Anda di halaman 1dari 55

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR KULIT NENAS

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI LAHAN TAILING
PASIR PASCA TAMBANG TIMAH

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana (Strata 1)
dari Universitas Bangka Belitung

Oleh
LINTANG ARUM GAYATRI
2011511041

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2019
ABSTRAK

Lintang Arum Gayatri (2011511041). “ Aplikasi Pupuk Organik Cair Kulit Nenas
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
di Lahan Tailing Pasir Pasca Tambang Timah ” (Pembimbing : Dr. Ratna Santi,
S.P., M.Si dan Deni Pratama, S.P., M.Si)

Produksi kacang tanah cenderung menurun karena disebabkan penurunan luas area
penanaman kacang tanah. Penyebab menurunnya luas area penanaman kacang
tanah yatu alih fungsi lahan yang dikonversi menjadi kawasan penambangan
khususnya penambangan timah. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
kesuburan lahan tailing pasir yaitu dengan penambahan pupuk organik cair.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah di tailing pasir lahan pasca tambang timah. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktor dengan 4 kali ulangan dan 6
perlakuan yang terdiri dari P0 (NPK phonska 15:15:15), P1 (POC 35 mL), P2 (POC
65 mL), P3 (POC 95 mL), P4 (POC 125 mL), dan P5 (POC 150 mL). Hasil
penelitian menunjukan bahwa pupuk organik cair kulit nenas memberikan pengaruh
yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.
Konsentrasi yang cenderung lebih baik pada hasil tanaman kacang tanah yaitu pada
dosis 35 mL.

Kata Kunci : Arachis hypogaea L., Pupuk Organik Cair, Kulit Nenas
ABSTRACT

Lintang Arum Gayatri (2011511041). “Application Of Pineapple Skin Liquid


Organic Fertilizer To Growth And Yield Of Peanut ( Arachis Hypogaea L.) In
Post-Tin Mining Land” (Pembimbing : Dr. Ratna Santi, S.P., M.Si dan Deni
Pratama, S.P., M.Si)

Peanut (Arachis hypogaea L.) production tends to decline due to decrease of peanut
planting area. The decrease of peanut planting area, caused by converting into
mining area, especially tin mining. Fertility of post-tin mining land can be
improved by addition of liquid organic fertilizer. This research aims to know the
effect of pineapple skin liquid organic fertilizer to growth and yield of peanut in
post-tin mining land. This research used Randomize Group Desain (RGD) non
factorial with 4 replication and 6 treatments consist of P0 (NPK Phonska
15:15:15), P1 (POC 35 mL), P2 (POC 65 mL), P3 (POC 95 mL), P4 (POC 125
mL), and P5 (POC 150 mL). The results show that the liquid organic fertilizer of
pineapple skin did not gave significant effect on the growth and yield of peanut
plants with an-organic fertilizer. It show that application of liquid organic fertilizer
pineapple skin has potential to replace the usage of NPK Phonska 15:15:15 in post-
tin mining land The best concentration for yield of peanut was highest dose 35 mL.

Keyword : Arachis hypogaea L., Liquid Organic Fertilizer, Pineapple skin


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya
penyusunan skripsi yang berjudul “Aplikasi Pupuk Organik Cair Kulit Nenas
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
di Lahan Tailing Pasir Pasca Tambang Timah”dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan restu kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ratna Santi, S.P., M.Si selaku Pembimbing Utama dan Bapak Deni
Pratama, S.P., M.Si selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak
memberikan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Rekan-rekan yang telah membantu dan memberikan doa serta dukungan
kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Balunijuk, Agustus 2019

Penulis

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim
Dengan memanjatkan puji syukur ku kepada Allah SWT. atas segala nikmat
dan kasih Nya yang telah memberikan kekuatan, kesabaran serta kelancaran
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam tak lupa pula
diucapkan untuk junjungan besar kami Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini ku persembahkan untuk orang-orang terkasih

Teristimewa Kedua Orang Tua dan keluargaku di Belitung


Terimakasih yang sebesar-besarnya kuucapkan kepada Ibuku yang selama ini
telah menghidupi ku, memberikan dukungan, semangat, serta doa kepada ku
hingga aku sampai di titik ini. Terimakasih pula kepada Almarhum ayahku
karena telah memberiku kekuatan untuk tetap menjalani hidup tanpa peran
seorang ayah selama 6 tahun ini. Serta terimakasih banyak kepada kakakku
Laxmi Dewi Rani, adikku Intan Triaryani, juga abang iparku Rizm, dan seluruh
keluarga Hamid yang telah banyak mendukungku dan memberi semangat.
Terimakasih kalian keluargaku yang tidak pernah meninggalkanku dan selalu ada
disaat ku butuh.

Dosen Pembimbing Skripsi


Kepada ibu Dr. Ratna Santi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan bapak Deni
Pratama, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing II terimakasih atas dukungan,
bimbingan serta arahan kepada saya hingga saya menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih karena sudah sabar dalam membimbing dan memberikan yang
terbaik kepada saya hingga saya mampu mendapatkan gelar sarjana.

Teruntuk Sahabat-sahabatku
Terimakasih kepada sahabatku yang jauh Retno Putri Utami, Cece Yolanda, Dwi
Dimar Rahayu, Melliya Pratiwi,Ellies Widya, dan Amrina Asha Rahayu, terima
kasih selalu mendoakan dan mendukungku dari awal masuk kuliah sampai
sekarang Terimakasih juga kepada keluarga keduaku di Bangka yaitu Kak
Yulliana Anggreani, kak Rinando Ken Rokar, bg Wawan Kurniawan, Bg dodi,
Kak Feri, Kak Okta, Kak Candra, Bunda Hazifah, dan kak Resy. Terima Kasih
kepada Sahabat tergilaku Bella Pransiska, Rahamaulidia dan Risky
Damayanti.Terima Kasih kepada kakakku Riska Anissa dan sahabat kosku Geby
Lisandari dan Meyta Eka yang banyak membantuku saat masih kuliah.

viii
Terimakasih juga kepada rekan-rekan ku yang telah menemani selama di bangku
perkuliahan Alfi Rianti, Nilam Ida, Desi Kurnia Sari, Fitri Jayanti Ginting dan
seluruh Agroteknologi 15A serta keluarga besar Agroteknologi 15 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terimakasih juga kepada keluarga besar BEM KM UBB
2016/2017 yang telah menjadi tempat bernaung dan belajar tentang organisasi
kampus dan luar kampus. Terimakasih pula kepada keluarga besar KKN Desa
Tanah Bawah Bangka karena pertemuan singkatnya yang sungguh luar biasa.
.Dan Terimakasih kepada teman-teman sepembimbingan skripsi berfaedah
semoga kita semua dapat wisuda di waktu yang sama.

Teman-teman yang Membantu Penelitian


Terimakasih banyak kepada teman-teman ku yang telah membantu mulai dari
menyiapkan alat dan bahan hingga penelitianku selesai. Terimakasih teruntuk
Ichsan Aditiya, Zulkipli, Haitami, Fajri, Irfan Dwi Aprianto, Riko, Joni, Berta,
Nanda, Bangun, Ahmad Zami Hudaya, Kamila, Juraina, Rahayu Afpani, Priscilla,
Siti Suhaiba.. Terimakasih atas bantuan dan kesukarelaan kalian dalam
membantu penelitianku ini. Tanpa kalian penelitian ini mungkin tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya.

Akhir kata saya ucapkan Terimakasih kepada DIRI SAYA SENDIRI karena
sudah berjuang menyelesaikan satu tahap kehidupan dan semoga tetap kuat
menjalankan kehidupan selanjutnya.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan ........................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................4
2.1 Taksonomi Kacang Tanah .........................................................................4
2.2 Tipe Kacang Tanah ....................................................................................4
2.3 Morfologi Kacang Tanah ...........................................................................5
2.3.1 Akar...................................................................................................5
2.3.2 Batang ...............................................................................................5
2.3.3 Daun ..................................................................................................5
2.3.3 Bunga ................................................................................................6
2.3.3 Buah ..................................................................................................6
2.3.3 Biji.....................................................................................................6
2.4 Syarat Tumbuh Kacang Tanah...................................................................7
2.5 Karateristik Tailing Pasir Pasca Tambang Timah .....................................7
2.6 Pupuk Organik Cair Kulit Nenas ...............................................................8
2.7 Hipotesis ....................................................................................................9

