Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah teknik okulasi tanaman
karet ini dangan lancar tanpa adanya halangan dan kesulitan. Saya menyadari bahwa
lancarnya makalah teknik okulasi dalam perbanyakan tanaman perkebunan ini tidak lepas
dari dukungan berbagai pihak.

Dan saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini mungkin masih
banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan krtik yang membangun sangat saya
harapkan. Semoga makalah okulasi tanaman karet ini bisa bermanfaat bagi kita semua
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan


yang banyak ditanam masyarakat di Indonesia. Luas Perkebunan karet di Indonesia
tercatat tahun 2013 yaitu 3.555.946 ha, terdiri dari 85.10% perkebunan rakyat, 7.95 %
perkebunan besar swasta, sedangkan 6.95 % merupakan perkebunan besar Negara.
(Statistik Karet Indonesia, 2014). Karet menduduki posisi cukup penting sebagai sumber
devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu
upaya peningkatan produktifitas tanaman karet terus dilakukan terutama dalam bidang
teknologi budidayanya.

Teknologi budidaya tanaman karet selalu berkembang dari watku ke waktu,


bahan tanam karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang diperbanyak secara
okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat
menguntungkan karena produktifitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman belum
menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam sehingga produksi pada tahun sadap
pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif tahan
terhadap penyakit tertentu, batang tegap, responsive terhadap stimulan dan pupuk, serta
volume kayu per pohon tinggi (Balai Penelitian Sungai Putih, 2012).

Dalam teknik okulasi tanaman karet dikenal istilah batang bawah dan batang atas
(entres). Batang bawah untuk okulasi tanaman karet diharapkan memiliki perakaran yang
kuat yang mampu menyokong pertumbuhan tanaman, sedangkan entres dari klon unggul
yang sifat dan cirinya sudah diketahui dan diharapkan mampu menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Dalam teknik okulasi karet harus benar-benar memperhatikan
keadaan mata tunasnya, sebab semakin muda mata tunasnya semakin besar tingkat
keberhasilan okulasi, disebabkan jaringan muda akan sangat aktif membelah dan
pertumbuhanya lebih cepat dari pada jaringan tua. Pada pembibitan pemilihan entres
okulasi karet biasanya diambil mata tunas yang kulit batangnya masih berwarna hijau.
Sebab pada saat mata tunasnya diambil lebih mudah karena jaringannya masih muda dan
mudah untuk di ambil.Sedangkan untuk kulit batang yang sudah berwarna coklat lebih
susah sebab jaringannya sudah sedikit tua.

Pada umumnya tingkat keberhasilan okulasi lebih tinggi jika mengunakan mata
tunas yang masih berwarna hijau, dari pada menggunakan mata tunas dari kulit batang
yang berwarna coklat. Namun dalam keadaan di lapangan satu batang entres yang
biasanya berukuran panjang kurang lebih satu meter lebih banyak mata tunas yang
berwarna coklat dari pada berwarna hijau. Merujuk pada perbandingan jumlah mata tunas
pada entres karet ini akan lebih menguntungkan jika pertumbuhan tunas nantinya baik
dari entres hijau maupun entres coklat bisa sejalan dalam waktu yang relatif sama atau
tidak jauh berbeda. Sehingga timbul pemikiran untuk mengupayakan merangsang
pertumbuhan tunas dari mata tunas entres tersebut.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh hormon, tanaman


memproduksi hormon untuk berbagai keperluan pertumbuhan dan perkembangannya,
hormon seperti auksin, giberalin, sitokonin memiliki pengaruh masing-masing dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa macam sitokinin merupakan
sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya sitokinin sintetik yaitu BAP
(6-benzilaminopurin) dan 2-iP (Intan, 2008). Sitokinin merupakan hormon tumbuhan
turunan adenine yang berfungsi merangsang pembelahan sel, inisiasi atau pembentukan
tunas. Apabila hormon dalam konsentrasi tertentu diaplikasikan pada entres karet yang
kulit batang mata tunasnya berwarna coklat diharapkan pertumbuhanya akan lebih cepat.
Hasil penelitian Sugiharto et al., (2007), menunjukkan bahwa pada kultur invitro tanaman
nilam (Pogostemon cablin) pemberian sitokinin BAP sebanyak 1 ppm dalam media MS
menunjukkan perkembangan yang baik ditandai terbentuknya planlet yang sempurna
(memiliki akar, batang dan daun). Rahmi, et al. (2010) melaporkan bahwa pemberian
konsentrasi sitokinin BAP yang berbeda pada tunas pucuk jeruk kanci secara invitro,
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prosentase eksplan yang mengalami
multiplikasi dan saat muncul tunas. Untuk meningkatkan keberhasilan okulasi tanaman
karet sehingga dengan tidak ada mata tunas yang terbuang percuma serta untuk
mempercepat proses pertumbuhan dan perkembangan tunas, perlu diteliti pengaruh
penambahan hormon sitokinin pada saat penempelan mata okulasi pada batang bawah.

Pemberian hormon sitokinin diharapkan mampu merangsang percepatan


pembentukan tunas dan meningkatkan keberhasilan okulasi. Berdasarkan uraian diatas,
telah dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Hormon Sitokinin terhadap
Pertumbuhan Okulasi Hijau dan Okulasi Coklat Stum Mata Tidur Tanaman Karet (Hevea
kalon) Klon IRR 112.

B. Tujuan Penelitian

-Untuk mengetahui okulasi karet

-Untuk mengetahui syarat tumbuh karet

-Untuk mengetahui bagaimana perbanyakan tanaman okulasi karet

-Untuk mengetahui pemeliharaan okulasi karet

C. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bermanfaat tentang okulasi


karet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Okulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung
(Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen
sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip okulasi sama yaitu
penggabungan batang bawah dengan batang atas, yang berbeda adalah umur batang
bawah dan batang atas yang digunakan sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai
keberhasilan okulasi. Kebaikan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah
sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi Latex yang baik.
Bila bibit yang di okulasi ini di tumbuhkan dilapangan dikatakan tanaman okulasi
sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai.

2.2 Teknik Okulasi Konvensional

Dikatakan teknik okulasi konvensional karena metoda okulasi inilah yang umum
digunakan untuk mempersiapkan bentuk bahan tanaman secara komersial hingga
munculnya teknik yang baru yaitu: okulasi hijau (Green budding) okulasi konvesional ini
disebut juga okulasi coklat ( brown budding)

2.2.1 Batang bawah

Untuk keberhasilan okulasi perlu diperhatikan syarat-syarat berikut:

- Batang bawah yang di anjurkan adalah semaian klonaol GT1, AVROS 2037 dan
LBC1320

- Bibit Semaian telah berumur 9 hingga 18 bulan batangnya sudah berwarna coklat
dan mempnuyai 4-5 karangan daun dapat juga digunakan yang berumur 6-9 bulan
asal sudah berbatang coklat dan mempnyai 3-4 karangan daun

- Diameter batang telah mencapai 1,5-2 cm dan pertumbuhannya normal

- Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada daun stadia daun
tua taraf pertumbuhan batang bawah sangat mempengaruhikeberhasilan okulasi,
pengokulasianpada stadia flush (bersemi) atau masa pembentukan payung daun sangat
rendah persentase okulasi yang jadi
2.2.2. Batang Atas atau Entres

Sebagai batang atas di pilih klon yang ssesuai dengan likungan ekologi yang
bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yangdianjurkan dalam
skla besar. Pemilihan klon yang tepat akan menjamin produktivitas dikemudian hari
dalam jangka panjang.

2.2.3. Mata Tunas

Ada 3 jenis mata atau kuncup tidur (Dorman) yang dikenal pada tanaman karet
dan satu mata bunga:

- Mata Ketiak: atau disebut juga mata prima yang fitandai adanya bekas tangkai daun
atau berda pada ketiak daun, bila hendak digunakan terlebih dahulu dipangkas daunnya
kira-kira 10 hari sebelum dipotong di gunakan sebagai mata untuk okulasi coklat.

- Mata burung: ditandai adanya tangkai daun rudimenter. Yang digunakan untuk okulasi
hijau.

- Mata sisik: mata yang terdapat dibawah kuncup daun-daun ( Flush) atau pada ujung
payung daun. Digunakan untuk okulasi mini.

- Mata bunga: terdapat pada tanaman yang sudah masuk umur berbunga tidak dapt
digunakan untuk okulasi.

2.3 Teknik Okulasi Hijau

Disamping tekni okulasi konvensional atau okulasi coklat dikembangkan pula


metoda okulasi hijau kalau dalam okulasi konvensional digunakan batang bawah yang
sudah berwarna coklat maka dalam okulasi hijau digunakan mata okulasi dari entres yang
masih berwarna hijau(green budwood). Berdasarkan warna komponen tersebut
dikatakanlah okulasi hijau.

2.4. Syarat Batang bawah untuk di okulasi

- Batang bawah yang di anjurkan adalah semaian klonaol GT1, AVROS 2037 dan
LBC1320.

- Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5nulan
yang leh mudah dapt juga digunakan asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup
besar.

- Diamer batang sebesar pensil atau telah mencapai diameter 8- 12mm diukur pada
pangkal batang

- Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada stadia daun tua.

2.5. Syarat batang atas atau entres


Entres atau kayu okulasi hijau digunakan tunas-tunas atau taruk-taruk hijau yang
ujungnya berdaun yang telah mempunyai diameter 1-1,5 cm dan daun-daun pada
karangan daun diujung telah berwarna hijau dan masih lemah. Untuk memproleh taruk-
taruk hijau pohon batang atas atau pohon entres dipangkas beberapa cm diatas karangan
mata, karena pemangkasan tersebut akan tumbuh sejumlah tunas-tunas dari karangan
mata yang dibiarkan tumbuh hingga 5-6minggu. Tunas-tunas ini segera dipanen sebagai
kayu okulasi hijau.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi Ada sejumlah faktor yang


mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu:

Keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi Pemilihan entres atau kayu okulasi
dengan mata tunas yang masih dorman keadaan iklim pada musim kemarau tanaman
karet mengalami gugur daun, kurang baik untuk pengokulasian karena adanya gangguan
visiologis. Yang baik adalah pada awal dan akhir musim penghujan, pada musim hujan
juga tidak baik, air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat mengakibatkan
busuk. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan jasad renik pada sisa-sisa latex dari
luka okulasi, ini dapat dapat menyebabkan kegagalan pengokulasian.

Syarat-syarat batang bawah yang digunakan pada okulasi hijau :

a. Batang bawah yang di anjurkan adalah semaian klonaol GT1, AVROS 2037 dan
LBC1320.
b. Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5nulan
yang leh mudah dapt juga digunakan asal pertumbuhan dan batangnya sudah
cukup besar.
c. Diamer batang sebesar pensil atau telah mencapai diameter 8- 12mm diukur pada
pangkal batang
d. Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada stadia daun tua.
e. Syarat Batang atas atau entres yang digunakan pada okulasi hijau
f. kayu entres yang digunakan telah berumur 1-3 bulan setelah pemangkas.
g. Batangnya berwarna hijau atau telah membentuk 1-2 payung daun, payung
teratasnya berwarna hijau dampai hijau tua.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Entres yang baik adalah yang memiliki mata tunas prima dan batang bawah yang
baik adalah yang tidak terlalu tua atapun terlalu muda.Keterangan melakukan okulasi
akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas melakukan okulasi.Penyiapan
bibit karet unggul dengan teknik okulasi layak untuk dikembangkan dalam skala luas
sehingga dapat membantu mengatasi masalah dalam pengadaan bibit karet unggul.

3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Maka penulis
mohon kritik dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai