Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 65

PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN JAMBU AIR (Syzygium samarangense (Blume)


Merr.) cv. CITRA PADA BERBAGAI PERLAKUAN TANAMAN INDUK DAN
KONSENTRASI IBA

Growth of Rose Apple (Syzygium samarangense (Blume) Merr.) cv. Citra Cuttings on Various
Treatments of Stock Plants and IBA Concentration

Sumarni1, Arifah Rahayu2*, Yanyan Mulyaningsih2


1
Alumni Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda
2
Staf Pengajar Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda
Jalan Tol Ciawi No 1, Kotak Pos 35 Ciawi-Bogor, 16720
*
Email: arifah.rahayu@unida.ac.id

Diterima 30 Oktober 2022/Disetujui 29 Januari 2023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan setek tanaman jambu air kultivar Citra
pada berbagai perlakuan tanaman induk dan konsentrasi IBA. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama berupa
perlakuan fisik, yaitu kontrol (tanpa banding/naungan), banding, dan naungan, sedangkan
faktor kedua adalah konsentrasi IBA (0 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 300 ppm, dan 450 ppm).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase setek hidup tertinggi terdapat pada tanaman
induk jambu air yang diberi perlakuan naungan. Jumlah tunas, jumlah daun dan panjang tunas
total tertinggi terdapat pada perlakuan fisik kontrol. Pemberian IBA hingga 450 ppm
menurunkan persentase setek hidup, jumlah tunas, jumlah daun dan panjang tunas total.
Persentase setek bertunas dari tanaman induk naungan semakin menurun dengan bertambahnya
konsentrasi IBA, sedangkan pada kontrol dan banding tidak berbeda antar konsentrasi IBA.
Pada semua perlakuan fisik tanaman induk, bahan setek yang direndam dengan 450 ppm IBA
tidak menghasilkan setek berakar dan bertunas, tetapi menghasilkan setek berkalus paling
tinggi. Pertumbuhan akar (lebar perakaran, volume akar, jumlah akar dan panjang akar) optimal
setek asal tanaman induk kontrol pada konsentrasi 150 ppm IBA, sedangkan pada setek dari
banding pada 300 ppm, dan setek dari tanaman induk naungan pada 0 ppm IBA. Perlakuan
naungan pada tanaman induk dapat mengurangi penggunaan IBA untuk menginduksi akar pada
setek.

Kata kunci: Syzygium samarangense, naungan, banding, konsentrasi IBA

ABSTRACT

This study aimed to determine the growth of rose apple cv. Citra cuttings on various stock plant
treatments and IBA concentrations. This study used a factorial completely randomized design
consisting of two factors. The first factor is physical treatment: control, banding, and shading,
while the second factor is IBA concentrations (0 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 300 ppm, and 450
ppm). The results showed that the highest percentage of live cuttings was found in the mother
plant of water apple which was given shade treatment. The highest number of shoots, number
of leaves and total shoot length were found in the physical control treatment. Application of
IBA up to 450 ppm reduced the percentage of live cuttings, number of shoots, number of leaves
and total shoot length. The percentage of cuttings sprouting from shaded mother plants
decreased with increasing IBA concentration, whereas in control and banding there was no
difference between IBA concentrations. In all physical treatments of mother plants, cutting
66 Sumarni Pertumbuhan Setek Jambu Air pada
Perlakuan Tanaman Induk dan IBA

material soaked in 450 ppm IBA did not produce rooted and sprouted cuttings, but produced
the highest callus cuttings. Root growth (root width, root volume, number of roots and root
length) was optimal for cuttings from mother plant control at a concentration of 150 ppm IBA,
while cuttings from banding were at 300 ppm, and cuttings from mother plants were shaded at
0 ppm IBA. Shade treatment of mother plants can reduce the use of IBA to induce roots in
cuttings.

Keywords: Banding, concentration of IBA, shading, Syzygium samarangense

PENDAHULUAN setek ditandai oleh terjadinya regenerasi


akar dan tunas pada bahan setek (Prastowo
Jambu air merupakan produk et al. 2006). Perbanyakan tanaman jambu
hortikultura penting di beberapa negara air dengan setek dapat menggunakan bahan
tropika, karena hampir semua bagian tanaman yang berasal dari ujung cabang
tanaman jambu air dapat dimanfaatkan. tersier hingga cabang sekunder (Rebin
Buah jambu air mengandung zat kimia yang 2013).
bersifat antibiotik terhadap Staphylococcus Upaya untuk merangsang
aureus, Mycobacterium smegmatis, dan pembentukkan akar pada setek antara lain
Candida albicans (Ghayur et al. 2006). dapat dilakukan dengan perlakuan fisik
Menurut Lim (2012) buah jambu air pada tanaman induk dan pemberian zat
mengandung kalori, protein, lemak, pengatur tumbuh. Perlakuan fisik seperti
karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, banding dan naungan dapat merangsang
vitamin C, vitamin E, β-karoten dan pembentukan organ vegetatif pada
thiamin. Daun jambu air mengandung tanaman, dengan mekanisme mengaktifkan
senyawa heksahidroksiflavon, myricetin, auksin pada intensitas cahaya rendah,
senyawa 2', 4'-dihidroksi-6-metoksi-3, 5- sehingga auksin terakumulasi pada ujung
dimethylchalcone, senyawa 4- jaringan meristem tanaman yang akan
hidroksibenzaldehid, myricetin-3-O- digunakan sebagai bahan setek. Naungan
ramnosid, europetin-3-oramnosid, floretin, dapat dilakukan dengan menutup bagian
myrigalon-G dan myrigalon-B yang tanaman induk menggunakan kain hitam
mempunyai aktivitas farmakologi sebagai atau paranet untuk mengurangi intensitas
anti oksidan, antikanker, antidiabetes dan cahaya sebesar 60 – 95% (Hartman et al.
antihiperglikemik (Anggrawati dan 2002). Menurut Richards dan Rupp (2012)
Ramadhania 2016). etiolasi melalui perlakuan naungan
Kultivar jambu air di Indonesia merupakan cara yang sederhana dan efektif
memiliki keragaman dalam segi rasa, untuk meningkatkan perakaran pada setek
bentuk buah dan warna kulit buah. Kultivar tanaman maple. Banding merupakan
jambu air dengan rasa manis yang terkenal metode penutupan spesifik pada batang
antara lain Lilin, King Rose, Apple Rose, yang akan disetek, biasanya menggunakan
Cincalo, Madura, Bangkok, Semarang, pita hitam, solatif hitam dan Velcro.
Merah Delima Kaget dan Citra (Sibuea et Menurut Vladimir (2017) kombinasi
al. 2013). Selain manis, jambu air ‘Citra’ perlakuan naungan dan banding
mengandung banyak air, tidak berbiji dan menghasilkan akar setek terpanjang pada
bernilai ekonomi tinggi (Widodo 2015), setek tanaman maple usia 28 hari setelah
sehingga hanya dapat diperbanyak dengan setek. Zat pengatur tumbuh yang paling
cara perbanyakan vegetatif. berperan dalam pembentukan akar setek
Metode perbanyakan vegetatif yang adalah auksin. Bentuk auksin yang banyak
sederhana dan tidak memerlukan dimanfaatkan antara lain indole-3-acetic
keterampilan khusus adalah setek. acid (IAA), indole butyric acid (IBA) dan
Keberhasilan perbanyakan dengan cara naphthalene acetic acid (NAA).
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 67

Penggunaan NAA dan IBA lebih efektif Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
dibandingkan IAA yang merupakan auksin taraf 5%.
alami (Hartman et al. 2002). Media tanam yang digunakan terdiri
Perbanyakan tanaman jambu air atas campuran arang sekam, tanah kering
melalui setek sudah banyak dikembangkan, halus dan pupuk kandang dengan
namun belum diketahui respon setek perbandingan 1:1:1. Media tanam
terhadap aplikasi ZPT dan perlakuan fisik dimasukkan ke dalam polibeg berukuran 15
pada tanaman induk. Penelitian ini x 20 cm. Perlakuan naungan dilakukan
diharapkan dapat membantu petani jambu dengan menutup tanaman induk jambu air
air dalam menyediakan bibit tanaman menggunakan paranet dengan kerapatan
varietas unggul dengan perlakuan 75% selama 60 hari. Setelah 60 hari paranet
sederhana dan biaya minimal. Penelitian ini dibuka secara bertahap dari bagian utara.
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Ujung batang yang mengalami etiolasi
setek tanaman jambu air varietas Citra pada dipotong sepanjang 15-20 cm. Bagian dasar
berbagai perlakuan tanaman induk dan setek direndam pada larutan IBA dengan
konsentrasi IBA. berbagai konsentrasi selama 2 jam dan
selanjutnya ditanam pada media tanam
METODOLOGI yang telah disiapkan. Perlakuan banding,
dilakukan dengan menutup dasar tunas
Penelitian ini dilaksanakan di muda menggunakan selotip hitam selama
Perkebunan Jambu Biji ‘Mutiara’ Kampung 60 hari dan tanaman disetek dengan ukuran
Tenjolaya, Desa Cisaat, Kecamatan 15-20 cm. Bagian dasar setek direndam
Cicurug, Kabupaten Sukabumi pada bulan pada larutan IBA dengan berbagai
Mei 2019 hingga bulan September 2019. konsentrasi selama 2 jam dan selanjutnya
Bahan yang digunakan dalam ditanam pada media tanam yang telah
penelitian ini adalah tanaman induk jambu disiapkan.
air Citra berumur kurang lebih 7 tahun, jenis Peubah yang diamati meliputi
bahan setek yang diambil adalah setek kayu persentase setek bertunas, persentase setek
lunak, larutan IBA, insektisida, pupuk berkalus, persentase setek berakar, jumlah
kandang dan media tanam berupa arang tunas, panjang tunas total, jumlah daun,
sekam dan tanah kering. Alat yang jumlah akar, panjang akar, volume akar,
digunakan dalam penelitian ini adalah lebar perakaran, dan persentase setek
gunting setek, pisau, hand sprayer, polibeg berakar-bertunas.
ukuran 15x 20 cm, paranet, selotip hitam,
plastik UV, saringan tanah, penggaris dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kamera.
Penelitian ini menggunakan Hasil Pengamatan
rancangan acak lengkap faktorial yang Persentase setek hidup, jumlah
terdiri atas dua faktor. Faktor pertama tunas, jumlah daun dan panjang tunas total
berupa perlakuan fisik (banding, naungan dipengaruhi oleh perlakuan fisik dan
dan kontrol), sedangkan faktor kedua yaitu konsentrasi IBA. Persentase hidup tanaman
konsentrasi IBA (0 ppm, 100 ppm, 150 jambu air dari tanaman induk dengan
ppm, 300 ppm) (Miftah 2018), dan 450 perlakuan fisik naungan nyata lebih tinggi
ppm. Secara keseluruhan terdapat 15 dibandingkan dengan tanaman induk
kombinasi perlakuan dan tiga ulangan, kontrol dan banding. Setek yang direndam
setiap ulangan terdiri atas 10 setek, 450 ppm IBA menunjukkan persentase
sehingga terdapat 450 satuan amatan. Data hidup nyata lebih rendah dibandingkan
amatan dianalisis dengan menggunakan dengan perlakuan konsentrasi IBA lainnya
sidik ragam (uji F) pada taraf 5%. Perlakuan (Tabel 1).
yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan
68 Sumarni Pertumbuhan Setek Jambu Air pada
Perlakuan Tanaman Induk dan IBA

Jumlah tunas, jumlah daun dan IBA (0 ppm), nyata menunjukkan jumlah
panjang tunas total setek dari tanaman tunas, jumlah daun dan panjang tunas total
induk kontrol menunjukkan hasil yang yang lebih tinggi dibandingkan dengan
nyata lebih besar dibandingkan dengan yang diberi berbagai konsentrasi IBA
perlakuanan fisik banding dan naungan. (Tabel 1).
Setek tanaman jambu air yang tidak diberi

Tabel 1. Persentase hidup, jumlah tunas, jumlah daun dan panjang tunas setek tanaman jambu
air pada umur 8 MST
Perlakuan Persentase setek Jumlah tunas Jumlah daun Panjang tunas
hidup (%) (tunas) (helai) total (cm)
Fisik
Kontrol 55,33a 1,95b 2,56b 2,17b
Banding 62,67a 1,00a 1,51a 1,59a
Naungan 72,00b 0,82a 1,64a 1,69a
Konsentrasi IBA
0 ppm 62,22b 1,89b 3,30c 2,77b
100 ppm 68,89b 1,31a 2,37b 2,27a
150 ppm 70,00b 1,02a 1,60b 1,99a
300 ppm 71,11b 1,09a 2,26b 2,05a
450 ppm 44,44a 0,98a 0,00a 0,00a
Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf 5

Persentase setek bertunas dari pada konsentrasi 450 ppm tidak satupun
tanaman induk kontrol dan banding tidak setek yang bertunas. Pemberian konsentrasi
berbeda antara perlakuan konsentrasi IBA. IBA mulai dari 0-300 ppm tidak
Persentase setek bertunas dari tanaman menghasilkan persentase setek bertunas
induk naungan semakin menurun dengan berbeda antara ketiga perlakuan fisik pada
bertambahnya konsentrasi IBA, bahkan tanaman induk (Tabel 2).

Tabel 2. Persentase setek bertunas tanaman jambu air pada umur 8 MST
Perlakuan Konsentrasi IBA
Fisik 0 ppm 100 ppm 150 ppm 300 ppm 450 ppm
Kontrol 100,00d 100,00d 95,83cd 87,78bcd 91,67bcd
Banding 73,80bcd 75,00bcd 60,95bcd 71,43bcd 61,11bcd
Naungan 95,83cd 72,22bcd 59,72bc 54,63b 0,00a
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %

Persentase setek berakar, persentase tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan


setek berakar-bertunas, persentase setek dengan yang 0 ppm. Persentase setek
berkalus nyata dipengaruhi oleh perlakuan berakar asal tanaman induk dengan
fisik, konsentrasi IBA dan interaksi perlakuan banding yang diberi 0 ppm, 100
keduanya. Pada semua perlakuan fisik ppm dan 300 ppm nyata lebih besar
tanaman induk, bahan setek yang direndam dibandingkan dengan yang diberi 150 ppm
dengan 450 ppm IBA tidak menghasilkan IBA, sedangkan pada tanaman yang diberi
setek berakar. Pada setek asal tanaman perlakuan naungan, persentase setek
induk kontrol, persentase setek berakar berakar tanaman yang tidak diberi IBA
yang diberi 150 ppm dan 300 ppm IBA nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
tidak berbeda nyata dengan yang 100 ppm, yang diberi IBA (Tabel 3).
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 69

Tabel 3. Persentase setek berakar, persentase setek berakar bertunas, persentase setek berkalus
tanaman jambu air pada kombinasi perlakuan fisik dan konsentrasi IBA
Persentase Setek Berakar (%)
Konsentrasi IBA
Fisik
0 ppm 100 ppm 150 ppm 300 ppm 450 ppm
Kontrol 85,00de 95,83ef 100,00f 100,00f 0,00a
Banding 100,00f 100,00 f
90,47e 100,00f 0,00a
Naungan 100,00f 51,32b 69,44bc 77,78cd 0,00a
Persentase setek bertunas (%)
Kontrol 85,00e 100,00e 95,83e 87,78e 0,00a
Banding 73,81cde 75,00 de
51,43bcd 71,43cde 0,00a
Naungan 95,83e 35,19 b
47,22bcd 43,05bc 0,00a
Persentase setek berkalus (%)
Kontrol 13,33abc 0,00a 0,00a 0,00a 41,67de
Banding 0,00a 0,00 a
9,53ab 0,00a 27,78bcd
Naungan 0,00a 48,68de 30,56cde 18,98abc 86,67f
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %

Pada berbagai perlakuan fisik menghasilkan akar pada semua perlakuan


tanaman induk, setek yang direndam fisik.
dengan 450 ppm tidak ada yang Hasil uji lanjut menunjukkan lebar
menghasilkan akar dan tunas. Pada setek perakaran setek dari tanaman induk kontrol
yang tidak diberi IBA, perlakuan fisik tidak yang diberi perlakuan 150 ppm IBA tidak
menghasilkan setek bertunas-berakar yang berbeda nyata dengan tanpa IBA. Lebar
berbeda nyata. Sementara pada setek yang perakaran tanaman dari pohon induk yang
direndam 100 ppm dan 300 ppm IBA, dibanding pada 100 ppm IBA tidak berbeda
menunjukkan persentase bertunas–berakar nyata dengan 0 ppm dan 300 ppm IBA,
pada kontrol dan banding nyata lebih besar tetapi lebih besar dibandingkan dengan
dibandingkan dengan yang dinaungi, dan yang 150 ppm IBA. Pada tanaman yang
pada setek yang diberi 150 ppm IBA, diberi naungan dan tidak diberi IBA
perlakuan kontrol menghasilkan persentase menghasilkan lebar perakaran paling besar
setek bertunas-berakar lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain (Tabel
dibandingkan dengan banding (Tabel 3). 4).
Persentase setek berkalus pada Respon setek terhadap pemberian
berbagai perlakuan fisik tanaman induk, IBA berbeda antara perlakuan fisik. Pada
menunjukkan tanaman yang diberi 450 ppm tanaman kontrol, perendaman dengan 150
IBA nyata lebih besar dibandingkan dengan ppm IBA menghasilkan volume akar
yang diberi konsentrasi IBA lebih rendah. terbesar, sedangkan pada tanaman yang
Pada konsentrasi IBA 0 ppm, 300 ppm, dibanding, perendaman dengan 300 ppm
persentase setek berkalus tidak berbeda tidak berbeda nyata dengan 100 ppm IBA
antar perlakuan fisik, sedangkan pada 100 dan pada yang dinaungi volume akar pada 0
ppm, 150 ppm dan 450 ppm IBA, setek ppm tidak berbeda nyata dengan 300 ppm
yang diberi perlakuan naungan IBA, tetapi nyata lebih besar dibandingkan
menunjukkan persentase setek berkalus dengan taraf IBA lainnya (Tabel 4).
paling tinggi (Tabel 3). Volume akar pada tanaman yang diberi 0
Lebar perakaran, volume akar, ppm dan 150 ppm IBA lebih besar pada
jumlah akar dan panjang akar total nyata yang diberi naungan, sedangkan pada 100
dipengaruhi oleh perlakuan fisik, ppm dan 300 ppm IBA paling tinggi pada
konsentrasi IBA dan interaksi keduanya. yang dibanding (Tabel 4).
Pemberian 450 ppm IBA tidak
70 Sumarni Pertumbuhan Setek Jambu Air pada
Perlakuan Tanaman Induk dan IBA

Jumlah akar pada tanaman induk perlakuan lain (Tabel 4). Jumlah akar pada
yang tidak diberi perlakuan fisik (kontrol), tanaman yang tidak diberi IBA tidak
pada taraf 150 ppm IBA tidak berbeda nyata berbeda nyata antar yang dibanding dan
dengan yang 0 ppm, sedangkan pada dinaungi, tetapi lebih besar dibandingkan
perlakuan banding, yang 300 ppm tidak dengan kontrol. Sementara jumlah akar
berbeda nyata dengan 100 ppm dan pada pada setek yang direndam dengan 100 ppm
yang dinaungi, yang direndam 0 ppm tidak dan 300 ppm IBA paling banyak, dan pada
berbeda nyata dengan 300 ppm, tetapi nyata yang direndam 150 ppm IBA tidak berbeda
lebih banyak dibandingkan dengan nyata antar perlakuan fisik (Tabel 4).

Tabel 4. Lebar perakaran, volume akar, jumlah akar dan panjang akar total setek tanaman jambu
air
Lebar perakaran (cm)
Fisik
0 ppm 100 ppm 150 ppm 300 ppm 450 ppm
Kontrol 2,73bc 1,66ab 4,11cd 1,87ab 0,00a
Banding 5,15def 7,10fg 3,99 cd
6,82efg 0,00a
Naungan 7,67h 4,78cde 5,56 defg
6,95efg 0,00a
Volume akar (cm3)
Kontrol 0,88b 0,53b 1,33c 0,61b 0,00a
Banding 1,82d 2,37ef 1,76 cd
2,54f 0,00a
Naungan 2,37ef 1,47cd 1,89 d
1,93de 0,00a
Jumlah akar (helai)
Kontrol 3,72bc 2,16b 5,43cd 2,45b 0,00a
Banding 6,96de 9,28fg 6,86 de
9,83g 0,00a
Naungan 9,67g 5,61cd 7,47 def
8,00efg 0,00a
Panjang akar total (cm)
Kontrol 11,52bc 6,48ab 15,65cde 8,37b 0,00a
Banding 22,72efg 26,69gh 21,31efg 31,34h 0,00a
Naungan 23,29fg 13,54bcd 20,13 defg
18,55cdef 0,00a
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %

Panjang akar setek dari tanaman tanaman jambu yang tinggi dibandingkan
induk kontrol yang diberi 150 ppm dan 0 dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga
ppm IBA tidak berbeda nyata, pada karena pada tanaman dengan perlakuan
tanaman banding yang direndam 300 ppm naungan terdapat akumulasi karbohidrat
dan 100 ppm IBA tidak berbeda nyata, dan auksin yang disebabkan oleh
demikian pula pada setek dari tanaman pengurangan cahaya, selain itu laju
induk yang dinaungi tidak berbeda nyata kehilangan air pada tanaman induk
antara yang diberi 0 ppm, 150 ppm dan 300 menurun. Menurut Pujawati (2009) untuk
ppm IBA, tetapi nyata lebih besar tetap hidup bahan setek memerlukan
dibandingkan dengan perlakuan lain. cadangan makanan berupa karbohidrat dan
Perbandingan antara konsentrasi IBA nitrogen. Sejalan dengan Gaol et al. (2015)
menunjukkan panjang akar pada 0 ppm dan yang menyatakan untuk dapat bertahan
100 ppm IBA tidak berbeda nyata antara hidup setek memerlukan cadangan
banding dan naungan, tetapi pada 100 ppm makanan dan hormon auksin endogen,
dan 300 ppm IBA yang dibanding paling sehingga dapat menghasilkan tunas dan
panjang akarnya (Tabel 4). akar yang lebih baik dan menghasilkan
persentase hidup yang lebih tinggi.
Pembahasan Menurut Hartmann et al. (2002)
Perlakuan fisik naungan keberhasilan perbanyakan setek
memberikan persentase hidup setek dipengaruhi oleh umur, ketersediaan
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 71

karbohidrat dan hormon auksin atau zat (2011) menambahkan hormon atau zat
pengatur tumbuh endogen. Hal ini sejalan pengatur tumbuh pada kadar yang rendah
dengan Pramono dan Siregar (2015) yang akan mendorong pertumbuhan, sedangkan
menyatakan bahwa ketersediaan kandungan pada kadar yang terlalu tinggi akan bersifat
hormon auksin dalam jaringan setek menghambat pertumbuhan, meracuni
berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan bahkan mematikan tanaman.
setek. Keterbatasan hormon auksin endogen Pertumbuhan akar (lebar perakaran,
dalam sumber tanaman dapat diatasi dengan volume akar, jumlah akar dan panjang akar)
pemberian zat pengatur tumbuh atau optimal setek asal tanaman induk kontrol
pemberian hormon auksin eksogen. pada konsentrasi 150 ppm IBA, sedangkan
Pemberian zat pengatur tumbuh pada setek dari banding pada 300 ppm, dan
eksogen IBA dengan konsentrasi 450 ppm setek dari tanaman induk naungan pada 0
menunjukkan tingkat persentase hidup stek ppm IBA. Hal ini diduga karena pada setek
tanaman jambu terendah. Diduga dari tanaman induk naungan memiliki
konsentrasi 450 ppm IBA terlalu tinggi, auksin aktif lebih banyak akibat perlakuan
sehingga menghambat pertumbuhan setek. pengurangan cahaya, sementara pada setek
Hal yang sama dijumpai tanaman Frase fir. asal tanaman induk kontrol dan banding
Persentase setek berakar pada setek Frase masih memerlukan auksin tambahan. Hal
fir (Abies fraseri (Push.) Poir.) berkayu ini sejalan dengan pernyataan Ariany et al.
lunak tertinggi terdapat pada setek yang (2013), bahwa auksin merupakan hormon
diberi 5 mM IBA, peningkatan konsentrasi tumbuhan yang mempengaruhi
IBA membuat kemampuan berakarnya pemanjangan sel dan bersifat sensitif
menurun (Rosier et al. 2004). terhadap cahaya. Pada intensitas cahaya
Jumlah tunas, jumlah daun dan tinggi auksin akan mudah terdegradasi atau
panjang tunas total setek yang tidak rusak, sedangkan pada intensitas cahaya
dinaungi paling tinggi. Hal ini rendah auksin akan bekerja lebih aktif dan
berhubungan dengan aktivitas auksin yang normal, sehingga dapat mempengaruhi
terhambat pada tanaman induk yang tidak pemanjangan sel dan pertumbuhan
diberi perlakuan banding/naungan, tanaman.
sehingga mendorong pertumbuhan tunas Auksin berperan dalam
dan daun. Pemberian auksin dengan menginduksi pembentukan organ pada
konsentrasi 25 ppm menghasilkan meristem apikal pucuk, mengendalikan
petumbuhan tunas dan jumlah daun bibit pola pembentukan dan perkembangan
karet hasil okulasi lebih tinggi pembuluh, mengidentifikasi dan
dibandingkan dengan yang diberi melindungi diferensiasi sel punca (stem
konsentrasi auksin lebih tinggi (Tamba et cell). Pada meristem apikal akar,
al. 2019). menghambat pertumbuhan cabang pada
Setek dari tanaman induk kontrol pucuk dan menginisiasi percabangan pada
dan tanpa IBA menunjukkan jumlah tunas, akar (Sezgin dan Kahya 2018). Auksin yang
persentase setek bertunas dan panjang tunas terdapat di apikal akan bergerak turun
total paling tinggi. Hal ini diduga karena kedaerah pemanjangan sel dan auksin akan
setek berkayu lunak jambu air ‘Citra’ merangsang pertumbuhan tanaman
memiliki konsentasi auksin endogen relatif (Alpriyan 2018).
rendah, sehingga rasio auksin/sitokininnya Pemberian auksin dengan
juga rendah dan mampu menghasilkan konsentrasi yang tepat dapat mengaktifkan
tunas. Sejalan dengan pernyataan Ridwan sel untuk berkembang lebih cepat, sehingga
(2010) bahwa semakin rendah hormon terjadi proses pemanjangan sel dan
auksin yang diberikan maka akan membuat tunas dan akar lebih cepat
mempercepat pertumbuhan tunas lateral, terbentuk (Suprapto 2004). Akar terbentuk
serta menurut Supriyanto dan Prakasa akibat adanya pembelahan dan
72 Sumarni Pertumbuhan Setek Jambu Air pada
Perlakuan Tanaman Induk dan IBA

pemanjangan sel pada ujung akar. Semakin Ariany, Sahiri N, Syakur A. 2013. Pengaruh
panjang akar maka akan mempermudah kuantitas cahaya terhadap
tanaman menyerap unsur hara dalam tanah pertumbuhan dan kadar antosianin
dan menopang tanaman agar tetap tegak. daun dewa (Gynura pseudochina (L.)
Teknis kerja auksin sangat aktif untuk Dc) secara in vitro. e-J Agrotekbis.
mempercepat dan memperbanyak 1(5):413-420.
keluarnya akar yang berfungsi untuk Gaol LAL, Meiriani, Purba E. 2015.
penyerapan air dan unsur hara (Lahay Respons pertumbuhan setek jeruk nipis
2015). (Citrus aurantifolia Swingle) pada
KESIMPULAN berbagai bahan tanam dan konsentrasi
IBA (Indole Butyric Acid). Jurnal
Persentase setek hidup tertinggi Agroteknologi. 4(1):1815-1821.
diperoleh dari tanaman induk jambu air Ghayur MNAH, Gilani, Khan A, Amor EC,
yang diberi perlakuan naungan. Jumlah Villaseñor IM, Choudhary MI. 2006.
tunas, jumlah daun dan panjang tunas total Presence of calcium antagonist activity
paling tinggi terdapat pada perlakuan explains the use of Syzygium
kontrol. Pemberian IBA hingga 450 ppm samarangense in diarrhoea.
menurunkan persentase setek hidup, Phytotherapy Research. 20(1):49-52.
jumlah tunas, jumlah daun dan panjang Hartmann HT, Kester DE, Davies FT. 2002.
tunas total. Persentase setek bertunas dari Plant Propagation Principles and
tanaman induk naungan semakin menurun Practices 5th Ed. New Jersey. Prentice
dengan bertambahnya konsentrasi IBA, Hall.
sedangkan pada kontrol dan banding tidak Lahay E, Simanungalit T. 2015. Pengaruh
berbeda antar konsentrasi IBA. Pada semua kompos media tanaman dan lama
perlakuan fisik tanaman induk, bahan setek perendman auksin pada bibit tebu
yang direndam dengan 450 ppm IBA tidak teknik bud chip. Jurnal
menghasilkan setek berakar dan bertunas, Agroteknoologi. 3(1):378-389.
tetapi menghasilkan setek berkalus paling Lim TK. 2012. Edible Medicinal and Non-
tinggi. Pertumbuhan akar (lebar perakaran, Medicinal Plants, Volume 3 Fruits:
volume akar, jumlah akar dan panjang akar) Syzygium aqueum. Dordrecht:
optimal setek asal tanaman induk kontrol Springer.
pada konsentrasi 150 ppm IBA, sedangkan Miftah. 2018. Pengaruh Konsentrasi Indole
pada setek dari banding pada 300 ppm, dan Butyric Acid terhadap Pertumbuhan
setek dari tanaman induk naungan pada 0 Stek Tiga Varietas Tanaman Jambu Air
ppm IBA. Perlakuan naungan pada tanaman (Syzygium aqueum Burm. F. Alston).
induk dapat mengurangi penggunaan IBA [Skripsi]. Bandung [ID]: Program
untuk menginduksi akar pada setek. Studi Agroteknologi Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam
DAFTAR PUSTAKA Negeri Sunan Gunung Djati.
Prastowo NH, Roshetko JM, Maurung
Alpriyan, Satyana A. 2018. Pengaruh GES, Nugraha E, Tukan JM, Harum F.
konsentrasi dan lama perendaman 2006. Tehnik Pembibitan dan
hormon auksin pada bibit tebu Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.
(Saccharum officinarum L.). Jurnal Bogor: World Agroforestry Centre
Produksi Tanaman. 6(7): 1354-1362. (ICRAF) & Winrock International.
Anggrawati PS, Ramadhania ZM. 2016. Pujawati ED. 2009. Pertumbuhan setek
Review Artikel: Kandungan senyawa jeruk lemon (Citrus medica) dengan
kimia dan bioaktivitas dari jambu air pemberian urin sapi pada berbagai
(Syzygium aqueum Burn. F. Alston). konsentrasi dan lama perendaman.
Farmaka Suplemen. 14(2):331-34.
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 73

Jurnal Hutan Tropis Borneo. Suprapto. 2004. Zat pengatur tumbuh


10(26):201-209. penting meningkatkan mutu stek
Rebin. 2013. Teknik Perbanyakan Jambu tanaman. Jurnal Fakultas Pertanian
Air Citra Melalui Setek Cabang. Universitas Tidar Magelang. 21(1):81-
Solok:Balai Penelitian Tanaman Buah 90.
Tropika. Supriyanto, Prakas KE. 2011. Pengaruh zat
Richards MR, Rupp LA. 2012. Etiolation pengatur tumbuh rootone-F terhadap
Improves Rooting of Bigtooth Maple pertumbuhan stek dua banga
Cuttings. American Society for Mollucana blume. Jurnal Silvikultur
Horticultural Science. 22(3):305-310. Tropika, 3(1):59-65.
Rosier CL, Frampton J, Goldfarb B, Tamba RAS, Martino D, Sarman. 2019.
Blazich FA, Wise FC. 2004. Growth Pengaruh pemberian auksin (NAA)
stage, auxin type, and concentration of terhadap pertumbuhan tunas tajuk dan
stem cuttings of Frase fir. tunas cabang akarbibit karet (Hevea
Horticultural Science. 39(6):1397- brasiliensis Meull. Arg.) okulasi mata
1402. tidur. Agroecotenia. 2(2):11-20.
Sezgin M, Kahya M. 2018. Vladimir T. 2017. Rooting of Norway
Phytohormones. Journal of Science maple (Acer platanoides L.) Cuttings.
and Technology. 8(1):35-39 Forestry Ideas 23(1):57–64
Sibuea MBM, Thamrin, Tarigan J. 2013. Widodo. 2015. Jambu Semarang dan
Kajian efisiensi pemasaran jambu air Jambu Air. Purwokerto: Universitas
king rose apple. Jurnal Agrium. Jenderal Soedirman.
18(2):162 168.

Anda mungkin juga menyukai