x
III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan .........................................................................................10
3.3 Metode Penelitian ....................................................................................10
3.4 Cara Kerja ................................................................................................11
3.4.1 Pengelolaan Lahan ..........................................................................11
3.4.2 Pembuatan Pupuk Organik Cair Kulit Nenas .................................11
3.4.3 Persiapan Benih dan Penanaman ....................................................11
3.4.4 Aplikasi POC ..................................................................................12
3.4.5 Aplikasi NPK Phonska 15:15:15 ....................................................12
3.4.6 Pemeliharaan Tanaman ...................................................................12
3.4.7 Panen ..............................................................................................13
3.5 Peubah yang Diamati ...............................................................................13
3.5.1 Tinggi Tanaman ..............................................................................13
3.5.2 Jumlah Daun ...................................................................................13
3.5.3 Waktu Berbunga .............................................................................13
3.5.4 Jumlah Kandungan Klorofil ............................................................14
3.5.5 Persentase Polong Bernas ...............................................................14
3.5.6 Rasio Tajuk/Akar ............................................................................14
3.5.7 Jumlah Biji ......................................................................................14
3.5.8 C-Organik .......................................................................................14
3.5.9 Analisis Kimia POC........................................................................15
3.5.10 Derajat Keasaman Tanah ..............................................................15
3.6 Analis Data...............................................................................................15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................16
4.1 Hasil Analisis Sidik Ragam ......................................................................16
4.1.1 Tinggi Tanaman ..............................................................................17
4.1.2 Jumlah Daun ...................................................................................17
4.1.3 Waktu Berbunga .............................................................................18
4.1.4 Jumlah Kandungan Klorofil ............................................................18
4.1.5 Persentase Polong Bernas ...............................................................19

xi
4.1.6 Jumlah Biji ......................................................................................20
4.1.7 Rasio Tajuk/Akar ............................................................................20
4.1.8 Analisis Kimia C-Organik Tanah dan pH Tanah ...........................21
4.1.9 Analisis Kimia Pupuk Organik Cair Kulit Nenas ...........................21
4.2 Pembahasan ...............................................................................................21
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................26
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................26
5.2 Saran .........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Aplikasi Pupuk Organik Cair .....................16
Tabel 2. Hasil Analisis Kimia C-Organik Tanah dan pH Tanah ...........................18
Tabel 3. Hasil Analisis Kimia Pupuk Organik Cair Kulit Nenas ...........................19

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Tinggi tanaman kacang tanah dengan perlakuan pupuk organik cair
selama 12 MST....................................................................................17
Gambar 2. Jumlah daun kacang tanah dengan perlakuan pupuk organik cair selama
12 MST................................................................................................17
Gambar 3. Waktu berbunga tanaman kacang tanah dengan perlakuan pupuk
organik cair ..........................................................................................18
Gambar 4. Jumlah kandungan klorofil tanaman kacang tanah dengan perlakuan
pupuk organik cair. ..............................................................................18
Gambar 5. Persentase polong bernas tanaman kacang tanah dengan perlakuan
pupuk organik cair ...............................................................................19
Gambar 5. Jumlah biji tanaman kacang tanah dengan perlakuan pupuk organik cair
.............................................................................................................19
Gambar 5. Rasio akar/tajuk tanaman kacang tanah dengan perlakuan pupuk organik
cair .......................................................................................................21

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Prosedur pengukuran C-Organik .....................................................33
Lampiran 2. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Tuban ........................................34
Lampiran 3. Layout Petakan Percobaan di Lapangan ...........................................35
Lampiran 3. Layout Penanaman ............................................................................36
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ..........................................37
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .....................................................38

xv
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan salah satu tanaman


legum yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Kacang tanah
merupakan komoditas terpenting kedua setelah kedelai yang bernilai ekonomi
cukup tinggi karena mengandung protein 25-30 %, lemak 40-50%,
karbohidrat 12%, dan vitamin B1 (Respati et al. 2013). Menurut Marzuki
(2007) biji kacang tanah banyak dimanfaatkan untuk bahan industri seperti
keju, minyak, dan sabun, selain itu kulitnya dapat dijadikan pakan ternak dan
pupuk.
Kebutuhan kacang tanah nasional masih bergantung dengan negara lain
seperti Vietnnam, China, Thailand, India, dan Australia (Astriani & Dinarto
2012). Tahun 2016 jumlah impor kacang tanah sebanyak 85,557 ton dan
hanya mengalami penurunan 11,8 % dari tahun 2015 (BPS 2016). Produksi
kacang tanah di Bangka Belitung memiliki jumlah produksi yang masih
sangat rendah serta mengalami penurunan dari 224 ton pada tahun 2014
menjadi 144 ton pada tahun 2015 (BPS Babel 2016). Menurut Sumarno
(2015) meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan kacang tanah
nasional memerlukan upaya yang sangat mendasar, yaitu menyediakan lahan
yang sesuai dan membentuk serta menumbuhkan petani-petani kacang tanah.
Pemanfaatan lahan pasca tambang timah merupakan salah satu yang bisa
digunakan sebagai penyedia lahan dalam budidaya tanaman kacang. Akan
tetapi, lahan pasca tambang timah di Bangka Belitung belum optimal dalam
pemanfaatannya karena menurunnya kualitas tanah. Akibat penambangan
timah menyebabkan terbentuknya hamparan berupa clay, humic, dan tailing
pasir. Menurut Ang dan Ho (2002) sebagian besar tailing timah (80-90%)
merupakan tailing berpasir (sandy tailing) dan sisanya merupakan tailing
lumpur (slime tailing).
2

Tailing pasir merupakan hasil pembuangan (pencucian) pada kegiatan


penambangan yang didominasi oleh fraksi pasir. Perubahan sifat fisik dan
kimia tanah yang mencolok setelah dilakukan kegiatan penambangan
menyebabkan kadar tailing pasir meningkat dan menurunnya sifat kimia
tanah (Saptaningrum 2001). Menurut Nurtjahya et.al (2008) tailing
mengandung fraksi pasir lebih dari 94%, fraksi liat kurang dari 3% kandungan
C-organik kurang dari 1,78%, daya pegang air sangat rendah dan daya
permeabilitas air sangat cepat. Menurut Inonu et al. (2011) diperlukan upaya
reklamasi lahan dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tailing pasir yang
kurang baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan
lahan tailing pasir yaitu dengan penambahan pupuk organik cair.
Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan-
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia
yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito 2012).
Pupuk organik cair dapat dipergunakan untuk meningkatkan produksi
tanaman, meningkatkan hasil kualitas produk dan mengurangi pemakaian
pupuk anorganik (Kusuma 2012). Menurut Juarsah dan Purwani (2014)
penggunaan pupuk organik cair aman karena berbahan dasar dari bahan
organik dan mikroorganisme lokal sehingga ramah lingkungan dan dapat
meningkatkan aktifitas kimia, biologi, fisik tanah serta meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Nenas merupakan salah satu jenis tanaman yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair. Salah satu bagian nenas yang
digunakan sebagai pupuk organik cair yaitu kulit nenas, hal ini karena kulit
nenas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut
Dermawan (2018) kulit nenas yang telah menjadi pupuk organik cair
memiliki kandungan unsur hara N-total 0,05%, fosfor 0,03%, kalium 0,13%,
dan C-organik 1,46%. Budidaya tanaman melon dengan memanfaatkan kulit
nenas sebagai pupuk organik cair dengan memberikan hasil terbaik pada
konsentrasi 35 mL/L air untuk produksi berat buah tanaman melon
(Dermawan 2018).
3

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai


pengaruh pupuk organik cair kulit nenas terhadap pertumbuhan kacang tanah
di tailing pasir lahan pasca tambang timah. Penelitian ini diharapkan agar
tailing pasir lahan pasca tambang timah bisa dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di tailing pasir
lahan pasca tambang timah yang diaplikasikan pupuk organik cair kulit
nenas ?
2. Dosis manakah yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah di tailing pasir lahan pasca tambang timah ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di tailing pasir
lahan pasca tambang timah yang di aplikasikan pupuk organik cair kulit
nenas.
2. Mengetahui dosis yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang tanah di tailing pasir lahan pasca tambang timah.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Kacang Tanah


Kacang tanah ( Arachis hypogaea L. ) merupakan tanaman pangan yang
berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari negara Brazilia. Kacang
tanah masuk ke Indonesia pertama kali pada awal abad ke-17, dibawa oleh
pedagang China dan Portugis. Kacang tanah yang ditanam yaitu varietas tipe
menjalar (Wijaya 2011). Kedudukan kacang tanah dalam sistematika
(taksonomi) menurut USDA (2019) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Order : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Arachis L.
Spesies : Arachis hypogaea L.

2.2 Tipe Kacang Tanah


Kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak (bunch type)
dan tipe menjalar (runner type). Tipe tegak pada kacang tanah memiliki
percabangan yang lurus atau sedikit miring keatas. Tipe tegak ini banyak
disukai petani karena umur panen yang pendek, 100-120 hari, buahnya hanya
terdapat pada ruas-ruas pangkal utama dan cabangnya, tiap polong berbiji
antara 2-4 butir sehingga masaknya bisa bersamaan. Menurut Rukmana (2007)
tanaman kacang tanah yang termasuk spesies ini adalah subspecies fastigia.
Tipe menjalar pada kacang tanah umumnya percabangannya tumbuh ke
samping, tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas. Tipe menjalar ini, umur
panennya yaitu 5-7 bulan atau sekitar 150-200 hari, tiap polong berbiji dua
5

butir, dan tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah
sehingga masaknya tidak bersamaan. Menurut Pitojo (2010) tanaman kacang
tanah yang termasuk tipe ini adalah subspecies hypogaea.

2.3 Morfologi Kacang Tanah


2.3.1 Akar
Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus kedalam tanah
hingga kedalaman 40 cm. Pada akar tunggang tersebut tumbuh akar
cabang dan diikuti oleh akar serabut. Cabang dan akar rambut beperan
dalam memperluas permukaan akar guna meningkatkan daya serap akar
tanaman. Pada pangkal dam cabang akar tunggang kacang tanah biasanya
terdapat bintil-bintil bakteri rhizobium yang berperan dalam penyerapan
nitrogen dari udara bebas (Suryantini 2015).

2.3.2 Batang
Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus,
ada yang tumbuh menjalar dan ada yang tegak (Rukmana 2007). Tinggi
batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada yang mencapai 80 cm,
sedangkan yang menjalar tumbuh ke segala arah dan dapat mencapai
garis tengah 150 cm. Tanaman tipe tegak membentuk percabangan antara
2-6, sedangkan tipe menjalar dapat membentuk 10 cabang primer. Pada
cabang primer terbentuk cabang sekunder dan kemudian tumbuh cabang
tersier. Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, bagian atas
batang ada yang berbentuk agak persegi, sedikit berbulu dan bewarna
hijau (Trustinah 2015).

2.3.3 Daun
Tanaman kacang tanah membentuk daun majemuk bersirip genap,
terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang
(Fachruddin 2000). Helaian anak daun ini beragam ada yang berbentuk
bulat, elips, dan agak lancip tergantung varietasnya. Permukaan daun ada
yang tidak berbulu dan ada juga yang berbulu. Bulu daun ada yang hanya
6

sedikit dan pendek, sedikit dan panjang, banyak dan pendek, ataupun
banyak dan panjang.

2.3.4 Bunga
Bunga kacang tanah muncul dari ketiak daun pada bagian bawah
tanaman yang berumur 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur sekitar
80 hari. Bunga kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berukuran kecil, dan
terdiri dari 5 daun tajuk. Bunga kacang tanah pada umumnya melakukan
penyerbukan sendiri. Penyerbukan ini terjadi menjelang pagi, sewaktu
bunga masih kuncup. Bunga yang berhasil menjadi polong biasanya
hanya bunga yang terbentuk pada sepuluh hari pertama. Bunga
selanjutnya yang akan muncul sebagian besar gugur sebelum menjadi
ginofora (bakal buah) (Pitojo 2010).

2.3.5 Buah
Buah kacang tanah berada didalam tanah. Setelah terjadi
pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi
tangkai polong. Cara pembentukan polong adalah mula-mula ujung
ginofora yang runcing mengarah keatas, setelah tumbuh ginofora
tersebut melengkung ke bawah dan masuk ke dalam tanah, setelah
menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong (Marzuki 2007).
Pertumbuhan memanjang ginofora terhenti setelah terbentuk polong.
Ginofora tidak dapat membentuk polong jika tanahnya terlalu keras dan
kering atau batangnya terlalu tinggi. Polong kacang tanah dapat
dibedakan berdasarkan ukuran panjang, berat, bentuk paruh, bentuk
pinggang, dan lukisan atau jaringan pada kulit luar polong.

2.3.6 Biji
Biji kacang tanah terdapat di dalam polong. Kulit luar (testa)
bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di
dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan keping biji, diliputi oleh kulit ari
tipis (tegmen). Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung
7

agak datar karena berhimpitan dengan kulit biji ynag lain selagi di dalam
polong (Thrustinah 2015). Warna kulit biji bervariasi yaitu merah jambu,
coklat, merah tua dan ungu. Berat biji kacang tanah sekitar 25-40 gram
per 100 biji untuk ukuran kecil sedangkan biji ukuran besar lebih kurang
50 gram per 100 biji (Rukmana 2007).

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah


Kacang tanah ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian
maksimal 1000 m dpl dan daerah yang paling cocok untuk tanaman kacang
tanah adalah daerah dataran dengan ketinggian 0-500 m dpl (Cahyono 2007).
Kacang tanah akan tumbuh optimal pada curah hujan antara 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki
oleh serangga dan akan meningkatkan kelembapan disekitar penanaman
kacang tanah, selanjutnya suhu udara sekitar 28-32 0C, apabila suhunya
dibawah 10 0C, pertumbuhan akan terhambat bahkan kerdil (Marzuki 2007).
Kelembapan udara yang dibutuhkan kacang tanah berkisar antara 65-75%,
penyinaran dengan matahari penuh dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kacang tanah. Apabila penyinaran rendah, maka
pengisian polong akan terhambat sehingga jumlah dan berat biji akan menurun
serta akan menambah jumlah polong hampa (Oentari 2008).
Jenis tanah yang cocok untuk tanaman kacang tanah yaitu jenis tanah
lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir (Rahmiana et.al
2015). Media tanah yang digunakan adalah jenis tanah gembur dan subur
dengan pH antara 6,0-6,5. Kacang tanah menghendaki tanah lempung berpasir
dan kaya akan bahan organik serta tanah gembur mampu mempercepat
perkecambahan biji (Thustinah 2015).

2.5 Karateristik Tailing Pasir Pasca Tambang Timah


Tailing pasir merupakan hasil pembuangan (pencucian) pada kegiatan
penambangan yang didominasi oleh fraksi pasir. Perubahan sifat fisik dan
kimia tanah yang mencolok setelah dilakukan kegiatan penambangan
menyebabkan kadar tailing pasir meningkat dan menurunnya sifat kimia tanah
8

(Saptaningrum 2001). Menurut Nurtjahya et.al (2008) tailing mengandung


fraksi pasir lebih dari 94%, fraksi liat kurang dari 3%, kandungan bahan
organik kurang dari 1,78% C-organik, daya pegang air sangat rendah dan daya
permeabilitas air sangat cepat.
Menurut Ardianto (2015) mengenai karateristik morfologi, sifat fisik,
dan kimia tailing pasir pada berbagai umur reklamasi menujukan bahwa kelas
tekstur tanah yang paling mendominasi pada lahan tailing adalah lempung,
lempung liat berpasir, lempung berpasir, pasir, dan pasir berlempung. Tanah
yang mengalami pencucian akibat penambangan timah dapat menghasilkan
tailing, sehingga mengakibatkan kehilangan bahan organik, liat, dan mineral
yang terkandung didalamnya. Tanah lapisan atas kaya akan fraksi pasir, secara
fisik kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman budidaya, akibatnya
daya ketersedian airnya rendah. Daya kapasitas pegang air di tanah yang
berfraksi pasir sangat rendah yaitu bekisar 5%-10%, sementara air optimal
yang tersedia untuk tanaman bekisar 50-100 mm (Rusli et. al 2016)
Sifat kimia tanah di lahan pasca penambangan timah memiliki derajat
kemasaman tanah berkisar antara pH 3,46-5,30. Kadar N-Total pada berbagai
umur lahan reklamasi masih tergolong rendah, berkisar antara 0,06 % sampai
dengan 1,08 %. Kandungan P-tersedia pada lahan-lahan bekas tambang masuk
dalam kategori rendah. Secara umum KTK pada lahan tailing memiliki nilai
KTK yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah atas. Tjahyana dan ferry
(2011) melaporkan bahwa, lahan bekas tambang timah berumur 3 tahun
mengandung Pb sebesar 12 ppm dan pH 5,1 serta kadar NPK yang rendah
dengan kadar N-total 0,01%, P0,15 ppm, dan K 0,03 me/100g.

2.6 Pupuk Organik Cair Kulit Nenas


Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan-
bahan organik yang beraasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia
yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito 2012). Pupuk
organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat
bervariasi dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan
9

atau memperbaiki kesuburan tanah. Keuntungan penggunaan pupuk organik


cair yaitu pengaplikasiannya lebih mudah dibandingkan dengan pupuk organik
padat. Menurut Simamora dan Salundik 2005 dalam Cesaria et al. (2014) unsur
hara yang terdapat pada pupuk organik cair mudah terserap tanaman karena
mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat.
Menurut Hefriyandi (2015) pemanfaatan limbah kulit nenas dengan campuran
kotoran ayam memiliki kandungan N 2,22%, posfor 1,44%, kalium 0,42%, C-
organik 31,00%, dan C/N rasio 13,28%. Bahan baku yang digunakan untuk
membuat pupuk organik cair yaitu dari limbah kulit nenas yang dipotong kecil-
kecil. Ukuran bahan yang semakin kecil, maka proses pengomposan akan lebih
cepat dan lebih baik karena mikroorganisme lebih mudah beraktivitas pada
ukuran yang lebih kecil daripada ukuran yang besar (Yuwono 2006).

2.7 Hipotesis
1. Konsentrasi pupuk organik cair memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah di tailing pasir lahan
pasca tambang timah.
2. Pupuk organik cair kulit nenas dengan dosis 65 mL/liter air memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah
di tailing pasir lahan pasca tambang timah.
10

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember2018 – April
2019 di Lahan Pasca Tambang Timah di Air Jangkang Kabupaten Bangka.
Analisis sifat fisik, kimia tanah dan pupuk organik dilakukan di laboratorium
bioteknologi lingkungan, Indonesian Center for Biodiversity and
Biotechnology (ICBB) Bogor.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat tulis, botol plastik
ukuran 1,5 L, cangkul, gelas ukur 10 mL, wadah ukuran 200 L, gelas ukur 1 L,
kamera, meteran, parang, penggaris, plastik, oven, chlorophylmeter, timbangan
dan analitik. Bahan yang digunakan yaitu benih kacang tanah varietas Tuban,
pupuk kotoran sapi, kulit nenas, gula merah, dan NPK phonska 15:15:15.

3.3 Metode Penelitian


Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen. Rancangan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) non faktor. Perlakuan yang diberikan yaitu P0 (NPK
phonska 15:15:15), P1 (35 mL/L air), P2(65 mL/L air), P3(95 mL/L air), P4
(125 mL/L air), dan P5 (150 mL/L air). Masing-masing perlakuan diulang 4
kali sehingga diperoleh 24 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 20
tanaman, sehingga terdapat 480 populasi tanaman. Setiap unit percobaan
diambil 6 sampel tanaman, sehingga terdapat 144 sampel tanaman.
11

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Pengelolaan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian adalah lahan tailing pasir
pasca tambang timah. Kemudian lahan diukur dengan ukuran 12,5 m x
6,0 m. Kegiatan diawali dengan pembersihan lahan dari rumput, semak,
dan serasah gulma lainnya dengan cara mekanis yaitu pencabutan dan
penyiangan. Petak-petak percobaan dibuat dengan ukuran 1,8m x 0,5 m
sebanyak 24 petak. Setelah itu lahan diolah dengan cangkul dan diberi
pupuk kotoran sapi. Pemberian pupuk kotoran sapi dilakukan per lubang
tanaman sebanyak 120 g/tanaman. Menurut Rukmini (2017) dosis pupuk
yang menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu dosis pupuk kandang
sebesar 30 ton/ha.

3.4.2 Pembuatan Pupuk Organik Cair


Pembuatan pupuk organik cair dari kulit nenas berdasarkan
Rambitan (2013) dibuat dari bahan yaitu kulit nanas 10 kg, gula merah
200 g, dan air 10 L. Kulit nenas dicincang menjadi kecil, kemudian
masukkan gula merah 200 g dan air 10 L kedalam ember cat berukuran
25 kg. Setelah semua bahan tercampur, tutup rapat ember cat dengan
plastik hitam. Kulit nenas ini didiamkan selama 40 hari dan diaduk satu
kali dalam seminggu. Pupuk organik cair kulit nenas yang telah matang
dapat dilihat dari ciri fisiknya antara lain terjadinya penurunan volume,
warnanya menjadi coklat kehitaman, dan bahannya menjadi
lunak/hancur (Isroi & Yuliarti 2009). Apabila ciri fisik telah terjadi,
selanjutnya dilakukan pemisahan antara cairan dengan padatan yang
akan diambil dengan saringan.

3.4.3 Persiapan Benih dan Penanaman


Benih kacang tanah yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas
Tuban. Penanaman dilakukan pada sore hari dengan cara ditugal pada
kedalaman 2 – 3 cm dengan 2 benih setiap lubang tanam. Jarak tanam yang
digunakan adalah 40 cm x 10 cm. Setelah tanaman berumur 14 hari dilakukan
12

proses penjarangan dengan cara digunting sehingga mendapatkan 1 tanaman


per lubang tanaman. Penjarangan dilakukan untuk mendapatkan keseragaman
tumbuh tanaman kacang tanah sehingga didapat populasi perpetak 20
tanaman.

3.4.4.Aplikasi POC
Pemberian POC pada tanaman kacang tanah berdasarkan (Effendy
2011) dilakukan pada interval 7 hari dimulai setelah 10 hari setelah tanam
(HST) dengan dosis sesuai perlakuan. Pemberian POC 250 mL/tanaman yang
sudah dilakukan pengenceran dan berlangsung hingga panen.

3.4.5 Aplikasi NPK phonska 15:15:15


Pemberian NPK phonska dilakukan pada tanaman kacang tanah
sebanyak 0,8 gram/tanaman, yaitu pada 1 MST dengan 1/3 dosis dan pada 3
MST dengan 2/3 dosis. NPK phonska diberikan ke tanaman yang mendapat
perlakuan kontrol dan pemberiannya dilakukan dengan cara ditebar di
sekeliling tanaman kacang tanah, kemudian ditutup kembali dengan tanah.

3.4.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan,
pembubunan, penyiraman, dan pengendalian hama. Penyulaman dilakukan
maksimal sampai tanaman berumur 14 HST dengan menggantikan tanaman
yang mati dan tidak tumbuh. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma
yang tumbuh di dalam petak. Pembumbunan dilakukan pada tanaman
berumur 14 HST dan 21 HST dengan cara membumbun pangkal batang
kacang tanah dengan tanah seperti guludan. Penyiraman dilakukan 2 kali
sehari yaitu pagi dan sore, disesuaikan dengan keadaan tanah dan cuaca.
Pengendalian hama dilakukan secara mekanis, tetapi jika sudah melewati
ambang batas dilakukan secara kimia dengan melakukan penyemprotan
insektisida sesuai dengan jenis hama yang menyerang tanaman.
13

3.4.7 Panen
Panen dilakukan saat tanaman telah berumur 93 hari atau memiliki
ciri-ciri sebagian besar daun sudah berubah warna dari hijau menjadi
kekuningan dan mulai rontok, kulit polong telah mengeras dan telah berwarna
coklat, biji telah mengisi penuh, kulit polong tipis dan bewarna mengkilat.

3.5 Peubah yang Diamati


3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari leher akar hingga titik tumbuh
tertinggi. Pengukuran dilakukan dua minggu setelah tanam sampai panen
dengan selang 2 minggu sekali. Alat yang digunakan yaitu penggaris.

3.5.2 Jumlah Daun (helai)


Pengukuran daun dilakukan dengan menghitung semua daun yang
telah berbentuk sempurna. Pengukuran dilakukan satu kali dalam 2
minggu sampai panen.

3.5.3 Waktu Berbunga Tanaman (hari)


Pengamatan dilakukan dari awal tanam sampai berbunga pada
masing masing tanaman sampel.

3.5.4 Kandungan Klorofil (CCI)


Kandungan klorofil dilakukan dengan menggunakan
chlorophymeter. Daun yang akan diukur yaitu daun yang sudah bewarna
hijau tua. Pengamatan dilakukan setelah tanaman berbunga pada daun
ketiga dari pangkal daun setiap sampel perlakuan

3.5.5 Persentasi Polong Bernas (%)


Persentasi polong bernas dihitung pada saat panen yaitu diambil
dari sampel tanaman perpetak perlakuan. Tanaman kacang tanah dicabut
selanjutnya polong kacang tanah dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu
dilakukan perhitungan persentasi polong bernas. Rumus untuk
mengetahui persentasi polong bernas yaitu:
14

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑛𝑎𝑠


% polong bernas = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔

3.5.6 Rasio Tajuk/Akar


Pengamatan rasio tajuk/akar dengan membandingkan bobot
kering tajuk dan bobot kering akar . Perhitungan bobot kering tajuk dan
bobot kering akar dilakukan setelah panen, dengan mencabut tanaman
sampel kacang tanah. Tanah yang menempel pada akar tanaman
dibersihkan terlebih dahulu. Bagian tajuk dan akar dipisahkan dengan
memotong pada bagian pangkal batang tanaman. Setelah dipisahkan,
tajuk dan akar dimasukan kedalam oven selama 2 x 24 jam pada suhu
700C. Selanjutnya dilakukan penimbangan bobot kering tajuk dan bobot
kering akar dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah dihitung
bobot kering akar dan bobot kering tajuk, kemudian menghitung rasio
tajuk/akar dengan rumus
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑗𝑢𝑘
Rasio tajuk/akar = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑟

3.5.7 Jumlah Biji (biji per tanaman)


Jumlah biji dihitung dengan menghitung seluruh biji tanpa
polongnya per tanaman dari masing-masing sampel.

