SKRIPSI
OLEH
OLEH
SKRIPSI
Fakultas : Pertanian
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak untuk
menyimpan, mengalih media formatkan, mengelola, merawat, dan mempublikasikan
karya saya tersebut diatas selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis,
pencipta, dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat
sebenarnya.
Dibuat di Padang
A.N.M.F.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul: “Karakterisasi Biochar Limbah Kayu Manis (Cinnamomum sp.)
dan Surian (Toona sp.) Berdasarkan Ukuran Partikel sebagai Amelioran
Tanah”.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada Prof. Dr. Ir. Herviyanti, MS dan Ir. Irwan Darfis, MP selaku pembimbing I
dan pembimbing II yang telah memberikan bantuan, nasehat dan pengarahan
kepada penulis baik dalam masa studi maupun dalam penulisan skripsi ini. Terima
kasih juga disampaikan kepada orang tua atas do’a dan semangat yang selalu
diberikan untuk penulis, serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak lainnya
yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk skripsi ini, sehingga dapat lebih baik. Semoga hasil dari penelitian yang telah
penulis lakukan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan terhadap
keberlanjutan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu pertanian.
A.N.M.F.
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
v
KARAKTERISASI BIOCHAR LIMBAH KAYU MANIS
(Cinnamomum sp.) DAN SURIAN (Toona sp.) BERDASARKAN
UKURAN PARTIKEL SEBAGAI AMELIORAN TANAH
Abstrak
Kata kunci: Biochar, karakterisasi, limbah kayu manis, limbah kayu surian, ukuran
partikel,
vi
CHARACTERIZATION OF BIOCHAR DERIVED FROM
WOOD WASTE CINNAMON (Cinnamomum sp.) AND SURIAN
(Toona sp.) BASED ON THE PARTICLE SIZE AS SOIL
AMELIORANT
Abstract
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki cukup banyak ketersediaan limbah pertanian dan
perkebunan yang dapat dimanfaatkan untuk pembenah tanah, baik dari lahan sawah
maupun lahan kering. Terkait limbah ini ada 2 jenis, yaitu 1) bahan yang mudah
terdekomposisi seperti jerami, batang jagung, limbah sayuran dan 2) bahan yang
sulit terdekomposisi seperti kayu-kayuan, tempurung kelapa, dan tempurung kelapa
sawit. Pemanfaatan limbah pertanian khususnya yang sulit terdekomposisi dapat
dilakukan dengan mengonversinya dahulu menjadi biochar (arang aktif). Sifat
biochar ini sangat beragam tergantung dari bahan baku dan teknik pembuatanya
Biochar merupakan salah satu bentuk karbon stabil yang berasal dari hasil
konversi biomassa melalui pembakaran tidak sempurna dengan kondisi oksigen
terbatas. Proses pembakaran ini dikenal sebagai proses pirolisis. Menurut Speight
(1994), pirolisis adalah peristiwa kompleks, dimana senyawa organik dalam
biomassa didekomposisi melalui pemanasan sedikit kehadiran oksigen. Sehingga
yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di
dalamnya.
Biochar dapat dimanfaatkan sebagai amelioran tanah yang merupakan
bahan yang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa biochar dapat membantu
mengurangi pencucian unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti temuan Yao et
al. (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan biochar kayu lada brasil efektif
mengurangi pencucian nitrat (NO3-), ammonium (NH4 +) dan fosfat (PO 43-) masing-
masingnya sebesar 34%, 34.7%, dan 20.6%. Menurut Asai et al. (2009), biochar
sisa kayu dapat menahan air pada pori-pori yang ada dan membantu mengurangi
terjadinya aliran permukaan saat hujan agar air dapat dengan mudah masuk ke
dalam tanah. Peake et al. (2014) mengungkapkan bahwa pemberian biochar limbah
pabrik kayu pinus dapat meningkatkan kapasitas air yang tersedia sebesar lebih dari
22%.
Dalam pengaplikasian biochar, perbedaan bahan baku dan ukuran partikel
memberikan pengaruh yang berbeda pada tanah. Menurut Shenbagavalli dan
2
silika 0.5% (Idris et al., 2008). Setelah mengolah kayu ini menjadi bahan bangunan
dan konstruksi, terdapat beberapa bagian yang menjadi sisa pengolahan dalam
jumlah banyak. Selain itu, juga ada sisa-sisa penebangan yang tidak digunakan
untuk pembuatan bahan baku konstruksi dan furnitur. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dalam memanfaatkan sisa kayu ini adalah dengan menjadikannya sebagai
salah satu bahan baku dari biochar yang dapat bermanfaat sebagai amelioran tanah.
Perbedaan ukuran partikel biochar akan memberikan perbedaan sifat
biochar. Ukuran partikel merupakan karakteristik geometrik yang biasanya
ditetapkan untuk material dengan ukuran mulai dari nanometer hingga milimeter.
Semakin besar angka ukuran mesh screen, maka akan semakin halus ukuran dan
luas permukaan suatu partikel. Biochar banyak digunakan dalam dua bentuk yaitu
serbuk halus dan granul. Saueprasearsit et al. (2010) menyatakan semakin kecil
ukuran suatu partikel maka semakin tinggi daya penyerapannya yang disebabkan
oleh luas permukaan partikel yang semakin besar. Dalam penelitian Imelda et al.
(2019) ditemukan bahwa arang aktif dari kulit pisang dengan ukuran 200 mesh
memiliki nilai penyerapan logam tembaga terbesar yaitu 124,46 ppm, dibandingkan
dengan ukuran 10 mesh, 40 mesh, 80 mesh, dan 100 mesh. Oleh karena itu penting
mempelajari pengaruh dari ukuran partikel biochar terhadap karakteristiknya.
Pada penelitian Duarte et al. (2019) ditemukan penambahan 25 Mg ha− 1
biochar dengan fraksi >2 mm memiliki sedikit pengaruh terhadap peningkatan
karbon di tanah liat, terutama pada tanah berpasir. Pada kedua tanah tersebut,
kandungan karbon meningkat secara signifikan dengan penurunan ukuran partikel
biochar (2–0,15 mm); jumlah karbon untuk tanah lempung meningkat 6,6 kg kg−1
C dan di tanah berpasir sebesar 4,2 kg kg– 1 C pada ukuran partikel biochar yang
lebih kecil (<0,15 mm). Meski tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap
jumlah nitrogen untuk ukuran partikel biochar yang berbeda, pada tanah yang
diaplikasikan biochar berukuran 0,15–2 mm terjadi peningkatan jumlah nitrogen
0,12 kg kg− 1 dibandingkan dengan tanah kontrol. Pada tanah lempung dan berpasir
memiliki rasio C: N berbeda. Peningkatan rasio C: N dengan pengaplikasian
biochar berukuran 2–0,15 mm lebih terlihat pada tanah berpasir. Sedangkan pada
tanah lempung, dengan penurunan ukuran partikel biochar (0,15–2 mm dan <0,15
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik biochar limbah
kayu manis dan surian berdasarkan ukuran partikel sebagai amelioran tanah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Biochar Kayu
Kayu terdiri dari selulosa, lignin, hemiselulosa dan zat ekstraktif yang
masing-masing memiliki fungsi di dalam tanaman, diantaranya selulosa memberi
kekuatan terhadap dinding sel, lignin mendukung serat selulosa dan memberi efek
hidrofobik serta menahan serangan patogen sedangkan zat ekstraktif dapat memberi
pertahanan fisik kayu (Stackpole et al., 2011). Kadar selulosa berhubungan dengan
waktu pembentukan kayu, semakin muda kayu itu terbentuk, maka diduga
kandungan selulosa semakin rendah dikarenakan lebih banyak terbentuk gula non-
selulosa dengan berat molekul rendah (Yunanta et al., 2014). Komponen lignin
memiliki struktur aril-alkil dan ikatan eter, sehingga komponen ini menjadi
komponen yang paling kuat dalam lignoselulosa (Usmana et al., 2012). Adapun
pentosan merupakan komponen penyusun hemiselulosa diantaranya xylosa dan
arabinosa (Hastuti et al., 2017).
Degradasi kayu hasil studi termogravimetri terjadi pada beberapa tahapan,
yaitu air terdegradasi pada suhu sekitar 100°C, kemudian hemiselulosa terdegradasi
pada suhu sekitar 300°C, selulosa pada suhu 350°C sedangkan lignin terdegradasi
bertahap pada suhu sekitar 250−500°C sehingga semua komponen pembentuk kayu
memberikan kontribusi terhadap pembentukan produk pirolisis (Poletto et al.,
2012). Hemiselulosa terdegradasi pada awal pirolisis karena strukturnya yang
amorf dan mudah terhidrolisis diikuti selulosa dengan memiliki rantai polimer yang
panjang dengan adanya ikatan hidrogen sehingga struktur selulosa lebih teratur dan
membentuk daerah kristalin. Lignin terdegradasi diakhir pirolisis dikarenakan
lignin merupakan komponen kimia yang sangat kuat dengan tingkat aromatik dan
disusun dari unit fenil propana bercabang (Darmawan et al.,2015) dengan
kandungan karbon yang cukup tinggi. Dari pernyataan tersebut, dapat menjadi
bahan pertimbangan bahwa untuk membuat arang dengan hasil yang baik (kadar
karbon terikat tinggi dengan zat mudah menguap yang rendah), diharapkan bahan
baku memiliki selulosa yang rendah karena selulosa cenderung membentuk produk
lain baik yang terkondensasi atau tidak (Pereira et al., 2013), sehingga kualitas dan
rendemen arang dipengaruhi oleh komposisi kimia kayu yang digunakan.
6
Pada umumnya, dari hasil penelitian, kadar zat ekstraktif yang tinggi akan
menghasilkan kualitas arang yang lebih baik, karena akan menghasilkan zat mudah
menguap yang rendah, hal ini sesuai dengan penelitian Iskandar dan Rofiatin
(2017), yang menyatakan bahwa kadar ekstraktif berpengaruh positif terhadap
kualitas arang, terutama nilai kalor.
Kadar abu berhubungan dengan bahan anorganik yang terkandung dalam
kayu (Mandre, 2006) dan dipengaruhi oleh kondisi tanah karena tanaman diduga
dapat menyerap bahan anorganik dari tanah tempat tumbuh tanaman tersebut. Pada
umumnya keberadaan komponen anorganik pada kayu disinyalir dapat
mengganggu produksi arang karena komponen tersebut sulit terdegradasi pada
proses pirolisis. Begitupun juga dengan kadar air, dapat menurunkan fraksi organik,
sehingga karbon terikat pada produk arang akan menurun (Alpian et al., 2011).
Kadar silika pada kayu diharapkan rendah, karena tinginya kadar silika dalam kayu
menyebabkan cepat tumpulnya alat kerja dalam proses pengerjaan kayu (Pasaribu
et al., 2007).
