SKRIPSI
SKRIPSI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2018
RIWAYAT HIDUP
pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMK
Pada tahun 2014 melalui jalur SBMPTN penulis diterima dan terdaftar
Tarakan. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan Kota Tarakan. Pada tanggal 10 Juli
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa, yang atas limpahan rahmat dan
Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Daging Sapi di Kota Tarakan”. Skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Penulis ingin
1. Kedua orang tua penulis Bapak Muhammad Akib dan Ibu Rusnah tercinta
yang telah memberikan kasih sayang, doa, restu dan dukungan kepada
2. Ibu Dr. Etty Wahyuni MS, S.Hut., MP selaku dosen pembimbing skripsi dan
3. Ibu Dr. Elly Jumiati, SP., MP, Bapak Anang Sulistyo, SP., MP dan Bapak
4. Ibu Dewi Elviana CCW, SP., M.Si selaku Kepala Jurusan Agribisnis
masa perkuliahan.
5. Bapak Dr. Ir. Adi Sutrisno, MP selaku dosen pembimbing akademik yang
penulis.
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh tenaga kerja Fakultas Pertanian
Universitas Borneo Tarakan atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya
7. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan dan Dinas Pangan, Pertanian
dan Perikanan Kota Tarakan yang telah memberikan informasi dan data
selama ini terutama kepada Anti, Ria, Iis, Erna, Titi, Neneng, Afni, Atiqah,
Zein, Heri, Eni, Aswan, Angga, Junida, Susi, Samsul, Eda, Misdah, Juma,
Yuli, Ratna, Mira, Linda, Wandi, Monic, Sulis, Yunita, Edi, Kanung, Ani,
Delvi, Boy, Zainal, Arif, Anas, Vina, Sisca, Risal dan Goiman.
selama 40 hari yaitu kepada Sibul, Rista, Bang Januar, Misdar, Eko, Lela,
10. Seluruh warga Desa Rian, Kabupaten Tana Tidung atas keramahannya
terlupakan yaitu kepada Andri, Arab, Kai, Aprizul, Ardy, Cica, Mbak,
Dayang, Dede, Gunawan, Gusti, Acil, Indra, Lusi, Maryana, Muji, Muzda,
12. Adik-adikku tersayang yaitu Agung, Lala, Rasya dan Rayyan yang menjadi
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
vii
Semua nama-nama diatas semoga diberikan rejeki yang melimpah. Penulis
sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi yang pihak
membutuhkan.
Apriyani Reski. N
viii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
ix
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 22
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 63
x
5.2 Saran ................................................................................................. 64
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
............................................................................................................ 3
xii
11. Penawaran Daging Sapi (Dalam Ton) di Kota Tarakan Tahun 2000-
2016 ....................................................................................................... 42
12. Populasi Ternak Sapi (Dalam Ekor) di Kota Tarakan Tahun 2000-
2016 ....................................................................................................... 44
13. Harga Daging Sapi (Dalam Rp/Kg) di Kota Tarakan Tahun 2000-
2016 ....................................................................................................... 46
14. Harga Daging Ayam (Dalam Rp/Kg) di Kota Tarakan Tahun 2000-
2016 ....................................................................................................... 48
15. Jumlah Penduduk (Dalam Jiwa) di Kota Tarakan Tahun 2000-2016 ...... 50
16. Variabel Terikat (Y) Dan Bebas (X1, X2, X3 dan X4) Tahun 2000-
2016 ....................................................................................................... 52
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
7. Harga Daging Ayam (Dalam Rp/Kg) di Kota Tarakan Tahun 2007–2016 ....49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
2. Multikolinearitas................................................................................... .. 71
3. Heterokedastisitas .................................................................................. 71
4. Normalitas .............................................................................................. 72
5. Autokorelasi ........................................................................................... 72
xv
RINGKASAN
xvi
SUMMARY
xvii
I. PENDAHULUAN
peternakan dengan produk yang di hasilkan seperti daging, telur dan susu
berkontribusi terhadap PDB Indonesia tahun 2015 sebesar Rp. 184.151,5 milyar
kemudian, pada tahun 2016 sebesar Rp. 200.611,3 milyar (BPS 2017). Kegiatan
dibidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan
besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedangkan kelompok kedua yaitu,
peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll (Fatmawati et al. 2016).
petani. Ternak selain sebagai sumber protein hewani bagi kebutuhan manusia
sebagai sumber pupuk organik bagi tanaman, juga sebagai alternatif sumber
energi (biogas) bagi rumah tangga. Keberadaan ternak juga akan memberikan
bahan pokok yang memiliki kandungan gizi tinggi untuk kebutuhan manusia dan
standar konsumsi kebutuhan protein pada anak balita 2-2,5 gram per kilogram
berat badan, sedangkan pada orang dewasa hanya 1 gram per kilogram berat
protein nabati. Selain itu, protein hewani juga merupakan sumber utama mineral
Ca, P, Zinc, Fa, serta vitamin B2, B6 dan B12 yang penting bagi tubuh manusia
Daging yang mudah dijumpai di pasar Kota Tarakan adalah daging sapi,
daging ayam dan daging beku impor. Barang-barang yang substitusinya banyak
fluktuasi harga yang tinggi. Kasus melonjaknya harga daging sapi di beberapa
kelangkaan daging sapi dari sentra produksi ke sentra konsumen. Hal ini
keberadaan daging sapi di Kota Tarakan berasal dari dalam kota Tarakan
maupun dari luar daerah, diantaranya dari Kota Surabaya, Jakarta, Yogyakarta,
Pare-pare, Toli-toli dan sebagian ternak sapi berasal dari Gorontalo. Sedangkan,
menurut Antara (2013a) pasokan daging sapi dari luar tersebut juga di
Produksi daging sapi di Provinsi Kalimantan Utara ditunjukkan pada tabel berikut:
2
Tabel 1. Produksi daging sapi di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2013-2016
Produksi daging sapi (ton)
No. Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016
1 Malinau 41,38 44,70 46,90 23,70
2 Bulungan 152,11 142,00 149,00 190,10
3 Tana Tidung 21,17 24,00 25,20 19,57
4 Nunukan 100,14 131,70 138,20 72,54
5 Tarakan 325,35 332,10 348,70 323,88
Total 640,18 647,50 708,10 629,79
Sumber: Bappeda Kaltara 2017
Berdasarkan Tabel 1 selama 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2013 sampai
2017 Kota Tarakan adalah daerah yang produksi daging sapi tertinggi di
bandingkan daerah lainnya. Selain dari daerah luar Tarakan adapula daging sapi
beku yang berasal dari Malaysia, bahkan harganya lebih murah daripada daging
sapi lokal, tetapi daging sapi lokal tetap menjadi dambaan masyarakat (Antara
2013b).
lain disebabkan oleh tingginya biaya produksi dan tingginya permintaan dari
sapi. Hal ini di karenakan tidak adanya peternakan yang membudidayakan sapi
Utara. Sedangkan, peternakan sapi yang ada di Kota Tarakan adalah peternakan
sapi skala kecil. Serta ternak sapi yang didatangkan dari luar daerah tidak
variabel jumlah populasi ternak sapi, harga daging sapi, harga daging ayam dan
3
jumlah penduduk mempengaruhi penawaran daging sapi di Kota Tarakan.