3.5.8 C-Organik (%)


Pengukuran kandungan C-Organik dilakukan pada awal dan
terakhir pada lahan pasca penambangan timah. Pengukuran ini dilakukan
dengan metode analisis Walkey and Black (Eviati & Sulaeman 2009).

3.5.9 Analisis Kimia POC


Analisis kimia ini dilakukan untuk mengetahui kandungan hara
yang terdapat pada POC kulit nenas dengan parameter yang diuji yaitu
N, P dan K. Analisis dilakukan dilaboratorium bioteknologi lingkungan,
Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) Bogor.
15

3.5.10 Derajat Keasaman Tanah (pH)


Derajat keasaman tanah pada lokasi penelitian diukur dengan soil
tester. Cara pengukurannya yaitu soil tester ditancapkan ke dalam tanah
per bedeng tanaman, kemudian dilihat berapa jumlah pH tanah.
Pengukuran dilakukan di awal dan di akhir penelitian.

3.6 Analisis Data


Data dianalisis menggunakan sidik ragam dengan taraf
kepercayaan 95%. Jika hasil menunjukan pengaruh nyata, maka dilanjutkan
dengan uji lanjut menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf
kepercayaan 95%. Analisis dilakukan menggunakan software SAS (Statistical
Analystis System).
16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Sidik Ragam


Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan perlakuan
pemberian pupuk pupuk organik cair kulit nenas dengan dosis yang berbeda
tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang tanah. Parameter pengamatan yang diamati pada penelitian ini
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, waktu bebunga, jumlah kandungan klorofil,
persentase polong bernas, jumlah biji, dan rasio akar/tajuk dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam aplikasi pupuk organik cair kulit nenas
dengan konsentrasi yang berbeda
Dosis Pemberian Pupuk Organik Cair
Parameter F-hit Pr>f KK (%)
Tinggi Tanaman (cm)
12 MST 1,63tn 0,197 18.885
Jumlah Daun (helai)
12 MST 0,97tn 0,496 32,863
tn
Waktu Berbunga (hari) 0,45 0,818 2,839
Kandungan Klorofil 2,47tn 0,063 17,843
(CCI)
Persentase Polong 1,64tn 0,955 23,536
Bernas (%)
Jumlah biji 1,63tn 0,196 23,518
(biji/tanaman)
Rasio tajuk/akar 0,43tn 0,883 44, 578
Keterangan: tn : Berpengaruh tidak nyata
KK : Koefisien Keragaman
Pr>f : Nilai Probability

4.1.1 Tinggi tanaman

Tinggi tanaman pada tanaman kacang tanah memberikan


pengaruh tidak nyata pada setiap perlakuan, perlakuan 125 mL cenderung
memberikan hasil lebih baik pada pengamatan 12 MST dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Perlakuan 150 mL memberikan hasil
cenderung lebih rendah pada pengamatan 12 MST.
17

35
30 P0 (kontrol)
Tinggi tanaman (cm) 25
P1 (35 mL)
P2 (65 mL)
20 P3 (95 mL)
15 P4 (125 mL)
P5 (150 mL)
10
5
0
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
Minggu Setelah Tanam (MST)

Gambar 1. Tinggi tanaman kacang tanah dengan perlakuan pupuk organik cair
selama 12 MST

4.1.2 Jumlah daun


Jumlah daun pada tanaman kacang tanah memberikan pengaruh
yang tidak nyata pada setiap perlakuan, perlakuan 125 mL mengalami
penambahan jumlah daun cenderung lebih tinggi pada minggu ke 12.
Jumlah daun cenderung lebih banyak terdapat pada perlakuan 125 mL dan
jumlah daun terendah pada perlakuan 150 mL
90
80
Jumlah Daun (helai)

70 P0(kontrol)
60
P1 (35 mL)
50
40 P2 (65 mL)
30 P3 (95 mL)
20
10 P4 (125 mL)
0 P5 (150 mL)
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Minggu Setelah Tanam (MST)

Gambar 2. Jumlah daun kacang tanah dengan perlakuan pupuk organik


cair selama 12 MST

4.1.3 Waktu Berbunga (hari)


Waktu berbunga pada tanaman kacang tanah memberikan
pengaruh yang tidak nyata pada setiap perlakuan. Nilai rerata peubah pada
waktu bunga cenderung lebih cepat terdapat pada perlakuan 95 mL,
18

sedangkan waktu berbunga paling lama pada perlakuan 35 mL, 125 mL,
dan 150 mL.
31
30,5 30,5 30,5
waktu berbunga

30 30
(hari)
30
29,5

29
P0 (kontrol) P1 (35 mL) P2 (65 mL) P3 (95 mL) P4 (125 mL) P5 (150 mL)

Waktu Berbunga

Gambar 3.Waktu berbunga tanaman kacang tanah dengan perlakuan


pupuk organik cair

4.1.4 Jumlah kandungan Klorofil (CCI)


Jumlah kandungan klorofil pada tanaman kacang tanah
mmberikan pengaruh yang tidak nyata pada setiap perlakuan. Hasil jumlah
kandungan klorofil cenderung lebih tinggi pada perlakuan 35 mL dan yang
paling rendah pada perlakuan 150 mL.

20
Jumlah kandungan klorofil

16,82 17,05
14,56
15 12,93 12,15 11,23
(CCI)

10

0
P0 (kontrol) P1 (35 mL) P2 (65 mL) P3 (95 mL) P4 (125 mL) P5 (150 mL)
Kandungan klorofil

Gambar 4. Jumlah kandungan klorofil tanaman kacang tanah dengan


perlakuan pupuk organik cair.

4.1.5 Persentase Polong Bernas


Persentase polong bernas pada tanaman kacang tanah memberikan
pengaruh yang tidak nyata pada setiap perlakuan. Nilai persentase polong
bernas cenderung lebih tinggi terdapat pada perlakuan 35 mL dan yang
paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol.
19

80

peresentase polong
59,61 56
bernas (%)
60 50,87 54,04
48,73
37,82
40

20

0
P0 (kontrol) P1( 35 mL) P2 (65 mL) P3 (95 mL) p4 (125 mL) P5 (150 mL)

Persentase Polong Bernas

Gambar 5. Persentase polong bernas tanaman kacang tanah dengan


perlakuan pupuk organik cair.

4.1.6 Jumlah Biji


Jumlah biji pada tanaman kacangg tanah memberikan pengaruh
yang tidak nyata pada setiap perlakuan. Jumlah biji cenderung lebih tinggi
terdapat pada perlakuan 35 mL dan yang paling rendah pada perlakuan
kontrol.

70
Jumlah biji ( biji/tanaman)

59,6
60 53,91 56
50,82
50
37,82 37,82
40
30
20
10
0
PO (kontrol) P1 (35 mL) P2 (65 mL) P3 (95 mL) P4 (125 mL)P5 (150 mL)

jumlah biji

Gambar 6. Jumlah biji tanaman kacang tanah dengan perlakuan pupuk


jidsjdsjvksf forganik cair.

4.1.7 Rasio Tajuk/Akar


Rasio tajuk/akar pada tanaman kacang tanah memberikan yang
tidak nyata pada setiap perlakuan. Nilai rasio tajuk/akar cenderung lebih
tinggi terdapat pada perlakuan 125 mL dan yang paling rendah pada
perlakuan 65 mL.
20

35

Jumlah rasio tajuk/akar


28,65
30 25,29
25 22,24 22,77
20,95
19,13
20
15
10
5
0
P0 (kontrol) P1 (35 mL) P2 (65 mL) P3 (95 mL) P4 (125 mL) P5 (150 mL)

Rasio tajuk/akar

Gambar 7. Rasio tajuk/akar tanaman kacang tanah dengan perlakuan


pupuk organik cair.

4.1.8 Hasil Analisis Kimia C-organik dan pH tanah


Hasil analisis menunjukan kandungan C-organik pada tailing
pasir terdapat penambahan pada perlakuan yang diberikan pupuk organik
cair, akan tetapi pada perlakuan kontrol hasil analisisnya sama di awal dan
akhir penelitian. Hasil analisis awal yaitu 0,35% dan analisis akhir
tertinggi yaitu 0,47%. Hasil analisis juga menunjukan adanya perubahan
pH di awal dan akhir penelitian. Hasil analisis awal yaitu 6,1 dan hasil
analisis akhir pada perlakuan kontrol yaitu 5,9, perlakuan 35 mL yaitu 6,
perlakuan 65 mL yaitu 6,1, perlakuan 95 mL yaitu 6,2, perlakuan 125 mL
yaitu 6,2, dan perlakuan 150 mL yaitu 6 (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil analisis kimia tanah pada awal dan akhir penelitian
Perlakuan
Parameter Awal Akhir
P0 P1 P2 P3 P4 P5
C-Organik (%) 0,35 0,35 0,42 0,45 0,47 0,43 0,47
pH 6,1 5,9 6 6,1 6,2 6,2 6
Keterangan : Kandungan C-Organik didapat berdasarkan analisa di
Laboratorium Indonesian Center for Biodiversity and
Biotechnology (ICBB) Bogor.

4.1.9 Hasil Analisis Kimia Pupuk Organik Cair Kulit Nenas


Hasil analisis menunjukan kandungan kimia pada pupuk organik
cair kulit nenas yaitu C-Organik 1,33%, pH 3,72, Nitrogen 0,07%, P2O5
21

0,02%, K2O 0,14% (Tabel 3). Hasil analisa tersebut masih dibawah standar
mutu menurut Permentan Nomor 70 (2011).
Tabel 3. Hasil analisis kimia Pupuk Organik Cair
Sampel Standar
Parameter Keterangan
POC Mutu
C-Organik 1,33% Min 6 Dibawah standar
pH 3,72 4–9 Dibawah standar
Nitrogen 0,07% 3–6 Dibawah standar
P2O5 0,02% 3–6 Dibawah standar
K2O 0,14% 3–6 Dibawah standar
Sumber : Perbandingan POC dengan standar mutu pupuk organik cair
berdasarkan Permentan Nomor 70 (2011)

4.2 Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pemberian pupuk
organik cair kulit nenas pada tanaman kacang tanah memberikan pengaruh yang
tidak nyata pada semua peubah yang diamati (Tabel 1). Peubah yang diamati
pada penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, waktu berbunga, jumlah
kandungan klorofil, persentase polong bernas, jumlah biji, dan rasio tajuk/akar.
Rerata tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukan pengaruh berbeda
tidak nyata pada semua perlakuan. Perlakuan 125 mL menunjukan hasil
cenderung lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada pengamatan
12 MST terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal ini diduga aplikasi pupuk
organik cair kulit nenas yang dilakukan secara rutin mengakibatkan kandungan
hara pada pupuk organik cair dapat mengimbangi pupuk kimia (Dermawan
2018). Hasil analisis pupuk organik cair yang berasal dari kulit nenas
mengandung unsur hara 0,07% N, 0,02% P, 0,14% K, dan 1,35% C-organik.
Hasil analisa tersebut diduga sudah dapat mencukupi kebutuhan hara untuk
pertumbuhan tanaman kacang tanah. Menurut Mardianto (2014) bahwa unsur
hara nitrogen mampu mendorong dan mempercepat pertumbuhan dan
pertambahan tinggi tanaman. Menurut Fairhurst et al. (2007) bahwa bila
nitrogen diberikan cukup pada tanaman, kebutuhan akan hara lain seperti fosfor
meningkat untuk mengimbangi laju pertumbuhan tanaman yang cepat.
22

Terjadinya pertambahan tinggi tanaman juga berhubungan dengan


peningkatan jumlah daun. Menurut Parintak (2018) unsur nitrogen dan fosfor
sangat berpengaruh terhadap penambahan jumlah daun, dimana ketersediaan
unsur hara yang cukup didalam tanah akan diserap oleh akar tanaman dan dapat
memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman. Menurut Rina (2015)
menyatakan bahwa nitrogen berfungsi untuk menyusun asam amino (protein),
asam nukleat, nukleotida, dan klorofil pada tanaman, sehingga dengan adanya
nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
Waktu berbunga kacang tanah varietas tuban yaitu berkisar antara 28
sampai 31 hari. Pada hasil penelitian, perlakuan 95 mL merupakan perlakuan
yang waktu berbungannya cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, sedangkan yang paling lama yaitu pada perlakuan 35 mL dan
150 mL. Hal ini berarti umur berbunga tanaman kacang tanah masih berada
dikisaran yang normal pada proses pembungaan. Dalam fase pembungaan yang
dibutuhkan adalah fosfor. Menurut Munawar (2011) pasokan P yang cukup
mengkibatkan pertumbuhan perakaran meningkat, sehingga serapan hara dan air
meningkat sehingga P berfungsi mempercepat pembungan dan pemasakan buah
dan biji. Selain itu, waktu berbunga tanaman kacang tanah juga dipengaruhi oleh
suhu udara. Menurut Wahyu et al. (2016) suhu udara berpengaruh terhadap
o
masalah pembungaan, dimana suhu optimum berkisar antara 27-30 C.

Jumlah kandungan klorofil pada tanaman kacang tanah menunjukan


hasil bahwa perlakuan 35 mL merupakan jumlah klorofil yang cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga nitrogen yang
tersedia telah digunakan tanaman untuk proses fisiologisnya. Menurut Jemrifs et
al. (2013) nitrogen merupakan hara makro esensial yang erat kaitannya dengan
pembentukan klorofil. Menurut Laily (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan klorofil yaitu gen, cahaya, unsur N, Mg, Fe sebagai pembentuk
dan katalis dalam sintesis klorofil.
Rerata persentase polong bernas dan jumlah biji pada tanaman kacang
tanah menunjukan hasil bahwa perlakuan 35 mL cenderung lebih tinggi
23

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga berkaitan dengan


kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik cair yang diberikan
setiap satu minggu sekali dan kondisi lingkungan seperti kesuburan tanah yang
rendah dan kekurangan air atau tergenang. Menurut Purwono dan Purnawati
(2007) meskipun kacang tanah toleran terhadap tanah kering dan masam akan
tetapi kondisi lingkungan berpengaruh pada banyaknya polong berisi. Jumlah
biji pada tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh peranan air selama periode
pengisian polong. Menurut Trustinah (2016) kekurangan air akan mengurangi
laju pertumbuhan biji, dan bila keadaan tersebut berlangsung lebih panjang,
maka hasil dapat menurun secara drastis karena meningkatnya jumlah biji yang
keriput dan gugur. Hal ini juga diduga bahwa cara pemupukan, faktor
lingkungan, dan tingkat kesuburan tanah mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang tanah. Sutedjo (2008) pemupukan harus memenuhi 3
tepat yaitu tepat waktu pemberian pupuk, tepat dosis, dan tepat jenis pupuk,
sehingga semua unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dapat terpenuhi.
Hasil tanaman yang diperoleh pada penelitian ini tergolong rendah
dibandingkan hasil tanaman kacang tanah pada budidaya umumnya. Hal ini
salah satunya disebabkan adanya organisme pengganggu tanaman (OPT). Saat
penelitian ditemukan beberapa gejala serangan hama dan penyakit yang
menyerang tanaman kacang tanah. Gejala tersebut seperti daun yang hanya
menyisakan tulang daun saja, tanaman yang kelihatan layu seperti disiram air
panas, dan bintil-bintil cokelat pada daun. Menurut Supriati dan Sudjadi (2001)
berbagai OPT seperti pathogen penyakit, hama serangga, dan tikus serta gulma
dapat menjadi pembatas hasil tanaman kacang tanah.
Jumlah rasio tajuk/akar pada tanaman kacang tanah menunjukan hasil
bahwa perlakuan 125 mL merupakan rasio tajuk/akar cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan yang paling rendah pada
perlakuan 65 mL. Semakin besar nilai rasio tajuk akar maka berat kering tajuk
semakin kecil dan berat kering akar semakin besar, begitu pula sebaliknya
apabila nilai rasio tajuk akar makin kecil berarti berat kering tajuk semakin besar
dan berat kering akar semakin kecil (Pratiwi 2011) Kebutuhan hara dan
24

ketersediaan air bagi tanaman sangat menentukan peningkatan rasio tajuk/akar.