Menurut Komarayati dan Cusmailina (1994), perbedaan kadar air dari arang
kayu disebabkan oleh daya serap air, kelembaban udara serta lama dan cara
penyimpanannya. Sedangkan untuk perbedaan kadar abu dari arang kayu
dipengaruhi oleh jenis kayu dan tempat tumbuhnya. Selanjutnya, besar kecilnya
kadar zat yang mudah menguap dipengaruhi oleh suhu maksimum pengolahan,
yaitu semakin tinggi suhu maksimum pengarangan maka akan semakin rendah
kadar zat mudah menguap dan makin tinggi kualitas arangnya (Hudaya dan
Hartoyo,1988).
Shetty dan Prakash (2020) menemukan sifat fisika, kimia dan beberapa
kandungan nutrisi biochar kayu yang dibuat dari kayu Eukaliptus yang disajikan
pada Tabel 1. Ada beberapa nilai dari nilai tersebut yang lebih tinggi dibandingkan
oleh dua biochar lainnya berupa biochar bambu dan sekam padi yang juga diteliti.
Beberapa nilai tersebut adalah porositas, kapasitas menahan air maksimal, pH,
kandungan K, kandungan Ca, kandungan Mg, kandungan Na, kandungan Cu,
kandungan Mn, dan kandungan B. Biochar ini juga memiliki potensial pengapuran
yang lebih tinggi yang disebabkan karena tingginya penyerapan kation basa oleh
7
pohon eukaliptus ini. Sehingga pemberian biochar kayu eukaliptus ini ke tanah
memberikan peningkatan pH ke tanah lebih tinggi dari biochar lainnya. Hal ini
mengindikasikan tingginya garam yang dapat larut, besarnya CaCO 3eq dan kadar
Ca dari pada biochar lainnya.
Tabel 1. Sifat fsika, kimia dan kandungan nutrisi biochar kayu eukaliptus
Bobot Volume 0,31 kg/m3
Kerapatan Partikel 1,32 kg/m3
Sifat Fisika Porositas 73,83%
Kapasitas Menahan Air Maksimal 213,31%
Kandungan Abu 8,8%
pH (1:5) 10,5
Konduktivitas listrik (1:5) 4,99 dS/m
Sifat Kimia
KTK 26,25 cmol(p+)/kg
Calcium carbonate Equivalent (CaCO3eq) 31%
C 72,5%
N 0,13%
P 0,15%
K 1,47%
Ca 2,3%
Mg 0,48%,
Kandungan S 0,07%
Nutrisi Na 0,1%
Si 2,03%
Zn 23,9 mg/kg
Cu 36,6 mg/kg
Mn 630,8 mg/kg
Fe 553,7 mg/kg
B 24,42 mg/kg
Sumber: Shetty dan Prakash (2020)
Penelitian Ronsse et al. (2013) menemukan bahwa biochar kayu pinus
memiliki potensi luas permukaan tertinggi (mencapai 196 m²/g) dibandingkan
semua jenis biochar lainnya yang memiliki permukaan spesifik BET (Brunauer-
Emmett-Teller) dibawah 50 m²/g. Selain itu, biochar kayu pinus ini memiliki kadar
abu terendah dari semua bahan baku yang digunakan (0,2, 7,9, 3,5, dan 38,4% berat
untuk kayu, jerami, limbah hijau dan alga, masing -masing). Dari pengamatan yang
dilakukan, jumlah kadar abu yang semakin tinggi dalam bahan baku biomassa
memiliki korelasi negatif dengan luas permukaan spesifik pada biochar yang
8
dihasilkan. Ini mungkin disebabkan oleh peleburan dari abu cair mengisi pori-pori
pada biochar, sehingga mengurangi luas permukaan yang dapat diakses.
Pada penelitian Jindo et al. (2014) mengenai biochar sekam padi, jerami
padi, dan serpihan kayu pohon apel dan pohon ek yang dipirolisis pada suhu antara
400°C dan 800°C, ditemukan BET dan FTIR yang dihasilkan oleh proses
peningkatan suhu pada luas permukaan yang lebih tinggi, lebih banyak senyawa
aromatik dan penurunan kelompok alifatik. Kemudian Ghani et al. (2013) meneliti
sifat-sifat biochar dari limbah serbuk gergaji kayu karet dengan pirolisis antara
450°C dan 850°C, ditemukan total permukaan BETnya lebih rendah dari 10 m 2/ g
untuk suhu yang lebih rendah dan sekitar 200 m 2/ g untuk suhu yang lebih tinggi.
Kim et al (2012) juga meneliti sifat biochar dari pinus rigida yang diproduksi
dengan pirolisis cepat di berbeda suhu (300-500 ° C); diperoleh luas permukaan
BET antara 3,0 dan 175 m2/ g yang meningkat seiring dengan suhu pirolisis; dari
spektrum FTIR, mereka menemukan bahwa puncak regangan O-H (3600-3200 cm-
1) menurun pada spektrum untuk biochar. Azargohar et al. (2014) menghasilkan
biochar dari limbah pertanian (jerami gandum dan jerami rami) dan sisa-sisa hutan
(serbuk gergaji), pada suhu antara 400°C dan 550°C; menemukan peningkatan suhu
pirolisis mengakibatkan pecahnya permukaan biomassa, yang disebabkan oleh
retak termal dari biomassa induknya; dengan analisis FTIR, ditemukan bahwa
intensitas puncak 3300-3400 cm-1 (peregangan -OH), 2850-2950 cm-1 (-CH
peregangan), dan 1470 cm -1 (getaran deformasi dari alkana) menurun dengan
peningkatan suhu pirolisis, yang disebabkan oleh peningkatan struktur aromatik di
biochar.
Gambar 1. menunjukkan spektrum FTIR dalam kisaran 4000-2500 cm-1 dan
kisaran 1800-1000 cm-1 untuk tiga biochar yang diperoleh dalam kondisi gasifikasi
serupa. Spektrum FTIR pada rentang frekuensi antara 3600 cm -1 dan 3200 cm-1
menunjukkan puncak yang berhubungan dengan ikatan OH. Ukuran relatif kecil
dari puncak ini dikaitkan dengan hilangnya kelembaban karena suhu tinggi yang
dicapai dalam proses gasifikasi (Kim et al.,2012). Puncak bening yang biasanya
dikaitkan dengan hemiselulosa dan selulosa (yaitu, 3200-3000 cm-1 untuk OH atau
3100-3000 cm-1 untuk CH) tidak ada di semua sampel biochar, sehingga
9
tempurung kacang tanah dan biochar limbah sabut kelapa. Tidak ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat N, P dan K dari dua sistem.
Tabel 3. Karakteristik biochar kayu manis
Karakteristik TBS IS
Waktu pembuatan (menit) 100 80
Temperatur Pemanasan Maksimal (oC) 500 600
Hasil Biochar (%) 30 28
Karbon Organik (%) 62 70
Kadar Abu (%) 9 11
Bobot Volume ( gcm-3) 0.23 0.2
Kerapatan Sebenarnya ( gcm-3) 0.9 1.1
Porositas (%) 74 80
Kapasitas menahan air (%) 70 75
pH 10.5 11.1
Konduktifitas Listrik (mSm -1) 10.9 12.7
%N 0.154 0.164
%P 0.35 0.37
%K 0.69 0.7
Ket: TBS: Tradisional Barrel System IS: Improved System
surian berbentuk soliter dan tersusun mengikuti pola tata lingkar. Sel serabut kayu
surian ada yang bersekat. Kayu surian memiliki sel parenkim aksial yang termasuk
dalam kategori paratrakeal vasisentrik dan pita marjinal pada kayu awal. Komposisi
sel jari-jari kayu surian terdiri atas sel tegak dan sel baring, dan terdapat kristal
prismatik yang berbentuk rhomboidal atau oktahedral. Berdasarkan nilai turunan
dimensi sel serabutnya, kayu surian memiliki kelas mutu I untuk bahan baku pulp
dan kertas (Darwis et al., 2012).
Kayu surian memiliki kayu teras berwarna merah pucat sampai merah yang
lama kelamaan berubah menjadi merah kecoklatan, mudah dibedakan dengan
gubalnya berwarna putih keabu-abuan. Arah seratnya lurus sampai berpadu dan
teksturnya agak kasar. Pori sebagian soliter dan bergabung radial sampai miring
terdiri 2-3 pori, berisi endapan berwarna merah. Parenkim aksial tersusun atas
parenkim selubung sampai bentuk pita marginal. Parenkim jari-jarinya agak sempit
sampai lebar, prequensinya agak jarang dan tergolong berukuran pendek. Kayu
surian berat jenisnya rata-rata 0.37 (Pandit et al., 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kadar holoselulosa surian
adalah 67,14% yang tergolong tinggi. Holoselulosa merupakan fraksi total dari
karbohidrat yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa (Pasaribu et al., 2007).
Holoselulosa merupakan kombinasi selulosa (40-45%) dan hemiselulosa (15-
25%), biasanya memiliki kadar 65-70% berdasarkan berat kering kayu. (Rowell,
2005). Kadar holoselulosa yang rendah memberi gambaran bahwa rendemen bubur
kayu yang dihasilkan akan rendah, dan sebaliknya makin tinggi kandungan
holoselulosa dalam kayu akan memudahkan terbentuknya sifat hidrofilik pulp
sehingga memudahkan terjadinya ikatan antar serat. Selain itu dalam pembuatan
arang aktif akan dihasilkan struktur lapisan kristalit heksagonal yang lebih banyak
dibandingkan dengan kayu yang kadar holoselulosanya rendah (Pari, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kadar lignin surian adalah
27.41% yang tergolong sedang. Tingginya kadar lignin akan sangat baik untuk
dibuat briket arang yang dilakukan dengan cara kempa ulir panas pada waktu
pembuatan briket kayunya.
14
Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kadar pentosan surian adalah
17.78% yang tergolong rendah. Untuk pengolahan kayu menjadi arang, kadar
pentosan yang tinggi dapat menurunkan rendemen arang. Ini karena pentosan
merupakan polimer yang rantainya lebih pendek dibandingkan selulosa dan lignin,
sehingga mudah terdegradasi oleh panas selama proses pengarangan.
Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kandungan air surian adalah
9.37 %. Sedangkan untuk kadar abu dan silikanya masing-masing adalah 0.79%
yang tergolong sedang dan 0.05% yang tergolong rendah. Komponen yang terdapat
dalam abu diantaranya adalah K2O, MgO, CaO, Na2O.
Hasil penelitian Sujarwo (2009) menunjukkan beberapa karakteristik dari
arang aktif dari limbah kayu surian yaitu hasil rendemen sebanyak 64.133-74.065
%, kadar air sebanyak 2.096-5.096 %, volatile matter sebanyak 24.430-40.206 %,
kadar abu sebanyak 6.488-9.482 %, dan karbon terfiksasi sebanyak 53.216-66.681
B. Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Karakteristik Biochar
Berdasarkan penelitian Sangani et al. (2020) mengenai pengaruh bahan
baku dan ukuran partikel terhadap sifat biochar, bahan baku merupakan faktor
utama yang mempengaruhinya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan substansi
dalam komposisi kimia dan struktur biologis biomassa induk. Ukuran partikel juga
mempengaruhi semua sifat biochar secara signifikan kecuali titik isoelektrik.
Disamping itu, pengaruh interaksi antara bahan baku dan ukuran partikel secara
signifikan mudah mempengaruhi semua sifat biochar kecuali pH dan titik
isoelektrik. Studi ini menyimpulkan bahwa bahan baku sebagian besar mengontrol
karakteristik fisikokimia biochar. Kemudian untuk bahan baku tertentu, ukuran
partikel biochar dapat mengubah sifat fisik secara signifikan dan sifat kimia dengan
tingkat perubahan yang lebih rendah. Namun, masing-masing karakteristik untuk
setiap bahan baku berbeda-beda ketika ukuran partikel diubah. Karena perubahan
ukuran partikel dapat mengubah beberapa karakteristik biochar, maka akan
mempengaruhi cara biochar berinteraksi dengan media target dan kinerja akhirnya.
Partikel biochar yang kecil lebih mudah berinteraksi dengan partikel tanah
untuk membentuk agregat daripada yang berukuran besar (Herath et al., 2013).
Selain itu, luas permukaan spesifik yang lebih besar per satuan massa meningkatkan
15
retensi air (Blanco-Canqui, 2017) dan air yang tersedia untuk tanaman (Zhang et
al.,2016).
Biochar dengan ukuran yang kecil memiliki lebih banyak pori mikro
daripada biochar yang berukuran besar. Sehingga biochar dengan ukuran kecil ini
dapat menahan air lebih kuat dan memiliki kandungan air tersedia yang lebih
banyak daripada yang berukuran besar. Namun, partikel-partikel berukuran kecil
dapat mengurangi aliran air jenuh di tanah dengan menyumbat ruang pori (Blanco-
Canqui, 2017).
Ukuran partikel signifikan mempengaruhi luas permukaan dari biochar
kayu, biochar sekam padi, dan biochar limbah teh. Peningkatan luas permukaan
berbanding terbalik dengan ukuran partikel sehingga luas permukaan meningkat 5
lipat saat ukuran partikel dari kasar menjadi sangat halus. Penelusuran lebih rinci
menunjukkan bahwa besarnya peningkatan luas permukaan bervariasi dengan
bahan baku. Inilah bukti adanya sebuah pengaruh antara jenis biochar dan ukuran
partikel. Perbedaan ukuran partikel dapat meningkatkan luas permukaan masing-
masing biochar kayu, biochar sekam padi, dan biochar limbah teh, masing-
masingnya sebesar 93.4, 9.4 dan 1.6 kali, dengan kategori signifikan, sedang, dan
rendah. Biochar kayu dan biochar sekam padi menunjukkan peningkatan luas
permukaan dengan ukuran yang semakin kecil, peningkatan ini lebih bertahap pada
biochar limbah teh dibandingkan dengan biochar kayu, dan perubahan yang agak
dramatis terjadi pada biochar kayu saat ukuran menurun dari halus menjadi sangat
halus. Sebaliknya, luas permukaan biochar limbah teh hampir tidak bergantung
pada ukuran partikel. Hal ini ditunjukkan dengan partikel ukuran sedang dan
halusnya memiliki luas permukaan yang lebih besar dari partikel kasar dan sangat
halus (Sangani et al., 2020).
Biochar berukuran sangat halus yang dihasilkan dari limbah teh memiliki
KTK tertinggi 32.8 cmol (p+) kg−1, sementara KTK terendah 14.6 cmol (p+) kg−1
pada biochar berukuran kasar yang berasal dari serpihan kayu. KTA juga berkisar
dari 0.4 hingga 3.6 cmol kg−1 untuk biochar kayu berukuran kasar dan biochar teh
berukuran sangat halus. Secara keseluruhan, KTK semua biochar bernilai sedang
dengan KTK dari biochar teh relatif tinggi dibandingkan dengan biochar sekam
16
padi dan biochar kayu. Terlepas dari ukuran partikel, KTA untuk sampel biochar
limbah teh secara konsisten lebih tinggi daripada biochar kayu atau biochar sekam
padi. Kapasitas Tukar Kation dan Kapasitas Tukar Anion keduanya meningkat
dalam urutan biochar kayu < biochar sekam padi < biochar limbah teh (Sangani et
al., 2020).
KTK dan KTA dari ketiga biochar ditemukan sedikit tergantung pada
ukuran; di mana KTK meningkat dengan penuruan ukuran. Perubahan KTK
sebagian besar terjadi ketika ukuran partikel berubah dari halus menjadi sangat
halus, yang mengakibatkan peningkatan, penurunan atau tidak ada perubahan
signifikan dalam KTK untuk biochar teh, biochar sekam padi, dan biochar kayu.
Meskipun tidak ada perubahan signifikan dalam KTA dengan ukuran partikel baik
untuk RB atau WB, KTA dari TB berubah secara signifikan ketika ukuran
berkurang dari halus menjadi sangat halus (Sangani et al., 2020).
Dalam studi lain, Głab et al. (2016) menemukan bobot volume menurun,
porositas total meningkat, kadar air tersedia tanaman menurun, dan kemampuan
menahan air menurun dengan peningkatan ukuran biochar dari 0.5 menjadi 2 mm.
Berdasarkan penelitian Liescahyani et al. (2015) ditemukan bahwa biochar dari
tempurung kelapa dengan ukuran (0.5 – 1) mm memiliki berat volume paling tinggi
yakni 1.05 g cm-3 dan berbeda tidak nyata dengan sekam pada ukuran yang sama.
Sedangkan biochar dengan bahan baku kayu pada ukuran (1 – 2) mm memiliki berat
volume paling kecil yakni 0.86 g cm-3 dan berbeda tidak nyata dengan biochar
seresah pada ukuran partikel yang sama tetapi menurun secara nyata bila
dibandingkan dengan biochar tempurung kelapa dan sekam.
Perubahan berat volume terjadi karena setiap bahan baku memiliki berat
volume yang berbeda. Semakin rendah berat volume biochar yang diaplikasikan,
maka semakin rendah pula berat volume tanah setelah aplikasi. Seperti pada
perlakuan kayu dengan ukuran partikel (1 - 2) mm yang memiliki berat volume
paling rendah yakni 0.11 g cm-3 memberikan berat volume tanah paling rendah,
sedangkan tempurung kelapa dengan diameter (0.5 - 1) mm yang memiliki berat
volume tinggi yakni 0.31 g cm-3 memberikan berat volume tanah paling tinggi
(Liescahyani et al., 2015)
17
Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung
perlakuan lebih besar dari F tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Duncan’s New
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Bahan Baku Biochar
Kayu manis dan Kayu Surian didapatkan dari sekitar tempat tinggal penulis,
di Sungai Cubadak, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Bahan baku tersebut
diambil bagian dahannya. Kemudian dipotong dengan panjang berkisar 30-40 cm
dan dibelah dengan ketebalan berkisar antara 1-3 cm. Setelah itu dikeringkan
selama satu minggu atau dengan kadar air sekitar 10-20%.
2. Proses Pembuatan Biochar
Jumlah kayu yang digunakan untuk membuat biochar masing-masing 10 kg.
Kayu disusun didalam kon-tiki dengan posisi seperti Gambar 2(a). Kemudian
dihidupkan apinya. Selama pembakaran, dilakukan pengadukan agar semua bahan
baku terbakar menjadi biochar. Juga dilakukan pengukuran suhu pembakaran.
Setelah semua bahan baku terbakar menjadi biochar, disiram secara perlahan
dengan air hingga apinya padam dan tidak berasap lagi. Kemudian dikeluarkan dari
Kon-Tiki dan dikeringanginkan. Proses pembuatan dapat dilihat pada Gambar 2.
Selanjutnya, hasil biochar dioven pada suhu 70oC selama 2x24 jam agar
suhu homogen. Setelah itu biochar diayak menggunakan Elektromagnetic Sieve
Shaker dengan ukuran ayakan 0.5 mm, 1 mm, 2 mm, 2.8 mm dan 4.75 mm. Terakhir
dilakukan karakterisasi biochar berdasarkan ukuran partikel dengan beberapa
analisis seperti Proksimat (kelembaban, zat volatil (Volatile Matter (VM)), kadar
abu, dan karbon terfiksasi (Fixed Carbon (FC))), pH, daya hantar listrik (Electrical
Conductivity (EC)), Potensi Pengapuran (liming potential), Karbon Inorganik
(Inorganic Carbon), KTK, dan FTIR. Selain itu juga dilakukan analisis kandungan
elemen unsur dari bahan baku biochar menggunakan analisis XRF.
E. Analisis Karakter Biochar di Laboratorium
Analisis laboratorium mengenai karakterisasi biochar yang dilakukan
meliputi:
No. Parameter Metode Referensi
1. Proksimat: D1762-84 oleh ASTM Singh et al., 2017
KA, Volatile Matter (American Society for
(VM), Kadar Abu, dan Testing and Materials)
Fixed Carbon (FC)
2. pH, daya hantar listrik pH: calomel electrode– Singh et al., 2017
(Electrical Conductivity glass electrode system,
(EC)), dan potensi EC: REML (The residual
pengapuran (liming maximum likelihood)
potential) Liming Potential:
Calcium Carbonate
Equivalent (modifikasi
dari metode pengukuran
kandungan karbonat
tanah oleh Rayment and
Higginson (1992))
3. Inorganic Carbon Titrimetric Singh et al., 2017
F. Pengolahan Data
Data proksimat, pH, daya hantar listrik, potensi pengapuran, karbon
inorganic, dan KTK yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji sidik
21
ragam menggunakan RAL. Jika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel taraf
5%, maka dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) taraf
5%. Data hasil analisis XRF ditampilkan dalam bentuk tabel dan analisis FTIR
ditampilkan dalam bentuk grafik spektrum dan tabel jenis ikatan yang didasarkan
pada Singh et al. (2017).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Bahan Baku Biochar
Bentuk dari bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biochar ini dapat
dilihat pada Gambar 3 dan 4. Batang kayu manis berwarna lebih putih dengan serat
kayu yang terlihat lebih lembut. Sedangkan batang dari limbah kayu surian
warnanya agak kemerahan dan serat kayunya terlihat kasar dan keras. Pada gambar
serpihan, terlihat jika serpihan dari kayu surian lebih kasar dan keras daripada
serpihan kayu manis. Bahkan setelah menjadi serbukpun terlihat bahwa serbuk
kayu surian lebih kasar dan keras. Kekasaran dan kekerasan dari sebuah kayu
berhubungan dengan kadar lignin dari suatu kayu. Dengan semakin tingginya kadar
lignin maka kayu akan semakin keras. Berdasarkan hasil penelitian Hamidah et al.
(2009), didapatkan bahwa kandungan lignin kayu manis tertinggi dari ketiga kelas
umur adalah 27% sedangkan untuk kandungan lignin dari kayu surian berdasarkan
penelitian Pari et al. (2006) adalah 27.41%. Dari kedua data tersebut terlihat jika
kayu surian memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi.
A1 A2 A3
B1 B2 B3
Gambar 3 Morfologi Limbah Kayu Manis (A; A1: Batang, A2 : Serpihan, A3:
Serbuk) dan Surian (B; B1: Batang, B2: Serpihan, B3: Serbuk)
23
Kandungan unsur pada bahan baku kayu manis dan surian yang dianalisis
XRF ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan unsur pada bahan baku kayu manis dan kayu surian
Kayu Manis Surian
No Elemen Unsur
…….………%.......................
1 Fosforus (P) 16.947 6.857
2 Kalium (K) 29.179 10.760
3 Kalsium (Ca) 34.396 69.191
4 Magnesium (Mg) 1.556 0.241
5 Tembaga (Cu) - 0.452
6 Besi (Fe) 3.323 2.085
7 Mangan (Mn) 0.691 0.050
8 Seng (Zn) 0.205 0.096
9 Klorin (Cl) 0.563 1.22
10 Silikon (Si) 4.181 2.880
11 Aluminium (Al) 3.873 2.373
12 Vanadium (V) - 0.010
13 Titanium (Ti) 0.403 0.240
14 Stronsium (Sr) 0.079 0.189
15 Perak (Ag) 4.524 2.542
16 Renium (Re) 0.003 0.002
17 Rubidium (Rb) 0.077 -
18 Indium (In) - 0.754
19 Krom (Cr) - 0.063
Kayu manis memiliki persentase Ca, K, dan P yang lebih banyak dari 15
elemen unsur yang dimilikinya. Ca, K, dan P pada bahan baku limbah kayu manis
yang digunakan yaitu 34%, 29%, dan 17%. Pada penelitian Ibrahim et al. (2019),
ditemukan Ca, K, dan P merupakan elemen unsur utama yang terdapat pada kayu
manis. Sedangkan untuk limbah surian yang digunakan pada penelitian ini memiliki
18 elemen unsur dengan persentase terbanyak pada Ca. Ca pada bahan baku limbah
surian adalah 69%. Seperti pada hasil penelitian Chen et al. (2014) mengenai surian
24
Kadar Suhu
Waktu
Bahan Air Berat awal rata- Rendemen biochar
Pembakaran
Baku rata
(%) (kg) (Menit) (oC) (kg) (%)
Kayu 10
14.27 25.7 559 2.47 24.7
Manis
Surian 12.28 10 28.3 525 3.57 35.7
2000
Hasil Pengayakan Biochar
Kayu Manis Surian
1500
Berat (gram)
1000
500
0
>8.00 4.75 - 8.00 2.80 - 4.75 2.00 - 2.80 1.00 - 2.00 0.50 - 1.00 < 0.50
Ukuran Partikel (mm)
Kayu
Manis
Surian
Ukuran
4.75 – 2.80 mm 2.80 – 2.00 mm 2.00 – 1.00 mm 1.00 – 0.50 mm ≤ 0.50 mm
Partikel
Gambar 5. Morfologi ukuran partikel biochar 4.75-≤0.50mm
2. Proksimat
Pengaruh ukuran partikel terhadap proksimat (kelembaban, zat volatil,
kadar abu dan fixed carbon) pada biochar limbah kayu manis dan surian disajikan
pada Tabel 6. Ukuran partikel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap
kelembaban, zat volatil, kadar abu dan fixed carbon dari biochar limbah kayu manis
dan surian.
Tabel 6. Pengaruh ukuran partikel terhadap proksimat pada biochar limbah kayu
manis dan kayu surian
Proksimat
Ukuran Fixed
Biochar Kelembaban Zat Volatil Kadar Abu
Partikel (mm) Carbon
……..………………..%..............................................
4.75 - 2.80 49.33 a 68.42 a 6.58 g 26.30 de
2.80 - 2.00 48.33 a 63.23 b 12.25 de 25.62 de
Kayu
2.00 - 1.00 42.33 b 62.40 b 13.00 cde 25.02 de
Manis
1.00 - 0.50 37.00 c 60.27 bc 14.87 bcd 24.43 e
≤0.50 33.67 c 58.26 c 16.13 bc 23.24 e
4.75 - 2.80 33.67 c 59.29 c 8.53 fg 37.86 a
2.80 - 2.00 32.83 c 54.31 d 10.90 ef 35.24 ab
Surian 2.00 - 1.00 32.33 c 51.71 d 14.76 bcd 33.45 b
1.00 - 0.50 27.00 d 47.95 e 17.35 b 31.73 bc
≤0.50 20.17 e 45.72 e 22.10 a 29.11 cd
KK 8.11% 3.16% 15.41% 8.23%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%
Biochar limbah kayu manis memiliki kelembaban berkisar antara 33.67-
49.33%, zat volatil antara 58.26-68.42%, kadar abu antara 6.58-16.13% dan fixed
27
Diantara kedua bahan baku, terlihat kadar abu pada biochar limbah surian lebih
besar dibandingkan kayu manis. Kadar abu merupakan bahan anorganik yang tidak
memuat unsur karbon dan pada pirolisis tidak terbakar. Kadar abu pada biomassa
adalah unsur kimia yang terdiri dari garam karbohidrat, sulfat, fosfat dan silikat dari
kalium, kalsium, magnesium. Maka jika kandungan kimia dalam biomasa ini
dipanaskan hingga berat konstan akan menghasilkan kandungan abu dalam biochar.
Kadar abu pada biochar sebanding dengan kandungan abu dalam biomassa. Abu
dalam biochar adalah oksida-oksida logam yang terdiri dari mineral-mineral yang
tidak dapat menguap dan mempunyai sifat tidak mudah terbakar (Iskandar dan
Rofiatin, 2017).
Fixed carbon pada biochar limbah kayu manis dan surian tertinggi terdapat
pada ukuran 4.75-2.80 mm dengan nilai masing-masing yaitu 26.30% dan 37.86%.
Diantara kedua bahan baku, fixed carbon pada biochar limbah kayu surian lebih
besar daripada kayu manis. Bahan baku dengan kandungan lignin yang lebih tinggi
(kayu surian memiliki kandungan lignin yang tinggi dibandingkan kayu manis)
menghasilkan biochar dengan kandungan fixed carbon yang tinggi (Antal dan
Grúnli, 2003 ). Fixed carbon merupakan unsur yang bentuknya paling tahan yang
tersisa dalam biochar setelah pirolisis (Devens et al. 2018) yang didominasi oleh
struktur karbon aromatik yang menyatu (saling berikatan) (Singh et al., 2017).
Fixed carbon bersifat resisten secara kimia dan biologi dan degradasinya bisa terus
terjadi selama ratusan hingga ribuan tahun (Devens et al. 2018) sehingga dapat
dijadikan sebagai indikator potensi penyerapan karbon dari biochar (Singh et al.,
2017). Dapat dikatakan jika biochar limbah surian yang memiliki nilai fixed carbon
lebih tinggi memiliki struktur karbon aromatik lebih banyak dan potensi
penyerapan karbon yang lebih tinggi serta dapat lebih lama bertahan ditanah jika
diaplikasikan.
3. pH, Daya Hantar Listrik (DHL) dan Potensi Pengapuran
Pengaruh ukuran partikel terhadap pH, daya hantar listrik, dan potensi
pengapuran dari biochar limbah kayu manis dan surian disajikan pada Tabel 7. pH
pada biochar limbah kayu manis berkisar antara 9.63-10.20 pada beberapa ukuran
partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (10.20). Untuk daya hantar
29
listrik pada biochar limbah kayu manis ini berkisar antara 1.00-1.77 dS/m pada
beberapa ukuran partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (1.77 dS/m).
Selanjutnya untuk potensi pengapurannya berkisar antara 2.11-6.17% CaCO3 eq
pada beberapa ukuran dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (6.17% CaCO3
eq). Sedangkan pada biochar limbah kayu surian pHnya berkisar antara 9.30-9.63
pada beberapa ukuran partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (9.63).
Kemudian untuk daya hantar listrik dari biochar ini berkisar antara 0.46-0.50 dS/m
pada beberapa ukuran partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (0.50
dS/m). Terakhir untuk potensi pengapuran dari biochar limbah kayu surian ini
berkisar antara 5.42-7.11%CaCO3eq pada beberapa ukuran partikel dengan nilai
tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (7.11% CaCO3 eq). Kecendrungan masing-masing
pH, DHL, dan potensi pengapuran terhadap semakin kecilnya ukuran menghasilkan
nilai yang semakin tinggi. pH dan daya hantar listrik pada biochar limbah kayu
manis terlihat lebih besar dibandingkan surian. Sedangkan untuk potensi
pengapuran, biochar limbah surian memberikan potensi pengapuran yang lebih
tinggi daripada kayu manis.
Tabel 7. Pengaruh ukuran partikel terhadap pH, daya hantar listrik, dan potensi
pengapuran dari biochar limbah kayu manis dan kayu surian
Ukuran Daya Hantar Potensi
pH
Biochar Partikel Listrik Pengapuran
(mm) Unit dS/m % CaCO3 eq
4.75 - 2.80 9.63 bc 1.00 c 4.11 f
2.80 - 2.00 9.77 abc 1.04 bc 4.48 ef
Kayu Manis 2.00 - 1.00 9.87 ab 1.13 bc 5.48 d
1.00 - 0.50 9.97 ab 1.17 b 5.86 cd
≤0.50 10.20 a 1.77 a 6.17 abcd
4.75 - 2.80 9.30 c 0.46 d 5.42 de
2.80 - 2.00 9.33 c 0.52 d 5.98 bcd
Surian 2.00 - 1.00 9.37 c 0.54 d 6.55 abc
1.00 - 0.50 9.50 bc 0.54 d 6.86 ab
≤0.50 9.63 bc 0.60 d 7.11 a
KK 2.90% 9.73% 9.72%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%
Ukuran partikel memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pH biochar
limbah kayu manis dan surian. pH tertinggi terdapat pada biochar limbah kayu
manis ukuran ≤0.50mm dengan nilai 10.20 unit. Selanjutnya ukuran partikel
30
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya hantar listrik dan potensi
pengapuran dari biochar limbah kayu manis dan surian dengan nilai DHL tertinggi
pada biochar limbah kayu manis ukuran ≤0.50mm dengan nilai 1.77 dS/mm. dan
potensi pengapuran tertinggi pada biochar limbah kayu surian ukuran ≤0.50 mm
dengan nilai 7.11% CaCO3 eq.
pH biochar limbah kayu manis dan surian bersifat alkali. Hal ini karena
selama proses karbonisasi, gugus fungsi yang bersifat asam hilang dan garam basa
dan unsur-unsur alkali tanah semakin banyak (Ueno et al. 2008; Fuertes et al.
2010). Dengan meningkatnya suhu pirolisis, pH biochar cenderung basa. Hal ini
dikarenakan adanya kehilangan/reduksi gugus fungsi asam dan pemotongan unsur
kationik basa. Selain itu, kandungan karbon aromatik meningkat selama pirolisis
suhu tinggi yang mengakibatkan peningkatan pH (Das et al. 2021). Selain itu,
pirolisis suhu tinggi mempengaruhi proses pengembangan fase mineral CO 3−2 yang
juga menyebabkan pH biochar basa (>7.0) (Karim et al., 2019). Secara umum, pH
basa biochar disebabkan oleh pembentukan komponen anorganik dan gugus fungsi
organik pada suhu pirolisis yang lebih tinggi (Fidel et al., 2013). Dengan demikian,
interkonversi (proses perubahan satu gugus fungsi ke gugus fungsi lain) mineral
anorganik dan gugus fungsi organik yang ada dalam biochar akan menentukan pH-
nya. Dua anion –COO− dan –O− bermuatan negatif (dikenal dalam FTIR) biochar
berpartisipasi untuk menyangga reaksi asam dan berkontribusi pada pH basa
biochar melalui penggabungan kelompok tersebut dengan H +. Selain itu, di antara
fraksi anorganik, dengan adanya anion alkali terutama CO32- dan HCO3−
memberikan pH biochar yang lebih tinggi. Oleh karena itu, aplikasi biochar pirolisis
suhu tinggi praktis untuk meningkatkan pH tanah asam yang sangat terkontaminasi
dengan aluminium dan besi (Das et al., 2021).
Daya hantar listrik (DHL) dari biochar limbah kayu manis berkisar antara
1.00-1.77 dS/m. Sedangkan pada biochar limbah surian daya hantar listriknya
berkisar 0.46-0.60 dS/m. Hal ini berhubungan dengan semakin tingginya garam
terlarut pada biochar. DHL yang lebih tinggi pada biochar diasumsikan konsisten
dengan semakin besarnya kadar abu pada biochar, namun pada kedua biochar ini,
biochar limbah kayu manis memiliki DHL yang lebih tinggi. DHL menunjukkan
31
jumlah keseluruhan dari ion yang dapat larut dalam air pada biochar. Nilai DHL
yang lebih tinggi pada biochar limbah kayu manis,(walaupun kadar abu dari biochar
limbah surian lebih besar) dianggap berasal dari kadar abu larut air yang lebih tinggi
(Rehrah et al. 2014). DHL ini dapat memberikan efek merugikan pada pertumbuhan
tanaman (hara tidak stabil dan penyerapan air berkurang) ketika dalam konsentrasi
yang tinggi (Das et al., 2021). DHL pada kedua biochar menunjukkan nilai yang
relatif kecil (<4 dS/m), dimana DHL yang >4 dS/m mewakili tanah salin. Sehingga
dengan nilai DHL yang rendah pada kedua biochar ini dapat diterapkan di tanah
dan tidak perlu dikhawatirkan akan memberikan dampak yang negatif pada
salinitas.
Potensi pengapuran pada biochar limbah kayu manis berkisar antara 4.11-
6.1% CaCO3 eq. Sedangkan pada biochar limbah kayu surian berkisar antara 5.42-
7.11% CaCO3 eq. Analisis potensi pengapuran dilakukan untuk menentukan
kesetaraan pengapuran (% CaCO3 eq) dari biochar, dimana kesetaraan ini
dinyatakan sebagai kemampuan biochar untuk menurunkan kemasaman tanah ke
nilai tertentu. Oleh karena itu, nilai potensi pengapuran yang lebih tinggi pada
biochar diasumsikan dapat menggantikan peranan kapur untuk menurunkan
kemasaman tanah. Peranan biochar sebagai agen pengkapuran dalam jangka
pendek disebabkan adanya kadar abu, sedangkan untuk jangka panjang disebabkan
karena adanya gugus fungsi beroksigen. Saat terjadi suhu tinggi pada pembuatan
biochar, kation basa (Ca+2 dan Mg+2 ) cenderung untuk berubah menjadi oksida,
hidroksida dan karbonat dan dengan demikian mempercepat CaCO3 eq dari biochar
(Das et al.,2021)
4. Karbon Inorganik ( Inorganic carbon)
Pengaruh ukuran partikel terhadap karbon inorganik yang terdapat pada
biochar limbah kayu manis dan surian disajikan pada Tabel 8. Ukuran partikel
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada karbon inorganik biochar limbah
kayu manis dan surian. Kadar karbon inorganik tertinggi ditemukan pada biochar
limbah kayu manis ukuran ≤1.00 mm dengan kadar 0.102 g/kg. Karbon inorganik
pada biochar limbah kayu manis berkisar 0.042-0.102 g/kg dengan kadar tertinggi
pada ukuran ≤1.00 mm. Sedangkan kadar karbon inorganik pada biochar limbah
32
surian berkisar 0.042-0.072 g/kg pada beberapa ukuran dengan kadar tertinggi pada
ukuran ukuran ≤2 mm. Nilai ini <6 g/kg, sesuai dengan kadar karbon inorganik
biochar berbahan baku tumbuhan (kayu, daun, atau campuran) dengan nilai <6 g/kg
yang ditemukan oleh Singh et al. (2017).
Tabel 8. Pengaruh ukuran partikel terhadap karbon inorganik yang terdapat pada
biochar limbah kayu manis dan kayu surian
Biochar Karbon Inorganik
Ukuran Partikel (mm)
g/kg
4.75 - 2.80 0.042 c
2.80 - 2.00 0.042 c
Kayu Manis 2.00 - 1.00 0.042 c
1.00 - 0.50 0.102 a
≤0.50 0.102 a
4.75 - 2.80 0.042 c
2.80 - 2.00 0.054 bc
Surian 2.00 - 1.00 0.072 b
1.00 - 0.50 0.072 b
≤0.50 0.072 b
KK 18.69%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%
Karbon inorganik umumnya penyusun dari fraksi abu dari biochar. Karbon
ini biasanya hadir dalam bentuk kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (CO3)2) (Wang
et al. 2014; Yuan dan Xu, 2012; Yuan et al. 2011). Dapat dikatakan karbon ini
mengandung karbonat (CO32- dan HCO3 − )yang terkait dengan kation basa didalam
abu yang dicampur dengan biochar (Fidel et al., 2017).
5. KTK
Pengaruh ukuran partikel terhadap nilai KTK biochar limbah kayu manis
dan surian ditampilkan pada Tabel 9. Ukuran partikel memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata terhadap KTK biochar limbah kayu manis dan surian. KTK
tertinggi ditemukan pada biochar limbah kayu manis ukuran ≤0.50mm yaitu 82.07
cmol/kg. Biochar kayu manis memiliki KTK berkisar 51.92-82.07 cmol/kg pada
beberapa ukuran. Nilai KTK tertinggi pada biochar ini ukuran ≤0.50mm (82.07
cmol/kg) yang lebih tinggi 30.15 cmol/kg dari ukuran 4.75-2.80 mm. KTK pada
33
biochar limbah kayu surian berkisar antara 34.40-67.07 cmol/kg. Nilai KTK
tertinggi pada biochar ini adalah pada ukuran ≤0.50 mm dengan nilai 67.07
cmol/kg. KTK dari biochar limbah kayu manis terlihat lebih tinggi daripada kayu
surian.
Tabel 9. Pengaruh ukuran partikel terhadap nilai KTK biochar limbah kayu manis
dan kayu surian
KTK
Biochar Ukuran Partikel (mm)
cmol/kg
4.75 - 2.80 51.92 cd
2.80 - 2.00 54.40 bcd
Kayu Manis 2.00 - 1.00 58.92 bcd
1.00 - 0.50 67.49 ab
≤0.50 82.07 a
4.75 - 2.80 34.40 e
2.80 - 2.00 46.51 de
Surian 2.00 - 1.00 55.27 bcd
1.00 - 0.50 58.53 bcd
≤0.50 67.07 abc
KK 15.80%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%
pada biochar limbah surian yang lebih tinggi memberikan nilai KTK yang lebih
rendah dari pada biochar limbah kayu manis. Guo et al. (2012) berpendapat KTK
yang tinggi dari biochar diharapkan dapat menahan lebih banyak nutrisi pada tanah
dan mengurangi nutrisi yang tercuci. KTK biochar yang tinggi juga bermanfaat
untuk remediasi dari kation unsur logam yang ditemukan pada tanah yang
terkontaminasi (Houben et al., 2013; Cayuela et al., 2014)
muncul ikatan (M-O-H) dari O-H pembengkokan pita mineral lempung pada
mineral lempung yang terkait dengan biochar dan ikatan dari pembengkokan -OH
solo.
Munculnya puncak pada rentang pita 3300-2500 cm-1 dimana adanya pita
2692.76 cm-1 pada biochar limbah kayu manis menunjukkan peregangan O-H dari
asam karboksilat. Munculnya peregangan ini diikuti dengan rentang nilai pH dari
biochar limbah kayu manis (9.63-10.20) yang lebih tinggi daripada surian (9.30-
9.63).
(A) Kayu Manis (B) Surian
Gambar 6. Spektrum FTIR dari biochar limbah kayu manis dan surian
36
Tabel 10. Jenis ikatan yang ada pada biochar limbah kayu manis dan kayu surian
Rentang Pita Jenis Ikatan (Singh et al., 2017) Kayu
-1 Surian
(cm ) Manis
3670-3630 v(OH) dari ikatan non-hidrogen pada kelompok O-H - -
3600-3200 v(OH) dari serapan air dan ikatan hydrogen biochar pada kelompok O-H - -
3080-3020 v(CH) aromatic - -
2990-2950 vCH) alifatik asimetris dari terminal kelompok -CH3 - -
2950-2920 v(CH) alifatik asimetris dari kelompok -CH2 - -
2890-2870 v(CH) alifatik simetris dari terminal kelompok -CH3 - -
2870-2840 v(CH) alifatik simetris dari terminal kelompok -CH3 - -
1740-1650 v(C=O) dari asam karboksilat, amida, ester, dan keton - -
1650-1610 H-O-H pembengkokan pita oleh air (v 2 mode) - -
1610-1580 v(C=C) - -
1590-1520 v(COO-) anion karboksilat, getaran amida-II - -
1510-1485 Getaran kerangka aromatic - -
1480-1440 Perubahan bentuk CH2 (memotong getaran) - -
1450-1400 Karbonat (v3; regangan asimetris) ✓ ✓
1390-1310 Potongan fenolik O-H, -C(CH3), deformasi C-H - -
1280-1200 Peregangan asam karboksilat C-OH, deformasi O-H, karboksil, ester/amida - -
1160-1020 v(C-O) polisakarida, kompleks karbohidrat ✓ -
1140-1000 v(Si-O) dari mineral lempung yang terkait dengan biochar ✓ -
940-820 v(M-O-H) O-H pembengkokan pita dari mineral lempung terkait dengan biochar - ✓
900-700 Pembengkokan puncak O-H: 900-850 ‘solo’; 850-780 ‘duo’; 775-700 ‘trio-quarto’ - ✓
800-780 Quartz ‘doublet’ - -
37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakterisasi biochar limbah kayu
manis dan surian berdasarkan ukuran partikel sebagai amelioran tanah, dapat
disimpulkan:
1. Bahan baku biochar limbah kayu manis lebih baik dengan nilai kelembaban
(49.33%), pH (10.20), daya hantar listrik (1.77 dS/m), karbon inorganik
(0.102 g/kg) dan KTK (82.07 cmol/kg) yang lebih tinggi daripada surian.
Namun, bahan baku kayu surian menghasilkan biochar dengan kadar abu
(22.10%), fixed carbon (37.86%) dan potensi pengapuran (7.11% CaCO3
eq) lebih tinggi dibanding limbah kayu manis.
2. Ukuran partikel terbaik adalah ≤0.5 mm dimana ukuran ini pada biochar
limbah kayu manis dan surian yang memberikan nilai tertinggi pada kadar
abu (16.13; 22.10%), pH (10.20;9.63), daya hantar listrik (1.77; 0.60 dS/m),
potensi pengapuran (6.17; 7.11% CaCO3 eq), karbon inorganic (0.102;
0.072 g/kg) dan KTK (82.07;67.07 cmol/kg). Sedangkan ukuran 2.80-4.75
mm memberikan nilai tertinggi pada kelembaban (49.33;33.67%), zat
volatil (68.42;59.29%) dan fixed carbon (26.30;37.86%).
3. Dari hasil FTIR, kedua biochar sama-sama memiliki ikatan karbonat pada
panjang gelombang 1407.36 cm-1 dan 1409.71 cm-1, yang membedakannya
adalah pada biochar limbah kayu manis memiliki ikatan (C-O) polisakarida,
kompleks karbohidrat dan (Si-O) dari mineral lempung yang terkait dengan
biochar. Sedangkan pada biochar limbah surian memiliki ikatan (M-O-H)
dari O-H pembengkokan pita mineral lempung pada mineral lempung yang
terkait dengan biochar dan ikatan dari pembengkokan -OH solo.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan untuk
menggunakan biochar limbah kayu manis ukuran ≤0.50 mm sebagai amelioran
tanah karena memiliki karakteristik yang lebih baik dari biochar limbah kayu
surian.
39
RINGKASAN
Limbah pertanian dan perkebunan yang sulit didekomposisi seperti kayu-
kayuan dapat dimanfaatkan sebagai pembenah tanah. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengubahnya menjadi biochar (arang aktif). Biochar merupakan salah satu
bentuk karbon stabil yang berasal dari hasil konversi biomassa melalui pembakaran
tidak sempurna dengan kondisi oksigen terbatas. Sifat dari biochar ini bervariasi
tergantung dari bahan baku dan teknik pembuatannya.
Perbedaan bahan baku dan ukuran partikel memberikan pengaruh yang
berbeda pada tanah. Perbedaan bahan baku mengakibatkan karakteristik yang
berbeda pada biochar yang dihasilkan karena setiap biomassa mempunyai
kandungan yang berbeda. Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah
limbah kayu manis dan surian. Limbah kayu manis didapatkan dari sisa kayu dari
pengambilan bagian kulitnya, sedangkan untuk limbah kayu surian didapatkan dari
sisa penebangan dan pengolahannya sebagai bahan baku kontruksi dan furnitur.
Selanjutnya, ukuran partikel yang semakin kecil akan memberikan luas permukaan
partikel yang semakin luas sehingga akan meningkatkan penyerapannya. Ukuran
partikel biochar yang lebih kecil akan lebih mudah untuk berinteraksi dengan
partikel tanah.
Karakterisasi biochar penting untuk dilakukan guna menambah wawasan
mengenai bagaimana sifat biochar memberikan perubahan di bidang pertanian dan
penyerapan karbon. Kemampuan untuk menyesuaikan biochar menawarkan
peluang yang cukup besar untuk penggunaan biochar sebagai pembenah tanah.
Dengan lebih banyak studi mengenai karakterisasi, pengaruh jenis bahan baku yang
berbeda dan sifat spesifiknya terhadap tanah dan pertumbuhan tanaman bisa
dipastikan. Sehingga dapat disesuaikan penggunaan jenis biochar tertentu yang
sesuai dengan masalah yang terdapat pada tanah.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2021 di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang dan Laboratorium Kimia Universitas Negeri Padang untuk
analisis FTIR dan XRF. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuannya berupa 5 tingkat kehalusan (2.80-4.75; 2.00-
2.80; 1.00-2.00; 0.50-1.00; dan ≤0.50 mm) pada biochar limbah kayu manis dan
40
surian. Data hasil pengamatan dianalisis statistik dengan uji F, jika F hitung
perlakuan lebih besar dari F tabel pada taraf 5% maka dilanjutkan dengan uji
Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
Bahan baku limbah kayu manis dan surian dipotong dengan panjang
berkisar 30-40 cm dan dibelah dengan ketebalan berkisar 1-3 cm. Kemudian
dikeringkan selama satu minggu atau sampai kadar air sekitar 10-20%. Lalu
ditimbang masing-masing 10 kg sebanyak 3 kali ulangan untuk pembuatan biochar.
Pembuatan biochar dilakukan menggunakan kontiki. Selama pembakaran
dilakukan pengukuran suhu dan pengadukan. Setelah semua bahan baku terbakar
menjadi biochar, disiram perlahan dengan air hingga apinya padam dan tidak
berasap lagi. Kemudian, dikeluarkan dari kontiki dan dikeringanginkan. Hasil
biochar kemudian dioven pada suhu 70 oC selama 2x24 jam agar suhu homogen.
Lalu biochar diayak menggunakan Electromagnetic sieve shaker dengan ukuran
ayakan 0.5mm; 1mm; 2mm; 2.8mm; dan 4.75mm. Terakhir dilakukan karakterisasi
biochar berdasarkan ukuran partikel dengan beberapa parameter seperti proksimat
(kelembaban, zat volatile, kadar abu, fixed carbon), pH, daya hantar listrik, potensi
pengapuran, karbon inorganic, KTK, dan FTIR. Selain itu, juga dilakukan analisis
kandungan elemen unsur dari bahan baku biochar menggunakan analisis XRF.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bahan baku biochar limbah kayu
manis lebih baik dengan nilai kelembaban (49.33%), pH (10.20), daya hantar listrik
(1.77 dS/m), karbon inorganik (0.102 g/kg) dan KTK (82.07 cmol/kg) yang lebih
tinggi daripada surian. Namun, bahan baku limbah kayu surian menghasilkan
biochar dengan kadar abu (22.10%), fixed carbon (37.86%), dan potensi
pengapuran (7.11% CaCO3 eq) lebih tinggi dibanding limbah kayu manis. (2)
Ukuran partikel terbaik adalah ≤0.5 mm dimana ukuran ini pada biochar limbah
kayu manis dan kayu surian yang memberikan nilai tertinggi pada kadar abu (16.13;
22.10%), pH (10.20;9.63), daya hantar listrik (1.77; 0.60 dS/m), potensi pengapuran
(6.17; 7.11% CaCO3 eq), karbon inorganic (0.102; 0.072 g/kg) dan KTK
(82.07;67.07 cmol/kg). Sedangkan ukuran 2.80-4.75 mm memberikan nilai
tertinggi pada kelembaban (49.33;33.67%), zat volatil (68.42;59.29%) dan fixed
carbon (26.30;37.86%). (3) Hasil analisis FTIR menunjukkan pada kedua biochar
sama-sama memiliki ikatan karbonat pada panjang gelombang 1407.36 cm -1 dan
41
1409.71 cm-1, yang membedakannya adalah pada biochar limbah kayu manis
memiliki ikatan (C-O) polisakarida, kompleks karbohidrat dan (Si-O) dari mineral
lempung yang terkait dengan biochar. Sedangkan pada biochar limbah surian
memiliki ikatan (M-O-H) dari O-H pembengkokan pita mineral lempung pada
mineral lempung yang terkait dengan biochar dan ikatan dari pembengkokan -OH
solo.
DAFTAR PUSTAKA
Alpian, Prayitno, T. A., Sutapa, G. J., dan Budiadi. 2011. Kualitas Arang Kayu
Gelam (Melaleuca cajuputi). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis,
9(2):141–152.
Antal, M.J. and Gru´nli, M. 2003. The art, science, and technology of charcoal
production. Ind. Eng. Chem. Res. 42, 1619-1640.
Asai, H., Samson, B., Stephan, H., Songyikhangsuthor, K., Homma, K., Kiyono,
Y., Inoue, Y., Shiraiwa, T., and Horie, T., 2009. Biochar Amendment
Techniques for Upland Rice Production in Northern Laos: 1. Soil physical
properties, leaf SPAD and grain yield. F. Crop. Res. 111, 81–84.
Azargohar, R., Nanda, S., Kozinski, J., Dalai, A., and Sutarto, R. 2014. Effects of
Temperature on The Physicochemical Characteristics of Fast Pyrolysis Bio-
Chars Derived from Canadian Waste Biomass. Fuel. 125: 90-100.
Balittanah (Balai Penelitian Tanah). 2012. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Edisi 2. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Blanco-Canqui, H. 2017. Biochar and Soil Physical Properties. Soil Sci. Soc. Am.
J. 81:687–711.
Cayuela, M.L., Van Zwieten, L., Singh, B.P., Jeffery, S., Roig, A., and Sánchez-
Monedero, M.A. 2014. Biochar's Role in Mitigating Soil Nitrous Oxide
Emissions: A review and meta-analysis. Agric. Ecosyst. Environ. 191, 5–
16.
Chen, C., Luo, J., Qin, W., and Tong, Z. 2014. Elemental Analysis, Chemical
Composition, Cellulose Crystallinity, and FT-IR Spectra of Toona sinensis
wood. Monatsh Chem145:175–185.
Darmawan, S., Syafii, W., Wistara, N. J., Maddu, A., dan Pari, G.2015. Kajian
Struktur Arang-pirolisis, Arang-hidro dan Karbon Aktif dari Kayu Acacia
mangium Willd. Menggunakan Difraksi Sinar-X. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan 33(2): 81–92.
Darwis, A., Wahyudi, I. dan Damayanti, R. 2012. Struktur Anatomi Kayu Surian
(Toona sinensis Roem). J. Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 10(2): 159-167.
Das, S. K., Ghosh, G.K., Avasthe,R.K., and Sinha, K. 2021. Compositional
Heterogeneity of Different Biochar: Effect of Pyrolysis Temperature and
Feedstocks.Journal of Environmental Management 278 (P2): 111501.
Devens, K. U., Neto, S.P., Oliveira, D.L.D.A.,and Gonçalves, M.S. 2018.
“Characterization of Biochar from Green Coconut Shell and Orange Peel
Wastes.” Revista Virtual de Quimica 10 (2): 288–94.
Duarte, S. de J., Glaser, B., and Cerri, C. E. P. 2019. Effect of Biochar Particle Size
on Physical, Hydrological and Chemical Properties of Loamy and Sandy
Tropical Soils. Agronomy, 9(4), p.165.
43
Fidel, R. B., Laird, D.A., and Parkin, T.B. 2017. Impact of Biochar Organic and
Inorganic Carbon on Soil CO2 and N2O Emissions . Journal of
Environmental Quality 46 (3): 505–13.
Fidel, R.B., Laird, D., and Thompson, A.M.L. 2013. Evaluation of Modified Boehm
Titration Methods for Use with Biochars. J. Environ. Qual. 42, 1771–1778.
Fuertes AB, Camps-Arbestain M, Sevilla M, Maciá-Agulló JA, Fiol S, López R,
Smernik RJ, Aitkenhead WP, Arce F, and Macías F. 2010. Chemical and
Structural Properties of Carbonaceous Products Obtained by Pyrolysis and
Hydrothermal Carbonisation of Corn Stover. Soil Research 48, 618–626.
Ghani, W., Mohd, A., da Silva, G., Bachmann, R., Taufiq-Yap, Y., Rashid, U., and
Al-Muhtaseb, A. 2013. Biochar Production from Waste Rubber-Wood
Sawdust and Its Potential Use in C Sequestration: Chemical and Physical
Characterization. Ind. Crop Prod 44: 18-24.
Głab, T., Palmowska, J., Zaleski, T., and Gondek, K. 2016. Effect of Biochar
Application on Soil Hydrological Properties and Physical Quality of Sandy
Soil. Geoderma 281: 11–20.
Glaser, B., Lehmann, J., and Zech, W., 2002. Ameliorating Physical and Chemical
Properties of Highly Weathered Soils in The Tropics with Charcoal – A
Review. Biol. Fert. Soils 35, 219–230.
Global Biodiversity Information Facility. 2019. GBIF Backbone Taxonomy: Toona
sureni Merr. Diakses pada tanggal 31 Januari 2021 melalui
https://www.gbif.org/species/7271494
Guo, M., Shen, Y., and He, Z. 2012. Poultry Litter-based Biochar: Preparation,
Characterization, and Utilization. In: He, Z., editor. Applied Research of
Animal Manure: Challenges and Opportunities Beyond the Adverse
Environmental Concerns. New York, NY: Nova Science. p. 169-202.
Hamidah, S., Burhanudin, V. dan Istikowati, W.T. 2009. Kajian Sifat-Sifat Dasar
Kayu Manis sebagai Pertimbangan Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kulit
Kayu Manis (Cinnamomum burmanii, Blume). Jurnal Hutan Tropis Borneo
10(26): 210-223.
Hastuti, N., Efiyanti, L., Pari, G., Saepuloh, S., dan Setiawan, D. 2017. Komponen
Kimia dan Potensi Penggunaan Lima Jenis Kayu Kurang Dikenal Asal Jawa
Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 35(1): 15–27.
Herath, H.M.S.K., Camps-Arbestain, M., and Hedley, M. 2013. Effect of Biochar
on Soil Physical Properties in Two Contrasting Soils: An Alfisol and An
Andisol. Geoderma 209–210: 188–197.
Houben, D., Evrard, L., and Sonnet, P. 2013. Mobility, Bioavailability and pH-
dependent Leaching of Cadmium, Zinc and Lead in A Contaminated Soil
Amended with Biochar. Chemosphere, 92, 1450–1457.
44
Hudaya, N dan Hartoyo. 1988. Hasil Destilasi Kering Kayu dan Nilai Kalor dari
Beberapa Jenis Kayu Hutan Tanaman Industri. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan 5(6): 348-352.
Ibrahim, S., Aslam, M., and Mustafa, M.M. 2019. Trace Elemental Fingerprinting
of Seleced Herbs Used in Ayurveda using XRF and ICPMS. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry 8(3): 3429-3433.
Idris, H., and Mayura, E. 2019. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat.
Idris, M.M., Rachman, O., Pasaribu, R.A., Roliadi, H., Hadjib, N., Muslich, M.,
Jasni, Rulliaty, S., dan Siagian, R.M. 2008. Petunjuk Praktis Sifat-Sifat
Dasar Jenis Kayu Indonesia. Jakarta: ISWA.
Imelda, D., Khanza, A. dan Wulandari D. 2019. Pengaruh Ukuran Partikel dan Suhu
Terhadap Penyerapan Logam Tembaga (Cu) dengan Arang Aktif dari Kulit
Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Formatypica). Jurnal Teknologi 6(2):
107-118.
Ippolito, J. A., Spokas, K. A., Novak, J. M., Lentz, R. D., and Cantrell, K. B. 2015.
Biochar Elemental Composition and Factors Influencing Nutrient
Retention. Biochar for environmental management: Science, technology
and implementation, 139-163.
Ippolito, James A., Spokas K.A., Novak, J.M., Lentz, R.D., and Cantrell, K.B.
2019. Biochar Elemental Composition and Factors Influencing Nutrient
Retention. Biochar for Environmental Management, 171–96.
Iskandar, T., dan Rofiatin, U. 2017. Karakteristik Biochar Berdasarkan Jenis
Biomassa dan Parameter Proses Pyrolisis. Jurnal Teknik Kimia, 12(1): 28–
34.
Jayasanka, D.J., Jayasinghe, G.Y., and Maheepala, S.A.D.S.S. 2020. Cinnamon
Wood Biochar Characteristics and Application Rates Influence on Crop
Growth and Properties of Problematic Soil in Southern Sri Lanka.
International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering
(IJITEE) 9(3S): 30-33.
Jindo, K., Mizumoto, H., Sawada, Y., Sanchez-Monedero, M., and Sonoki, T. 2014.
Physical and Chemical Characterization of Biochars Derived from Different
Agricultural Residues. Biogeosciences, 11 (23): 6613-662,
Jouiad, M., Al-Nofeli, N., Khalifa, N., Benyettou, F. and Yousef, L. 2015.
Characteristics of Slow Pyrolysis Biochars Produced from Rhodes Grass
and Fronds of Edible Date Palm. J. Anal. Appl. Pyrol 111: 183-190.
Karim, A.A., Kumar,M., Mohapatra,S., and Singh, S.K. 2019. Nutrient Rich
Biomass and Effluent Sludge Wastes Co-Utilization for Production of
Biochar Fertilizer through Different Thermal Treatments. Journal of
Cleaner Production 228: 570–79.
45
Kim, K., Kim, J. Cho, T., and Choi, J. 2012. Influence of Pyrolysis Temperature on
Physicochemical Properties of Biochar Obtained from The Fast Pyrolysis of
Pitch Pine (Pinus rigida). Bioresource Technol 118: 158-162.
Komarayati dan Cusmailina. 1994. Pembuatan Arang dan Briket Arang dari Kayu
Manis (Cinnamomum burmanii Ness ex. BL) dan Kayu Sukun (Artocarpus
altilis Parkinson). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 12(6): 225-228.
Li, X., Shen, Q., Zhang, D., Mei, X., Ran, W., Xu, Y., and Yu, G. 2013. Functional
Groups Determine Biochar Properties (pH and EC) as Studied by Two-
dimensional 13C NMR Correlation Spectroscopy”, PLoS ONE 8(6): e65949.
Liescahyani, I., Djatmiko, H. dan Sulistyaningsih, N. 2015. Pengaruh Kombinasi
Bahan Baku dan Ukuran Partikel Biochar terhadap Perubahan Sifat Fisika
Tanah Pasiran. Berkala Ilmiah Pertanian, 1(1): 1-6.
Lita, A.L. 2021. Karakteriasi Biochar Limbah Kelapa Muda (Cocus nuficera L.)
dan Bambu (Bambuseae) Berdasarkan Ukuran Partikel sebagai Amelioran
Tanah. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.
Mandre, M. 2006. Influence of Wood Ash on Soil Chemical Composition and
Biochemical Parameters of Young Scotspine. Proceedings of the Estonian
Academy of Sciences: Biology, Ecology, 55(2):91–107.
National Plant Database. 2005. Classification for Kingdom Plantae Down to
Species Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees) Nees ex Blume.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2021 melalui
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol
=CIBU2&display=31
Oguntunde, P. G., Fosu, M., Ajayi, A. E., and van de Giesen, N. 2004. Effects of
Charcoal Production on Maize Yield, Chemical Properties and Texture.
Biol. Fertil. Soils 39(4): 295–299.
Pandit, I. Ketut N., Nandika, D., dan Darmawan, I. W.. 2011. Analisis Sifat Dasar
Kayu Hasil Hutan Tanaman Rakyat (Analysis of Wood Character of Social
Plantation Forests). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 16(2): 119-124.
Papari, S., and Hawboldt, K. 2015. A Review on The Pyrolisis of Woody Biomass
to Bio-oil: Focus on Kinetic Models. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 52:1580–1595.
Pari, G. 2004. Kajian Struktur Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu sebagai
Adsorben Emisi Formaldehida Kayu Lapis. Disertasi Pascasarjana, IPB.
Bogor. Tidak diterbitkan.
Pari, G., Roliadi, H., Setiawan, D. dan Saepuloh. 2006. Komponen Kimia Sepuluh
Jenis Kayu Tanaman dari Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24(2):
89-101.
Pasaribu, G., Sipayung, B., dan Pari, G. 2007. Analisis Komponen Kimia Empat
Jenis Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25(4): 327–333.
46
Yuan J.H., Xu R.K., and Zhang H. 2011. The Forms of Alkalis in The Biochar
Produced from Crop Residues at Different Temperatures. Bioresource
Technology 102(3), 3488– 3497.
Yunanta, R. R. K., Lukmandaru, G., dan Fernandes, A. 2014. Sifat Kimia dari Kayu
Shorea retusa, Shorea macroptera, dan Shorea macrophylla. Jurnal
Penelitian Dipterokarpa, 8(1):15–24.
Zhang, J., Chen, Q., and You, C. 2016. Biochar Effect on Water Evaporation and
Hydraulic Conductivity in Sandy Soil. Pedosphere 26: 265–272.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
2021
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Alat dan Bahan
1. Biochar Limbah Kayu
Manis dan Kayu Surian
Pembuatan Biochar Limbah
2.
Kayu Manis dan Surian
Persiapan Sampel Biochar
3. Limbah Kayu Manis dan
Surian
4. Pengayakan
Analisis Karakteristik
Biochar (Proksimat, pH
5. DHL, Potensi Pengapuran,
Karbon Inorganik, KTK,
FTIR dan XRF)
4. Pengolahan data
5. Penulisan skripsi
50
d) Kadar abu: Biochar dalam cawan porselen dan penutup dipanaskan pada
suhu 105˚C. Dipindahkan ke dalam furnice pada suhu 750˚C selama 6 jam,
lalu didinginkan hingga suhu 105˚C. Dipindahkan cawan porselen ke dalam
desikator, dinginkan hingga suhu sekitar. Dicatat berat cawan, penutup dan
berat abu.
BK 750˚C
Rumus: %ash = X 100%
BK 105˚C
BK 105˚C−(BK 105˚C−BK 950˚C)− BK 750˚C
Rumus % fixed carbon = X 100%
BK 105˚C
53
2. pH Biochar
Alat dan bahan:
Alat dan bahan yang digunakan adalah pH meter, botol kocok 100 ml, gelas
ukur 50 ml, shaker, Buffer (pH 4, 7 dan 10), dan aquadest
Cara kerja:
Ditimbang biochar sebanyak 5g (sesuai ukuran ayakan) lalu dimasukan ke
dalam botol kocok 100ml. Ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml. Lalu, di-shaker
selama 1 jam, didiamkan suspensi tegak selama 30 menit. Diukur menggunakan pH
meter lalu catat nilai yang diperoleh.
Keterangan: Vcontrol = total volume asam yang terpakai dari sampel control
Vsampel = total volume asam yang terpakai dari sampel asam
W = berat sampel (g)
12 = massa molar C (mg/mmol)
2 = jumlah mmol OH- yang dinetralkan oleh setiap CO2 terlarut.
55
Keterangan :
N = normalitas H2SO4 yang dipakai
W = berat sampel biochar (gram)
7. Menentukan FTIR Biochar dengan metode ATR-FTIR
Alat dan Bahan:
Alat dan Bahan yang digunakan adalah alat Smart iTR (Thermo Scientific,
West Palm Beach, FL) dengan kristal berlian dan germanium.
Cara Kerja:
Setiap sampel biochar sebanyak 10 mg akan disematkan pada kristal berlian
atau germanium peralatan smart-iTR. Spektrum kontrol FTIR diperoleh dari kristal
tanpa sampel (kristal berlian atau germanium saja). Spektrum diproses
menggunakan perangkat lunak OMNIC Series Versi 8.3 (Thermo Scientific).
56
2. pH
Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 2.37 0.26 3.36 * 2.39 3.46
Galat 20 1.57 0.08
Total 29 3.93 KK = 2.90%
5. Karbon inorganic
Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 0.02 0.00171 11.84 ** 2.39 3.46
Galat 20 0.00 0.00014
Total 29 0.02 KK = 18.69%
Lampiran 6. Dokumentasi
Alat FTIR
Menurunkan pH menjadi 8.3 pada
analisis C-inorganik
Skripsi
ORIGINALITY REPORT
20 %
SIMILARITY INDEX
19%
INTERNET SOURCES
4%
PUBLICATIONS
6%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1
ejournal.forda-mof.org
Internet Source 4%
2
Submitted to Universitas Andalas
Student Paper 1%
3
www.forda-mof.org
Internet Source 1%
4
ejournal.upnjatim.ac.id
Internet Source 1%
5
repositori.usu.ac.id
Internet Source 1%
6
docplayer.info
Internet Source 1%
7
scholar.unand.ac.id
Internet Source 1%
8
repo.unand.ac.id
Internet Source 1%
9
journals.unihaz.ac.id
Internet Source 1%
10
repository.polnep.ac.id
Internet Source 1%
11
text-id.123dok.com
Internet Source <1 %
12
123dok.com
Internet Source <1 %
13
Submitted to Universitas Pendidikan
Indonesia
<1 %
Student Paper
14
idoc.pub
Internet Source <1 %
15
balittanah.litbang.pertanian.go.id
Internet Source <1 %
16
core.ac.uk
Internet Source <1 %
17
jurnal.untidar.ac.id
Internet Source <1 %
18
berkes4n.wordpress.com
Internet Source <1 %
19
www.bpk.go.id
Internet Source <1 %
20
balittro.litbang.pertanian.go.id
Internet Source <1 %
21
id.123dok.com
Internet Source
<1 %
22
faperta.unand.ac.id
Internet Source <1 %
23
jurnal.polinela.ac.id
Internet Source <1 %
24
dspace.uii.ac.id
Internet Source <1 %
25
Submitted to Universitas Jenderal Soedirman
Student Paper <1 %
26
Submitted to UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Student Paper <1 %
27
digilib.iain-palangkaraya.ac.id
Internet Source <1 %
28
jurnal.unpad.ac.id
Internet Source <1 %
29
Submitted to Universiti Teknologi MARA
Student Paper <1 %
30
docobook.com
Internet Source <1 %
31
adoc.pub
Internet Source <1 %
32
res.mdpi.com
Internet Source <1 %
33
www.coursehero.com
Internet Source <1 %
34
www.scribd.com
Internet Source <1 %
35
Origenes Boy Kapitan, Anna Tefa, Dewi S.
Hede, Filogus N. Payon. "Biochar dari
<1 %
Biomassa Kusambi, Akasia, dan Kayu Putih
sebagai Media Semai Benih Selada (Lactuca
sativa L.)", Savana Cendana, 2019
Publication
36
Submitted to Sriwijaya University
Student Paper <1 %
37
ubb.ac.id
Internet Source <1 %
38
Submitted to Universidad Nacional de
Colombia
<1 %
Student Paper
39
cerdassmpduta.blogspot.com
Internet Source <1 %
40
eprints.umm.ac.id
Internet Source <1 %
41
Submitted to Syiah Kuala University
Student Paper <1 %
42
ejournal.kemenperin.go.id
Internet Source <1 %
43
jambi.litbang.pertanian.go.id
Internet Source <1 %
44
bibliotecadigital.udea.edu.co
Internet Source <1 %
45
onlinelibrary.wiley.com
Internet Source <1 %
46
repository.unitri.ac.id
Internet Source <1 %
47
repository.iainpalopo.ac.id
Internet Source <1 %
48
repository.ub.ac.id
Internet Source <1 %
49
docplayer.fr
Internet Source <1 %
50
iptek.its.ac.id
Internet Source <1 %
51
jsal.ub.ac.id
Internet Source <1 %
52
revistas.uptc.edu.co
Internet Source <1 %
53
www.ejournalmapeki.org
Internet Source <1 %
54
www.wasterefinery.se
Internet Source <1 %
<1 %
55
ikee.lib.auth.gr
Internet Source
56
myyosnicampuran.blogspot.com
Internet Source <1 %
57
pengusahaternak.blogspot.com
Internet Source <1 %
58
pt.scribd.com
Internet Source <1 %
59
repository.iainpurwokerto.ac.id
Internet Source <1 %
60
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source <1 %
61
repository.uki.ac.id
Internet Source <1 %
62
tabulampot.wordpress.com
Internet Source <1 %
63
unhas.ac.id
Internet Source <1 %
64
www.jurnal.lppm.unsoed.ac.id
Internet Source <1 %
65
Edita Baltrėnaitė-Gedienė, Eglė Marčiulaitienė,
Mantas Pranskevičius, Jelena Titova, Amit
<1 %
Bhatnagar, Emmanuel Abu-Danso.
"Physicochemical Properties of Pyrogenic
Carbonaceous Product, Biochar,
Syngenetically Modified for Its Use in
Adsorption Systems", Journal of
Environmental Engineering, 2020
Publication
66
Fatimah Fatimah, Erfanur Adlhani, Dwi Sandri.
"OPTIMASI SUHU DAN LAMA PENGUKUSAN
<1 %
UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN
GETUK PISANG RAINBOW", Jurnal Teknologi
Agro-Industri, 2016
Publication
67
Irma D. Oktavianta, Gusrizal Gusrizal, Nurlina
Nurlina. "Oil Palm Empty Bunch Compost as a
<1 %
Source of Humic Acid", Jurnal Akademika
Kimia, 2020
Publication
68
Mody Lempang. "Basic properties and uses of
agathis (Agathis hamii M. Dr.) wood from
<1 %
South Sulawesi", Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea, 2017
Publication
69
Susanti Musa, Grace Sanger, Henny Adeleida
Dien. "KOMPOSISI KIMIA, SENYAWA BIOAKTIF
<1 %
DAN ANKGA LEMPENG TOTAL PADA RUMPUT
LAUT Gracillaria edulis", MEDIA TEKNOLOGI
HASIL PERIKANAN, 2017
Publication
70
acervodigital.ufpr.br
Internet Source
<1 %
71
digitalcommons.fiu.edu
Internet Source <1 %
72
ejournal.unkhair.ac.id
Internet Source <1 %
73
eprints.whiterose.ac.uk
Internet Source <1 %
74
es.scribd.com
Internet Source <1 %
75
iqmal.staff.ugm.ac.id
Internet Source <1 %
76
jfu.fmipa.unand.ac.id
Internet Source <1 %
77
kesehatanwanita07.blogspot.com
Internet Source <1 %
78 Internet Source <1
laporanakhirskripsitesisdisertasimakalah.wordpress.com
%
79
muir.massey.ac.nz
Internet Source <1 %
80
nanopdf.com
Internet Source <1 %
81
repository.uib.ac.id
Internet Source <1 %
82
repository.usd.ac.id
Internet Source <1 %
83
repository.usu.ac.id
Internet Source <1 %
84
smujo.id
Internet Source <1 %
85
vdocuments.site
Internet Source <1 %
86
www.itto.int
Internet Source <1 %
87
www.jim.unsyiah.ac.id
Internet Source <1 %
88
zombiedoc.com
Internet Source <1 %
89
"PEMANFAATAN BIOCHAR KULIT BUAH
KAKAO DAN SEKAM PADI UNTUK
<1 %
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI
SAWAH DI ULTISOL LAMPUNG", 'Indonesian
Agency For Agricultural Research and
Development (IAARD)'
Internet Source
90
Syahrul Aiman. "Pengaruh Ukuran Partikel
Biomasa Lignoselulosa pada Pembuatan
<1 %
Bioetanol dan Biobutanol : Tinjauan", Jurnal
Kimia Terapan Indonesia, 2016
Publication
91
doku.pub
Internet Source <1 %
92
www.jurnal.unsyiah.ac.id
Internet Source <1 %