Anda di halaman 1dari 82

KARAKTERISASI BIOCHAR LIMBAH KAYU MANIS

(Cinnamomum sp.) DAN SURIAN (Toona sp.) BERDASARKAN


UKURAN PARTIKEL SEBAGAI AMELIORAN TANAH

SKRIPSI

OLEH

AN NISA MUTIARA FATHI


1710232028

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KARAKTERISASI BIOCHAR LIMBAH KAYU MANIS
(Cinnamomum sp.) DAN SURIAN (Toona sp.) BERDASARKAN
UKURAN PARTIKEL SEBAGAI AMELIORAN TANAH

OLEH

AN NISA MUTIARA FATHI


1710232028

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar


Sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
Alhamdulillahi Rabbil’alamiin
Segala puji serta syukur diucapkan kepada Allah SWT atas kasih sayang dan karunia
tak terhingga serta kemudahan yang selalu diberikan sehingga membuatku dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam disampaikan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini kupersembahkan sebagai salah satu ungkapan terima kasih dan
apresiasiku terhadap kerja keras Ayahanda Husni Thamrin, SS. Dan dan Ibunda Ir. Afrida
selama ini dalam membesarkanku. Terima kasih atas segala kasih sayang, do’a-do’a baik,
dukungan, semangat dan penyambutan serta nasehatnya setiap kali aku hendak menyerah.
Semoga ini menjadi awal langkahku untuk bisa lebih membanggakan kalian. Terima kasih
juga kuucapkan untuk adikku tercinta Sherly Dwi Utami dan Teguh Triguna Negara yang
selalu menyakinkan dan mendukungku secara penuh dalam penyusunan skripsi ini. Semoga
segala urusan kalian selalu dilancarkan.
Kepada diriku, terima kasih karena tidak menyerah dan kembali berjuang
menyelesaikan hal yang sudah dirimu mulai. Tetaplah berusaha atas hal-hal sederhana yang
hendak dirimu capai nantinya. Selalu ingatlah Allah dan do’a orang tuamu selalu menyertai
rencana-rencana baik yang ingin kamu raih. Semoga segala hal yang telah dirimu alami selama
penyusunan skripsi ini bisa menjadi bekalmu menghadapi dunia baru yang akan kamu
masuki setelah ini.
Teruntuk dosen pembimbing I (Prof. Dr. Ir. Herviyanti, MS.) dan II (Ir. Irwan
Darfis, MP.) yang membimbingku dalam menyelesaikan skripsi ini, kuucapkan terima kasih
telah mendorong dan menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini. Maaf atas sikap dan
perilakuku yang kurang berkenan di hati Ibu dan Bapak. Semoga Ibu dan Bapak selalu sehat
dan dalam lindungan Allah SWT. Terima kasih kepada seluruh dosen yang telah
memberikan ilmu serta bimbingannya selama studi yang kutempuh, semoga menjadi ladang
pahala bagi Bapak dan Ibu dosen semuanya.
Terima kasih untuk teman sekamar 202 Nena (Olip dan Kak Ika), keluarga BP 028,
teman-teman grup sambat, trio pipi, trio kwek kwek, dan teman-teman angkatan 2017 Ilmu
Tanah yang selalu memberikan support, menghiburku, mendengar keluh kesahku, dan
menemani kehidupan perkuliahanku kurang lebih 4 tahun ini. Semoga dimasa depan tetap
bisa berhubungan baik dan tercapai mimpi-mimpi kita semua serta sukses dunia akhirat
nantinya. Aamiin. Juga kusampaikan terima kasihku kepada Treasure, NCT, dan SVT atas
konten-konten dan karya mereka yang telah menghiburku selama perkuliahan, penelitian,
dan penyusunan skripsi. Terakhir, kusampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak,
Ibuk, serta keluarga yang telah membantu sedikit banyak selama perkuliahan dan
penelitianku yang tidak bisa kusebutkan satu-satu. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak-
Ibu semua dan bisa menjadi ilmu bermanfaat bagiku sehingga menjadi amal jariyah bagi
Bapak-Ibu sekalian. Aamiin.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya mahasiswa Universitas Andalas yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Lengkap : An Nisa Mutiara Fathi

No. BP/NIM/NIDN : 1710232028

Program Studi : Ilmu Tanah

Fakultas : Pertanian

Jenis Tugas Akhir : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Andalas hak atas publikasi online Tugas Akhir saya yang berjudul :
“Karakterisasi Biochar Limbah Kayu Manis (Cinnamomum sp.) dan Surian
(Toona sp.) Berdasarkan Ukuran Partikel sebagai Amelioran Tanah”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak untuk
menyimpan, mengalih media formatkan, mengelola, merawat, dan mempublikasikan
karya saya tersebut diatas selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis,
pencipta, dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat
sebenarnya.

Dibuat di Padang

Pada tanggal 19 Mei 2022

An Nisa Mutiara Fathi


BIODATA
Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 24 Februari 1999 sebagai
anak pertama dari pasangan Husni Thamrin, SS dan Ir. Afrida, dari tiga bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SDN 24 Sungai Cubadak (2005-2011),
dilanjutkan dengan Pendidikan Sekolah Menengah Pertana (SMP) di SMPN 1 Baso
(2011-2014). Untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), penulis menamatkan
di SMAN 1 Ampek Angkek (2014-2017). Pada tahun 2017, penulis diterima di
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Andalas dengan Program Studi Ilmu
Tanah melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Penulis
aktif sebagai anggota Legacy and Finance (LnF) unit kegiatan mahasiswa fakultas
Agriculture Language Communication Center (ALCC) periode 2018/2019 dan
2019/2020. Juga menjadi perwakilan ALCC dan memperoleh juara II dalam lomba
Debat pada Pekan Kreativitas Mahasiswa Ilmu Tanah FAPERTA UNAND periode
2017/2018. Selanjutnya, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Dasar-
Dasar Ilmu Tanah Tahun Ajaran 2019 dan 2020, Fisika Tanah Tahun Ajaran 2019,
Kesuburan Tanah dan Analisis Tanah dan Tanaman Tahun Ajaran 2020, dan Kimia
Tanah Tahun Ajaran 2021. Terakhir, penulis pernah menjadi Oral Presenter pada
the 3rd International Conference of Bio-Based Economy for Application and
Utilization (ICBEAU) in Conjunction with 1st International Conference of Medical
Science and Biotechnology (ICoMSB) tahun 2021.

Padang, 6 Januari 2022

A.N.M.F.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul: “Karakterisasi Biochar Limbah Kayu Manis (Cinnamomum sp.)
dan Surian (Toona sp.) Berdasarkan Ukuran Partikel sebagai Amelioran
Tanah”.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada Prof. Dr. Ir. Herviyanti, MS dan Ir. Irwan Darfis, MP selaku pembimbing I
dan pembimbing II yang telah memberikan bantuan, nasehat dan pengarahan
kepada penulis baik dalam masa studi maupun dalam penulisan skripsi ini. Terima
kasih juga disampaikan kepada orang tua atas do’a dan semangat yang selalu
diberikan untuk penulis, serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak lainnya
yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk skripsi ini, sehingga dapat lebih baik. Semoga hasil dari penelitian yang telah
penulis lakukan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan terhadap
keberlanjutan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu pertanian.

Padang, Januari 2022

A.N.M.F.

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
A. Karakteristik Biochar Kayu .................................................................. 5
1. Karakteristik Kayu Manis ................................................................... 10
2. Karakteristik Kayu Surian .................................................................. 12
B. Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Karakteristik Biochar ................. 14
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 18
A. Waktu Tempat ....................................................................................... 18
B. Bahan dan Alat ...................................................................................... 18
C. Rancangan Percobaan ........................................................................... 18
D. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 19
E. Analisis Karakter Biochar di Laboratorium......................................... 20
F. Pengolahan Data .................................................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22
A. Karakteristik Bahan Baku Biochar ....................................................... 22
B. Karakteristik Biochar Kayu Manis dan Surian .................................... 24
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 38
A. Kesimpulan ............................................................................................ 38
B. Saran ....................................................................................................... 38
RINGKASAN ................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42
LAMPIRAN ................................................................................................... 49

ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Sifat fsika, kimia dan kandungan nutrisi biochar kayu eukaliptus........... 7


2. Sifat kayu manis, rendamen arang dan sifat kimia-fisis arangnya ........... 11
3. Karakteristik biochar kayu manis............................................................... 12
4. Kandungan unsur pada bahan baku kayu manis dan kayu surian ............ 23
5. Hasil produksi biochar limbah kayu manis dan surian ............................. 24
6. Pengaruh ukuran partikel terhadap proksimat pada biochar limbah kayu
manis dan kayu surian ................................................................................ 26
7. Pengaruh ukuran partikel terhadap pH, daya hantar listrik, dan potensi
pengapuran dari biochar limbah kayu manis dan kayu surian................. 29
8. Pengaruh ukuran partikel terhadap karbon inorganik yang terdapat
pada biochar limbah kayu manis dan kayu surian .................................... 32
9. Pengaruh ukuran partikel terhadap nilai KTK biochar limbah kayu
manis dan kayu surian ................................................................................ 33
10. Jenis ikatan yang ada pada biochar limbah kayu manis dan kayu surian
..................................................................................................................... 37

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

1. Spektrum FTIR Biochar (Suárez-Hernández et al., 2017) ....................... 9


2. Proses pembuatan biochar .......................................................................... 19
3 Morfologi Limbah Kayu Manis (A; A 1 : Batang, A2 : Serpihan,
A3: Serbuk) dan Surian (B; B1: Batang, B2: Serpihan, B3: Serbuk) .......... 22
4. Distribusi partikel biochar limbah kayu manis dan surian ....................... 25
5. Morfologi ukuran partikel biochar 4.75-≤0.50mm ................................... 26
6. Spektrum FTIR dari biochar limbah kayu manis dan surian .................... 36

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................................... 49


2. Bahan yang digunakan selama penelitian ................................................ 50
3. Alat yang digunakan dalam penelitian ..................................................... 51
4. Prosedur Analisis Sifat Kimia Biochar di Laboratorium(Singh
et al., 2017; Balitanah, 2012).................................................................. 52
5. Analisis Sidik Ragam ................................................................................ 56
6. Dokumentasi.............................................................................................. 58

v
KARAKTERISASI BIOCHAR LIMBAH KAYU MANIS
(Cinnamomum sp.) DAN SURIAN (Toona sp.) BERDASARKAN
UKURAN PARTIKEL SEBAGAI AMELIORAN TANAH

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik biochar limbah kayu


manis (Cinnamomum sp.) dan surian (Toona sp.) berdasarkan ukuran partikel
sebagai amelioran tanah. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai
Oktober 2021 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas dan Laboratorium Kimia Universitas Negeri
Padang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan perlakuan 5 tingkat kehalusan (2.80-4.75; 2.00-2.80; 1.00-2.00;
0.50-1.00; dan ≤0.50 mm) pada dua jenis biochar yaitu limbah kayu manis dan
surian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Biochar limbah kayu manis lebih
baik dengan nilai kelembaban (49.33%), pH (10.20), daya hantar listrik (1.77
dS/m), karbon inorganik (0.102 g/kg) dan KTK (82.07 cmol/kg) yang lebih tinggi
daripada surian. (2) Ukuran partikel terbaik adalah ≤0.5 mm dimana ukuran ini pada
biochar limbah kayu manis dan kayu surian memberikan nilai tertinggi pada kadar
abu (16.13; 22.10%), pH (10.20;9.63), daya hantar listrik (1.77; 0.60 dS/m), potensi
pengapuran (6.17; 7.11% CaCO3 eq), karbon inorganic (0.102; 0.072 g/kg) dan
KTK (82.07;67.07 cmol/kg). (3) Hasil analisis FTIR menunjukkan pada kedua
biochar sama-sama memiliki ikatan karbonat pada panjang gelombang 1407.36 cm -
1
dan 1409.71 cm-1, yang membedakannya adalah pada biochar limbah kayu manis
memiliki ikatan (C-O) polisakarida, kompleks karbohidrat dan (Si-O) dari mineral
lempung yang terkait dengan biochar. Sedangkan pada biochar limbah surian
memiliki ikatan (M-O-H) dari O-H pembengkokan pita mineral lempung pada
mineral lempung yang terkait dengan biochar dan ikatan dari pembengkokan -OH
solo.

Kata kunci: Biochar, karakterisasi, limbah kayu manis, limbah kayu surian, ukuran
partikel,

vi
CHARACTERIZATION OF BIOCHAR DERIVED FROM
WOOD WASTE CINNAMON (Cinnamomum sp.) AND SURIAN
(Toona sp.) BASED ON THE PARTICLE SIZE AS SOIL
AMELIORANT

Abstract

A laboratory research was aimed to examine the characteristics of biochar derived


from Cinnamon (Cinnamomum sp.) and Surian (Toona sp.) wood waste based on
the particle size as soil ameliorant. The research was conducted from March to
October 2021 at the Soil Chemical Laboratory, Faculty of Agriculture, Andalas
University, and the Chemical Laboratory of Padang State University. This research
used Completely Randomized Design (CRD) with 5 levels of fineness (2.80-4.75;
2.00-2.80; 1.00-2.00; 0.50-1.00; dan ≤0.50 mm) on 2 types of biochars (cinnamon
and surian wood waste). The result showed that: (1) Cinnamon wood waste biochar
had moisture (49.33%), pH (10.20), electrical conductivity (1.77 dS/m), inorganic
carbon (0.102 g/kg) and CEC (82.07 cmol/kg) higher than those of Surian. (2) The
best particle size was ≤0.50 mm for both types of biochar. It gave the highest values
for ash content (16.13; 22.10%), pH (10.20; 9.63), electrical conductivity (1.77;
0.60 dS/m), liming potential (6.17; 7.11% CaCO3 eq), inorganic carbon (0.102;
0.072 g/kg) and CEC (82.07;67.07 cmol/kg). (3) The results of the FTIR analysis
showed that both biochars had carbonate bonds at wavelengths of 1407.36 cm -1 and
1409.71 cm-1. The difference was that cinnamon wood waste biochar had (CO)
polysaccharides, complex carbohydrates, and (Si-O) bonds of clay minerals
associated with biochar. Meanwhile, the Surian wood waste biochar had (M-O-H)
bond from the O-H bending band of the clay mineral associated with biochar and
the bond from the solo -OH bending.

Keywords: Biochar, characterization, cinnamon wood waste, particle size, surian


wood waste,

vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki cukup banyak ketersediaan limbah pertanian dan
perkebunan yang dapat dimanfaatkan untuk pembenah tanah, baik dari lahan sawah
maupun lahan kering. Terkait limbah ini ada 2 jenis, yaitu 1) bahan yang mudah
terdekomposisi seperti jerami, batang jagung, limbah sayuran dan 2) bahan yang
sulit terdekomposisi seperti kayu-kayuan, tempurung kelapa, dan tempurung kelapa
sawit. Pemanfaatan limbah pertanian khususnya yang sulit terdekomposisi dapat
dilakukan dengan mengonversinya dahulu menjadi biochar (arang aktif). Sifat
biochar ini sangat beragam tergantung dari bahan baku dan teknik pembuatanya
Biochar merupakan salah satu bentuk karbon stabil yang berasal dari hasil
konversi biomassa melalui pembakaran tidak sempurna dengan kondisi oksigen
terbatas. Proses pembakaran ini dikenal sebagai proses pirolisis. Menurut Speight
(1994), pirolisis adalah peristiwa kompleks, dimana senyawa organik dalam
biomassa didekomposisi melalui pemanasan sedikit kehadiran oksigen. Sehingga
yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di
dalamnya.
Biochar dapat dimanfaatkan sebagai amelioran tanah yang merupakan
bahan yang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa biochar dapat membantu
mengurangi pencucian unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti temuan Yao et
al. (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan biochar kayu lada brasil efektif
mengurangi pencucian nitrat (NO3-), ammonium (NH4 +) dan fosfat (PO 43-) masing-
masingnya sebesar 34%, 34.7%, dan 20.6%. Menurut Asai et al. (2009), biochar
sisa kayu dapat menahan air pada pori-pori yang ada dan membantu mengurangi
terjadinya aliran permukaan saat hujan agar air dapat dengan mudah masuk ke
dalam tanah. Peake et al. (2014) mengungkapkan bahwa pemberian biochar limbah
pabrik kayu pinus dapat meningkatkan kapasitas air yang tersedia sebesar lebih dari
22%.
Dalam pengaplikasian biochar, perbedaan bahan baku dan ukuran partikel
memberikan pengaruh yang berbeda pada tanah. Menurut Shenbagavalli dan
2