Tarakan?
1.3 Tujuan
Tarakan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang harapkan dari penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
4
1. Bagi penulis, sebagai penambah wawasan, pengalaman dan penerapan
2. Bagi produsen terkait dengan penawaran, untuk melihat apa saja faktor-
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
spesies asli Indonesia dan bukan merupakan sapi impor. Sapi lokal ini termasuk
ke dalam rumpun bangsa Zebu dengan ciri-ciri punuk diatas pangkal leher,
telinga lebar, kulit kendur, dan berembun pada moncongnya. Sapi yang berasal
dan tersebar merata di Benua Asia ini memiiliki daya tahan yang sangat baik
dalam melawan panas dan iklim tropis. Sebaliknya, sapi bangsa Zebu agak peka
terhadap hawa dingin. Ada tiga jenis sapi potong lokal, yaitu sapi Jawa, sapi Bali,
daging segar yang di layukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang di
layukan kemudian di dinginkan (daging dingin), (3) daging segar yang di layukan,
di dinginkan kemudian di bekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging
asap dan (6) daging olahan (Soeparno 2005). Kemudian, menurut Suparno
(1992), Nugroho (2008) berdasarkan umur ternak yang dipotong, daging sapi di
kelompokkan menjadi: (1) beef, yaitu karkas atau daging yang berasal dari sapi
yang di potong umur satu tahun atau lebih, (2) calf, yaitu karkas dari anak sapi
yang berumur 14 sampai 52 minggu dan (3) veal, yaitu daging dari anak sapi
yang masih sangat muda, biasanya dipotong umur antara 3 sampai 14 minggu.
2.1.2 Penawaran
A. Definisi Penawaran
jasa yang tersedia dan dapat di tawarkan oleh produsen kepada konsumen pada
setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu. Pengertian ini berlaku
dengan menganggap hal-hal lain selain harga tetap konstan (cateris paribus).
harga.
pihak produsen menyediakan berbagai barang dan jasa. Barang dan jasa hasil
produksi ini kemudian dijual kepada konsumen di pasar menurut tingkat harga
Jadi, penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada
B. Hukum Penawaran
jumlah barang yang ditawarkan akan naik, dan bila tingkat harga turun maka
jumlah barang yang ditawarkan turun. Dalam hukum penawaran jumlah barang
sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang
ditawarkan pada penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para
7
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu
barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah
C. Kurva Penawaran
harga dan jumlah suatu barang yang ditawarkan oleh penjual pada waktu
barang yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga barang. Oleh karena itu,
semakin tinggi harga barang maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan
yang ditawarkan berarti jumlah barang yang ditawarkan pada suatu tingkat harga
tertentu. Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan atas.
permintaan.
8
D. Fungsi Penawaran
fungsi yang menyatakan hubungan antara produksi atau jumlah produksi yang
ditawarkan dengan harga, menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga
input yang digunakan adalah tetap. Penawaran individu adalah penawaran yang
Besarnya jumlah produksi yang ditawarkan ini akan sama dengan jumlah
penawaran individu.
spesifik yang mempengaruhi penawaran dari produk X itu. Dalam bentuk model
Keterangan :
9
Nf : Banyaknya produsen yang memproduksi produk sejenis
berikut:
harga barang. Hubungan antara harga dan kuantitas yang ditawarkan ini
2. Harga input
sebuah barang yang ditawarkan berhubungan negatif dengan harga input untuk
Biaya produksi dan teknologi yang digunakan jika biaya produksi suatu
produk sangat tinggi, maka produsen hanya membuat beberapa jenis saja dari
berkurang dan tingkat harga barang dan jasa naik, maka produsen akan
menambah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Tetapi apabila pendapatan
10
masyarakat tidak mengalami perubahan atau tetap, biaya produksi akan
mengalami peningkatan sehingga harga barang dan jasa naik, maka produsen
cenderung akan mengurangi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan atau
Sebagai contoh, kenaikan biaya produksi di luar negeri maka buku tulis yang di
sekarang lebih suka membeli buku tulis buatan dalam negeri dan menaikkan
kepada produsen dalam negeri untuk menaikkan produksi dan penawaran buku
6. Jumlah penduduk
11
perubahan kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat perubahan harga sebesar
satu persen (Daniel 2002, Alfianto 2009). Sedangkan, menurut Mubyarto (1989),
perubahan harga dengan anggapan faktor lain dianggap tetap. Faktor yang
antara perubahan jumlah barang yang ditawarkan dengan perubahan harga atau
12
1. Perubahan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh perusahaan
2.1.4 Produksi
faedah suatu benda tanpa megubah bentuknya, dinamakan produksi jasa (Alam,
Hidayat 2008)
Penawaran suatu komoditi dipengaruhi oleh beberapa jumlah barang yang dapat
dihasilkan oleh produsen atau penjual. Semakin banyak produksi yang dihasilkan
maka akan semakin banyak barang yang tersedia ditawarkan sehingga akan
2.1.5 Harga
Harga adalah jumlah nilai yang ditukar konsumen atas perolehan suatu
manfaat karena memiliki dan menggunakan produk atau jasa tersebut, atau
sejumlah uang yang dibebankan atau suatu produk atau jasa (Kotler 2001,
pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di
pasar melalui suatu mekanisme. Terdapat dua hal pokok dalam mekanisme ini,
yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila kuantitas barang
yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan, maka harga akan naik.
13
Sebaliknya apabila kuantitas barang yang ditawarkan lebih banyak dari pada
kuantitas barang yang diminta, maka harga cenderung turun (Soviandre et al.
2014).
Menurut Hastuti et al. (2017) harga adalah nilai tukar belah pihak antara
pembeli dan penjual yang dinyatakan dengan uang. Dalam ekonomi harga
terjadi. Dimana harga pasar (equilibrium price) adalah harga yang di sepakati
pihak penjual dan pembeli, dan pada harga ini barang yang diminta sama
2.1.6 Konsumsi
Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga.
Konsumsi terdiri dari bahan tidak tahan lama, barang tahan lama dan jasa.
barang tidak tahan lama (none durable goods) adalah barang yang habis dipakai
dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Barang tahan lama (durable
goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, atau alat
oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter
(Mankiw 2002).
pegangan untuk memilih produk yang akan mereka beli. Hal ini pula yang terjadi
ketika konsumen dihadapkan pada pilihan daging sapi segar yang akan dibeli,
baik di pasar tradisional maupun daging sapi yang dibeli di pasar modern.
Setidaknya ada enam atribut yang paling diperhatikan konsumen dalam membeli
14
daging sapi, yaitu rasa, harga, kesegaran, keamanan, keempukan, dan tidak
2.1.7 Ekonometrika
ekonomi. Kata “metrik” dalam ekonometrik berarti “ukuran”; dan ilmu ekonometri
menyelidiki hubungan empiris dari hukum skematik yang dibangun oleh teori
ekonomi.
fenomena ekonomi dalam artian secara umum. Secara teoritis dan prinsip, teknik
Usman 2006). Menurut Koutsoyiannis (1977), Ilham (2001) suatu model yang
baik harus dapat memenuhi kriteria ekonomi (sesuai teori yang ditunjukkan oleh
hubungan antara peubah), statistik (ditunjukkan oleh R2 dan F hitung yang tinggi,
serta uji t yang signifikan), dan ekonometrika (tidak ada masalah autokorelasi
potong domestik mulai dari tahun 1990-2007 dan menganalisis faktor-faktor yang
15
mempengaruhi penawaran daging sapi. Data tersebut terdiri dari dua komponen
yaitu komponen times series (mulai dari tahun 1990-2007) dan cross section
daging sapi domestik tahun 1990-2007 diketahui, bahwa penawaran daging sapi
terhadap penawaran daging sapi domestik pada taraf nyata lima persen adalah
populasi ternak sapi potong (PTS), harga daging sapi (HDS) dan luas panen padi
(LPD), sedangkan peubah harga ternak sapi (HTS) signifikan pada taraf nyata 20
domestik.
adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian adalah data sekunder time series selama 10 tahun dari tahun
2000–2009. Analisis data yang digunakan yaitu dengan regresi linier berganda.
konsumsi daging sapi, produksi daging sapi, jumlah penduduk, harga daging
sapi, harga daging ayam dan tingkat pendapatan. Koefisien berganda dengan
16
tersebut memiliki tingkat keeratan hubungan yang tinggi dengan permintaan
daging sapi. Hasil uji koefisien determinasi (R2) untuk permintaan daging sapi
sebesar 0,952 yang berarti 92,5% keenam faktor tersebut berpengaruh secara
terhadap produksi daging sapi dalam negeri adalah populasi ternak, jumlah
feedloter. Peubah harga daging sapi, produksi peternakan rakyat dan lag dari
produksi daging sapi memiliki tanda parameter dugaan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Namun demikian, nilai parameter dugaan yang negatif pada harga
daging sapi dalam negeri terjawab dengan adanya perilaku di kalangan peternak
yang apabila merasa belum memperoleh keuntungan wajar yang harus mereka
terima akibat adanya selisih harga daging dan harga ternak, maka peternak akan
impor semakin besar. Hal ini terlihat dimana pada tahun 2012 diperkirakan
proporsi antara daging sapi dalam negeri dan daging sapi impor dalam
daging pada tahun 2014, hal tersebut tampaknya akan sulit untuk dicapai.
Teknik pengambilan data dengan metode time series dengan jumlah sampel 22
17
tahun (1990-2011). Koefisien berganda dengan nilai koefisien regresi sebesar
keseluruhan variabel bebas yaitu harga daging sapi, harga barang substitusi
(harga daging ayam), harga barang komplementer (harga beras) dan PDRB per
daging sapi. Secara parsial harga daging sapi, harga barang substitusi (harga
daging ayam), harga barang komplementer (harga beras), dan PDRB per kapita
konsumsi Daging Sapi pada Tingkat Rumah Tangga di Provinsi Aceh” dan
harga silang dari permintaan daging sapi pada tingkat rumah tangga menurut
susenas 2015. Metode analisis yang digunakan adalah model regresi tersensor
pendapatan, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, harga daging sapi, harga
daging sapi rumah tangga perkotaan. Daging ayam kampung dan tetelan
rumah tangga dan harga daging sapi. Elastisitas harga daging sapi untuk wilayah
18
2.3 Kerangka Pemikiran
daging sapi di Kota Tarakan adalah jumlah populasi ternak sapi, harga daging
sapi, harga daging ayam dan jumlah penduduk. Pada faktor penawaran daging
populasi ternak sapi potong, produktivitas dan daya saing produk berbasis sapi
Populasi ternak sapi diduga menjadi salah satu variabel bebas pada
penelitian ini karena merupakan penghasil output (daging sapi) yang kemudian
dipasarkan dan dikonsumsi. Variabel harga daging sapi di duga menjadi salah
satu variabel bebas karena merupakan jumlah uang yang menjadi nilai tukar
penjualan daging sapi. Pada barang substitusi, yang di pilih menjadi variabel
populasi daging di Kota Tarakan dan juga dapat diketahui informasi harganya
daging sapi di Kota Tarakan karena menurut teori Malthus, bahwa penduduk
meningkat menurut deret ukur, sementara bahan pangan menurut deret hitung.
untuk memenuhi permintaan pasar. Data di peroleh secara deret waktu (time
19
Elastisitas di gunakan untuk mengukur sampai di mana besarnya respon
atau kepekaan variabel terikat jika terjadi perubahan pada variabel bebas
tertentu. Besar kecilnya kepekaan tersebut dapat di lihat dari besarnya angka
koefisien elastisitas atau indeks elastisitas. Alur kerangka pemikiran dapat di lihat
Time series
Analisis data:
1. Uji R2
2. Uji F
3. Uji t
Rekomendasi
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai bulan September 2018 meliputi
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan dalam
bentuk skripsi.
bahwa Kota Tarakan memiliki produksi daging sapi yang tertinggi di Provinsi
penduduk yang cukup padat sekitar 244.185 jiwa pada tahun 2016. Kebutuhan
Jenis data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data
sekunder berupa deret waktu (time series) yang diambil berkisar selama 17
tahun (2000-2016). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi
pemerintah yang terkait pada penelitian ini. Menurut Supranto (2001), Wiwin
(2010) data deret waktu (time series) adalah data yang dikumpulkan dari waktu
ke waktu (hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data
(harga, produksi dan jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan, Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan
1. Pencatatan
yang ada di berbagai instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
2. Wawancara
3. Dokumentasi
informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan
keterangan (tulisan atau papan, tempat dan orang). Selain data-data laporan
tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan
22
3.5 Analisis Data
regresi linier berganda apabila ada lebih dari satu ketergantungan variabel bebas
(Ardiyati 2012).
Adapun variabel bebas terdiri dari jumlah populasi ternak sapi, harga daging
sapi, harga daging ayam dan jumlah penduduk Kota Tarakan terhadap
penawaran daging sapi di Kota Tarakan. Data yang digunakan dalam analisis
penelitian ini adalah data sekunder berupa deret waktu (time series) yang diambil
biasa, efisien, dan konsisten. Sifat-sifat ini akan terpenuhi apabila model estimasi
A. Multikolinearitas
regresi. Model regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah
23
multikolinearitas (Asmidah 2013). Menurut Priyatno (2017) multikolinearitas
hubungan linear yang sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1).
1. Jika nilai koefisien antar masing-masing variabel bebas lebih kecil dari
2. Jika nilai koefisien antar masing-masing variabel bebas lebih besar dari
B. Heteroskedastisitas
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residu suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
1. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (sig.> α = 5%) maka
24
2. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai alpha (sig.> α = 5%) maka
C. Normalitas
akan dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Pada penelitian dimana data yang
regresi yang dapat menjelaskan variabel terikat secara lebih tepat (Asmidah
2013).
1. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (sig.> α = 5%) maka
2. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai alpha (sig.> α = 5%) maka
D. Autokorelasi
series) atau ruang (cross section). Uji autokorelasi menggunakan metode Run
Test. Run Test merupakan salah satu analisis non parametrik yang dapat
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.
Jika antar residual tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa nilai residual
25
adalah acak atau tidak sistematis. Prosedur pengujian autokorelasi adalah
sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (sig.> α = 5%) maka
2. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai alpha (sig.> α = 5%) maka
terjadi autokorelasi
fungsi penawaran dengan alat bantu SPSS 18. Data yang dibutuhkan adalah
jumlah populasi ternak sapi, harga daging sapi, harga daging ayam dan jumlah
Keterangan :
Ln : Logaritma Natural
b₁ - b4 : Koefisen Regresi
26
e : Kesalahan pengganggu (error)
Pengujian hipotesis:
mengukur proporsi atau persentase dari total variasi variabel dependen Y yang
dapat dijelaskan oleh model regresi, atau suatu ukuran kesesuaian yang
seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel
bebas X.
Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari
baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2–nya yang
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apa semua variabel bebas yang
variabel terikat (Ghozali 2011, Siregar 2015). Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
variabel Y
sebagai berikut:
27
a. Jika Probabilitas > 0,05, maka Hₒ diterima dan H1 ditolak
Menurut Asmidah (2013) uji t digunakan untuk menguji nyata atau tidaknya
variabel Y.
Y.
sebagai berikut:
berikut:
28
1. Elastisitas sempurna (Es = ~), adalah penawaran yang koefisien elastisitas
3. Elastis (Es > 1), yaitu kenaikan harga sebesar 1% atau 1 rupiah akan
4. Inelastis (Es < 1), adalah penawaran yang koefisien penawarannya lebih
Definisi operasional atau dari usulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Daging sapi adalah daging yang berasal dari hasil budidaya ternak sapi
masyarakat, hasil ternak sapi dari sapi yang di kirim dari luar daerah
maupun daging sapi segar yang telah terpisah dari karkasnya untuk
2. Produksi daging sapi adalah adalah hasil dari berternak sapi ataupun
daging sapi yang dikirim dari luar Kota Tarakan yang akan dipasarkan
3. Penawaran daging sapi adalah produksi daging sapi yang tersedia dan
harga selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan ton.
29
4. Jumlah populasi ternak sapi adalah jumlah ternak sapi yang ada di Kota
5. Harga daging sapi adalah harga rata-rata daging sapi di Kota Tarakan
setiap tahun yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
6. Harga daging ayam adalah barang substitusi, harga rata-rata daging ayam
di Kota Tarakan setiap tahun yang dinyatakan dalam satuan rupiah per
kilogram (Rp/kg).
7. Jumlah penduduk Kota Tarakan adalah jumlah orang yang berada di Kota
yang diteliti.
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
kota di Kalimantan Utara yang memiliki luas wilayah 657,33 km². Kota Tarakan,
yang secara geografis terletak pada 3°19' Lintang Selatan - 3°20' Lintang Utara
dan 117°34' Bujur Barat - 117°38' Bujur Timur, terdiri dari 2 pulau, yaitu Pulau
Tarakan dan Pulau Sadau dengan luas wilayah mencapai 255,25 km². Berupa
daratan seluas 250,72 km2 dan 4,53 km2 berupa lautan. Secara umum batas
Tarakan Tengah, Tarakan Timur dan Tarakan Utara. Kota Tarakan didominasi
oleh wilayah yang landai (2-15%) Untuk kondisi klimatologi, rata-rata suhu udara
di Kota Tarakan pada tahun 2016 adalah 27,70°C, dengan rata-rata titik
maksimal pada 33,40°C dan rata-rata titik minimal pada 23,50°C. Rata-rata
kelembaban udara di Kota Tarakan pada tahun 2016 adalah 84% dengan rata-
rata titik maksimal pada 98% dan rata-rata titik minimal pada 56%. Kondisi
tekanan udara di Kota Tarakan pada tahun 2016 adalah 1.010,90 mb dengan
kecepatan angin 7,00 knot dan penyinaran matahari mencapai 65,50%. Untuk
kondisi hujan, rata-rata curah hujan di Kota Tarakan pada tahun 2016 adalah
366,60 mm3 dengan rata-rata jumlah hari hujan pada tahun 2016 adalah 23 hari.
4.1.1 Keadaan Penduduk
A. Kepadatan Penduduk
bulan atau lebih. Penduduk Kota Tarakan berdasarkan proyeksi penduduk tahun
2016 sebanyak 244.185 jiwa yang terdiri atas 127.933 jiwa penduduk laki-laki
tahun 2016 mencapai 974 jiwa/km2. Luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel
berikut:
1. Tarakan
29,61 85.547 2.923 44.916 40.631
Barat
2. Tarakan
56,10 76.538 1.375 39.622 36.916
Tengah
3. Tarakan
61,44 54.269 918 28.496 25.773
Timur
4. Tarakan
108,10 27.831 261 14.899 12.932
Utara
Jumlah 255,25 244.185 974 127.933 116.252
Sumber: BPS Kota Tarakan 2017b
terdiri dari Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Tengah, Tarakan Timur dan
261 jiwa/km2.
32
B. Pendidikan Penduduk
suatu proses produksi dimana faktor produksi tersebut adalah tenaga kerja.
mengetahui kualitas dari sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah
Kota Tarakan berjumlah 104.368 jiwa dan penduduk bukan angkatan kerja
berjumlah 61.894 jiwa. Penduduk angkatan kerja sebagian besar adalah tamat
Sekolah Menengah Atas yaitu sebanyak 29.177 jiwa. Sedangkan pada penduduk
bukan angkatan kerja sebagian besar adalah tamat Sekolah Dasar yaitu
33
C. Penduduk Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang
Penduduk Kota Tarakan yang tergolong dalam angkatan kerja adalah sebesar
98.527 jiwa. Terdiri dari 69.914 jiwa angkatan kerja laki-laki dan 28.613 jiwa
pekerjaan utama dan jenis kelamin di Kota Tarakan dapat dilihat pada tabel
berikut:
yang terbanyak berasal dari perdagangan besar, eceran, rumah makan dan
hotel yang berjumlah 26.524 jiwa. Sedangkan penduduk angkatan kerja menurut
34
pekerjaan utama yang terendah adalah pada sektor listrik, gas dan air yang
A. Tanaman Pangan
Kota Tarakan terdiri dari tanaman padi sawah, jagung, ubi kayu dan ubi jalar.
Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan di Kota Tarakan dapat
pangan di Kota Tarakan yang tertinggi adalah pada tanaman ubi kayu yang
adalah pada tanaman padi sawah yang sebesar 65,40 kw/ha. Karena luas lahan
mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun,
bunga, buah dan umbinya, yang berumur kurang dari satu tahun. Jenis sayuran
35
semusim yang dipanen di Kota Tarakan meliputi bawang daun, sawi, kacang
tertinggi adalah pada tanaman sayuran ketimun yaitu sebesar 340,09 kw/ha.
sayuran bawang daun yaitu sebesar 38,72 kw/ha. Karena luas lahan tanaman
sayuran bawang daun adalah seluas 50 ha, dan produksinya hanya sebesar
1.936 kw.
C. Tanaman Buah-Buahan
dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa buah, berumur
kurang dari satu tahun, tidak berbentuk pohon/rumpun tetapi menjalar dan
Kota Tarakan.
36
Tabel 7. Luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman buah-buahan di Kota
Tarakan tahun 2016
Produktivitas
No. Nama Buah-buahan Luas lahan (ha) Produksi (kw)
(kw/ha)
1. Durian 3.233 2.227 0,69
2. Jeruk 27.807 11.793 0,42
3. Mangga 41.759 34.963 0,84
4. Nangka/cempedak 28.055 10.729 0,38
5. Nanas 15.718 393 0,03
6. Pepaya 136.700 78.374 0,57
7. Pisang 36.278 13.238 0,36
8. Rambutan 23.855 19.174 0,80
Sumber: BPS Kota Tarakan 2017b, 2017c
adalah pada tanaman buah mangga yaitu sebesar 0,84 kw/ha. Sedangkan,
produktivitas tanaman buah terendah adalah pada tanaman buah nanas yaitu
Tabel 8. Populasi ternak besar menurut jenis ternak (dalam ekor) di Kota
Tarakan tahun 2012–2016
Hewan Ternak Besar (ekor)
Tahun
Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi
2012 1.683 46 10 1.000 5.620
2013 1.976 27 12 1.050 6.013
2014 2.016 33 13 1.103 7.046
2015 2.235 32 7 844 9.080
2016 2.410 32 7 1.033 11.114
Sumber: BPS Kota Tarakan 2016, 2017b
37
Dari Tabel 8 ditunjukkan bahwa beberapa populasi ternak di Kota
sapi dan babi. Sementara ternak yang mengalami jumlah populasi yang fluktuatif
adalah populasi ternak kambing, kerbau dan kuda. Pada ternak kerbau dan kuda
jumlah populasinya tetap pada 2 (dua) tahun terakhir yaitu pada tahun 2015-
2016.
B. Populasi Unggas
Unggas adalah hewan bersayap, berkaki dua, berparuh, dan berbulu yang
dipelihara dan diternakkan untuk menghasilkan daging dan telur. Sama halnya
Tabel 9. Populasi ternak menurut jenis unggas (dalam ekor) di Kota Tarakan
tahun 2012–2016
Ternak Unggas (ekor)
Tahun Ayam Ayam Ayam
Kampung/Buras Pedaging/Broiler Itik
Petelur
2012 670.698 22.947 2.879.906 22.522
2013 971.701 22.462 3.232.556 17.573
2014 678.392 23.860 3.510.791 16.481
2015 763.363 23.860 3.625.879 12.381
2016 775.036 21.591 4.652.367 17.275
Sumber: BPS Kota Tarakan 2016, 2017b
dan itik. Pada tahun 2016 untuk komoditi ayam kampung/buras dan itik
38
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, sedangkan pada komoditi ayam
C. Produksi Daging
amino esensial yang tidak dapat dipenuhi dari protein nabati. Selain itu, protein
hewani juga merupakan sumber utama mineral Ca, P, Zinc, Fa, serta vitamin B2,
B6 dan B12 yang penting bagi tubuh manusia (Bappeda Kaltara 2017). Produksi
Tabel 10. Perkembangan produksi daging (dalam ton) di Kota Tarakan tahun
2012-2016
Komoditi Daging (ton)
Tahun
Ayam Ayam Ayam
Sapi Kambing Babi Itik
Buras Petelur Pedaging
Tarakan terdiri dari daging sapi, kambing, babi, ayam buras (ayam kampung),
ayam petelur, ayam pedaging (ayam potong/broiler) dan itik. Produksi daging
mengalami jumlah yang fluktuatif seperti pada komoditi daging sapi, kambing,
ayam petelur, dan itik. Sementara komoditi daging babi, ayam kampung/buras
39
4.2 Hasil dan Pembahasan
barang atau jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan kepada konsumen dengan
pendekatan jumlah produksi daging sapi yang ada di Kota Tarakan. Banyaknya
penawaran daging sapi di Kota Tarakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Penawaran daging sapi (dalam ton) di Kota Tarakan tahun 2000-2016
1 2000 348,38 -
40
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa penawaran daging sapi di
Kota Tarakan pada tahun 2000-2016 rata-ratanya adalah 512,21 kg/tahun dengan
terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu sebanyak 272.800 dengan perkembangan
berkisar antara 141,99 ton - 512,21 ton. Penyebab turunnya permintaan daging
sapi dikarenakan pada saat itu beredar rumor bahwa sapi-sapi impor banyak
yang terkena penyakit seperti penyakit sapi gila atau lebih dikenal dengan
41
B. Populasi Ternak Sapi di Kota Tarakan
Populasi ternak dalam penelitian ini adalah jumlah ternak sapi yang ada di
Kota Tarakan baik yang di ternakkan ataupun yang didatangkan langsung dari
daerah lain. Banyaknya populasi ternak sapi di Kota Tarakan dapat di lihat pada
Tabel 12. Populasi ternak sapi (dalam ekor) di Kota Tarakan tahun 2000-2016
1. 2000 1.766 -
Tarakan terbanyak adalah pada tahun 2003 yaitu sebesar 2.776 ekor sapi
42
dengan perkembangan 6,48%. Mulai tahun 2014 ternak sapi mulai didatangkan
Banyaknya populasi ternak sapi di Kota Tarakan dapat di lihat pada grafik berikut
ini:
meningkat. Rata-rata jumlah ternak sapi di Kota Tarakan pada tahun 2000-2016
Kota Tarakan tahun 2000-2016 berkisar antara 517 ekor - 2.776 ekor.
yang berasal dari sapi lokal belum bisa memenuhi permintaan daging sapi
contohnya peternak lokal bagaimana bisa mensuplay rutin ke pasar kalau hanya
punya tiga ekor sapi dan turunnya impor sapi juga merupakan salah satu
daging sapi yang memadai, baik dari segi mutu maupun jumlahnya.
43
C. Harga Daging Sapi di Kota Tarakan
Harga daging sapi dalam penelitian ini adalah jumlah uang dibayarkan oleh
daging sapi diakibatkan oleh harga faktor produksi dan biaya transportasi
sehingga menyebabkan inflasi. Inflasi di Kota Tarakan pada tahun 2015 adalah
sebesar 3,15% (BPS Kota Tarakan 2016a) dan pada tahun 2016 adalah sebesar
4,31% (BPS Kota Tarakan 2017a). Perkembangan harga daging sapi di Kota
Tabel 13. Harga daging sapi (dalam Rp/kg) di Kota Tarakan tahun 2000-2016
Harga Daging Sapi Perkembangan
No. Tahun
(Rp/kg) (%)
1. 2000 31.677 -
44
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata harga daging sapi di
Kota Tarakan adalah Rp. 64.039 per kg/tahun dengan perkembangan 9,53% per
tahun. Harga daging sapi di Kota Tarakan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu
senilai Rp. 130.000 per kg dengan perkembangan sebesar 8,33% lebih besar
dari tahun sebelumnya. Perkembangan harga daging sapi lokal di Kota Tarakan
Harga daging sapi lokal di Kota Tarakan tahun 2000-2016 berkisar antara Rp.
31.677 - Rp. 130.000 per kg. Tipikal harga daging sapi selalu naik dan tidak
pernah turun kembali keposisi awal, kalaupun turun masih tetap pada harga
diatas harga awal. Perilaku ini disebabkan peternak tidak mampu merespon
perubahan harga yang terjadi karena siklus produksi yang lama, teknologi
45
D. Harga Daging Ayam di Kota Tarakan
Harga daging ayam pada penelitian ini adalah jumlah uang di bayarkan
oleh konsumen untuk mendapatkan satu kilogram daging ayam. Daging ayam
dipilih menjadi barang substitusi pada penelitian ini karena dapat diketahui
Tabel 14. Harga daging ayam (dalam Rp/kg) di Kota Tarakan tahun 2000-2016
Harga Daging Ayam Perkembangan
No. Tahun
(Rp/kg) (%)
1. 2000 11.509 -
46
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa rata-rata harga daging ayam di
Kota Tarakan adalah Rp. 22.382 per kg/tahun dengan perkembangan rata-rata
9,83%. Harga daging ayam tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp.
Gambar 7. Harga daging ayam (dalam Rp/kg) di Kota Tarakan tahun 2007-2016
meningkat. Harga daging ayam di Kota Tarakan tahun 2000-2016 berkisar antara
Rp. 11.509 - Rp. 44.167 per kg. Kenaikan harga daging ayam setiap tahun di
sebabkan oleh naiknya harga pakan dan obat-obatan untuk ayam pedaging di
Kota Tarakan.
berada di Kota Tarakan. Jumlah penduduk Kota Tarakan dapat dilihat pada tabel
berikut:
47
Tabel 15. Jumlah penduduk (dalam jiwa) di Kota Tarakan tahun 2000-2016
Jumlah Penduduk Perkembangan
No. Tahun
(jiwa) (%)
1. 2000 116.641 -
48
Gambar 8. Jumlah penduduk Kota Tarakan tahun 2007-2016
Pada Gambar 8 dapat diketahui perkembangan jumlah penduduk di Kota
116.641 jiwa - 244.185 jiwa per tahunnya. Jumlah penduduk Kota Tarakan
penyimpangan atau tidak. Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi deteksi uji
menggunakan data time series selama kurun waktu 17 tahun yaitu dari tahun
2000-2016. Pada variabel yang diteliti memiliki satuan yang berbeda, untuk
49
natural. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 16. Variabel terikat (Y) dan bebas (X1, X2, X3 dan X4) tahun 2000-2016
No. Tahun Y X1 X2 X3 X4
Keterangan:
50
X4 : jumlah penduduk Kota Tarakan (jiwa)
A. Multikolinearitas
antar variabel bebas tidak ada yang lebih besar dari 0,70 maka model tersebut
B. Heterokedastisitas
pengamatan lain. Berdasarkan metode Glejser diketahui bahwa tidak ada nilai
variabel bebas yang kurang dari 0.05 maka tidak ada terjadi heterokedastisitas.
C. Normalitas
Smirnov diketahui bahwa nilai nilai sig Asymp (2-tailed) sebesar 0,456. Karena
D. Autokorelasi
variable bebas. Run test digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,605. Karena nilai
51
4.2.3 Pengujian Regresi Berganda
Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda pada
berganda dalam bentuk logaritma natural. Agar dapat memperoleh hasil regresi
variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Hasil analisis uji R2
determinasi berarti sebesar 56,8% penawaran daging sapi di Kota Tarakan tahun
2000-2016 dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang diamati yaitu jumlah
populasi ternak sapi, harga daging sapi, harga daging ayam dan jumlah
sisanya sebesar 43,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Menurut
Ardiyati (2012) penelitian sosial, R2 antara 0,40 – 0,60 sudah dapat dikatakan
tinggi.
52
Tabel 18. Hasil uji simultan
Jumlah Kuadrat
Model Df F hitung Signifikansi
kuadrat rata-rata
Regression 1,164 4 0,291 3,946 0,029
Residual 0,885 12 0,074
Total 2,048 16
Sumber: Data sekunder yang diolah (2018)
sebesar 0,029 yang nilainya lebih kecil dari alpha (0,029 < 0,05). Oleh karena itu
maka H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel-variabel yang diamati yaitu
jumlah populasi ternak sapi, harga daging sapi, harga daging ayam dan jumlah
variabel terikat (dependent variable). Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut:
ternak sapi adalah sebesar 0,221 dan harga daging ayam adalah sebesar 0,356
yang nilainya lebih besar dari alpha (α = 0,05) maka, berarti variabel tersebut
53
Sedangkan, pada variabel harga daging sapi nilai signifikansinya sebesar 0,032
dan jumlah penduduk sebesar 0,008 yang nilainya lebih kecil dari alpha (α =
populasi ternak sapi (X1) bernilai positif sebesar 0,233. Angka tersebut
Tarakan sebesar 0,233 ton. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Natasasmita,
pemotongan dari populasi ternak sapi potong, sehingga semakin besar populasi
ternak sapi potong maka daging yang dapat dihasilkan juga semakin besar.
Berdasarkan hasil analisis pada uji t populasi ternak sapi nilai signifikansi
dari X1 adalah 0,221 lebih besar dari alpha (0,221 > 0,05). Keadaan ini
Tarakan. Kondisi ini dapat diterima karena menurut Dinas Pangan, Pertanian,
dan Perikanan Kota Tarakan banyak peternak di Kota Tarakan yang menjual
54
hewan ternaknya hanya pada hari raya keagamaan dan upacara adat saja.
Sedangkan pada tahun sebelum tahun 2013 daging sapi didatangkan dari luar
daging sapi yang berasal dari luar daerah bukan dari ternak sapi yang
konsumsi daging sapi oleh masyarakat Kota Tarakan dapat di sebabkan oleh
populasi ternak sapi potong diantaranya: (1) faktor ketersediaan bibit, (2) faktor
konsentrat, (3) faktor manajemen pemeliharaan yang masih tradisonal, (4) faktor
kandang yang belum memenuhi syarat kandang yang sehat dan (5) faktor
daging sapi (X2) bernilai positif sebesar 2,035. Angka tersebut menunjukkan
hubungan yang searah antara harga daging sapi dengan penawaran daging
meningkatkan penawaran daging sapi di Kota Tarakan sebesar 2,035 ton. Hal ini
menunjukkan jika harga daging sapi meningkat maka penawaran daging sapi
juga meningkat. Berdasarkan hasil analisis pada uji t harga daging sapi, nilai
signifikansi dari X2 adalah 0,032 lebih kecil dari alpha (0,032 < 0,05). Keadaan ini
55
Produk peternakan umumnya memiliki harga yang relatif tinggi
produk yang lebih baik (Rasyaf 2000, Fatmawati et al. 2016). Meningkatnya
daging ayam (X3) bernilai negatif sebesar -0,614. Angka tersebut menunjukkan
hubungan yang terbalik antara harga daging ayam dengan penawaran daging
sapi. Sehingga setiap peningkatan harga daging ayam sebesar Rp. 1, maka akan
mengurangi penawaran daging sapi di Kota Tarakan sebesar 0,614 ton. Hal ini
menunjukkan jika harga daging ayam meningkat maka penawaran daging sapi
akan menurun. Begitupun sebaliknya, jika harga daging ayam menurun maka
Berdasarkan hasil analisis pada uji t harga daging ayam, nilai signifikansi
dari X3 adalah 0,356 lebih besar dari alpha (0,356 > 0,05). Keadaan ini
menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, berarti harga daging ayam tidak
56
penawaran daging sapi. Masyarakat tetap akan memilih daging sapi untuk di
permintaan pada hari raya, permintaan bahan dasar untuk kuliner sehingga
masyarakat tetap akan memilih daging sapi walaupun harga daging ayam lebih
daging sapi (X4) bernilai negartif sebesar -2,955. Angka tersebut menunjukkan
hubungan yang terbalik antara jumlah penduduk dengan penawaran daging sapi.
daging sapi. Karena tingkat pendapatan yang tidak merata berhubungan dengan
daya beli masyarakat. Semakin rendah tingkat pendapatan, maka daya beli
menjadi rendah, disisi lain harga daging sapi terus mengalami peningkatan, hal
Berdasarkan hasil analisis pada uji t harga daging sapi, nilai signifikansi
dari X4 adalah 0,008 lebih kecil dari alpha (0,008 < 0,05). Keadaan ini
daging sapi. Hal ini akan mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap daging
57
pertambahan permintaan. Tetapi biasanya penambahan penduduk diikuti oleh
yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.
masing-masing variabel penduganya karena salah satu ciri menarik dari model
penawarannya pada penelitian ini adalah harga daging sapi dan harga daging
ayam di Kota Tarakan pada tahun 2000-2016. Nilai elastisitas penawaran daging
bersifat elastis, karena nilai elastisitas harga daging sapi lebih besar dari satu (Es
> 1). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga sebesar 1% atau 1 rupiah akan
mengakibatkan kenaikan penawaran lebih dari 1%. Artinya setiap kenaikan harga
daging sapi sebesar 1%, maka penawaran daging sapi akan mengalami
kenaikan sebesar lebih dari 1%, yaitu sebesar 2,035%. Begitu juga sebaliknya,
setiap penurunan harga daging sapi sebesar 1%, maka penawaran daging sapi
akan turun juga sebesar lebih dari 1%, yaitu sebesar 2,035%.
58
Nilai elastisitas antara 1 - ∞ merupakan barang mewah (Ardiyati 2012).
Sedangkan, nilai elastisitas penawaran daging sapi dalam penelitian ini sebesar
2,035. Dengan demikian daging sapi masih merupakan barang mewah bagi
(Ilham 2001).
Pada waktu tertentu, dalam hal ini menjelang hari raya (lebaran),
merangsang naiknya harga ternak dan daging sapi. Naiknya harga tersebut
saat harga daging sapi meningkat maka produsen akan menambah jumlah
daging sapi untuk di pasarkan. Sedangkan jika harga daging sapi menurun,
Nilai elastisitas penawaran harga daging ayam adalah sebesar 0,614 yang
daging ayam lebih kecil dari satu (Es < 1). Artinya, setiap kenaikan harga daging
ayam sebesar 1% atau 1 rupiah maka penawaran daging ayam akan meningkat
kurang dari 1%, yaitu sebesar 0,614%. Ataupun sebaliknya setiap penurunan
harga daging ayam sebesar 1% atau 1 rupiah maka jumlah penawaran daging
ayam akan menurun juga kurang dari 1%, yaitu sebesar 0,614%.
kecil dari 1 (Es < 1) merupakan barang kebutuhan pokok, yaitu barang yang
pokok disebut juga barang esensial, yaitu barang yang penting dalam kehidupan
59
Daging ayam merupakan barang substitusi bagi daging sapi. Masyarakat
sebagai konsumen akan lebih memilih untuk membeli dan mengkonsumsi daging
ayam jika terjadi kenaikan harga pada daging sapi. Pada saat permintaan dan
pembelian daging sapi meningkat maka kuantitas daging sapi di pasaran akan
menaikkan harga daging ayam yang dipasarkan. Tetapi konsumen akan tetap
membeli dan mengkonsumsi daging sapi walaupun dalam kuantitas yang rendah
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
oleh variabel-variabel bebas yang diamati yaitu populasi ternak sapi (X1),
harga daging sapi (X2), harga daging ayam (X3) dan jumlah penduduk
(X4), sedangkan sisanya sebesar 43,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain
di luar penelitian.
2. Nilai uji F adalah sebesar 0,029 sehingga populasi ternak sapi (X1), harga
daging sapi (X2), harga daging ayam (X3) dan jumlah penduduk (X4)
Tarakan. Nilai uji t (parsial) harga daging sapi (0,032) dan jumlah penduduk
Kota Tarakan. Sedangkan, populasi ternak sapi (0,221) dan harga daging
penawaran daging sapi akan meningkat lebih dari 1%, yaitu sebesar
maka penawaran daging ayam akan meningkat kurang dari 1%, yaitu
sebesar 0,614%.
5.2 Saran
selalu bertambah.
62
DAFTAR PUSTAKA
Alam S, Hidayat H. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK dan MAK Kelas
X. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Alfianto H. 2009. Analisis Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar.
[Skripsi]. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. [Indonesia].
Ardiyati A. 2012. Penawaran Daging Sapi di Indonesia (Analisis Proyeksi
Swasembada Daging Sapi 2014). [Tesis].Universitas Indonesia, Jakarta
.[Indonesia].
BPS Kalimantan Utara. 2017. Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka 2017.
https://kaltara.bps.go.id/webbeta/website/pdf_publikasi/Provinsi-
Kalimantan-Utara-Dalam-Angka-2017-pdf diakses tanggal 14 Oktober
2017.
BPS Kota Tarakan. 2017a. IHK dan Inflasi Kota Tarakan 2016
https://tarakankota.bps.go.id/publication/download/html diakses tanggal 19
Januari 2018.
BPS Kota Tarakan. 2017c. Statistik Sayuran dan Buah-buahan Kota Tarakan
2016. https://tarakankota.bps.go.id/publications/download.html? diakses
tanggal 17 Januari 2018.
Destiarni RP. 2016. Analisis Permintaan Daging Sapi Impor Indonesia. [Tesis].
Institut Pertanian Bogor, Bogor. [Indonesia]
Dilago Z. 2011. Analisis Permintaan Daging Ayam pada Tingkat Rumah Tangga
di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Argoforestri 7
(3): 16-24.
64
Hutabalian, M. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Daging Sapi
Potong Domestik. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. [Indonesia].
Jiuhardi. 2016. Kajian Tentang Impor Daging Sapi di Indonesia. Forum Ekonomi
17 (2): 75-91.
Nugroho SA. 2008. Analisis Permintaan Impor Daging Sapi Indonesia. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor, Bogor. [Indonesia].
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Press Gadjah Mada University
Yogyakarta.
65
Soviandre E, Musadieq MA, Fanani D. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Volume Ekspor Kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat. (Studi pada
Volume Ekspor Kopi Periode Tahun 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis
14 (2): 1-8.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1. Logaritma Natural Dari Data Sekunder
68
Uji Asumsi Klasik
Lampiran 2. Multikolinearitas
a
Coefficient Correlations
Model X4 X1 X3 X2
1 Correlations X4 1.000 .257 .167 -.624
X1 .257 1.000 -.364 .149
X3 .167 -.364 1.000 -.856
X2 -.624 .149 -.856 1.000
Covariances X4 .854 .043 .099 -.483
X1 .043 .033 -.042 .022
X3 .099 -.042 .409 -.458
X2 -.483 .022 -.458 .701
a. Dependent Variable: penawaran daging sapi
Lampiran 3. Heterokedastisitas
a
Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.267 3.749 1.405 .185
Populasi Ternak Sapi (X1) -.021 .094 -.066 -.229 .822
Harga Daging Sapi (X2) .373 .434 1.253 .859 .407
Harga Daging Ayam (X3) -.230 .331 -.809 -.694 .501
Jumlah Penduduk (X4) -.557 .479 -.893 -1.163 .267
a. Dependent Variable: abresid
69
Lampiran 4. Normalitas
Lampiran 5. Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .06492
Cases < Test Value 8
Cases >= Test Value 9
Total Cases 17
Number of Runs 11
Z .518
Asymp. Sig. (2-tailed) .605
a. Median
70
Analisis Regresi Berganda
Model Summary
Model Adjusted R Std. Error of
R R Square Square the Estimate
a
d1 .754 .568 .424 .27152
i
m
e
n
s
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), jumlah penduduk, populasi ternak
sapi, harga daging ayam, harga daging sapi lokal
71
Lampiran 8. Uji Parsial (uji t)
a
Coefficients
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 23.133 7.234 3.198 .008
Populasi Ternak Sapi (X1) .233 .181 .280 1.290 .221
Harga Daging Sapi (X2) 2.035 .837 2.673 2.430 .032
Harga Daging Ayam (X3) -.614 .640 -.844 -.960 .356
Jumlah Penduduk (X4) -2.955 .924 -1.851 -3.197 .008
a. Dependent Variable: penawaran daging sapi
72
Kurva Elastisitas Penawaran
15
10 9.53
5 4.81
2.035
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
15
10 9.83
4.81
5
-0.614
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
-5
73