Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH KOLOKIUM

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019

Judul : Budidaya Tanaman Hias Lanskap Menggunakan Kokedama di CV. Bunga Melati, Kota Batu, Jawa
Timur
Nama/NIM : Nurul Khoiriyah Briliyanti/A24160111
Pembimbing : 1. Dr. Ir. Krisantini, M.Sc
2. Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz
Hari, tanggal :

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Aktivitas berocok tanam di pekarangan rumah meningkat sejalan dengan peningkatan kesadaran masyarakat
akan ruang hijau. Akan tetapi, aktivitas bercocok tanam ini seringkali terhambat karena permasalahan keterbatasan lahan.
Alternatif solusi agar tetap memiliki zona hijau di rumah yang mulai banyak diterapkan oleh masyarakat yaitu kebun
vertikal dan teknik hidroponik konvesional. Alternatif solusi lain yang berawal dari Jepang yaitu seni merakit tanaman
hias dengan media tanam kokedama. Menurut Saputra et al. (2019), kokedama adalah salah satu solusi kekurangan lahan
hijau di rumah.
Secara terminologi, kokedama berasal dari kata “koke” yang berarti lumut dan “dama” yang berarti bola,
sehingga kokedama adalah bola lumut. Kokedama dalam arti luas adalah tanah yang dibentuk seperti bola dan dibungkus
dengan lumut atau sabut kelapa (Thomson, 2016). Menurut Esenturk (2019), kokedama adalah seni menumbuhkan
tanaman dengan cara membungkus akar tanaman sampai berbentuk bola yang rapat menggunakan tanah, pupuk, dan
lumut. Kokedama ini sangat cocok digunakan untuk menanam tanaman hias dengan lahan yang terbatas. Salah satu
kelebihan kokedama yakni penyiraman yang dilakukan tidak sesering tanaman hias pada media pot. Tanaman kokedama
hanya perlu diberi air satu sampai dua kali dalam seminggu. Kelebihan lainnya dari metode ini yaitu dapat menekan
pembusukan akar yang biasanya terjadi pada media tanam pot karena penyiraman yang jarang pada tanaman kokedama
dapat menghambat penyerapan air yang berlebih oleh akar tanaman. Selain itu, tampilan tanaman hias semakin rapih.
Menurut Saputra et al. (2019), keunggulan produk kokedama yaitu subtitusi pot plastik yang merupakan bahan non-
biodegradable dengan limbah sabut kelapa yang biodegradable. Dalam fungsinya sebagai bagian dari ruang hijau,
kokedama mampu memberikan vitalitas pada ruang, menghilangkan kesan monoton, memberikan keseimbangan warna
dan tekstur, serta mengubah suasana tempat (Esenturk, 2019). Menurut Mello (2017), tanaman yang dikembangkan
dengan teknik kokedama tidak menuntut banyak air seperti tanaman yang ditumbuhkan dalam pot, karena lumut yang
didehidrasi mampu menjaga kelembaban. Frekuensi penyiraman juga tergantung pada jenis tanaman dan kelembaban
(Saputra, 2019).
CV Bunga Melati yang berlokasi di Jalan Patimura No. 82, Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur
merupakan salah satu rumah produksi yang memproduksi kokedama sejak tahun 2017. Kokedama yang diproduksi di CV
Bunga Melati telah mengalami tahap modifikasi dari berbahan dasar lumut menjadi berbahan dasar sabut kelapa tua.
Menurut Indayani (2017), limbah sabut kelapa sangat melimpah keberadaannya di Kota Batu dan belum termanfaatkan
dengan baik, sehingga dapat dimanfatkan menjadi produk bernilai jual yaitu sebagai bahan utama pembuatan kokedama.
Alasan lainnya juga karena sabut kelapa ramah lingkungan (Bondra, 2018). Selain itu, kondisi tropis yang cukup panas
di Indonesia, khususnya di Jawa Timur menyebabkan sulitnya pertumbuhan lumut. Sifat serabut yang mampu menyerap
air mengakibatkan kelembaban pada sistem di dalam kokedama tinggi, sehingga kadar air terjaga dan kehilangan air dapat
ditekan.
Tanaman yang dapat ditanam dengan kokedama memiliki beberapa kriteria diantaranya : berakar kecil dan
tidak membutuhkan banyak cahaya serta air. Menurut Garneti (2017) Tanaman hias untuk kokedama yang biasa menjadi
pilihan adalah sukulen dan kaktus. Contoh tanaman lainnya yang bisa diadopsi dengan kokedama yaitu Aglaonema dan
Dracaena. Aglaonema atau Sri Rezeki merupakan tanaman hias yang memiliki warna dan bentuk daun unik sehingga
menjadikan tanaman ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pencintanya. Selain itu, ukuran daun teratas pada Aglaonema
lebih lebar dibandingkan ukuran daun di bawahnya, sehingga tanaman ini terlihat menarik dan indah. Tanaman ini
merupakan golongan tanaman berbatang basah yang mana batangnya bersifat lunak dan berair. Oleh karena itu,
Aglaonema tidak menyenangi media yang terlalu basah karena dapat menimbulkan bakteri yang menyebabkan terjadinya
pembusukan akar pada tanaman. Kualitas Aglaonema yang bagus dapat dilihat dari tampilan tanaman yang rimbun dan
sehat (Mubarok, 2012).
Dracaena adalah tanaman hias yang memiliki beberapa spesies. Salah satu spesies tanaman Dracaena yang
cukup popular yaitu Dracaena reflexa. Dracaena Reflexa mempunyai daun yang memanjang dan terdapat warna kuning
hingga krem pada pinggir daunnya. Tanaman ini biasanya dibiakkan dengan stek batang. Kemampuannya dalam
menyerap racun dari udara menyebabkan tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai tanaman lanskap outdoor yang
menghiasi pinggiran jalan. Selain itu, Dracaena juga tahan terhadap cahaya sinar matahari langsung maupun tempat teduh
dan membutuhkan cukup air.
Berdasarkan uraian di atas perlu diadakan kegiatan yang dapat menjadi sarana untuk mengetahui, memahami,
dan mempelajari budidaya tanaman dengan teknik kokedama yang tepat, mulai dari pembibitan tanaman, pengumpulan
serabut kelapa, transplanting tanaman, sampai pemasaran. Kegiatan pengamatan terhadap efektivitas serabut kelapa
dalam menekan kehilangan air. Dengan demikian, penulis, petani, dan pembaca dapat menerapkan budidaya tanaman
hias dengan teknik kokedama yang tepat sehingga mutu produk kokedama yang dihasilkan lebih tinggi dan membuka
kesempatan untuk mempunyai ruang hijau di lahan terbatas.
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan mempelajari budidaya tanaman hias dengan media tanam kokedama,
meningkatkan kemampuan dalam memahami dunia kerja professional, dan meningkatkan kemampuan teknis serta
manajerial di lapang. Kegiatan magang juga bertujuan mempelajari aspek khusus berupa pertumbuhan tanaman
Aglaonema sp. dan Dracaena reflexa serta pengaruh perlakuan penanaman dengan media tanam kokedama.
METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Kegiatan magang akan dilakukan di CV. Bunga Melati, Jalan Patimura Nomor 82, Temas, Kecamatan Batu,
Kota Batu, Jawa Timur. Kegiatan magang akan dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Mei 2020.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan yaitu Aglaonema sp. 2 mst, Dracaena reflexa 2 mst, kokedama dengan diameter 20 cm
sebanyak 15 buah, pot dengan diameter 20 cm dan tinggi 20 cm sebanyak 15 buah, media tanam berupa tanah dan pupuk
kompos dengan perbandingan 1:1.
Rancangan Percobaan
Data yang diperoleh akan disajikan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
Split Plot dua faktor, yaitu petak utama perlakuan penanaman pada kokedama dan tanpa kokedama. Masing-masing petak
utama memiliki anak petak berupa lima perlakuan percobaan . Model RKLT yang digunakan yaitu :

𝑌𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝐾𝑘 + 𝛼𝑖 + 𝛿𝑖𝑘 + 𝛽𝑗 + (𝛼𝛽)𝑖𝑗 + 𝑖𝑗𝑘


Keterangan:
Yij = nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ = nilai tengah umum
Kk = pengaruh kelompok
αi = pengaruh utama faktor A
δik = pengaruh acak dari faktor utama yang menyebar normal
𝛽j = pengaruh utama faktor B
(αβ)ij = komponen interaksi faktor A dan faktor B
εijk = pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normal
Prosedur Percobaan
Kegiatan magang secara umum mengikuti prosedur yang dilaksanakan di CV. Bunga Melati, meliputi aspek
budidaya dan manajerial. Terdapat dua metode pada kegiatan magang ini, yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung. Metode langsung dilakukan dengan praktik kerja dan pengamatan. Praktik kerja di lapangan meliputi
keikutsertaan langsung dalam pelaksanaan budidaya tanaman hias lanskap mulai dari produksi bahan pembiakan,
propagation (persemaian bibit), produksi tanaman hias, produksi kokedama, transplanting tanaman ke kokedama, dan
pengamatan langsung serta wawancara dengan staf atau para pekerja. Pengamatan terhadap aspek khusus dilakukan pada
dua spesies tanaman yaitu Dracaena reflexa dan Aglaonema sp. yang ditanam pada media kokedama dan tanpa kokedama
atau pot biasa. Masing-masing spesies ditanam pada media kokedama dan tanpa kokedama, lalu diberikan lima perlakuan
(A-E) sehingga total satuan percobaan yaitu sepuluh satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas tiga tanaman
contoh. Perbedaan perlakuan didasarkan pada perbedaan frekuensi pemberian air, yang mana perlakuan A yaitu dua kali
sehari, perlakuan B yaitu yaitu tiga kali sehari, perlakuan C yaitu 7 hari sekali, perlakuan D yaitu 10 hari sekali, dan
perlakuan E yaitu 14 hari sekali.
Data pengamatan Dracaena reflexa yang akan diperoleh antara lain adalah data pertambahan tinggi tanaman,
pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang dan lebar daun, perubahan panjang dan lebar daun, dan pengamatan
warna daun tanaman. Pertambahan tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan media sampai panjang ujung daun
terpanjang dengan menghitung selisih antara tinggi tanaman pada hari pengamatan ke-1,2,..dst dengan tinggi tanaman
pada pengamatan ke-1. Pertambahan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung daun muda yang baru muncul dan
telah terbuka sempurna serta sehat. Pertambahan panjang dan lebar daun dilakukan dengan mengambil daun secara acak
yang mewakili daun muda hingga daun tua sebanyak lima contoh daun. Pengukuran panjang daun dihitung dari
permukaan media yang telah di tagging hingga ujung daun, sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun.
Perubahan panjang dan lebar daun dihitung dengan menghitung selisih antara tinggi tanaman pada hari pengamatan ke-
1,2,..dst dengan tinggi tanaman pada pengamatan ke-1. Pengamatan terhadap warna daun tanaman dilakukan dengan
menggunakan gradasi warna dari standar warna skoring. Skoring dilakukan dengan menggunakan kisaran nilai 1-8.
Pengambilan standar warna skoring ini dilakukan dengan cara mengambil perubahan daun pada tanaman Dracaena
reflexa dimulai dari daun termuda hingga daun tertua pada kondisi umum. Cara yang dilakukan pada saat pengamatan,
yaitu dengan membandingkan warna daun tanaman dengan gradasi perubahan warna daun Dracaena reflexa yang
dilakukan seminggu sekali. Pengamatan warna daun ini dilakukan pada kelima contoh daun yang telah ditagging
sebelumnya (Lestari, 2005).
Data pengamatan Aglaonema yang akan diperoleh antara lain adalah data tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
daun, dan pertambahan lebar daun. Tinggi tanaman diukur mulai dari bibir pot atau pangkal tanaman sampai bagian
tertinggi tanaman menggunakan mistar dan dilakukan sampai umur 12 MST. Jumlah daun dilakukan seminggu sekali
sampai umur 12 MST dengan menghitung banyaknya daun yang setengah terbuka sampai terbuka penuh. Panjang daun
diukur secara menyirip mulai dari bagian pangkal daun sampai ujung daun. Pertambahan panjang daun diukur dengan
menghitung selisih nilai rata-rata panjang daun yang tumbuh selama 12 MSPT dengan nilai rata-rata panjang daun pada
awal penanaman (0 MSPT). Pertambahan lebar daun diukur secara melintang pada bagian daun yang terlebar dengan
menyelisihkan nilai rerata lebar daun yang tumbuh selama 12 MSPT dengan nilai rerata lebar daun pada awal penanaman
(0 MSPT) (Mubarok, 2012). Data primer akan dihasilkan dari kegiatan praktik kerja dan pengamatan langsung di lapang
ini.
Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data-data perusahaan, laporan mingguan, bulanan,
tahunan dan arsip kebun lainnya serta mengumpulkan studi pustaka berkaitan dengan budidaya tanaman hias lanskap
menggunakan media tanam kokedama. Data perusahaan yang diperlukan juga meliputi pengelolaan usaha, kondisi umum
perusahaan, dan pemasaran. Pengelolaan usaha meliputi faktor manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, norma kerja dan evaluasi teknik budidaya yang dilakukan) dan faktor tenaga kerja (jumlah, keterampilan,
dan prestasi). Kondisi umum meliputi informasi sejarah, keadaan wilayah, tata guna lahan serta sarana dan prasarana yang
tersedia. Pemasaran meliputi manajemen pemasaran, sistem penjualan, promosi, harga, penentuan harga dan kendala
dalam pemasaran. Data sekunder akan diperoleh dari pendekatan tidak langsung ini.
Pengamatan Percobaan
Pengamatan akan dilakukan di lapang terhadap beberapa spesies tanaman hias lanskap yang meliputi proses
budidaya sampai pemasaran. Aspek teknik budidaya yang akan diamati diantaranya: persiapan bahan tanam, persiapan
lahan dan penanaman, dan pemeliharaan. Persiapan bahan tanam meliputi jenis varietas, asal benih, dan waktu tanam.
Persiapan lahan dan penanaman meliputi media yang digunakan, cara tanam, metode penanaman, jarak tanam, dan
populasi perbedeng. Pemeliharaan meliputi pengairan, pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama
penyakit. Kondisi iklim yang akan diamati meliputi jenis media tanam yang digunakan, intensitas cahaya, suhu,
kelembaban, dan teknik pengaturannya. Pemasaran meliputi manajemen pemasaran, sistem penjualan, promosi, harga,
penentuan harga dan kendala dalam pemasaran.
Aspek khusus yang akan dipelajari yaitu karakteristik organ vegetatif yang akan menentukan kesuburan dan
efektivitas kebutuhan air tanaman. Aspek khusus karakteristik organ vegetatif diamati dengan mengambil dua spesies
tanaman, yaitu Aglaonema dan Dracaena reflexa lalu menentukan lima tanaman contoh dan masing-masing contoh
terdapat tiga ulangan. Pengamatan karakter organ vegetatif Dracaena reflexa meliputi pertambahan tinggi tanaman,
pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang dan lebar daun, perubahan panjang dan lebar daun, dan pengamatan
warna daun tanaman yang dilakukan setiap satu minggu sekali mulai dari 2 MST sampai 14 MST. Sedangkan pengamatan
karakter organ vegetatif Aglaonema sp. yang akan diperoleh antara lain adalah data tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
daun, dan pertambahan lebar daun. Data sekunder akan diperoleh dari sejarah perusahaan, kondisi umum perusahaan,
fasilitas infrastruktur, data produksi perusahaan, stuktur organisasi perusahaan, dan tenaga kerja.
Analisis Data
Data pada Aglaonema sp. dan Dracaena reflexa diolah menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) Split Plot dua faktor selanjutnya diuji dengan uji f menggunakan aplikasi SAS untuk mengetahui pengaruh
perlakuan. Jika hasil uji F berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) atau Honest Significant
Different (HSD) pada selang kepercayaan 95%.
DAFTAR PUSTAKA

Esenturk A, Yerli O. 2019. Seni tumbuh tanaman baru dalam desain lansekap: kokedama. Jurnal Sains dan Teknologi.
Universitas Duzce. 7(1):1858-1866
Garneti AE. 2017. Analisis Strategi Pemasaran Dalam Upaya Peningkatan Volume Penjualan Tanaman Hias Boneka
Lumut Dengan Media Tanam Kokedama Pada Umkm Planter Craft Bandung [Skripsi]. Malang (ID): Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya
Lestari I. 2005. Pengaruh Kondisi Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Periode Layak
Display Dracaena marginata “Tricolour” [Skripsi]. Bogor (ID): Universitas IPB
Mello LR. 2017. Suatu Pendekatan Sensori terhadap Kokedama sebagai Teknik Kultivasi Kalanchoe blossfeldiana.
Jurusan Agronomi Universitas Federal Uberland.
Mubarok S, Salimah A, Farida, Rochayat Y, Setiati Y. 2012. Pengaruh Kombinasi Komposisi Media Tanam dan
Konsentrasi Sitokinin terhadap Pertumbuhan Aglaonema sp.. Jurnal Hortikultura. 22(3):251-257
Saputra NE, Betani H. 2019. Pelatihan bioentrepreneurship melalui pembuatan kokedama di Panti Asuhan Anak Luar
Biasa Asih Madiun. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2(1):101-104
Thomson D. 2016. Kokedama – The Japanese String Gardens. http://www.medium.com (diakses pada 13 November
2019)

Anda mungkin juga menyukai