Anda di halaman 1dari 115

ANALISIS OPTIMALISASI PENJUALAN PADA USAHATANI

CABAI RAWIT (Capsicum frutenscens L) DAN CABAI


BESAR (Capsicum Annum L)
DI KECAMATAN TARAKAN UTARA

SKRIPSI

Sulastri
14.201020.067

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2018
ANALISIS OPTIMALISASI PENJUALAN PADA USAHATANI
CABAI RAWIT (Capsicum frutenscens L) DAN CABAI
BESAR (Capsicum Annum L)
DI KECAMATAN TARAKAN UTARA

SKRIPSI

Sebagai salah satu persyaratan


Guna memperoleh derajat gelar sarjana pertanian
Pada Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan

Program Studi Agribisnis

Sulastri
14.201020.067

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2018
RIWAYAT HIDUP

Sulastri. Lahir di Sesayap pada tanggal 29 Januari

1996. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara, dari pasangan Jabar dan Mardianah. Penulis

telah menyelesaikan menyelesaikan Pendidikan Sekolah

Dasar Negeri 01 Sesayap Hilir pada tahun 2008,

kemudian melanjutkan kejenjang tingkat menengah pertama di SMP Negeri 01

Sesayap Hilir lulus pada tahun 2011, dan melanjutkan kejenjang pendidikan

menengah atas SMA Negeri 01 Sesayap Hilir Jurusan IPS lulus pada tahun

2014. Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian

Universitas Borneo Tarakan Jurusan Agribisnis melalui jalur Seleksi Masuk

Universitas Borneo Tarakan (SM-UBT).

Penulis telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Gapoktan

Lembang Agri, Kecamatan Lembang Provinsi Jawa Barat (2016). Pada tahun

2017 penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tideng Pale

Timur, Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung. Penulis melaksanakan

penelitian pada bulan Maret sampai September 2018 yang bertempatan di

Kecamatan Tarakan Utara.


KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali rasa syukur kepada Allah

SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada

Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menuju zaman

yang penuh dengan pengetahuan, dan semoga kita mendapatkan Syafaat di hari

akhir.

Atas berkat Allah SWT dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Analisis Optimalisasi Penjualan

Pada Usahatani Cabai Rawit (Capsicum frutenscens L) Dan Cabai Besar

(Capsicum annum L) Di Kecamatan Tarakan Utara. Yang merupakan satu

diantara syarat dalam menempuh program sarjana Strata 1 (S1) Fakultas

Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Borneo Tarakan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

perhatian, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti

dan berharga bagi penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada siapapun yang telah banyak membantu dalam

penyusunan skripsi ini antara lain:

1. Kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Untuk kedua orang tua penulis, bapak Jabar dan ibu Mardianah terima

kasih atas cinta, kasih sayang, nasehat, doa yang tidak pernah putus,

dukungan baik secara materi, dan untuk semua kabaikan yang diajarkan

vi
3. semoga penulis dapat menjadi seseorang yang berguna dan bermanfaat

untuk diri sendiri, keluarga, agama, dan Negara.

4. Prof. Dr. Adri Patton M.Si selaku rektor Universitas Borneo Tarakan yang

telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Universitas

Borneo Tarakan

5. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan beserta staff

laboratorium, staff administrasi yang telah membantu penulis selama

belajar di Fakultas Pertanain Universitas Borneo Tarakan.

6. Dr. Ir Adi Sutrisno. MP. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen

pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan masukan-masukan dan

motivasi serta penuh kesabaran dalam membimbing dan memberi arahan

bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Dr. Nia Kurniasih,SP.,MP selaku dosen penguji I yang telah memberikan

masukan, arahan, dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Hendris,SP.,MP. selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan,

arahan, dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Galih Yogi Rahajeng, SP.,M.Si. selaku dosen penguji III yang telah

memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Kepada saudara penulis, almarhumah Norma Yunita dan Isnawati yang

selalu memberikan semangat dan motivasi, doa serta dukungan kepada

penulis dalam menjalankan perkuliahan hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

vii
11. Keluarga besar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu

mendoakan dan memberikan dukungan dari awal proses perkuliahan

hingga penulisan skripsi.

12. Kepada seluruh responden dan pihak-pihak yang telah bersedia

membantu, memberikan banyak pengetahuan dan informasi kepada

penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.

13. Terima kasih teman-teman agribisnis angakatan 2014 dan lokal B2 ( Mila,

Rahma, Danang, Laser, Biya, Sarifah, Mega, Agus, Amel, Deby, Ica, Ama,

Felis, Junaini, Arman, Tomo, Irfan, Haidir, Roni, Sainal, Rubin, Nawir,

Arifin, Yosua, Toni, Heronimus, Hafis, Cristian, Ingkus. Yang memberikan

bantuan dan semangat serta kebersamaan kita saat berkumpul

14. Terima kasih sahabat seperjuangan Fisca, Mila, Sultan,Rahma,Fia,Deerna,

15. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 35. Di Tideng Pale

Timur, terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis dalam

mengerjakan skripsi.

16. Dan terima kasih kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah memberikan bantuan dan dukungannnya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis sangat berharap akan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun,

sehingga skripsi ini akan menjadi lebih baik dan dapat mendatangkan manfaat

bagi penulis dan pembaca.

Tarakan, 21 Agustus 2018

Sulastri

viii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR. ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

RINGKASAN ................................................................................................ xvi

SUMMARY ................................................................................................... xvii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori.................................................................................... 7

2.1.1 Sejarah Tanaman Cabai ...................................................................... 7

2.1.2 Optimalisasi ......................................................................................... 12

2.1.3 Penjualan ............................................................................................ 14

2.1.4 Harga .................................................................................................. 14

2.1.5 Biaya Produksi..................................................................................... 15

ix
2.1.6 Penerimaan ......................................................................................... 17

2.1.7 Keuntungan ......................................................................................... 17

2.1.8 Tujuan Penjualan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi ................... 18

2.1.9 Usahatani ............................................................................................ 20

2.1.10. Faktor-faktor Pada Usahatani ........................................................... 21

2.1.11. Linier Programming ........................................................................... 23

2.2 Kerangka Berfikir ................................................................................. 27

2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 28

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................... 39

3.2 Metode Penentuan Sampel ................................................................. 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 39

3.4 Jenis Data ........................................................................................... 41

3.5 Analisis Data........................................................................................ 42

3.5.1 Analisis Biaya ...................................................................................... 43

3.5.2 Analisis Penerimaan ............................................................................ 45

3.5.3 Analisis Keuntungan ............................................................................ 46

3.5.4 Optimalisasi ......................................................................................... 46

3.6 Definisi Operasional............................................................................. 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tarakan Utara ....................................... 52

4.1.1 Umum .................................................................................................. 52

4.1.2 Geografis ............................................................................................. 53

4.2 Gambaran Umum Responden ............................................................. 54

4.2.1 Responden Berdasarkan Tingkat Umur ............................................... 54

x
4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................................... 55

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga .......................... 56

4.2.4 Luas Lahan Petani Cabai Rawit dan Cabai Besar ................................ 57

4.3 Penjualan Cabai Dan Cabai Besar ...................................................... 57

4.4 Biaya Produksi Seluruh Responden .................................................... 59

4.4.1 Biaya Tetap.......................................................................................... 59

4.4.2 Biaya Variabel Per Kilogram ................................................................ 60

4.5 Biaya Total Penjualan Per Kilogram .................................................... 62

4.6 Penerimaan ......................................................................................... 63

4.7 Keuntungan ......................................................................................... 65

4.8 Optimalisasi ......................................................................................... 67

4.8.1 Fungsi Tujuan ...................................................................................... 67

4.8.2 Fungsi Kendala .................................................................................... 68

4.8.3 Kombinasi Produk Optimal................................................................... 73

4.8.4 Perbandingan Penjualan Cabai Dengan Hasil Analisis ........................ 75

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 77

5.2 Saran ................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produktivitas Cabai Rawit Dan Cabai Besar ........................................ 3

2. Titik Dari Analisis Linier Programming Metode Grafik .......................... 30

3. Perbandingan Produksi Aktual ............................................................. 31

4. Tabel Matrix Metode Simpleks dan Faktor Pembatas .......................... 43

5. Tingkat Umur Petani Cabai Di Kecamatan Tarakan Utara ................... 54

6. Tingkat pendidikan Petani Cabai Di Kecamatan Tarakan Utara ........... 55

7. Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga............................ 56

8. Luas Lahan .......................................................................................... 57

9. Penjualan Cabai Di Kecamatan Tarakan Utara.................................... 58

10. Biaya Penyusutan Penjualan Cabai Rawit dan Cabai Besar ................ 59

11. Biaya Variabel Produksi Usahatani Cabai Rawit .................................. 61

12. Biaya Variabel Produksi Usahatani Cabai Besar ................................. 61

13. Biaya Total Penjualan Cabai................................................................ 62

14. Harga Jual Cabai ................................................................................. 63

15. Penerimaan Untuk Setiap Satu Kali Penjualan .................................... 64

16. Keuntungan Per Kilogram Cabai.......................................................... 66

17. Keuntungan usahatani cabai ............................................................... 66

18. Fungsi tujuan ....................................................................................... 68

19. Kendala Pembelian Benih.................................................................... 69

20. Biaya Pembelian Pupuk ....................................................................... 70

21. Biaya pembelian Pestisida ................................................................... 71

22. Biaya Tenaga Kerja ............................................................................. 72

xii
23. Tabel Matrix Metode Simpleks dan Faktor Pembatas .......................... 73

24. Titik Terbentuk Dari Analisis Linier Programming Metode Grafik ......... 74

25. Perbandingan Keuntungan Aktual Dengan Produksi Hasil Analisis ..... 76

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Cabai Rawit Hijau dan Cabai Rawit Kecil............................................. 10

2. Cabai Rawit Putih ................................................................................ 11

3. Cabai Besar ......................................................................................... 11

4. Kerangka Berfikir ................................................................................. 27

5. Hasil Analisis Metode Grafik ................................................................ 30

6. Peta Kecamatan Tarakan Utara .......................................................... 52

7. Hasil Analisis Metode Grafik ................................................................ 75

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian .............................................................................. 81

2. Rata-rata Luas Lahan Petani ................................................................. 85

3. Produksi Cabai Rawit dan Cabai Besar ................................................. 85

4. Penggunaan Benih ................................................................................ 86

5. Biaya Benih............................................................................................ 86

6. Harga Jual Cabai ................................................................................... 87

7. Penggunaan Pupuk ............................................................................... 88

8. Biaya Pupuk........................................................................................... 88

9. Penggunaan Pestisida ........................................................................... 89

10. Biaya Pestisida ...................................................................................... 90

11. Tenaga Kerja ......................................................................................... 91

12. Biaya Tenaga Kerja ............................................................................... 91

13. Biaya Tetap............................................................................................ 92

14. Penggunaan Alat ................................................................................... 92

15. Biaya Penyusutan Alat ........................................................................... 93

16. Penerimaan ........................................................................................... 93

17. Keuntungan ........................................................................................... 93

18. Total Biaya ............................................................................................. 93

19. Hasil Analisis ......................................................................................... 94

20. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 95

xv
RINGKASAN

Sulastri. 14.201020.067. 2018. “Analisis Optimalisasi Penjualan Pada


Usahatani Cabai Rawit (Capsicum frutenscens L) dan Cabai Besar (Capsicum
Annum L) Di Kecamatan Tarakan Utara”. Dibimbing oleh Adi Sutrisno. Fakultas
Pertanian Universitas Borneo Tarakan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan (berapa


keuntungan optimal dari penjualan cabai rawit dan cabai besar, berapa jumlah
kombinasi antara cabai rawit dan cabai besar yang terbentuk untuk
mengoptimalkan penjualan pada usahatani cabai). Sedangkan tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui keuntungan yang optimal dari penjualan cabai
rawit dan cabai besar, dan untuk mengetahui jumlah kombinasi penjualan dan
keuntungan yang optimal dari penjualan cabai rawit dan cabai besar. Lokasi
penelitian Kecamatan Tarakan Utara, metode penentuan sampel menggunakan
Purposive Sampling. Metode pengumpulan data wawancara,observasi, studi
pustaka, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Linier
Programming dengan metode simpleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penjualan usahatani cabai rawit dan cabai besar dari hasil analisis cabai rawit
sebesar 190,18 kilogram dan cabai besar sebesar 0 kilogram, dari penjualan ini
didapatkan keuntungan maksimal sebesar Rp. 3.898.500. Apabila di bandingkan
dengan penjualan usahatani cabai rawit dan cabai besar yang aktual pada petani
yang berada di Kecamatan Tarakan Utara yaitu sebesar 109 kilogram untuk
cabai rawit sedangkan cabai besar sebesar 135 kilogram dengan keuntungan
sebesar Rp. 3.838.527, maka selesih dari keuntungan antara penjualan
usahatani dari hasil analisis dengan penjualan aktual petani cabai rawit dan
cabai besar sebesar Rp. 59.973. Dengan menggunakan metode simplek
didapatkan kombinasi penjualan optimum yang mampu memberikan keuntungan
maksimal sebesar Rp. 3.898.500 satu kali produksi. Dari analisis linier
programming menggunakan simplek didapatkan kombinasi yang terbentuk empat
kombinasi dan penjualan yang optimum pada usahatani cabai rawit dan cabai
besar di Kecamatan Tarakan Utara, yaitu terdapat pada kombinasi yang kedua
dengan persamaan Z = C1X1+ C2X2. Dengan penjualan cabai rawit sebanyak
190,18 kilogram, dan cabai besar sebanyak 0 kilogram. Disarankan untuk petani
agar lebih menggunakan pupuk dan pestisida alami seperti kompos dikarenakan
dari hasil analisis peneliti biaya pupuk dan pestisida cukup besar yang digunakan
petani, disarankan pada petani agar dapat menanam cabai rawit agar dapat
meningkatkan produksi dari yang sebelumnya 109 kilogram menjadi 190
kilogram agar menguntungkan.

xvi
SUMARRY

Sulastri. 14.201020.067. 2018. "Analysis of Optimization of Sales in Chili Rawit


(Capsicum frutenscens L) and Large Chili (Capsicum Annum L) Farms in North
Tarakan District". Supervised by Adi Sutrisno. Faculty of Agriculture, University of
Borneo Tarakan.

This study was intended to answer the problem (How much was the optimal
profit from the sale of cayenne and large chili peppers, How many combinations
of cayenne pepper and large chili peppers were formed to optimize sales in chili
farming). Whereas the purpose of this study was to determine the optimal profit
from the sale of cayenne and large chili peppers, and to find out the number of
combinations of sales and optimal profits from the sale of cayenne and large chili
peppers. The research location of North Tarakan Subdistrict, the method of
determining sample was using Purposive Sampling. Methods of data collection
were interviews, observation, literature study, analysis tools used in this study
were Linear Programming with the simplex method. The results showed that the
sale of cayenne and chili peppers from the analysis of cayenne pepper amounted
to 190.18 kilograms and large chilies of 0 kilograms, from which the maximum
profit was Rp. 3,898,500 When compared to the actual sales of cayenne and
large chili farming in farmers in the North Tarakan District, which is 109 kilograms
for cayenne pepper, the large chili is 135 kilograms with a profit of Rp. 3,838,527,
then the completion of the profit between the sale of farming from the results of
the analysis with the actual sales of cayenne and large chili farmers of Rp.
59,973. By using the simplex method, the optimum sales combination can
provide maximum profit of Rp. 3,898,500 one time production. From the linear
programming analysis using simplex, a combination is formed of four optimum
combinations and sales on cayenne and large chili farming in North Tarakan
District, which was found in the second combination with the equation Z = C1X1
+ C2X2. With sales of cayenne pepper as much as 190.18 kilograms, and large
chili as much as 0 kilograms. It was recommended for farmers to use more
natural fertilizers and pesticides such as compost because of the results of the
analysis of researcher the cost of fertilizers and pesticides is quite large that used
by farmers, it was advisable for farmers to be able to grow cayenne pepper to
increase production from the previous 109 kilograms to 190 kilograms to be
profitable.

xvii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk di Dunia pada umumnya Negara

Indonesia khususnya, berpengaruh besar terhadap meningkatnya kebutuhan

bahan pangan termasuk salah satunya permintaan komoditas sayuran cabai.

Cabai mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat sebagai bahan

pangan, oleh karena itu cabai tidak dapat diabaikan begitu saja. Pada usahatani

cabai input produksi yang digunakan antara lain adalah lahan, modal bibit,

pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.

Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan Nasional

dimana salah satu tujuannya meningkatkan pendapatan petani guna menjamin

kesinambungan pembangunan perekonomian di Indonesia. Pembangunan

pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan

pangan dan kebutuhan industri di dalam Negeri, meningkatkan export,

memperluas kesempatan kerja dan mendorong kesempatan berusaha sekaligus

untuk meningkatkan pendapatan petani dan diharapkan taraf hidup petani

menjadi meningkat. Kenyataan yang dihadapi di Indonesia untuk melaksanakan

kegiatan usahatani petani dihadapkan pada beberapa keterbatasan seperti

dalam hal kepemilikan lahan dan modal. Walaupun demikian diera

pembangunan pertanian yang beriorentasi Agribisnis, seorang petani dengan

sumber daya dimiliki dapat digunakan untuk dihasilkan beberapa jenis produksi

pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dengan demikian petani sebagai

pengelola usahataninya harus berfikir bagaimana mengalokasikan sumberdaya

yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatannya. (Soekartawi 2003)

1
Cabai rawit merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang

tinggi disebabkan karena rasa pedas dan kandungan karotenoidnya. Di

Indonesia tingkat konsumsi masyarakat perkapita terhadap cabai cukup tinggi,

demikian pula cabai pun dibutuhkan pada beberapa industri. Cabai merah besar

(capsicum annuum L) termasuk salah satu jenis sayuran yang mempunyai arti

penting dalam ekonomi rumah tangga maupun Negara. Budidaya komoditas ini

mempunyai prospek cerah karena dapat mendukung upaya meningkatkan

pendapatan petani, pemberantasan kemiskinan, memperluas kesempatan kerja,

meskipun harga cabai di pasar sering naik dan turun cukup tajam, tetapi minat

petani untuk menanam cabai tidak pernah surut. (Rukmana 1994)

Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki

peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam Negeri maupun diluar

Negeri menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan yang tinggi

untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, merupakan potensi untuk

meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas hortikultura

yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia. Salah satu sifat

tanaman cabai yang disukai oleh petani adalah tidak mengenal musim, artinya

tanaman cabai dapat ditanam kapan pun tanpa tergantung musim. (Dermawan

2010)

Permasalahan cabai saat ini dihadapi dengan beberapa permasalahan.

Yaitu masalah penyakit pada tanaman cabai yang dapat merugikan hasil

produksi, kelangkaan cabai akibat terjadinya cuaca buruk sehingga merusak

lahan produksi tanaman cabai dan ulah dari bandar penjualan cabai. Cabai

adalah komoditas yang permintaannya selalu naik seiring dengan bertambahnya

jumlah manusia di Dunia. Saat ini belum ada moment besar seperti hari Raya

2
dan hari besar Nasional. Selalu ada moment kecil yang ada di Negara kita

seperti pernikahan, pesta acara adat dan lain-lain pasti memerlukan cabai untuk

kebutuhan acara tersebut. Untuk itu ketika produktivitas menurun, sebagai

bandar yang telah mempunyai banyak pelanggannya tapi dengan keadaan

seperti itu hanya mampu memenuhi lima dari sekian banyak pelanggannya, ia

akan menaikan harga agar terjadi kompetisi antara pelanggan karena kebutuhan

yang mungkin sudah mendarah daging.

Kota Tarakan Kalimantan Utara, terjadi peningkatan konsumsi Cabai Rawit

mencapai 2,46 perkapita untuk Cabai Besar sebesar 2,30 perkapita pada tahun

2017. Sumber Pragnosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis, Badan

Ketahanan Pangan Kementrian RI. Setiap tahunnya kebutuhan cabai mengalami

kenaikan kebutuhan pada Cabai Rawit dan Cabai Besar.

Pemenuhan kebutuhan konsumsi akan Cabai Rawit dan Cabai Besar yang

semakin meningkat, dapat ditunjang oleh peningkatan produksi Cabai Rawit dan

Cabai Besar. Kemampuan produksi Cabai Rawit dan Cabai Besar akan

dipengaruhi oleh perkembangan luas lahan dan tingkat produktivitas Cabai Rawit

dan Cabai Besar Pada Daerah Kecamatan Tarakan Utara di Kota Tarakan.

Kecamatan Tarakan Utara, Kecamatan dengan tingkat produktivitas Cabai Rawit

dan Cabai Besarnya cukup besar.

Tabel 1. Produktivitas Cabai Rawit dan Cabai Besar Pada Tahun 2015 dan 2017

No Tahun Cabai Rata-rata Produksi Cabai Rata-rata Produksi


Rawit (Kw/ha) (ton) Besar (kw/ha) (ton)

L.T L.P L.T L.P

1 2015 50 47 90.0 423.0 40 38 98.5 374.3


2 2017 45 50 136.3 682.3 47 51 98.9 504.2
Sumber: Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan Kota Tarakan 2018.

3
Petani yang ada di Kecamatan Tarakan Utara. Banyak menanam cabai

rawit dan cabai besar dikarenakan harga cabai yang melonjak naik dalam kurun

waktu yang singkat, menurut petani cabai yang ada berada di Kecamatan

Tarakan Utara. Menurut mereka produksi cabai mereka sudah mendapatkan

hasil yang maksimal. Tetapi mereka belum mengetahui penjualan atau

pemasaran cabai rawit dan cabai besar sudah optimal atau belum. Selain itu

permasalahan yang di hadapi petani cabai yang berada di Kecamatan Tarakan

Utara, Kegiatan usahataninya memiliki permasalahan atau kendala utama antara

lain resiko gagal panen, tidak adanya kepastian jual, harga yang berfluktuasi,

kemungkinan rendahnya margin usaha, dan lemahnya akses pasar. Musim

penghujan merupakan salah satu faktor pada budidaya yang menyebabkan

penurunan jumlah produksi Cabai Rawit dan Cabai Besar.

Harga cabai disejumlah pasar Tradisional di Kota Tarakan Kalimantan

Utara, mengalami kenaikan penjualan sehingga para pedagang yang ada

dipasar Tradisional menjual cabai dengan harga yang tinggi, yang membuat

konsumen mengeluh pada saat membeli cabai. Menurut pedagang kenaikan

harga tak bisa dihindari karena tak ada persediaan pasokan cabai dari luar.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diangkat penelitian dengan judul

Analisis optimalisasi Penjualan Pada Usahatani Cabai Rawit Capsicum

frutenscens L. dan Cabai Besar Capsicum annum L. Di Kecamatan Tarakan

Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa keuntungan optimal dari penjualan cabai rawit dan cabai besar ?

4
2. Berapa jumlah kombinasi antara cabai rawit dan cabai besar yang

terbentuk untuk mengoptimalkan penjualan pada usahatani cabai ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui keuntungan optimal dari pejualan cabai rawit dan cabai

besar.

2. Untuk mengetahui jumlah kombinasi antara cabai besar dan cabai rawit

yang terbentuk untuk mengoptimalkan penjualan pada usahatani cabai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademik

Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan mengenai optimalisasi penggunaan input produksi pada

usahatani cabai yang dilakukan oleh petani yang ada di Kecamatan

Tarakan Utara, serta dapat menganalisis tingkat optimalisasi penggunaan

input pada usahatani cabai.

2. Manfaat bagi masyarakat

Dengan dilakukannya optimalisasi penjualan cabai rawit dan cabai

besar, masyarakat Kelurahan Juata Laut Kecamatan Tarakan Utara. Jika

penjualan cabai rawit dan cabai besar secara optimal maka dapat

bermanfaat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat

3. Manfaat bagi petani

Dengan dilakukannya penelitian tentang Analisis Optimalisasi

Penjualan Pada Usahatani Cabai Rawit dan Cabai Besar, dapat

memberikan manfaat bagi Kelompok Tani Suka Maju, Kelurahan Juata

Laut, Kecamatan Tarakan Utara. Petani dapat mengetahui bagaimana hasil

5
penjualan cabai rawit dan cabai besar secara optimal, dengan melihat

adanya kombinasi-kombinasi harga cabai yang terbentuk.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Sejarah Tanaman Cabai

Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari Dunia tropika dan

subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus

menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam

tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000

tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh

dunia termasuk Negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh

pedagang Spanyol dan Portugis (Asep dan Dermawan, 2010)

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki

nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari Benua Amerika tepatnya daerah

Peru dan menyebar ke Negara-negara Benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk

Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A,

C), damar, zat warna kapsaisin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan

lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium,

fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Jika

seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa

terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin, cabai juga

mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar sekresi asam lambung

dan mencegah infeksi sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah

kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak

nafas, dan gatal-gatal.

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai menurut klasifikasi dalam tata

nama sistem tumbuhan tanaman cabai termasuk kedalaman:

7
Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae)

dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di

dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C

serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan

memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah bumbu

dapur. Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk

kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar ( Harpenas 2010).

Tanaman cabai Capsicum annuum merupakan tanaman sayuran buah

semusim, yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap

makanan dan penghangat badan. Kebutuhan terhadap cabai semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya jumlah kebutuhan konsumen. Tanaman cabai bila

dibandingkan dengan tanaman lain jumlahnya paling kecil, tetapi banyak

diperlukan sehari-hari sebagai bumbu dapur, maka pengaruhnya terhadap

stabilitas harga-harga dipasar sangat dirasakan, terutama pada hari besar (Hari

Raya). Pada hari besar

Dan pada saat tanaman cabai melonjak sampai beberapa kali harga pada

waktu normal. Tetapi sebaliknya, pada saat panen harganya merosot jauh

dibawah harga rata-rata pasar. Menurut (Harpenas, Dermawan 2010).

8
a. Tanaman cabai dibedakan dalam beberapa golongan dan tiap golongan

memiliki beberapa jenis yaitu cabai besar, cabai merah kriting, cabai rawit

dan paprika.

b. Tanaman cabai merupakan tanaman yang berbentuk perdu, berdiri tegak

dan bertajuk lebar. Tanaman ini juga memiliki banyak cabang dan setiap

cabang akan munvul bunga yang pada akhirnya berkembang menjadi

buah.

c. Batang cabai tumbuh tepada ketinggian batang tegak, berwarna hijau tua

dan berkayu. Pada ketinggian batang tertentu akan membentuk

percabangan berbentuk Y. Batangnya berbentuk silidris, beerukuran

diameter kecil dengan tajuk daun lebar dan buah cabai yang lebat.

d. Daun cabai berbentuk lonjong yang berukuran panjang 8-12 cm, lebar 3-5

cm dan bagian pangkal ujung daun meruncing.

e. Akar tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutaman akar

cabang dan akar rambut. Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus

tanah sampai kedalaman 25-30 cm. Oleh karena itu penggemuran tanah

harus dilakukan supaya perkembangan akar sempurna.

f. Bunga cabai termasuk berkelamin ganda, karena pada satu bunga terdapat

kepala sari dan kepala putik.

g. Buah cabai kebanyakan berbenutk memanjang yang berukuran panjang

dan lebar sangat bervariasi, tergantung varietasnya.

Tanaman Cabai rawit Capsicum frutenscens L. memiliki bebrapa nama

daerah antara lain: di daerah Jawa menyebutnya dengan lombok japlak,

mengkrek, cengis, ceplik, atau cempling. Dalam bahasa sunda cabai rawit

disebut cengek. Sementara orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan

9
nama lada limi dan pentek. Secara Internasional, cabai rawit dikenal dengan

nama thai pepper (Tjandra 2011).

Menurut Simpson (2010), klarifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum frutescens L.

Varietas cabai rawit secara umum varietas cabai rawit dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: cabai rawit kecil, cabai rawit hijau,

cabai rawit putih. Cabai rawit kecil sesuai dengan namanya mempunyai ukuran

kecil dan pendek yaitu hanya sekitar 1-2 cm. Meskipun ukurannya paling kecil,

rasa cabai ini paling pedas di antara jenis-jenis cabai rawit lainnya. Cabai rawit

hijau memiliki panjang sekitar 3-4 cm. Ukuran buah ini agak gemuk, rasanya

pedas, tetapi tidak sepedas cabai rawit kecil. Cabai rawit putih memiliki ukuran

hampir sama dengan cabai rawit hijau (Tjandra, 2011).

Gambar 1. Cabai Rawit Hijau dan Rawit Kecil

10
Gambar 2. Cabai Rawit Putih

Cabai merah besar merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak,

batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau.

Tinggi tanaman mencapai 1-2,5 cm dan memiliki percabangan yang lebar

(Setiawati dkk 2008).

Gambar 3. Cabai Besar

Cabai dapat dibudidayakan didaerah dataran rendah maupun dataran

tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1,000 diatas

permukaan laut. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang

berstruktur remah atau gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, dan

11
Ph tanah antara 6-7. Budidaya cabai pada lahan sawah sebaiknya dilakukan

pada saat akhir musim penghujan sedangkan pada lahan tegalan ditanam pada

saat musim penghujan. Hal ini bertujuan agar kebutuhan air tercukupi dan

kandungan air tanah dapat diperhatikan sehingga tanaman dapat tumbuh

dengan baik (BBTP Lampung 2008).

2.1.2 Optimalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari

kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan,

menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara,

perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan

sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau

metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau

keputusan) menjadi lebih atau sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih

efektif.

Menurut Depdikbud (1995) Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai

dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan

secara efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia optimalisasi

berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi. Optimalisasi banyak juga

diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan.

Menurut Winardi (1996) optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan

tercapainya tujuan. Secara umum optimalisasi adalah pencarian nilai terbaik dari

yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks.

12
Optimalisasi suatu tindakan atau kegiatan untuk meningkatkan dan

mengoptimalkan. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan

objek pendapatan (Machfud Sidik 2002).

Soekartawi (2001) mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan

faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi

tersebut seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian

efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu:

1. Efisiensi teknis

2. Efisiensi alokatif (efisiensi harga)

3. Efisiensi ekonomi.

Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu

bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga

nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi atau input

tersebut.

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisiensi secara teknis, kalau

faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan

efisiensi harga atau efisiensi alokatif, kalau nilai produk marginal sama dengan

harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi, kalau

usaha pertanian tersebut mencapai efisien teknis dan sekaligus juga mencapai

efisiensi harga

Optimalisasi produksi adalah suatu cara meningkatkan nilai dari suatu

produksi dengan pengaruh variabel. Cara mengotimalkan produksi bisa dengan

meningkatkan kualitas produksi, jumlah produksi, manfaat produksi, bentuk fisik

produksi, dan lain-lain.

13
2.1.3 Penjualan

Penjualan ialah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh

penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang dan jasa yang

ditawarkan Basu Swasta ( 2001).

Penjualan adalah berkumpulnya seorang pembeli dan penjual dengan

tujuan melaksanakan tukar menukar barang dan jasa berdasarkan pertimbangan

yang berharga misalnya pertimbangan uang (Winardi 2005).

Penjualan merupakan bagian dari promosi dan promosi adalah salah satu

bagian dari keseluruhan sistem pemasaran. (Thamrin Abdullah dan Francis

Tantri, 2016).

2.1.4 Harga

Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan jumlah uang

yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dan

barang atau jasa. Menurut Tjiptono (2005) Harga adalah satuan moneter atau

ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepimilikan atau pengguna suatu barang dan jasa.

Basu Swastha, Irawan (2005) harga ialah sesuatu yang dibutuhkan untuk

mendapatkan suatu kombinasi antara pelayanan ditambah produk dengan

membayar jumlah uang yang sudah menjadi patokan.

Philip Kotler (2005) mengungkapkan bahwa harga adalah salah satu unsur

pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan

biaya. Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan

ciri-ciri produk, saluran, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu.

Harga juga mengkomunkasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan

tersebut kepada pasar tentang produk dan mereknya. Dapat dijelaskan dari

14
pengertian di atas bahwa unsur-unsur bauran pemasaran yang dimaksud adalah

harga, produk, saluran, dan promosi, yaitu apa yang dikenal dengan istilah

empat P (Price, Product, Place, dan Promotion).

2.1.5 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan

dalam proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau

barang. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya

operasional barang atau pabrik, dan lain sebagainya. Biaya produksi ini harus

diakumulasikan secara cermat untuk kemudian dihitung dan dibandingkan

dengan laba kotor perusahaan. Selisih pendapat dikurangi dengan biaya

produksi akan menjadi laba bersih perusahaan atau total keuntungan yang

diperoleh. Biaya produksi ini diperlukan untuk mendukung proses pengolahan

bahan baku menjadi produk jadi yang siap dipasarkan kepada konsumen.

Menurut Rahim dan Hastuti (2007) bahwa biaya usahatani dapat

diklarifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap

(variable cost).

1. Biaya Tetap Atau Fixed Cost

Umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus

dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya

pajak (tax). Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani

itu gagal panen. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang

tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, misalnya

penyusutan alat dan gaji karyawan. Jadi, biaya tetap disebut bermacam-

macam, tergantung memberlakukan variabel itu sebagai biaya tetap atau

biaya tidak tetap.

15
2. Biaya Tidak Tetap Atau Biaya Variabel

Biaya tidak tetap atau biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Misalnya

biaya untuk saprodi atau sarana produksi komodita pertanian. Seperti biaya

untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga

kerja upahan, biaya panen biaya pengolahan tanah baik yang berupa

kontrak maupun upah harian dan sewa tanah. Jika menginginkan produksi

komoditas yang tinggi, faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja perlu

ditambah, pupuk juga ditambah, dan sebagainya sehingga biaya itu

sifatnya akan berubah-ubah karena tergantung dari besar kecilnya produksi

komodita pertanian yang digunakan jadi, dengan kata lain biaya tidak tetap

dapat pula diartikan sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai

dengan besarnya komoditas pertanian.

Menurut M. Nafarin (2007) berpendapat bahwa laba (income) adalah

perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan

pengeluaran untuk periode tertentu.

Menurut Warsana (2007) Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam

yaitu, biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya

variabel seluruhnya merupakan biaya total produksi dalam notasi matematika

dituliskan :

TC = TFC + TVC

Dimana

TC = Biaya total produksi

TFC = Biaya tetap total

TVC = Biaya variabel total

16
Biaya tetap merupakan biaya yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai

tingkat output yang dihasilkan seperti peralatan dan biaya penyusutan dari

peralatan. Biaya variabel adalah biaya yang berubah ubah menurut tinggi

rendahnya tingkat output. (Warsana, 2007)

2.1.6 Penerimaan

Mankiw (2011) menyebutkan bahwa pendapatan dirumuskan sebagai hasil

perkalian antara jumlah unit yang terjual dengan harga per unit. Apabila

dirumuskan secara matematis maka hasilnya adalah:

TR = P x Q

Dimana:

TR = Total revenue

P = Price

Q = Quantity

Penerimaan akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan

sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Di samping

itu bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat

penggunaan input. Produksi merupakan suatu kegiatan yang kerjakan untuk

menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih

bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan (Sukirno, 2006).

2.1.7 Keuntungan

Menurut Warsana (2007), fungsi keuntungan maksimum adalah derivatif

dari fungsi produksi. Berdasarkan fungsi produksi neklasik : V =f(X1,...,Xm:Z 1

...:Zn). (2.19) dimana V output, X1 (i = 1,2...n) adalah input variabel, dan Z1 (i

=1,2,..,n) adalah input tetap. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan

pengeluaran, sehingga keuntungan jangka pendek dengan biaya variabel

17
sebagai pengurang dan harga input tetap diabaikan karena jangka pendek input

tetap tidak mempengaruhi optimalisasi alokasi faktor produksi.

Keuntungan adalah untuk mengetahui untung dan rugi dari sebuah usaha.