Menurut Sandari dan Yulia (2016) ketersediaan unsur hara akan menentukan
produksi berat kering tanaman yang merupakan hasil dari tiga proses yaitu
proses pemupukan asimilat melalui fotosintesis, respirasi, dan akumulasi.
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan kandungan C-organik
pada tailing pasir terdapat penambahan pada perlakuan yang diberikan pupuk
organik cair, akan tetapi pada perlakuan kontrol hasil analisisnya sama dari awal
dan akhir. Hasil analisis awal yaitu 0,35% dan pada analisis akhir cenderung
lebih tinggi yaitu 0,47%. Meskipun tidak terlalu tinggi jumlah penambahannya
diduga terjadi karena aktivitas mikroorganisme didalam tanah. Menurut
Naritatih et al.(2013) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kandungan karbon
dalam tanah dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme dalam memrombak
bahan organik tanah. Tingkat kesuburan tanah yang rendah mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana kandungan tailing pasir pasca
tambang timah yaitu C-Organik 0.09 %, K+ 0,01 cmol(+)/kg, Ca+ 3,94
cmol(+)/kg, Mg++ ),79 cmol(+)/kg, dan kapasitas tukar kation 1,09%, serta hara
yang rendah seperti N total yaitu 0,02% (Juwita 2018). Sejalan dengan penelitian
Asmarhansyah (2016) menunjukan bahwa lahan bekas tambang timah
mempunyai tingkat kesuburan yang sangat rendah, dimana nilai pH tanah sangat
masam, kadar C-Organik, hara N, P, dan K, kapasitas tukar kation dan kejenuhan
basa sangat rendah.
Pengaplikasian pupuk organik cair kulit nenas satu kali dalam seminggu
memiliki potensi kemampuan yang mendekati pupuk kimia. Meskipun
kandungan unsur hara yang ada pada pupuk organik cair kulit nenas hanya
sedikit dibandingkan dengan pupuk kimia, akan tetapi pupuk organik cair kulit
nenas memiliki unsur hara yang lengkap dibandingkan dengan pupuk kimia,
dimana pupuk kimia seperti NPK phonska hanya mengandung unsur hara seperti
N, P, dan K saja. Menurut Jovita (2018) tanaman untuk pertumbuhan dan
produksinya membutuhkan unsur hara makro dan mikro, diantaranya dalah
karbon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K),
Kalsium (Ca), Magnesium (mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Borong
25

(Br), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn), daan Klor (Cl). Sebagian dari unsur-unsur
hara tersebut terdapat pada pupuk organik cair kulit nenas, dimana menurut Rizal
et al. (2018) unsur hara makro yang terdapat pada POC limbah kulit nenas adalah
Phospat, Kalium, Nitrogen, Kalsium, dan magnesium, sedangan unsur hara
mikro adalah Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Tanaman kacang tanah yang diaplikasikan pupuk organik cair kulit nenas
menunjukan pertumbuhan dan hasil yang mendekati penggunaan pupuk
phonska di lahan tailing pasir pasca tambang timah.
2. Dosis pupuk organik cair kuit nenas 35 mL/L air memberikan pengaruh
yang cenderung lebih baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah di lahan tailing pasir pasca tambang timah.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan penambahan EM4 saat
pembuatan pupuk organik cair dan mempertimbangkan waktu pemberian
pupuk kimia, serta lebih mengawasi tanaman dari serangan organisme
pengganggu tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ang LH, Ho WM. 2002. Affrorestation of Tin Tailings in Malaysia.


http://www.elib.edu.et/openbitstream/123456789/12382/2/1002438.pdf.
[diakses 11 Oktober 2018]

Ardianto A. 2015. Karateristik Morfologi, Sifat Fisik dan Kimia Tanah dan Bahan
Tailing Bekas Penambangan Timah Pada Berbagai Umur Reklamasi Di Pulau
Bangka. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Asmarhansyah. 2016. Karateristik dan Strategi Pengelolaan Lahan Bekas Tambang


Timah di Kepulauan Bangka Belitung. Prosiding. Seminar Nasional Inovasi
Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi “Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi
Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan. Banjarbaru. Balai
Pengakajian Teknologi Pertanian

Astriani D, Dinarto W. 2012. Produktivitas Kacang Tanah di Lahan Kering pada


Berbagai Intensitas Penyiangan. Yogyakarta : J. Agrisains 3(4)

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Kacang Tanah Bangka Belitung. http://babel.go.id. [diakses 10 Oktober
2018]

[BPS] Badan Pusat Statistik Nasional. 2016. Luas Panen, Produksi, dan
Produktivitas Kacang Tanah Indonesia. http://www.bps.go.id. [diakses 10
Oktober 2018]

Caesaria R Y, Wirosoedarmo R, Suharto B. 2014. Pengaruh Penggunaan Starter


Terhadap Kualitas Fermentasi Limbah Cair Tapioka Sebagai Alternatif
Pupuk Cair. Jurnal Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
http://download.portalgaruda.Org/article=315671&title=uju%20kualitas%2
0%pupuk%20organik%20cair%20dari%20berbagai%20macam%20%20mik
roorganisme%20lokal%20. [diakses 7 November 2018]

Cahyono B. 2007. Kacang Tanah. Semarang: Rineka Cipta

Darmawan N. 2018. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo


L) di Tanah Ultisol dengan Penambahan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit
Nenas. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi. Universitas
Bangka Belitung.

Effendi A. 2013. Respon Pertumbuhan Tanaman Sawi Terhadap Dua Macam


Pupuk Organik Cair. [Skripsi] Yogyakarta: Universitas Mercu Buana
Eviati, Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah Tanaman, Air, dan Pupuk . Petunjuk
Teknis Edisi 2. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/juknis/juknis_kimi
a2.pdf?secure=true

Fairhurst T, Witt C. Buresh R, Dobermann A. 2007. Padi, Panduan Praktis


Pengelolaan Hara. IRRI

Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan.Cetakan ke 6. Yogyakarta.


Kanisius.

Fauzi Z R. 2010. Evaluasi Ketahanan Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis


hypogaea L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia arachidis Speg.)
[Skripsi]. Malang: Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.

Hadisuwito S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT Agromedia


Pustaka

Hefriyandi. 2015. Kualitas Pupuk Organik Limbah Kulit Nenas dengan


Penambahan Kotoran Ayam [skripsi]. Sungailiat: Jurusan Agrotteknologi
Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi. Universitas Bangka Belitung.

Inonu I, Budianta D, Harun M U, Yakub, Wiralaga A Y A. 2011. Ameliorasi Bahan


Organik pada Media Tailing Pasir Pasca Tambang Timah Untuk
Pertumbuhan Bibit Karet. J Agrotropika 16 : 45-51

Isroi, Yuliarti N. 2009. Kompos Cara Mudah, Murah, dan Cepat Menghasilkan
Kompos. Yogyakarta: Andi

Jemrifs H, Sorbai H, Prajitno D, dan Syukur A. 2013. Pertumbuhan dan Hasil


Jagung pada Berbagai Pemberian Pupuk Nitrogen di Lahan Kering Regosol.
J UGM. Ilmu Pertanian 16 (1) 77-89

Jovita D. 2018. Analisis Unsur Hara Makro (K, Ca, Mg) Mikro (Fe, Zn, Cu) pada
Lahan Pertanian Dengan Metode Inductively Coupled Plasma Optical
Emission Spectrofotometry (ICP-OES). [Skripsi]. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung

Juarsah I, Purwani J. 2014. Pengaruh Pengelolaan Bahan organik pada lahan Sub
Optimal terhadap Sifat Fisik Tanah dan Produktivitas Kedelai. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 265-272.

Juwita C. 2018. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon


nardus L.) di Lahan Pasca Penambangan Timah dengan Penambahan Pupuk
Hayati dan Pupuk NPK. [Skripsi]. Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian
Perikanan dan Biologi. Universitas Bangka Belitung

Kusuma M E. 2012. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang terhadap Kualitas


Bokashi. J Ilmu Hewani Tropika. 1(2)41-46.

Laily A N. 2015. Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli (Hedychium


gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah Perkembangan
Daun yang Berbeda. Prosiding. Seminar Nasional Konservasi dan
Pemanfaatan Sumber Daya Alam. 216-219

Mardianto R. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Cabai (Capsicum annum L.) dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Tithonia dan Gamal. Malang:Jurusan
Agroteknologi Malang: Universitas Muhammadiyah.
https://anzdoc.com/pertumbuhan-dan-hasil-cabai--html [diakses 11 Juni
2019]

Marzuki R. 2007. Bertanam Kacang Tanah Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB press

Naritatih I, Damanik M M B, Sitanggang G. 2013. Ketersediaan Nitrogen pada Tiga


Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya pada Tanaman
Jagung. J online Agroteknologi 1 (3)

Nurtjahya E, Agustina F, Putri WAE. 2008. Neraca Ekologi Penambangan Timah


di Pulau Bangka (Studi Kasus Pegalihan Fungsi Lahan di Ekosistem Darat. J.
Berkala Penelitian Hayati 14 : 29-38

Oentari A.P. 2008. Pengaruh pupuk kalium terhadap kapasitas source sink pada
enam varietas kacang tanah (arachis hypogae L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas
pertanian institut pertanian bogor.

Parintak R. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Dari Limbah Buah
Pepaya dan Kulit Nanas Terhadap Pertumbuhan Kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir). [Skripsi]. Juruan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma

[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2011. Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan
Pembenah Tanah.
http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan;70;11.pdf [diakses
06 Juli 2019]

Pitojo. 2010. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta. Kanisius


Pratiwi N I. 2011. Pengaruh Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim. [Skripsi]. Jurusan Agronomi
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret

Purwono , Purnawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul . Depok: Penebar


Swadaya

Rahmianna AA, Pratiwi H, Harnowo D.2011. Budidaya Kacang Tanah. Malang:


Monograf Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 13: 133-169.

Rambitan VMM, Mirna PS. 2013. Pengaruh Pupuj Kompos Cair Kulit Pisang
Kepok (Musa paradisiaca L.) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogae L.) Sebagai Penunjang Pratikum Fisiologi
Tumbuhan. J Edubio Tropika 1(1): 493-502.

Respati EL et al. 2013. Kacang tanah. Bulletin Konsumsi Pangan Pusdatin (Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian)4(1) : 6-15.

Rina. 2015. Manfat Unsur N, P, K bagi Tanaman. Badan Litbang Pertanian,


Kalimantan Timur

Rizal M, Surtinah, Suri N. 2018. Pengujian Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik
Cair Kulit Nenas (POC) Limbah Kulit Nenas. J Ilmiah Pertanian 14 (2)

Rukmana. 2007. Budidaya Kacang Tanah.Yogyakarta. Kanisius.

Rusli, Yulius F, Bariot H, Edi W. 2016. Keefektifan Pembenah Tanah, Pemupukan,


dan Mikoriza Untuk Pertumbuhan Tanaman Karet di Lahan Bekas Tambang
Timah. J TIDP 3(3): 175-184.

Sandari S, Yulia A E. 2016. Pemberian Beberapa Jenis Kompos Terhadap


Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis) pada Stum Mini Klon PB260
dan Avros 2037. J JOM Faperta 3 (1)

Saptaningrum H. 2001. Karaterisasi dan Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Bekas Galian Tambang (Tailing) dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan
Vegetasi. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sumarno. 2015. Status Kacang Tanah di Indonesia. Monograf Balitkabi. Balai


Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Supriati Y, Sudjadi M. 2001. Perbaikan Teknologi Produksi Tanaman Kacang


Tanah. Buletin AgroBio 4(2) 62-68
Suryantini. 2015. Pembintilan dan Penambatan Nitrogen pada Tanaman Kacang
Tanah. Malang: Monograf Balitkabi. Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi

Sutedjo M M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta

Tjahyana E, Ferry. 2011. Revegtasi Lahan Bekas Tambang Timah dengan Tanaman
Karet (Hevea brasillensis). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Aneka Tanaman Industri.

Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang tanah. Malang: Monograf


Balitkabi 13: 40-59.

[USDA] United States Departement of Agriculture. 2019. Classification for


Kingdom Plantae Down to Species Arachis hypogaea L.
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classid=
ARHY [08 Agustus 2019]

Wijaya A. 2011. Pengaruh Pemupukan Dan Pemberian Kapur terhadap


Pertumbuhan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogae L.) [skripsi].
Bogor: Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Yuwono. 2006. Kecepatan Dekomposisi dan Kualitas Kompos Sampah Organik. J


Inovasi Pertanian. 4(2): 116-123.
LAMPIRAN
33

Lampiran 1. Prosedur pengukuran C-Organik dengan metode Walkey dan Black


Cara kerja :
Timbang tanah yang telah lolos saringan 0,5 mm sebanyak 0,5 gram, setelah itu
tambahkan 10 ml K2Cr2O7 IN, tambahkan 20 ml H2SO4 dengan pipet lalu sambil
digoyang, biarkan hingga dingin, encerkan sampai 250 ml dengan aquades,
tambahkan 6 – 7 tetes feroin 0,025 M, titrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga larutan
bewarna merah anggur, setelah itu catat volume FeSO4 yang terpakai
Perhitungan:
% C-organik = (me K2Cr2O7 – me FeSO4) x 0,003 x f 𝐵𝐾𝑀 x 100%
Keterangan:
f = 1,33> C yang teroksidasi 77% = 100/77 = 1,30
me = N x V
N = Normalitas
V = Volume
BKM = bobot kering mutlak
0,003 = valensi Cr yang teroksidasi = 3 x 0,001 (mg ke g)
34

Lampiran 2. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Tuban


Dilepas tanggal : 07 Agustus 2003
SK Mentan : 398/Kpts/SR.120/8/2003
Nomor Induk : MLG 7547
Nama galur : GH 7547
Asal : Seleksi galur dan massa dari populasi varietas
lokal Tuban asal Semanding
Rata-Rata Hasil : 2,0 t/ha polong kering
Potensi Hasil : 3,2 t/ha polong kering
Umur : 90 – 95 hari
Tipe Tumbuh : Tegak (sapinsh)
Percabangan : Tegak
Tinggi Tanaman : 45 – 60 cm
Bentuk Batang : Bulat
Warna Batang : Ungu
Warna Daun : Hijau
Warna Bunga :Pusat Bendera Bewarna kuning muda
Warna Ginofora : Hijau
Bentuk Polong : Berpinggang
Bentuk Biji : Bulat
Warna Biji : Merah Muda
Jumlah Biji Perpolong : 2/1/3 polong
Jumlah Polong Pertanaman : 15 – 20 buah
Umur Berbunga : 28 – 31 hari
Umur Panen : 90 – 95 hari
Bobot 100 biji : 35 – 38 gram
Kadar Protein :21,4 %
Kadar Lemak : 45.5 %
Ketahanan Penyakit : Tahan layu, toleran karat dan bercak daun dan
agak tahan A. Flavus
Ekofisiologi : Abdullah Taufik
Fitopatologis : Nasir Saleh, Sumartini
Toleransi abiotik :Toleran kekringan, toleran kahat Fe, dan
adaptif di Alfisol alkalis
Pemulian :Astanto Kasno, Joko Purnomo, Novita
Nugrahaeni, Trustunah, Mujiono, dan A. Munip
(Balitkabi 2012)
35

Lampiran 3. Layout Petakan Percobaan di Lapangan


U
6.0 m
0,5m
1,8m P01 P52 P13 P54

1m

P11 P12 P23 P24

P21 P02 P43 P34

12,5m

P41 P32 P03 P14

P31 P22 P33 P54

P51 P42 P53 P44

Keterangan :
P0 = NPK Phonska 15:15:15 (tanpa poc kulit nenas)
P1 = Poc Kulit Nenas 35 mL/L Air
P2 = Poc Kulit Nenas 65 mL/L Air
P3 = Poc Kulit Nenas 95 mL/L Air
P4= Poc Kulit Nenas 125 mL/L Air
P5 = Poc Kulit Nenas 150 mL/L Air
36

Lampiran 4. Layout Penanaman

0.5m

10cm

40cm

1.8m

Keterangan :

= Petakan ( ukuran 0.5m x 1.8m)

= Tanaman Kacang Tanah (ukuran jarak tanam 40cm x 10cm)

= Tanaman Sampel
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4
I. Persiapan penelitian
a. Penulisan
proposal
b. Pembuatan
Pupuk Organik
Cair
II. Pelaksanaan
Penelitian
a. Kolokium
b. Penelitian
c. Pengamatan
d. Pengumpulan &
penyusunan data
III. Penulisan Hasil
a. Seminar Hasil
b. Submit-review
jurnal
c. Sidang
38

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

a b

c d

e f

Keterangan gambar : a) pembuatan pupuk organik cair, b) penjarangan tanaman, c)


pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun, d) Pencampuran POC
dengan air, e) aplikasi POC, f) panen kacang tanah.
Lampiran 7. Gejala Organisme Pengganggu tanaman kacang tanah

a b

c d

Keterangan gambar : a) gejala bintil-bintil coklat pada daun b) gejala bintil-


bintil coklat pada tanaman c) gejala layu d) gejala ujung ginofor
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kelapa Kampit Kabupaten


Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada
tanggal 10 Desember 1997. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zenrani (Alm) dan
Ibu Mardiah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di
SD Negeri 15 Kelapa Kampit pada tahun 2009. Pendidikan
sekolah menengah pertama diselesaikan di SMP Negeri 1
Kelapa Kampit pada tahun 2012. Pendidikan menengah
atas diselesaikan penulis pada tahun 2015 di SMA Negeri 1 Kelapa Kampit. Penulis
diterima sebagai mahasiswi di jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Perikanan
dan Biologi, Universitas Bangka Belitung melalui jalur Mandiri pada tahun 2015.
Selama perkuliahan penulis pernah bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
tingkat fakultas pada tahun 2015-2016 dan Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat
universitas pada tahun 2016-2017. Penulis melaksanakan Kuliah Lapangan di PT
PUS dengan judul ”Budidaya Tanaman Kelapa Sawit di PT PUS Belitung Timur”,
sedangkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilaksanakan di Desa Tanah Bawah,
Kecamatan Puding Besar Kabupaten Bangka.

Anda mungkin juga menyukai