Mahimairaja (2012), perbedaan bahan baku akan mengakibatkan perbedaan


karakteristik dari biochar yang dihasilkan sehingga kualitas biochar juga
bergantung pada jenis dan karakteristik bahan yang digunakan. Pada penelitian
Oguntunde et al. (2004) ditemukan bahwa bahan baku dan kondisi pirolisis (suhu,
waktu, dan lain lain) dapat mempengaruhi stabilitas dan kandungan unsur hara.
Berdasarkan pernyataan tersebut, pemilihan jenis biomassa sebagai bahan baku
biochar penting menjadi perhatian karena setiap biomasa mempunyai kandungan
yang berbeda yang tentu perlu pertimbangan pemilihan proses konversi dan
teknologi pengolahannya. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biochar
biasanya sisa biomassa pertanian atau kehutanan seperti sekam padi dan potongan
kayu sisa penebangan dan pengolahan.
Menurut Papari dan Hawboldt (2015), arang kayu yang melalui pirolisis
pada suhu 400−500°C dengan sedikit oksigen menghasilkan material berpori
dengan kandungan karbon yang tinggi dan fraksi uap yang dapat terkondensasi.
Meskipun biochar dapat diperoleh dari material organik lain seperti limbah dari
biomassa, namun kayu merupakan bahan baku yang paling umum digunakan di
berbagai negara. Menurut Pastor-Villegas et al. (2006), biochar hasil karbonisasi
kayu mengandung atom karbon, heteroatom dan bahan mineral karena dihasilkan
dari kayu yang memiliki struktur polimer yang mengandung lignin, selulosa,
hemiselulosa dan material organik atau anorganik.
Pada penelitian ini digunakan limbah dari kayu manis dan surian. Kayu
manis mengandung lignin 27.00%, selulosa 34.67%, hemiselulosa 22.66% dan abu
0.74% (Hamidah et al.,2009). Pohon kayu manis biasanya hanya dimanfaatkan
bagian kulitnya dan sisanya dibiarkan begitu saja. Menurut Hamidah et al. (2009),
pada umur panen (8 tahun) kulit kering yang dihasilkan berkisar 2 – 3 kg per pohon,
padahal batang kayu yang dibuang rata-rata berukuran diameter lebih dari 30 cm.
Hal ini sangat disayangkan karena proporsi terbesar dari suatu pohon justru terdapat
pada kayunya. Perlu diadakan suatu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan
bagian pohon kayu manis, selain kulitnya. Surian merupakan salah satu jenis pohon
famili Meliaceae yang mudah ditemukan di Indonesia bagian barat. Kayu ini
mengandung lignin 27.30%, selulosa 61.20%, pentosan 11.50%, abu 0.8% dan
3

silika 0.5% (Idris et al., 2008). Setelah mengolah kayu ini menjadi bahan bangunan
dan konstruksi, terdapat beberapa bagian yang menjadi sisa pengolahan dalam
jumlah banyak. Selain itu, juga ada sisa-sisa penebangan yang tidak digunakan
untuk pembuatan bahan baku konstruksi dan furnitur. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dalam memanfaatkan sisa kayu ini adalah dengan menjadikannya sebagai
salah satu bahan baku dari biochar yang dapat bermanfaat sebagai amelioran tanah.
Perbedaan ukuran partikel biochar akan memberikan perbedaan sifat
biochar. Ukuran partikel merupakan karakteristik geometrik yang biasanya
ditetapkan untuk material dengan ukuran mulai dari nanometer hingga milimeter.
Semakin besar angka ukuran mesh screen, maka akan semakin halus ukuran dan
luas permukaan suatu partikel. Biochar banyak digunakan dalam dua bentuk yaitu
serbuk halus dan granul. Saueprasearsit et al. (2010) menyatakan semakin kecil
ukuran suatu partikel maka semakin tinggi daya penyerapannya yang disebabkan
oleh luas permukaan partikel yang semakin besar. Dalam penelitian Imelda et al.
(2019) ditemukan bahwa arang aktif dari kulit pisang dengan ukuran 200 mesh
memiliki nilai penyerapan logam tembaga terbesar yaitu 124,46 ppm, dibandingkan
dengan ukuran 10 mesh, 40 mesh, 80 mesh, dan 100 mesh. Oleh karena itu penting
mempelajari pengaruh dari ukuran partikel biochar terhadap karakteristiknya.
Pada penelitian Duarte et al. (2019) ditemukan penambahan 25 Mg ha− 1
biochar dengan fraksi >2 mm memiliki sedikit pengaruh terhadap peningkatan
karbon di tanah liat, terutama pada tanah berpasir. Pada kedua tanah tersebut,
kandungan karbon meningkat secara signifikan dengan penurunan ukuran partikel
biochar (2–0,15 mm); jumlah karbon untuk tanah lempung meningkat 6,6 kg kg−1
C dan di tanah berpasir sebesar 4,2 kg kg– 1 C pada ukuran partikel biochar yang
lebih kecil (<0,15 mm). Meski tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap
jumlah nitrogen untuk ukuran partikel biochar yang berbeda, pada tanah yang
diaplikasikan biochar berukuran 0,15–2 mm terjadi peningkatan jumlah nitrogen
0,12 kg kg− 1 dibandingkan dengan tanah kontrol. Pada tanah lempung dan berpasir
memiliki rasio C: N berbeda. Peningkatan rasio C: N dengan pengaplikasian
biochar berukuran 2–0,15 mm lebih terlihat pada tanah berpasir. Sedangkan pada
tanah lempung, dengan penurunan ukuran partikel biochar (0,15–2 mm dan <0,15
4

mm), rasio C: N meningkat menjadi 19 dan 18, dibandingkan dengan perlakuan


kontrol. Namun peningkatan tersebut tidak signifikan. Di tanah berpasir, ukuran
biochar 0,15–2 mm dan <0,15 mm memberikan peningkatan kandungan C: N
–1
masing-masing sebesar 88 dan 64 kg kg C: N. Berdasarkan penelitian tersebut
terlihat jika perbedaan ukuran biochar memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
tanah setelah diaplikasikan meskipun memiliki bahan baku yang sama.
Karakterisasi biochar penting untuk dilakukan karena akan memberikan
lebih banyak wawasan tentang bagaimana berbagai sifat biochar memberikan
perubahan di bidang pertanian dan penyerapan karbon. Menurut Ippolito et al.
(2015) kemampuan untuk menyesuaikan biochar, baik melalui bahan baku atau
melalui manipulasi pirolisis, menawarkan peluang yang cukup besar untuk
penggunaan biochar sebagai pembenah tanah atau peningkat hasil tanaman. Dengan
lebih banyak studi mengenai karakterisasi, pengaruh jenis bahan baku yang berbeda
dan sifat spesifiknya terhadap tanah dan pertumbuhan tanaman bisa dipastikan.
Sehingga dapat disesuaikan penggunaan jenis biochar tertentu yang sesuai dengan
masalah yang terdapat pada tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai karakterisasi dari biochar limbah kayu manis dan surian ini.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
penulis telah melakukan penelitian yang berjudul “Karakterisasi Biochar Limbah
Kayu Manis (Cinnamomum sp.) dan Surian (Toona sp.) Berdasarkan Ukuran
Partikel sebagai Amelioran Tanah”.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik biochar limbah
kayu manis dan surian berdasarkan ukuran partikel sebagai amelioran tanah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Biochar Kayu
Kayu terdiri dari selulosa, lignin, hemiselulosa dan zat ekstraktif yang
masing-masing memiliki fungsi di dalam tanaman, diantaranya selulosa memberi
kekuatan terhadap dinding sel, lignin mendukung serat selulosa dan memberi efek
hidrofobik serta menahan serangan patogen sedangkan zat ekstraktif dapat memberi
pertahanan fisik kayu (Stackpole et al., 2011). Kadar selulosa berhubungan dengan
waktu pembentukan kayu, semakin muda kayu itu terbentuk, maka diduga
kandungan selulosa semakin rendah dikarenakan lebih banyak terbentuk gula non-
selulosa dengan berat molekul rendah (Yunanta et al., 2014). Komponen lignin
memiliki struktur aril-alkil dan ikatan eter, sehingga komponen ini menjadi
komponen yang paling kuat dalam lignoselulosa (Usmana et al., 2012). Adapun
pentosan merupakan komponen penyusun hemiselulosa diantaranya xylosa dan
arabinosa (Hastuti et al., 2017).
Degradasi kayu hasil studi termogravimetri terjadi pada beberapa tahapan,
yaitu air terdegradasi pada suhu sekitar 100°C, kemudian hemiselulosa terdegradasi
pada suhu sekitar 300°C, selulosa pada suhu 350°C sedangkan lignin terdegradasi
bertahap pada suhu sekitar 250−500°C sehingga semua komponen pembentuk kayu
memberikan kontribusi terhadap pembentukan produk pirolisis (Poletto et al.,
2012). Hemiselulosa terdegradasi pada awal pirolisis karena strukturnya yang
amorf dan mudah terhidrolisis diikuti selulosa dengan memiliki rantai polimer yang
panjang dengan adanya ikatan hidrogen sehingga struktur selulosa lebih teratur dan
membentuk daerah kristalin. Lignin terdegradasi diakhir pirolisis dikarenakan
lignin merupakan komponen kimia yang sangat kuat dengan tingkat aromatik dan
disusun dari unit fenil propana bercabang (Darmawan et al.,2015) dengan
kandungan karbon yang cukup tinggi. Dari pernyataan tersebut, dapat menjadi
bahan pertimbangan bahwa untuk membuat arang dengan hasil yang baik (kadar
karbon terikat tinggi dengan zat mudah menguap yang rendah), diharapkan bahan
baku memiliki selulosa yang rendah karena selulosa cenderung membentuk produk
lain baik yang terkondensasi atau tidak (Pereira et al., 2013), sehingga kualitas dan
rendemen arang dipengaruhi oleh komposisi kimia kayu yang digunakan.
6

Pada umumnya, dari hasil penelitian, kadar zat ekstraktif yang tinggi akan
menghasilkan kualitas arang yang lebih baik, karena akan menghasilkan zat mudah
menguap yang rendah, hal ini sesuai dengan penelitian Iskandar dan Rofiatin
(2017), yang menyatakan bahwa kadar ekstraktif berpengaruh positif terhadap
kualitas arang, terutama nilai kalor.
Kadar abu berhubungan dengan bahan anorganik yang terkandung dalam
kayu (Mandre, 2006) dan dipengaruhi oleh kondisi tanah karena tanaman diduga
dapat menyerap bahan anorganik dari tanah tempat tumbuh tanaman tersebut. Pada
umumnya keberadaan komponen anorganik pada kayu disinyalir dapat
mengganggu produksi arang karena komponen tersebut sulit terdegradasi pada
proses pirolisis. Begitupun juga dengan kadar air, dapat menurunkan fraksi organik,
sehingga karbon terikat pada produk arang akan menurun (Alpian et al., 2011).
Kadar silika pada kayu diharapkan rendah, karena tinginya kadar silika dalam kayu
menyebabkan cepat tumpulnya alat kerja dalam proses pengerjaan kayu (Pasaribu
et al., 2007).
Menurut Komarayati dan Cusmailina (1994), perbedaan kadar air dari arang
kayu disebabkan oleh daya serap air, kelembaban udara serta lama dan cara
penyimpanannya. Sedangkan untuk perbedaan kadar abu dari arang kayu
dipengaruhi oleh jenis kayu dan tempat tumbuhnya. Selanjutnya, besar kecilnya
kadar zat yang mudah menguap dipengaruhi oleh suhu maksimum pengolahan,
yaitu semakin tinggi suhu maksimum pengarangan maka akan semakin rendah
kadar zat mudah menguap dan makin tinggi kualitas arangnya (Hudaya dan
Hartoyo,1988).
Shetty dan Prakash (2020) menemukan sifat fisika, kimia dan beberapa
kandungan nutrisi biochar kayu yang dibuat dari kayu Eukaliptus yang disajikan
pada Tabel 1. Ada beberapa nilai dari nilai tersebut yang lebih tinggi dibandingkan
oleh dua biochar lainnya berupa biochar bambu dan sekam padi yang juga diteliti.
Beberapa nilai tersebut adalah porositas, kapasitas menahan air maksimal, pH,
kandungan K, kandungan Ca, kandungan Mg, kandungan Na, kandungan Cu,
kandungan Mn, dan kandungan B. Biochar ini juga memiliki potensial pengapuran
yang lebih tinggi yang disebabkan karena tingginya penyerapan kation basa oleh
7

pohon eukaliptus ini. Sehingga pemberian biochar kayu eukaliptus ini ke tanah
memberikan peningkatan pH ke tanah lebih tinggi dari biochar lainnya. Hal ini
mengindikasikan tingginya garam yang dapat larut, besarnya CaCO 3eq dan kadar
Ca dari pada biochar lainnya.
Tabel 1. Sifat fsika, kimia dan kandungan nutrisi biochar kayu eukaliptus
Bobot Volume 0,31 kg/m3
Kerapatan Partikel 1,32 kg/m3
Sifat Fisika Porositas 73,83%
Kapasitas Menahan Air Maksimal 213,31%
Kandungan Abu 8,8%
pH (1:5) 10,5
Konduktivitas listrik (1:5) 4,99 dS/m
Sifat Kimia
KTK 26,25 cmol(p+)/kg
Calcium carbonate Equivalent (CaCO3eq) 31%
C 72,5%
N 0,13%
P 0,15%
K 1,47%
Ca 2,3%
Mg 0,48%,
Kandungan S 0,07%
Nutrisi Na 0,1%
Si 2,03%
Zn 23,9 mg/kg
Cu 36,6 mg/kg
Mn 630,8 mg/kg
Fe 553,7 mg/kg
B 24,42 mg/kg
Sumber: Shetty dan Prakash (2020)
Penelitian Ronsse et al. (2013) menemukan bahwa biochar kayu pinus
memiliki potensi luas permukaan tertinggi (mencapai 196 m²/g) dibandingkan
semua jenis biochar lainnya yang memiliki permukaan spesifik BET (Brunauer-
Emmett-Teller) dibawah 50 m²/g. Selain itu, biochar kayu pinus ini memiliki kadar
abu terendah dari semua bahan baku yang digunakan (0,2, 7,9, 3,5, dan 38,4% berat
untuk kayu, jerami, limbah hijau dan alga, masing -masing). Dari pengamatan yang
dilakukan, jumlah kadar abu yang semakin tinggi dalam bahan baku biomassa
memiliki korelasi negatif dengan luas permukaan spesifik pada biochar yang
8

dihasilkan. Ini mungkin disebabkan oleh peleburan dari abu cair mengisi pori-pori
pada biochar, sehingga mengurangi luas permukaan yang dapat diakses.
Pada penelitian Jindo et al. (2014) mengenai biochar sekam padi, jerami
padi, dan serpihan kayu pohon apel dan pohon ek yang dipirolisis pada suhu antara
400°C dan 800°C, ditemukan BET dan FTIR yang dihasilkan oleh proses
peningkatan suhu pada luas permukaan yang lebih tinggi, lebih banyak senyawa
aromatik dan penurunan kelompok alifatik. Kemudian Ghani et al. (2013) meneliti
sifat-sifat biochar dari limbah serbuk gergaji kayu karet dengan pirolisis antara
450°C dan 850°C, ditemukan total permukaan BETnya lebih rendah dari 10 m 2/ g
untuk suhu yang lebih rendah dan sekitar 200 m 2/ g untuk suhu yang lebih tinggi.
Kim et al (2012) juga meneliti sifat biochar dari pinus rigida yang diproduksi
dengan pirolisis cepat di berbeda suhu (300-500 ° C); diperoleh luas permukaan
BET antara 3,0 dan 175 m2/ g yang meningkat seiring dengan suhu pirolisis; dari
spektrum FTIR, mereka menemukan bahwa puncak regangan O-H (3600-3200 cm-
1) menurun pada spektrum untuk biochar. Azargohar et al. (2014) menghasilkan
biochar dari limbah pertanian (jerami gandum dan jerami rami) dan sisa-sisa hutan
(serbuk gergaji), pada suhu antara 400°C dan 550°C; menemukan peningkatan suhu
pirolisis mengakibatkan pecahnya permukaan biomassa, yang disebabkan oleh
retak termal dari biomassa induknya; dengan analisis FTIR, ditemukan bahwa
intensitas puncak 3300-3400 cm-1 (peregangan -OH), 2850-2950 cm-1 (-CH
peregangan), dan 1470 cm -1 (getaran deformasi dari alkana) menurun dengan
peningkatan suhu pirolisis, yang disebabkan oleh peningkatan struktur aromatik di
biochar.
Gambar 1. menunjukkan spektrum FTIR dalam kisaran 4000-2500 cm-1 dan
kisaran 1800-1000 cm-1 untuk tiga biochar yang diperoleh dalam kondisi gasifikasi
serupa. Spektrum FTIR pada rentang frekuensi antara 3600 cm -1 dan 3200 cm-1
menunjukkan puncak yang berhubungan dengan ikatan OH. Ukuran relatif kecil
dari puncak ini dikaitkan dengan hilangnya kelembaban karena suhu tinggi yang
dicapai dalam proses gasifikasi (Kim et al.,2012). Puncak bening yang biasanya
dikaitkan dengan hemiselulosa dan selulosa (yaitu, 3200-3000 cm-1 untuk OH atau
3100-3000 cm-1 untuk CH) tidak ada di semua sampel biochar, sehingga
9

disimpulkan bahwa hemiselulosa dan selulosa ada di bahan baku (kayu)


terdegradasi pada suhu gasifikasi (Jouiad et al., 2015). Ini adalah hasil yang
diharapkan karena degradasi hemiselulosa dan selulosa umumnya berlangsung
pada suhu antara 200-300°C dan 300-400°C (Kim et al.,2012). Puncak antara 1400
cm-1 dan 900 cm-1 umumnya dikaitkan dengan lignin, terutama karena cincin tipe
C=C (Jouiad et al., 2015); puncak ini sedikit lebih jelas daripada yang ditemukan
untuk hemiselulosa dan selulosa, yang dapat dikaitkan dengan degradasi lignin pada
suhu antara 200°C dan 700°C (Azargohar et al., 2014).

Gambar 1. Spektrum FTIR Biochar (Suárez-Hernández et al., 2017)


Puncak yang diamati antara 2850-2970 cm-1 dikaitkan dengan gugus fungsi
alifatik (ikatan CH) dan terlihat kurang jelas dalam sampel yang dianalisis, karena
degradasi senyawa alifatik terjadi pada suhu gasifikasi tinggi, yang mengarah pada
pembentukan senyawa aromatik (Azargohar et al., 2014). Puncak yang diamati
antara 1750 cm-1 dan 1650 cm-1 dikaitkan dengan deformasi aksial asam C=O,
terutama aldehida dan keton yang dibentuk oleh disosiasi selulosa dan hemiselulosa
(Azargohar at al., 2014). Dalam rentang 1600-1580 cm-1, pita yang diamati
dihubungkan dengan aromatik C=C dan C=O, terkait dengan keton dan kuinon
(Jouiad et al., 2015). Analisis FTIR memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa
proses gasifikasi menyebabkan degradasi selulosa dan hemiselulosa, sementara
beberapa aromatik yang terkait dengan lignin tetap berada dalam sampel biochar
10

(Suárez-Hernández et al., 2017). Menurut Sik et al. (2016), karakteristik tersebut


dapat meningkatkan aplikasi biochar sebagai bahan pembenah tanah.
1. Karakteristik Kayu Manis
Kayu manis termasuk famili Lauraceae yang banyak mempunyai nama
daerah seperti Batak (Holim), Melayu (Kayu manis), Minangkabau (Kulik manih),
Sunda (Mentek), Jawa Tengah (Manis Jangan), Madura (Cingar Kanyengar, Sasak
(Onte), Sumba (Kaninggu) dan Flores (Puudinga) (Idris dan Mayura, 2019).
Klasifikasi dari kayu manis (National Plant Database, 2005) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Order : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum Schaeff.
Berdasarkan hasil penelitian dari Hamidah et al. (2009) yang meneliti
mengenai komponen kimia kayu manis pada tiga kelas umur yaitu kecil dari 5
tahun, 5-10 tahun, dan lebih dari 10 tahun, didapatkan kandungan Holoselulosa
untuk masing-masing kelas umur tersebut secara berurutan adalah 44.00%, 51.33%
dan 57.33% dengan kategori rendah. Kemudian, kandungan Selulosa untuk masing-
masing kelas umur tersebut secara berurutan adalah 25.78 %, 30.00% dan 34.67%
dengan kategori rendah. Selanjutnya kandungan hemiselulosa untuk masing-
masing kelas umur secara berurutan adalah 18.22%, 21.33% dan 22.66% dengan
kategori rendah. Kandungan lignin masing-masing kelas umurnya adalah 19.67%,
23.67% dan 27.00% dengan kategori sedang. Terakhir kandungan abunya secara
berurutan untuk masing-masing kelas umur adalah 0.41%, 0.45% dan 0.74%
dengan kategori sedang.
11

Berdasarkan hasil penelitian Komarayati dan Cusmailina (1994), ditemukan


beberapa sifat dari kayu manis dan arangnya. Sifat-sifat tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Sifat kayu manis, rendamen arang dan sifat kimia-fisis arangnya

Kadar air 18.84%


Sifat kayu manis dan
Berat jenis 0.59%
rendamen arang
Rendamen arang 24.74%

Kadar air 4.55%

Kadar abu 3.08%


Sifat kimia-fisis arang
Kadar zat mudah menguap 18.61%
kayu manis
Kadar karbon terikat 78.31%

Nilai kalor 7.035,03 cal/g.

Sumber: Komarayati dan Cusmailina (1994)


Berdasarkan penelitian Jayasanka et al. (2020), ditemukan hasil pirolisis
dan beberapa karakterisasi dari biochar kayu manis yang dibuat dengan
menggunakan Tradisional Barrel System (TBS) dan Improved System (IS) seperti
pada Tabel 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pirolisis bahan baku berkurang 20%
dan maksimum suhu pemanasan meningkat 20% saat menggunakan IS
dibandingkan dengan menggunakan TBS. Secara umum, hasil biochar menurun
saat suhu pemanasan ditingkatkan. Dalam studi ini, Hasil biochar dengan IS
menurun 2% dibandingkan dengan TBS. Di sisi lain, kadar abu dengan IS
meningkat 2% dari TBS. Seperti yang diharapkan, kandungan C dengan TBS dan
IS lebih tinggi dari bahan baku asli. %C organik meningkat sebesar 55% di TBS
dan 75% di IS dibandingkan dengan bahan baku aslinya. Nilai pH dan EC dari IS
secara signifikan lebih tinggi dari TBS. Hasil ini sesuai dengan penelitian Li et al.
(2013) yang melaporkan bahwa pH dan EC relatif lebih rendah pada biochar jerami
padi yang diproduksi di bawah 400 ° C dibandingkan dengan biochar jerami padi
diproduksi pada 600 ° C. pH dan EC dari TBS dan IS pada penelitian ini lebih tinggi
dari nilai pH dan EC biochar brangkasan jagung, biochar tempurung kelapa, biochar
12

tempurung kacang tanah dan biochar limbah sabut kelapa. Tidak ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat N, P dan K dari dua sistem.
Tabel 3. Karakteristik biochar kayu manis
Karakteristik TBS IS
Waktu pembuatan (menit) 100 80
Temperatur Pemanasan Maksimal (oC) 500 600
Hasil Biochar (%) 30 28
Karbon Organik (%) 62 70
Kadar Abu (%) 9 11
Bobot Volume ( gcm-3) 0.23 0.2
Kerapatan Sebenarnya ( gcm-3) 0.9 1.1
Porositas (%) 74 80
Kapasitas menahan air (%) 70 75
pH 10.5 11.1
Konduktifitas Listrik (mSm -1) 10.9 12.7
%N 0.154 0.164
%P 0.35 0.37
%K 0.69 0.7
Ket: TBS: Tradisional Barrel System IS: Improved System

2. Karakteristik Kayu Surian


Surian termasuk ke dalam famili Meliaceae dengan nama dagang Surian,
suren, soren. Pohon ini tersebar di seluruh Sumatera (kecuali Jambi), Seluruh Jawa,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Irian Jaya (Idris et al., 2008).
Klasifikasi dari surian menurut Global Biodiversity Information Facility (2019)
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Order : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Toona M. Roem
Secara mikroskopis, kayu surian memiliki pembuluh yang berbentuk
bundar sampai oval dan beberapa diantaranya berisi cairan berwarna coklat
kemerahan yang menimbulkan aroma yang khas. Sebagian besar sel pembuluh kayu
13

surian berbentuk soliter dan tersusun mengikuti pola tata lingkar. Sel serabut kayu
surian ada yang bersekat. Kayu surian memiliki sel parenkim aksial yang termasuk
dalam kategori paratrakeal vasisentrik dan pita marjinal pada kayu awal. Komposisi
sel jari-jari kayu surian terdiri atas sel tegak dan sel baring, dan terdapat kristal
prismatik yang berbentuk rhomboidal atau oktahedral. Berdasarkan nilai turunan
dimensi sel serabutnya, kayu surian memiliki kelas mutu I untuk bahan baku pulp
dan kertas (Darwis et al., 2012).
Kayu surian memiliki kayu teras berwarna merah pucat sampai merah yang
lama kelamaan berubah menjadi merah kecoklatan, mudah dibedakan dengan
gubalnya berwarna putih keabu-abuan. Arah seratnya lurus sampai berpadu dan
teksturnya agak kasar. Pori sebagian soliter dan bergabung radial sampai miring
terdiri 2-3 pori, berisi endapan berwarna merah. Parenkim aksial tersusun atas
parenkim selubung sampai bentuk pita marginal. Parenkim jari-jarinya agak sempit
sampai lebar, prequensinya agak jarang dan tergolong berukuran pendek. Kayu
surian berat jenisnya rata-rata 0.37 (Pandit et al., 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kadar holoselulosa surian
adalah 67,14% yang tergolong tinggi. Holoselulosa merupakan fraksi total dari
karbohidrat yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa (Pasaribu et al., 2007).
Holoselulosa merupakan kombinasi selulosa (40-45%) dan hemiselulosa (15-
25%), biasanya memiliki kadar 65-70% berdasarkan berat kering kayu. (Rowell,
2005). Kadar holoselulosa yang rendah memberi gambaran bahwa rendemen bubur
kayu yang dihasilkan akan rendah, dan sebaliknya makin tinggi kandungan
holoselulosa dalam kayu akan memudahkan terbentuknya sifat hidrofilik pulp
sehingga memudahkan terjadinya ikatan antar serat. Selain itu dalam pembuatan
arang aktif akan dihasilkan struktur lapisan kristalit heksagonal yang lebih banyak
dibandingkan dengan kayu yang kadar holoselulosanya rendah (Pari, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kadar lignin surian adalah
27.41% yang tergolong sedang. Tingginya kadar lignin akan sangat baik untuk
dibuat briket arang yang dilakukan dengan cara kempa ulir panas pada waktu
pembuatan briket kayunya.
14

Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kadar pentosan surian adalah
17.78% yang tergolong rendah. Untuk pengolahan kayu menjadi arang, kadar
pentosan yang tinggi dapat menurunkan rendemen arang. Ini karena pentosan
merupakan polimer yang rantainya lebih pendek dibandingkan selulosa dan lignin,
sehingga mudah terdegradasi oleh panas selama proses pengarangan.
Berdasarkan hasil penelitian Pari et al. (2006), kandungan air surian adalah
9.37 %. Sedangkan untuk kadar abu dan silikanya masing-masing adalah 0.79%
yang tergolong sedang dan 0.05% yang tergolong rendah. Komponen yang terdapat
dalam abu diantaranya adalah K2O, MgO, CaO, Na2O.
Hasil penelitian Sujarwo (2009) menunjukkan beberapa karakteristik dari
arang aktif dari limbah kayu surian yaitu hasil rendemen sebanyak 64.133-74.065
%, kadar air sebanyak 2.096-5.096 %, volatile matter sebanyak 24.430-40.206 %,
kadar abu sebanyak 6.488-9.482 %, dan karbon terfiksasi sebanyak 53.216-66.681
B. Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Karakteristik Biochar
Berdasarkan penelitian Sangani et al. (2020) mengenai pengaruh bahan
baku dan ukuran partikel terhadap sifat biochar, bahan baku merupakan faktor
utama yang mempengaruhinya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan substansi
dalam komposisi kimia dan struktur biologis biomassa induk. Ukuran partikel juga
mempengaruhi semua sifat biochar secara signifikan kecuali titik isoelektrik.
Disamping itu, pengaruh interaksi antara bahan baku dan ukuran partikel secara
signifikan mudah mempengaruhi semua sifat biochar kecuali pH dan titik
isoelektrik. Studi ini menyimpulkan bahwa bahan baku sebagian besar mengontrol
karakteristik fisikokimia biochar. Kemudian untuk bahan baku tertentu, ukuran
partikel biochar dapat mengubah sifat fisik secara signifikan dan sifat kimia dengan
tingkat perubahan yang lebih rendah. Namun, masing-masing karakteristik untuk
setiap bahan baku berbeda-beda ketika ukuran partikel diubah. Karena perubahan
ukuran partikel dapat mengubah beberapa karakteristik biochar, maka akan
mempengaruhi cara biochar berinteraksi dengan media target dan kinerja akhirnya.
Partikel biochar yang kecil lebih mudah berinteraksi dengan partikel tanah
untuk membentuk agregat daripada yang berukuran besar (Herath et al., 2013).
Selain itu, luas permukaan spesifik yang lebih besar per satuan massa meningkatkan
15

retensi air (Blanco-Canqui, 2017) dan air yang tersedia untuk tanaman (Zhang et
al.,2016).
Biochar dengan ukuran yang kecil memiliki lebih banyak pori mikro
daripada biochar yang berukuran besar. Sehingga biochar dengan ukuran kecil ini
dapat menahan air lebih kuat dan memiliki kandungan air tersedia yang lebih
banyak daripada yang berukuran besar. Namun, partikel-partikel berukuran kecil
dapat mengurangi aliran air jenuh di tanah dengan menyumbat ruang pori (Blanco-
Canqui, 2017).
Ukuran partikel signifikan mempengaruhi luas permukaan dari biochar
kayu, biochar sekam padi, dan biochar limbah teh. Peningkatan luas permukaan
berbanding terbalik dengan ukuran partikel sehingga luas permukaan meningkat 5
lipat saat ukuran partikel dari kasar menjadi sangat halus. Penelusuran lebih rinci
menunjukkan bahwa besarnya peningkatan luas permukaan bervariasi dengan
bahan baku. Inilah bukti adanya sebuah pengaruh antara jenis biochar dan ukuran
partikel. Perbedaan ukuran partikel dapat meningkatkan luas permukaan masing-
masing biochar kayu, biochar sekam padi, dan biochar limbah teh, masing-
masingnya sebesar 93.4, 9.4 dan 1.6 kali, dengan kategori signifikan, sedang, dan
rendah. Biochar kayu dan biochar sekam padi menunjukkan peningkatan luas
permukaan dengan ukuran yang semakin kecil, peningkatan ini lebih bertahap pada
biochar limbah teh dibandingkan dengan biochar kayu, dan perubahan yang agak
dramatis terjadi pada biochar kayu saat ukuran menurun dari halus menjadi sangat
halus. Sebaliknya, luas permukaan biochar limbah teh hampir tidak bergantung
pada ukuran partikel. Hal ini ditunjukkan dengan partikel ukuran sedang dan
halusnya memiliki luas permukaan yang lebih besar dari partikel kasar dan sangat
halus (Sangani et al., 2020).
Biochar berukuran sangat halus yang dihasilkan dari limbah teh memiliki
KTK tertinggi 32.8 cmol (p+) kg−1, sementara KTK terendah 14.6 cmol (p+) kg−1
pada biochar berukuran kasar yang berasal dari serpihan kayu. KTA juga berkisar
dari 0.4 hingga 3.6 cmol kg−1 untuk biochar kayu berukuran kasar dan biochar teh
berukuran sangat halus. Secara keseluruhan, KTK semua biochar bernilai sedang
dengan KTK dari biochar teh relatif tinggi dibandingkan dengan biochar sekam
16

padi dan biochar kayu. Terlepas dari ukuran partikel, KTA untuk sampel biochar
limbah teh secara konsisten lebih tinggi daripada biochar kayu atau biochar sekam
padi. Kapasitas Tukar Kation dan Kapasitas Tukar Anion keduanya meningkat
dalam urutan biochar kayu < biochar sekam padi < biochar limbah teh (Sangani et
al., 2020).
KTK dan KTA dari ketiga biochar ditemukan sedikit tergantung pada
ukuran; di mana KTK meningkat dengan penuruan ukuran. Perubahan KTK
sebagian besar terjadi ketika ukuran partikel berubah dari halus menjadi sangat
halus, yang mengakibatkan peningkatan, penurunan atau tidak ada perubahan
signifikan dalam KTK untuk biochar teh, biochar sekam padi, dan biochar kayu.
Meskipun tidak ada perubahan signifikan dalam KTA dengan ukuran partikel baik
untuk RB atau WB, KTA dari TB berubah secara signifikan ketika ukuran
berkurang dari halus menjadi sangat halus (Sangani et al., 2020).
Dalam studi lain, Głab et al. (2016) menemukan bobot volume menurun,
porositas total meningkat, kadar air tersedia tanaman menurun, dan kemampuan
menahan air menurun dengan peningkatan ukuran biochar dari 0.5 menjadi 2 mm.
Berdasarkan penelitian Liescahyani et al. (2015) ditemukan bahwa biochar dari
tempurung kelapa dengan ukuran (0.5 – 1) mm memiliki berat volume paling tinggi
yakni 1.05 g cm-3 dan berbeda tidak nyata dengan sekam pada ukuran yang sama.
Sedangkan biochar dengan bahan baku kayu pada ukuran (1 – 2) mm memiliki berat
volume paling kecil yakni 0.86 g cm-3 dan berbeda tidak nyata dengan biochar
seresah pada ukuran partikel yang sama tetapi menurun secara nyata bila
dibandingkan dengan biochar tempurung kelapa dan sekam.
Perubahan berat volume terjadi karena setiap bahan baku memiliki berat
volume yang berbeda. Semakin rendah berat volume biochar yang diaplikasikan,
maka semakin rendah pula berat volume tanah setelah aplikasi. Seperti pada
perlakuan kayu dengan ukuran partikel (1 - 2) mm yang memiliki berat volume
paling rendah yakni 0.11 g cm-3 memberikan berat volume tanah paling rendah,
sedangkan tempurung kelapa dengan diameter (0.5 - 1) mm yang memiliki berat
volume tinggi yakni 0.31 g cm-3 memberikan berat volume tanah paling tinggi
(Liescahyani et al., 2015)
17

Porositas paling rendah dimiliki oleh tanah yang diaplikasikan biochar


dengan ukuran partikel (≤ 0.25) mm yakni 61.17% dan berbeda tidak nyata dengan
ukuran partikel (0.5 – 1) mm tetapi meningkat secara nyata pada ukuran partikel (1
- 2) mm. Perbedaan nilai porositas tersebut terjadi karena perbedaan berat volume
tanah yang diaplikasikan biochar dalam ukuran diameter yang berbeda. Porositas
tanah semakin tinggi dengan menurunnya berat volume tanah. Hal tersebut terjadi
karena peningkatan berat volume menunjukan semakin padatnya tanah yang artinya
semakin sedikit jumlah ruang pori yang terdapat pada tanah. Sedikitnya ruang pori
tanah menyebabkan porositas tanah berkurang. Jika berat volume tanah semakin
bertambah dengan semakin kecilnya ukuran diameter biochar, maka porositas
semakin berkurang dengan semakin kecilnya ukuran diameter biochar yang
diaplikasikan (Liescahyani et al., 2015).
Distribusi ukuran partikel jelas berdampak pada sifat hidrolik, dengan
biochar yang lebih halus umumnya menurunkan konduktivitas hidrolik karena
ruang pori yang lebih kecil. Pada saat yang sama, kapasitas penahanan air yang
lebih tinggi umumnya diamati dalam biochar yang lebih halus atau mereka yang
memiliki abu halus dipertahankan (yaitu CE-WP1 dengan nilai 1.1x10-3 cm s-1).
Sifat-sifat ini dianggap menguntungkan untuk perbaikan tanah (Yargicoglu et al.,
2015).
Lita (2021) menyatakan dengan semakin kecil dari ukuran suatu partikel
maka semakin tinggi nilai karakteristik biochar limbah kelapa muda dan bamboo
yang didapatkan kecuali pada nilai persentase kelembaban, zat volatile dan fixed
carbon. Persentase kelembaban, zat volatile dan fixed carbon mengalami
penurunan dengan semakin kecilnya ukuran, dan nilai tertinggi didapatkan pada
ukuran 2.80-4.75mm. Analisis FTIR pada biochar limbah kelapa muda dan bamboo
menunjukkan bahwa ikatan yang ditemukan menjadi semakin banyak dengan
semakin kecilnya ukuran partikel.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2021 di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang dan Laboratorium Kimia Universitas Negeri Padang untuk
analisis FTIR dan XRF. Jadwal kegiatan penelitian ini secara lengkap disajikan
pada Lampiran 1.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah biochar dari limbah kayu
manis dan surian dan bahan kimia untuk analisis biochar. Selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kon-Tiki,
furnace, cawan porselen serta penutup, toples kaca, alat FTIR, dan alat-alat
laboratorium lainnya. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuannya berupa 5 tingkat kehalusan pada biochar limbah kayu manis dan
surian berdasarkan ukuran ayakan pada alat Elektromagnetic Sieve Shaker dengan
3 ulangan. Perlakuan tersebut yaitu:
B1 = Biochar limbah kayu manis dengan ukuran partikel 2.80 – 4.75 mm
B2 = Biochar limbah kayu manis dengan ukuran partikel 2.00 – 2.80 mm
B3 = Biochar limbah kayu manis dengan ukuran partikel 1.00 – 2.00 mm
B4 = Biochar limbah kayu manis dengan ukuran partikel 0.50 – 1.00 mm
B5 = Biochar limbah kayu manis dengan ukuran partikel ≤ 0.50 mm
B6 = Biochar limbah surian dengan ukuran partikel 2.80 – 4.75 mm
B7 = Biochar limbah surian dengan ukuran partikel 2.00 – 2.80 mm
B8 = Biochar limbah surian dengan ukuran partikel 1.00 – 2.00 mm
B9 = Biochar limbah surian dengan ukuran partikel 0.50 – 1.00 mm
B10 = Biochar limbah surian dengan ukuran partikel ≤ 0.50 mm
19

Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung
perlakuan lebih besar dari F tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Duncan’s New
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Bahan Baku Biochar
Kayu manis dan Kayu Surian didapatkan dari sekitar tempat tinggal penulis,
di Sungai Cubadak, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Bahan baku tersebut
diambil bagian dahannya. Kemudian dipotong dengan panjang berkisar 30-40 cm
dan dibelah dengan ketebalan berkisar antara 1-3 cm. Setelah itu dikeringkan
selama satu minggu atau dengan kadar air sekitar 10-20%.
2. Proses Pembuatan Biochar
Jumlah kayu yang digunakan untuk membuat biochar masing-masing 10 kg.
Kayu disusun didalam kon-tiki dengan posisi seperti Gambar 2(a). Kemudian
dihidupkan apinya. Selama pembakaran, dilakukan pengadukan agar semua bahan
baku terbakar menjadi biochar. Juga dilakukan pengukuran suhu pembakaran.
Setelah semua bahan baku terbakar menjadi biochar, disiram secara perlahan
dengan air hingga apinya padam dan tidak berasap lagi. Kemudian dikeluarkan dari
Kon-Tiki dan dikeringanginkan. Proses pembuatan dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) Penyusunan kayu (b) Dihidupkan api

(d) Disiram dan dikeluarkan dari


(c) Pengukuran suhu
kontiki
Gambar 2. Proses pembuatan biochar
20

Selanjutnya, hasil biochar dioven pada suhu 70oC selama 2x24 jam agar
suhu homogen. Setelah itu biochar diayak menggunakan Elektromagnetic Sieve
Shaker dengan ukuran ayakan 0.5 mm, 1 mm, 2 mm, 2.8 mm dan 4.75 mm. Terakhir
dilakukan karakterisasi biochar berdasarkan ukuran partikel dengan beberapa
analisis seperti Proksimat (kelembaban, zat volatil (Volatile Matter (VM)), kadar
abu, dan karbon terfiksasi (Fixed Carbon (FC))), pH, daya hantar listrik (Electrical
Conductivity (EC)), Potensi Pengapuran (liming potential), Karbon Inorganik
(Inorganic Carbon), KTK, dan FTIR. Selain itu juga dilakukan analisis kandungan
elemen unsur dari bahan baku biochar menggunakan analisis XRF.
E. Analisis Karakter Biochar di Laboratorium
Analisis laboratorium mengenai karakterisasi biochar yang dilakukan
meliputi:
No. Parameter Metode Referensi
1. Proksimat: D1762-84 oleh ASTM Singh et al., 2017
KA, Volatile Matter (American Society for
(VM), Kadar Abu, dan Testing and Materials)
Fixed Carbon (FC)
2. pH, daya hantar listrik pH: calomel electrode– Singh et al., 2017
(Electrical Conductivity glass electrode system,
(EC)), dan potensi EC: REML (The residual
pengapuran (liming maximum likelihood)
potential) Liming Potential:
Calcium Carbonate
Equivalent (modifikasi
dari metode pengukuran
kandungan karbonat
tanah oleh Rayment and
Higginson (1992))
3. Inorganic Carbon Titrimetric Singh et al., 2017

4. KTK Leaching Balittanah, 2012

5. FTIR (Fourier- ATR-FTIR Singh et al., 2017


transform infra-red)
Prosedur analisis biochar selengkapnya disajikan pada Lampiran 5.

F. Pengolahan Data
Data proksimat, pH, daya hantar listrik, potensi pengapuran, karbon
inorganic, dan KTK yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji sidik
21

ragam menggunakan RAL. Jika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel taraf
5%, maka dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) taraf
5%. Data hasil analisis XRF ditampilkan dalam bentuk tabel dan analisis FTIR
ditampilkan dalam bentuk grafik spektrum dan tabel jenis ikatan yang didasarkan
pada Singh et al. (2017).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Bahan Baku Biochar
Bentuk dari bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biochar ini dapat
dilihat pada Gambar 3 dan 4. Batang kayu manis berwarna lebih putih dengan serat
kayu yang terlihat lebih lembut. Sedangkan batang dari limbah kayu surian
warnanya agak kemerahan dan serat kayunya terlihat kasar dan keras. Pada gambar
serpihan, terlihat jika serpihan dari kayu surian lebih kasar dan keras daripada
serpihan kayu manis. Bahkan setelah menjadi serbukpun terlihat bahwa serbuk
kayu surian lebih kasar dan keras. Kekasaran dan kekerasan dari sebuah kayu
berhubungan dengan kadar lignin dari suatu kayu. Dengan semakin tingginya kadar
lignin maka kayu akan semakin keras. Berdasarkan hasil penelitian Hamidah et al.
(2009), didapatkan bahwa kandungan lignin kayu manis tertinggi dari ketiga kelas
umur adalah 27% sedangkan untuk kandungan lignin dari kayu surian berdasarkan
penelitian Pari et al. (2006) adalah 27.41%. Dari kedua data tersebut terlihat jika
kayu surian memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi.

A1 A2 A3

B1 B2 B3
Gambar 3 Morfologi Limbah Kayu Manis (A; A1: Batang, A2 : Serpihan, A3:
Serbuk) dan Surian (B; B1: Batang, B2: Serpihan, B3: Serbuk)
23

Kandungan unsur pada bahan baku kayu manis dan surian yang dianalisis
XRF ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan unsur pada bahan baku kayu manis dan kayu surian
Kayu Manis Surian
No Elemen Unsur
…….………%.......................
1 Fosforus (P) 16.947 6.857
2 Kalium (K) 29.179 10.760
3 Kalsium (Ca) 34.396 69.191
4 Magnesium (Mg) 1.556 0.241
5 Tembaga (Cu) - 0.452
6 Besi (Fe) 3.323 2.085
7 Mangan (Mn) 0.691 0.050
8 Seng (Zn) 0.205 0.096
9 Klorin (Cl) 0.563 1.22
10 Silikon (Si) 4.181 2.880
11 Aluminium (Al) 3.873 2.373
12 Vanadium (V) - 0.010
13 Titanium (Ti) 0.403 0.240
14 Stronsium (Sr) 0.079 0.189
15 Perak (Ag) 4.524 2.542
16 Renium (Re) 0.003 0.002
17 Rubidium (Rb) 0.077 -
18 Indium (In) - 0.754
19 Krom (Cr) - 0.063

Kayu manis memiliki persentase Ca, K, dan P yang lebih banyak dari 15
elemen unsur yang dimilikinya. Ca, K, dan P pada bahan baku limbah kayu manis
yang digunakan yaitu 34%, 29%, dan 17%. Pada penelitian Ibrahim et al. (2019),
ditemukan Ca, K, dan P merupakan elemen unsur utama yang terdapat pada kayu
manis. Sedangkan untuk limbah surian yang digunakan pada penelitian ini memiliki
18 elemen unsur dengan persentase terbanyak pada Ca. Ca pada bahan baku limbah
surian adalah 69%. Seperti pada hasil penelitian Chen et al. (2014) mengenai surian
24

yang menemukan Ca dengan konsentrasi terbanyak dibandingkan elemen unsur


lainnya. Dengan adanya unsur-unsur ini maka kedua limbah kayu ini berpotensi
dijadikan sebagai bahan baku biochar.
B. Karakteristik Biochar Kayu Manis dan Surian
1. Produksi Biochar
Proses pembuatan biochar dari bahan baku limbah kayu manis dan surian
menggunakan metode kontiki menghasilkan data produksi yang ditampilkan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Produksi biochar limbah kayu manis dan kayu surian

Kadar Suhu
Waktu
Bahan Air Berat awal rata- Rendemen biochar
Pembakaran
Baku rata
(%) (kg) (Menit) (oC) (kg) (%)
Kayu 10
14.27 25.7 559 2.47 24.7
Manis
Surian 12.28 10 28.3 525 3.57 35.7

Pada pembuatan biochar limbah kayu manis membutuhkan waktu selama


25.7 menit dengan suhu rata-rata 559oC. Bahan baku ini memiliki kadar air sebesar
14.27%. Setelah pembakaran didapatkan berat kering biochar sebanyak 2.47 kg dari
10 kg bahan baku yang digunakan (24.7%). Sedangkan untuk biochar limbah kayu
surian yang diproduksi dengan proses pembuatan yang sama membutuhkan waktu
selama 28.3 menit dengan suhu rata-rata pembakaran sebesar 525 oC. Kadar air
biochar bahan baku ini 12.28%. Pada hasil biochar ini didapatkan berat kering
biochar 3.57 kg dari 10 kg bahan baku yang digunakan (35.7%).
Produksi biochar pada Tabel 5. menunjukkan bahwa waktu pembuatan
biochar limbah kayu manis lebih cepat dibandingkan surian meskipun memiliki
kadar air bahan baku yang lebih tinggi. Waktu pembakaran yang lebih cepat itu
diikuti dengan suhu rata-rata pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan surian
yaitu 559oC. Walaupun cara pemrosesan yang sama, rendemen biochar limbah kayu
surian lebih banyak daripada biochar limbah kayu manis. Hasil biochar yang lebih
banyak dan waktu pembakaran yang lebih cepat ini berhubungan dengan kadar
lignin dari kayu. Biomassa kayu dengan kadar lignin yang lebih tinggi akan
menghasilkan biochar yang lebih banyak dengan waktu yang lebih lama
25

dikarenakan lignin meningkatkan ketahanan terhadap suhu (Das et al., 2021).


Lignin mengalami degradasi lengkap hanya terlihat setelah suhu melebihi 607 oC
yang dikarenakan struktur lignin yang terdiri dari beberapa ikatan eter dan gugus
fungsi seperti hidroksil dan metoksi (Yeo et al., 2017). Selain itu, hal ini juga
disebabkan suhu pirolisis, dimana dengan semakin tingginya suhu maka akan
semakin sedikit hasil biochar yang dihasilkan. Hasil penelitian Jindo et al. (2014)
memperlihat beberapa suhu pirolisis (400,500,600,700 dan 800 oC) pada biochar
dahan apel memberikan persentase hasil yang semakin sedikit dengan semakin
tingginya suhu dengan hasil biochar 28.3, 16.7, 16.6, 15.8, dan 15.5%.
Setelah diayak, diperoleh distribusi partikel biochar limbah kayu manis dan
surian dapat dilihat pada Gambar 6. Dari grafik tersebut ditemukan bahwa pada
kedua bahan baku ukuran partikel terbanyak adalah >8.00 mm. Hal ini disebabkan
oleh kandungan lignin pada kedua bahan yang cukup tinggi, dim ana lignin
merupakan rantai polimer yang kompleks sehingga baru mengalami dekomposisi
pada suhu diatas 400 oC. Selain itu pada tumbuhan berkayu terdapat dinding sel
yang cukup kaku dan kuat sehingga pada proses pembakaran, isi sel yang terlebih
dahulu terdegradasi sehingga meninggalkan bentuk yang berongga dalam ukuran
yang besar.

2000
Hasil Pengayakan Biochar
Kayu Manis Surian
1500
Berat (gram)

1000

500

0
>8.00 4.75 - 8.00 2.80 - 4.75 2.00 - 2.80 1.00 - 2.00 0.50 - 1.00 < 0.50
Ukuran Partikel (mm)

Gambar 4. Distribusi biochar limbah kayu manis dan surian


26

Kayu
Manis

Surian

Ukuran
4.75 – 2.80 mm 2.80 – 2.00 mm 2.00 – 1.00 mm 1.00 – 0.50 mm ≤ 0.50 mm
Partikel
Gambar 5. Morfologi ukuran partikel biochar 4.75-≤0.50mm

2. Proksimat
Pengaruh ukuran partikel terhadap proksimat (kelembaban, zat volatil,
kadar abu dan fixed carbon) pada biochar limbah kayu manis dan surian disajikan
pada Tabel 6. Ukuran partikel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap
kelembaban, zat volatil, kadar abu dan fixed carbon dari biochar limbah kayu manis
dan surian.
Tabel 6. Pengaruh ukuran partikel terhadap proksimat pada biochar limbah kayu
manis dan kayu surian
Proksimat
Ukuran Fixed
Biochar Kelembaban Zat Volatil Kadar Abu
Partikel (mm) Carbon
……..………………..%..............................................
4.75 - 2.80 49.33 a 68.42 a 6.58 g 26.30 de
2.80 - 2.00 48.33 a 63.23 b 12.25 de 25.62 de
Kayu
2.00 - 1.00 42.33 b 62.40 b 13.00 cde 25.02 de
Manis
1.00 - 0.50 37.00 c 60.27 bc 14.87 bcd 24.43 e
≤0.50 33.67 c 58.26 c 16.13 bc 23.24 e
4.75 - 2.80 33.67 c 59.29 c 8.53 fg 37.86 a
2.80 - 2.00 32.83 c 54.31 d 10.90 ef 35.24 ab
Surian 2.00 - 1.00 32.33 c 51.71 d 14.76 bcd 33.45 b
1.00 - 0.50 27.00 d 47.95 e 17.35 b 31.73 bc
≤0.50 20.17 e 45.72 e 22.10 a 29.11 cd
KK 8.11% 3.16% 15.41% 8.23%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%
Biochar limbah kayu manis memiliki kelembaban berkisar antara 33.67-
49.33%, zat volatil antara 58.26-68.42%, kadar abu antara 6.58-16.13% dan fixed
27

carbon antara 23.24-26.30% pada beberapa ukuran. Sedangkan pada biochar


limbah kayu surian kelembabannya berkisar antara 20.17-33.67%, zat volatil 45.72-
59.29%, kadar abu 8.53-22.10% dan fixed carbon 29.11- 37.86% pada beberapa
ukuran. Secara keseluruhan, kelembaban, zat volatil, dan fixed carbon cenderung
menurun dengan semakin kecilnya ukuran dimana pada kedua biochar yang
berukuran ≤0.50 mm memiliki nilai kelembaban, zat volatil dan fixed carbon yang
lebih rendah daripada ukuran yang lebih besar. Sejalan dengan penelitian Lita
(2021) yang menyebutkan bahwa dengan semakin kecilnya ukuran dari biochar
maka nilai karakteristik dari biochar semakin besar kecuali pada kelembaban, zat
volatil dan fixed carbon. Sebaliknya kadar abu akan semakin meningkat dengan
semakin kecilnya ukuran dimana pada ukuran ≤0.50mm memiliki kadar abu yang
lebih tinggi daripada ukuran yang lainnya.
Kelembaban biochar limbah kayu manis tertinggi terdapat pada ukuran
4.75-2.80 mm dengan nilai 49.33%. Sedangkan pada biochar limbah kayu surian
terdapat pada ukuran 4.75-2.80 mm, dengan persentasenya yaitu 33.67%. Diantara
kedua biochar kelembaban dari biochar limbah kayu manis lebih tinggi dari biochar
limbah kayu surian. Kelembaban dari biochar merupakan kemampuan biochar
dalam mengadsorpsi dan mempertahankan kelembaban yang berhubungan dengan
luas permukaannya dan porositasnya (Singh et al.2017).
Zat volatil pada biochar limbah kayu manis dan kayu surian tertinggi
terdapat pada ukuran 4.75-2.80 mm dengan nilainya berturut-turut yaitu 68.42%
dan 59.29%. Diantara kedua bahan baku terlihat persentase zat volatil dari biochar
limbah kayu manis lebih besar dibandingkan kayu surian. Pada suhu pirolisis yang
lebih tinggi, terjadi lebih banyak kehilangan zat volatil (Ippolito et al. 2019). Zat
volatil dianggap sebagai bagian dari massa bahan asli yang hilang selama pirolisis
dan disusun oleh bahan yang labil (Devens et al. 2018). Zat volatil pada biochar
merupakan senyawa-senyawa bukan air, abu dan karbon, dimana terdiri dari unsur
hidrogen, hidrokarbon CO2-CH4, metana dan karbon monoksida (Iskandar dan
Rofiatin, 2017).
Kadar abu tertinggi pada biochar limbah kayu manis dan surian terdapat
pada ukuran ≤0.50 mm dengan nilai masing-masing yaitu 16.13% dan 22.10%.
28