Suatu usaha dinyatakan untung apabila harga penjualannya lebih besar dari

pada harga pembelian. Jadi secara sederhana rumus untung dan rugi dapat

digambarkan sebagai berikut:

Untung = harga penjualan > harga pembelian

Jika harga penjualan ternyata lebih kecil dari pada harga pembelian maka sudah

bisa dipastikan bahwa usaha tersebut mengalami kerugian

Rumus menentukan keuntungan: Harga penjualan – harga pembelian

2.1.8 Tujuan Penjualan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan

Basu Swasta dan Irawan (2001) mengemukakan bahwa suatu perusahaan

mempunyai tiga tujuan dalam penjualan yaitu:

1. Mencapai volume penjualan tertentu.

2. Mendapatkan laba tertentu menunjang pertumbuhan perusahaan

Usaha-usaha untuk mencapai ketiga tujuan tersebut tidak sepenuhnya

hanya dilakukan oleh pelaksana penjualan atau para tenaga penjualan, akan

tetapi dalam hal ini perlu adanya kerja sama dari beberapa pihak diantaranya

adalah fungsionaris dalam perusahaan seperti bagian dari keuangan yang

menyediakan dana, bagian produksi yang membuat produk, bagian personalia

yang menyediakan tenaga kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan menurut Basu

Swasta (2003) dalam bukunya manajemen pemasaran modern adalah sebagai

berikut:

18
a. Kondisi dan kemampuan penjual

Transaksi jual beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas

barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual

sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua.

b. Kondisi pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam

penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun

faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:

1. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar

penjual, pasar pemerintah atau pasar internasional.

2. Kelompok pembeli atau segmen pasar

3. Daya beli

4. Frekuensi pembelinya

5. Keinginan dan kebutuhannya

c. Modal

Untuk memperkenalkan barangnya kepada pembeli atau konsumen

diperlukan adanya usaha promosi, alat transportasi, tempat peragaan baik

dalam perusahaan maupun diluar perusahaan dan sebagainya. Semua ini

hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang

diperlukan untuk itu.

19
d. Kondisi organisasi perusahaan

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh

bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang oleh orang-orang

tertentu atau ahli dibidang penjualan.

e. Faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, pemberian

hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Ada pengusaha yang berpegang

pada satu prinsip bahwa paling penting membuat barang yang baik. Bila

mana prinsip tersebut dilaksanakan maka diharapkan pembeli akan

membeli lagi barang yang sama. Oleh karena itu perusahaan melakukan

upaya agar para pembeli tertarik pada produknya.

2.1.9 Usahatani

Usahatani adalah usaha dari suatu kesatuan antara kerja, modal, dan

pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian.

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan,

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi

seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan

pendapatan petani yang lebih besar.

Menurut Soekartawi (2001), Usahatani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki petani agar berjalan

secara efektif dan efisien dan memanfaatkan sumber daya tersebut agar

memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya. Usahatani adalah pengelolaan

sumber daya alam, tenaga kerja, permodalan dan skill lainnya untuk

menghasilkan suatu produk pertanian secara efektif dan efesien (Kadarsan

,2011).

20
Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai ilmu mengenai cara petani

mendapatkan kesejahteraan (keuntungan), menurut pengertian yang dimilikinya

tentang kesejahteraan. Jadi ilmu usahatani mempelajari cara-cara petani

menyelenggarakan pertanian (Tohir, 1991).

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan

cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu

usaha yang menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001).

Dari beberapa definisi dtersebut bahwa yang dimaksud dengan usahatani

adalah usaha yang dilakukan patani dalam memperoleh pendapatan dengan

jalan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang mana

sebagian dari pendapatan yang diterima digunakan untuk membiayai

pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani.

2.1.10 Faktor-faktor Pada Usahatani

Pada pengenalan terhadap usahatani, terlihat faktor-faktor usahatani (Intern).

a. Petani pengelola

Petani pengelola pada umumnya tumbuh dan dewasa dalam menjalankan

usahataninya.

b. Tanah usahatani

Dengan lahan usahatani yang sempit, akan membatasi petani berbuat

pada rencana yang lebih lapang.

c. Tenaga kerja

Dikaitkan dengan tenaga, maka sempitnya tanah usahatani akan

mengundang pengangguran tak kentara dan menumbuhkan anggota yang

konsumtif.

21
d. Modal

Dengan keterbatasan modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat

usahatani sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan kerja menjadi

semakin menurun, dan akan berpengaruh terhadap pendapat petani

e. Tingkat teknologi

Masuknya teknologi baaru dapat mengangkat mereka dari keterbatasan

f. Kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah

keluarga.

Besarnya jumlah anggota keluarga yang akan menggunakan jumlah

pendapatan yang sedikit, akan berakibat rendahnya tingkat konsumsi.

Dengan disadarinya faktor dalam usahatani dapat ditarik beberapa

manfaat. Bagi petani, Kesadaran akan posisinya harus dijadikan jendela

pembuka ketertutupannya. Bagi penghantar teknologi, pengetahuan akan posisi

petani akan dijadikan dasar berpijak penetapan kebijakan dalam menghantar

teknologi. Bagi penentu kebijakan, akan dapat penetapan kebijakan yang

dianggap dapat menjadi pemutus rantai ketertutupan petani dari kemajuan.

Faktor-faktor diluar usahatani (Ekstern) yang dapat berpengaruh terhadap

berhasilnya suatu usahatani antara lain adalah :

a. Tersedia sarana transportasi dan komunikasi

Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan

persentuhan petani dengan dunia luar. Seperti pasar, informasi yang

menyangkut kebijaksanaan pemerintahan, yang dapat mereka gunakan,

dan sebagai bahan pertimbangan dalam berusahatani.

b. Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani

(harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)

22
Aspek-aspek pemasaran adalah masalah diluar usahatani yang perlu

diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas berada pada

posisi yang lemah dalam penawran dan persaingan, terutama yang

menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian

c. Fasilitas kredit

Sebagai akibat langkanya modal usahatani, kredit menjadi penting. Dalam

hal ini pemerintah harus menyediakan kredit kepada petani dengan syarat

mudah dicapai (ada dilokasi usahatani)

d. Sarana penyuluhan bagi petani

Dengan kondisi petani yang demikian, uluran tangan kepada mereka

memang sangat diperluan. Termasukan uluran tangan dalam pelayanan

penyuluhan kepada petani

2.1.11 Linier Programing

Linier programing atau optimasi adalah metode matematika untuk

menentukan cara untuk mencapai hasil terbaik (seperti laba maksimum atau

biaya terendah) dalam diberikan model matematika untuk beberapa daftar

persyaratan direpresentasikan sebagai hubungan linier. Pemrograman linier

adalah kasus spesifik pemrograman matematika (optimasi matematika). Model

yang digunakan dalam memecahkan masalah alokasi sumberdaya perusahaan

adalah model matematis Semua fungsi matematis yang disajikan dalam model

haruslah dalam bentuk fungsi linear.

Menurut Soekartawi (1995) menyebutkan dalam linear programing terdapat

3 (tiga) persyaratan dalam pengoptimalan suatu persoalan, yaitu:

23
1. Dalam program linear harus ada fungsi tujuan yang dinyatakan dalam

persamaan garis lurus fungsi Z atau f(Z) yaitu sesuatu yang di

maksimumkan atau diminimumkan.

2. Dalam program linear harus ada fungsi kendala yang dinyatakan dengan

persamaan garis lurus

3. Semua nilai x adalah positif atau sama dengan nol, dengan kata lain tidak

boleh ada nilai x yang negatif. Dengan demikian, besarnya nilai koefisien

input-output tidak boleh negatif

Menurut Supranto (1988) dalam Ebrinedy haloho (2008). Sebelum

merumuskan persoalan dalam dengan pemprograman linier programing,

diperlukan beberapa komponen, yaitu

1. Pembuatan keputusan

Pembuatan keputusan adalah salah satu pemecahan persoalan dengan

riset operasi harus jelas siapa yang mempunyai otoritas untuk memulai,

mengakhiri, atau mengadakan modifikasi kebijakan terkait dengan masalah

organisasi dan sistem yang diteliti.

2. Tujuan yang akan dicapai

Dengan mempelajari tujuan yang akan dilihat secara kualitatif maupun

kuantitatif, riset operasi yang digunakan untuk mencapai tujuan kuantitatif,

seperti maksimasi keuntungan, atau minimisasi biaya.

3. Sistem

Sistem dapat berarti kendala, yaitu sumberdaya yang terbatas, baik jumlah

tenaga kerja, mesin ataupun jumlah output yang diinginkan terutama

dibidang pertanian dimana bahan pertanian ini tergantung pada musim

atau dipengaruhi oleh musim seperti halnya kondisi cuaca

24
4. Alternatif tindakan

Dalam persoalan riset operasi dengan menggunakan teknik linier

programing dimana hanya tersedia input sejumlah tertentu, maka diperoleh

kombinasi pemecahan dimana salah satu memberikan nilai yang optimum

yang disini terkait dengan biaya minimal dan keuntungan maksimal.

Model LP merupakan bentuk dan susunan dalam menyajikan masalah-

masalah yang akan dipecahkan dengan teknik LP dalam model LP dikenal 2

(dua) macam fungsi, yaitu fungsi tujuan Objective Function dan fungsi batasan

constraint function .Fungsi Tujuan yang menggambarkan tujuan atau sasaran di

dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal

sumber daya untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Nilai

yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z. Fungsi Batasan merupakan

bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia

yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.

Metode grafik hanya dapat digunakan dalam pemecahan masalah LP yang

ber”dimensi” 2 x n atau m x 2, karena keterbatasan kemampuan suatu grafik

dalam menyampaikan sesuatu.Langkah-langkah dalam menggunakan metode

grafik:

1. Menentukan fungsi tujuan dan memformulasikannya dalam bentuk

matematis

2. Mengidentifikasi batasan-batasan yang berlaku dan memformulasikannya

dalam bentuk matematis

3. Menggambarkan masing-masing garis fungsi batasan dalam satu sistem

salib sumbu

25
4. Mencari titik yang paling menguntungkan (optimal) dihubungkan dengan

fungsi tujuan

Linear Programming memiliki empat ciri khusus yang melekat, yaitu :

1. Penyelesaian masalah mengarah pada pencapaian tujuan

maksimisasi atau minimisasi

2. Kendala yang ada membatasi tingkat pencapaian tujuan

3. Ada beberapa alternatif penyelesaian

4. Hubungan matematis bersifat linear

Secara teknis, ada lima syarat tambahan dari liniear programming yang

harus diperhatikan yang merupakan asumsi dasar yaitu:

1. Certainty (kepastian). Maksudnya adalah fungsi tujuan dan fungsi

kendala sudah diketahui dengan pasti dan tidak berubah selama

periode analisa.

2. Proportionality (proporsionalitas). Yaitu adanya proporsonalitas dalam

fungsi tujuan dan fungsi kendala

3. Additivity (penambahan). Artinya aktivitas total sama dengan

penjumlahan aktivitas individu

4. Divisibility (bisa dibagi-bagi). Maksudnya solusi tidak harus

merupakan bilangan integer (bilangan bulat), tetapi bisa juga berupa

pecahan

5. Non-negative variable (variabel tidak negatif). Artinya bahwa semua

nilai jawaban atau variabel tidak negatif.

Dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan Liniear

Programming, ada dua pendekatan yang bisa digunakan, yaitu metode grafik

dan metode simpleks. Metode grafik hanya bisa digunakan untuk menyelesaikan

26
permasalahan dimana variabel keputusan sama dengan dua. Sedangkan

metode simpleks bisa digunakan menyelesaikan permasalahan dimana variabel

dua atau lebih.

2.2 Kerangka Berfikir

Adapun kerangka pikir dari penelitian optimalisasi penjualan pada

usahatani cabai rawit Capsicum frutenscens L dan cabai besar Capsicum annum

L, Di Kecamatan Tarakan Utara yaitu :

3 Cabai
Budidaya
4

Produksi5 Cabai

Cabai Rawit Cabai Besar

Optimalisasi

Kombinasi Yang
Terbentuk

Penjualan Optimal

Gambar 4. Kerangka Berfikir

27
Petani budidaya cabai yang berada di Kecamatan Tarakan Utara. Yang

dimana petani budidaya cabai rawit dan cabai besar yang akan menjadi

responden dalam penelitian ini. Mengenai optimalisasi penjualan pada usahatani

cabai rawit dan cabai besar.

Yang dimana petani membudidaya kedua Cabai yaitu Cabai Rawit dan

Cabai Besar. Dimana peneliti ingin mengetahui keuntungan yang optimal dari

penjualan Cabai Rawit dan Cabai Besar dengan melihat keuntungan optimal dari

penjualan kedua jenis Cabai dan berapa kombinasi yang terbentuk dari

penjualan Cabai

2.3 Penilitian Terdahulu

Adapun dalam penelitian yang saya lakukan ini mengacu pada beberapa

penelitian terdahulu yang mana sebagai berikut:

2.3.1 Analisis Optimalisasi Produksi Untuk Memaksimalkan Produksi Pada

Industri Tahu dan Tempe di Kelurahan Karang Anyar, Kota Tarakan

(Studi Kasus Industri Tahu dan Tempe Bapak Nurdin) Tri Prantono

Universitas Borneo Tarakan Tahun 2017

Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan kombinasi tingkat produksi

optimal yang dapat memaksimumkan keuntungan. Dalam menganalis produksi

yang optimal dan keuntungan yang maksimal, kita harus menentukan fungsi

tujuan dan fungsi kendalanya terlebih dahulu.apabila sudah di ketahui persmaan

fungsi tujuan dan fungsi kendala, selanjutnya adalah menganalisis dengan Linier

Programming metode simpleks dan grafik.

1. Kombiasi Produksi Optimal

Produksi optimal yaitu pada saat industri tahu dan tempe milik Bapak

Nurdin mampu memberikan keuntungan yang paling tinggi atau maksimal.

28
Keuntungan maksimal bisa didapatkan dengan mengkobinasikan secara tepat

antara produk tahu dan produk tempe dengan mempertimbangkan faktor kendala

yang ada, dalam hal ini yang menjadi faktor kendala atau pembatas adalah

bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar, dan kapasitas produksi. Melalui analisis

program linier kita bisa melihat kombinasi yang tepat untuk industri tahu dan

tempe milik Bapak Nurdin. Berikut adalalah hasil analis program linier, yaitu

analisis simplek dengan iterasi dan analisis grafik.

Dengan kendala yang ada seperti bahan baku kedelai, tenaga kerja, biaya

bahan bakar, dan kapasitas produksi industri ini masih mampu melakukan

produksi optimal seperti pada hasil analisis. Berikut adalah hasil dari analisis

program linier.

a. Hasil Iterasi program linier

Hasil iterasi menggunakan metode simplek didapatkan empat kali proses

iterasi atau pencarian solusi terbaik. Dari empat kali iterasi tersebut didapatkan

produksi yang paling optimum dan memberikan keuntungan maksimal, yaitu di

iterasi ke empat. Pada iterasi ke empat didapatkan nilai yang menunjukan jumlah

produksi optimum, yaitu X1 (tahu) sebesar 1068 dan X2 (tempe) sebesar 908

dengan nilai Z (keuntungan maksimum) yang didapatkan sebesar

Rp8.467.413,00

b. Analisis Grafik

Dari hasil analisis menggunakan linier programming metode grafik di

dapatkan kombinasi produksi yang optimal yaitu pada titik produksi dimana X1

(Tahu) pada titik 1.068 dan X2 pada titik 908. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat

pada table 3.

29
Tabel 2. Titik Yang Terbentuk Dari Analisis Linier Programming Metode Grafik
Kombinasi X1 X2 Z

1 0 0 0

2 1.100 0 6.222.700

3 0 1.200 3.201.000

4 1.068,27 908,60 8.467.413

5 1.100 749.99 8.223.700

6 949,83 1.144,28 8.346.134

7 881.1 1.200 8.186.017

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2017

Keterangan:

X1 = Tahu

X2 = Tempe
Z = Fungsi Tujuan

Dari hasil analisis grafik, titik kombinasi antara X1 (tahu) dan X2 (tempe)

adalah pada titik (1.068,908) atau bisa diartikan kombinasi yang paling optimal

untuk produk X1(tahu ) adalah 1.068 dan X2 (tempe) adalah 908, dengan

keuntungan yang akan didapat adalah Rp 8.564.790,00. Berikut adalah gambar

dari analisis grafik.

Gambar 5. Hasil Anlisis Metode Grafik

30
2. Perbandingan Produksi Bapak Nurdin Dengan Hasil Analisis

Setelah dianalisis menggunakan program linier, didapatkan kombinasi

optimal untuk industri tahu dan tempe milik Bapak Nurdin. Dimana produksi hasil

penelitian memberikan keutungan lebih besar dibandingkn dengan produksi yang

dilakukan oleh Bapak Nurdin saat ini. berikut adalah data perbandingannya

antara produksi hasil analisi dan produksi aktual.

Tabel 3. Perbandingan Keuntungan Produksi Aktual DenganProduksi


Hasil Analisis Untuk Sekali Produksi
Jumlah (Bks) Harga (Rp) Keuntungan (Rp)

Produksi Aktual Bapak Nurdin

X1 920 5.657 5.204.440


X2 1.150 2.668 3.068.200
Jumlah 8.272.640
Produksi Hasil Analisis

X1 1.068 (Pembulatan) 5.657 6.041.676


X2 908,6 (Pembulatan) 2.668 2.425.212
Jumlah (Rp) 8.467.413
Selisih (Rp) 194.773
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2017
Keterangan:
X1 = Tahu
X2 = Tempe

Dari tabel 3 bisa dilihat produksi optimal sebanyak 1.068 bungkus dan

tempe sebanyak 908 bungkus, dari produksi optimal ini didapatkan keuntungan

maksimal sebesar Rp8.467.413,00. Apabila dibandingkan dengan produksi

Bapak Nurdin dengan tahu sebanyak 920 bungkus dan tempe 1150 dengan

keuntungan Rp8.272.640,00, maka selisih keuntungan antara produksi optimal

hasil analisis dengan produksi aktual Bapak Nurdin sebesar Rp194.773,00 per

produksi. Sehingga apabila dalam satu bulan mampu produksi sebanyak 26 kali

makan selisih keuntungannya sebesar Rp5.064.098,00. Sebagai rekomendasi,

Bapak Nurdin bisa melakukan produksi dengan jumlah yang sesuai dengan hasil

31
analisis program linier, dikarenakan kombinasi ini mampu meningkatkan

keuntungan industri milik Bapak Nurdin sampai batas maksimal.

2.3.2 Optimalisasi Usaha Agroindustri Tahu di Kota Pekan Baru. Ahmad

Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas

Riau 2012

Berdasarakan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pelaku usaha agroindustri tahu akan mampu mendapatkan keuntungan

sebesar Rp. 77.971.390 per bulan apabila berproduksi pada tingkat

optimalnya yaitu 339.242,1 unit untuk tahu sebesar 0 unit untuk tahu kecil.

2. Sumberdaya aktif pada kondisi optimal adalah sumber daya asam tahun

sedangkan sumber daya lainnya, yaitu sumber daya kedelai, sumber daya

jam kerja, tenaga kerja, sumber daya kendala jam kerja mesin giling, dan

sumber daya modal termasuk ke dalam sumber daya pasif atau berlebih.

3. Sumber daya aktif asam tahu yang memiliki nilai dual value sebesar

11.239.12 dan nilai slack sama denga nol menunjukkan bahwa jika asam

tahu ditambah satu satuan (liter) maka kauntungan yang akan diperoleh

akan bertambah sebesar Rp. 11.239.12 namun, jika penambahannya lebih

dari satu satuan (liter) maka keuntungam optimalnya akan bertambah

sebesar perkalian antara nilai dual value dan jumlah penambahannya.

Sumber daya kedelai, jam kerja, tenaga kerja, jam kerja mesin giling, dan

ketersediaan modal merupakan sumber daya pasif atau berlebih.

32
2.3.3 Optimasi Keuntungan Dalam Produksi Dengan Menggunakan Linier

Programming Metode Simpleks (Studi Kasus UKM Fahmi Mandiri

Lampung Selatan) Oleh Ainul Marzukoh Jurusan Pendidikan

Matemmatika 2017.

Linear programming atau biasa disebut juga sebagai optimasi linear

merupakan suatu cara dalam matematika yang bisa dipakai untuk memecahkan

masalah mengenai optimasi dengan memperhatikan kendala tertentu dalam

bentuk pertidaksamaan linier. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam

linear programming adalah metode simpleks yang yang berfungsi untuk mencari

solusi optimum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan keuntungan

dalam produksi kripik di UKM Fahmi Mandiri.

Pembahasan UKM Fahmi Mandiri dalam melakukan kegiatan produksi

kripik pisang akan selalu dibatasi oleh berbagai kendala. Kendala tersebut

adalah bahan baku dan biaya operasional. Pengolahan data dengan

menggunakan linear programming metode simpleks berbantu softwere QM for

Windows V3 memperlihatkan hasil optimasi produksi yang diperoleh UKM Fahmi

Mandiri. Berdasarkan hasil olahan optimasi produksi yang memperlihatkan solusi

optimal yang terdiri dari kombinasi produk, status pemberdayaan, dan analisis

sensitivitas. UKM Fahmi Mandiri akan memproduksi tiga jenis merk kerippik

pisang yaitu Vsang, Bintang Rasa dan Mr.Ben’s. satu bungkus keripik pisang

merk Vsang memerlukan bahan 280 gram pisang mentah, 19 gram minyak

goreng, 19 gram susu bubuk, 19 gram gula putih, 3 gram garam, 19 gram bubuk

perasa. Satu bungkus keripik pisang merk Bintang Rasa memerlukan bahan 300

gram pisang mentah, 20 gram minyak goreng, 20 gram susu bubuk, 20 gram

gula putih, 4 gram garam, 20 gram bumbu perasa. Sedangkan satu bungkus

33
keripik pisang mrek Mr. Ben’s memerlukan bahan 45 gram pisang mentah, 1,8

gram minyak goreng, 1,8 gram susu bubuk, 1,8 gram gula putih, 1 gram garam,

1,8 gram bumbu perasa. UKM Fahmi Mandiri mempunyai hanya pisang mentah

kurang dari 22.100 kg, minyak goreng kurang dari 49.500 kg, susu bubuk kurang

dari 45.000 kg, gula putih kurang dari 18.750 kg, garam kurang dari 6.000 kg,

dan bumbu rasa kurang dari 12.000 kg. Keutungan tiap kemasan yang diperoleh

untuk keripik pisang mrek Vsang adalah Rp. 8.000, keripik pisang merk Bintang

Rasa sebesar Rp. 5.000 dan keripik pisang mrek Mr. Ben’s sebesar Rp. 400. Jika

UKM Fahmi Mandiri memiliki uang sebesar Rp. 270.000.000 dengan biaya

operasional tiap-tiap mrek adalah Rp. 4.000, Rp. 5000, Rp. 600. Maka berapa

jumlah masing-masing mrek keripik pisang yang akan diproduksi agar

memperoleh keuntungan yang maksimum jika batas produksi dari masing-

masing barang minimal 35.000 kemasan, 20.000 kemasan dan 16.500

kemasan?

Penyelesaian menggunakan metode simpleks:

Untuk memecahkan permasalahan diatas dapat menggunakan beberapa

langkah sebagai berikut:

1. Menentukan variabel keputusan dari permasalahan program linear. Jenis

keripik yang diproduksi UKM Fahmi Mandiri adalah:

X1 = keripik pisang mrek Vsang (120 gram)

X2 = keripik pisang mrek Bintang Rasa (130 gram)

X3 = keripik pisang mrek Mr. Ben’s (18 gram)

2. Menentukan kendala-kendala dari permasalahan linear program linear

tersebut, UKM Fahmi Mandiri menggunakan bahan baku untuk

memproduksi keripik berdasarkan standar pemakaian yang telah

34
ditetapkan. Penggunaan bahan baku yang sesuai dengan standar

pemakaiaannya merupakan nialai koefisien dari fungsi kendala bahan baku

dan memerlukan biaya dalam melakukan kegiatan produksi dari asing-

masing produksi yang dihasilkan. Dalam penelitian ini biaya kendala

operasional adalah jumlah total pengeluaran yang digunakan dalam

kegiatan produksi masing-masing jenis keripik pisang.

Kendala-kendala yang dapat dituliskan sebagai berikut:

Pisang = 280 x1 + 300 x2 + 45 x3 ≤ 22.100.000

Minyak = 19 x1 + 20 x2 + 1,8 x3 ≤ 49.500.000

Susu = 19 x1 + 20 x2+ 1,8 x3 ≤ 45.000.000

Gula = 1,8 x1 + 19 x2 +1,8 x3 ≤ 18.750.000

Garam = x1 + 2 x2 + 0,2 x3 ≤ 6.000.000

Bumbu perasa = 19 x1 + 20 x2 + 1,8 x3 ≤ 12.000.000

Biaya = 4.000 x1 + 5.000 x2 + 6.000 x3 ≤ 270.000.000

Vsang = x1 ≥ 35.000

Bintang Rasa = x2 ≥ 20.000

Mr. Ben’s = x2 ≥ 16.500

3. Menentukan fungsi tujuan dari permasalahan program linear tersebut.

Koefisien fungsi tujuan merupakan keutnungan dalam setiap kemasan dari

tiap-tiap jenis keripik yang diperoleh dari hasil penjualan perusahaan. Nilai

keuntungan di peroleh dari selisih antara harga jual dengan biaya total per

unit tiap merk keripik yang di hasilkan. Penetapan harga jual oleh

perusahaan dengan melihat harga pasar sedangkan biaya produksi

diperoleh dari harga pokok produksi. Dalam produksi optimal dari tiga jenis

merk keripik berdasarkan keuntungan tiap kemasan dapat diketahui

35
dengan merumuskan model fungsi tujuannya, perumusan fungsi tujuan dari

model program linear sebagai berikut:

Max Z = 8.000 x1 + 5.000 x2 + 400 x3

4. Suatu kendala jenis ≤ diubah menjadi suatu persamaan dengan

menambahkan variabel slack dan variabel surplus untuk kendala jenis ≥ ke

sisi kiri kendala.

280 x1 + 300 x2+ 45 x3 + S1 = 22.100.000

19 x1 + 20 x2 + 1,8 x3 + S2 = 49.500.000

19 x1 + 20 x2 + 1,8 x3 + S3 = 45.000.000

1,8 x1 + 19 x2 + 1,8 x3 + S4 = 18.750.000

X1 + 2 x2+ 0,2 + S5 = 6.000.000

19 1 + 20 x2 + 1,8 x3 + S6 = 12.000.000

4.00 X1 + 5000 X2 + 600 X3 + S7 = 270.000.000

1 S8 + α1 = 3.500

2 S9 + α2 = 20.000

3 S10 + α3 = 16.500

= 8.000 x1 + 5000 x2 + 400 x3 0s1 0s2 0s3 0s4 0 s5 0 s6 0 s7

0s8 0s9 0s10 mα1 + mα2 + mα3 = 0

5. Membuat tabel simpleks dengan memasukan semua koefisien-koefisien

dari variabel keputusan dan variabel slack tersebut.

6. Selanjutnya melakukan iterasi untuk mencari nilai Z maksimumnya. Dari

hasil perhitungan menggunakan iterasi diperoleh tabel baru.

Dari hasil perhitungan optimalisasi keuntungan menggunakan tabel

simpelks diperoleh keuntungan yang maksimal yaitu jika UKM Fahmi Mandiri

memproduksi keripik pisang dengan mrek Vsang sebesar 40.025 Kemasan,

36
Bintang Rasa sebesar 20.000 kemasan dan Mr. Ben’s sebanyak 16.500

kemasan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.426.800.000

Hasil pengolahan model optimasi produksi menunjukkan bahwa produksi

yang dilakukan UKM Fahmi Mandiri pada kondisi nyata (faktual) belum optimal.

Hal ini ditunjukkan oleh total produksi yang diterima pada kondisi faktual jauh

berbeda dengan kondisi optimalnya. Meskipun UKM Fahmi Mandiri secara

produksi jauh berbeda dari kondisi faktual dengan optimalnya namun secara

keuntungan sudah mendekati optimal.

2.3.4 Maksimalisasi Keuntungan Pada Took Kue Martabak Doni Dengan

Metode Simplek Elvia Fardiana Universitas Gunadarma Tahun 2012

Untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Produsen harus

memproduksi martabak sebanyak:

1. Martabak coklat (X1) sebanyak 757,57 sedangkan selama ini masih

memproduksi sebanyak 500 potong martabak sehingga untuk mendapat

keuntungan yang optimal kurang atau harus menambah produksi sebanyak

257,57 potong lagi setiap harinya.

2. Martabak kombinasi (X2) harus memproduksi sebanyak 492,87 agar

memdapat keuntungan lebih optimal yang selama ini masih memproduksi

sebanyak 500 potong setiap hari maka sebaiknya memproduksi martabak

kombinasi minimal 493 potong agar lebih optimal.

Sehingga dapat disimpulkan keuntungan yang optimal bisa didapat oleh

penjual martabak: Z (maks)= 75 (X1) + 100 (X2) sehingga Z (maks)= 75 (757,57)

+ 100 (492,87) sehingga didapat keuntungan yang optimal sebesar Rp

106.817,75

37
2.3.5 Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan

Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan

Waru) Mohammad Muhaimin dan Adjie Pamungkas Jurusan

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tahun 2014

Berdasarakan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil Analisis Guttman, terdapat enam faktor yang mempengaruhi

perubahan penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

(a) Kriteria sosial demografi dengan faktor jumlah penduduk dan tenaga

kerja, (b) Kriteria luas penggunaan lahan dengan faktor luas penggunaan

lahan industri, permukiman, perdagangan dan jasa, serta (c) Kriteria

kelembagaan/institusi dengan faktor RTH minimal 20% dari luas wilayah

serta luas guna lahan yang lain yang tidak boleh dirubah.

2. Berdasarkan hasil optimalisasi melalui formulasi linier progamming terdapat

lima alternatif penyelesaian pengaturan penggunaan lahan yang nantinya

dapat dikembangkan. Dari kelima hasil skenario yang ada, terdapat hasil

yang paling optimal untuk dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian

ini, yakni pada skenario pertama. Hasil skenario ini diperoleh luasan lahan

industri sebesar 946,38 Ha, permukiman sebesar 1.145,92 Ha,

perdagangan dan jasa seluas 69,66 Ha, RTH sebesar 606,4 Ha / 20% dari

luas wilayah.

38
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tarakan Utara, pada petani yang

memiliki usahatani cabai rawit dan cabai besar. Waktu Penelitian dilaksanakan

pada bulan Maret 2018 sampai dengan September 2018.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Adapun yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian ini adalah

petani cabai rawit dan cabai besar, yang berada di Kecamatan Tarakan Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive

Sampling dan sering disebut juga judgment sampling. Metode purposive

sampling pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan

sampel yang diperlukan. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang

diambil karena ada pertimbangan tertentu. Dengan ketentuan yaitu: (1) petani

budidaya cabai rawit dan petani membudidaya cabai besar. (2) petani yang

membudidaya cabai rawit dan cabai besar secara continue

Yang dimana populasi dalam penelitian ini kelompok tani yang berada di

Kecamatan Tarakan Utara. Kelompok tani berjumlah 24 kelompok tani, sampel

pada penelitian ini sebanyak 16 orang petani diambil dari beberapa kelompok

tani yang menanam cabai rawit dan cabi besar, budidaya cabai secara continue.

Sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan peneliti menggunakan metode

Purposive Sampling.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama enam bulan, dimana Pengumpulan

data dilakukakn sendiri oleh peneliti dengan cara :

39
1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan atau data untuk

tujuan penelitian, dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden (Dawson, 2010). Menurut sugiyono

(2006) dalam Adi sutrisno (2011) wawancara terstruktur digunakan sebagai

teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Wawancara proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya

jawab secara langsung dengan responden. Responden dalam hal ini

adalah petani yang membudidaya Cabai Rawit dan Cabai Besar. Sehingga

diperoleh informasi yang diperlukan dengan mudah dan jelas.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan

data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan

objek penelitian yang mendukung kegatan penelitian, sehingga didapatkan

gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut (Dawson

2010).

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamatan secara

langsung peristiwa atau hal-hal yang berhubungan dengan budidaya Cabai

Rawit dan Cabai Besar.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan

melakukan penelaahan terhadap berbagai buku, literatur, catatan, serta

berbagai laporan yang berkaitan dengan masaah yang ingin dipecahkan.

(Nazir 1988).

40
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia

yang berhubungan dengan kegiatan penelitian. Data tersebut berupa buku,

arsip, jurnal, dan lain sebagainya yang bersifat informasi dan relevan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman kejadian masa lalu yang tertulis atau

dicetak mereka dapat berupa catatan, surat, buku harian dan dokumentasi-

dokumentasi. (Suharsaputra, 2014).

Dalam hal ini saat peneliti melakukan penelitiannya, peneliti terjun

langsung kelapangan mengambil dokumentasi sebagai bukti atau lampiran

di skripsi.

3.4 Jenis Data

Data yang dikumpulkan mencakup data kualitatif dan kuantitatif yang

bersumber dari data primer dan data sekunde:

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan metode survai yakni dengan mewawancarai

responden secara langsung dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah

disiapkan. (Singarimbun dan effendi, 1989). Dan sudah dilaksanakan pada bulan

maret sampai dengan bulan agustus 2018, data primer meliputi:

a. Identitas umur petani sampel: nama, umur, pekerjaan, jenis kelamin,

pendidikan formal terakhir, jumlah anggota keluarga

b. Aspek produksi dan biaya produksi: luas lahan keseluruhan, luas laha

dipakai budidaya cabai, besarnya produksi, penggunaan sarana produksi

(benih, pupuk, pestisida). Penggunaan tenaga kerja,alat yang digunakan,

harga jual cabai.

2. Data Sekunder

41
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan

penelitian meliputi: data yang diperoleh dari kantor Dinas Ketahanan Pangan,

serta pustaka-pustaka ilmiah.

3.5 Analisis Data

Alat analisis yang akan digunakan dalam menganalisis data yang telah

diperoleh dari hasil penelitian terhadap Analisis Optimalisasi Penjualan Pada

Usahatani Cabai Rawit dan Cabai Besar yaitu dengan menggunakan analisis

linier programming teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik),

serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.

metode simpleks dan diolah dengan software POM berbasis komputer.

Yang nantinya dalam metode simpleks akan ditetapkan faktor apa saja yang

akan menjadi fungsi kendala (pembatas) dan seperti apa model fungsi tujuannya

(Zmax).

Metode penyelesaian program linier dengan metode simpleks pertama kali

dikemukakan oleh George Dantzing pada tahun 1947. Metode ini menjadi

terkenal ketika diketemukan alat hitung elektronik dan jadi popular ketika

munculnya computer. Proses perhitungan metode ini dengan melakukan iterasi

berulang-ulang sampai tercapai hasil optimal dan proses perhitungan ini menjadi

mudah dengan computer.

Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam

program linier yang di gunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam

permasalahan yang berhubungan dengan pengalokasian secara optimal. Metode

simpleks digunakan untuk mencari nilai optimal dari program linier yang

melibatkan banyak constrain (pembatas) dan banyak variabel (lebih dari dua

variabel). dari setiap program computer (Dian Wirdasari 2009).

42
Dalam metode simpleks hal utama yang perlu dilakukan adalah membuat

tabel simpleks yang berisi fungsi batasan, jumlah variabel atau jenis produk,

tujuan pengalokasian, dan kapasitas maksimum sumberdaya. Berikut adalah

tabel simplek

Tabel 4. Tabel Matrix Metode Simpleks dan Faktor Pembatas

Fungsi batasan (faktor Satuan Jenis produk RHS (Right


yang mempengaruhi Hand Side)
input produksi)
Cabai Rawit Cabai Besar
(X1) (X2)
Bibit (a) Rp a1X1 a2X2 ≤ RHS a
Pupuk (b) Rp b1X1 b2X2 ≤ RHS b
Pestisida (c) Rp c1X1 c2X2 ≤ RHS c
Tenaga Kerja (d) Rp d1X1 d2X2 ≤ RHS d
Sumber : Widiasari, 2009

Sebelum menggunakan alat analisis Linier Programming ada beberapa

analisis yang harus digunakan untuk mendapatkan data-data untuk mengisi

matrix metode simplek yaitu:

3.5.1 Analisis Biaya

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan “Biaya adalah pengeluaran kas

(atau setara kas) yang dibayarkan atau sebesar nilai wajar dari imbalan

(consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.”

Baridwan (2008) juga menyatakan bahwa biaya adalah aliran keluar atau

pemakaian lain aset atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama

suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,

penyerahan jasa atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan

utama suatu badan usaha.

43
Pendapat lain juga menyatakan bahwa biaya (cost) diartikan sebagai suatu

pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lain untuk mencapai tujuan,

baik yang dapat. Adapun jenis biaya yang digunakan dalam penelitian ini ada 2

yaitu:

a. Biaya tetap (Fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya

tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Karakteristik

biaya tetap adalah:

1. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruh oleh

perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkat tertentu.

2. Pada biaya tetap, biaya persatuan akan berubah berbanding terbalik

dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan

semakin rendah biaya per satuan.

Dimana biaya tetap ini dihitung dari penyusutan alat atau mesin.

Penyusutan merupakan hasil dari pemabagian harga input dengan waktu

ekonomis dari input tersebut. Untuk mencari biaya penyusutan digunakan rumus

sebagai berikut:

Rumus Biaya Penyusutan

Harga barang - Harga sisa


Biaya penyusutan=
Umur ekonomis

b. Biaya Variabel (Variable cost) Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah

totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin

tinggi volume kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya variabel.

Elemen biaya variabel ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

44
langsung yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead

pabrik variabel, biaya pemasaran variabel (Ermayanti, 2011). Karakteristik

biaya variabel adalah biaya persatuan dipengaruhi oleh perubahan volume

kegiatan.

c. Biaya total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan untuk membeli semua keperluan baik barang dan jasa yang

akan digunakan dalam demi menghasilkan produksi suatu barang, atau

penjumlah antara biaya variabel dengan biaya.

Adapun rumus mengolah data dari penelitian menggunakan rumus sebagai

berikut:

TC =TFC+TVC

Dimana:

TC =Total cost/total biaya

TFC =Total fixed cost/total biaya tetap

TVC =Total variabel cost/total biaya variabel

3.5.2 Analisi Penerimaan

Menurut Soedjarmanto dan Riswan (1994) penerimaan adalah total (Total

Revenue) dari suatu usaha dapat diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah

produk yang dihasilkan (terjual) dengan harga dari produk tersebut.

Adapun untuk mendapatkan atau menghitung penerimaan bisa didapatkan

dengan rumus sebagai berikut:

TR= Q x P

45
Dimana :

TR = Total Revenue/Penerimaan Total

Q = Quantity/Jumlah Produksi

P = Price/Harga Produksi

3.5.3 Analisis Keuntungan

Menurut M, Narafin (2007) laba (Income) adalah perbedaan antara

pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode

tertentu.

Sedangkan rumus yang digunakan untuk mencari atau mendapatkan

keuntungan dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

π = TR − TC

Dimana :

= Nett Income/Pendapatan bersih/Keuntungan.

TR = Total Revenue/Penerimaan Total.

TC = Total Cost/Biaya.

3.5.4 Optimalisasi

Dalam menganalisis produksi yang optimal dan keuntungan yang

maksimal, peneliti harus terlebih dahulu menentukan fungsi tujuan dan fungsi

kendala. Apabila sudah diketahui persamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala,

selanjutnya adalah menganalisis dengan Linier programming metode simpleks

dan grafik. Berikut akan di sajikan tabel simpleks.

39
46
3.5.5 Fungsi Tujuan

Setelah membuat tabel simpleks berikutnya adalah membuat model

matematis dari fungsi tujuan dan fungsi pembatas (kendala). Dimana fungsi

tujuan (keuntungan maksimal) diperoleh dari penjumlahan keuntungan tiap jenis

produk yang sudah dikalikan dengan harga jual jenis produk. Adapun

keuntungan produk didapatkan dari perkalian antara keuntungan perunit dengan

produk yang diproduksi yang kemudian dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan. Berikut fungsi tujuan dari usahatani cabai rawit dan cabai besar.

Zmax = C1X1 + C2X2

Keterangan :

Zmax = keuntungan maksimal (fungsi tujuan)

C1 = keuntungan perunit cabai rawit

C2 = keuntungan perunit cabai besar

X1 = jumlah produksi optimal produk cabai rawit

X2 = jumlah produksi optimal produk cabai besar

3.5.6 Fungsi Kendala

Faktor kendala atau pembatas berfungsi untuk pencarian solusi terbaik

dimana akan berhubungan dengan pengalokasian faktor kendala dalam

melakukan penjualan agar mendapat keuntungan yang maksimal. Berikut faktor-

faktor pembatas dalam penjualan cabai rawit dan cabai besar dengan

menggunakan input produksi:

1. a1 X1 + a2 X2 ≤ RHS a

Dimana :

 a1X1 : Faktor penjualan harga bibit (a1) pada produk X1


 a2X2 : Faktor penjualan harga bibit (a2) pada produk X2

40
47
 RHS a : Biaya total yang dikeluarkan untuk pembelian bibit produk

X1 dan X2

2. b1 X1 + b2 X2 ≤ RHS b

Dimana :

 b1X1 : Faktor penjualan harga pupuk (b1) pada produk X1


 b2X2 : Faktor penjualan harga pupuk (b2) pada produk X2
 RHS b : Biaya total yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk

produk X1 dan X2

3. c1 X1 + c2 X2 ≤ RHS c
Dimana :

 c1X1 : Faktor penjualan harga pestisida (c1) pada produk X1


 c2X2 : Faktor penjualan harga pestisida (c2) pada produk X2
 RHS c : Biaya total yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida

produk X1 dan X2

4. d1 X1 + d2 X2 ≤ RHS d

Dimana :

 d1X1 : Faktor penjualan tenaga kerja (d1) pada produk X1


 d2X2 : Faktor penjualan tenaga kerja (d2) pada produk X2
 RHS d : Biaya total yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja

saprodi di produk X1 dan X2

3.5.7 Operasi Penyelesaian Metode Simpleks

Alur dalam menyelesaikan kasus maksimalisasi keuntungan pada software

POM For Windows adalah sebagai berikut:

1. Pada menu POM klik Module lalu pilih Linier Programing, lalu klik new,

sehingga muncul kotak dialog antara lain:

48
41
 Title adalah judul kasus yang akan diselesaikan

 Number of constrain adalah jumlah fungsi batasan yang ada

 Number Of Variable adalah jumlah variable/produk yang ada pda fungsi

tujuan

 Objektif adalah tujuan pengalokasian sumber daya

 Row Name Options adalah nama batasan yang di inginkan

2. Isi semua kotak dialog kemudian klik Solve untuk melihat hasinya.

3. Untuk metode simpleks klik Window kemudian klik Iterations dan kita bisa

melihat berapa kali iterasi untuk mencapai angka kombinasi produk yang

tepat dan optimum.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi

ruang lingkup variabel yang digunakan, untuk mendapatkan data dan

menganalisis data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian

1. Cabai rawit adalah cabai kecil yang digunakan sebagai bahan makanan

yang banyak dibudidayakan

2. Cabai besar adalah Kulit buahnya agak tipis dan di dalam buahnya banyak

terdapat biji, tetapi isinya tidak sepadat seperti cabai rawit. Rasanya pedas

akan tetapi tidak sepedas cabai rawit.

3. Petani Responden adalah petani yang melakukan usahatani dengan pola

pengelolaan tumpang sari.

4. Produksi cabai rawit dan cabai besar merupakan hasil panen cabai dan

cabai besar dalam satu kali musim tanam dengan satuan kilogram.

5. Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani dari

usahatani cabai rawit dan cabai besar yaitu diperoleh dari total penerimaan

49
42
penjualan hasil produksi cabai rawit dan cabai besar dikurangi dengan

biaya produksi cabai rawit dan cabai besar (TR – TC) dengan satuan

rupiah permusim tanam.

6. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

usahatani dalam satu kali musim tanam yang meliputi upah tenaga kerja,

ongkos pemanenan, dan sarana produksi yang dibutuhkan yang di ukur

dalam satuan rupiah (Rp).

7. Keuntungan adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh dari selisih

antara penerimaan optimal dengan biaya yang dikeluarkan selama satu kali

produksi, di ukur dengan satuan rupiah (Rp).

8. Optimalisasi merupakan hasil yang baik, tinggi yang ingin dicapai sesuai

dengan keinginan petani, baik secara efektif dan efesien sehingga

mendapatkan hasil yang optimal.

9. Linier Programming adalah salah satu teknik dalam riset operasi yang

menggunakan metode matematika dengan mengalokasikan sumberdaya

yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan dalam hal ini adalah

mengoptimalkan keuntungan

10. Fungsi kendala adalah penyajian secara matematis batasan kapasitas

yang tersedia dan akan di alokasikan secara optimal keberbagai aktivitas.

11. Fungsi tujuan adalah suatu fungsi yang menggambarkan tujuan atau

sasaran di dalam permasalahan yang berkaitan dengan pengaturan

sumber daya agar memperoleh keuntungan maksimum.

12. Cabai rawit tanaman yang ditanam oleh kelompok tani yang berada di

Kecamatan Tarakan Utara, yang diproduksi dalam satuan kg

50
43
13. Benih biji tanaman yang digunakan dalam memproduksi cabai rawit dan

cabai besar dalam satuan bungkus

14. Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen, yang digunakan

dalam memproduksi cabai rawit dan cabai besar dalam

15. Pupuk Npk pupuk merupakan buatan yang berbentuk cair atau padat, yang

digunakan dalam memproduksi cabai rawit dan cabai besar dalam satuan

16. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usahatani

cabai rawit dan cabai besar dalam satu kali musim tanam diperhitungkan

oleh pemilik lahan. Tenaga kerja yang bekerja berasal dari dalam keluarga

maupun dari luar keluarga.

17. Pupuk Kcl adalah pupuk yang mengandung unsur kalium, digunakan dalam

perawatan cabai rawit dan cabai besar.

18. Pupuk organik semua sisa bahan tanaman atau kotoran hewan yang

memiliki kandungan unsur hara rendah, yang digunakan dalam perawatan

cabai rawit dan cabai besar dalam

19. Pestisida adalah pembasmi hama yang digunakan untuk mengendalikan,

menolak organisme pengganggu, digunakan dalam perawatan cabai rawit

dan cabai besar

44
51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tarakan Utara

4.1.1 Umum

Gambar 6. Peta Tarakan Utara

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang

Pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Tarakan, dan Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, serta, Peraturan Daerah Kota

Tarakan Nomor 10 Tahun 2008 tentang organisasi Tata Kerja Kecamatan dan

Kelurahan dan Kota Tarakan, untuk tertib dan lancarnya pelaksanaan tugas

kecamatan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, maka perlu

mengatur tugas pokok dan fungsi serta tata kerja organisasi Kecamatan Kota

Tarakan yang ditetapkan dalam suatu peraturan Walikota Tarakan. Sedangkan

dilingkungan Pemerintah Kota Tarakan, tugas pokok dan fungsi serta tata kerja

organisasi kecamatan diatur dalam perwali Nomor 22 Tahun 2009.

52
4.1.2 Geografis

Kecamatan Tarakan Utara terletak pada 3°14’30” - 3°25 lintang utara dan

117°31’45” - 117°38’ bujur timur. Luas wilayah Kecamatan Tarakan Utara

mencapai 169,28 km², terdiri atas wilayah daratan seluas 109,36 km² dan

wilayah lautan seluas 59,92 km². Luas wilayah ini terbagi menjadi 10,59 km²

untuk Kelurahan Juata Permai, 14,23 km² untuk Kelurahan Juata Kerikil, dan

84,54 km² untuk Kelurahan Juata Laut.

Batas Administratif wilayah Kecamatan Tarakan Utara adalah sebelah

utara berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Pulau Bunyu, sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Pulau Bunyu, dan Laut Sulawesi, Sebelah

selatan berbatasan dengan Kecamatan Tarakan Barat dan Kecamatan Tarakan

Tengah sedangkan sebelah barat berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan

Sesayap

Kecamatan Tarakan Utara berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Tarakan Nomor 23 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kecamatan Tarakan

Utara. Kecamatan Tarakan Utara seperti yang dimaksud dalam Peraturan

tersebut diatas ditata dan ditetapkan sehingga terdiri dari wilayah kelurahan

sebagai berikut:

1. Kelurahan Juata Kerikil

2. Kelurahan Juata Laut

3. Kelurahan Juata Permai

Kecamatan Tarakan Utara merupakan pecahan dari wilayah Kecamatan

Tarakan Barat, bersamaan dengan terbentuknya Kecamatan Tarakan Utara,

terbentuk pula Kelurahan Juata Kerikil dan Kelurahan Juata Permai, yang

sebelumnya merupakan wilayah kerja Kelurahan Juata Laut.

53
4.2 Gambaran Umum Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini terbagi atas tiga jenis

karakteristik yaitu, responden berdasarkan umur, responden berdasarkan tingkat

pendidikan, responden berdasarkan jumlah keluarga. Jumlah responden dalam

penelitian ini adalah 16 responden dimana dalam pengambilan sampel penelitian

ini hanya pada petani yang menanam cabai rawit dan cabai besar yang berada di

Kecamatan Tarakan Utara, berikut adalah responden berdasarkan tingkat

karakteristiknya.

4.2.1 Responden Berdasarkan Tingkat Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya

kinerja petani cabai rawit dan cabai besar. Secara fisik kemampuan bekerja

diukur dengan usia. Orang dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja

atau man power (Payaman J.Simanjuntak,2001). Karakteristik berdasarkan umur

petani cabai rawit dan cabai besar di Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat

pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Tingkat Umur Petani Cabai Rawit dan Cabai Besar di Kecamatan
Tarakan Utara.
No Umur responden Jumlah Presentase %
1 28-44 7 43,75
2 45-61 7 43,75
3 62-78 2 12,5
Jumlah 16 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan tabel 5 diatas, hasil wawancara dengan petani cabai rawit

dan cabai besar di Kecamatan Tarakan Utara bahwa jumlahnya yang berumur

28-44 orang berjumlah 7 responden dengan presentase 43,75%, untuk jumlah

yang mempunyai umur 45-61 orang berjumlah 7 responden dengan presentase

43,75%, untuk jumlah yang mempunyai umur 62-78 orang berjumlah 2

responden dengan presentase 12,5%. Bisa dilihat kebanyak petani yang berada

54
di Kecamatan Tarakan Utara pada saat ini sudah pada umur tidak muda lagi

dikarenakan anak muda pada saat ini banyak yang kurang tertarik dibidang

pertanian, padahal bidang pertanian merupakan bidang yang tidak ada habisnya

karena usaha dibidang pertanian hasilnya selalu dibutuhkan oleh orang banyak.

Umur mempengaruhi perilaku petani terhadap pengambilan keputusan

dalam kegiatan usahatani. Umur petani merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kemampuan kerja petani dalam melaksanakan kegiatan

usahatani. Petani yang bekerja dalam usia produktif akan lebih baik dan

maksimal dibandingkan usia non produktif. Selain itu, umur juga dapat dijadikan

tolak ukur untuk melihat aktivis petani dalam bekerja ( Hasim, 2006)

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani

cabai dalam produksi tanaman cabai rawit dan cabai besar. Dengan pendidikan

maka akan memberikan atau menambah kemampuan bertani untuk dapat

mengambil keputusan, mengatasi masalah-masalah yang terjadi (Mamboai,

2003) dalam Tahir (2015). Karakteristik tingkat pendidikan petani cabai rawit dan

cabai besar di Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Tingkat pendidikan Petani Cabai Rawit dan Cabai Besar di Kecamatan
Tarakan Utara
No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase %
1 SD 6 37,5
2 SMP 5 31,25
3 SMA 5 31,25
Jumlah 16 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan tabel 6 diatas petani Cabai Rawit dan Cabai Besar yang

menempuh pendidikan lulus SD sebanyak 6 responden dengan presentase

37,5%, petani Cabai Rawit dan Cabai Besar yang lulus SMP sebanyak 5

responden dengan presentase 31,25% dan yang terakhir petani Cabai Rawit dan

55
Cabai Besar yang lulus SMA sebanyak 5 responden dengan presentase

31,25%. Rendah tingkkat pendidikan yang dimiliki petani Cabai Rawit dan Cabai

Besar dikarenakan keterbatasan ekonomi.

Berdasarkan hasil yang didapat oleh peneliti bahwa petani yang ada di

Kecamatan Tarakan Utara banyak petani yang memiliki pendidikan yang rendah

dan ini akan mempengaruhi hasil produksi yang dilakukan karena kurang taunya

petani dalam mengelolah atau memanajemen dalam usahataninya.

Tingkat pendidikan petani akan berpengaruh pada penerapan inovasi

baru, sikap mental dan perilaku tenaga kerja dalam usahatani. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi,

pendidikan petani tidak hanya berorirntasi terhadap peningkatan produksi tetapi

mengenai kehidupan sosial masyarakat tani ( Soeharjo dan Patong, 1999)

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Karakteristik berdasarkan jumlah anggota keluarga pada petani Cabai

Rawit dan Cabai Besar dapat dilihat pada tabel 7

Tabel 7. Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Petani Cabai Rawit


dan Cabai Besar di Kecamatan Tarakan Utara.
No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Presentase %
1 2-4 7 43,75%
2 5-7 9 56,25%
Jumlah 16 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan pada tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga 2-

4 orang berjumlah 7 responden dengan presentase 43,75% untuk jumlah

anggota keluarga 5-7 orang berjumlah 9 responden dengan presentase 56,25%.

Yang berarti bahwa jumlah anggota keluarga petani yang harus menjadi

tanggungan oleh responden tidak terlalu banyak. Sebab besarnya jumlah

anggota keluarga dapat mempengaruhi kebutuhan hidup dalam keluarga.

56
4.2.4 Luas Lahan Petani Cabai Rawit dan Cabai Besar

Luas lahan yang digunakan budidaya Cabai Rawit dan Cabai Besar akan

mempengaruhi produksi Cabai yang dihasilkan. Berikut tabel luas lahan yang

dipakai untuk menanam Cabai Rawit dan Cabai Besar.

Tabel 8. Luas Lahan Dipakai Menanam Cabai


No Nama Responden Luas Lahan (Ha)
Cabai Rawit Cabai Besar
1 Mursito 0,200 0,250
2 Yohanes Palentin D 0,063 0,063
3 Sutrisno 0,100 0,100
4 Yulius Tadung 0,090 0,075
5 Sabir 0,250 0,250
6 Mugilan 0,360 0,450
7 Pusdika 0,030 0,250
8 H. Armansyah 0,020 0,250
9 Marhen 0,080 0,250
10 Rustam 0,050 0,040
11 Kisowo 0,200 0,300
12 Benyamin 0,088 0,088
13 Mustofa 0,090 0,075
14 Daniel Tappi 0,100 0,100
15 Deni 0,200 0,200
16 Mansyur 0,100 0,100
Rata-rata 0,13 0,18
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Rata-rata luas lahan cabai Rawit sebesar 0,13 Ha, sedangkan rata-rata

luas lahan yang petani gunakan untuk menanam Cabai Besar sebesar 0,18 Ha.

4.3 Penjualan Cabai Rawit dan Cabai Besar

Penjualan adalah berkumpulnya seorang pembeli dan penjual dengan

tujuan melaksanakan tukar menukar barang dan jasa berdasarkan pertimbangan

yang berharga misalnya pertimbangan uang (Winardi, 2005). Penjualan menurut

Thamrin Abdullah dan Francis Tantri (2016) penjualan adalah bagian dari

57
promosi dan promosi adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem

pemasaran.

Penjualan menurut M. Narafin (2006), penjualan adalah proses menjual,

padahal yang dimaksud penjualan dalam laporan laba rugi adalah hasil menjual

atau hasil penjualan (sales) atau jualan.

Pengertian penjualan menurut Assuari (2004), Penjualan marupakan

proses atau kegiatan manusia yang mengarahkan untuk memenuhi dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan penjualan adalah

tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan melakukan proses pertukaran

barang atau jasa berdasarkan pertimbangan yang berharga, dengan tujuan

mendapatkan keutungan dari suatau Usaha Tani Cabai Rawit dan Cabai Besar.

Tempat penelitian yang saya lakukan di Kecamatan Tarakan Utara untuk Usaha

Tani Cabai Rawit dan Cabai Besar sekali musim panen melakukan penjualan

rata-rata sebagai berikut:

Tabel 9. Penjualan Cabai Rawit dan Cabai Besar di Kecamatan Tarakan Utara
No Jenis Cabai Jumlah Penjualan (Kg)
1 Rawit 109
2 Besar 135
Total 244
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 9 diatas dari enam belas responden petani Cabai Rawit

dan Cabai Besar, Cabai Rawit penjualannya sebesar 109 kilogram dari rata-rata

luas lahan 0,13 Ha. Sedangkan untuk Cabai Besar menjual sebesar 135

kilogram dari luas lahan rata-rat 0,18 Ha. Total dari satu kali produksi Cabai

Rawit dan Cabai besar sebesar 224 per kilogram.

58
4.4 Biaya Produksi Seluruh Responden

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

atau semua beban ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu barang

atau jasa (Yana Karyana, 2008). Begitu juga dalam penelitian ini Biaya produksi

pada usahatani cabai rawit dan cabai besar, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk mendapatkan faktor produksi yang digunakan untuk melakukan usaha

penjualan cabai rawit dan cabai besar.

4.4.1 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu

relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan (Zulkifli

2003).

Dalam penelitian ini biaya yang termasuk biaya tetap adalah cangkul, sabit,

sprayer dan parang. Dalam analisis optimalisasi ini yang akan dijadikan biaya

tetap adalah biaya penyusutannya, dimana rumus untuk mencari biaya

penyusutan adalah hasil dari pembagian harga barang dikurangi harga sisa

dibagi umur ekonomis. Dari perhitungan biaya penyusutan untuk penjualan cabai

rawit dan cabai besar di dapatkan dari hasil sebagai berikut:

Tabel 10. Biaya Penyusutan Penjualan Cabai Rawit dan Cabai Besar
No Nama barang Penyusutan (Rp.)
1 Cangkul 29.821
2 Sabit 20.039
3 Sprayer 37.500
4 Parang 13.750
Biaya penyusutan total 101.111
Biaya per kilogram 414
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 10 diatas bisa dilihat bahwa biaya tetap yang

dikeluarkan untuk produksi cabai rawit dan cabai besar selama satu kali musim

tanam adalah Rp. 101.111. Biaya tetap per kilogram sebesar Rp. 414 yang

59
dimana didapat dari hasil pembagian total biaya tetap dibagi dengan jumlah

produksi.

Menurut Fazlurrahman (2012) menunjukkan bahwa dalam penelitiannya

biaya tetap yang terdiri atas biaya pembelian cangkul, parang, golok plastik

mulsa, anjir bambu, drum, ember, jirigen, handsprayer, pembolong mulsa, tali

gala atau rafia, mesin penyemprot obat, dan mesin air. Rp. 5.193.396 per tahun,

peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani cabai rawit merah pada

luasan lahan 1 ha.

Artinya bahwa biaya tetap yang digunakan petani dalam penelitian

Fazlurrahman lebih besar dibandingkan biaya tetap yang digunakan oleh petani

dalam penelitian ini, karena alat yang digunakan petani dalam penelitian

Fazlurrahman lebih banyak.

4.4.2 Biaya Variabel Per Kilogram

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan, namun biaya per unitnya tetap. Artinya jika,

volume kegiatan diperbesar dua kali lipat, maka total biaya juga menjadi dua kali

lipat dari jumlah sebelumnya (Zulkifli :2003). Contoh biaya variabel pada

usahatani cabai rawit adalah biaya input produksi bibit, pupuk dan pestisida.

Biaya variabel per Ha dari enam belas responden, dalam penelitian ini

biaya variabel dibedakan menjadi dua, yaitu biaya variabel produksi usahatani

cabai rawit dan biaya variabel untuk produksi usahatani cabai besar. Berikut ini

adalah data biaya variabel yang dikeluarkan untuk produksi usahatani cabai

rawit.

60
a. Biaya Variabel Produksi Usahatani Cabai Rawit

Tabel 11. Biaya Variabel Produksi Usahatani Cabai Rawit


No Nama barang Jumlah (Rp.)
1 Bibit 350
2 Pupuk 11.751
3 Pestisida 7.026
4 Biaya tenaga kerja 1.835
Total 20.962
Sumber: Data Primer Diolah 2018

b. Biaya Variabel Produksi Usahatani Cabai Besar

Tabel 12. Biaya Variabel Produksi Usahatani Cabai Besar


No Nama barang Jumlah (Rp.)
1 Bibit 211
2 Pupuk 8.280
3 Pestisida 5.241
4 Biaya tenaga kerja 1.481
Total 15.213
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 11 dan 12 diatas bisa dilihat biaya variabel untuk

produksi usahatani cabai rawit dan cabai besar. Untuk produksi usahatani cabai

rawit biaya variabel yang dikeluarkan adalah senilai Rp. 20.962 dengan luasan

lahan cabai rawit rata-rata 0,13 Ha sedangkan biaya produksi usahatani cabai

besar sebesar dengan luas lahan rata-rata 0,18 Ha Rp. 15.213. Bisa dikatakan

bahwa biaya variabel yang dikeluarkan dalam produksi usahatani cabai rawit

lebih besar jika dibandingkan dengan biaya variabel produksi usahatani cabai

besar. Perbedaan biaya ini tentunya dipengaruhi oleh banyaknya input-input

produksi yang dikeluarkan.

Adapun biaya variabel ini terdiri dari bibit Cabai Rawit yang banyak

digunakan petani Cabai yaitu bibit Cabai Rawit jenis Dewata F1, bibit Cabai

besar jenis benih Cabai Besar Hibrida, pupuk kotoran ayam, Npk, Urea. Pestisida

61
Antracol, Vegasus, Desis, Curacron, Infoy, Gozieb. Tenaga kerja dari dalam

keluarga maupun luar keluarga.

Yulizar (2015) menunjukkan bahwa biaya variabel dari penelitiannya yang

terdiri atas biaya pembelian bibit, karung mulsa, polibag, pupuk organik dan

anorganik serta pembelian pestisida dan biaya tenaga kerja adalah sebesar Rp.

1.347.198

Perbandingan biaya variabel dalam penelitian ini dengan penelitian Yulizar,

biaya variabel cabai rawit Rp. 20.962 dengan luas lahan rata-rata 0,13 Ha untuk

Cabai Besar Rp. 15.213 luas lahan rata-rata 0,18 Ha. Untuk biaya variabel dalam

penelitian Yulizar Rp. 1.347.198 lebih besar dikarenakan pemakaian pupuk dan

pestisidanya lebih banyak, harga pupuk dan pestisidanya juga mahal dalam

penelitian Yulizar petani yang diteliti olehnya memakai Karung Mulsa untuk

dilahan, penyemaian benih memakai polibag.

4.5 Biaya Total Penjualan Cabai Per Kilogram

Biaya total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh

petani cabai rawit dan cabai besar untuk membeli semua keperluan baik barang

maupun jasa yang akan digunakan dalam proses produksi cabai rawit dan cabai

besar, biaya total yang digunakan dalam proses penjualan cabai rawit dan cabai

besar adalah sebagi berikut:

Tabel 13. Biaya Total Penjualan Cabai


No Jenis Cabai Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Total Biaya /kg (Rp)
1 Rawit 414 20.962 21.376
2 Besar 414 15.213 15.627
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Adapun dengan mengelolah data diatas menggunakan rumus total fixed

atau total biaya tetap ditambah dengan total variabel cost atau total biaya

variabel.

62
Berdasarkan tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa total biaya per kilogram

yang dikeluarkan untuk melakukan produksi maupun penjualan cabai rawit

sebesar Rp. 21.376 untuk cabai besar total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.

15.627

Sedangkan dari penelitian terdahulu judul Kelayakan Usahatani Cabai

Merah Dengan Sistem Panen dan Sistem Panen Merah (Studi Kasus Pada

Petani Cabai Di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmaya), Dedi Djuliansah

(2006). Menunjukkan bahwa biaya total dari penelitiannya yaitu sebesar Rp.

81.747.577. Dan pada petani cabai panen hijau yaitu sebesar Rp. 68.582.706.

Biaya total yang merupakan penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya

variabel.

4.6 Penerimaan

Menurut Soedjarmanto dan Riswan (1994) Penerimaan adalah total (Total

Revenue) dari suatu usaha dapat diperoleh dari hasil perkalian antara jumah

produk yang dihasilkan (terjual) dengan harga dari produk tersebut. Dalam

usahatani cabai ini penerimaan dapat diartikan sebagai perkalian antara jumlah

produksi cabai rawit dan cabai besar dikalikan dengan harga penjualannya.

Berikut adalah data penerimaan cabai rawit dan cabai besar di Kecamatan

Tarakan Utara, tetapi sebelum mendapat penerimaan maka berikut merupakan

harga jual dari dua jenis cabai:

Tabel 14. Harga Jual Cabai


No Jenis cabai Harga jual (Rp) / Kilogram
1 Rawit 41.875
2 Besar 27.500
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Harga adalah jumlah uang ditambah beberapa barang atau mungkin yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta

63
pelanggannya. (Basu Swasta, 2005). Menurut Tjiptono (2005) harga adalah

satuan moneter atau ukuran lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak

kepemilikan atau pengguna suatu barang dan jasa.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan harga rata-rata dari setiap jenis

cabai. Yang mana sebelumnya untuk setiap jenis cabai memiliki harga jual yang

berbeda berdasarkan jenis cabainya yaitu cabai rawit dan cabai besar. Dengan

demikian maka penerimaan yang diperoleh petani cabai rawit dan cabai besar di

Kecamatan Tarakan Utara adalah sebagai berikut.

Tabel 15. Penerimaan Untuk Setiap Satu Kali Penjualan


No Cabai Produksi (kg) Harga (Rp.) Jumlah (Rp.)
1 Rawit 109 41.875 4.566.992
2 Besar 135 27.500 3.712.500
Total 8.279.492
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Adapun untuk mendapatkan atau menghitung penerimaan bisa didapat

dengan rumus quantity atau jumlah produksi dikali dengan price harga produksi.

Berdasarkan tabel 15 diatas bisa dilihat bahwa penerimaan dari penjualan

cabai di Kecamatan Tarakan Utara untuk jenis cabai rawit mendapatkan

penerimaan sebesar Rp. 4.566.992, untuk jenis cabai besar mendapat

penerimaan sebesar Rp. 3.712.500 total penerimaan yang diterima petani cabai

yang berada di Kecamatan Tarakan Utara sebesar Rp. 8.279.492

Hasil penjualan tersebut menunjukan bahwa penerimaan dari penjualan

cabai rawit jauh lebih besar dibandingkan penjualan cabai besar. Hal itu tidak

terlepas dari pengaruh harga produk dan jumlah pendapatan per kilogramnya,

serta jumlah input yang digunakan seperti input bibit, pupuk, pestisida, dan

tenaga kerja.

64
Menurut Fazlurrahman (2012). Bahwa penerimaan atas cabai rawit merah

adalah sebesar Rp 199.793.382,5. penerimaan yang diperoleh petani mitra dari

hasil kali jumlah produksi rata-rata cabai rawit merah per hektar per musim

dengan harga kesepakatan kemitraan sebesar Rp 10.000 per kilogram.

Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian peneliti bahwa

penerimaan cabai rawit sebesar Rp. 4.566.992 Cabai Besar Rp. 3.712.500 total

penerimaan Rp. 8.279.492. Penerimaan Cabai merah besar Rp. 199.793.382,5.

Bisa dilihat bahwa penerimaan Fazlurrahman lebih besar dibandingkan

penerimaan penelitian ini karena, luas lahan yang digunakan dalam penelitian

Fazlurrahman lebih besar dan adanya harga pemasaran yang sudah ditetap dari

kedua pihak petani dan pembeli cabai.

4.7 Keuntungan

Menurut M, Narafin (2007) laba (income) adalah perbedaan antara

pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode

tertentu. Pengertian laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban

sehubungan dengan kegiatan usaha, apabila pendapatan melebihi biaya yang

dikeluarkan berarti perusahaan mendapatkan laba dan sebaliknya jika biaya

melebihi pendapatan berarti perusahaan menderita rugi. Oleh karena itu, laba

adalah hasil pengurangan antara pendapatan dengan biaya. (Soemarso, 2005).

Menurut Kuswadi (2012) secara sederhanakan mendefinisikan keuntungan

(laba) adalah pendapatan dikurangi seluruh beban atau biaya yang telah

dikeluarkan.

Untuk menghitung keuntungan dalam penelitian ini yang dilakukan di

Kecamatan Tarakan Utara, adalah pengurangan antara penerimaan dengan total

biaya yang mana total biaya dan penerimaan sudah didapat sebelumnya. Total

65
biaya produksi dari cabai rawit dan cabai besar untuk setiap kg sudah diketahui,

selanjutnya mencari beberapa besar laba yang diperoleh dari setiap penjualan

cabai rawit dan cabai besar untuk setiap kg.

Untuk mendapatkan laba atau keuntungan dari per kilogram cabai rawit

dan cabai besar dengan cara mengurangi harga penjualan per kilogram dengan

total biaya per kilogram. Berikut ini adalah data hasil pengurangan antara harga

penjualan cabai rawit dan cabai besar dengan biaya yang dikeluarkan.

Tabel 16. Keuntungan Per Kilogram cabai rawit dan cabai besar
No Cabai Total Biaya per Harga Jual per Kg Keuntungan
Kg (Rp.) (Rp.) (Rp)
1 Rawit 21.376 41.875 20.499
2 Besar 15.627 27.500 11.873
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Sedangkan rumus yang digunakan untuk mencari atau mendapat

keuntungan cabai dari tabel diatas menggunakan rumus total revenue atau

penerimaan total dikurangi total cost atau total biaya.

Berdasarkan tabel 16 diatas didapat untuk keuntungan setiap jenis cabai.

Cabai rawit mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 20.499 untuk cabai besar Rp.

11.873 bisa dilihat bahwa sebenarnya yang paling banyak memiliki keuntungan

adalah cabai rawit, karena harga cabai rawit lebih mahal dibandingkan harga

cabai besar.

Tabel 17. Keuntungan usahatani cabai


No Jenis Cabai Penerimaan Total Biaya (Rp) Keuntungan (Rp)
Total (Rp)
1 Rawit 4.566.992 2.331.320 2.235.672

2 Besar 3.712.500 2.109.645 1.602.855

Total 3.838.527
Sumber: Data Primer Diolah 2018

66
Berdasarkan tabel 17 diatas dapat dilihat bahwa. Untuk menghitung atau

mencari keuntungan usahatani cabai dengan keuntungan, penerimaan total

dikurangi total biaya. Dan keuntungan penjualan usahatani cabai rawit sebesar

Rp. 2.235.672 cabai besar sebesar Rp. 1.602.855. Keuntungan total usahatani

cabai sebesar Rp. 3.838.527

Sedang menurut hasil penelitian menurut Kurniawan (2013) menunjukkan

bahwa keuntungan petani cabai rawit sebesar Rp. 2.226.391. dengan luas lahan

0,0546 Ha selama 6 bulan. Lebih besar keuntungan cabai rawit pada penilitian ini

karena luas lahan yang digunakan petani pada penelitian Kurniawan lebih kecil.

4.8 Optimalisasi

Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan kombinasi tingkat penjualan

optimal yang dapat memaksimumkan keuntungan bagi usahatani cabai. Dalam

menganalisis produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal, peneliti

harus terlebih dahulu menentukan fungsi tujuan dan fungsi kendala. Apabila

sudah diketahui persamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala, selanjutnya adalah

menganalisis dengan Linier programming metode simpleks dan grafik.

4.8.1 Fungsi Tujuan

Usahatani cabai dalam penelitian ini menanam dua jenis tanaman cabai

yaitu, cabai rawit sebagai (X1) dan cabai besar sebagai (X2), pada luasan lahan

cabai rawit rata-rata 0,13 ha cabai besar 0,18 ha. Yang artinya kedua jenis

usahatani cabai ini akan dirumuskan menjadi fungsi tujuan bersama dengan

koefisien fungsi tujuannya. Koefisien fungsi tujuan merupakan laba atau

keuntungan dari penjualan cabai rawit dan cabai besar untuk setiap per

kilogramnya. Berdasarkan tabel 17 diatas laba dari cabai rawit dan cabai besar

per kilogramnya sudah diketahui, maka fungsi tujuannya adalah sebagai berikut:

67
Tabel 18. Fungsi tujuan
Z (Rp) X1 (Rp) X1 (Rp)
Z 20.499 11.873
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Keterangan:

Z = Fungsi tujuan

X1 = Keutungan cabai rawit per kilogram

X2 = Keuntungan cabai besar per kilogram

Berdasarkan tabel diatas maka fungsi tujuannya adalah:

Z = 20.499 X1 + 11.873 X2

Z yaitu fungsi tujuannya atau keuntungan maksimal dari usahatani cabai

rawit dan cabai besar, cabai rawit Rp 20.499 cabai besar Rp. 11.873

4.8.2 Fungsi Kendala

Kendala yang digunakan dalam mencari keutungan maksimum di

usahatani cabai rawit dan cabai besar di Kecamatan Tarakan Utara, terdiri dari

empat kendala yaitu benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Faktor kendalaa

atau pembatas berfungsi untuk pencarian solusi terbaik dimana berhubungan

dengan pengalokasian faktor kendala dalam usahatani cabai rawit dan cabai

besar. Keempat kendala tersebut akan dicari koefisiennya atau seberapa besar

biaya yang dikeluarkan untuk satu kali musim tanam untuk per kilogram cabai

rawit dan cabai besar. Setelah itu baru dapat dilakukan perhitungan

menggunakan Software POM For Windows

1. Kendala Usahatani Benih

Menurut Khoerul (2013) benih adalah sangat menentukan keberhasilan

suatu usahatani, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah

populasi per satuan luas akan berkurang. Dalam produksi usahatani, benih

68
yang digunakan benih cabai rawit dan sabai besar dimana benih yang unggul

berperan penting dalam produksi usahatani cabai. Benih sering kali menjadi

faktor kendala atau pembatas dalam prsoses produksi usahatani. Adapun

pembelian dari penggunaan bibit cabai rawit dan cabai besar adalah sebagai

berikut:

Tabel 19. Kendala Pembelian Benih


No Jenis Cabai Biaya Benih/ kg (Rp) Produksi (Kg) Biaya (Rp)
1 Cabai Rawit 38.125 109 350
2 Cabai Besar 28.438 125 211
Total 66.635 244
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 19 diatas dapat dilihat bahwa biaya benih cabai rawit

yang dibeli petani sebesar Rp. 38.125 dengan produksi cabai rawit 109 kilogram

dengan biaya per kilogramnya adalah Rp. 350. sedangkan cabai besar benih

yang dibeli sebesar Rp. 28.438 dengan produksi cabai besar 135 kilogram biaya

perkilo yang dikeluarkan Rp. 211. Total biaya bibit yang dikeluarkan petani

sebesar Rp. 66.635 dengan total pproduksi 244 kilogram. Dari tabel 19 diatas

untuk kendala benih memiliki pertidaksamaan:

350X1 + 211X2 ≤ 66.563

Dimana usahatani cabai rawit dan cabai besar biaya pembelian benih cabai

rawit Rp. 350 cabai besar Rp. 211. Pembelian benih tidak boleh lebih dari Rp

66.563

2. Kendala Pupuk

Pupuk adalah sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk

tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan

pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa pelapukan

69
tanaman dan arang kayu (Novizan, 2005). Pemupukan merupakan setiap usaha

pemberian pupuk, yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang

dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman.

Usahatani cabai rawit dan cabai berada di Kecamatan Tarakan Utara. Rata-rata

menggunakan pupuk Oraganik (kotoran ayam), pupuk Urea, dan pupuk Npk.

Pemberiaan pupuk pada setiap jenis cabai yaitu cabai rawit dan cabai besar.

Berbeda-beda pemberian pupuknya, karena kebanyakan petani cabai di

Kecamatan Tarakan Utara lebih banyak menanam cabai rawit dalam satu lahan

dibandingkan cabai besar. Sehingga pemberiaan pupuknya seringkali menjadi

faktor pembatas atau kendala pada usahatani cabai. Adapun biaya-biaya yang

dikeluarkan sebagai berikut:

Tabel 20. Biaya Pembelian Pupuk


No Jenis Cabai Biaya Pupuk (Rp) Produksi (Kg) Biaya /(Kg)
1 Cabai Rawit 1.280.813 109 11.751
2 Cabai Besar 1.117.792 135 8.280
Total 2.398.605 244
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 20 diatas dapat dilihat bahwa biaya pembelian pupuk,

untuk cabai rawit sebesar Rp. 1.280.831 dari pupuk kompos (kotoran ayam),

Npk, Urea sedangkan cabai besar sebesar Rp. 1.117.792 dari pupuk kompos

(kotoran ayam), Urea, Npk total biaya pembelian pupuk cabai rawit dan cabai

besar sebesar Rp. 2.398.605 total dari biaya pembelian pupuk sebesar Rp.

2.398.605 dari tabel diatas untuk kendala pupuk memiliki pertidaksamaan:

11.751X1 + 8.280X2 ≤ 2.398.604

Dimana usahatani cabai rawit dan cabai besar biaya pembelian pupuk

cabai rawit Rp. 11.751 cabai besar Rp. 8.280. Pembelian pupuk tidak boleh lebih

dari Rp 2.398.604

70
3. Kendala Pestisida

Pestisida merupakan zat atau campuran yang digunakan untuk mencegah,

memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman

dan mikroorganisme pengganggu (Soemirat, 2003 dalam Zulkanain, 2010).

Dalam satu kali musim tanam cabai rawit dan cabai besar pestisida yang

digunakan dalam usahatani petani yaitu Antracol, Vegasus, Desis, Curacron,

Infoy dan Gozieb. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli pestisida

yang menjadi faktor kendala atau pembatasnya adalah:

Tabel 21. Biaya Pembelian Pestisida


No Jenis Cabai Biaya Pestisida (Rp) Produksi (kg) Biaya / (Kg)
1 Cabai Rawit 765.800 109 7.026
2 Cabai Besar 707.550 135 5.241
Total 1.473.350 244
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 21 diatas dapat dilihat bahwa biaya pembelian pestisida,

untuk cabai rawit sebesar Rp. 765.800 sedangkan cabai besar sebesar Rp.

707.550 total dari biaya pembelian pestisida sebesar Rp. 1.473.350 dari

produksi cabai rawit 109 kilogram, cabai besar 135 kilogram total dari produksi

cabai sebesar 244. Dengan biaya per kilogram kendala pestisida cabai rawit Rp.

7.026 cabai besar Rp. 5.241 dari tabel diatas untuk kendala pestisida memiliki

pertidaksamaan:

7.026X1 + 5241X2 ≤ 1.473.350

Dimana usahatani cabai rawit dan cabai besar biaya pembelian pestisida

cabai rawit Rp. 7.026 cabai besar Rp. 5.241. Pembelian pestisida tidak boleh

lebih dari Rp 1.473.350

4. Kendala Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berada pada rentang usia kerja yang

siap melaksanakan pekerjaan, antara lain mereka yang telah bekerja, mereka

71
yang sedang mencari kerja, mereka yang sedang menempuh pendidikan

(sekolah), dan juga mereka yang sedang mengurus rumah tangga (Ritonga dan

Yoga Firdaus, 2007).

Sedangkan Mulyadi (2003) mendefinisikan bahwa tenaga kerja adalah

penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam

suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpasrtisipasi dalam

aktifitas tersebut.

Tenaga kerja pada usahatani cabai rawit dan cabai besar di Kecamatan

Tarakan Utara, yang bertugas dalam produksi cabai rawit dan cabai besar dari

dalam keluarga ataupun dari luar keluarga. Adapun biaya-biaya tenaga kerja

adalah sebagai berikut:

Tabel 22. Biaya Tenaga Kerja


No Jenis Cabai Biaya Tenaga Kerja (Rp) Produksi (Rp) Biaya / Kg
1 Cabai Rawit 400.000 109 3.670
2 Cabai Besar 400.000 135 2.963
Total 800.000 244
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Dari tabel 22 diatas dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja dalam

usahatani cabai rawit dan cabai besar. Untuk cabai rawit sebesar Rp. 400.000

cabai besar Rp. 400.000 total dari biaya tenaga kerja adalah sebesar Rp.

800.000 dari produksi cabai rawit 109 kilogram sedangkan cabai besar 135 total

dari produksi cabai 244 kilogram, biaya per kilogramnya adalah cabai rawit 3.670

per kilogram cabai besar 2.963 per kilogram. Dari tabel 22 diatas untuk kendala

tenaga kerja memiliki pertidaksamaan:

3670X1 + 2963X2 ≤ 800.000

72
Dimana usahatani cabai rawit dan cabai besar untuk biaya tenaga kerja

pada cabai rawit Rp. 3.670 cabai besar Rp. 2.963. Biaya tenaga Rp. 800.000

Semua kendala produksi sudah didapat koefisiennya atau kebutuhan biaya

produksi per satu satuan produknya. Dikarenakan semua koefisien yang sudah

didapat maka kita harus mengisi matriks dasar metode simpleks sebelum diolah

ke software. Berikut matriks dasar yang terbentuk:

Tabel 23. Tabel Matrix Metode Simpleks dan Faktor Pembatas

Fungsi batasan (faktor Satuan Jenis produk RHS (Right


yang mempengaruhi Hand Side)
input produksi) Cabai Rawit Cabai Besar
(X1) (X2)
Rp 20.499 11.873
Maksimum
Bibit (a) Rp 350 211 ≤ 66.563
Pupuk (b) Rp 11.751 8.280 ≤ 2.398.604
Pestisida (c) Rp 7.026 5.241 ≤ 1.473.350
Tenaga Kerja (d) Rp 3.670 2.963 ≤ 800.000
Sumber: Data Primer Diolah 2018

4.8.3 Kombinasi Produk Optimal

Produksi optimal yaitu pada saat usahatani cabai rawit dan cabai besar di

Kecamatan Tarakan Utara, mampu memberikan keuntungan yang paling tinggi

atau maksimal. Keuntungan maksimal bisa didapatkan dengan

mengkombinasikan secara tepat antara usahatani cabai rawit dengan cabai

besar dengan mempertimbangkan faktor kendala yang ada, dalam penelitian ini

yang menjadi faktor kendala atau pembatas adalah bibit, pupuk, pestisida dan

tenaga kerja. Melalui analisis program linier kita bisa melihat kombinasi yang

tepat untuk usahatani cabai di Kecamatan Tarakan Utara. Berikut adalah hasil

dari analisis program linier, yaitu analisis simplek dengan iterasi dan analisis

grafik.

73
Dengan kendala yang ada seperti bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.

Usahatani cabai di Kecamatan Tarakan Utara, masih mampu melakukan

produksi optimal seperti pada hasil analisis. Berikut adalah hasil dari analisis

program linier.

1. Hasil Iterasi Program Linier

Hasil iterasi menggunakan metode simplek didapatkan 2 kali proses iterasi

atau pencarian solusi terbaik. Dari dua kali iterasi tersebut didapatkan produksi

usahatani cabai yang paling optimum dan memberikan keuntungan maksimal,

pada iterasi kedua didapatkan nilai yang menunjukan jumlah produksi optimum,

yaitu X1 (cabai rawit) sebesar 190,18 kilogram dan X2 (cabai besar) sebesar 0

dengan nilai Z (keuntungan maksimum) yang didapatkan sebesar Rp. 3.898.500

2. Analisis Grafik

Dari hasil analisis mengguunakan linier programming metode grafik

didapatkan kombinasi produksi usahatani yang optimal yaitu pada titik produksi

dimana X1 (cabai rawit) pada titik 190,18, dan X2 (cabai besar) pada titik 0.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 24.

Tabel 24. Titik Yang Terbentuk Dari Analisis Linier Programming Metode Grafik
Kombinasi X1 X2 Z
1 0 0 0
2 190,18 0 3.898.500
3 0 2.699.966 3.205.670
4 108.216 1.359.593 3.832.564
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Keterangan:

X1 = Cabai Rawit

X2 = Cabai Besar

Z = Fungsi Tujuan

74
Dari hasil analisis grafik, titik kombinasi antara X1 (cabai rawit) dan X2

(cabai besar) adalah pada titik (3.898.500) atau bisa diartikan kombinasi yang

paling optimal untuk produk X1 (cabai rawit) adalah 190,18 kilogram, dan X2

(cabai besar) adalah 0. Dengan keuntungan yang akan didapat adalah sebesar

Rp. 3.898.500 berikut adalah gambar dari analisis grafik.

Gambar 7. Hasil Analisis Metode Grafik

4.8.4 Perbandingan Produksi Usahatani Cabai di Kecamatan Tarakan Utara

Dengan Hasil Analisis

Setelah dianalisis menggunakan program linier , didapat kombinasi optimal

untuk usahatani cabai rawit dan cabai besar di Kecamatan Tarakan Utara.

Dimana produksi hasil penelitian memberikan keuntungan lebih besar

dibandingkan dengan produksi usahatani yang dilakukan petani di Kecamatan

Tarakan Utara pada saat ini. Berikut adalah data perbandingan antara produksi

usahatani hasil analisis dari produksi aktual.

75
Tabel 25. Perbandingan Keuntungan Produksi Usahatani Aktual Dengan
Produksi Hasil Analisis Untuk Sekali Musim Panen
Produksi cabai (Kg) Keuntungan / Kg Keuntungan (Rp)
(Rp)
Penjualan pada usahatani Cabai di Kecamatan Tarakan Utara
X1 109 20.499 2.235.672
X2 135 11.873 1.602.855
Jumlah (Rp) 3.838.527
Penjualan Hasil Analisis
X1 190,18 20.499 3.898.500
X2 0 11.873 0
Jumlah (Rp) 3.898.500
Selisih (Rp) 59.973
Sumber: Data Primer Diolah 2018

Keterangan:

X1 = Cabai rawit

X2 = Cabai besar

Dari tabel 25 diatas bisa dilihat bahwa hasil jumlah penjualan usahatani

cabai rawit dan cabai besar dari hasil analisis cabai rawit sebesar 190,18

kilogram dan cabai besar sebesar 0 kilogram, dari penjualan ini didapatkan

keuntungan maksimal sebesar Rp. 3.898.500. Apabila di bandingkan dengan

penjualan usahatani cabai rawit sebesar yang dilakukan petani cabai di

Kecamatan Tarakan Utara yaitu sebesar 109 kg untuk cabai rawit sedangakan

cabai besar sebesar 135 kg dengan keuntungan sebesar Rp. 3.838.527, maka

selisih dari keuntungan antara penjualan usahatani dari hasil analisis dengan

penjualan aktual petani cabai rawit dan cabai besar sebesar Rp. 59.973 sebagai

rekomendasi, petani cabai rawit dan cabai besar bisa melakukan penjualan

dengan jumlah yang sesuai dengan hasil analisis program linier, dikarenakan

kombinasi ini mampu meningkatkan keuntungan bagi petani usahatani cabai

rawit dan cabai besar, sampai batas maksimal.

76
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai

Analisis Optimalisasi Penjualan Pada Usahatani Cabai Rawit (Capsicum

frutenscens L) dan Cabai Besar (Capsicum Annum L) Di Kecamatan Tarakan

Utara, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan metode simplek didapatkan kombinasi penjualan

optimum yang mampu memberikan keuntungan maksimal sebesar Rp.

3.898.500 satu kali produksi

2. Dari analisis linier programming menggunakan simplek didapatkan

kombinasi yang terbentuk empat kombinasi dan penjualan yang optimum

pada usahatani cabai rawit dan cabai besar di Kecamatan Tarakan Utara,

yaitu terdapat pada kombinasi yang kedua dengan persamaan Z = C1X1+

C2X2. Dengan penjualan cabai rawit sebanyak 190,18 kilogram, dan cabai

besar sebanyak 0 kilogram.

5.2 Saran

1. Disarankan untuk petani agar lebih menggunakan pupuk dan pestisida

yang alami seperti pupuk kompos dikarenakan dari hasil analisis peneliti

biaya pupuk dan biaya pestisida cukup besar yang digunakan petani.

2. Untuk petani yang ada di Kecamatan Tarakan Utara, disarankan agar

dapat menanam cabai rawit dengan meningkatkan produksi dari yang

sebelumnya 109 kilogram menjadi 190 kilogram agar mengutungkan

3. Disarankan agar Pemerintah bisa membantu dalam pembuatan kebijakan

penjualan cabai di Kota Tarakan terutama dalam permasalahan harga jual

cabai agar harganya stabil

77
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2012. Manajemen Pemasaran. PT Rajaa


Grafindo Persada. Depok.

A. Tohir, Kaslan. 1991.Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia, Rineka


Cipta. Jakarta.

Assauri, Sofjan, 2004. Manajemen Pemasaran. Rajawali Press. Jakarta.

Basu Swastha, 2001. Manajemen Pemasaran Modern: Yogyakarta BPFE

Basu Swastha & Irawan. 2005 Manajemen Pemasaran Modern. Liberty.


Yogyakarta.

Balai Besar Pengkajianan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008.Teknologi


BudidayaCabaiMerah”.http://bbp2tp.litbang.pertanian.go.id/images/stories
/budidaya/cabemerah.pdf. Diakses pada tanggal 09 November 2017

Depdikbud.1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dawson Charerine, 2010. Model Penelitian Praktis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Dermawan. 2010. Budi Daya Cabai Unggul, Cabai Besar, Cabai keriting, Cabai
Rawit,dan Paprika.Penebar Swadaya. Jakarta.

Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar


Swadaya.Jakarta.

Ir. Rahmat Rukmana.1994. Cabai Hibrida Sistem Mulsa.


Usahatani.http://hunderi.wordpress.com/tag/pengertian-cabai/diakses
pada 13 Oktober 2017

Koslam A Tohir. 1991. Usaha Tani. Rienika. Jakarta .

Kotler, Philip. 2005 Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas, Jilid Kesatu. PT


Indeks Gramedia.Jakarta.

Machud Sidik. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah Dalam Di Negara Republik


Indonesia. Raja Ghalia Indonesia. Jakarta.

M. Nafarin.2009. Penggaran Perusahaan. Penerbit Salemba4. Jakarta.

M. Nafarin.2007. Penggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta :Salemba Empat


hhtp://adaddanuarta.blogspot.in/2014/11/laba-menurut-para-ahli-
html.?m=1 diakses pada 21 November 2017

Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan.


Raja Grafindo Persada. Jakarta.

78
Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agronomedia Pustaka.


Jakarta.

Rahim. Abd. Dan Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Ritonga. MT dan Yoga Firdaus. 2007. Ekonomi untuk SMA kelas X. Phibeta.
Jakarta.

Simpson, M. G., 2010. Plant Systematics, Elsevier, Burlington, USA. Inc,


Publishers, Sunderland, Massachusetts, U. S. A .diakses pada tanggal
16 November 2017

Soekartawi. 2001. Agribisnis. Teori Dan Aplikasinya, Cetakan ke-6. PT. Grafindo
Persada. Jakarta.

Soekartawai. 2001. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Seemirat J, 2003. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University press.


Yogyakarta.

Soekartawi, 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Erlangga Jakarta.

Swasta, Basu 2003 Manajemen Pemasaran Modern, Liberty. Yogyakarta.


hhtp://adaddanuarta.blogspot.in/2014/11/laba-menurut-para-ahli
html.?m=1 diakses pada 21 November 2017

Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business Edisi 1 and 2. Jakarta :
Salemba Empat diakses pada 21 November 2017

Setiawati dkk. 2008. Tumbuhan bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya
Untuk Pengendalian Organisme Pengganggun(OPT). Prima Tani Balista:
Bandung.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Alfabeta.


Bandung.

Soedjarwanto dan Riswan 1994. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Batu
Bata di Kabupaten Pati II Banyumas. Laporan Hasil Penelitian Fakultas
Ekonomi Unseed. Purwokerto.

Soemarso, 2005. Akutansi Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Salemba Empat.


Jakarta.

Simanjuntak , Payaman J, 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusi.,


Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

79
Swastha Basu. DH. 2003. Azas-azas Marketing. Edisi Ketiga. Liberty.
Yogyakarta.

Tjandra, E. 2011, Panen Cabai Rawit di Polybag, Cahaya Atma Pustaka,


Yogyakarta. http://jurnalfloratek.wordpress diakses pada tanggal 18
Desember 2017

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan
Alikasi. Bandung. pada 21 November 2017.

Warsana. 2007. Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (Studi di
Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Tesis Program Studi
Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro
Semarang.

Wirdasari, Dian. 2009. Metode Simpleks dalam Program Linier, J.SAINTIKOM.


6.No.1:276-285 diakses pada 21 November 2017.

Winardi, J. (2), 2005, Manajemen Perubahan (The Management Of Change),


Cetakan ke-1. Prenada Media. Jakarta.

Winardi. 1996. Istilah Ekonomi, Penerbit Mandar Maju. Bandung.

Winardi, 2005. Ilmu Seni Menjual. Bandung, Indonesia: Nova

Zulkarnain I. 2010. Aplikasi Pestisida dan Analisa Residu Pestisida. Universitas


Sumatra Utara. Medan.

Zulkifli. 2003. Manejemen Biaya. BPEE. Yogyakarta.

80
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

I. PROFIL PETANI
1. Nama responden : ....................................................................

2. Pekerjaan : ....................................................................

3. Umur : ...........................Tahun...............................

4. Jenis kelamin : laki-laki perempuan

5. Pendidikan formal terakhir : SD

SMP

SMA

Lainnya (........................................)

6. Jumlah anggota keluarga : ............................Orang .............................

81
II. LUAS DAN STATUS LAHAN CABAI RAWIT DAN CABAI BESAR

Jenis Usaha Cabai Uraian Lahan

Hak Pemilikan Luas Lahan Luas Lahan Yang


Keselurahan digunakan
Cabai rawit

Cabai besar

III. TENAGA KERJA

No Jenis L/P Berapa orang tenaga Berapa jam tenaga


kerja dalam bekerja
pekerjaan kerja yang dipakai
(jam)

Dalam luar Dalam Luar


keluarga keluarga
keluarga keluarga
Cabai Rawit
1 Mencangkul
2 Semai
3 Penanaman
4 Penyiangan
5 Pemupukan
6 Panen
Cabai Besar
1 Mencangkul
2 Semai
3 Penanaman
4 Penyiangan
5 Pemupukan
6 Panen

82
IV. ALAT YANG DIGUNAKAN
NO Nama Barang Harga Jumlah yang digunakan
1 Cangkul
2 Sabit
3 Sprayer
4 Parang

V. PENGGUNAAN SARANA PRODUKSI CABAI RAWIT DAN CABAI BESAR

No Jenis Sarana Harga Jumlah Penggunaan Saprodi


Produksi Cabai
Rawit dan Cabai
Rp Kg/Gram/Lite Di Sediakan Dipakai
Besar
r
Cabai Rawit
1 Benih
2 Pupuk
- Kotoran sapi
- Kotoran ayam
- Urea
- Npk
- Kcl
3 Pestisida
Cabai Besar
1 Benih
2 Pupuk
- Kotoran sapi
- Kotoran ayam
- Urea
- Npk
- Kcl
3 Pestisida

83
IV. PEMASARAN CABAI RAWIT DAN CABAI BESAR

No Produksi Cabai Rawit Harga Jual Penjualan


dan Cabai Besar Rp Ton/Kg
1 Cabai Rawit

2 Cabai Besar

84
Lampiran 2. Tabulasi Data

1. Rata-rata Luas Lahan Petani

No Nama Responden Luas Lahan (Ha)


Cabai Rawit Cabai Besar
1 Mursito 0,200 0,250
2 Yohanes Palentin D 0,063 0,063
3 Sutrisno 0,100 0,100
4 Yulius Tadung 0,090 0,075
5 Sabir 0,250 0,250
6 Mugilan 0,360 0,450
7 Pusdika 0,030 0,250
8 H. Armansyah 0,020 0,250
9 Marhen 0,080 0,250
10 Rustam 0,050 0,040
11 Kisowo 0,200 0,300
12 Benyamin 0,088 0,088
13 Mustofa 0,090 0,075
14 Daniel Tappi 0,100 0,100
15 Deni 0,200 0,200
16 Mansyur 0,100 0,100
Rata-rata 0,13 0,18
2. Produksi Cabai Rawit dan Cabai Besar

PRODUKSI
NO NAMA RESPONDEN CABAI RAWIT CABAI BESAR
1 Mursito 120 560
2 Yohanes Palentin D 40 70
3 Sutrisno 120 180
4 Yulius Tadung 100 70
5 Sabir 50 150
6 Mugilan 100 200
7 Pusdika 600 100
8 H. Armansyah 50 75
9 Marhen 150 125
10 Rustam 70 95
11 Kisowo 70 100
12 Benyamin 50 70
13 Mustofa 60 85
14 Daniel Tappi 40 100
15 Deni 65 80
16 Mansyur 60 100
Rata-rata 109 135 244

85
3. Penggunaan Benih

NO NAMA RESPONDEN PENGGUNAAN BENIH (RP)


CABAI RAWIT CABAI BESAR
1 Mursito 50.000 75.000
2 Yohanes Palentin D 15.000 15.000
3 Sutrisno 30.000 20.000
4 Yulius Tadung 30.000 20.000
5 Sabir 30.000 40.000
6 Mugilan 80.000 30.000
7 Pusdika 30.000 20.000
8 H. Armansyah 90.000 60.000
9 Marhen 30.000 20.000
10 Rustam 25.000 20.000
11 Kisowo 30.000 30.000
12 Benyamin 30.000 20.000
13 Mustofa 25.000 20.000
14 Daniel Tappi 40.000 20.000
15 Deni 35.000 25.000
16 Mansyur 40.000 20.000
Rata-rata 38.125 28.438 66.563

BIAYA BENIH
JUMLAH
NO NAMA CABAI PRODUKSI BENIH BIAYA /KG
1 CABAI RAWIT 109 38125 350
2 CABAI BESAR 135 28438 211
66563

86
4. Harga Jual Cabai

HARGA JUAL CABAI


NO NAMA RESPONDEN CABAI CABAI
RAWIT BESAR
1 Mursito 30.000 20.000
2 Yohanes Palentin D 65.000 35.000
3 Sutrisno 50.000 30.000
4 Yulius Tadung 30.000 45.000
5 Sabir 35.000 25.000
6 Mugilan 50.000 30.000
7 Pusdika 50.000 30.000
8 H. Armansyah 50.000 20.000
9 Marhen 55.000 20.000
10 Rustam 25.000 20.000
11 Kisowo 35.000 25.000
12 Benyamin 35.000 25.000
13 Mustofa 35.000 25.000
14 Daniel Tappi 50.000 25.000
15 Deni 30.000 30.000
16 Mansyur 45.000 35.000
Rata-rata 41.875 27.500 69.375

87
5. Penggunaan Pupuk

NAMA PUPUK KOMPOS (RP) UREA (RP) NPK (RP)


NO RESPONDEN CABAI CABAI CABAI CABAI CABAI CABAI
RAWTI BESAR RAWTI BESAR RAWTI BESAR
1 Mursito 840.000 650.000 650.000 650.000
Yohanes
2 Palentin D 1.500.000 450.000
3 Sutrisno 750.000 370.000 110.000 110.000 500.000 500.000
Yulius
4 Tadung 1.320.000 900.000
5 Sabir 450.000 450.000 500.000 500.000
6 Mugilan 455.000 350.000
7 Pusdika 450.000 1.200.000 600.000 600.000
8 H. Armansyah 650.000 400.000
9 Marhen 350.000 350.000
10 Rustam 900.000 750.000 500.000 500.000
11 Kisowo 840.000 300.000 500.000 500.000
12 Benyamin 1.050.000 1.050.000 500.000 500.000
13 Mustofa 400.000 400.000
14 Daniel Tappi 320.000 320.000 110.000 115.000 115.000 115.000
15 Deni 700.000 450.000 650.000 650.000
CABAI CABAI
16 Mansyur 350.000 300.000 110.000 110.000 115.000 115.000 RAWIT BESAR
RATA-RATA 707.813 543.125 110.000 111.667 463.000 463.000 1.280.813 1.117.792 2.398.604
PENGGUNAAN PUPUK

JUMLAH
NO NAMA CABAI PRODUKSI PUPUK KOMPOS BIAYA /KG
1 CABAI RAWIT 109 707.813 6.494
2 CABAI BESAR 135 543.125 4.023
1.250.938

JUMLAH
NO NAMA CABAI PRODUKSI PUPUK UREA BIAYA /KG
1 CABAI RAWIT 109 110.000 1.009
2 CABAI BESAR 135 111.667 827

NAMA JUMLAH TOTAL BIAYA


NO CABAI PRODUKSI PUPUK NPK BIAYA /KG PUPUK
CABAI CABAI
1 RAWIT 109 463000 4248 11751 RAWIT
CABAI CABAI
2 BESAR 135 463000 3430 8280 BESAR

88
6. Penggunaan Pestisida

NO NAMA RESPONDEN ANTRACOL (RP)


CABAI RAWTI CABAI BESAR
1 Mursito
2 Yohanes Palentin D 85.000 170.000
3 Sutrisno
4 Yulius Tadung
5 Sabir
6 Mugilan
7 Pusdika 135.000 135.000
8 H. Armansyah
9 Marhen 120.000 120.000
10 Rustam 135.000 120.000
11 Kisowo
12 Benyamin
13 Mustofa
14 Daniel Tappi
15 Deni
16 Mansyur 85.000 85.000
Rata-rata 112000 126000

VEGASUS (RP) DESIS (RP)


CABAI RAWTI CABAI BESAR CABAI RAWTI CABAI BESAR

190.000 70.000 120.000 120.000


125.000 125.000

120.000 140.000
95.000 190.000
75.000 75.000

95.000 95.000
120.000 120.000

120.000 120.000
113750 107500 121000 125000

89
CURACRON (RP) INFOY (RP) GOZIEB (RP)
CABAI CABAI CABAI CABAI CABAI CABAI
RAWTI BESAR RAWTI BESAR RAWTI BESAR

150.000 150.000 85.000 85.000


80.000 80.000 145.000 145.000
150.000 150.000

150.000 150.000
134.000 134.000

420.000 140.000

75.000 75.000 85.000 85.000


150.000 150.000

117.800 117.800 216.250 146.250 85.000 85.000 765.800 707.550 1473350

Penggunaan Pestisida

JUMLAH
NO NAMA CABAI PRODUKSI ANTRACOL BIAYA /KG
1 CABAI RAWIT 109 112.000 1028
2 CABAI BESAR 135 126.000 933

JUMLAH
NO NAMA CABAI PRODUKSI VEGASUS BIAYA /KG
1 CABAI RAWIT 109 113.750 1044
2 CABAI BESAR 135 107.500 796

JUMLAH
NO NAMA CABAI PRODUKSI DESIS BIAYA /KG
1 CABAI RAWIT 109 121.000 1110
2 CABAI BESAR 135 125.000 926

NO NAMA CABAI JUMLAH PRODUKSI CURACRON BIAYA /KG


1 CABAI RAWIT 109 117.800 1081
2 CABAI BESAR 135 117.800 873

90
JUMLAH
NO NAMA CABAI PRODUKSI INFOY BIAYA /KG
1 CABAI RAWIT 109 216.250 1984
2 CABAI BESAR 135 146.250 1083

JUMLAH TOTAL BIAYA


NO NAMA CABAI PRODUKSI GOZIEB BIAYA /KG PESTISIDA
CABAI
1 CABAI RAWIT 109 85000 780 7026 RAWIT
CABAI
2 CABAI BESAR 135 85000 630 5241 BESAR

7. Tenaga Kerja

NO NAMA RESPONDEN TENAGA KERJA


CABAI RAWTI CABAI BESAR
1 Mursito 2
2 Yohanes Palentin D 2 2
3 Sutrisno
4 Yulius Tadung
5 Sabir 3 1
6 Mugilan 2
7 Pusdika
8 H. Armansyah
9 Marhen 5 3
10 Rustam 2
11 Kisowo 1
12 Benyamin
13 Mustofa
14 Daniel Tappi 2
15 Deni 1 1
16 Mansyur 1 1
Rata-rata 4 4
Upah 100.000 100.000
Total upah 400000 400000 800000
Tenaga Kerja

NO NAMA CABAI JUMLAH PRODUKSI UPAH TENAGA KERJA BIAYA /KG


1 CABAI RAWIT 109 400.000 3.670
2 CABAI BESAR 135 400.000 2.963
244

91
8. Biaya Tetap

NAMA CANGKUL SABIT SPRAYER PARANG


NO RESPONDEN

1 Mursito 120.000 50.000 350.000 60.000


Yohanes
2 Palentin D 115.000 35.000 210.000 85.000
3 Sutrisno 80.000 40.000 555.000 70.000
4 Yulius Tadung 120.000 60.000 350.000 65.000
5 Sabir 115.000 70.000 400.000 65.000
6 Mugilan 90.000 50.000 210.000 75.000
7 Pusdika 95.000 65.000 350.000 60.000
8 H. Armansyah 100.000 50.000 455.000 55.000
9 Marhen 120.000 60.000 450.000 65.000
10 Rustam 80.000 55.000 455.000 70.000
11 Kisowo 120.000 50.000 210.000 60.000
12 Benyamin 95.000 55.000 200.000 65.000
13 Mustofa 100.000 45.000 500.000 70.000
14 Daniel Tappi 120.000 50.000 355.000 60.000
15 Deni 80.000 65.000 450.000 90.000
16 Mansyur 120.000 55.000 300.000 85.000
Rata-rata 104.375 53.438 362.500 68.750 589.063

9. Penggunaan Alat

CANGKUL SABIT SPRAYER PARANG


2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
2 3 1 2
Rata-rata 2 3 1 2

92
10. Biaya Penyusutan Alat

NAMA WAKTU HARGA


NO BARANG JUMLAH HARGA TOTAL EKONOMIS SISA PENYUUSUTAN
1 CANGKUL 2 104.375 208.750 7 0 29.821
2 SABIT 3 53.438 160.314 8 0 20.039
3 SPRAYER 1 362.500 362.500 7 100.000 37.500
4 PARANG 2 68.750 137.500 10 0 13.750
JUMLAH 101111 414,2819096

biaya
per kg 414
11. Penerimaan

HARGA
NO JENIS CABAI PRODUKSI JUAL JUMLAH
CABAI
1 RAWIT 109 41.875 4.566.992
CABAI
2 BESAR 135 27.500 3.712.500
JUMLAH 8.279.492 3.838.527 KEUNTUNGAN

12. Keuntungan

BIAYA
JENIS HARGA TOTAL KEUNTUNGAN/ BIAYA
NO CABAI PRODUKSI JUAL JUMLAH KG KG KEUNTUNGAN TOTAL
CABAI
1 RAWIT 109 41.875 4.566.992 21.376 20.499 2.235.672 2.331.320
VABAI
2 BESAR 135 27.500 3.712.500 15.627 11.873 1.602.855 2.109.645
JUMLAH 244 69375 8.279.492 37.003 32.372 3.838.527 4.440.965

13. Total Biaya

JENIS TENAGA TOTAL BIAYA TOTAL


NO CABAI BIBIT PUPUK PESTISIDA KERJA VARIABEL /KG BIAYA PRODUKSI
CABAI
1 RAWIT 350 11751 7026 1835 20962 21376 109
CABAI
2 BESAR 211 8280 5241 1481 15213 15627 135
38150 1280859 765800 200015
28485 1117800 707535 199935

66635 2398659 1473335 399950

93
Lampiran 3. Hasil Analisis

94
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara kepada petani cabai

Gambar 2. Sedang melihat lahan yang ditanam cabai

95
Gambar 3. Wawancara kepada petani cabai

Gambar 4. Cabai rawit

96
Gambar 5. Cabai besar

97

Anda mungkin juga menyukai