Anda di halaman 1dari 8

PERABANYAKAN VEGETATIVE GRAFTING PADA POHON DURIAN

Disusun Oleh :

Finesha Aditya F (1804020039)

PRODI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
1. TUJUAN
a. Mengetahui bagaimana factor keberhasilan grafting pada durian
b. Mengetaui metode menggrafting pada durian
c. Mengetahui factor kegagalan dalam mempraktikan Teknik perbanyakan vegetative
grafting
2. DASAR TEORI
Tanaman durian merupakan tanaman asli di kawasan Asia Tenggara yang beriklim
tropis seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia (Ashari, 2006). Buah durian merupakan buah
yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Permintaan pasar terhadap buah durian baik
dari dalam negeri maupun luar negeri cukup tinggi, namun belum belum dapat dipenuhi oleh
ketersediaan produksi buah durian. Pada umumnya tanaman durian tumbuh liar dan sebagian
kecil diusahakan dalam bentuk tanaman pekarangan (Susiloadi et al. 1994).

Durian termasuk dalam genus Durio yang terdiri dari banyak species, hingga kini
sudah diketahui sebanyak 30 spesies. Spesies Durio zibethinus terdiri dari ratusan varietas,
baik yang telah dibudidayakan maupun yang masih hidup liar. Indonesia memiliki variasi
iklim yang beragam. Kondisi agro-klimat yang beragam ini memberikan keunngulan
tersendiri dalam budidaya tanaman durian. Perbedaan jenis serta lingkungan yang berbeda
paling memperpanjang masa musim durian (Hariyono, 2013). Bahkan sekarang, di kota
Malang buah durian dijual orang setiap hari, seolah tanpa musim sepanjang tahun.

Sebagian besar pohon durian yang ada di Indonesia saat ini berasal dari biji (secara
generative). Tanaman akan menghasilkan buah membutuhkan waktu yang cukup lama pada
kisaran 7 – 10 tahun. Sedangkan menurut Somari (2008) tanaman durian yang berasal dari
biji akan berbuah pada umur 8-10 tahun, namun dengan perbanyakan vegetatif tanaman
durian ini akan berbuah lebih cepat yaitu pada umur 4-5 tahun. Sebagian kecil sudah
diusahakan dengan menggunakan bibit vegetative seperti okulasi, sambung atau cangkok.
Penggunaan bibit vegetative akan menghasilkan buah bermutu tinggi (hasil dan kwalitas
buah) perbanyakan bibit secara vegetatif merupakan teknologi yang menghasilkan pohon
dengan produksi yang tinggi, baik jumlah maupun kwalitasnya. (Hartman dan Kester, 1978).
Mengingat sebagian besar pohon durian saat ini berasal dari bibit generative yang
produksi dan rutinitas panen tidak terjamin maka pohon yang ada tersebut perlu diubah
genotipanya secara cepat dengan system top-working. Metode top working dapat dilakukan
secara sambung kulit (bark grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung pucuk (top
grafting), okulasi (penempelan), maupun sambung tunas. Grafting antara varietas batang atas
dengan batang bawah yang tidak sesuai akan menghasilkan bbit dengan pertumbuhan
lambat,selanjutnya bibit hasil grafting akan mati (Baswarsiati et al,1995)

Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan menyambungkan atau
menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan biasanya berasal
dari biji, setek bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau diganti dengan
varietas baru. Prinsip melakukan teknik sambung adalah kecocokan atau kompatibel antara
batang atas dengan batang bawah. Waktu penyambungan harus tepat, cabang entres atau
cabang yang kulitnya bermata tunas tumbuh kekar dan sehat. Waktu penyambungan
sebaiknya dilakukan ketika pucuk batang atas dalam keadaan sempurna artinya pucuk belum
pecah tetapi daun mudanya sudah mengeras (Sipayung, 2015).

Menyambung atau mengenten merupakan penggabungan batang bawah dengan


batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi penyatuan, dan
kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Terjadinya penyatuan ini
disebabkan oleh menyatunya kambium batang bawah dan kambium batang atas. Pada
dasarnya sangat banyak teknik sambung yang dapat kita gunakan tergantung dari berbagai
macam tanaman yang akan kita jadikan media untuk perkembangbiakannya. Sambung pucuk
adalah penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk
tanaman baru yang mampu saling menyesuaikan diri secara kompleks (Rini Widyayanto,
2007).

Metoda sambung atau grafting memiliki keunggulan dan kelemahan, beberapa


keuntungan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan teknik ini dintaranya, a.
Memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat, toleran terhadap
lingkungan tertentu, b. Mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut
top working. c. Mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal, d.
mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi, e. Mendapatkan bentuk
pertumbuhan tanaman khusus dan. f. Memperbaiki kerusakan pada tanaman (Rini
Widyayanto, 2007).
Menyambung atau enten, yang telah di kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad,
adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari
suatu tanaman lain. Beberapa cara pembiakan aseksual lain, pada potongan yang
disambungkan tidak terjadi regenerasi organ-organ baru tetapi merupakan suatu kesatuan
dengan batang yang berakar tadi. Batang berakar tempat potongan di sambungkan di sebut
tanaman bawah. Akar kadang-kadang juga digunakan sebagai tanaman bawah. Potongan-
potongan yang disambungkan disebut tanaman atas, atau tunas okulasi. Seluruh bagian atas
dari tanaman bawah dibuang dan digantikan dengan tunas okulasi atau tanaman bawah.
Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar di perbanyak dengan setek, runduk, anakan
dan cangkok, tetapi mudah di perbanyak dengan penyambungan dan penyusunan, misalnya
pada manggis, belimbing dan sebagainya (Rahardja, 2003 ).

Walaupun pembiakan vegetatif melalui teknik grafting (sambung) bertujuan untuk


mendapatkan hasil tanaman yang lebih baik dari iniduknya, ternyata ada kelemahan grafting
yang perlu juga diperhatikan. Berikut merupakan beberapa kelemahan grafting. a.
Kelemahannya sulit mendapatkan sambungan batanga atas dalam jumlah banyak. b. Bagi
tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin
kencang. c. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara batang atas dan batang
bawah (Indra Gunawan, 2004).

3. ALAT & BAHAN


a. Alat
- Silet atau pisau okulasi
- Tali plastik transparan
- sungkup
b. Bahan
- Tanah
- Wrap
- Tunas durian unggul
- Batang bawah pohon durian
- Air
4. CARA KERJA
- Sebagi bahan bawah disiapkan tanaman durian yang telah tumbuh didalam polybag
setinggi ± 50 cm sebanyak 2 tanaman
- Tanaman durian yang akan dijadikan batang atas juga disiapkan. Diusahakan ukurannya
sama dengan batang bawah
- Batang bawah dipotong dan disisakan setinggi ± 15 cm dari permukaan polybag,
kemudian dibelah sama besar dengan ukuran 3cm - 5 cm
- Batang atas yang hendak disambung dipotong dari tanaman induk dengan panjang 10 cm
– 16 cm dari pucuknya
- Pucuk tersebut bagian pangkal kiri dan kanannya dipotong miring seperti kapak
sepanjang 3 cm – 5 cm
- Pucuk diselipkan pada batang bawah dan diikat dengan tali plastik
- Setelah tanaman tersambung sempurna, daun-daun yang ada dipangkas sehingga dalam
satu tanaman paling banyak terdapat 3 helai daun
- Tanaman disungkup dengan menggunakan plastik transparan dan sungkup tersebut juga
menutupi sambungan
- keberhasilan sambungan pucuk ditunggu selama tiga minggu dan selama itu dilakukan
penyiraman setiap hari.

5. HASIL PENGAMATAN

Jenis Keberhasilan Ciri-ciri

Grafting 1. Tidak berhasil 1. Batang kering


2. Tidak berhasil 2. Batang kering

6. PEMBAHASAN

Sama halnya dengan perbanyakan vegetatif tentang okulasi, perbanyakan vegetatif


dengan sambung juga memiliki cara dan sifat yang mirip, hanya saja dalam hal ini
tanaman batang bawah yang digunakan harus dipotong bagian atasnya. Bukan hanya pada
bagian batang bawah, pada bagian batang atas juga yang digunakan dalam percobaan ini
memang benar-benar potongan dari tanaman batang atas yang akan digunakan (berbeda
dengan okulasi yang hanya menggunakan entres/mata tunas).

Dalam percobaan ini, secara umum memang lebih sulit jika dibandingkan dengan
perbanyakan vegetatif dengan menggunakan cara okulasi. Dikatakan demikian karena
dalam hal ini masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Salah satu
yang sangat penting dalam hal ini adalah dapat dilihat dari segi pembuatan lubang pada
batang bawah. Lubang yang harus disediakan pada batang bawah haruslah sesuai
ukurannya dengan potongan yang kita buat pada batang atas. Selain itu, dalam percobaan
ini juga harus memperhatikan ukuran dari kedua tanaman yang akan disambungkan.
Ukuran (diameter) batang atas dengan ukuran (diameter) batang atas sebaiknya haruslah
sama besar (paling tidak seimbang). Memang adakalanya hal ini sulit untuk ditemukan,
tetapi dalam hal ini tanaman batang bawah tidak boleh lebih kecil dari tanaman batang
atas yang akan disambungkan.

Pada percobaan yang telah dilakukan (dengan menggunakan bibit durian) hasil yang
ditunjukkan masih kurang baik. Dari dua kali percobaan yang telah dilakukan
perbanyakan vegetatif dengan menggunakan teknik sambung ini secara garis besar kedua-
duanya tidak berhasil (gagal). Pada percobaan pertama yang saya lakukan memang
menunjukkan ciri-ciri kehidupan pada hasil sambung yang saya lakukan (terlihat dari
batang atasnya masih dalam keadaan segar dan berwarna hijau), namun saat membuka
pelastik dan ikatannya tanaman batang atasnya ikut terlepas. Hal ini mungkin memang
kesalahan yang saya lakukan disaat membuka ikatannya kurang berhati-hati sehingga
tanaman batang atasnya juga ikut lepas (karena memang masih dalam keadaan kurang
kuat menyambungnya).

Pada percobaan yang kedua yang saya lakukan malah menunjukkan hasil yang lebih
buruk dari percobaan yang pertama. Pada percobaan yang kedua hasil percobaan yang
saya lakukan tidak sedikitpun menunjukkan ciri-ciri kehidupan dari batang atasnya (hal ini
dapat dilihat pada batang atasnya yang berwarna hitam). Kesalahan yang mungkin terjadi
dalam hal ini kemungkinan sangat banyak sekali. Namun jika dibandingkan dengan
percobaan pertama yang saya lakukan, maka kesalahan yang mungkin terjadi pada
percobaan yang kedua ini ada pada penjagaan/pemeliharaan media tanam. Kegagalan ini
besar kemungkinannya diakibatkan karena tanaman batang bawah kekurangan absorbsi
air, sehingga tanaman kurang begitu terhubung/tersambung denga batang atas. Selain
kesalahan tersebut diatas, hal yang mungkin menyebabkan terjadinya kegagalan pada
percobaan yang kedua ini ada pada saat pelaksanaan percobaann bisa dalam saat
pembuatan lubang untuk menyambungkan kedua tanaman. Namun yang paling besar
kemungkinan terjadi kesalahan dalam hal ini adalah ketika saat menyambungkan kedua
bagian tanaman terlalu sering kali dilepas sehingga menyebabkan kedua bagian tanaman
yang akan disambungkan terkontaminasi oleh lingkungan luar yang ada disekitarnya.

7. KESIMPULAN
- Pembiakan vegetatif dengan cara sambung tidak jauh berbeda dengan pembiakan
vegetatif dengan cara okulasi yang sama-sama menggunakan batang bawah dan batang
atas
- Sama halnya dengan okulasi, pada pembiakan vegetatif secara sambung juga
menganjurkan tanaman batang bawah berasal dari pembiakan secara generatif agar
perakarannya kuat
- Tidak hanya batang bawah, batang atas yang digunakan dalam pembiakan vegetatif
dengan teknik sambung ini haruslah berasal dari tanaman yang memang benar-benar
unggul (tiggi produksi) karena akan digunakan untuk yang selanjutnya
- Dalam pembiakan vegetatif dengan cara sambung harus memperhatikan ukuran
(diameter) dari kedua bagian yang akan disambungkan (kurang lebihnya sama besar)
- Lubang yang disediakan/dibuat pada batang bawah haruslah sesuai besarnya denagan
potongan yang dibuat pada tanaman batang atas
- Pada teknik sambung ini, kedua bagian tanaman yang akan disambungkan sangatlah
sensitif terhadap pengaruh lingungan disekitarnya (mudah tercemar)
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 490 pp.

Baswarsiati,E.P., Kusumainderawati, N.I. Sidik dan Rebin. 1995. Studi kompatibilitas


berbagai batang bawah dengan batang atas pada perbanyakan anggur dengan
cara sambung. Jurnal Hortikultura 5(2): 36-40.

Hartmann, H,T.,D.E. Kester, and F.T Davies Jr.1990. Plant Propegation,Principles And
Practices. Fith Edition. Prentice Hall, Inc.Engle Wood Cliff. New Jersey.578p

Hariyono, D. 2013. Kajian masa pembungaan dan musim buah tanaman durian (Durio
zibethinus Murr) lokal berbasis iklim diberbagai ketinggian tempat (Altitude).
Disertasi program pasca sarjana, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,
Malang. 177 pp.

Indra, Gunawan. 2004. Pembiakan Tanaman Dengan Menyambung. Erlangga. Jakarta.

Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Surabaya.

Rini, Widyayanto. 2007. Pengembangan Vegetatif Menyambung. Gajah Mada Press.


Yogyakarta.

Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian


Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai