Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH IBA TERHADAP GRAFTING SINGKONG

Oleh :
Siti Hanifah Nur Apriliani (B1A016007)
Muhammad Alif Rois N (B1A016019)
Inggrit Puspita Sari (B1A016108)
Siti Hasnah Qurata A'yun (B1A016139)
Risma Handayani (B1A017022)
Kelompok :4
Rombongan : I
Asisten : Lia Yulianasari

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ZAT PENGATUR TUMBUH


TUMBUHAN

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagian tubuh tanaman ubi kayu terdiri atas batang, daun, bunga, dan Umbi. Batang
tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m.
Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setela tua
menjadi keputihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empelur
berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus (Alves, 2002).
Pembiakan atau penggandaan tanaman dapat kita kenal salah satu metodenya yaitu
penyambungan. Penyambungan dapat mempunyai arti lain dari pada pembiakan
vegetatif lainnya, ketika tanaman yang tidak dapat dibiakan secara cangkok, stek,
merunduk atau lainnya dapat di lakukan metode penyambungan, karena hanya dengan
metode penyambungan tanaman tersebut dapat di biakkan. Berbagai tanaman buah-
buahan yang tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, runduk, anakan dan cangkok,
tetapi mudah di lakukan penyambungan (enten) dan penyusunan, adalah suatu cara
menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu
tanaman lain. Contohnya pada manggis, blimbing, dan lain sebagainya (Pitono, 1997).
Penyediaan bahan tanaman unggul dan bermutu pada tanaman dapat dilakukan
melalui perbanyakan secara vegetatif dengan teknik sambung pucuk (grafting).
Sambung pucuk adalah teknik perbanyakan tanaman dengan menggabungkan batang
bawah dari pohon induk terseleksi dan adaptif di daerah setempat dengan batang atas
darivarietas unggul hasil penelitian yang berproduksi tinggi. Keberhasilan penelitian
sambung pucuk telah banyak dilaporkan (Saefudin, 2009). Menurut Budhi & Nila
(2011), bahwa cara sambung mukibat dapat merubah penampilan tanaman menjadi
lebih besar dengan meningkatkan diameter batang, diameter umbi, panjang umbi,
jumlah umbi atau tanaman dan bobot umbi atau tanaman.
B. Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui konsentrasi IBA terbaik
untuk hasil teknik grafting.
II. TELAAH PUSTAKA

Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan


menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang
dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat
dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan (Hartman & Kester 1983). Salah satu
teknik pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari
satu tanaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa
sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman
baru. Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan pembiakan generatif (Sukendro, 2010).
Menyambung yang paling berhasil diperoleh jika dilakukan antara dua tanaman
yang berkerabat dekat, biasanya antar satu spesies. Tanaman yang memiliki hubungan
kekeluargaannya dekat, sering kali tidak berhasil menyatu dan sambungan tidak
berlangsung, meskipun demikian menyambunga antar spesies yang berbeda dalam satu
famili tidak jarang dilakukan, seperti pada tanaman tomat yang disambung pada
takokak. Sebagai contoh, tomat pada kentang, salada dan kol, menyambung antar
famili yang berbeda juga pernah berhasil (Rahardja, 2003).
Grafting terdiri dari memotong dan menggabung dua tanaman sehingga mereka
tumbuh bersama sebagai satu tumbuhan, teknik ini banyak digunakan dalam
hortikultura sebagai metode untuk meningkatkan resistensi penyakit, toleransi terhadap
tekanan abiotik, kualitas buah dan ukuran tanaman. Para peneliti telah menggunakan
pencangkokan sebagai alat untuk menunjukkan pergerakan molekul jarak jauh
termasuk fitohormon, protein dan RNA. Pencangkokan yang berhasil membutuhkan
pengkumpulan jaringan termasuk untuk membentuk koneksi pembuluh darah antara
kedua tanaman. Pencangkokan awalnya memicu sekresi pektin dari sel-sel di situs yang
dipotong untuk menempel pada batang bawah dan batang atas secara bersamaan. Sel-
sel induk seperti jaringan, kemudian kalus terbentuk di kedua persimpangan sampai
jaringan yang dicangkokkan bergabung dan plasmodesmata dapat menjembatani situs
koneksi (Nanda & Melnyk, 2018).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu magnetic, gergaji, Erlenmeyer,


gelas ukur, beakerglass, polybag, dan tusuk gigi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu singkong karet, singkong
local (Manihot esculenta), IBA (0, 25, 50), tanah, air, dan wrapper.
B. Metode

Singkong karet

Rendam batang Ditusuk dengan


Singkong lokal singkong karet tusuk gigi
dengan IBA sesuai
konsentrasi

Diamati hingga
muncul akar/daun

Ditanam didalam Disambung kedua


polybag batang singkong,
diwraping dengan rapat

Parameter : akar dan tunas


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1 Pengamatan Gambar 4.2 Pengamatan


Minggu Ke-0 Minggu Ke-1

Gambar 4.3 Pengamatan Gambar 4.4 Pengamatan


Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum didapatkan hasil pada perendaman batang ubi dengan
konsentrasi IBA 50 µm mempunyai jumlah akar dan daun lebih banyak jika
dibandingkan dengan kontrol dan konsentrasi IBA 25 µm. Hal ini sesuai dengan
pustaka Aeni et al. (2017), hasil perlakuan ditentukan oleh interaksi antara tanaman
dan lingkungannya, hasil tanaman yang tinggi akan tercapai apabila faktor pendukung
pertumbuhan tanaman dalam keadaan optimum. Hasil analisis menunjukkan interaksi
antara penggunaan perbanyakan vegetatif dan zat pengatur tumbuh dengan dosis 30
ppm/ l memberikan jumlah daun paling baik dibandingkan dengan interaksi perlakuan
yang lain. Hal ini berarti penggunaan perbanyakan vegetatif grafting akan optimum
pada kondisi dengan penambahan zat pengatur tumbuh sebesar 30 ppm/ l. Keadaan
optimum perbanyakan vegetatif grafting dapat menghasilkan jumlah daun sebesar
50,25 helai daun, hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perbanyakan
vegetatif okulasi yang digunakan dalam penelitian ini, karena pada proses
perbanyakan vegetatif grafting mempertemukan bagian dalam tanaman berupa
kambium kayu maka diperlukan zat pengatur tumbuh. Sesuai dengan hasil penelitian,
bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dapat meningkatkan presentase
pertumbuhan dan meningkatkan aktivitas kambium serta menghasilkan kalus yang
kuat (Aeni et al., 2017).
Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang
bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai
persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Grafting
ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian
tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain, melainkan sudah
merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Wudianto
(2002), menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu,
yaitu sekitar abad ke-15 menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni
grafting ini. Wudianto (2002), mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari
sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu Bud-
grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi, Scion grafting, lebih
populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten, dan Grafting by
approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan
batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.
Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit
yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan
genetik tanaman (Sukendro, 2010). Tanaman buah-buahan, pembiakan vegetatif
adalah cara yang tepat untuk memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk
(grafting). Kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif
(biji) adalah umur berbuah lebih cepat, aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang
dari sifat induknya, diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak,
misalnya batang bawah (rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan
batang atas (entris, scion) yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat
divariasikan (Rukmana, 1999).
Berdasarkan penelitian, selain waktu pelaksanaan penyambungan, hormon
tumbuh juga mempengaruhi tingkat keberhasilan penyambungan. Penyambungan
yang dilakukan pada bulan-bulan kering yang diikuti pemberian hormon tumbuh
berpengaruh nyata meningkatkan tingkat keberhasilan. Pemberian hormon tumbuh
IBA 100 ppm adalah yang paling optimal untuk meningkatkan keberhasilan
penyambungan kaktus (Rahardjo et al., 2016). ZPT Auksin yang biasa dikenal yaitu
indole-3-acetic acid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acld
(NAA). Zat pengatur tumbuh IBA dan NAA bersifat lebih efektif bila dibandingkan
dengan IAA yang merupakan auksin alami. Salah satu jenis ZPT yang berperan untuk
perfumbuhan akar, tunas, dan mempercepat pertumbuhan adalah atonik. Zat pengatur
tumbuh atonik pada dasarnya mengandung auksin sintetik yang akan mendorong
terjadinya pembelahan, pembesaran, dan perpanjangan sel melalui pengaktifan
pompa ion pada membran plasma. Dinding sel menjadi longgar dan mengakibatkan
tekanan pada dinding sel menjadi berkurang. Air dengan mudah masuk ke dalam sel,
sehingga terjadi pembesaran dan perpanjangan sel (Aeni et al., 2017).
Mekanisme terjadinya proses pertautan antara batang atas dan batang bawah
adalah sebagai berikut, lapisan kambium masing-masing sel tanaman baik batang atas
dan batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, Sel-sel
parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu
dan selanjutnya membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi
membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang
bawah yang lama, dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga
proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil
fotosintesis dapat berlangsung kembali. Tanaman yang di buang daunya tumbuh daun
baru lebih baik dan subur hal ini di sebabkan oleh hematnya dalam pemanfaatan
energi karena energi yang didapat langsung digunakan untuk pertumbuhan dan proses
penyambungan dengan secara kimiawi dan biologis yaitu pembentukan protein dan
karbonhidrat untuk menutup luka yang ada di antara sambungan bawah dan atas
(Hartmann, et al., 1997).
Melakukan penyambungan harus mempertimbangkan beberapa faktor, faktor-
faktor tersebut baik yang datang dari tanaman itu sendiri seperti hubungan
kekerabatan antara tanaman yang digunakan sebagai batang atas dengan tanaman
yang digunakan sebagai batang bawah. Faktor lain yang harus dipertimbangkan juga
adalah faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan yang mencangkup pemotongan dan
pemeliharaan sambungan. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan
dalam memproduksi bibit dengan metode grafting yaitu faktor tanaman (genetik,
kondisi tumbuh, panjang entris), faktor lingkungan, ketajaman/kesterilan alat, kondisi
cuaca, waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang, sore hari), dan faktor keterampilan
orang yang melakukan grafting (Tambing, 2004).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa konsentrasi IBA
terbaik untuk hasil teknik grafting yaitu dengan konsentrasi 50 µm , dengan jumlah tunas
3 dan telah memiliki akar.
B. Saran
Pelaksanaan praktikum sudah cukup baik, namun alangkah lebih baik jika
tumbuhan yang digunakan untuk praktikum lebih dari 1 spesies.
DAFTAR REFERENSI
Aeni, N., Salman, S. & Sukmasari, M. D., 2017. Cara Perbanyakan Vegetatif Dan
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Tunas Pada Tanaman
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia swingle). AGRIVET JOURNAL, 5(2), pp.180-189.
Alves, A. A. C., 2002. Cassava Botany and Physicology. In Cassava: Biology, Production
and Utilization, eds Hillocks, R.J., Thresh, J.M. and Belloti, A.C. CAB
International, 1(1), pp.67-89.
Budhi, S. R. & Nila P., 2011. Potensi Hasil Umbi Dan Kadar Pati Pada Beberapa Varietas
Ubi Kayu dengan Sistem Sambung (Mukibat). Buana Sains. 11 (1) : 35-44.
Hartman, H. E. & Kester, D. E., 1983. Plant Propagation Principle and Practise. Buku.
New Jersy: Engelwoods Clifs.
Hartmann, H. T., Kester, D. E., Davis, J. R. & Geneve, R. L., 1997. Plant Propagation.
New Jersey: Hall Int. Inc.
Nanda, A. K., & Melnyk, C. W., 2018. The role of plant hormones during grafting. Journal
of plant research, 131(1), pp.49-58.
Pitono, J., 1997. Peluang Metoda Penyambungan Mengatasi Permasalahan Bahan
Tanaman Jambu Mete. Forum Komunikasi Ilmiah Perbenihan Tanaman Rempah
dan Obat. Bogor: Balittro.
Rahardja, P. C., 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Surabaya: Agromedia
Pustaka.
Rahardjo, M., Djauharia, E. & Darwati, I., 2016. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh
Terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk Kepel (Stelechocarpus burahol). Buletin
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 25(1), pp.21-26.
Rukmana, R., 1999. Bertanam Buah-buahan di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius
Saefudin., 2009. Kesiapan Teknologi Sambung Pucuk Dalam Penyediaan Bahan
Tanaman Jambu Mete. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka
Tanaman Industri, 1(7), pp.150 – 155.
Sukendro, A., 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.) O.K. with
Grafting. Jurnal Silvikultur Tropika, 24(7), pp.6 – 10.
Tambing, Y., 2004. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Pada Mangga Dengan Waktu
Penyambungan Dan Panjang Entris Berbeda. Jurnal Agroland, 15(4), pp.296 – 301.
Wudianto, R., 2002. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai