Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Agropet Vol.

18 Nomor 2 Desember 2021 ISSN: 1693-9158

Tingkat Keberhasilan Sambung Pucuk Alpukat (Persea Americana) pada


Waktu Penyambungan yang Berbeda

Oleh :
Ahmadi, Ridwan dan Dolfie DD Tinggogoy

ABSTRAK

Alpukat (Persea americana). Merupakan tanaman buah berupa pohon. Alpukat


berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah. Alpukat ditanam dikawasan tropis dan
subtropis, termasuk juga di kawasan Indonesia (Budiana, 2013). Pengembangan
tanaman pohon ini di Indonesia mulanya terkonsentrasi di pulau Jawa, namun sekarang
menyebar hampir diseluruh Indonesia (Rahmawati, 2010). Perbanyakan dan
pengembangan alpukat dapat meningkatkan produktifitas, salah satunya penyambungan
(grafting) sambung pucuk. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian tingkat keberhasilan
sambung pucuk alpukat pada waktu penyambungan yang berbeda. Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso. Penelitian ini
dimulai dari bulan Mei-Juni 2019, penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan perlakuan waktu (W) sambung pucuk pada varietas mentega,
5x21 unit tanaman, total 105 bibit alpukat. Dengan perlakuan W1:waktu penyambungan
jam 06.00-08.00, W2:waktu penyambungan jam 08.00-10.00, W3:waktu penyambungan
jam 10.00-12.00. Berdasarkan hasil penelitian Perlakuan waktu penyambungan entris
tidak berpengaruh nyata pada parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun
dan diameter batang.

Kata kunci : Alpukat, Sambung Pucuk, waktu penyambungan

PENDAHULUAN Permintaan buah-buahan di


Indonesia dari tahun ke tahun
Alpukat (Persea americana) semakin meningkat, dikarenakan
merupakan tanaman buah berupa jumlah penduduk yang meningkat
pohon. Alpukat berasal dari dataran hingga 254 juta jiwa (BPS,
tinggi Amerika Tengah. Alpukat 2015).Pengembangan buah-buahan
ditanam dikawasan tropis dan khususnya buah alpukat di
subtropis, termasuk juga di kawasan Indonesia memiliki prospek yang
Indonesia (Budiana, 2013). bagus. Hal ini dapat dilihat dari
Pengembangan tanaman pohon ini jumlah produksi dan potensi pasar
di Indonesia mulanya terkonsentrasi yang besar. Jumlah produksi buah
di pulau Jawa, namun sekarang alpukat Indonesia tahun 2010-2011
menyebar hampir di seluruh cenderung terus meningkat dengan
Indonesia (Rahmawati, 2010). laju pertumbuhan produksi dari
Indonesia merupakan salah 224,278 hingga 275,935 ton (Badan
satu negara agraris yang kaya akan Pusat Statistik, 2011).
aneka tanaman hortikultura seperti Alpukat mengandung zat lemak
sayuran dan buah-buahan. yang tinggi, rasa yang khas serta

1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sintuwu Maroso
2,3)
Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sintuwu Maroso
flavor yang lembut, menyebabkan biji yang mudah pada alpukat, maka
buah alpukat mempunyai cita rasa batang bawah dikembangkan dari
yang tinggi. Alpukat juga memiliki biji. Sambung pucuk merupakan
mineral seperti kalsium 10 mg, salah satu perbanyakkan secara
protein 0,9 gram, nilai kalori 85, vegetatif. Tehnik sambung pucuk
vitamin A 180 IU, vitamin C 13 mg adalah menempatkan atau
vitamin D 20 IU (Widyatusti dan menyambung bagian tanaman ke
paimin, 1993). Selain itu, bagian lainnya sehingga tercapai
pemanfaatan daging buah alpukat persenyawaan yang membentuk
yang biasa dilakukan masyarakat tanaman baru. Seperti halnya
Eropa adalah sebagai bahan pangan pembiakan vegetatif lainnya,
yang diolah dalam berbagai menyambung tidak mengubah
masakan. Manfaat lain dari daging susunan genetis tanaman baru dan
buah alpukat adalah untuk bahan sama dengan tanaman induk. Teknik
dasar kosmetik. Daun tanaman sambung pucuk ditujukan untuk
alpukat yang muda dapat digunakan memperoleh tanaman yang cepat
sebagai obat tradisional yaitu obat berbuah, memperbaiki bagian
batu ginjal dan rematik (Kemal, tanaman yang rusak, dan
2000). memperbaiki sifat batang atas
Penyambungan (grafting) (Jumin, H.B., 2008). Penelitian ini
merupakan kegiatan untuk bertujuan untuk mengetahui tingkat
menggabungkan dua atau lebih sifat keberhasilan dan pertumbuhan
unggul dalam satu tanaman. tunas sambung pucuk alpukat yang
Penyambungan dilakukan dengan dicobakan dengan waktu
memperhatikan bahan tanaman penyambungan yang berbeda.
yang disambung secara genetik
harus serasi (kompatibel), bahan METODOLOGI PENELITIAN
tanamn harus berada dalam kondisi
Penelitian ini dilakukan di
fisiologi yang baik, kombinasi
Kelurahan Tabalu, Kecamatan Poso
masing-masing bahan tanaman
Pesisir, Kabupaten Poso. Penelitian
harus terpaut sempurna, dan
ini dimulai dari bulan Mei-Juni 2019.
tanaman hasil sambungan harus
dipelihara dengan baik selama Alat dan Bahan
waktu tertentu (Hartmann and Alat yang digunakan dalam
Kesslar, 2002). penelitian ini terdiri dari gunting
Teknik penyatuan pucuk pangkas, pisau cutter, polybag
sebagai batang atas dengan ukuran 20 cm x 30 cm, tali rafia,
tanaman batang bawah yang dapat meteran, hekter, gunting, plastik
berasal dari biji, root-stock atau label, bambu, ember, cangkul,
setek (Dewi-Hayati et al., 2018) calypri (jangka sorong), paranet, dan
sehingga terbentuk tanaman baru. alat tulis menulis. Bahan yang
Dengan pertimbangan sistem digunakan yaitu bibit alpukat 2 bulan
perakaran yang kuat dibutuhkan dan (batang bawah), mata entris
didukung dengan perkecambahan varietas mentega.

35
Metode Penelitian mentega yang diambil dari
Penelitian ini menggunakan Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Poso Pesisir, Kabupaten Poso,
dengan perlakuan (W) sambung Propinsi Sulawesi Tengah.
pucuk pada varietas mentega yang Entries dipotong sepanjang ±
terdiri dari : 10 cm dan dibungkus dengan
W1 = waktu penyambungan jam kantongan agar kelembaban batang
06.00-08.00 entries dapat dipertahankan. Bibit
W2 = waktu penyambungan jam Alpukat yang digunakan sebagai
08.00-10.00 batang bawah adalah bibit varietas
W3 = waktu penyambungan jam lokal sebanyak 105 bibit. Semua
10.00-12.00 bibit ditempatkan pada lokasi
Setiap perlakuan diulang tujuh penelitian 3 hari sebelum dilakukan
kali sehingga terdapat 21 satuan penyambungan yang bertujuan
penelitian dan tiap satuan penelitian untuk mengadaptasikan tanaman
menggunakan 5 tanaman (batang terhadap lingkungan dilokasi
Bawah), sehingga jumlah total bibit penelitian.
tanaman yang digunakan adalah
105 bibit tanaman. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman
Analisis Data meliputi penyiraman, penyiangan
Data dianalisis dengan dan pemangkasan tunas dari batang
menggunakan adalah analisis sidik bawah. Penyiraman dilakukan setiap
ragam dengan model Rancangan hari untuk menjaga kelembaban.
Acak Kelompok (RAK). dan analisis Penyiangan dilakukan ketika
dengan menggunakan Uji Beda terdapat gulma yang tumbuh di
Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 % (Kemas polybag. Penyiangan dilakukan
Ali, 2005). secara konvesional dengan
mencabut gulma menggunakan
Pelaksanaan Penelitian tangan. Pemangkasan tunas yang
Persiapan bahan tumbuh pada batang bawah
Langkah awal dalam penelitian dilakukan ketika terlihat muncul
ini, menyediakan bahan tanaman tunas pada batang bawah.
yang akan akan disambung seperti Pemangkasan dilakukan agar
batang atas dan batang bawah, pertumbuhan terfokus pada entries
dalam kegiatan ini menggunakan dan pendapatkan tanaman dengan
batang bawah varietas lokal yang verietas yang diinginkan.
berumur 2 bulan berjumlah 105
pohon dengan tinggi antara 40-60 Metode Sambung Pucuk
cm, diameter tunas 1 cm, sedangkan 1) Pengirisan Batang Bawah
bahan entriesnya berasal dari Langkah awal pemotongan
percabangan yang masih muda batang bawah dengan menyisikan 3-
dengan ukuran diameter tunas 1 cm, 4 helai daun. Sebelum pengirisan/
panjang 5-10 cm, dari varietas pembelahan batang bawah terlebih

36
dahulu menyiapkan entries kurang ikatan sambungan setelah umur
lebih 5-10 cm secara melakukan sambungan 2-3 bulan.
pembelahan batang utama pada
bibit, dan menggunakan pisau yang Parameter Pengamatan
kurang tajam, batang di ikat kembali Adapun parameter
agar kambium dapat dipertahankan. pengamatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
2) Pengirisan dan Penyisipan 1. Pertumbuhan tinggi tanaman;
Entries diamati pada umur 28 HSP, 42
Pada entries yang telah HSP (Hari Setelah
dirapikan kembali dari sisa dudukan Penyambungan) dengan cara
daun. Kemudian memperbaiki mengukur panjang tunas dari
kembali ujung entries untuk pangkal grafting hingga ujung
mendapatkan kambium yang baru. tunas yang diamati setiap dua
Melakukan pemotongan dengan minggu.
cara meruncingkan ujung entries 2. Jumlah daun; diamati pada umur
dan diupayakan sama panjangnya 28 HSP, 42 HSP (Hari Setelah
dengan sayatan pada batang utama Penyambungan) dengan cara
pada bibit, kemudian dipasang pada menghitung jumlah daun yang
sayatan batang utama pada bibit terbentuk yang diamati setiap
dengan menyisipkan entries, dengan dua minggu.
meratakan salah satu sisinya, jika 3. Diameter batang; dilakukan
entries lebih besar dari batang dengan cara mengukur lingkar
bawah. batang hasil penyambungan
pada umur 14 HSP, 28 HSP, 42
3) Pengikatan dan Pembungkusan HSP (Hari Setelah
Melakukan pengikatan dengan Penyambungan (Mertade dan
menggunakan plastik es atau tali Basri, 2011).
rafia, dengan memegang ujung
sambungan serta melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
penyimpulan. penutupan ujung Tinggi Tanaman
sambungan untuk melindungi dari air Hasil pengamatan rata-rata
dan mengurangi penguapan. pertumbuhan tinggi tanaman yang
pada umur 28, dan 42 HSP disajikan
4) Pembukaan Penutup pada Tabel 1. Hasil analisis sidik
Pembukaan penutup akan ragam tinggi tanaman pada umur 28
dilakukan pada saat sambungan dan 42 HSP disajikan pada Tabel 1
berumur 14 hari. Pertama Lampiran 1a dan 1b. Analisis sidik
mengirisan ikatan penutup, ragam menunjukan bahwa
kemudian membuka secara perlakuan waktu penyambungan jam
perlahan dan jangan dulu membuka 06.00-08.00 (W1), waktu
ikatan sambungan agar terjadi penyambungan jam 08.00-10.00
pertautan batang bawah dan batang (W2) dan waktu penyambungan jam
atas yang sempurna. Pembukaan 10.00-12.00 (W3) tidak berpengaruh

37
nyata terhadap parameter tinggi (W2) memberikan tinggi tanaman
tanaman pada umur 28 dan 42 HSP. tertinggi yaitu 9,28 cm (28 HSP) dan
Namun demikian perlakuan waktu 11,43 cm (HSP).
penyambungan jam 08.00-10.00

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 28, dan 42 HSP
Tinggi Tanaman(cm)
Perlakuan
28 HSP 42 HSP
WI 8,95 11,32
W2 9,28 11,43
W3 8,52 11,23

Jumlah Daun 08.00-10.00 (W2) dan waktu


Hasil pengamatan rata-rata penyambungan jam 10.00-12.00
jumlah daun pada umur 28, dan 42 (W3) tidak berpengaruh nyata
HSP disajikan pada Tabel 2. terhadap parameter tinggi tanaman
Hasil analisis sidik ragam tinggi pada umur 28 dan 42 HSP. Namun
tanaman pada umur 28 dan 42 HSP demikian perlakuan waktu
disajikan pada Tabel Lampiran 1a penyambungan jam 10.00-12.00
dan 1b. Analisis sidik ragam (W3) memberikan jumlah daun
menunjukan bahwa perlakuan waktu terbanyak yaitu 10,19 cm (28 HSP)
penyambungan jam 06.00-08.00 dan 18,90 cm (HSP).
(W1), waktu penyambungan jam

Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun (helai) pada Umur 28 dan 42 HSP


Jumlah Daun
Perlakuan
28 HSP 42 HSP
WI 8,76 17,47
W2 8,52 17,81
W3 10,19 18,9

Diameter Batang penyambungan jam 08.00-10.00


Hasil pengamatan rata-rata (W2) dan waktu penyambungan jam
diameter batang pada umur 28, dan 10.00-12.00 (W3) tidak
42 HSP disajikan pada Tabel 3. berpengaruh nyata terhadap
Hasil analisis sidik ragam parameter diameter batang entris
diameter batang pada umur 28 dan pada umur 28 HSP dan 42HSP.
42 HSP disajikan pada Tabel Namun demikian perlakuan waktu
Lampiran 3a dan 3b. Analisis sidik penyambungan jam 10.00-12.00
ragam menunjukan bahwa (W3) memberikan diameter batang
perlakuan waktu penyambungan jam entris terbesar yaitu 0,44 cm (28
06.00-08.00 (W1), waktu HSP) dan 0,6 cm (HSP).

38
Tabel 3. Rata-Rata Diameter Batang pada Umur 28 dan 42 HSP
Diameter Batang
Perlakuan
28 HSP 42 HSP
WI 0,38 0,54
W2 0,39 0,54
W3 0,44 0,60

Hasil menunjukan bahwa Guna mendukung pembelahan


perlakuan waktu penyambungan dan pembesaran sel kambium pada
tidak berpengaruh nyata pada jaringan (batang bawah) yang
parameter tinggi tanaman, jumlah terluka, maka dibutuhkan energi baik
daun dan diameter batang. dalam bentuk nutrisi (hara) maupun
Terjadinya penyatuan jaringan senyawa-senyawa biokimia seperti
antara batang bawah dan batang karbohidrat, protein dan fitohormon
atas atau entris pada bibit alpukat (Tirtawinata, 2003). Senyawa-
sangat tergantung pada percepatan senyawa biokimia tersebut
terjadinya pembentukan kalus mengalami hidrolisis saat jaringan
sehingga penyatuan jaringan terjadi tanaman mengalami pelukaan.
dengan cepat. Aktivitas sel-sel pada bagian
Tirtawinata (2003) menjelaskan tersebut juga sangat dipengaruhi
bahwa proses pertautan pada oleh faktor lingkungan. Sesuai hasil
bagian tanaman yang disambung yang diamati, bahwa suhu sangat
diawali oleh respons sel atau mempengaruhi keberhasilan dalam
jaringan pada bagian yang terluka. penyambungan dimana suhu sangat
Pengirisan pada jaringan tanaman mempengaruhi proses kehilangan
yang menyebabkan sejumlah sel-sel air dan ketersediaan air dalam
parenchyma pada mata sambungan jaringan tanaman yang dapat
dan batang bawah mengalami mempengaruhi kambium entris yang
kerusakan. Sel-sel yang rusak disambung. Menurut Lakitan B.
tersebut selanjunya membentuk (1993).
jaringan Necrotic. Jaringan necrotic Pertumbuhan tunas
tersebut bertindak sebagai lapisan menunjukan bahwa terjadi
isolasi dan merupakan reaksi pertambahan daun pada entris hasil
jaringan tanaman untuk menghindari penyambungan. Walaupun demikian
masuknya sumber kontaminan atau pertumbuhan tersebut tidak
infeksi mikroorganisme. Sel-sel lain berpengaruh nyata pada tinggi
(sel hidup) yang terletak di bawah tanaman dan jumlah daun. Haryono
sel necrotic akan mengalami (2001) menjelaskan bahwa tunas
hypertrophy, yaitu pembelahan dan merupakan sintesis zat pengatur
pembesaran sel hingga melewati tumbuh (terutama Auksin) dan zat
ukuran normal dan disusul dengan pengatur tumbuh tersebut
hyperlasia atau pembelahan sel menstimulasi pembelahan,
dalam jumlah banyak hingga pembesaran dan pemanjangan sel-
membentuk jaringan penutup luka. sel pada ujung pucuk (tunas)

39
sehingga akan mempengaruhi (Persea gratisma Geartah).
pemanjangan tunas pada tanaman. Badan Perencanaan
Walaupun demikian perlakuan waktu Pembangunan Nasional,
penyambungan jam 10.00-12.00 Jakarta.
memberikan jumlah daun terbanyak BPS. 2015. Perkiraan Permintaan
dan diameter batang terbesar. Buah di Indonesia Sampai
Dengan Tahun 2015.
KESIMPULAN Budiana, N.S. 2013. Buah Ajaib
Tumpas Penyakit. Penyebar
Kesimpulan Swadaya. Jakarta
Berdasarkan hasil maka dapat Jumin, H.B. 2008. Dasar-dasar
disimpukan sebagai berikut : Agronomi. Edisi Revisi. PT
1. Perlakuan waktu penyambungan Raja Grafindo Persada.
entris tidak berpengaruh nyata Jakarta
pada parameter pengamatan Kemal, Prihatman. 2000.
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun Alpukat/alvocado. Sistem
dan diameter batang informasi Manajemen
2. Perlakuan waktu penyambungan Pembangunan di Perdesaan
waktu penyambungan jam 08.00 - BAPPENAS. Jakarta
10.00 memberikan hasil tinggi Kemas Ali. 2005. Perancangan
tanaman lebih baik dibandingkan Percobaan PT Raja Grafindo
dengan perlakuan lainnya Persada Jakarta.
3. Perlakuan waktu penyambungan Lakitan, B. 2001. Fisiologi
jam 10.00-12.00 memberikan Pertumbuhan dan
hasil jumlah daun terbanyak dan Perkembangan Tanaman. PT
diameter batang lebih besar RajaGrafindo Persada.
dibandingkan dengan perlakuan Jakarta.
lainnya. Mertade, H dan Basri 2. 2011.
Pengaruh Diameter Pangkal
Saran Daun Pada Entris Terhadap
Berdasarkan hasil perlakuan Pertumbuhan Tunas Kakao.
waktu penyambungan entris tidak Mediun Litbang Sulteng IV (1)
berpengaruh nyata pada parameter 01-07 Juni.
pengamatan, maka waktu Rahmawati, R. 2010. Khasiat dan
penyambungan dapat dilakukan cara olah Alpukat. Pustaka
pada pagi hari hingga siang hari. Baru Press, Jogjakarta.
Haryono 2001. Zat Pengatur
DAFTAR PUSTAKA Tumbuh Dalam Pertanian.
Yayasan Bina Fakultas
Badan Pusat Statistik. 2011. Pertanian. Gadjah Mada
Produktivitas Tanaman University Press. Yogyakarta.
Buah . BPS, Jakarta. Tirtawinata, M.R., 2003. Kajian
BAPPENAS. 2000. Alpukat/Alvokat Anatomi dan Fisiologi
(persea americana Mill)/ Sambungan Bibit Manggis

40
dengan Beberapa Anggota
Kerabat Cluciaceae. Program
Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Widyastuti, Y.E dan F.B. Paimin.
1993. Mengenal Buah unggul
Indonesia. Penebar Swadaya.
Jakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai