Anda di halaman 1dari 37

SKRIPSI

DAMPAK KEGIATAN DEFORESTASI HUTAN LINDUNG


KAMPUNG SATU Di KOTA TARAKAN

Oleh :

YUNQUI OKTOVIANUS
17.404020.65

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Dampak Kegiatan Deforestasi Hutan Lindung Kampung Satu


Di Kota Tarakan
Nama : Yunqui Oktovianus
NPM : 1740402065

Disetujui Oleh,

Drs. Witri Yuliawati,S. E., M.Si


NIP:197507032015042001

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr.Syahran.S. E., M.Sc


NIPPPK:197508072021211004

Lulus Ujian Tanggal :

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayah-Nya sehingga proposal peneliti an dengan judul “Dampak Kegiatan
Deforestasi Hutan Lindung Kampung Satu di Kota Tarakan”. Penyusunan peneliti
an ini bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Ekonomi Pembangunan Falkutas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan. Peneliti
menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak lepas dari sang pencipta dan
juga tidak lepas dari bantuan pihak. Selain itu, peneliti juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan proposal ini baik
secara langsung maupun tidak langsung, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.
2. Bapak Dr. Syahran,S.E., M.Si Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Borneo
Tarakan.
3. Bapak Ahmad Juliana, S.e,. M.Si Selaku Wakil Dekan I Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan.
4. Ibu Dr. Witri Yuliawati, S.E., M.Si selaku Wakil Dekan II Falkutas Ekonomi
Universitas Borneo Tarakan, sekaligus dosen pembimbing yang telah bersedia
memberikan waktu, saran, dan pemikirannya untuk membantu penulis di dalam
penyempurnaan proposal ini.
5. Bapak Agus Tri Darmawanto, S.E.,M.E, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan.
6. Bapak Djuanda Hatta, S.E., M.Si, Selaku Dosen Penguji I Jurusan Ekonomi
Pembangunan Falkutas Ekonomi.
7. Ibu Kartini. S.E., Sc, Selaku Dosen Penguji II Jurusan Ekonomi Pembangunan
Falkutas Ekonomi.

ii
8. Bapak/Ibu dosen, seluruh staff dan tenaga kependidikan Fakultas Ekonomi yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman yang sangat berguna
kepada penulis selama ini dan banyak membantu selama proses akademik.
9. Seluruh keluarga besarku terutama ayahpeneliti tercinta yang bernama Oktovianus
Palayukan, dan ibunda tercinta Yohana Marten, kakak yang bernama Rifka
Oktovianus, Marina Oktovianus, Yolan Oktovianus, Floria Oktovianus yang telah
banyak memberikan dukungan do’a semangat dan kasih sayang yang tak terhingga.
10. Bapak Martinus S.H dan Bapak Romi S.H, Selaku Polisi Kehutanan Kota Tarakan
Provinsi Kalimantan Utara. Yang telah meluwangkan waktu untuk mengajak ,
mengajar, dan membina saya selama penelitian di lapangan.
11. Seluruh sahabat perjuangan skripsi Cony Cornelya, Nurjanah, Kristina Sampe
Lumba’a, Junita Tassa, Clara Angraini, Arina Amalin, Asman, Yair
Pongtiku,Jumartina, dan Yati. Yang telah berbagi cerita serta senantiasa
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi, Terima kasih atas
motivasi, bantuan dan perhatiannya.
12. Teman-teman Prodi Ekonomi Pembangunan Lokal B Angkatan 2017 yang banyak
mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Sahabat kecil Mely, Juria,dan Valen yang selalu meluangkan waktu untuk
membantu dan menghibur saya, memberikan semangat setiap harinya.
14. Kak Indah Novitasari yang telah membantu dan menemani saya, serta mengantar
saya saat melakukan penelitian dan selalu menjadi penghibur saya selama saya
menyelesaikan skripsi.
15. Bapak Ibu, teman-teman dari Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan
Pembangunanan Kalimantan Utara. Yang selalu memberikan dukungan dan
semangat untuk saya menyelesaikan pendidikan, perhatian yang luar biasa sehingga
saya bisa berkerja dan berkarir sampai menyelesaikan tugas akhir saya.

Penulis juga menyadari bahwa daalam penulisan Skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan
saran yang bersifat dapat membangun semi lebih sempurnanya skripsi ini, dapat

iii
penulis terima. Penulis ucapakan Terima Kasih kepada semua pihak dan semoga itu
selalu dalam lindungan Tuhan Yang Mahan Esa, Amiin.

Tarakan, 5 September 2023


Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….............i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………............ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..........iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….........vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang …………………………………………………... .......................1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………...........................4
1.3 Tujuan Peneliti an ………………………………………………...........................4
1.4 Manfaat Peneliti an ………………………………………………........................4\
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2.1 Landasan Teori …………………………………………………............................5
2.1.1 Sumber Daya Alam ………………………………………............................5
2.1.1.1 Jenis-jenis Sumber Daya Alam .........................................................................5
2.1.1.2 Manfaat Sumber Daya Alam ……………………….........................................6
2.1.2 Hutan ………………………………………………………...........................7
2.1.2.1 Pengertian Hutan Lindung ………………………….................................7
2.1.2.2 Manfaat dan Fungsi Hutan Lindung ……………….................................8
2.1.2.3 Jenis Perusakan Hutan Lindung…………………….................................9
2.1.3 Deforestasi ………………………………………………….........................10
2.1.3.1 Dampak Kegiatan Deforestasi ……………………..................................11
2.2 Tinjuan Empiris ………………………………………………….........................12
2.3 Definisi Konsep ......................................................................................................14
2.4 Kerangka Peneliti an...............................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................15
3.1 Desain Peneliti an ………………………………………………….......................16
3.2 Objek, Waktu dan Tempat Peneliti an ……………………………....................16
3.2.1 Objek Peneliti an ……………………………………………......................16

iv
3.2.2 Waktu dan Tempat Peneliti an ……………………………........................16
3.3 Data Peneliti an …………………………………………………..........................16
3.3.1 Jenis dan Sumber Data ……………………………………........................16
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data …………………………………......................17
3.4 Definisi Operasional ……………………………………………..........................17
3.5 Metode Analisis Data ……………………………………………..........................18
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................................
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tarakan Tengah...........................................
4.1.2 Objek Hutan Lindung Kampung Satu...........................................................
4.2 Hasil Analisis................................................................................................................
4.2.1 Dampak Lingkungan.........................................................................................
4.2.2 Dampak Ekonomi..............................................................................................
4.3 Pembahasan.................................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................
5.2 Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Peneliti an 15
7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hutan Indonesia sering disebut sebagai salah satu paru-paru dunia, menyediakan
oksigen bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup, menyerap karbon dioksida (karbon
berbahaya) dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia.
Hutan merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan secara ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan (Widodo & Sidik, 2020).
Berkurangnya luas hutan tentunya akan menyebabkan punahnya berbagai spesies
sehingga menimbulkan berbagai dampak termasuk efek gas rumah kaca. Permasalahan
lingkungan hidup terpenting yang muncul teridentifikasi ada lima, salah satunya adalah
kerusakan lahan akibat deforestasi dan konversi lahan untuk perkebunan
(Akhmaddhiian, 2016).Industri minyak sawit berperan dalam penghasil devisa terbesar
di Indonesia yang dapat menyerap banyaknya tenaga kerja hingga luasnya lahan
perkebunan kelapa sawit terus mengalami peningkatan secara signifikan. Perkebunan
kelapa sawit memiliki peran yang sangat strategis sebagai menunjang ekonomi secara
nasional akan tetapi perkebunan kelapa sawit juga menimbulkan dampak negatif yakni
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan konflik sosial. Diperkirakan bahwa 57%
deforestasi di negara Indonesia sebagian besar disebabkan oleh perubahan lahan
menjadi yang menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan 20% lainnya bersumber dari
pulp dan kertas. Hampir disetiap tahunnya Indonesia dihadapkan dengan bencana
kebakaran hutan, pada tahun 2015 tercatat 1,7 juta ha yang terbakar dan menyebabkan
bencana asap yang menimbulkan dampak serius pada pendidikan, transportasi udara,
kesehatan, ekonomi, dan tentunya kerusakan lingkungan. Pembangunan dari sisi
ekonomi diperlukanya perhatian terhadap pembangunan berkelanjutan yang tentunya
memperhatikan berbagai aspek dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Tekanan
terhadap sumber daya hutan cenderung semakin meningkat. Kelestarian hutan terancam
oleh gangguan yang diakibatkan oleh konversi hutan menjadi areal non hutan terutama
usaha pertanian dan perkebunan karena meningkatkan jumlah penduduk dan
8

kebutuhannya. Penggunaan lahan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi telah menimbulkan


gangguan terhadap keamanan hutan dalam bentuk pelanggaran batas, penebangan liar,
kebakaran hutan dan lahan, serta perdaganggan tumbuhan dan satwa liar ilegal.
Deforestasi mengacu pada perubahan kondisi tutupan lahan dari kategori tutupan
lahan hutan/hutan menjadi kategori tutupan lahan non-hutan/non-hutan melalui
interpretasi citra resolusi menengah. Selain itu, hasil interpretasi tutupan lahan
digunakan untuk menghitung ulang tutupan lahan dan menghitung laju deforestasi.
Akibat penggundulan hutan, luas hutan berkurang, kemungkinan terjadinya bencana
hidrometeorologi tinggi, hilangnya berbagai flora dan fauna serta rusaknya sistem
sumber daya air. Konsentrasi karbon dioksida telah meningkat sebesar 30% selama 100
tahun terakhir, mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi sebesar 0,3-0,6°C
(Lal. et al. 2002). Meningkatnya suhu menyebabkan fenomena ENSO (El Nino
Southern Oscillation) semakin sering terjadi di Asia Tenggara dan berdampak pada
intensitas kejadian curah hujan ekstrem. Perubahan iklim global telah menyebabkan
kekeringan berkepanjangan di Indonesia dan menjadi salah satu faktor pemicu
kebakaran hutan dan lahan.
Luas lahan dan hutan yang terbakar hingga saat ini di Indonesia dipengaruhi oleh
karakteristik biofisik lahan tersebut. Sebagian besar kebakaran dalam 10 tahun terakhir
terjadi di lahan gambut. Lahan tersebut secara alami merupakan lahan basah dan tahan
terhadap pembakaran, namun jika lahan gambut mengering karena drainase yang
berlebihan, kebakaran dapat dengan mudah terjadi. Pengeringan lahan gambut juga
mengubah sifat-sifatnya sehingga tidak dapat kembali ke bentuk semula sebagai lahan
basah sehingga lebih rentan terhadap kebakaran. Oleh karena itu, kondisi lahan dan
iklim merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan
lahan.
Deforestasi mengacu pada berkurangnya luas hutan akibat perjanjian lahan untuk
infrastruktur, pemukiman, pertanian, pertambangan, dan perkebunan (Addinul Yakin,
2017). Konversi lahan hutan menjadi lahan non hutan akibat seringnya kebakaran hutan
berkontribusi terhadap pemanasan global (Syah, 2017).
9

Deforestasi terkait dengan pembalakan liar, yang mengancam seluruh makhluk


hidup, sering kali disebabkan oleh kebakaran hutan yang berkontribusi terhadap
pemanasan global (Herpita, 2020). Pemanasan global merupakan permasalahan penting
yang terjadi akibat peningkatan suhu bumi dalam beberapa tahun terakhir akibat
aktivitas perekonomian yang dilakukan tanpa memperhatikan dampak terhadap
lingkungan. Kerusakan hutan di Indonesia terus meningkat dan terlihat bahwa hutan
Indonesia terus berkurang setiap tahunnya sehingga memberikan dampak buruk bagi
Indonesia dan dunia. Greenpeace mengatakan Indonesia merupakan negara ketiga yang
menghasilkan emisi gas karbon setelah Amerika Serikat dan Tiongkok, sekitar 80%
diantaranya disebabkan oleh pembakaran hutan.Pembakaran hutan juga mempunyai
dampak buruk bagi kesehatan manusia, seperti menyebabkan sesak nafas dalam jangka
waktu yang lama.
Permintaan lahan menjadi salah satu penyebab degradasi kawasan hutan.
Keinginan pemerintah daerah untuk menjaga hutan seringkali berbenturan dengan
berbagai kepentingan. Keadaan ini diperburuk dengan pesatnya pertumbuhan penduduk
sebesar 6,78% per tahun di Kota Tarakan. Pengelolaan hutan lindung di Kota Tarakan
dilakukan melalui kegiatan pengelolaan hutan berupa pengelolaan hutan yang disusun
dalam buku dan peta pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Perencanaan
pengelolaan hutan yang dilakukan mengacu pada rencana kehutanan nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota yang berpedoman pada aspirasi masyarakat lokal, nilai-nilai budaya
dan kondisi lingkungan serta pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan lindung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan hutan lindung di Kota Tarakan antara
lain adanya kecenderungan perambahan pada lahan hutan lindung, kepemilikan lahan,
rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat sekitar kawasan hutan lindung, serta
kurangnya pemahaman terkait perencanaan. Di sekitar hutan lindung, pengelolaan hutan
lindung dilakukan bersama semua pihak terutama masyarakat lokal (Aditia, 2014).
Dampak kegiatan deforestasi di Hutan Lindung Kampung Satu di Kota Tarakan
sangat beragam dan serius. Penebangan pohon dan penghilangan vegetasi hutan
mengakibatkan kerusakan ekosistem dan habitat alami, mengancam keanekaragaman
hayati, dan berpotensi memicu kepunahan spesies. Deforestasi juga berkontribusi pada
10

perubahan iklim global melalui emisi karbon dioksida, mengakibatkan perubahan pola
cuaca dan peningkatan suhu global. Dampaknya juga melibatkan kualitas udara yang
terganggu, dengan dampak negatif pada kesehatan manusia. Pasokan air dan sumber
daya air terancam oleh meningkatnya erosi tanah dan hilangnya vegetasi hutan.
Masyarakat lokal, yang sangat bergantung pada hutan untuk sumber daya alam,
mengalami dampak ekonomi yang merugikan. Aktivitas deforestasi seringkali
melibatkan ilegal logging dan perambahan, menciptakan konflik sosial. Hutan Lindung
menjadi kurang efektif sebagai aset konservasi akibat deforestasi, yang juga
mempersulit upaya pelestarian. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang
dampak deforestasi ini sangat penting untuk mengambil tindakan yang efektif dalam
melindungi hutan ini dan meminimalkan dampak negatifnya pada lingkungan dan
masyarakat lokal.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan melakukan penelitian tentang Dampak
Kegiatan Deforestasi Hutan Lindung di Kota Tarakan. Agar upaya pelestarian dan
konservasi di Hutan Lindung Kampung Satu telah dilakukan, Kampung Satu juga
memiliki potensi ekowisata yang dapat menarik pengunjung untuk menikmati
keindahan alamnya. Dengan keragaman flora kecamatan ini menawarkan pengalaman
alam yang unik yang peduli dengan pelestarian lingkungan. Dengan dukungan dari
pemerintah dan berbagai pihak, Kampung Satu berkomitmen untuk menjaga hutan
lindungnya serta memastikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
tetapi masih menghadapi tantangan serius. Dalam konteks ini, pemahaman mendalam
tentang dampak deforestasi sangat diperlukan untuk merancang solusi yang lebih efektif
dan berkelanjutan untuk melindungi hutan lindung ini dan memastikan kelangsungan
hidup masyarakat dan ekosistemnya.Diharapkan peneliti an ini dapat membantu
menyediakan informasi terkait Dampak Kegiatan Deforestasi Hutan Lindung di
Kampung Satu Kota Tarakan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan deforestasi terhadap
hutan lindung di Kampung Satu Kota Tarakan?
1.3 Tujuan Penelitan
11

Adapun tujuan dari peneliti an ini adalah Mengetahui dampak ekonomi dan
lingkungan dari kegiatan deforestasi terhadap hutan lindung di Kampung Satu Kota
Tarakan.
1.4 Manfaat Peneliti an
Adapun manfaat yang diharapakan dari peneliti an ini, yaitu:
1. Memberikan Bahan Pertimbangan bagi Pemerintah: Peneliti an ini diharapkan
dapat menjadi referensi penting bagi pemerintah dalam proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan upaya pengendalian deforestasi di Hutan
Lindung Kampung Satu. Dengan demikian, diharapkan bahwa pengelolaan
hutan dan sumber daya alam akan menjadi lebih efektif, yang pada gilirannya
akan berkontribusi positif pada konservasi lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat setempat.
2. Mendukung Peneliti an Akademis: Peneliti an ini diharapkan dapat menjadi
sumber rujukan yang berharga bagi komunitas akademis dan peneliti di
berbagai bidang ilmu terkait. Hal ini dapat mendorong peneliti an lebih lanjut
dan pengembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak
deforestasi terhadap ekosistem dan ekonomi lokal.
3. Menyebarkan Pengetahuan kepada Masyarakat: Peneliti an ini diharapkan dapat
berperan dalam menyampaikan informasi yang penting kepada masyarakat
umum tentang dampak negatif deforestasi dan upaya-upaya yang dapat mereka
lakukan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan guna memenuhi
kebutuhan hidup manusia dan memungkinkan lingkungan kita hidup lebih sejahtera.
Sumber daya alam ada dimana-mana, seperti tanah, air, permukaan, udara, dan lain-lain.
Contoh sumber daya alam dasar seperti mineral, sinar matahari, tumbuhan, hewan, dll.
Bagi manusia, sifat sumber daya alam sangatlah penting, baik yang berwujud hidup
(hidup) maupun yang berwujud benda mati (tak hidup). Kedua jenis sumber daya alam
tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Negara yang sumber
daya alamnya melimpah akan menjadi negara yang sejahtera (Yasin.2019)
Sumber daya hayati merupakan salah satu sumber daya alam terbarukan yang terdiri
dari tumbuhan dan hewan. Hayati disini maksudnya adalah sesuatu yang hidup dan
dapat mengalami kematian. Sumber daya alam lainnya adalah sumber daya tak hidup
yang abadi seperti air, mineral, dan udara. Dapat dilihat bahwa sumber daya alam
merupakan bagian dari lingkungan hidup, dan lingkungan hidup merupakan bagian dari
ekosistem. Kesimpulannya, sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari
alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
A. Jenis-jenis Sumber Daya Alam
1. Sumber daya alam berdasarkan pemulihannya
a. Sumber daya alam terbarukan (renewable resource). Sumber daya alam
tersebut dapat diisi ulang, diperbarui dengan cepat, dan dikembangkan.
Sumber daya alam terbarukan tersebut meliputi sumber daya alam hayati
dan hewani seperti perkebunan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan
peternakan.
b. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable).
Sumber daya alam jenis ini tidak dapat dipulihkan sama sekali karena
6

proses terbentuknya yang jauh lebih lambat dibandingkan umur manusia


serta jumlahnya lebih statis, contohnya bahan mineral, batu bara, gas
bumi, dan minyak bumi.
2. Sumber daya alam berdasarkan sifatnya
a. Sumber daya alam fisik
Sumber daya alam fisik memiliki ciri melimpah dan digunakan seluruh
makhluk hidup, sumber daya alam fisik, contohnya tanah, air, udara, dan
sinar matahari.
b. Sumber daya alam hayati
Sumber daya alam hayati memiliki ciri jika habis terpakai, bisa
dikembangkan atau dikembangbiakkan kembali, contohnya sumber daya
alam hayati adalah tumbuhan.
c. Sumber daya alam berdasarkan lokasi
1. Sumber daya alam terrestrial. Sumber daya ala mini terdapat di
daratan, contohnya tanah, hutan, dan bahan galian.
2. Sumber daya alam akuatik. Sumber daya ala mini terdapat di
perairan, misalnya rumput laut dan energi gelombang.
2.1.1.1 Manfaat Sumber Daya Alam
Seperti yang kita ketahui bersama, sumber daya alam mempunyai banyak manfaat
bagi kehidupan. Beberapa sumber daya alam sangat penting, seperti udara untuk
bernapas, sinar matahari, air, tanah, dll. Beberapa manfaat sumber daya alam antara
lain:
1. Sumber bahan bakar dan penghasil energi
Di dalam perut bumi terdapat banyak sumber energi yang dihasilkan dari fosil
dan dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar. Sinar matahari, udara, gelombang
laut sebagai sumber energi alternatif.
2. Sumber bahan makanan
Sumber daya alam berupa air, tumbuhan, dan hewan sebagai bahan makanan
bagi manusia dan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
3. Bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
7

Keberadaan sumber daya alam merupakan bahan manusia melakukan


pengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inovasi yang dihasilkan dapat
digunakan untuk mencapai kemaksimalan hidup yang sejahtera.
2.1.1 Hutan
Hutan adalah yang sering disebut salah satu paru dunia yang menyumbangkan
oksigen untuk keberlangsungan makhluk hidup yang dapat menyerap karbon dioksida
yaikni karbon yang berbahaya dan menghasilkan gas oksigen yang diperlukan oleh
manusia (Shafitri, 2018). Hutan merupakan sumber daya alam yang berperan penting
pada kehidupan, baik dari ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan (Widodo, 2020).
Area hutan yang semakin berkurang tentunya menyebabkan punahnya berbagai jenis
spesies yang menyebabkan berbagai dampak termaksud menimbulkan efek gas rumah
kaca (Novalia, 2017).
2.1.2.1. Pengertian Hutan Lindung
Pengertian Hutan Lindung Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999,
pengertian hutan lindung tercantum dalam Pasal 1 angka 8, yang berbunyi: “Hutan
lindung adalah “kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah instrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.”
Hutan lindung (protection forest) adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi
ekologisnya, terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah tetap dapat berjalan dan
dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya.
Hutan lindung juga bisa berada di tengah-tengah lokasi hutan produksi, hutan
adat, hutan rakyat atau di daerah yang berbatasan dengan permukiman dan perkotaan.
Pengelolaannya bisa dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau
komunitas, seperti masyarakat adat. Pengertian hutan lindung kerap dianggap sama atau
dipertukarkan dengan kawasan lindung.
2.1.2.2. Manfaat dan Fungsi Hutan Lindung
8

Pemanfaatan hutan lindung harus dilakukan dengan penyesuaian dan pengelolaan


yang sesuai agar tidak menimbulkan kerusakan. Kawasan hutan lindung memiliki
manfaat-manfaat khusus yaitu:
1. Hutan lindung mampu mencegah bencana alam hutan lindung dapat dimanfaatkan
untuk mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor. Sebab, jenis hutan ini didukung
oleh pepohonan yang dapat mencegah air hujan langsung menuruni lereng hutan dan
membantu dalam menyerap air agar masuk ke dalam tanah. Akar pepohonan yang
tertancap kuat dapat mencegah terjadinya erosi akibat daya cengkram akar untuk
mencegah tanah mudah terbawa air hujan. Pepohonan juga berfungsi besar dalam
pasokan oksigen dan mencegah perubahan iklim.
2. Sumber hasil hutan yang berlimpah hutan mempunyai potensi sumberdaya alam
berlimpah dapat menghidupi manusia. Penghidupan yang diberikan berupa hasil
hutan seperti buah, jamur, dan perburuan fauna yang tidak masuk kedalam kategori
satwa yang dilindungi.
3. Tempat tinggal masyarakat adat hutan lindung tidak hanya menjadi rumah untuk
flora dan fauna, akan tetapi juga turut menjadi rumah bagi beberapa masyarakat adat
yang hidup di sekitar hutan. Kawasan hutan menyediakan ruang dengan segala
kebebasan yang melindungi flora, fauna, dan masyarakat adat untuk tetap lestari dan
utuh. Utuh dalam artian, masyarakat adat tetap dapat bergerak, hidup tenang dengan
segala bentuk kepercayaa akan budaya dan tradisi yang mereka pegang.
4. Menjaga siklus air hutan lindung menyediakan keberlimpahan air untuk kehidupan
manusia. Air yang berlimpah dari kerjasama antara pohon dan tanah dalam
menjaganya, dapat dimanfaatkan untuk menyuplai kebutuhan air bersih.
5. Sarana rekreasi dan wisata hutan lindung dapat dimanfaatkan sebagai sarana
rekreasi. Kawasan hutan yang terlindung dan asri dapat memberikan ketenangan
bagi wisatawan.
6. Tempat edukasi tentang flora dan fauna selain dijadikan sebagai tempat wisata,
keindahan alam yang dimiliki hutan lindung juga dapat memberikan pengetahuan
tentang keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya. Hutan lindung juga
dapat digunakan untuk memperkaya peneliti an.
9

2.1.2.3. Jenis Perusakan Hutan Lindung


Kerusakan pada hutan lindung sangat menyedihkan karena perbuatan tangan
manusia untuk melakukan perbuatan tanpa tanggung jawab. Berikut perbuatan yang
dilakukan manusia terhadap hutan lindung:
1. Modus Ilegal Logging sebagai mana dikutip illegal artinya tidak sah, dilarang atau
bertentangan dengan hukum. Dalam Bahasa Inggris log artinya kayu atau
gelondongan, dan loging artinya menebang kayu dan membawa ketempat
gergajian. Sementara itu menurut Sukardi 2018, bedasarkan pengertian secara
arafiah tersebut dapat dikatakan illegal logging menurut bahasa menebang kayu
kemudian membawa ketempat gergajian yang bertentangan dengan hukum. Bertitik
tolak dari pengertian illegal logging diatas terbagi menjadi dua termilogi yaitu
ilegal dan logging, berarti tidak sah dan penebangan kayu atau pemanenan kayu.
2. Pembakaran Terhadap Hutan Pada satu sisi untuk menghindari terjadinya
kebakaran hutan pada musim kemarau tersebut, Indonesia sangat sulit
menghilangkannya atau mengatasinnya. Oleh karena itu pemerintah melakukan
upaya untuk mengatasi kebakaran tersebut dengan mencoba mengatur masalah
kebakaran hutan khusus dalam suatu peraturan dalam UU No 18 tahun 2013. Pada
prinsipnya pembakaran hutan terlarang, pembakaran hutan secara terbatas
diperkenankan hanya untuk tujuan khusus atau kondisi yang tak dicelakan.
Pelaksanaa untuk pembakaran secara terbatas tersebut harus dapat izin dari pejabat
yang berwenang. Peraturan pemerintah No 45 Tahun 2004 tentang perlindungan
hutan. Untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh
kebakaran dilakukan kegiatan pengendalian, yang meliputi
a. Pencegahan
b. Pemadaman
c. Penanganan akibat kebakaran

2.1.2 Deforestasi
Deforestasi adalah “perubahan area permanen dari area berutan menjadi tidak
berutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia” (Barri, dkk, 2018). Deforestasi adalah
10

konversi hutan menjadi pengunaan lahan lain. Secara kuantitatif deforestai juga sebagai
pengurangan tutupan pohon menjadi kurang dari ambang minimum 10% untuk jangka
Panjang dengan tinggi pohon minimum 5meter pada area seluas minimum 0,5 h.a (FAO
2019). Berdasarkan pengertian deforestasi diatas maka deforestasi adalah istilah untuk
menyebutkan perubahan tujuan suatu wilayah dari berurutan menjadi tidak berurutan
yang artinya suatu wilayah sebelumnya merupakan tutupan tajub berupa hutan (vegitasi
pohon dengan kerapan tertentu) menjadi bukan hutan. Deforestasi merupakan proses
penghilangan hutan alam dengan cara penebangan untuk mengambil kayunya atau
mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non hutan. Bisa juga disebabkan oleh
kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara alami. Deforestasi secara garis
besar mengancam kehidupan umat manusia dan sepsis mahluk lainnya (Desy, 2020).
Lingkungan sebagai sumber daya merupakan asset yang diperlukan untuk
mensejahterahkan masyarakat. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Deforestasi di Indonsesia sebagaian besar merupakan akibat dari suatu sistem politik
dan ekonomi yang korup, menganggap sumberdaya alam khususnya hutan, sebagai
sumber penetapan yang bisa diekspolisasi untuk kepentingan politik dan kepentingan
pribadi. Padahal manusia baik sebagai subjek maupun objek pembangunan merupakan
bagian ekosistem sehingga muncullah pandangan holistis yang dipakai dalam ekonomi
pembanguan.
Dampak yang terjadi akibat deforestasi ini sanggat merugikan baik manusia
maupun hewan dan tumbuhan yang dapat mengurangi keanekaan ragaman flora dan
fauna yang tinggal di hutan tersebut dikarenakan habitat tempat tinggalnya telah dirusak
serta mendatangkan bencana seperti banjir dan longsor jika keadaan hutan sudah
mengalami deforestasi.

A. Dampak Kegiatan Deforestasi


Deforestasi di Indonesia mempunyai dampak yang sangat serius baik di tingkat
nasional maupun internasional, kebakaran hutan yang tidak terkendali, penebangan
hutan yang merusak, pembukaan lahan untuk perkebunan, pengerukan untuk bahan
11

bakar, dan pembangunan kawasan pemukiman memberikan dampak sosial ekonomi


terhadap masyarakat dan kehidupan mereka. Ketergantungan yang sangat besar
terhadap hasil alam atau hutan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi
seluruh masyarakat dan negara (Biro Pendidikan Teknik, 2017).
Indonesia merupakan kontributor utama perubahan iklim dan semakin rentan
terhadap dampaknya. Pada tahun 2000, emisi dari sektor kehutanan dan perubahan
penggunaan lahan di Indonesia diperkirakan mencapai 2.563 ton, setara dengan juta ton
karbon dioksida (MtCO2e). Selain itu, emisi tahunan dari sektor energi, pertanian, dan
limbah berjumlah 451 MtCO2e. Sebagai perbandingan, total emisi Indonesia sebesar
3.014 MtCO2e, emisi Tiongkok mencapai 5.017 MtCO2e, dan emisi Amerika Serikat
mencapai 6.005 MtCO2e. Penebangan hutan secara besar-besaran tidak hanya
menimbulkan kerusakan pada alam, namun dampak yang ditimbulkan juga akan
berdampak pada kehidupan sosial masyarakat.
Indonesia merupakan penghasil emisi terbesar ketiga di dunia, dengan emisi
sebesar 2.563 MtCO2e, setelah Amerika Serikat dan Tiongkok. Emisi yang tinggi dapat
menimbulkan berbagai dampak serius, antara lain: Pertama, suhu meningkat sekitar 0,3
derajat Celcius di seluruh umat Islam sejak tahun 1990. Kedua, intensitas curah hujan
meningkat sebesar 2% hingga 3% setiap tahunnya, dan risiko bencana banjir meningkat
secara signifikan. Ketiga, dampak perubahan iklim ekstrem menimbulkan ancaman
terhadap pangan. Keempat, kenaikan permukaan air laut tentu saja akan menyebabkan
tergenangnya wilayah produksi di pesisir dan berdampak pada penghidupan masyarakat
pesisir. Kelima, kenaikan suhu laut berdampak pada biota laut dan mengancam
terumbu karang. Keenam, menimbulkan berbaagai penyakit yang dpat ditularkan
melalui air dan faktor- faktor yaitu malaria dan demam berdarah (Biro Pendidikan
Teknis, 2017).
Permasalahan lingkungan hidup menjadi perbincangan politik karena menurunnya
kualitas lingkungan hidup ternyata dapat memberikan ancaman terhadap kelangsungan
hidup manusia, seperti menyebabkan kerusakan hutan, hilangnya kesuburan tanah,
12

berkurangnya sumber daya air, pencemaran udara, dan pencemaran lingkungan.


Berbagai persoalan lingkungan hidup lainnya (Siswoko,2018).
2.2. Tinjauan Empiris
Tinjauan Empiris merupakan hasil dari peneliti an terdahulu yang mengemukakan
beberapa konsep yang relevan dan terkait dengan peneliti an yang dilakukan oleh
penulis. Peneliti an terdahulu yang digunakan sebagai acuan telah Pustaka peneliti an ini
adalah sebagai berikut:
1. Prengkiannandus Budu (2021) dengan judul “Peran Pemerintah Kabupaten Sikka
dalam Mengatasi Deforestasi di Kabupaten Sikka Sebagai Jalan Menuju
Kelestarian Lingkungan Hidup”. Peneliti an ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar peran pemerintah dalam mengatasi deforestasi di Kabupaten Sikka,
menjelaskan dan menyadarkan kepada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan
hutan dengan tidak melakukan deforestasi, tulisan ini lahir dari keperihatinan akan
krisis lingkungan akibat deforestasi.
2. Herpita Wahyuni (2021), dengan judul “Implikasi Deforestasi Masif di Indonesia
terhadap Pemanasan Global.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana deforestasi di Indonesia dengan mempelajari dampak dan upaya pengurangan
deforestasi yang tentunya berdampak baik terhadap penurunan emisi atau
pemanasan global. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dari
berbagai studi literatur atau kepustakaan untuk menjawab temuan tersebut.
3. Abdul Hadi Putra (2019) dengan Judul “Deforestasi dan Pengaruhnya Terhadap
Tingkat Bahaya Kebakaran Hutan di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat”.
Peneliti an ini bertujuan untuk mengetahui kawasan hutan yang konversi menjadi
non hutan (deforestasi) berdasarkan status hutan, analisis kawasan hutan yang
mengalami kegiatan deforestasi, analisis tingkat bahaya kebakaran hutan dan lahan
di kawasan deforestasi. Peneliti an ini dilakukan di kawasan hutan berdasarkan
status hutan (kementerian kehutanan) dan tutupan lahan di Kabupaten Agam,
provinsi Sumatera Barat. Kawasan hutan yang dimaksud berdasarkan status hutan
lindung adalah hutan lindung (HL), hutan produksi (HP), hutan produksi terbatas
(HPT) dan Hutan Konservasi (KSA).
13

4. Desy (2018) dengan Judul “Analisis Deforestasi Pada Kawasan Lereng Barat
Seulawah Dara Sebagai Referensi Matakuliah Ekologi Dan Pprobematika
Lingkung”. Hasil peneliti an diketahui bahwa pada kawasan lereng barat Seulawah
Dara mengalami deforestasi, yang dikarenakan alihfungsi kebun seperti: kebun
Kakao, Pisang, Jagung, kelapa Sawit, Pinang, pembakaran hutan, illegal loging dan
pemukiman warga. Luas deforestasi yang terjadi pada kawasan Lereng Barat
Seulawah Dara 218.30 ha yang terbagi menjadi kebun kakao 1,158 ha, kebun
campuran 194,753 ha, kebun pinang 1,486 ha, kebun kelapa sawit 10,111 ha,
pemukiman 2,304 ha, kebakaran hutan 2,012 ha, ilegal loging 6,481 ha.
Pemanfaatan hasil dari peneliti an pada kawasan Lereng Barat Seulawah Dara
dalam pembelajaran matakuliah Ekologi dan Problematika Lingkungan dibuat
dalam bentuk buku saku sebagai penunjang matakuliah Ekologi dan Problematika
Lingkungan.
2.3. Definisi Konsep
Untuk lebih menjelaskan tentang uraian diatas dapat dirumuskan konsepsionalnya
sebagai berikut:
1. Deforestasi menurut Forest Watch Indonesia (2020) adalah “keadaan kehilangan
hutan dan menjadi permasalahan yang sangat sulit diatasi, sehingga perlu
pengetahuan dan kerjasama antara berbagai elemen yang mampu menggerakan
masyarakat untuk dapat terlibat dalam pengurangan kegiatan atau mendukung
program yang dinilai mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi
bersama.”
2. Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh
yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.
a. Dampak Positif
Dampak adalah kegiatan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau
memberikan kesan kepada orang lain, agar mereka mengikuti atau
mendukung keinginanya. Sedangkan positif adalah suasana jiwa yang
mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,
kegembiraan dari pada kesedihan, optimism dari pada perisme.
14

b. Dampak Negatif
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat negatif. Dampak adalah keinginan untuk
membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang
lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginanya.
Berdasarkan beberapa peneliti ilmiah disimpulkan bahwa negatif adalah
pengaruh buruk yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positif. Jadi
dapat disimpulkan pengertian dampak negarif adalah keinginan untuk
membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberikan kesan kepada
orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat tertentu.
2.4 Kerangka Peneliti an

Hutan Lindung Kota


Tarakan

Dampak Kegiatan
Deforestasi

Sisi Sisi Ekonomi


Lingkungan

1. Banjir 1. Penebangan Liar


2. Tanah Longsor 2. Pembakaran Hutan
3. Pemanasan 3. Perambahan Hutan,
Global, dll dll

1. Luas Hutan
2. Potensi cuaca
Gambar 2.1 Kerangka Peneliti an
3. Dampak Hutan
15

Berdasarkan kerangka peneliti an diatas Hutan Lindung di Kota Tarakan


merupakan kawasan hutan lindung yang luas. Peneliti akan melakukan deskripsi
dampak deforestasi dengan menggunakan data yang mendukung dan akan memberikan
solusi untuk pencegahan dampak kegiatan deforestasi yang ada di kawasan Kampung
Satu Kota Tarakan.
16

BAB III
METODE PENELITI AN

3.1 Desain Peneliti an


Desain peneliti an ini adalah jenis peneliti an deskriptif dengan pendekatan studi
kasus yang fokus pada analisis dampak kegiatan deforestasi terhadap Hutan Lindung di
Kelurahan Kampung Satu, Kota Tarakan. Peneliti an ini bertujuan untuk menyajikan
gambaran yang rinci dan mendalam tentang situasi yang ada dalam konteks dampak
deforestasi di wilayah tersebut. Metodologi peneliti an ini akan melibatkan
pengumpulan data primer dan observasi lapangan untuk memahami dampak deforestasi
secara holistik, dengan tujuan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
permasalahan ini di tingkat lokal.
3.2 Objek, Waktu dan Tempat Peneliti an
3.2.1 Objek Peneliti an
Objek Peneliti an ini adalah deforestasi, hutan lindung kelurahan kampung satu
di Kota Tarakan. Peneliti an ini berfokus pada dampak kegiatan deforestasi terhadap
Hutan Lindung di Kelurahan Kampung Satu, Kota Tarakan. Peneliti an ini dilakukan
dengan pendekatan studi kasus, dan berlangsung selama periode tertentu untuk
memahami dampak deforestasi secara mendalam. Proses peneliti an mencakup
pengumpulan data primer dan observasi lapangan, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dampak konkret yang telah terjadi akibat aktivitas deforestasi di
wilayah tersebut.
3.2.2 Waktu dan Tempat Peneliti an
Peneliti an ini dilaksanakan di Kampung Satu dan Unit Pelaksanaan Teknis
Pengelolaan Hutan di Kota Tarakan. Peneliti an ini dilakukan pada bulan September
2023 dan berlangsung selama 1 bulan. Proses peneliti an meliputi pengumpulan data
primer yang diteliti.
3.3 Data Peneliti an
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
17

a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung
dari sumber pertama atau objek peneliti an melalui wawancara atau interview yang
mana data tersebut dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan peneliti
(Sugiyono, 2017). Data primer ini diperoleh dari wawancara langsung dengan
responden yaitu pengelola hutan lindung (UPT-KPH) dan masyarakat yang tinggal di
sekitar hutan lindung.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan
data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder pada
umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
yang dipublikasikan (Sugiyono, 2017). Data sekunder dalam peneliti an ini merupakan
jenis data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah dan telah tersaji, serta
refrensi-refrensi lainnya berupa informasi dari instansi, buku,jurnal, dan skripsi yang
berkaitan dengan Dampak Kegiatan Deforestasi Hutan Lindung di Kota Tarakan.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Upaya menghasilkan hasil yang ssebenarnya sesuai dengan apa yang dilaporkan
oleh penulis, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui :
1. Peneliti an lapangan (Field Reseach) yaitu peneliti an langsung pada objek yang
diteliti dengan menggunakan cara :
a. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung cara
mengamati kegiatan pemerintah dan masyarakat yang berkaitan dengan objek
peneliti an
b. Interview dilakukan secara langsung dengan pemerintah setempat, kepada tokoh
masyarakat dan salah satu masyarakat setempat untuk memperoleh data melalui
peneliti an lapangan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung.
2. Peneliti an Pustaka (library reseach) yaitu peneliti an yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan, membaca, dan mempelajari literatureyang berhubungan dengan
masalah yang dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori
tentang permasalahan yang akan dibahas.
18

3.4 Definisi Operasional


1. Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan diukur berdasarkan perubahan yang terjadi pada aspek-aspek
ekosistem, termasuk hilangnya vegetasi hutan, peningkatan erosi tanah, perubahan
dalam keanekaragaman hayati, dan kualitas air serta polusi udara yang terkait
dengan kegiatan deforestasi. Data diambil melalui survei lapangan dan pengamatan
langsung dalam wilayah Hutan Lindung Kampung Satu
2. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi diukur berdasarkan perubahan dalam perekonomian lokal yang
terkait dengan kegiatan deforestasi. Ini mencakup aspek-aspek seperti dampak pada
sektor pekerjaan, pendapatan masyarakat lokal, harga sumber daya alam, dan
aktivitas ekonomi terkait lainnya. Data dikumpulkan melalui survei wawancara
dengan masyarakat setempat.
3.5 Metode Analisis Data
Peneliti an ini menggunakan metode dalam pendekatan dalam deskriptif kualitatif.
Tujuannya adalah untuk menjelaskan keadaan atau menggunakan objek atau objek
sasaran yang harus diteliti dan diambil datanya sehingga membantu dalam peneliti an
ini (Moleong,2013).
Metode peneliti an ini deskripti kualitatif merupakan metode yang digunakan
untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran
lainnya yang bersifat eksakta. Metode ini digunakan untuk menjelaskan dan
menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena dari observasi lapangan dan
wawancara mendalam terkait dengan Dampak Kegiatan Deforestasi Hutan Lindung di
Kampung Satu Kota Tarakan menurut kebenarannya.
Deforestasi dalam peneliti an ini merupakan kerusakan yang terjadi di hutan
lindung yang diakibatkan dari:
a. Faktor Alam adalah peristiwa alam yang dapat menganggu keseimbangan
ekosistem, umumnya berupa bencana seperti banjir, tanah longsor, dan
pemanasan global.
19

b. Faktor Manusia adalah karakteristik fisik, psikologi, dan sosial yang


mempengaruhi interaksi manusia dengan peralatan sistem, individu lain, dan
tim kerja yang melakukan penebangan liar, pembakaran lahan serta
melakukan perambahan hutan.
Dampak adalah akibat atau pengaruh yang terjadi baik itu negatif atau positif dari
sebuah tindakan yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan deforestasi hutan lindung di Kampung Satu Kota Tarakan.
3.5.1 Tahapan Penelitian Kualitatif
Untuk peneliti an mengenai dampak kegiatan deforestasi di Hutan Lindung
Kampung Satu di Kota Tarakan, terbagi ke dalam tiga bagian: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data: Pada tahap reduksi data, peneliti akan mengurutkan, mengorganisasi,
dan menyederhanakan data yang telah dikumpulkan selama peneliti an. Ini
melibatkan pengumpulan semua informasi yang relevan tentang dampak lingkungan
dan ekonomi deforestasi.
2. Penyajian Data: Setelah data direduksi, Peneliti akan melanjutkan dengan penyajian
data. Ini melibatkan penyusunan temuan Peneliti dalam bentuk yang lebih sistematis
dan mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan: Penarikan kesimpulan adalah tahap terakhir dalam analisis
data. Pada tahap ini, Peneliti akan merumuskan kesimpulan berdasarkan temuan
yang telah Peneliti identifikasi selama peneliti an.
Dengan membagi analisis data menjadi tiga bagian ini, Peneliti dapat mengorganisir
penelitian Peneliti dengan lebih baik dan menghasilkan temuan yang lebih terstruktur
dan relevan. Ini akan membantu Peneliti dalam menyusun laporan penelitian yang kuat
mengenai dampak lingkungan dan ekonomi kegiatan deforestasi di Hutan Lindung
Kampung Satu di Kota Tarakan.
20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tarakan Tengah

Sumber : BPS Kota Tarakan, 2021


Gambar 4.1 Peta wilayah Kecamatan Tarakan Tengah
Kecamatan Tarakan Tengah merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota
Tarakan dengan total total jumlah kelurahan 5 yaitu Kel. Selumit Pantai, Selumit,
Sebengkok, Pamusian, dan Kel. Kampung satu SKIP. Secara astronomis letak
Kecamatan Tarakan Tengah adalah 117o36’7,13”E bujur timur dan 3o18o41,85”N
Lintang Utara dengan luas daratan 55,66 KM 2 dan Luas Lautan (3 mil dari pantai) 28,35
KM2. Jumlah penduduk pada tahun 2019 adalah 84 918 jiwa dengan kepadatan
penduduk 1.037,80 jiwa/km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Tarakan Utara
- Sebelah Timur : Kelurahan Kampung Enam
- Sebelah Selatan : Kelurahan Lingkas Ujung
21

- Sebelah Barat : Kelurahan Juwata Krikil dan Karang Anyar

4.1.2 Objek Hutan Lindung Kampung Satu

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup, 2021


Hutan Lindung Kampung Satu adalah sebuah objek penelitian yang sangat
relevan dan penting dalam konteks konservasi alam dan pembangunan berkelanjutan.
Penelitian yang dilakukan di hutan lindung ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
memahami, dan mengelola aspek-aspek kunci yang terkait dengan hutan ini. Salah satu
aspek yang menjadi fokus penelitian adalah keanekaragaman hayati. Dalam konteks ini,
penelitian mencakup pemetaan dan pemahaman spesies tumbuhan dan fauna yang ada,
serta upaya pelestarian dan pemulihan spesies yang terancam punah. Penelitian juga
membahas dampak aktivitas manusia, seperti penebangan hutan dan perburuan liar,
terhadap ekosistem hutan lindung.
Hutan Lindung Kampung Satu, adalah suatu entitas yang mencerminkan
kekayaan alam dan ekologis yang sangat berharga. Hutan ini adalah bagian integral dari
ekosistem regional, yang ditandai oleh keanekaragaman hayati yang luar biasa. Di
dalam hutan ini, berbagai spesies tumbuhan dan fauna mendiami lingkungan yang telah
22

beradaptasi secara khusus terhadap kondisi alam setempat. Selain berfungsi sebagai
penahan erosi tanah dan penghasil oksigen, hutan lindung ini juga menjadi rumah bagi
satwa liar yang sering kali merupakan indikator kesehatan ekosistem. Namun, Hutan
Lindung Kampung Satu tidak hanya penting dari segi ekologi. Hal ini juga merupakan
pusat budaya dan tradisi masyarakat setempat, yang sering kali menjalankan upacara
adat dan praktik keagamaan di dalamnya. Selain itu, hutan ini menyediakan sumber
daya alam yang mendukung kehidupan sehari-hari dan mata pencaharian bagi penduduk
sekitar. Hutan Lindung Kampung Satu adalah objek yang menggabungkan ekologi,
budaya, dan kesejahteraan manusia dalam satu kesatuan yang kaya dan kompleks,
sehingga menjadi fokus utama dalam upaya pelestarian dan penelitian yang bertujuan
menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
4.2 Hasil Analisis
4.2.1 Dampak Lingkungan
Deforestasi hutan lindung di Kampung Satu memiliki dampak yang sangat serius
terhadap lingkungan. Dalam periode setahun ini, dua kali terjadi kebakaran hutan pada
tahun 2023. Meskipun beruntungnya, upaya cepat dan tanggap dari warga setempat dan
kelompok tani hutan yang dibina telah mencegah kebakaran merambat dan
menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Meskipun demikian, deforestasi yang terus
berlanjut dalam bentuk kebakaran hutan memiliki dampak negatif yang signifikan pada
ekosistem dan keseimbangan alam di Kampung Satu.
Dampak lingkungan yang disebabkan oleh deforestasi hutan adalah kebakaran
hutan menghilangkan vegetasi alami, merusak keanekaragaman hayati, dan
mengganggu ekosistem yang ada. Ini berdampak pada hilangnya habitat bagi flora dan
fauna lokal yang sangat bergantung pada hutan lindung ini. Terutama, hewan-hewan
seperti burung, mamalia, dan serangga mungkin kehilangan tempat berlindung dan
sumber makanan.
Kedua, deforestasi hutan lindung berdampak pada penurunan kualitas udara dan
air. Kebakaran hutan menghasilkan asap dan partikel-partikel berbahaya yang dapat
memengaruhi kualitas udara di daerah sekitar dan berkontribusi pada masalah kesehatan
23

manusia. Selain itu, aliran air dapat tercemar oleh material yang terbakar, mengganggu
ekosistem air dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam siklus hidrologi.
Ketiga, deforestasi juga berkontribusi pada perubahan iklim, karena hutan-hutan
berperan penting dalam menyerap karbon dioksida. Kebakaran hutan melepaskan
karbon yang disimpan dalam pohon-pohon dan tanah, yang dapat meningkatkan tingkat
emisi gas rumah kaca, yang berdampak pada pemanasan global.
Keempat, terlepas dari upaya warga dan kelompok tani hutan yang mengurangi
kerusakan akibat kebakaran hutan, setiap kejadian tersebut masih menimbulkan biaya
besar dalam upaya pemadaman dan pemulihan lingkungan. Ini dapat menguras sumber
daya finansial yang dapat digunakan untuk upaya pelestarian lainnya.
Dengan demikian, deforestasi hutan lindung di Kampung Satu, bahkan jika
dalam bentuk kebakaran yang berhasil diperangkat, memiliki dampak lingkungan yang
serius dan menekankan pentingnya konservasi dan upaya pencegahan yang lebih baik.
Meskipun demikian, deforestasi yang terus berlanjut dalam bentuk kebakaran hutan dan
penebangan lahan untuk perkebunan, menurut hasil wawancara responden, memiliki
dampak negatif yang serius pada ekosistem dan keseimbangan alam di Kampung Satu.
Dampak ini meliputi hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati, penurunan kualitas
udara dan air, kontribusi pada perubahan iklim, serta biaya pemadaman dan pemulihan
yang tinggi, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh responden. Lebih lanjut,
penebangan lahan juga telah berkontribusi pada kejadian longsor yang mengancam
keselamatan masyarakat dan infrastruktur, menguatkan urgensi langkah-langkah
perlindungan, pelestarian, dan konservasi hutan lindung Kampung Satu.
4.2.2 Dampak Ekonomi
Deforestasi hutan lindung di Kampung Satu tidak hanya memiliki dampak serius
pada ekosistem dan lingkungan, tetapi juga berdampak signifikan pada aspek ekonomi
masyarakat setempat. Pertama, kebakaran hutan yang terjadi dalam periode dua minggu
yang intens pada tahun 2023 menghilangkan sumber daya hutan yang berharga yang
selama ini menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk. Kayu, hasil
hutan non-kayu, dan buah-buahan dari hutan telah menjadi sumber pendapatan penting,
24

dan kehilangan akses terhadap sumber daya ini mengakibatkan penurunan pendapatan
bagi masyarakat.
Kedua, biaya yang dikeluarkan untuk pemadaman kebakaran hutan dan
pemulihan lingkungan yang tinggi juga memberikan tekanan pada ekonomi lokal. Dana
yang harus dialokasikan untuk penanggulangan kebakaran hutan dapat mengurangi
sumber daya yang seharusnya digunakan untuk proyek-proyek pembangunan ekonomi
di daerah tersebut, seperti infrastruktur, pendidikan, dan pelatihan keterampilan.
Ketiga, deforestasi dan kebakaran hutan juga berdampak pada sektor
agrikultural. Perubahan iklim yang mungkin terkait dengan deforestasi, seperti pola
hujan yang tidak teratur, dapat mempengaruhi hasil pertanian dan mengganggu
pertanian lokal. Hal ini berdampak negatif pada ekonomi pedesaan dan pendapatan para
petani.
Keempat, terjadinya longsor sebagai akibat penebangan lahan untuk perkebunan
juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Infrastruktur yang rusak akibat longsor
memerlukan pengeluaran besar untuk pemulihan, yang kemudian mengganggu alokasi
dana untuk pengembangan ekonomi daerah.
Namun, perlu diperhatikan bahwa lahan hutan lindung juga dapat digunakan
untuk kepentingan masyarakat dengan cara yang berkelanjutan. Sebagai contoh,
penggunaan lahan untuk peternakan ayam yang dikelola dengan baik dan terpisah dari
pemukiman dapat meningkatkan pendapatan lokal. Ini menciptakan peluang baru bagi
masyarakat untuk memperoleh pendapatan tambahan sambil mempertahankan
ekosistem hutan lindung yang berharga. Seiring dengan upaya pelestarian hutan
lindung, pengembangan model-model penggunaan lahan berkelanjutan dapat menjadi
solusi untuk mengatasi dampak ekonomi negatif deforestasi dan mendukung
kesejahteraan masyarakat setempat.
4.3 Pembahasan
Pembahasan mengenai dampak kegiatan deforestasi hutan lindung di Kampung
Satu, Kota Tarakan, adalah sebuah isu yang perlu mendapat perhatian serius, mengingat
dampaknya yang sangat luas. Deforestasi di Kampung Satu memiliki dampak ekologis,
sosial, dan ekonomi yang signifikan terhadap Kota Tarakan secara keseluruhan.
25

Secara ekologis, dampak deforestasi terlihat dalam hilangnya sebagian besar


vegetasi alami di hutan lindung. Dampak ini mencakup hilangnya habitat bagi flora dan
fauna lokal, yang dapat mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan bahkan
kehilangan beberapa spesies. Hutan lindung umumnya juga berperan penting dalam
menjaga kualitas udara dan air, sehingga deforestasi mengganggu siklus hidrologi,
meningkatkan risiko longsor, dan mengurangi kemampuan hutan dalam menyerap
karbon dioksida, berkontribusi pada perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.
Dampak sosial dari deforestasi mencakup dampak terhadap masyarakat setempat di
Kampung Satu. Penduduk yang bergantung pada hutan sebagai sumber penghidupan
mereka mengalami penurunan pendapatan dan kehilangan mata pencaharian mereka.
Selain itu, upaya pemadaman kebakaran hutan dan pemulihan lingkungan memerlukan
sumber daya finansial dan tenaga kerja yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan
sosial masyarakat setempat. Terjadinya longsor juga membahayakan keselamatan
masyarakat dan infrastruktur di sekitar hutan lindung, menciptakan tekanan dan
kecemasan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dari segi ekonomi, deforestasi juga berdampak pada perekonomian Kota
Tarakan secara keseluruhan. Hilangnya sumber daya hutan, terutama yang digunakan
dalam industri kayu dan hasil hutan non-kayu, dapat merugikan sektor industri dan
perdagangan di kota ini. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pemadaman kebakaran
hutan dan pemulihan lingkungan juga dapat mengurangi sumber daya yang dapat
digunakan untuk pengembangan ekonomi lokal. Dampak pada sektor pertanian dan
pariwisata juga dapat mengurangi pendapatan daerah. Namun, penting untuk diingat
bahwa sumber daya hutan lindung juga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Contohnya, penggunaan lahan untuk peternakan ayam, yang diatur dengan baik dan
jauh dari pemukiman, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat sambil
mempertahankan ekosistem hutan lindung yang berharga. Perlu ada upaya serius untuk
mengelola hutan lindung dengan baik, memitigasi dampak deforestasi, dan mendukung
masyarakat setempat dalam pengembangan model-model penggunaan lahan yang
berkelanjutan. Upaya konservasi dan pelestarian hutan lindung harus didukung oleh
26

pemerintah, lembaga lingkungan, dan masyarakat untuk menjaga keseimbangan


ekosistem dan keberlanjutan ekonomi daerah.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Deforestasi hutan lindung di Kampung Satu memiliki dampak ekonomi dan
lingkungan yang serius. Dampak tersebut mencakup penurunan pendapatan masyarakat,
tekanan pada ekonomi lokal, penurunan keanekaragaman hayati, gangguan ekosistem
air dan udara, serta kontribusi pada perubahan iklim. Upaya pelestarian dan pengelolaan
sumber daya alam secara berkelanjutan menjadi kunci untuk mengatasi dampak negatif
deforestasi dan mendukung kesejahteraan masyarakat setempat sambil menjaga
ekosistem yang berharga.
5.2 Saran
1. Saran untuk Instansi dan Masyarakat:
Dalam rangka mengatasi dampak deforestasi hutan lindung di Kampung Satu,
kerjasama antara instansi dan masyarakat setempat sangat penting. Instansi dapat
membentuk tim pengawas lingkungan yang melibatkan warga setempat dalam
pemantauan aktivitas deforestasi ilegal. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya menjaga hutan lindung melalui program pendidikan lingkungan.
Dengan keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan instansi, pelestarian hutan lindung
dapat menjadi lebih efektif.
2. Saran untuk Pemerintah Kota Tarakan:
27

Pemerintah Kota Tarakan perlu memperkuat upaya dalam menjaga dan melestarikan
hutan lindung di Kampung Satu. Ini termasuk penegakan hukum yang lebih ketat
terhadap praktik deforestasi ilegal, peningkatan pengawasan wilayah hutan, dan
memberikan insentif kepada masyarakat yang berperan dalam menjaga keberlanjutan
hutan. Pemerintah juga harus mendukung program diversifikasi mata pencaharian
masyarakat dengan memberikan pelatihan dan bantuan teknis untuk pengembangan
pertanian berkelanjutan dan penggunaan lahan alternatif yang mendukung ekonomi dan
pelestarian lingkungan. Dengan dukungan pemerintah, upaya pelestarian hutan lindung
di Kampung Satu dapat berjalan lebih efisien dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmaddhian. (2016). Kepastian hukum dan jaminan stabilitas ekonomi sangat penting
dilakukan untuk menjaga pergerakan roda perekonomian suatu negara.

Addinul, Yakin. (2017). Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan.

Dinas Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Hutan (UPT.KPH) Tarakan. Kecamatan


Tarakan Tengah.

Adinugroho Wahyu Catur. (2009). Penebangan Liar (Illegal Logging), sebuah bencana
bagi dunia kehutanan Indonesia yang tak kunjung terselesaikan. Bogor.

La Ode MUH. Yaazid Amsah, Drs. H. Samsu Arif, M.Si, Syamsuddi, S.Si, MT. (Tahun
tidak disebutkan). Analisis Laju Deforestasi Hutan Berbasis Sistem Informasi
Geografi (studi kasus provinsi Papua).

Fahmi Rasyid. (Tahun tidak disebutkan). Permasalahan dan Dampak Deforestasi.

Herpita, Wahyuni. (2020). Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan.

M. Nana Siktiyana. (2016-2023). Lindungi Hutan, Deforestasi: Penyebab, Dampak, dan


Pencegahan.

Segala, Porkas. (1994). Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Jakarta, yayasan obor
Indonesia.

Sunderlin, W.D., & Ida Aju Prodja Resosudarmo, P.A.I. (1997). Laju dan Penyebab
Deforestasi di Indonesia. Bogor.

Syah, Firman. (2017). Jurnal Analisa Kebijakan Sektor Lingkungan.

Widodo, AJ Sidik. (2020). Wanamukti: Jurnal Penelitian Kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai