Anda di halaman 1dari 17

TUGAS DASAR-DASAR AGRONOMI

“Stek Batang dan Sambung Pucuk (Grafting) Tanaman Bunga Kertas (Bugenvil)”

Oleh:

NAMA : AHMAD AJIB SAFI’I


NIM : D1F121001
KELAS : PTP-A

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
Pendahuluan
Bougenvil merupakan salah satu jenis tanaman introduksi yang mulai
digemari oleh berbagai kalangan, terutama penggemar tanaman hias. Penanaman
bougenvil makin marak ditata dalam kebun-kebun mini di sekitar rumah,
pengindah taman-taman di tengah kota dan jalan, koleksi tanaman pot, dan
daerah-daerah rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan dan
pelestarian tanaman bougenvil makin penting artinya bagi upaya peningkatan
kualitas hidup manusia. Karakteristik unik dari bougenvil dalam hal pembungaan
adalah bahwa pada tanah yang subur dan musim penghujan tanaman ini kurang
produktif berbunga. Sebaliknya pada tanah yang kurang subur dan kering justru
akan berbunga lebat, terutama di musim kemarau. Dengan keunikan karakter
tersebut, bougenvil sangat cocok dikembangkan di daerah dengan curah hujan
yang rendah seperti Nusa Tenggara Timur.
Tampilan warna-warni daun Bougenvillea variegata lebih diminati oleh
konsumen dibandingkan dengan Bougenvillea spectabilis, karena tampilan
daunnya yang belang-belang lebih meningkatkan nilai artistiknya. Pembibitan B.
variegata tidaklah semudah pembibitan B. spectablis. Tanaman B. spectabilis
dengan mudah dibiakkan dengan cara distek, tidak demikian halnya dengan B.
variegata. Perbanyakan B. variegata dapat dilakukan dengan menyambungkan
pada tanaman B. spectabilis. Namun grafting B. spectabilis dengan B. variegata
sering kali mengalami kegagalan yang disebabkan antara lain oleh kurang
tepatnya pengambilan batang atas, sehingga menjadi hambatan dalam hal
penyediaan bibit. Penggunaan zat pengatur tumbuh juga sudah lazim dilakukan
untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman, salah satunya dalam hal
perbanyakan bibit tanaman.
Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat ditentukan oleh
aktifitas fitohormon, salah satunya adalah auksin. IAA (Indole Acetic Acid)
adalah golongan auksin yang sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman
diantaranya dalam hal pembesaran sel, pembentukan kalus, pemanjangan batang
dan pertumbuhan tunas latreral (Gardner, 1991). Berdasarkan pemikiran di atas,
maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian mengenai posisi mata tunas
batang atas yang tepat serta penggunaan zat pengatur tumbuh dalam usaha
meningkatkan keberhasilan grafting. Keberhasilan pertautan pembuluh batang
atas dan batang bawah merupakan penentu keberhasilan grafting, dan diharapkan
besarnya keberhasilan ini akan dapat mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman,
sehingga mempercepat proses penyediaan bibit tanaman B. variegata.

Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari tugas ini yaitu meningkatkan kreativitas dan wawasan
baru mahasiswa terhadap pembiakan tanaman secara vegetatif melalui stek dan
graftung.
Adapula manfaatnya yaitu memberikan ilmu serta pengetahuan baru
mahasiswa tentang cara penyetekan maupun grafting pada ranaman bunga kertas
(Bugenvil).
Tinjauan Pustaka
Pengelompokkan jenis-jenis tanaman hias beraneka ragam, salah satunya
pada tanaman Bougenville atau bunga kertas berasal dari Amerika Latin dan
ditemukan oleh Antonie de Bougainveille pada tahun 1769-1776 di Brazil.
Bougenville banyak digunakan untuk penghias pagar, dirambatkan pada pergola,
atau pengisi taman sebagai tanaman pangkas yang dibentuk bermacam-macam.
Akan tetapi, fasa pembungaan bunga kertas ini agak aneh karena pada umumnya
tumbuh di tempat yang kurang subur dan kering. Dari 13 spesies bunga kertas ini,
yang paling banyak diminati adalah bougenvilia spectabilis dan bougenvillia
glabra. Perkembangan jenis tanaman hias di Indonesia pada umumnya memiliki
prospek yang berkembang tiap tahunnya. Salah satunya perkembangan tanaman
hias di Kota Samarinda, yang memiliki beragam tanaman hias mulai dari tanaman
bougenville, tanaman kamboja, tanaman anggrek, tanaman peneduh, dan lain
sebagainya. Keberadaan bunga Bougenville yang terdapat di tepi jalan digunakan
sebagai tanaman lansekap jalan (Risnawaty M dan Milasari L.A., 2016).
Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting
ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih
dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman bunga kertas
(Sukendro, 2010).
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan
dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada
jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan
kehadiran cincin sklerenkim yang kontinu merupakan penghambat anatomi pada
jenis – jenis tanaman yang sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat
munculnya akar adventif (Hartman et al., 2002). Kondisi fisiologis tanaman yang
mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas
dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh
(Zong et al, 2008)
Sitokinin dan auksin berhubungan erat dalam mengatur pembentukan
organ tanaman khususnya pada stek sehingga mampu membentuk akar dan tunas.
Didalam penelitian stek daun Begonia dengan kondisi steril, sitokinin pada
konsentrasi lebih tinggi dibanding auksin ternyata mampu membentuk tunas dan
cukup mempengaruhi pembentukan akar. Jika konsentrasi auksin lebih tinggi
dibanding sitokinin maka terjadi reaksi sebaliknya (Hartmann et al, 2002).
Dengan memilih nisbah atau rasio yang tepat dan seimbang maka akan
mendorong perkembangan kalus disertai pertumbuhan tunas dengan baik sehingga
menghasilkan tumbuhan baru yang utuh (Salisbury & Ross,1985).
Prosedur Pelaksanaan
Tugas ini dilaksanakan di Perdos blok I no 10, Kecamatan Kambu, Kota
Kendari pada tanggal 8 April 2022 pada pukul 16.00 WITA sampai selesai.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat melakukan stek dan grafting
yaitu alat: pisau, gelas aqua plastik, penggaris, hp, alat rulis menulis. Adapun
bahan: batang bunga bugenvil yang berumur tidak tua dan ridak juga terlalu muda
yang berukuran sedang.
Hasil
Adapun hasil dari tugas stek dan grafting ini sebagai berikut:
Gambar 1: Proses pemilihan batang Gambar 2: Pemotongan batang bunga

Gambar 3: Batang bunga ditancap Gambar 4: Hasil dari stek Bugenvil


Gambar 5: Hasil stek Bugenvil. Gambar 6: Proses Grafting
Pembahasan
Di minggu pertama pada variabel tinggi tanaman dengan sampel 1
memperoleh hasil 23 cm sedangkan pada sampel 2 memperoleh hasil 15 cm, pada
sampel 3 memperoleh 14,7 cm, dan pada sampel ke 4 memperoleh 12 cm Apabila
penggunaan jarak tanam lebih rapat lagi kemungkinan tanaman sawi dapat
beertumbuh lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Di minggu kedua pengamatan pada
variabel tinggi tanaman dengan sampel 1 memperoleh hasil 34,2 cm sedangkan
pada sampel 2 memperoleh hasil 16,1 cm, pada sampel 3 memperoleh 17,2 cm,
dan pada sampel ke 4 memperoleh 18,5 cm Apabila penggunaan jarak tanam lebih
rapat lagi kemungkinan tanaman sawi dapat beertumbuh lebih tinggi lagi dari
sebelumnya. Di minggu ketiga pada variabel tinggi tanaman dengan sampel 1
memperoleh hasil 35 cm sedangkan pada sampel 2 memperoleh hasil 26 cm, pada
sampel 3 memperoleh 22,8 cm, dan pada sampel ke 4 memperoleh 22,4 cm
terlihat bahwa pertumbuhan tanaman sawi pada sampel 1 sangatlah signifikan.
Pada variabel panjang daun atas dengan sampel 1 pada pengamatan
minggu pertama memperoleh hasil 12,8 cm, sedangkan Panjang daun tengah
memperoleh hasil 11,5 cm dan Panjang daun bawah memperoleh hasil 10,3 cm
sedangkan pada sampel 2 panjang daun atas memperoleh hasil 7,4 cm, Panjang
daun tengah memperoleh hasil 8,7 cm dan Panjang daun bawah memperoleh hasil
7,4 cm pada sampel 3 panjang daun atas memperoleh hasil 9,1 cm, panjang daun
tengah memperoleh hasil 7,2 cm, panjang daun bawah memperoleh hasil 5,5 cm
dan pada sampel 4 panjang daun atas memperoleh hasil 7,4 cm, panjang daun
tengah memperoleh hasil 6,3 cm, panjang daun bawah memperoleh hasil 4,5 cm.
Apabila semakin ditambahkan penggunaan pupuk kandang dapat memperbaiki
kualitas tanah bertekstur pasir, baik dari segi fisik maupun kimia tanahnya,
sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman sawi sebagai tanaman baru di
daerah tersebut.
Pada Minggu kedua pengamatan dengan variabel Panjang daun atas
memperoleh hasil 8,5 cm, sedangkan Panjang daun tengah memperoleh hasil 15
cm dan Panjang daun bawah memperoleh hasil 15,1 cm sedangkan pada sampel 2
panjang daun atas memperoleh hasil 5 cm, Panjang daun tengah memperoleh hasil
8,6 cm dan Panjang daun bawah memperoleh hasil 7,4 cm pada sampel 3 panjang
daun atas memperoleh hasil 9,6 cm, panjang daun tengah memperoleh hasil 4,2
cm, panjang daun bawah memperoleh hasil 10 cm dan pada sampel 4 panjang
daun atas memperoleh hasil 9,2 cm, panjang daun tengah memperoleh hasil 9,1
cm, panjang daun bawah memperoleh hasil 7 cm.
Pada Minggu ketiga pengamatan dengan variabel Panjang daun atas
memperoleh hasil 8 cm, sedangkan Panjang daun tengah memperoleh hasil 14,2
cm dan Panjang daun bawah memperoleh hasil 14,2 cm sedangkan pada sampel 2
panjang daun atas memperoleh hasil 14,7 cm, Panjang daun tengah memperoleh
hasil 8,6 cm dan Panjang daun bawah memperoleh hasil 9,5 cm pada sampel 3
panjang daun atas memperoleh hasil 6,3 cm, panjang daun tengah memperoleh
hasil 8,9 cm, panjang daun bawah memperoleh hasil 8 cm dan pada sampel 4
panjang daun atas memperoleh hasil 7 cm, panjang daun tengah memperoleh hasil
9,8 cm, panjang daun bawah memperoleh hasil 6,9 cm.
Pada variabel lebar daun atas dengan sampel 1 pada pengamatan minggu
pertama memperoleh hasil 10,8 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 9 cm,
lebar daun bawah memperoleh hasil 8,5 cm, sedangkan pada sampel 2 lebar daun
atas memperoleh hasil 6,9 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 5,8 cm, lebar
daun bawah memperoleh hasil 5,7 cm dan pada sampel 3 lebar daun atas
memperoleh hasil 6,6 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 5,7 cm, lebar daun
bawah memperoleh hasil 4 cm sedangkan pada sampel ke 4 lebar daun atas
memperoleh hasil 5,3 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 3,8 cm, lebar daun
bawah memperoleh hasil 3 cm.
Pada variabel lebar daun atas dengan sampel 1 pada pengamatan minggu
kedua memperoleh hasil 6,5 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 11 cm, lebar
daun bawah memperoleh hasil 11,5 cm, sedangkan pada sampel 2 lebar daun atas
memperoleh hasil 3,3 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 6 cm, lebar daun
bawah memperoleh hasil 7,5 cm dan pada sampel 3 lebar daun atas memperoleh
hasil 7,6 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 3,1 cm, lebar daun bawah
memperoleh hasil 7,4 4 cm sedangkan pada sampel ke 4 lebar daun atas
memperoleh hasil 7,5 cm, lebar daun tengah memperoleh hasil 4,7 cm, lebar daun
bawah memperoleh hasil 4,8 cm.
Pada variabel jumlah daun dengan sampel 1 pada pengamatan minggu
pertama memperoleh hasil 4 helai daun sedangkan pada sampel 2 memperoleh
hasil 3 helai daun pada sampel ke 3 memperoleh hasil 3 helai daun dan pada
sampel ke 4 memperoleh hasil 4 helai daun. Pada pengamatan di Minggu kedua,
sampel 1 memperoleh hasil 8 helai daun sedangkan pada sampel 2 memperoleh
hasil 5 helai daun pada sampel ke 3 memperoleh hasil 4 helai daun dan pada
sampel ke 4 memperoleh hasil 5 helai daun. Pada pengamatan di Minggu ketiga,
sampel 1 memperoleh hasil 9 helai daun sedangkan pada sampel 2 memperoleh
hasil 7 helai daun pada sampel ke 3 memperoleh hasil 6 helai daun dan pada
sampel ke 4 memperoleh hasil 8 helai daun. pada variabel ini juga dapat dilihat
bahwa pada pertumbuhan tanaman sawi dengan pemberian jarak tanam yang
cukup renggang yaitu 30 x 30 cm akan memberikan pertumbuhan jumlah daun
yang cukup banyak.
Bobot basah dan bobot kering tanaman dapat dipengaruhi oleh banyaknya
air yang terkandung pada tanaman, unsur hara dan hasil metabolisme, bobot
kering tanaman memperlihatkan jumlah senyawa organik yang dapat disintesis
oleh tanaman baik itu unsur hara, air, maupun karbondioksida pada saat proses
fotosintesis. Bobot Kering menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
perlakuan dosis kompos dan bahan tambahan yang digunakan terhadap bobot
segar maupun kering tanaman sawi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah pemberian jarak tanam dengan
ukuran 30 x 30 cm sangatlah berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, yang
dimana tanaman sawi akan tumbuh lebih cepat namun terlihat kerdil pada
beberapa sampel, tetapi pada sampel yang terletak disekitar ujung bedengaan akan
terlihat lebih subur dan kuat. Jarak tanam memiliki peran yang besar bagi
pertumbuhan serta perkembangan tanaman dalam fase vegetatif dan fase
generatif. Pemberian jarak tanam juga bagi tanaman merupakan hal yang penting
untuk tanaman sawi (Brassica sinensis L.). Berat basah pada tanaman terkecil
ditunjukkan oleh tanaman pada sampel 3 (15,82 gr). Pada Berat basah tertinggi
didapatkan pada tanaman dengan sampel 1 (80,9 gr). Sedangkan pada berat kering
tanaman sawi pada sampel 1 adalah 17,11 gr, pada sampel 2 adalah 3 gr, pada
sampel 3 adalah 3,06 gr dan pada sampel 4 didapatkan 2,45 gr. 3,0 gr dan 3,6 gr
merupakan berat kering yang terendah jika dibandingkan dengan berat kering
tanaman pada sampel lainnya. Hasil berat kering tertinggi ditunjukkan oleh
tanaman sawi dengan sampel 1, yaitu 17,11 gr dan pada sampel 4 dengan berat
kering yaitu 2,45 gr.

5.2. Saran
Saran saya dalam pratikum ini yaitu semua anggota kelompok selalu
kompak dalam pengolahan lahan hingga panen agar semua anggota kelompok
dapat memahami pengamatan dan perkembangan sawi hijau Brassica chinensis
var. parachinensi).

DOKUMENTASI
Gambar 1. Pembersihan Gambar 2. Pembuatan Bedengan
Lahan

Gambar 3. Penyemaian Benih Gambar 4. Penyiraman

Gambar 5. Pemindahan benih Gambar 6. Pemberian naungan


Ke bedengan
Gambar 7. Penyiangan Gambar 8. Pengukuran tanaman

Gambar 8. Berat Basah Sampel 1 Gambar 9. Berat Basah Sampel 2

Gambar 10. Berat Basah Sampel 3 Gambar 11. Berat Basah Sampel 4
Gambar 12. Berat Kering Sampel 1 Gambar 13. Berat Kering Sampel 2

Gambar 14. Berat Kering Sampel 3 Gambar 15. Berat Kering Sampel 4
DAFTAR PUSTAKA

Ahmid. S. Puhi., Fitria. S. Bagu., Wawan Pambengo. (2018). Respon Pertumbuhan


Dan Tanaman Sawi (Brasicca Juncea L) Berdasarkan Waktu Penyiangan Dan
Jarak Tanam. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi JATT. 2(2): 79-88.
Cahyono. (2019). Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau Melalaui Pemberian Media
Tanaman Berbahan Apu-Apu. Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 6(1): 7-12.
Lahadassy. J., A.M Mulyati dan A.H Sanaba. (2020). Pengaruh Konsentrasi Pupuk
Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem. 3(6):
51-55.
Pary. C., (2018). Pengaruh Pupuk Organik (Daun Lamtoro) Dalam Berbagai
Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi. Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, 7(2) : 1-11.
Ohorella. S., (2020). Teknik Dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. Jurnal agroforesti.
7(1): 44-49.
Sukasa., Antara dan Suter. (2020). Pengaruh Lama Fermentasi Media Bonggol Pisang
Terhadap Aktivitas Glukoamelasedari Aspergillus Niger NRRL A-11. Majalah
Ilmiah Teknologi Pertanian. 2(1): 18-20.

Anda mungkin juga menyukai