terbuat dari tepung judul Formulasi Tepung Campuran Siap
mocaf dan tapioka serta ditambah Pakai Berbahan Dasar Tapioka-Mocaf
maltodekstrin sebagai emulsifier dapat dengan Penambahan Maltodektrin
digunakan untuk membuat rempeyek, Sebagai Tepung Pelapis Keripik bayam”.
keripik, ataupun produk gorengan lain
yang biasanya menggunakan tepung Tujuan Penelitian
pelapis (Sutrisniati et al., 1995). Penelitian ini bertujuan untuk 1)
Penelitian kali ini TCSP tersebut akan Menentukan proporsi tepung mocaf dan
diaplikasikan sebagai tepung pelapis tapioka yang tepat supaya menghasilkan
pada keripik bayam. Pemilihan keripik TCSP untuk produk gorengan dengan
bayam bertujuan untuk meningkatkan kualitas terbaik yaitu tekstur renyah,
nilai ekonomis bayam serta kenampakan menarik dan kandungan
mengenalkan keripik bayam kepada minyak rendah. 2) Menentukan
masyarakat karena selama ini masih penambahan maltodekstrin yang tepat
banyak masyarakat yang belum supaya menghasilkan TCSP untuk
mengenal adanya keripik bayam. produk gorengan dengan kualitas terbaik
Pembuatan TCSP dari tepung yaitu tekstur renyah, kenampakan
mocaf dengan substitusi tapioka dan menarik dan kandungan minyak rendah.
penambahan maltodekstrin akan 3) Menentukan kombinasi perlakuan
berpengaruh terhadap sifat – sifat kimia, terbaik antara proporsi tepung mocaf dan
fisik dan sensori keripik bayam yang tapioka serta penambahan maltodekstrin
dihasilkan, sehingga perlu diketahui supaya menghasilkan TCSP untuk
proporsi tapioka terhadap tepung mocaf produk gorengan dengan kualitas terbaik
dan penambahan maltodekstrin yang yaitu tekstur renyah, kenampakan
tepat untuk menghasilkan keripik bayam menarik dan kandungan minyak rendah.
dengan kualitas yang dikehendaki yaitu
renyah, kenampakan menarik dan tidak Manfaat Penelitian
banyak mengandung minyak. Hasil penelitian ini diharapkan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat bermanfaat untuk :
perlu dilakukan penelitian tentang TCSP 1. Memberikan informasi bagi
yang terbuat dari tepung mocaf dengan masyarakat untuk membuat produk
penambahan tapioka serta maltodekstrin gorengan menggunakan TCSP.
sebagai emulsifier yang diaplikasikan 2. Mengurangi ketergantungan
pada keripik bayam yang berjudul masyarakat terhadap tepung terigu
“Formulasi Tepung Campuran Siap dan tepung beras melalui
Pakai Berbahan Dasar Tapioka-Mocaf diversifikasi bahan pangan dengan
dengan Penambahan Maltodektrin menggunakan tepung mocaf.
Sebagai Tepung Pelapis Keripik bayam”.
METODOLOGI PENELITIAN
Perumusan Masalah Bahan
Sebagian besar masyarakat Bahan-bahan yang digunakan
Indonesia masih menggunakan tepung dalam penelitian ini meliputi bayam,
beras dan terigu. Sementara ketersediaan tepung mocaf, tepung tapioka ”Rose
tepung beras semakin terbatas. Brand”, maltodekstrin yang diperoleh

Jurnal Teknologi Pertanian 17


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

dari toko peralatan kimia dan minyak tapioca : tepung mocaf yang terdiri dari
goreng ”Tropical”. Bumbu - bumbu empat taraf yaitu :
yang ditambahkan yaitu garam halus, A1 = 30% : 70 % (terdiri dari campuran
ketumbar bubuk, bawang putih bubuk tapioca 30% dani tepung mocaf 70%).
dan kunyit bubuk. Bahan kimia yang A2 = 40% : 60 % (terdiri dari campuran
digunakan untuk keperluan analisis tapioca 40% dani tepung mocaf 60%).
seperti Petroleum benzen dan aquades A3 = 50% : 50 % (terdiri dari campuran
diperoleh dari Laboratorium Teknologi tapioca 50% dani tepung mocaf 50%).
Hasil Pertanian. A4 = 60% : 40 % (terdiri dari campuran
Alat tapioca 60% dani tepung mocaf 30%).
Peralatan yang digunakan dalam Faktor B adalah jumlah penambahan
penelitian ini meliputi blender (Philips), maltodekstrin yang terdiri dari empat
nampan, sendok, panci, peralatan taraf yaitu :
penggorengan, kompor gas, timbangan B0 = 0% (Perlakuan tanpa maltodektrin).
digital Ohaus (Adventurer Pro AV B1 = 0,1% (Perlakuan dengan penambahan
412,USA), loyang, ayakan, baskom, oven maltodektrin sebesar 0,1 %).
(Memmert 854 Schwabach,Germany B2 = 0,2% (Perlakuan dengan penambahan
1977), desikator, timbangan analitik maltodektrin sebesar 0,2 %).
(AND GR-2000,Japan 2001), viscometer B3 = 0,3 % (Perlakuan dengan penambahan
(Brookfield), soklet, tanur (Furnace- maltodektrin sebesar 0,3 %).
Thermolyne Series 1000), kompor listrik Dimana masing-masing perlakuan
(Maspion), penangas air (Memmert P diulang sebanyak 3 kali dengan
Selecta Precisterm), sentrifuse (Sigma kombinasi pelakuan 4 x 4 x 3 sehingga
204), tabung reaksi, rak tabung reaksi, diperoleh 48 unit perlakuan.
vortex, dan gelas ukur. Data yang diperoleh dari hasil
Metode Penelitian penelitian dianalisis dengan
Metode penelitian yang menggunakan Duncan’s Multiple Range
digunakan didalam penelitian yaitu Test (DMRT) pada taraf 5 %. Tabel
Rancangan Acak Lengkap (RAL) kombinasi dari perlakuan dapat dilinat
dengan pola faktorial yang terdiri dua pada tabel 1.
faktor yaitu Faktor A adalah proporsi

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan


A
B
A1 A2 A3 A4
B0 B0A1(3X) B0A2(3X) B0A3(3X) B0A4(3X)
B1 B1A1(3X) B1A2(3X) B1A3(3X) B1A4(3X)
B2 B2A1(3X) B2A2(3X) B2A3(3X) B2A4(3X)
B3 B3A1(3X) B3A2(3X) B3A3(3X) B3A4(3X)

Pelaksanaan Penelitian penelitian lanjutan. Selain itu pada


penelitian pendahuluan juga ditentukan
Penelitian pendahuluan
persentase maltodekstrin yang cocok
Penelitian pendahuluan dilakukan
untuk ditambahkan, jumlah air yang
untuk menentukan proporsi tapioka dan
tepung mocaf yang akan dipakai dalam tepat untuk ditambahkan, serta waktu
dan suhu penggorengan yang tepat. Pada

18 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

penelitian pendahuluan ini tepung maltodekstrin 0% keripik bayam yang


campuran dicoba untuk diaplikasikan dihasilkan kenampakan tepung kurang
pada pembuatan keripik bayam. rata dan sangat berminyak teksturnya
Perlakuan yang dapat digunakan untuk juga kurang renyah. Meskipun demikian
penelitian lanjutan adalah perlakuan maltodekstrin 0% ini tetap digunakan
yang menghasilkan keripik bayam yang pada penelitian lanjutan sebagai kontrol.
kualitas sensorinya dapat diterima dari Sedangkan pada maltodekstrin 0,05%
segi kenampakan, tekstur/kerenyahan keripik bayam yang dihasilkan tidak
dan rasa. berbeda dengan keripik bayam tanpa
Perbandingan antara tapioka maltodekstrin yaitu kenampakan tepung
dengan tepung mocaf yang dicoba pada kurang rata dan sangat berminyak
penelitian pendahuluan yaitu 30:70, teksturnya juga kurang renyah.
40:60, 50:50, 60:40 dan 70:30% (b/b). Maltodekstrin 0,3% menghasilkan
Untuk tapioka : mocaf = 20 : 80% tidak keripik bayam dengan tekstur yang keras
digunakan pada penelitian ini karena namun kenampakan tepungnya tetap rata
adonan terlalu kental dan pada dan agak berminyak, sehingga masih
penggorengan dengan suhu 170OC dapat diterima. Jadi konsentrasi
dengan waktu 1 menit keripik bayam maltodekstrin yang akan digunakan
yang dihasilkan kenampakan tepungnya untuk penelitian lanjutan adalah 0%;
terlalu tebal sehingga teksturnyapun 0,1%; 0,2% dan 0,3%.
tidak renyah. Jika waktu penggorengan Perbandingan antara tepung dan
ditambah menjadi jadi 2 menit keripik air yang dicoba adalah 1 :1, 1:2 dan 1:3
bayam menjadi gosong. Begitu pula (b/v). Untuk perbandingan 1 : 1 adonan
dengan tapioka : mocaf = 80 : 20% tidak pada proporsi tapioka : mocaf = 30 : 70
dipakai karena adonan terlalu encer dan terlalu kental, sedangkan perbandingan 1
pada waktu dan suhu penggorengan yang : 3, adonan pada proporsi tapioka :
sama, keripik bayam yang dihasilkan mocaf = 60 : 40 terlalu encer.
kenampakan tidak rata dan banyak Perbandingan 1 : 2 menghasilkan adonan
porous, teksturnyapun sangat keras. untuk proporsi tapioka : mocaf = 30 : 70
Untuk perbandingan tapioka : mocaf = yang tidak terlalu kental dan untuk
30 : 70%, 40 : 60%, 50 : 50%, dan 60 : tapioka : mocaf = 60 : 40 tidak terlalu
40%, keripik bayam yang dihasilkan encer. Sehingga perbandingan antara
kenampakan tepung rata dan putih tepung dan air yang akan digunakan
sehingga menarik, tekstur renyah dan pada penelitian lanjutan adalah 1 : 2
tidak keras, rasa keripik juga enak. (b/v).
Sedangkan tapioka : mocaf = 70 : 30% Suhu penggorengan yang dipakai
hasilnya sama dengan tapioka : mocaf = mengacu pada penelitian-penelitian
80 : 20%, sehingga proporsi tersebut terdahulu dimana untuk menggoreng
tidak diterima. Jadi proporsi antara keripik tempe, suhu yang dipakai
tapioka dengan tepung mocaf yang akan berkisar antara 160°-170°C. Sehingga
digunakan untuk penelitian lanjutan pada pembuatan keripik bayam kali ini
adalah 30 : 70%, 40 : 60%, 50 : 50%, dicoba suhu penggorengan 160°, dan
dan 60 : 40%(b/b). ternyata pada suhu tersebut keripik
Konsentrasi maltodekstrin yang bayam yang dihasilkan kenampakan dan
dicoba pada penelitian pendahuluan teksturnya dapat diterima. Oleh karena
yang telah dilakukan yaitu 0%; 0,05%; itu pada penelitian lanjutan, suhu
dan 0,3% (Nurhayati, 2003). Untuk

Jurnal Teknologi Pertanian 19


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

penggorengan yang dipakai adalah pakai meliputi garam halus 2,25 %,


160°C. ketumbar bubuk 2 %, bawang putih
Waktu penggorengan yang bubuk 2 %, dan kunyit bubuk 0,01 %.
dicoba pada penelitian ini yaitu 60, 90 Penentuan jenis dan banyaknya
dan 120 detik. Pada waktu 60 detik bumbu tersebut disesuaikan dengan
keripik bayam yang dihasilkan tekstur penelitian yang telah dilakukan oleh
kurang renyah, sedangkan pada waktu Sutrisniati et al. (1995) pada pembuatan
120 detik keripik bayam yang dihasilkan tepung campuran siap pakai untuk
gosong. Pada waktu 90 detik keripik produk gorengan. Setelah dilakukan
bayam yang dihasilkan tekstur renyah pengayakan, tepung campuran siap pakai
dan kenampakannya pun masih putih kemudian dianalisis secara kimia
tidak gosong. Sehingga waktu maupun fisik. Tepung campuran siap
penggorengan yang dipakai pada pakai kemudian diaplikasikan sebagai
penelitian ini adalah 90 detik. tepung pelapis pada keripik bayam.
Keripik bayam yang dihasilkan
Penelitian Utama selanjutnya digunakan untuk analisis
Tahap-tahap yang dilakukan penyerapan minyak, kadar air serta
dalam penelitian utama yaitu yang analisis sensoris.
pertama pembuatan tepung campuran
siap pakai. Tepung mocaf dicampur Kadar air TCSP
dengan tapioka dimana Proporsi tapioka : mocaf (A)
proporsi/perbandingannya berdasarkan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
hasil penelitian pendahuluan yang telah air TCSP (%). Kadar air TCSP pada
dilakukan. Kemudian tepung tersebut proporsi tapioka : mocaf (A) = 30:70%
dicampur maltodekstrin dengan (A1); 40:60% (A2); 50:50% (A3) dan
konsentrasi berdasarkan hasil penelitian 60:40% (A4) berturut-turut adalah 11,21
pendahuluan yang telah dilakukan. %bb; 12,14 %bb; 14,13 %bb dan 15,22
Bumbu - bumbu yang ditambahkan pada %bb. Kadar air pada berbagai persentase
proses pembuatan tepung campuran siap proporsi TCSP dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh (A) proporsi tepung tapioka : tepung mocaf terhadap Kadar Air
TCSP (%)
Perlakuan Kadar Air TCSP (%)
A4 15.219 a
A3 14.126 b
A2 12.135 c
A1 11.197 d
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Penambahan konsentrasi (B0), 0,1% (B1), 0,2% (B2), 0,3%(B3),


maltodekstrin (B) berpengaruh sangat berturut – turut nilainya 11,398 %,
nyata terhadap kadar air. Kadar air TCSP 12,657 %, 13,530 % dan 15,091 %.
pada penambahan maltodektrin (B)
adalah tanpa penambahan maltodektrin

20 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

Tabel 8. Pengaruh (B) penambahan Maltodektrin terhadap Kadar Air TCSP (%)
Perlakuan Kadar Air TCSP (%)
B3 15.091 a
B2 13.530 b
B1 12.657 c
B0 11.398 d
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Menurut Sudarmadji (1984), yang cukup lama karena lebih cepat


bahwa besarnya kadar air TCSP rusak akibat ditumbuhi jamur sehingga
berhubungan dengan daya tahan tepung kualitas menjadi menurun. Berdasarkan
selama penyimpanan. Air yang terdapat SNI 01-4476-1998 kadar air maksimal
dalam bentuk bebas pada bahan pangan untuk tepung bumbu yaitu 12%.
dapat membantu terjadinya proses Interakasi pengaruh proporsi
kerusakan pangan, misalnya karena tepung tapioca : tepung mocaf dan
proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatis penambahan maltodektrin terhadap
bahkan karena aktivitas serangga kadar air TCSP tersaji pada tabel 9.
perusak. Kadar air tinggi menyebabkan
tepung tidak tahan simpan dalam waktu

Tabel 9. Interaksi proporsi tepung tapioca : tepung mocaf dan penambahan


maltodektrin terhadap kadar air TCSP (%).
Perlakuan Kadar Air TCSP (%)
A4B3 18.167 a
A3B3 16.523 b
A4B2 16.523 b
A3B2 14.613 d
A4B1 14.373 d
A2B3 13.577 e
A3B1 13.457 e
A4B0 12.497 f
A2B2 12.267 fg
A1B3 12.097 fg
A3B0 11.910 g
A2B1 11.870 g
A1B2 11.400 h
A1B1 10.930 i
A2B0 10.827 i
A1B0 10.360 j

Kadar Abu TCSP TCSP pada proporsi tapioka : mocaf (A)


= 30:70% (A1); 40:60% (A2); 50:50%
Proporsi tapioka : mocaf (A)
(A3) dan 60:40% (A4) berturut-turut
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
adalah 3,31 %bk; 3,03 %bk; 2,62 %bk
abu TCSP begitu juga pada konsentrasi
dan 2,01 %bk. Kadar air pada berbagai
maltodekstrin (B) dan interaksinya
berpengaruh sangat nyata. Kadar abu

Jurnal Teknologi Pertanian 21


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

persentase proporsi TCSP dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh (A) proporsi tepung tapioka : tepung mocaf terhadap Kadar Abu
(%)
Perlakuan Kadar Abu TCSP (%)
A1 3.3100 a
A2 3.0250 b
A3 2.6167 c
A4 2.0067 d
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Semakin banyak proporsi tapioka besi dan phospor. Pada tapioka, mineral
maka kadar abu tepung campuran juga yang ada di dalamnya jumlahnya sangat
semakin menurun. Hal ini disebabkan sedikit karena hampir seluruh komponen
tepung mocaf mengandung kadar abu penyusunnya adalah pati. Kadar abu
yang lebih tinggi yaitu 0,2 % (Faza, TCSP pada berbagai konsentrasi
2007) dibandingkan dengan kadar abu maltodekstrin dapat dilihat pada tabel
dari tapioka yang hanya 0,06 % (De 11.
Man, 1997). Tepung mengandung
berbagai macam mineral seperti kalsium,

Tabel 11. Pengaruh (B) penambahan Maltodektrin terhadap Kadar Abu (%)
Perlakuan Kadar Abu (%)
B3 3.1075 a
B2 2.7233 b
B1 2.5658 c
B0 2.5617 c
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Kadar abu TCSP pada SNI 01-2997-1992 kadar abu maksimal


konsentrasi maltodekstrin 0% (B0); untuk tepung adalah 1,52 %bk.
0,1% (B1); 0,2% (B2) dan 0,3% (B3) Tapioka merupakan hasil
berturut-turut adalah 2.562%; 2.566% ; ekstraksi dari ubi kayu yang dalam
2.723% dan 3.108%. Proporsi tapioka : proses pembuatannya dilakukan
mocaf = 60 : 40 % memiliki kadar abu pemurnian, sehingga komponen –
yang terendah yaitu sebesar 2,01 %bk. komponen selain pati tidak ada
Interakasi pengaruh proporsi tepung (Tjokroadikoesomo, 1986). Kadar abu
tapioca : tepung mocaf dan penambahan yang tinggi pada tepung dapat
maltodektrin terhadap kadar abu tersaji menurunkan kualitas TCSP dan keripik
pada tabel 12. yang dihasilkan karena dapat
Namun kadar abu tersebut masih menyebabkan warna tepung dan keripik
melebihi batas maksimal. Berdasarkan bayam menjadi lebih gelap (Rustandi,
2009).

22 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

Tabel 12. Interaksi proporsi tepung tapioca : tepung mocaf dan penambahan
maltodektrin terhadap kadar abu (%).
Perlakuan Kadar Abu
A1B3 3.8600 a
A2B3 3.6200 b
A1B2 3.2133 c
A1B1 3.1467 c
A2B2 3.0267 d
A1B0 3.0200 d
A3B3 2.8200 e
A2B0 2.7600 ef
A2B1 2.6933 fg
A3B2 2.6667 g
A3B1 2.5433 h
A3B0 2.4367 i
A4B3 2.1300 j
A4B0 2.0300 k
A4B2 1.9867 k
A4B1 1.8800 l
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Viskositas TCSP = 30:70% (A1); 40:60% (A2); 50:50%


Hasil analisis ragam (A3) dan 60:40% (A4) berturut-turut
menunjukkan bahwa proporsi tapioka : adalah 217,50 cp; 188,10 cp; 164,40 cp
mocaf (A) dan konsentrasi maltodekstrin dan 152,50 cp.
(B) berpengaruh sangat nyata terhadap Pengaruh proporsi tepung tapioca
viskositas TCSP sedangkan interaksinya : tepung mocaf terhadap viskositas dapat
tidak berpengaruh nyata. Viskositas dilihat pada tabel 13.
TCSP pada proporsi tapioka : mocaf (A)

Tabel 13. Pengaruh (A) proporsi tepung tapioka : tepung mocaf terhadap Viscositas
Perlakuan Viscositas (cp)
A1 241.47 a
A2 141.01 b
A3 107.86 c
A4 102.11 d
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Semakin kecil proporsi tepung (telah tergelatinisasi sempurna atau


mocaf maka viskositas TCSP semakin belum) dan proporsi amilosa dan
menurun. Hal ini disebabkan viskositas amilopektin yang ada pada pati.
berkaitan dengan proses gelatinisasi dan Viskositas TCSP pada konsentrasi
tingkat penyerapan air. Faktor–faktor maltodekstrin 0% (B0); 0,1% (B1); 0,2%
yang berpengaruh terhadap viskositas (B2) dan 0,3% (B3) berturut-turut adalah
antara lain sifat alami dari pati itu sendiri 135,05 cp; 136,65 cp; 136.84 cp dan

Jurnal Teknologi Pertanian 23


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

184.22 cp. Viskositas TCSP pada dapat dilihat pada tabel 14.
berbagai penambahan maltodekstrin

Tabel 14. Pengaruh (B) penambahan Maltodektrin terhadap Viscositas (cp)


Perlakuan Viscositas (cp)
B3 184.22 a
B2 136.84 b
B1 136.35 c
B0 135.05 d
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Menurut Rahman (2007) menyebabkan kekentalan produk


kandungan pati dari tepung mocaf 73,29 semakin rendah (Laga, 2006). Menurut
%bk, sedangkan kandungan pati pada Rahman (2007) kandungan amilosa pada
tapioka 86,90 %bk (Suprapti, 2009). tepung mocaf yaitu 11,07 %bk,
Jumlah gugus hidroksil dalam molekul sedangkan pada tapioka 17,39 %bk
pati sangat besar, sehingga semakin sehingga semakin tinggi proporsi tapioka
besar proporsi tapioka maka kemampuan pada TCSP, viskositasnya semakin
menyerap air semakin besar pula. rendah. Pati dengan kadar amilosa tinggi
Meningkatnya viskositas dimulai pada akan menyebabkan lapisan (film)
saat granula–granula pati mulai menjadi rapat akibat terjadinya interaksi
membengkak. Air yang semula berada di antara rantai (chain–to–chain) molekul
luar granula dan bergerak bebas sebelum polimer yang lebih kuat sehingga sifat
suspensi dipanaskan, kini sudah berada hidrofilik lapisan (film) menjadi
di dalam butir–butir pati dan tidak dapat menurun karena mengandung sedikit
bergerak dengan bebas lagi (Winarno, gugus hidroksil (Garcia et. al., 1999
1992). Faktor–faktor yang berpengaruh dalam Cahyana dan Haryanto, 2006).
terhadap kenaikan penyerapan air secara Amilopektin berperan dalam
tidak langsung juga akan berpengaruh memerangkap air yang mempengaruhi
terhadap kenaikan viskositas (Whistler viskositas menjadi semakin tinggi.
and Paschall, 1969) maka semakin tinggi Amilopektin merupakan penyusun pati
kadar pati, penyerapan air semakin besar yang tersusun dari monomer α-glukosa
sehingga viskositas semakin meningkat. yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik
Hal ini karena maltodekstrin mempunyai dengan terbentuk cabang-cabang (tiap 20
viskositas yang relatif tinggi. mata rantai glukosa) dengan ikatan 1,6-
Maltodekstrin juga bersifat humektan glikosidik. Adanya rantai cabang,
yaitu dapat mengikat air sehingga dapat mengakibatkan amilopektin memiliki
digunakan dalam mengatur viskositas sifat amorf sehingga lebih renggang dan
suatu produk sesuai yang diinginkan air lebih mudah masuk. Hal ini
(Whistler et al., 1984). Interakasi menyebabkan gelatinisasi dan
pengaruh proporsi tepung tapioca : pengembangan bahan berjalan lebih
tepung mocaf dan penambahan sempurna, sehingga viskositas
maltodektrin terhadap kadar abu tersaji meningkat.
pada tabel 15.
Menurut dari tabel dan grafik
proporsi amilosa yang semakin tinggi

24 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

Tabel 15. Interaksi proporsi tepung tapioca : tepung mocaf dan penambahan
maltodektrin terhadap Viscositas (cp).
Perlakuan Viscositas (cp)
A1B3 312.03 a
A1B1 218.65 b
A1B2 218.45 c
A1B0 216.77 d
A2B3 211.46 e
A2B2 118.21 f
A2B1 117.87 g
A2B0 116.51 h
A3B3 110.35 i
A3B2 108.06 j
A3B1 107.02 k
A3B0 106.02 l
A4B3 103.03 m
A4B2 102.66 n
A4B1 101.87 o
A4B0 100.89 p
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf 5%

KESIMPULAN DAN SARAN %bk; kadar air keripik bayam 2,49


%bb; tingkat penyerapan.
Kesimpulan
1. Proporsi tapioka : tepung mocaf = Saran
60 : 40 % mampu menghasilkan Perbandingan tepung campuran
keripik bayam dengan tekstur siap pakai dan tepung mocaf menjadikan
renyah (3,17); tepung pelapis agak hasil adonan yang menentukan tingkat
rata (1,61); warna putih kecokelatan kerenyahan produk kripik bayam
(3,39) dan kadar lemak 27,35 %bk. disamping sehingga perlu dilakukan
2. Penambahan maltodekstrin 0,2 % penelitian lebih lanjut tentang formulasi
mampu menghasilkan keripik yang tepat terhadap bahan baku lainnya.
bayam dengan tekstur renyah Persentase penambahan maltodektrin
(2,73); tepung pelapis agak rata akan berakibat pada pencoklatan bahan
(2,37); warna putih kecokelatan yang ini akan berpengaruh kepada
(2,86) dan kadar lemak 31,14 %bk. penerimaan terhadap keripik bayam
3. Hasil perlakuan terbaik berdasarkan sehingga perlu juga dilakukan penelitian
uji indeks efektivitas diperoleh dari lebih lanjut pada perbandingan yang
kombinasi perlakuan proporsi lain.
tapioka : tepung mocaf = 60 : 40
dan penambahan maltodekstrin 0,2
DAFTAR PUSTAKA
% (T4M2). Hasil perlakuan ini
memiliki kadar air TCSP 12,48 Blanchard, P.H. and R.K. Franches.
%bb; kadar abu TCSP 2,26 %bk; 1995. Starch : Chemistry and
viskositas TCSP 165 cp; kapasitas Technology. Academic Press Inc,
penyerapan minyak TCSP 179,09 New York. 718pp.

Jurnal Teknologi Pertanian 25


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

De Man, J.M. 1997. Kimia Makanan. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi


Penerbit ITB, Bandung. Minyak dan Lemak Pangan. UI
Demedia. 2009. Rahasia Membuat Press. Jakarta.
Gorengan Terbaik. (On-Line) Laga, A. 2006. Pengembangan Pati
http://demediapustaka.com. Termodifikasi dari Subtrat Tapioka
Diakses pada tanggal 1 November dengan Optimalisasi Pemotongan
2009 Rantai Cabang Menggunakan
Direktorat Depkes RI. 1990. Daftar Enzim Pullunase. Prosiding
Konsumsi Bahan Makanan. Seminar Nasional PATPI, 2-3
Bharata Karya Aksara, Jakarta. Agustus 2006, Perhimpunan Ahli
Faza, F. 2007. Kurangi Impor Terigu Teknologi Pangan Indonesia
Dengan Mocaf.(On-Line) (PATPI).
http://agrina-nline.com. Diakses Lawson, H. 1994. Food Oils and Fats,
pada tanggal 25 November 2009. Technology Utilizationa and
Fellow, J.J. 1990. Food Processing Nutrition. Chapman and Hall Dept.
Technology, Principle and B,C. New York.
Practise. Ellis Horwood. London. Matz, S.A. 1976. Snack Food
Furia, T.E.1972. Handbook of Food Technology. AVI. Westport.
Additive, Vol.I,2nd ed. Cleveland, Muliani, R.R.D. 2005. Penambahan
CRC. Jambu Biji sebagai Flavoran dan
Harris, R.S. dan E.Karmas. 1975. Maltodesktrin terhadap Sifat Kimia
Evaluasi gizi pada pengolahan dan Sensorik Seawed Leather.
bahan pangan. ITB Press. Skripsi. Fakultas Pertanian
Bandung. Unsoed, Purwokerto. (Tidak
Hartomo, A.J. dan M.C. Widiatmoko. dipublikasikan).
1993. Emulsi dan Pangan Instan Nurhayati. 2003. Studi Penggorengan
Berlesitin. Penerbit Andi Offset. Keripik Sayuran Menggunakan
Yogyakarta. Tapioka Sebagai Tepung Pelapis.
Haryadi. 1990. Pengaruh Kadar Amilosa Tesis Universitas Brawijaya
Beberapa Jenis Pati Terhadap Malang. Malang.
Pengembangan, Higroskopisitas Oey, K.N. 1998. Daftar Analisa Bahan
dan Sifat Inderawi Kerupuk. Makanan. Penerbit FKUI, Jakarta.
Laporan Penelitian. UGM, Rahman, A.M. 2007. Mempelajari
Yogyakarta. (Tidak Karakteristik Kimia dan Fisik
dipublikasikan). Tepung Tapioka dan Mocaf
Herlina, L. 1999. Peran Tepung Kedelai, (Modified Cassava Flour) Sebagai
Tahu dan Variasi Pengenceran Penyalut Kacang Pada Produk
Tepung Adonan Tempe Chips Kacang Salut. Skripsi. Fakultas
Dalam Upaya Pengurangan Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Absorbsi Minyak Goreng. Skripsi. (Tidak dipublikasikan).
Fakultas Pertanian UNSOED, Ramdhan, A.N. 2009. Pengaruh
Purwokerto. (Tidak Perbandingan Tepung Beras Rose
dipublikasikan). Brand, Tepung Beras Karya Tani
Kadan, R.S., R.J. Bryant and A.B. dan Konsentrasi Santan Kelapa
Pepperman. 2003. Functional Terhadap Karakteristik Rempeyek
properties of extruded rice flours. Bayam. Kumpulan Program
J. Food Sci., 68:1669-1672.

26 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 3, No. 1, Tahun 2014

Kreatifitas Mahasiswa. Unpas. Adonan Tepung Pelapis. Skripsi.


Bandung. Fakultas Pertanian UNSOED.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Purwokerto. (Tidak
Daging. Gajah Mada Univercity dipublikasikan).
Press. Yogyakarta Vail, G.E.; J.A. Philips, L.O. Rust, R.M.
Subagio, A. 2007. Industrialisasi Griswood and M.M. Justin. 1988.
Modified Cassava Flour (Mocaf) Foods. Houtson Mifllin Company,
Sebagai Bahan Baku Industri Boston.
Pangan Untuk Menunjang Voutsinas, L.P. and Nakai, S. 1983. A
Diversifikasi Pangan Pokok simple turbidimetric method for
Nasional.Fakultas Teknologi determining the fat binding
Pertanian, Universitas Jember. capacity of proteins. Journal Agri.
Jember. Food Chem. 31 : 58-61.
Sudarmadji, S. 1996. Analisa Bahan Weiss, T.J. 1983. Food Oils and Their
Makanan dan Pertanian. Penerbit Uses. The AVI Publishing Co.,Inc.
Liberty. Jogjakarta. Westport. Connecticut.
Sumaryono, H. 1984. Kunci Bercocok Whistler, F.R., J.N. Be Miller and E.F.
Tanam Sayur-Sayuran Penting di Paschall. 1984. Carbohydrate
Indonesia. CV Sinar Baru. Chemistry for Food Scientist.
Bandung Academica, Inc. London.
Suprapti, M.L. 2009. Tepung Tapioka Whistler, F.R. and J.N. Be Miller. 1997.
Pembuatan dan Pemanfaatannya. Carbohydrate Chemistry for Food
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Scientist. Academica, Inc. London.
Sutrisniati, D; D. Mahdar; H. Wiriano Whistler, R.L dan E.P. Paschall. 1969. In
dan I.N. Ridwan. 1995. Pengaruh Starch Chemistry and Tech.
pencampuran tepung dan Academic Press, New York Vol 1.
penambahan carboxy methyl Widowati, S; Suismono; Suarni; Sutrisno
cellulose (CMC) pada pembuatan dan O. Komalasari. 2002. Petunjuk
tepung campuran siap pakai untuk Teknis : Proses Pembuatan Aneka
produk gorengan. Jurnal Warta Tepung Dari Bahan Sumber
IHP. 12(1-2):1-4. Karbohidrat Local. Balai
Tranggono. 1990. Bahan Tambahan Penelitian Pascapanen Pertanian.
Pangan (Food Additive). PAU Badan Litbang Pertanian.
Pangan dan Gizi. UGM, Winarno, F.G. dan S.T. Rahayu. 1994.
Yogyakarta. Bahan Tambahan Makanan dan
Tursilawati, R.A. 1999. Pengurangan Kontaminan. Pustaka Sinar
Absorbsi Minyak Pada Pembuatan Harapan, Jakarta.
Tempe Chip : Pengaruh Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Penggunaan Carboxy Methyl Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Cellulose (CMC) dan Pengenceran Jakarta.

Jurnal Teknologi Pertanian 27

Anda mungkin juga menyukai