Diantara kedua bahan baku, terlihat kadar abu pada biochar limbah surian lebih
besar dibandingkan kayu manis. Kadar abu merupakan bahan anorganik yang tidak
memuat unsur karbon dan pada pirolisis tidak terbakar. Kadar abu pada biomassa
adalah unsur kimia yang terdiri dari garam karbohidrat, sulfat, fosfat dan silikat dari
kalium, kalsium, magnesium. Maka jika kandungan kimia dalam biomasa ini
dipanaskan hingga berat konstan akan menghasilkan kandungan abu dalam biochar.
Kadar abu pada biochar sebanding dengan kandungan abu dalam biomassa. Abu
dalam biochar adalah oksida-oksida logam yang terdiri dari mineral-mineral yang
tidak dapat menguap dan mempunyai sifat tidak mudah terbakar (Iskandar dan
Rofiatin, 2017).
Fixed carbon pada biochar limbah kayu manis dan surian tertinggi terdapat
pada ukuran 4.75-2.80 mm dengan nilai masing-masing yaitu 26.30% dan 37.86%.
Diantara kedua bahan baku, fixed carbon pada biochar limbah kayu surian lebih
besar daripada kayu manis. Bahan baku dengan kandungan lignin yang lebih tinggi
(kayu surian memiliki kandungan lignin yang tinggi dibandingkan kayu manis)
menghasilkan biochar dengan kandungan fixed carbon yang tinggi (Antal dan
Grúnli, 2003 ). Fixed carbon merupakan unsur yang bentuknya paling tahan yang
tersisa dalam biochar setelah pirolisis (Devens et al. 2018) yang didominasi oleh
struktur karbon aromatik yang menyatu (saling berikatan) (Singh et al., 2017).
Fixed carbon bersifat resisten secara kimia dan biologi dan degradasinya bisa terus
terjadi selama ratusan hingga ribuan tahun (Devens et al. 2018) sehingga dapat
dijadikan sebagai indikator potensi penyerapan karbon dari biochar (Singh et al.,
2017). Dapat dikatakan jika biochar limbah surian yang memiliki nilai fixed carbon
lebih tinggi memiliki struktur karbon aromatik lebih banyak dan potensi
penyerapan karbon yang lebih tinggi serta dapat lebih lama bertahan ditanah jika
diaplikasikan.
3. pH, Daya Hantar Listrik (DHL) dan Potensi Pengapuran
Pengaruh ukuran partikel terhadap pH, daya hantar listrik, dan potensi
pengapuran dari biochar limbah kayu manis dan surian disajikan pada Tabel 7. pH
pada biochar limbah kayu manis berkisar antara 9.63-10.20 pada beberapa ukuran
partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (10.20). Untuk daya hantar
29

listrik pada biochar limbah kayu manis ini berkisar antara 1.00-1.77 dS/m pada
beberapa ukuran partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (1.77 dS/m).
Selanjutnya untuk potensi pengapurannya berkisar antara 2.11-6.17% CaCO3 eq
pada beberapa ukuran dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (6.17% CaCO3
eq). Sedangkan pada biochar limbah kayu surian pHnya berkisar antara 9.30-9.63
pada beberapa ukuran partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (9.63).
Kemudian untuk daya hantar listrik dari biochar ini berkisar antara 0.46-0.50 dS/m
pada beberapa ukuran partikel dengan nilai tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (0.50
dS/m). Terakhir untuk potensi pengapuran dari biochar limbah kayu surian ini
berkisar antara 5.42-7.11%CaCO3eq pada beberapa ukuran partikel dengan nilai
tertinggi pada ukuran ≤0.50mm (7.11% CaCO3 eq). Kecendrungan masing-masing
pH, DHL, dan potensi pengapuran terhadap semakin kecilnya ukuran menghasilkan
nilai yang semakin tinggi. pH dan daya hantar listrik pada biochar limbah kayu
manis terlihat lebih besar dibandingkan surian. Sedangkan untuk potensi
pengapuran, biochar limbah surian memberikan potensi pengapuran yang lebih
tinggi daripada kayu manis.
Tabel 7. Pengaruh ukuran partikel terhadap pH, daya hantar listrik, dan potensi
pengapuran dari biochar limbah kayu manis dan kayu surian
Ukuran Daya Hantar Potensi
pH
Biochar Partikel Listrik Pengapuran
(mm) Unit dS/m % CaCO3 eq
4.75 - 2.80 9.63 bc 1.00 c 4.11 f
2.80 - 2.00 9.77 abc 1.04 bc 4.48 ef
Kayu Manis 2.00 - 1.00 9.87 ab 1.13 bc 5.48 d
1.00 - 0.50 9.97 ab 1.17 b 5.86 cd
≤0.50 10.20 a 1.77 a 6.17 abcd
4.75 - 2.80 9.30 c 0.46 d 5.42 de
2.80 - 2.00 9.33 c 0.52 d 5.98 bcd
Surian 2.00 - 1.00 9.37 c 0.54 d 6.55 abc
1.00 - 0.50 9.50 bc 0.54 d 6.86 ab
≤0.50 9.63 bc 0.60 d 7.11 a
KK 2.90% 9.73% 9.72%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%
Ukuran partikel memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pH biochar
limbah kayu manis dan surian. pH tertinggi terdapat pada biochar limbah kayu
manis ukuran ≤0.50mm dengan nilai 10.20 unit. Selanjutnya ukuran partikel
30

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya hantar listrik dan potensi
pengapuran dari biochar limbah kayu manis dan surian dengan nilai DHL tertinggi
pada biochar limbah kayu manis ukuran ≤0.50mm dengan nilai 1.77 dS/mm. dan
potensi pengapuran tertinggi pada biochar limbah kayu surian ukuran ≤0.50 mm
dengan nilai 7.11% CaCO3 eq.
pH biochar limbah kayu manis dan surian bersifat alkali. Hal ini karena
selama proses karbonisasi, gugus fungsi yang bersifat asam hilang dan garam basa
dan unsur-unsur alkali tanah semakin banyak (Ueno et al. 2008; Fuertes et al.
2010). Dengan meningkatnya suhu pirolisis, pH biochar cenderung basa. Hal ini
dikarenakan adanya kehilangan/reduksi gugus fungsi asam dan pemotongan unsur
kationik basa. Selain itu, kandungan karbon aromatik meningkat selama pirolisis
suhu tinggi yang mengakibatkan peningkatan pH (Das et al. 2021). Selain itu,
pirolisis suhu tinggi mempengaruhi proses pengembangan fase mineral CO 3−2 yang
juga menyebabkan pH biochar basa (>7.0) (Karim et al., 2019). Secara umum, pH
basa biochar disebabkan oleh pembentukan komponen anorganik dan gugus fungsi
organik pada suhu pirolisis yang lebih tinggi (Fidel et al., 2013). Dengan demikian,
interkonversi (proses perubahan satu gugus fungsi ke gugus fungsi lain) mineral
anorganik dan gugus fungsi organik yang ada dalam biochar akan menentukan pH-
nya. Dua anion –COO− dan –O− bermuatan negatif (dikenal dalam FTIR) biochar
berpartisipasi untuk menyangga reaksi asam dan berkontribusi pada pH basa
biochar melalui penggabungan kelompok tersebut dengan H +. Selain itu, di antara
fraksi anorganik, dengan adanya anion alkali terutama CO32- dan HCO3−
memberikan pH biochar yang lebih tinggi. Oleh karena itu, aplikasi biochar pirolisis
suhu tinggi praktis untuk meningkatkan pH tanah asam yang sangat terkontaminasi
dengan aluminium dan besi (Das et al., 2021).
Daya hantar listrik (DHL) dari biochar limbah kayu manis berkisar antara
1.00-1.77 dS/m. Sedangkan pada biochar limbah surian daya hantar listriknya
berkisar 0.46-0.60 dS/m. Hal ini berhubungan dengan semakin tingginya garam
terlarut pada biochar. DHL yang lebih tinggi pada biochar diasumsikan konsisten
dengan semakin besarnya kadar abu pada biochar, namun pada kedua biochar ini,
biochar limbah kayu manis memiliki DHL yang lebih tinggi. DHL menunjukkan
31

jumlah keseluruhan dari ion yang dapat larut dalam air pada biochar. Nilai DHL
yang lebih tinggi pada biochar limbah kayu manis,(walaupun kadar abu dari biochar
limbah surian lebih besar) dianggap berasal dari kadar abu larut air yang lebih tinggi
(Rehrah et al. 2014). DHL ini dapat memberikan efek merugikan pada pertumbuhan
tanaman (hara tidak stabil dan penyerapan air berkurang) ketika dalam konsentrasi
yang tinggi (Das et al., 2021). DHL pada kedua biochar menunjukkan nilai yang
relatif kecil (<4 dS/m), dimana DHL yang >4 dS/m mewakili tanah salin. Sehingga
dengan nilai DHL yang rendah pada kedua biochar ini dapat diterapkan di tanah
dan tidak perlu dikhawatirkan akan memberikan dampak yang negatif pada
salinitas.
Potensi pengapuran pada biochar limbah kayu manis berkisar antara 4.11-
6.1% CaCO3 eq. Sedangkan pada biochar limbah kayu surian berkisar antara 5.42-
7.11% CaCO3 eq. Analisis potensi pengapuran dilakukan untuk menentukan
kesetaraan pengapuran (% CaCO3 eq) dari biochar, dimana kesetaraan ini
dinyatakan sebagai kemampuan biochar untuk menurunkan kemasaman tanah ke
nilai tertentu. Oleh karena itu, nilai potensi pengapuran yang lebih tinggi pada
biochar diasumsikan dapat menggantikan peranan kapur untuk menurunkan
kemasaman tanah. Peranan biochar sebagai agen pengkapuran dalam jangka
pendek disebabkan adanya kadar abu, sedangkan untuk jangka panjang disebabkan
karena adanya gugus fungsi beroksigen. Saat terjadi suhu tinggi pada pembuatan
biochar, kation basa (Ca+2 dan Mg+2 ) cenderung untuk berubah menjadi oksida,
hidroksida dan karbonat dan dengan demikian mempercepat CaCO3 eq dari biochar
(Das et al.,2021)
4. Karbon Inorganik ( Inorganic carbon)
Pengaruh ukuran partikel terhadap karbon inorganik yang terdapat pada
biochar limbah kayu manis dan surian disajikan pada Tabel 8. Ukuran partikel
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada karbon inorganik biochar limbah
kayu manis dan surian. Kadar karbon inorganik tertinggi ditemukan pada biochar
limbah kayu manis ukuran ≤1.00 mm dengan kadar 0.102 g/kg. Karbon inorganik
pada biochar limbah kayu manis berkisar 0.042-0.102 g/kg dengan kadar tertinggi
pada ukuran ≤1.00 mm. Sedangkan kadar karbon inorganik pada biochar limbah
32

surian berkisar 0.042-0.072 g/kg pada beberapa ukuran dengan kadar tertinggi pada
ukuran ukuran ≤2 mm. Nilai ini <6 g/kg, sesuai dengan kadar karbon inorganik
biochar berbahan baku tumbuhan (kayu, daun, atau campuran) dengan nilai <6 g/kg
yang ditemukan oleh Singh et al. (2017).
Tabel 8. Pengaruh ukuran partikel terhadap karbon inorganik yang terdapat pada
biochar limbah kayu manis dan kayu surian
Biochar Karbon Inorganik
Ukuran Partikel (mm)
g/kg
4.75 - 2.80 0.042 c
2.80 - 2.00 0.042 c
Kayu Manis 2.00 - 1.00 0.042 c
1.00 - 0.50 0.102 a
≤0.50 0.102 a
4.75 - 2.80 0.042 c
2.80 - 2.00 0.054 bc
Surian 2.00 - 1.00 0.072 b
1.00 - 0.50 0.072 b
≤0.50 0.072 b
KK 18.69%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%

Karbon inorganik umumnya penyusun dari fraksi abu dari biochar. Karbon
ini biasanya hadir dalam bentuk kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (CO3)2) (Wang
et al. 2014; Yuan dan Xu, 2012; Yuan et al. 2011). Dapat dikatakan karbon ini
mengandung karbonat (CO32- dan HCO3 − )yang terkait dengan kation basa didalam
abu yang dicampur dengan biochar (Fidel et al., 2017).

5. KTK
Pengaruh ukuran partikel terhadap nilai KTK biochar limbah kayu manis
dan surian ditampilkan pada Tabel 9. Ukuran partikel memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata terhadap KTK biochar limbah kayu manis dan surian. KTK
tertinggi ditemukan pada biochar limbah kayu manis ukuran ≤0.50mm yaitu 82.07
cmol/kg. Biochar kayu manis memiliki KTK berkisar 51.92-82.07 cmol/kg pada
beberapa ukuran. Nilai KTK tertinggi pada biochar ini ukuran ≤0.50mm (82.07
cmol/kg) yang lebih tinggi 30.15 cmol/kg dari ukuran 4.75-2.80 mm. KTK pada
33

biochar limbah kayu surian berkisar antara 34.40-67.07 cmol/kg. Nilai KTK
tertinggi pada biochar ini adalah pada ukuran ≤0.50 mm dengan nilai 67.07
cmol/kg. KTK dari biochar limbah kayu manis terlihat lebih tinggi daripada kayu
surian.
Tabel 9. Pengaruh ukuran partikel terhadap nilai KTK biochar limbah kayu manis
dan kayu surian
KTK
Biochar Ukuran Partikel (mm)
cmol/kg
4.75 - 2.80 51.92 cd
2.80 - 2.00 54.40 bcd
Kayu Manis 2.00 - 1.00 58.92 bcd
1.00 - 0.50 67.49 ab
≤0.50 82.07 a
4.75 - 2.80 34.40 e
2.80 - 2.00 46.51 de
Surian 2.00 - 1.00 55.27 bcd
1.00 - 0.50 58.53 bcd
≤0.50 67.07 abc
KK 15.80%
Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
adalah berbeda nyata menurut Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5%

Adanya oksidasi dari C aromatik dan pembentukan dari karboksil menjadi


alasan utama dari tingginya KTK (Glaser et al., 2002). Dapat dikatakan pada
biochar limbah kayu manis terjadi lebih banyak oksidasi dari C aromatik dan
pembentukkan dari karboksil sehingga menghasilkan KTK yang lebih tinggi. KTK
yang tinggi berkaitan dengan memiliki muatan negatif yang lebih banyak pada
permukaannya sehingga kemampuannya dalam mempertukarkan akan lebih tinggi.
Ukuran partikel berhubungan dengan luas permukaan dari suatu partikel
dimana ketika semakin kecilnya ukuran dari suatu partikel memberikan luas
permukaan partikel yang lebih besar. Dengan semakin besarnya luas permukaan ini
berarti ada lebih banyak muatan negatif yang dimiliki sehingga memberikan nilai
KTK yang lebih tinggi. Meskipun begitu, menurut Schröder et al. (2007), kadar abu
mempengaruhi mutu dari biochar dimana dapat menyumbat pori-pori biochar
sehingga luas permukaannya menjadi berkurang. Dengan berkurangnya luas
permukaan ini berarti akan menurunkan nilai dari KTK. Sesuai dengan kadar abu
34

pada biochar limbah surian yang lebih tinggi memberikan nilai KTK yang lebih
rendah dari pada biochar limbah kayu manis. Guo et al. (2012) berpendapat KTK
yang tinggi dari biochar diharapkan dapat menahan lebih banyak nutrisi pada tanah
dan mengurangi nutrisi yang tercuci. KTK biochar yang tinggi juga bermanfaat
untuk remediasi dari kation unsur logam yang ditemukan pada tanah yang
terkontaminasi (Houben et al., 2013; Cayuela et al., 2014)

6. Gugus fungsional pada biochar limbah kayu manis dan surian


menggunakan FTIR
Pengamatan pola struktur gugus fungsi biochar menggunakan Fourier
Transform Infared Spectrophotometer (FTIR) Perkin Elmerk Frouteir yang
dihasilkan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 8 dan jenis ikatan yang
dihasilkan ditampilkan pada Tabel 10. Sampel yang digunakan yaitu <2 mm yang
didasarkan pada pembacaan alat sangat kecil dan disesuaikan pada ukuran tanah.
Pada Tabel 10, biochar limbah kayu manis muncul pita 1407.36 cm-1 yang
menunjukkan ikatan karbonat dengan peregangan asimetris, dan pita 1031.39 cm -1
yang menunjukkan 2 ikatan yaitu pada ikatan (C-O) dari polisakarida, kompleks
karbohidrat dan ikatan (Si-O) dari mineral lempung yang terkait dengan biochar.
Sedangkan pada biochar limbah surian muncul pita 1409.71 cm-1 yang
menunjukkan ikatan karbonat dengan peregangan asimetris dan pita 869.24 cm -1
yang menunjukkan 2 ikatan yaitu ikatan (M-O-H) dari O-H pembengkokan pita
mineral lempung pada mineral lempung yang terkait dengan biochar dan ikatan dari
pembengkokan -OH solo. Puncak antara 1400-900 cm-1 secara umumnya dikaitan
dengan lignin terutama karena cincin tipe C=C (Jouiad et al., 2015). Puncak ini
sedikit lebih jelas daripada yang ditemukan untuk hemiselulosa dan selulosa, yang
dapat dikaitkan dengan degradasi lignin pada suhu antara 200-700oC (Azargohar et
al., 2014).
Kedua biochar sama-sama muncul ikatan karbonat dengan perenggangan
asimetris. Karbonat merupakan fase yang umumnya ada pada biochar ( Singh et al.,
2017). Lalu muncul 2 ikatan yang berbeda. Pada biochar kayu manis muncul ikatan
(C-O) dari polisakarida, kompleks karbohidrat dan ikatan (Si-O) dari mineral
lempung yang terkait dengan biochar. Sedangkan pada biochar limbah surian
35

muncul ikatan (M-O-H) dari O-H pembengkokan pita mineral lempung pada
mineral lempung yang terkait dengan biochar dan ikatan dari pembengkokan -OH
solo.
Munculnya puncak pada rentang pita 3300-2500 cm-1 dimana adanya pita
2692.76 cm-1 pada biochar limbah kayu manis menunjukkan peregangan O-H dari
asam karboksilat. Munculnya peregangan ini diikuti dengan rentang nilai pH dari
biochar limbah kayu manis (9.63-10.20) yang lebih tinggi daripada surian (9.30-
9.63).
(A) Kayu Manis (B) Surian

Gambar 6. Spektrum FTIR dari biochar limbah kayu manis dan surian

36
Tabel 10. Jenis ikatan yang ada pada biochar limbah kayu manis dan kayu surian
Rentang Pita Jenis Ikatan (Singh et al., 2017) Kayu
-1 Surian
(cm ) Manis
3670-3630 v(OH) dari ikatan non-hidrogen pada kelompok O-H - -
3600-3200 v(OH) dari serapan air dan ikatan hydrogen biochar pada kelompok O-H - -
3080-3020 v(CH) aromatic - -
2990-2950 vCH) alifatik asimetris dari terminal kelompok -CH3 - -
2950-2920 v(CH) alifatik asimetris dari kelompok -CH2 - -
2890-2870 v(CH) alifatik simetris dari terminal kelompok -CH3 - -
2870-2840 v(CH) alifatik simetris dari terminal kelompok -CH3 - -
1740-1650 v(C=O) dari asam karboksilat, amida, ester, dan keton - -
1650-1610 H-O-H pembengkokan pita oleh air (v 2 mode) - -
1610-1580 v(C=C) - -
1590-1520 v(COO-) anion karboksilat, getaran amida-II - -
1510-1485 Getaran kerangka aromatic - -
1480-1440 Perubahan bentuk CH2 (memotong getaran) - -
1450-1400 Karbonat (v3; regangan asimetris) ✓ ✓
1390-1310 Potongan fenolik O-H, -C(CH3), deformasi C-H - -
1280-1200 Peregangan asam karboksilat C-OH, deformasi O-H, karboksil, ester/amida - -
1160-1020 v(C-O) polisakarida, kompleks karbohidrat ✓ -
1140-1000 v(Si-O) dari mineral lempung yang terkait dengan biochar ✓ -
940-820 v(M-O-H) O-H pembengkokan pita dari mineral lempung terkait dengan biochar - ✓
900-700 Pembengkokan puncak O-H: 900-850 ‘solo’; 850-780 ‘duo’; 775-700 ‘trio-quarto’ - ✓
800-780 Quartz ‘doublet’ - -

37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakterisasi biochar limbah kayu
manis dan surian berdasarkan ukuran partikel sebagai amelioran tanah, dapat
disimpulkan:
1. Bahan baku biochar limbah kayu manis lebih baik dengan nilai kelembaban
(49.33%), pH (10.20), daya hantar listrik (1.77 dS/m), karbon inorganik
(0.102 g/kg) dan KTK (82.07 cmol/kg) yang lebih tinggi daripada surian.
Namun, bahan baku kayu surian menghasilkan biochar dengan kadar abu
(22.10%), fixed carbon (37.86%) dan potensi pengapuran (7.11% CaCO3
eq) lebih tinggi dibanding limbah kayu manis.
2. Ukuran partikel terbaik adalah ≤0.5 mm dimana ukuran ini pada biochar
limbah kayu manis dan surian yang memberikan nilai tertinggi pada kadar
abu (16.13; 22.10%), pH (10.20;9.63), daya hantar listrik (1.77; 0.60 dS/m),
potensi pengapuran (6.17; 7.11% CaCO3 eq), karbon inorganic (0.102;
0.072 g/kg) dan KTK (82.07;67.07 cmol/kg). Sedangkan ukuran 2.80-4.75
mm memberikan nilai tertinggi pada kelembaban (49.33;33.67%), zat
volatil (68.42;59.29%) dan fixed carbon (26.30;37.86%).
3. Dari hasil FTIR, kedua biochar sama-sama memiliki ikatan karbonat pada
panjang gelombang 1407.36 cm-1 dan 1409.71 cm-1, yang membedakannya
adalah pada biochar limbah kayu manis memiliki ikatan (C-O) polisakarida,
kompleks karbohidrat dan (Si-O) dari mineral lempung yang terkait dengan
biochar. Sedangkan pada biochar limbah surian memiliki ikatan (M-O-H)
dari O-H pembengkokan pita mineral lempung pada mineral lempung yang
terkait dengan biochar dan ikatan dari pembengkokan -OH solo.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan untuk
menggunakan biochar limbah kayu manis ukuran ≤0.50 mm sebagai amelioran
tanah karena memiliki karakteristik yang lebih baik dari biochar limbah kayu
surian.
39

RINGKASAN
Limbah pertanian dan perkebunan yang sulit didekomposisi seperti kayu-
kayuan dapat dimanfaatkan sebagai pembenah tanah. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengubahnya menjadi biochar (arang aktif). Biochar merupakan salah satu
bentuk karbon stabil yang berasal dari hasil konversi biomassa melalui pembakaran
tidak sempurna dengan kondisi oksigen terbatas. Sifat dari biochar ini bervariasi
tergantung dari bahan baku dan teknik pembuatannya.
Perbedaan bahan baku dan ukuran partikel memberikan pengaruh yang
berbeda pada tanah. Perbedaan bahan baku mengakibatkan karakteristik yang
berbeda pada biochar yang dihasilkan karena setiap biomassa mempunyai
kandungan yang berbeda. Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah
limbah kayu manis dan surian. Limbah kayu manis didapatkan dari sisa kayu dari
pengambilan bagian kulitnya, sedangkan untuk limbah kayu surian didapatkan dari
sisa penebangan dan pengolahannya sebagai bahan baku kontruksi dan furnitur.
Selanjutnya, ukuran partikel yang semakin kecil akan memberikan luas permukaan
partikel yang semakin luas sehingga akan meningkatkan penyerapannya. Ukuran
partikel biochar yang lebih kecil akan lebih mudah untuk berinteraksi dengan
partikel tanah.
Karakterisasi biochar penting untuk dilakukan guna menambah wawasan
mengenai bagaimana sifat biochar memberikan perubahan di bidang pertanian dan
penyerapan karbon. Kemampuan untuk menyesuaikan biochar menawarkan
peluang yang cukup besar untuk penggunaan biochar sebagai pembenah tanah.
Dengan lebih banyak studi mengenai karakterisasi, pengaruh jenis bahan baku yang
berbeda dan sifat spesifiknya terhadap tanah dan pertumbuhan tanaman bisa
dipastikan. Sehingga dapat disesuaikan penggunaan jenis biochar tertentu yang
sesuai dengan masalah yang terdapat pada tanah.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2021 di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang dan Laboratorium Kimia Universitas Negeri Padang untuk
analisis FTIR dan XRF. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuannya berupa 5 tingkat kehalusan (2.80-4.75; 2.00-
2.80; 1.00-2.00; 0.50-1.00; dan ≤0.50 mm) pada biochar limbah kayu manis dan
40

surian. Data hasil pengamatan dianalisis statistik dengan uji F, jika F hitung
perlakuan lebih besar dari F tabel pada taraf 5% maka dilanjutkan dengan uji
Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
Bahan baku limbah kayu manis dan surian dipotong dengan panjang
berkisar 30-40 cm dan dibelah dengan ketebalan berkisar 1-3 cm. Kemudian
dikeringkan selama satu minggu atau sampai kadar air sekitar 10-20%. Lalu
ditimbang masing-masing 10 kg sebanyak 3 kali ulangan untuk pembuatan biochar.
Pembuatan biochar dilakukan menggunakan kontiki. Selama pembakaran
dilakukan pengukuran suhu dan pengadukan. Setelah semua bahan baku terbakar
menjadi biochar, disiram perlahan dengan air hingga apinya padam dan tidak
berasap lagi. Kemudian, dikeluarkan dari kontiki dan dikeringanginkan. Hasil
biochar kemudian dioven pada suhu 70 oC selama 2x24 jam agar suhu homogen.
Lalu biochar diayak menggunakan Electromagnetic sieve shaker dengan ukuran
ayakan 0.5mm; 1mm; 2mm; 2.8mm; dan 4.75mm. Terakhir dilakukan karakterisasi
biochar berdasarkan ukuran partikel dengan beberapa parameter seperti proksimat
(kelembaban, zat volatile, kadar abu, fixed carbon), pH, daya hantar listrik, potensi
pengapuran, karbon inorganic, KTK, dan FTIR. Selain itu, juga dilakukan analisis
kandungan elemen unsur dari bahan baku biochar menggunakan analisis XRF.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bahan baku biochar limbah kayu
manis lebih baik dengan nilai kelembaban (49.33%), pH (10.20), daya hantar listrik
(1.77 dS/m), karbon inorganik (0.102 g/kg) dan KTK (82.07 cmol/kg) yang lebih
tinggi daripada surian. Namun, bahan baku limbah kayu surian menghasilkan
biochar dengan kadar abu (22.10%), fixed carbon (37.86%), dan potensi
pengapuran (7.11% CaCO3 eq) lebih tinggi dibanding limbah kayu manis. (2)
Ukuran partikel terbaik adalah ≤0.5 mm dimana ukuran ini pada biochar limbah
kayu manis dan kayu surian yang memberikan nilai tertinggi pada kadar abu (16.13;
22.10%), pH (10.20;9.63), daya hantar listrik (1.77; 0.60 dS/m), potensi pengapuran
(6.17; 7.11% CaCO3 eq), karbon inorganic (0.102; 0.072 g/kg) dan KTK
(82.07;67.07 cmol/kg). Sedangkan ukuran 2.80-4.75 mm memberikan nilai
tertinggi pada kelembaban (49.33;33.67%), zat volatil (68.42;59.29%) dan fixed
carbon (26.30;37.86%). (3) Hasil analisis FTIR menunjukkan pada kedua biochar
sama-sama memiliki ikatan karbonat pada panjang gelombang 1407.36 cm -1 dan
41

1409.71 cm-1, yang membedakannya adalah pada biochar limbah kayu manis
memiliki ikatan (C-O) polisakarida, kompleks karbohidrat dan (Si-O) dari mineral
lempung yang terkait dengan biochar. Sedangkan pada biochar limbah surian
memiliki ikatan (M-O-H) dari O-H pembengkokan pita mineral lempung pada
mineral lempung yang terkait dengan biochar dan ikatan dari pembengkokan -OH
solo.
DAFTAR PUSTAKA
Alpian, Prayitno, T. A., Sutapa, G. J., dan Budiadi. 2011. Kualitas Arang Kayu
Gelam (Melaleuca cajuputi). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis,
9(2):141–152.
Antal, M.J. and Gru´nli, M. 2003. The art, science, and technology of charcoal
production. Ind. Eng. Chem. Res. 42, 1619-1640.
Asai, H., Samson, B., Stephan, H., Songyikhangsuthor, K., Homma, K., Kiyono,
Y., Inoue, Y., Shiraiwa, T., and Horie, T., 2009. Biochar Amendment
Techniques for Upland Rice Production in Northern Laos: 1. Soil physical
properties, leaf SPAD and grain yield. F. Crop. Res. 111, 81–84.
Azargohar, R., Nanda, S., Kozinski, J., Dalai, A., and Sutarto, R. 2014. Effects of
Temperature on The Physicochemical Characteristics of Fast Pyrolysis Bio-
Chars Derived from Canadian Waste Biomass. Fuel. 125: 90-100.
Balittanah (Balai Penelitian Tanah). 2012. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Edisi 2. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Blanco-Canqui, H. 2017. Biochar and Soil Physical Properties. Soil Sci. Soc. Am.
J. 81:687–711.
Cayuela, M.L., Van Zwieten, L., Singh, B.P., Jeffery, S., Roig, A., and Sánchez-
Monedero, M.A. 2014. Biochar's Role in Mitigating Soil Nitrous Oxide
Emissions: A review and meta-analysis. Agric. Ecosyst. Environ. 191, 5–
16.
Chen, C., Luo, J., Qin, W., and Tong, Z. 2014. Elemental Analysis, Chemical
Composition, Cellulose Crystallinity, and FT-IR Spectra of Toona sinensis
wood. Monatsh Chem145:175–185.
Darmawan, S., Syafii, W., Wistara, N. J., Maddu, A., dan Pari, G.2015. Kajian
Struktur Arang-pirolisis, Arang-hidro dan Karbon Aktif dari Kayu Acacia
mangium Willd. Menggunakan Difraksi Sinar-X. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan 33(2): 81–92.
Darwis, A., Wahyudi, I. dan Damayanti, R. 2012. Struktur Anatomi Kayu Surian
(Toona sinensis Roem). J. Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 10(2): 159-167.
Das, S. K., Ghosh, G.K., Avasthe,R.K., and Sinha, K. 2021. Compositional
Heterogeneity of Different Biochar: Effect of Pyrolysis Temperature and
Feedstocks.Journal of Environmental Management 278 (P2): 111501.
Devens, K. U., Neto, S.P., Oliveira, D.L.D.A.,and Gonçalves, M.S. 2018.
“Characterization of Biochar from Green Coconut Shell and Orange Peel
Wastes.” Revista Virtual de Quimica 10 (2): 288–94.
Duarte, S. de J., Glaser, B., and Cerri, C. E. P. 2019. Effect of Biochar Particle Size
on Physical, Hydrological and Chemical Properties of Loamy and Sandy
Tropical Soils. Agronomy, 9(4), p.165.
43

Fidel, R. B., Laird, D.A., and Parkin, T.B. 2017. Impact of Biochar Organic and
Inorganic Carbon on Soil CO2 and N2O Emissions . Journal of
Environmental Quality 46 (3): 505–13.
Fidel, R.B., Laird, D., and Thompson, A.M.L. 2013. Evaluation of Modified Boehm
Titration Methods for Use with Biochars. J. Environ. Qual. 42, 1771–1778.
Fuertes AB, Camps-Arbestain M, Sevilla M, Maciá-Agulló JA, Fiol S, López R,
Smernik RJ, Aitkenhead WP, Arce F, and Macías F. 2010. Chemical and
Structural Properties of Carbonaceous Products Obtained by Pyrolysis and
Hydrothermal Carbonisation of Corn Stover. Soil Research 48, 618–626.
Ghani, W., Mohd, A., da Silva, G., Bachmann, R., Taufiq-Yap, Y., Rashid, U., and
Al-Muhtaseb, A. 2013. Biochar Production from Waste Rubber-Wood
Sawdust and Its Potential Use in C Sequestration: Chemical and Physical
Characterization. Ind. Crop Prod 44: 18-24.
Głab, T., Palmowska, J., Zaleski, T., and Gondek, K. 2016. Effect of Biochar
Application on Soil Hydrological Properties and Physical Quality of Sandy
Soil. Geoderma 281: 11–20.
Glaser, B., Lehmann, J., and Zech, W., 2002. Ameliorating Physical and Chemical
Properties of Highly Weathered Soils in The Tropics with Charcoal – A
Review. Biol. Fert. Soils 35, 219–230.
Global Biodiversity Information Facility. 2019. GBIF Backbone Taxonomy: Toona
sureni Merr. Diakses pada tanggal 31 Januari 2021 melalui
https://www.gbif.org/species/7271494
Guo, M., Shen, Y., and He, Z. 2012. Poultry Litter-based Biochar: Preparation,
Characterization, and Utilization. In: He, Z., editor. Applied Research of
Animal Manure: Challenges and Opportunities Beyond the Adverse
Environmental Concerns. New York, NY: Nova Science. p. 169-202.
Hamidah, S., Burhanudin, V. dan Istikowati, W.T. 2009. Kajian Sifat-Sifat Dasar
Kayu Manis sebagai Pertimbangan Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kulit
Kayu Manis (Cinnamomum burmanii, Blume). Jurnal Hutan Tropis Borneo
10(26): 210-223.
Hastuti, N., Efiyanti, L., Pari, G., Saepuloh, S., dan Setiawan, D. 2017. Komponen
Kimia dan Potensi Penggunaan Lima Jenis Kayu Kurang Dikenal Asal Jawa
Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 35(1): 15–27.
Herath, H.M.S.K., Camps-Arbestain, M., and Hedley, M. 2013. Effect of Biochar
on Soil Physical Properties in Two Contrasting Soils: An Alfisol and An
Andisol. Geoderma 209–210: 188–197.
Houben, D., Evrard, L., and Sonnet, P. 2013. Mobility, Bioavailability and pH-
dependent Leaching of Cadmium, Zinc and Lead in A Contaminated Soil
Amended with Biochar. Chemosphere, 92, 1450–1457.
44

Hudaya, N dan Hartoyo. 1988. Hasil Destilasi Kering Kayu dan Nilai Kalor dari
Beberapa Jenis Kayu Hutan Tanaman Industri. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan 5(6): 348-352.
Ibrahim, S., Aslam, M., and Mustafa, M.M. 2019. Trace Elemental Fingerprinting
of Seleced Herbs Used in Ayurveda using XRF and ICPMS. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry 8(3): 3429-3433.
Idris, H., and Mayura, E. 2019. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat.
Idris, M.M., Rachman, O., Pasaribu, R.A., Roliadi, H., Hadjib, N., Muslich, M.,
Jasni, Rulliaty, S., dan Siagian, R.M. 2008. Petunjuk Praktis Sifat-Sifat
Dasar Jenis Kayu Indonesia. Jakarta: ISWA.
Imelda, D., Khanza, A. dan Wulandari D. 2019. Pengaruh Ukuran Partikel dan Suhu
Terhadap Penyerapan Logam Tembaga (Cu) dengan Arang Aktif dari Kulit
Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Formatypica). Jurnal Teknologi 6(2):
107-118.
Ippolito, J. A., Spokas, K. A., Novak, J. M., Lentz, R. D., and Cantrell, K. B. 2015.
Biochar Elemental Composition and Factors Influencing Nutrient
Retention. Biochar for environmental management: Science, technology
and implementation, 139-163.
Ippolito, James A., Spokas K.A., Novak, J.M., Lentz, R.D., and Cantrell, K.B.
2019. Biochar Elemental Composition and Factors Influencing Nutrient
Retention. Biochar for Environmental Management, 171–96.
Iskandar, T., dan Rofiatin, U. 2017. Karakteristik Biochar Berdasarkan Jenis
Biomassa dan Parameter Proses Pyrolisis. Jurnal Teknik Kimia, 12(1): 28–
34.
Jayasanka, D.J., Jayasinghe, G.Y., and Maheepala, S.A.D.S.S. 2020. Cinnamon
Wood Biochar Characteristics and Application Rates Influence on Crop
Growth and Properties of Problematic Soil in Southern Sri Lanka.
International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering
(IJITEE) 9(3S): 30-33.
Jindo, K., Mizumoto, H., Sawada, Y., Sanchez-Monedero, M., and Sonoki, T. 2014.
Physical and Chemical Characterization of Biochars Derived from Different
Agricultural Residues. Biogeosciences, 11 (23): 6613-662,
Jouiad, M., Al-Nofeli, N., Khalifa, N., Benyettou, F. and Yousef, L. 2015.
Characteristics of Slow Pyrolysis Biochars Produced from Rhodes Grass
and Fronds of Edible Date Palm. J. Anal. Appl. Pyrol 111: 183-190.
Karim, A.A., Kumar,M., Mohapatra,S., and Singh, S.K. 2019. Nutrient Rich
Biomass and Effluent Sludge Wastes Co-Utilization for Production of
Biochar Fertilizer through Different Thermal Treatments. Journal of
Cleaner Production 228: 570–79.
45

Kim, K., Kim, J. Cho, T., and Choi, J. 2012. Influence of Pyrolysis Temperature on
Physicochemical Properties of Biochar Obtained from The Fast Pyrolysis of
Pitch Pine (Pinus rigida). Bioresource Technol 118: 158-162.
Komarayati dan Cusmailina. 1994. Pembuatan Arang dan Briket Arang dari Kayu
Manis (Cinnamomum burmanii Ness ex. BL) dan Kayu Sukun (Artocarpus
altilis Parkinson). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 12(6): 225-228.
Li, X., Shen, Q., Zhang, D., Mei, X., Ran, W., Xu, Y., and Yu, G. 2013. Functional
Groups Determine Biochar Properties (pH and EC) as Studied by Two-
dimensional 13C NMR Correlation Spectroscopy”, PLoS ONE 8(6): e65949.
Liescahyani, I., Djatmiko, H. dan Sulistyaningsih, N. 2015. Pengaruh Kombinasi
Bahan Baku dan Ukuran Partikel Biochar terhadap Perubahan Sifat Fisika
Tanah Pasiran. Berkala Ilmiah Pertanian, 1(1): 1-6.
Lita, A.L. 2021. Karakteriasi Biochar Limbah Kelapa Muda (Cocus nuficera L.)
dan Bambu (Bambuseae) Berdasarkan Ukuran Partikel sebagai Amelioran
Tanah. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.
Mandre, M. 2006. Influence of Wood Ash on Soil Chemical Composition and
Biochemical Parameters of Young Scotspine. Proceedings of the Estonian
Academy of Sciences: Biology, Ecology, 55(2):91–107.
National Plant Database. 2005. Classification for Kingdom Plantae Down to
Species Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees) Nees ex Blume.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2021 melalui
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol
=CIBU2&display=31
Oguntunde, P. G., Fosu, M., Ajayi, A. E., and van de Giesen, N. 2004. Effects of
Charcoal Production on Maize Yield, Chemical Properties and Texture.
Biol. Fertil. Soils 39(4): 295–299.
Pandit, I. Ketut N., Nandika, D., dan Darmawan, I. W.. 2011. Analisis Sifat Dasar
Kayu Hasil Hutan Tanaman Rakyat (Analysis of Wood Character of Social
Plantation Forests). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 16(2): 119-124.
Papari, S., and Hawboldt, K. 2015. A Review on The Pyrolisis of Woody Biomass
to Bio-oil: Focus on Kinetic Models. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 52:1580–1595.
Pari, G. 2004. Kajian Struktur Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu sebagai
Adsorben Emisi Formaldehida Kayu Lapis. Disertasi Pascasarjana, IPB.
Bogor. Tidak diterbitkan.
Pari, G., Roliadi, H., Setiawan, D. dan Saepuloh. 2006. Komponen Kimia Sepuluh
Jenis Kayu Tanaman dari Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24(2):
89-101.
Pasaribu, G., Sipayung, B., dan Pari, G. 2007. Analisis Komponen Kimia Empat
Jenis Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25(4): 327–333.
46

Pastor-Villegas, J., Pastor-Valle, J. F., Rodríguez, J. M. M., and García, M. G. 2006.


Study of Commercial Wood Charcoals for The Preparation of Carbon
Adsorbents. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis 76(1–2) :103–108.
Peake, L., Reid, B., and Tang, X., 2014. Quantifying The Influence of Biochar on
The Physical and Hydrological Properties of Dissimilar Soils. Geoderma
235, 182–190.
Pereira, B. L. C., Carneiro, A. D. C. O., Carvalho, A. M. M. L., Colodette, J. L.,
Oliveira, A. C., and Fontes, M. P. F. 2013. Influence of Chemical
Composition of Eucalyptus Wood on Gravimetric Yield and Charcoal
Properties. BioResources, 8(3):4574–4592.
Poletto, M., Zattera, A. J., Forte, M. M. C., and Santana, R.M.C. 2012. Thermal
Decomposition of Wood: Influence of Wood Components and Cellulose
Crystallite Size. Bioresource Technology, 109:148–153.
Rehrah, D., M. R. Reddy, J. M. Novak, R. R. Bansode, K. A. Schimmel, J. Yu, D.
W. Watts, and M. Ahmedna. 2014. “Production and Characterization of
Biochars from Agricultural By-Products for Use in Soil Quality
Enhancement.” Journal of Analytical and Applied Pyrolysis 108: 301–9.
Ronsse F., Hecke, S.V., Dickinson, D., and Prins, W. 2013. Production and
Characterization of Slow Pyrolysis Biochar: Influence of Feedstock Type
and Pyrolysis Conditions. GCB Bioenergy 5, 104–115.
Rowell, R.M., 2005. Handbook of Wood Chemistry and Wood Composites. United
States of America: CRC PRESS.
Sangani, M. F., Abrishamkesha, S., and Owens, G. 2020. Physicochemical
Characteristics of Biochars Can Be Beneficially Manipulated Using Post-
Pyrolyzed Particle Size Modification. Bioresource Technology 306 123157
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2020.123157
Saueprasearsit, P., Nuanjaren, M, and Chinlapa, M. 2010. Biosorption of Lead
(Pb2+) by Luffa Cylindrical Fibre. Environmental Research Journal, 4(1):
157-166,
Schröder, E., Thomauske, K., Weber, C., Hornung, A., and Tumiatti, V.
2007. Experiments on The Generation of Activated Carbon from
Biomass. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 79(1-2), 106-111.
Shenbagavalli, S. and Mahimairaja, S. 2012. Production and Characterization of
Biochar from Different Biological Wastes. International Journal of Plant,
Animal, and Environmental Sciences 2 (1): 197 – 201.
Shetty, R. and Prakash, N. B. 2020. Effect of Different Biochars on Acid Soil and
Growth Parameters of Rice Plants Under Aluminium Toxicity. Scientific
Reports 10:12249, https://doi.org/10.1038/s41598-020-69262-x
Sik, Y., Uchimiya, S., Chang, S. and Bolan, N. 2016. Biochar: Production,
Characterization and Applications. London: CRC Press.
47

Singh, B., Camps-Arbestain, M., and Lehmann, J. 2017. Biochar: A Guide to


Analytical Methods. Australia: CSIRO Publishing.
Speight, J. G. 1994.The Chemistry and Technology of Coal: 2nd Edition. New
York: Macel Dekker Inc.
Stackpole, D. J., Vaillancourt, R. E., Alves, A., Rodrigues, J., and Potts, B. M. 2011.
Genetic Variation in The Chemical Components of Eucalyptus globulus
Wood. G3: Genes, Genomes, Genetics, 1(2):151–159.
Suárez-Hernández, L., Ardila-A., A. N., and Barrera-Zapata, R. 2017.
Morphological and Physicochemical Characterization of Biochar Produced
by Gasification of Selected Forestry Species. Revista Facultad de
Ingeniería (Rev. Fac. Ing.) 26 (46):123-130.
Sujarwo, W. 2009. The Making of Activated Charcoal from Waste of Suren Wood
(Toona sureni Merr) as Purifier of Well Water. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Berbasis Bahan Baku Lokal. UPT BPPPTK
Yogyakarta LIPI. 533-541.
Ueno M., Kawamitsu Y., Komiya Y., and Liya S. 2008. Carbonisation and
Gasification of Bagasse for Effective Utilisation of Sugarcane Biomass. In
Proceedings of the XXVI Congress of the International Society of Sugar
Cane Technologists. ICC, Durban, 29 July–2 August 2007. pp. 1194–1201.
International Society of Sugar Cane Technologists, Quatre-Bornes,
Mauritius.
Usmana, A. S., Rianda, S., dan Novia. 2012. Pengaruh Volume Enzim dan Waktu
Fermentasi Terhadap Kadar Etanol (Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa
Sawit dengan Pretreatment Alkali). Jurnal Teknik Kimia Kimia, 18(2): 17–
25.
Wang, T., Camps-Arbestain, M., Hedley, M., Singh, B.P., Calvelo Pereira R, and
Wang, C. 2014. Determination of Carbonate-C in Biochars. Soil Research
52(5), 495–504. doi:10.1071/ SR13177.
Yao, Y., Bin, G., Ming, Z., Mandu, I., and Andrew, R. 2012. Effect of Biochar
Amendment on Sorption and Leaching of Nitrate, Ammonium, and
Phosphate in a Sandy Soil. Chemosphere 89, 1467–1471.
Yargicoglu, E. N., Sadasivam, B.Y., Reddy, K.R., and Spokas, K. 2015. Physical
and Chemical Characterization of Waste Wood Derived Biochars. Waste
Management 36: 256–268.
Yeo J.Y., Chin B.L.F., Tan J.K., and Loh Y.S. 2017. Comparative Studies on The
Pyrolysis of Cellulose, Hemicellulose, and Lignin Based on Combined
Kinetics. Journal ofthe Energy Institute 92:27–37.
Yuan J.H., and Xu R.K. 2012. Effects of Biochars Generated from Crop Residues
on Chemical Properties of Acid Soils from Tropical and Subtropical China.
Soil Research 50(7), 570–578. doi:10.1071/SR12118
48

Yuan J.H., Xu R.K., and Zhang H. 2011. The Forms of Alkalis in The Biochar
Produced from Crop Residues at Different Temperatures. Bioresource
Technology 102(3), 3488– 3497.
Yunanta, R. R. K., Lukmandaru, G., dan Fernandes, A. 2014. Sifat Kimia dari Kayu
Shorea retusa, Shorea macroptera, dan Shorea macrophylla. Jurnal
Penelitian Dipterokarpa, 8(1):15–24.
Zhang, J., Chen, Q., and You, C. 2016. Biochar Effect on Water Evaporation and
Hydraulic Conductivity in Sandy Soil. Pedosphere 26: 265–272.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
2021
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Alat dan Bahan
1. Biochar Limbah Kayu
Manis dan Kayu Surian
Pembuatan Biochar Limbah
2.
Kayu Manis dan Surian
Persiapan Sampel Biochar
3. Limbah Kayu Manis dan
Surian
4. Pengayakan
Analisis Karakteristik
Biochar (Proksimat, pH
5. DHL, Potensi Pengapuran,
Karbon Inorganik, KTK,
FTIR dan XRF)
4. Pengolahan data

5. Penulisan skripsi
50

Lampiran 2. Bahan yang digunakan selama penelitian


No Nama Bahan Jumlah
1 Aquades 30 L
2 Bahan Kimia Asam Klorida 167 ml
3 Bahan Kimia Amonium Asetat 154.16 g
4 Bahan Kimia Natrium Hidroksida 440 g
5 Bahan Kimia Asam Sulfat pekat 2.76 ml
6 Bahan Kimia Asam Borat 5g
7 Biochar kayu manis 1 kg
8 Biochar surian 1 kg
9 Etanol 1L
10 Indikator Conway 7 ml
11 Kertas Label 2 bungkus
12 Kertas Saring 60 lembar
13 Tissue 1 pack
14 Masker 1 pack
15 Sarung Tangan 12 pasang
16 Plastik klip 3 pack
51

Lampiran 3. Alat yang digunakan dalam penelitian


No Nama Alat Jumlah
1 AAS 1 unit
2 Ayakan 0,5mm, 1,00mm, 2,00mm, 2,80mm 4,75mm, 8,00 mm 1 unit
3 Alat Destilasi 1 unit
4 Botol kocok 30 buah
5 Botol Semprot 1 buah
6 Cawan Porselen beserta tutup 30 buah
7 Corong 30 buah
8 EC meter 1 buah
9 Erlenmeyer 100 ml 30 buah
10 Furnace 1 unit
11 Gelas Ukur 5 ml, 10 ml, 50 ml dan 100 ml 1 buah
12 Labu Kjeldhal 5 buah
13 Labu Ukur 100 ml 9 buah
14 Labu Ukur 250 ml 9 buah
15 Mesin Pengocok 1 unit
16 Penjepit Cawan 1 buah
17 pH Meter 1 unit
18 Pipet Tetes 1 buah
19 Pipet Gondok 1 buah
20 Toples Kaca 0.5L 5 buah
21 Spektrophotometer (FTIR) Perkin Elmerk Frouteir 1 unit
22 Tabung Polypropylen 30 buah
23 Titrator 1 buah
24 Timbangan Analitik 1 unit
25 Alat X-Ray Fluorescence 1 unit
26 Kon-tiki 1 unit
52

Lampiran 4. Prosedur Analisis Sifat Kimia Biochar di Laboratorium (Singh


et al., 2017; Balitanah, 2012)
1. Proksimat
Alat dan bahan:
Alat dan bahan yang digunakan adalah cawan porselen beserta penutup,
desikator, penjepit cawan, timbangan analitik, furnace dan biochar.
Cara Kerja:
a) Tahap Persiapan: Biochar diayak berdasarkan ukuran ayakan. Sedangkan
cawan porselen dan penutup disterilkan pada pemanasan 750˚C selama 6
jam, lalu didinginkan hingga suhu 105˚C. Kemudian cawan dipindahkan ke
dalam desikator. Ditimbang berat cawan porselen berserta penutup (catat
nilai timbangan). Ditimbang biochar sebanyak 1g lalu dimasukan ke cawan.
b) Kelembaban: Dimasukan cawan yang berisi biochar kedalam oven 105˚C
selama 18 jam. Dipindahkan cawan porselen ke desikator. Dicatat berat
cawan, berat penutup dan berat kering biochar.
BB−BK
Rumus: % kelembaban = X 100%
BB

c) Volatile matter (bahan yang mudah menguap): Biochar yang telah


dikeluarkan pada suhu 105˚C lalu dimasukan ke dalam furnice 950˚C
selama 10 menit. Didinginkan cawan porselen beserta penutup ke dalam
desikator. Dicatat berat cawan, penutup dan berat kering biochar.
BK 105˚C−BK 950˚C
Rumus: % VM = X 100%
BK 105˚C

d) Kadar abu: Biochar dalam cawan porselen dan penutup dipanaskan pada
suhu 105˚C. Dipindahkan ke dalam furnice pada suhu 750˚C selama 6 jam,
lalu didinginkan hingga suhu 105˚C. Dipindahkan cawan porselen ke dalam
desikator, dinginkan hingga suhu sekitar. Dicatat berat cawan, penutup dan
berat abu.
BK 750˚C
Rumus: %ash = X 100%
BK 105˚C
BK 105˚C−(BK 105˚C−BK 950˚C)− BK 750˚C
Rumus % fixed carbon = X 100%
BK 105˚C
53

2. pH Biochar
Alat dan bahan:
Alat dan bahan yang digunakan adalah pH meter, botol kocok 100 ml, gelas
ukur 50 ml, shaker, Buffer (pH 4, 7 dan 10), dan aquadest
Cara kerja:
Ditimbang biochar sebanyak 5g (sesuai ukuran ayakan) lalu dimasukan ke
dalam botol kocok 100ml. Ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml. Lalu, di-shaker
selama 1 jam, didiamkan suspensi tegak selama 30 menit. Diukur menggunakan pH
meter lalu catat nilai yang diperoleh.

3. Daya Hantar listik (Electrical Conductivity/ EC) pada biochar


Alat dan bahan:
Alat dan bahan yang digunakan adalah EC meter, botol kocok 100 ml, gelas
ukur 50 ml, shaker, Buffer (pH 4, 7 dan 10) dan aquadest.
Cara kerja:
Ditimbang biochar sebanyak 5g (sesuai ukuran ayakan) lalu dimasukan
kedalam botol kocok 100 ml. Ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml. Dikocok
selama 1 jam, didiamkan suspensi tegak selama 30 menit. Diukur menggunakan EC
meter lalu dicatat nilai yang diperoleh.

4. Pengukuran potensi pengapuran pada biochar


Alat dan bahan:
Alat dan bahan yang digunakan adalah tabung polipropilen 30 ml, gelas
ukur 10 ml, shaker, larutan HCl 1 M, dan NaOH standar 0,5 M,
Cara kerja:
Ditimbang sampel biochar 0,5 g, lalu dimasukan ke dalam tabung
polipropilen 35 ml. Ditambahkan HCl 1M sebanyak 10 ml. Dikocok selama 2 jam
pada suhu 25˚C. Dibiarkan campuran semalam (16 jam). Dititrasi menggunakan
NaOH 0,5 M sampai pH 7. Dicatat NaOH yang terpakai (a=ml). Diperformasikan
titrasi kosong (tanpa biochar) menggunakan HCl 1 M sebanyak 10 ml, dicatat
larutan NaOH yang terpakai (b= ml).
M X (b−a) X 10−3 X 100,09 X 100
Rumus = % CaCO3 equivalen =
2XW

Keterangan : M = standar molaritas NaOH (mol/L)


54

a = volume dari NaOH yang terpakai oleh blanko (mL)


b = volume dari NaOH yang terpakai oleh sampel (mL)
10-3= konversi mL ke L
100.09 = massa molar dari CaCO3 equivalen
100 = pengali untuk mendapatkan %CaCO3 equivalen
2 = 1 mol CaCO3 mengkonsumsi 2 mol H+
W= berat sampel biochar (g)

5. C – Inorganik biochar (metode titrimetric)


Alat dan bahan:
Alat dan bahan yang digunakan adalah tabung polipropilen 35 ml, toples
kaca 0,5 L dengan penutup karet, alat titrasi, larutan standar NaOH 0,5 M, larutan
standar HCl 2 M, larutan standar HCl 0,2 M, BaCl2 dan aquadest.
Cara kerja:
Ditimbang sampel biochar 1 g. Dimasukan ke dalam tabung polipropilen.
Lalu ditambahkan 5 ml aquadest dan 10 ml HCl 2M. Diletakkan ke dalam toples
kaca (0,5 L). Diletakkan pula tabung polipropilen kedua yang diisi dengan 20 ml
NaOH 0,5M. Ditutup toples dengan penutup kedap udara yang dilengkapi dengan
karet penutup. Dilakukan langkah yang sama tapi dengan menambahkan aquadest
10 ml bukan HCl (sebagai kontrol). Diinkubasi selama 5 hari, lalu dikeluarkan
tabung polipropilen yang ditambahkan NaOH. Ditambahkan BaCl2 1M untuk
mengendapkan ion karbonat, kemudian dititrasi menggunakan larutan standar HCl
0,2 M hingga pH 8.3 untuk mengukur OH - yang tidak terpakai.
12 X ( V kontrol− V sampel)
Rumus C-Inorganik (mg/g) =
2 XW

Keterangan: Vcontrol = total volume asam yang terpakai dari sampel control
Vsampel = total volume asam yang terpakai dari sampel asam
W = berat sampel (g)
12 = massa molar C (mg/mmol)
2 = jumlah mmol OH- yang dinetralkan oleh setiap CO2 terlarut.
55

6. Menentukan KTK metode pencucian (Balai Penelitian Tanah, 2012)


Alat dan bahan:
Alat dan bahan yang digunakan adalah labu ukur 50 ml, labu kjedahl,
titrator, biuret, botol pengocok, corong, ammonium asetat ph 7 1N, alkohol,
indicator Conway, asam borat 4%, NaOH 40%, aquadest, dan H 2SO4 0.1 N.
Cara kerja:
Dimasukkan biochar sebanyak 2.5 gr kedalam botol kocok. Kemudian
ditambahkan 50 ml ammonium asetat pH 7 1N dan dikocok selama 30 menit.
Setelah itu dibiarkan selama semalam. Besoknya larutan disaring menggunakan
kertas saring dan ditampung menggunakan labu ukur ukuran 50 ml. Dicukupkan
dengan ammonium asetat pH 7 jika dilabu ukur belum cukup 50 ml. Kertas saring
yang diatasnya terdapat biochar kemudian diperkolasi dengan ethanol 96%.
Kemudian kertas saring ini dimasukkan ke dalam labu kjeldahl dan ditambahkan
aquadest sebanyak 80 ml serta NaOH 40% 20 ml. Labu ini dihubungkan ke alat
destilasi. Hasil destilasi ditampung menggunakan elemenyer yang berisi 15 ml
asam borat 4% dan 3 tetes indikator Conway. Destilasi dilakukan hingga dihasilkan
hasil destilasi sebanyak 40 ml. Setelah ini hasil destilasi dititrasi dengan H 2SO4 0.1
N hingga berubah warna menjadi merah muda. Dicatat ml H 2 SO4 yang digunakan.
100
Rumus KTK (cmol/kg) = ml H2 SO4 dipakai x N H2SO4 x
𝑤

Keterangan :
N = normalitas H2SO4 yang dipakai
W = berat sampel biochar (gram)
7. Menentukan FTIR Biochar dengan metode ATR-FTIR
Alat dan Bahan:
Alat dan Bahan yang digunakan adalah alat Smart iTR (Thermo Scientific,
West Palm Beach, FL) dengan kristal berlian dan germanium.
Cara Kerja:
Setiap sampel biochar sebanyak 10 mg akan disematkan pada kristal berlian
atau germanium peralatan smart-iTR. Spektrum kontrol FTIR diperoleh dari kristal
tanpa sampel (kristal berlian atau germanium saja). Spektrum diproses
menggunakan perangkat lunak OMNIC Series Versi 8.3 (Thermo Scientific).
56

Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam


1. Proksimat
a. Kelembaban
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 2207.83 245.31 29.32 ** 2.39 3.46
Galat 20 167.33 8.37
Total 29 2375.17 KK = 8.11%
b. Zat volatile
Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 1380.74 153.42 46.89 ** 2.39 3.46
Galat 20 65.44 3.27
Total 29 1446.18 KK = 3.16%
c. Kadar abu
Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 540.37 60.04 13.57 ** 2.39 3.46
Galat 20 88.50 4.43
Total 29 628.88 KK = 15.41%
d. Karbon terfiksasi (fixed carbon)
Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 699.04 77.67 13.4 ** 2.39 3.46
Galat 20 115.62 5.78
Total 29 814.66 KK = 8.23%

2. pH
Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 2.37 0.26 3.36 * 2.39 3.46
Galat 20 1.57 0.08
Total 29 3.93 KK = 2.90%

3. Daya Hantar Listrik (Electrical Conductivity)


Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 4.77 0.53 72.78 ** 2.39 3.46
Galat 20 0.15 0.01
Total 29 4.92 KK = 9.73%
57

4. Potensi Pengapuran (Liming Potential)


Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 25.25 2.81 8.83 ** 2.39 3.46
Galat 20 6.36 0.32
Total 29 31.61 KK = 9.72%

5. Karbon inorganic
Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 0.02 0.00171 11.84 ** 2.39 3.46
Galat 20 0.00 0.00014
Total 29 0.02 KK = 18.69%

6. Kapasitas Tukar Kation


Sumber F-tabel
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 4493.83 499.31 6.02 ** 2.39 3.46
Galat 20 1658.90 82.94
Total 29 6152.73 KK = 15.80%
58

Lampiran 6. Dokumentasi

Proses pengayakan menggunakan


Pembuatan biochar menggunakan
electromagnetic sieve shaker
kontiki

Pengukuran pH dan DHL Proses analisis proksimat


menggunakan furnice

Inkubasi selama 5 hari menggunakan


Menaikkan pH menjadi 7 pada analisis
botol kaca 0.5L pada analisis karbon
potensi pengapuran
inorganik

Alat FTIR
Menurunkan pH menjadi 8.3 pada
analisis C-inorganik
Skripsi
ORIGINALITY REPORT

20 %
SIMILARITY INDEX
19%
INTERNET SOURCES
4%
PUBLICATIONS
6%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
ejournal.forda-mof.org
Internet Source 4%
2
Submitted to Universitas Andalas
Student Paper 1%
3
www.forda-mof.org
Internet Source 1%
4
ejournal.upnjatim.ac.id
Internet Source 1%
5
repositori.usu.ac.id
Internet Source 1%
6
docplayer.info
Internet Source 1%
7
scholar.unand.ac.id
Internet Source 1%
8
repo.unand.ac.id
Internet Source 1%
9
journals.unihaz.ac.id
Internet Source 1%
10
repository.polnep.ac.id
Internet Source 1%
11
text-id.123dok.com
Internet Source <1 %
12
123dok.com
Internet Source <1 %
13
Submitted to Universitas Pendidikan
Indonesia
<1 %
Student Paper

14
idoc.pub
Internet Source <1 %
15
balittanah.litbang.pertanian.go.id
Internet Source <1 %
16
core.ac.uk
Internet Source <1 %
17
jurnal.untidar.ac.id
Internet Source <1 %
18
berkes4n.wordpress.com
Internet Source <1 %
19
www.bpk.go.id
Internet Source <1 %
20
balittro.litbang.pertanian.go.id
Internet Source <1 %
21
id.123dok.com
Internet Source

<1 %
22
faperta.unand.ac.id
Internet Source <1 %
23
jurnal.polinela.ac.id
Internet Source <1 %
24
dspace.uii.ac.id
Internet Source <1 %
25
Submitted to Universitas Jenderal Soedirman
Student Paper <1 %
26
Submitted to UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Student Paper <1 %
27
digilib.iain-palangkaraya.ac.id
Internet Source <1 %
28
jurnal.unpad.ac.id
Internet Source <1 %
29
Submitted to Universiti Teknologi MARA
Student Paper <1 %
30
docobook.com
Internet Source <1 %
31
adoc.pub
Internet Source <1 %
32
res.mdpi.com
Internet Source <1 %
33
www.coursehero.com
Internet Source <1 %
34
www.scribd.com
Internet Source <1 %
35
Origenes Boy Kapitan, Anna Tefa, Dewi S.
Hede, Filogus N. Payon. "Biochar dari
<1 %
Biomassa Kusambi, Akasia, dan Kayu Putih
sebagai Media Semai Benih Selada (Lactuca
sativa L.)", Savana Cendana, 2019
Publication

36
Submitted to Sriwijaya University
Student Paper <1 %
37
ubb.ac.id
Internet Source <1 %
38
Submitted to Universidad Nacional de
Colombia
<1 %
Student Paper

39
cerdassmpduta.blogspot.com
Internet Source <1 %
40
eprints.umm.ac.id
Internet Source <1 %
41
Submitted to Syiah Kuala University
Student Paper <1 %
42
ejournal.kemenperin.go.id
Internet Source <1 %
43
jambi.litbang.pertanian.go.id
Internet Source <1 %
44
bibliotecadigital.udea.edu.co
Internet Source <1 %
45
onlinelibrary.wiley.com
Internet Source <1 %
46
repository.unitri.ac.id
Internet Source <1 %
47
repository.iainpalopo.ac.id
Internet Source <1 %
48
repository.ub.ac.id
Internet Source <1 %
49
docplayer.fr
Internet Source <1 %
50
iptek.its.ac.id
Internet Source <1 %
51
jsal.ub.ac.id
Internet Source <1 %
52
revistas.uptc.edu.co
Internet Source <1 %
53
www.ejournalmapeki.org
Internet Source <1 %
54
www.wasterefinery.se
Internet Source <1 %
<1 %
55
ikee.lib.auth.gr
Internet Source

56
myyosnicampuran.blogspot.com
Internet Source <1 %
57
pengusahaternak.blogspot.com
Internet Source <1 %
58
pt.scribd.com
Internet Source <1 %
59
repository.iainpurwokerto.ac.id
Internet Source <1 %
60
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source <1 %
61
repository.uki.ac.id
Internet Source <1 %
62
tabulampot.wordpress.com
Internet Source <1 %
63
unhas.ac.id
Internet Source <1 %
64
www.jurnal.lppm.unsoed.ac.id
Internet Source <1 %
65
Edita Baltrėnaitė-Gedienė, Eglė Marčiulaitienė,
Mantas Pranskevičius, Jelena Titova, Amit
<1 %
Bhatnagar, Emmanuel Abu-Danso.
"Physicochemical Properties of Pyrogenic
Carbonaceous Product, Biochar,
Syngenetically Modified for Its Use in
Adsorption Systems", Journal of
Environmental Engineering, 2020
Publication

66
Fatimah Fatimah, Erfanur Adlhani, Dwi Sandri.
"OPTIMASI SUHU DAN LAMA PENGUKUSAN
<1 %
UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN
GETUK PISANG RAINBOW", Jurnal Teknologi
Agro-Industri, 2016
Publication

67
Irma D. Oktavianta, Gusrizal Gusrizal, Nurlina
Nurlina. "Oil Palm Empty Bunch Compost as a
<1 %
Source of Humic Acid", Jurnal Akademika
Kimia, 2020
Publication

68
Mody Lempang. "Basic properties and uses of
agathis (Agathis hamii M. Dr.) wood from
<1 %
South Sulawesi", Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea, 2017
Publication

69
Susanti Musa, Grace Sanger, Henny Adeleida
Dien. "KOMPOSISI KIMIA, SENYAWA BIOAKTIF
<1 %
DAN ANKGA LEMPENG TOTAL PADA RUMPUT
LAUT Gracillaria edulis", MEDIA TEKNOLOGI
HASIL PERIKANAN, 2017
Publication

70
acervodigital.ufpr.br
Internet Source

<1 %
71
digitalcommons.fiu.edu
Internet Source <1 %
72
ejournal.unkhair.ac.id
Internet Source <1 %
73
eprints.whiterose.ac.uk
Internet Source <1 %
74
es.scribd.com
Internet Source <1 %
75
iqmal.staff.ugm.ac.id
Internet Source <1 %
76
jfu.fmipa.unand.ac.id
Internet Source <1 %
77
kesehatanwanita07.blogspot.com
Internet Source <1 %
78 Internet Source <1
laporanakhirskripsitesisdisertasimakalah.wordpress.com
%

79
muir.massey.ac.nz
Internet Source <1 %
80
nanopdf.com
Internet Source <1 %
81
repository.uib.ac.id
Internet Source <1 %
82
repository.usd.ac.id
Internet Source <1 %
83
repository.usu.ac.id
Internet Source <1 %
84
smujo.id
Internet Source <1 %
85
vdocuments.site
Internet Source <1 %
86
www.itto.int
Internet Source <1 %
87
www.jim.unsyiah.ac.id
Internet Source <1 %
88
zombiedoc.com
Internet Source <1 %
89
"PEMANFAATAN BIOCHAR KULIT BUAH
KAKAO DAN SEKAM PADI UNTUK
<1 %
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI
SAWAH DI ULTISOL LAMPUNG", 'Indonesian
Agency For Agricultural Research and
Development (IAARD)'
Internet Source

90
Syahrul Aiman. "Pengaruh Ukuran Partikel
Biomasa Lignoselulosa pada Pembuatan
<1 %
Bioetanol dan Biobutanol : Tinjauan", Jurnal
Kimia Terapan Indonesia, 2016
Publication
91
doku.pub
Internet Source <1 %
92
www.jurnal.unsyiah.ac.id
Internet Source <1 %

Exclude quotes On Exclude matches Off


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai