Anda di halaman 1dari 5

TEKNIK PERBANYAKAN TUMBUHAN PALIASA (Kleinhovia hospita L) DENGAN METODE VEGETATIF DAN

PERBANYAK TUMBUHAN KLUWEK (Pangium edule Reinw) DENGAN METODE GENERATIF SEBAGAI
UPAYA KONSERVASI TUMBUHAN
(Propagation of Kluwek (Pangium edule Reinw.) with Generatif Technique and Paliasa (Kleinhovia hospita L.) with
Vegetatif Technique)
Alkindi Ramadhani1(E31430066)
1
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor
alkindirm@gmail.com
Abstark
Perbanyakan tumbuhan adalah proses membuat tumbuhan baru dari pada bagian tumbuhan untuk mencapai
pertambahan jumlah, menjaga sifat-sifat penting dari tumbuhan serta untuk kelestarian jenisnya. Terdapat dua jenis
perbanyakan yaitu perbanyak generatif yaitu pada biji kluwek (Pangium edule Reinw) dan perbanyakan vegetatif yaitu
dengan stek batang pada tumbuhan Paliasa (Kleinhovia hospita L). Persentase pertumbuhan pada kedua teknik
perbanyakan tersebut yaitu 0%. Hal tersebut dikarenakan faktor genetik dan faktor lingkungan. Pada biji kluwek tidak
terlihat pertumbuhan perkecambahan maupun akar karena sifat biji yang keras, sehingga perlu adanya dormansi. Pada
tumbuhan paliasa tidak terlihat pertumbuhan tunas dan bahkan terlihat pembususkan pada ujung batang stek, hal tersebut
kemungkinan dikarenakan media tanah yang lembab serta pengaruh besar-kecilnya diameter batang.
Kata Kunci : Faktor pertumbuhan, Perbanyakan generatif, Perbanyakan tanaman, Perbanyakan vegetatif.
PENDAHULUAN
Perbanyakan tumbuhan (Plant propagation) merupakan proses menciptakan tumbuhan baru dari bagian
tumbuhan tertentu untuk mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tumbuhan serta untuk
kelestarian jenisnya. Kegiatan perbanyakan tumbuhan dilakukan baik untuk penelitian maupun program penanaman
secara luas. Hal tersebut dapat dilihat dari sifat perkembangbiakannya yaitu peranan tumbuhan berkembangbiak secara
seksual atau generatif dan aseksual atau vegetatif. Perbanyakan secara generatif merupakan perbanyak tumbuhan paling
mudah dilakukan secara masal dan biaya murah yaitu melalui biji. Melibatkan organ organ tumbuhan berupa biji yang
merupakan bagian tumbuhan yang terbentuk stelah terjadinya proses fertilisasi. Perbanyakan tumbuhan secara vegetatif
merupakan penanaman dengan memanfaatkan bagian bagian tumbuhan seperti batang, daun, ranting, cabang dan akar.
Contoh perbanyakan tumbuhan secara vegetatif adalah setek, cangkok, dan merunduk (Wiryanta 2003).
Teknik perbanyakan tumbuhan secara vegatatif dilakukan pada tumbuhan paliasa (Kleinhovia hospita L). Paliasa
merupakan salah satu jenis tumbuhan dari family Malvaceae yang tersebar di seluruh asia tenggara pada hutan hujan
tropis. Mungkin Nama Paliasa kurang dikenal masyarakat sebagai obat Herbal. Di daerah Jawa dan Bali, Kayu Paliasa
sering dipakai untuk warangka pusaka keris. Daun paliasa sudah lama dikenal oleh masyarakat Sulawesi khususnya
makasar sebagai obat tradisional yang manjur untuk menyembuhkan penyakit Liver alias penyakit kuning (hepatitis).
(Yasi 1996)
Teknik perbanyakan tumbuhan secara generatif dilakukan pada tumbuhan kluwek (Pangium edule Reinw),
tumbuhan Kluwek biasa dimanfaatkan masyarakat dengan cara mengambil dari pohon yang tumbuh dari tempat yang
terletak kurang lebih 1000 meter di atas permukaan laut. Pohon dari setiap satuannya kurang lebih tingginya 40 meter dan
diameter batangnya 2,5 meter. Tanaman ini merupakan khas vegetasi dari Indonesia. Jika ada di negara lain berarti sudah
di ekspor. Pohon kluwek ternyata memiliki berbagai manfaat yang telah digunakan oleh kebanyakan orang. Beberapa
manfaatnya adalah kayunya digunakan untuk membuat batang korek api, Daunnya sebagai obat cacing, bijinya sebagai
antiseptik, bijinya dihaluskan dapat menghilangkan kutu pada kerbau, biji kluwek dapat dibuat minyak sebagai pengganti
minyak kelapa, dan untuk kolesterol.(Heriyanto 2008)
Melihat manfaat yang dapat diperoleh, teknik perbanyakan tersebut diterapkan upaya konservasi bagi
pemanfaatan yang belebihan oleh masyarakat. Keuntungan yang diperoleh dari teknik perbanyak tersebut yaitu biaya
lebih murah dengan penggunaan lahan yang hemat, untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka perlu adanya
tinjauan mengenai teknik perbanyakan tersebut agar terhindar dari tingkat keberhasilan yang rendah dengan cara
mempelajari teknik perbanyakan tumbuhan secara vegetatif dan generatif serta faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilannya.
METODE PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan Obat, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor, Dramaga. Pelaksanaan dimulai pada tanggal 13-29 November 2016. Bahan yang digunkan adalah tumbuhan
Paliasa (Kleinhovia hospita L) dan biji kluwek (Pangium edule Reinw), media tanah, pasir dan kompos dengan
perbandingan 2 :1 :1, polibag 10 x 20 dan zat perangsang Rootone F. Sedangkan alat yang digunakan yaitu gunting, golok
dan bak. Pelaksanaan perbanyakan tumbuhan Kluwek (Pelthoporum pterocarpum Backer) untuk perbanyakan generatif
dan Paliasa untuk perbanyakan vegetatif adalah sebagai berikut:
a. Perbanyakan Generatif
1. Pembuatan media tanam tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1dan dimasukan kedalam bak.
2. Basahi media dengan air bersih.

3. Pengunduhan biji kluwek.


4. Penanaman ke dalam media.
b. Perbanyakan Vegetatif
1. Pembuatan media tanam tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1 dan dimasukan kedalam bak.
2. Basahi media dengan air bersih.
3. Pengunduhan batang paliasa dari indukan sepanjang 10 - 15cm dengan diameter 0,5 cm - 1 cm. di ambil dari
bagian tengah cabang, kira-kira 0,5 cm dibawah mata tunas yang paling bawah dan 1 cm dari mata tunas paling
atas. Pada bagian pangkal dipotong runcing.
4. Cuci batang dengan air besih kemudian masukan ke dalam Rootone-F selama 5-10 detik
5. Masukan pangkal stek ke dalam media tanam.
Semua bak perkembangan vegetatif dan generatif disimpan di dalam rumah kaca untuk menjaga kondisi mikro dan
disiram setiap hari. Pengamatan dilakukan 3 hari sekali, kemudian pada setiap pengamatan dilakukan penyiraman. Mata
tunas yang muncul pada ruas batang dan biji yang berkecambah.
Data dianalisis dengan melihat tingkat keberhasilan munculnya tunas atau munculnya biji yang berkecambah, dengan
menghitung presentse keberhasilan setiap perbanyakan, dengan menggunakan rumus :

Kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan pertumbuhan tumbuhan tersebut secara vegetatif dan geneatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan perbanyakan tumbuhan kluwek dengan teknik generatif dan tumbuhan paliasa dengan teknik
vegetatif dilakukan pengamatan setiap 3 hari seklai selama 2 minggu. Terdapat presentase keberhasilan sebesar 0 %,
karena selama pengamatan tidak terdapat individu yang mengalami pertumbuhuan tunas pada paliasa maupun tumbuhnya
kecambah pada kluwek.
= 0%
= 0%
Tabel 1 Hasil pengamatan perbanayakn tumbuhan kluwek dan paliasa
Waktu pengamatan
Individu
Teknik
kePerbanyakan
1
2
3

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
tunas

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Tidak
tampak
tumbuh
kecambah

Vegetatif (stek
batang)

Generatif (Biji)

2
Tabel 1 menunjukan bahwa baik tumbuhan kluwek maupun paliasa tidak mengalami pertumbuhan. Hal tersebut
dapat dilihat pada stek batang tidak tampak tumbuhnyan tunas pada batang tumbuhan paliasa dan kluwek tidak
menunjukan adanya pertumbuhan kecambah.
Pembahasan
Paliasa (Kleinhovia hospita L) dan kluwek (Pangium edule Reinw)
Paliasa (Kleinhovia hospita L) merupakan tumbuhan dari family Malvaceae. Ciri - cirinya pohon berbelukar,
selalu hijau, dengan mahkota membulat dan taburan bunga yang tegak dan buah berwarna pink. Pohonnya bisa mencapai
ketinggian 25m. Daun tunggal, berseling, membundar telur sampai menjantung, gundul di kedua permukaan. Perbungaan

malai terminal, renggang muncul dari mahkota; bunga lebar sekitar 5 mm, pink muda, daun kelopak memita melanset,
daun mahkota kuning. Buah kapsul berselaput yang membulat, merekah pada rongganya, masing-masing rongga berbiji
1-2. Biji membulat, keputihan. Pohon ini biasa juga tumbuh disekitar pantai, danau dan sungai. Di daerah Jawa dan Bali,
Kayu Paliasa sering dipakai untuk warangka pusaka keris. Daun paliasa sudah lama dikenal oleh masyarakat Sulawesi
khususnya makasar sebagai obat tradisional yang manjur untuk menyembuhkan penyakit Liver alias penyakit kuning
(hepatitis). (Yasi 1996)
Kluwek (Pangium edule Reinw) merupakan tumbuhan dari famili Achariaceae. tumbuhan Kluwek biasa
dimanfaatkan masyarakat dengan cara mengambil dari pohon yang tumbuh dari tempat yang terletak kurang lebih 1000
meter di atas permukaan laut. Pohon dari setiap satuannya kurang lebih tingginya 40 meter dan diameter batangnya 2,5
meter. Tanaman ini merupakan khas vegetasi dari Indonesia. Jika ada di negara lain berarti sudah di ekspor. Pohon
kluwek ternyata memiliki berbagai manfaat yang telah digunakan oleh kebanyakan orang. Beberapa manfaatnya adalah
kayunya digunakan untuk membuat batang korek api, Daunnya sebagai obat cacing, bijinya sebagai antiseptik, bijinya
dihaluskan dapat menghilangkan kutu pada kerbau, biji kluwek dapat dibuat minyak sebagai pengganti minyak kelapa,
dan untuk kolesterol.(Heriyanto 2008)
Perbedaan Perkembangan Vegetatif dan Generatif
Perbanyakan tanaman merupakan suatu usaha untuk memperbanyak individu tumbuhan.Hal ini sangat
bermanfaat terlebih bagi tumbuhan langka dan tumbuhan yang memiliki tingkat konsumsi tinggi salah satunya tanaman
komersial dari jenis Kleinhovia hospita dan Pangium edule. Perbanyakan tumbuhan salah satunya dapat dilakukan dengan
metode perbanyakan vegetatif dan generatif.
Perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman dari bahan yang berasal dari biji, dapat dilakukan dengan
mudah dan murah apabila biji pohon tesedia banyak. Tingkat kemudahan penanganan benih sangat ditentukan oleh
karakteristik fisiologi biji dari setiap jenis pohon. Perbanyakan generatif ditandai dengan perkecambahan. Perkecambahan
merupakan proses fisiologis pada tahap awal pertumbuhan benih, dengan kembali aktifnya pertumbuhan embrio
ditunjukan oleh munculnya radicula yang menembusdari benih (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2004).
Perbanyakan vegetatif adalah proses pembiakan tanaman tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dengan sel kelamin
betina. Bagian-bagian tanaman yang biasa digunakan adalah batang, cabang, akar daun dan pucuk (Rochiman dan
Harjadi, 1973). Stek merupakan cara pembiakan yang banyak diguanakan dalam pertanian, dengan bagian- bagian
vegetatif yang dipisahkan dari induknya. Keuntungan pada teknik ini yaitu apabila stek berkembang baik dapat menjadi
suatu tanaman yang sempurna dengan sifat yang sama dengan pohon induk dimana stek vegetatif diambil (Soerianegara
dan Djamhuri, 1979). Stek dapat dibedakan menurut bagian tanaman yang diambil sebagai bahan stek, yaitu stek akar,
stek batang, stek daun dan stek bentuk-bentuk khusus seperti stek akar tunggal.
Perbanyakan Generatif kluwek (Pangium edule Reinw)
Pada tumbuhan kluwek dilakukan perbanyakan generatif, dengan menanam biji kluwek ke media tanaman. Dilihat
dari hasil pengamatan selama dua minggu pada kedua biji tidak terlihat tumbuhnya akar atau perkecambahan yang
muncul pada permukaan tanah atau memilik persentase pertumbuhan individu sebesar 0 %. Hal ini dikarenakan sifat biji
kluwek yang keras. Pada sistem silvikultur dijelaskan terdapat 2 kelompok biji, diantaranya biji rekalsiltan dan biji
ortodoks. Biji relaksitran adalah biji yang berkulit lunak, kandungan air tinggi, tidak dapat disimpan dalam waktu yang
lama. Sedangkan biji ortodoks adalah biji dengan kulit keras, kandungan air rendah dan dapat disimpan lama (harus ada
perlakuan untuk memechkan dormansi biji). Biji kluwek termasuk pada kelompok biji ortodoks sehingga penanaman
harus dilakukan perlakukan untuk memecahkan dormansi didukung adanya pernyataan menurut Scdmidt (2000) sering
ditemukan pada suku Caesalpiniaceae, Fabaceae dan mimosaceae. Biji yang mempunyai kulit keras memiliki
pertumbuhan perkecambahan biji yang umumnya terhambat (Handayani et al.2006 dalam Kristiati 2008) karena mayortas
biji bersifat impermeabel terhadap air sehingga berada dalam kondisi dorman. Sedangkan pada saat penanaman biji
tersebut langsung ditanam tanpa adanya perlakukan untuk memecahkan dormansi. Biji dalam kondisi dorman dapat
dipecahkan dengan cara dilakukannnya perlakukan sebelum penanaman, dengan cara mekanis, fisik maupun kimia,
diantranya perendaman dengan air, perendaman dengan GA3, penyimpanan biji pada suhu rendah, penguoasan kulit biji
(Cahyati 2009). Selain itu juga terdapat karena faktor media tanaman. Teramati bahwa media yang digunakan
mengandung banyak air baik dari faktor pada saat penyiraman maupun karena kondisi penanaman yang hujan yang
berpengaruh langsung pada perkecambahan yang memerlukan oksigen, pelepasan CO2, air serta energi panas yang
meningkat (Sutopo 2002).
Perbanyakan Vegetatif Paliasa (Kleinhovia hospita L)
Perbanyakan paliasa dilakukan dengan perbanyakn vegetatif, menanam bagian batang ke media tanaman atau
dengan cara stek batang. Stek batang dipilih karena stek batang lebih mudah membentuk bagian-bagian vegetatif yang
lain dan tumbuh menjadi individu yang sempurna. Pada tabel 1 terlihat bahwa semua sampel batang paliasa yang ditanam
tidak tumbuh tunas maupun akar bahkan jika diamati lebih seksama ujung batang yang di stek mengalami browning atau
pembusukan. Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya media terlalu lembab sama pada media
tanaman untuk perbanyakan generatif sehingga menyebabkan busuk pada stek (Wirarti 2005). Persentase yang didapatkan
pada perbanyak vegetatif sama seperti pada perbanyakan generatif yaitu 0 %. Menurut Hayati 2012 terdapat faktor yang
mempengaruhi faktor setek diantaranya faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik dapat bersifat

menguntungkan apabila indukan yang diambil memiliki kualitas yang bagus, karena pada teknik stek atau perbanyakan
vegetatif biasanya mempunyai persamaan sifat dengan induknya dari ketahanan terhadap hama penyakit serta diperoleh
tanaman yang sempurna yang telah mempunyai akar, batang dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu tingka
perkembangan jaringan tanaman, umur tanaman dan kandungan zat tumbuh mempegaruhi kemampuan stek membentuk
akar. Sedangkan pada faktor lingkungan dilihat pada media tumbuh dengan perbandingan yang cukup serta penggunan
pasir sangat baik untuk perbaikan sifat fisik tanah terutama tanah liat. Penggunaan campuran media tanam antara pasir,
tanah, dan pupuk kandang dan sekam dapat mempengaruhi pertumbuhan setek tanaman (Prihandana 2006). Pada
perbanyakan stek batang menurut Rochiman (1973) dipengaruhi oleh ukuran diameter stek batang dengan kelas diameter
orter IV yaitu (0,78-0,94 cm) dan V (0,95-1,11 cm), serta perawatan baik dari pertambahan pupuk maupun zat pengatur
tumbuhan. Pengaruh pemberian dosis Rootone-F pada stek batang juga mempengaruhi pertumbuhan tunas dan akar untuk
mencapai presentase maksimal.
SIMPULAN
Teknik perbanyakan tumbuhan dapat dilakukan dengan cara perbanyakan vegtatif yang dilakukan pada sumber
atau bagain tertentu sebagai bibit dan perbanyakan generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Keduanya dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Pada biji kluwek perlu adanya pematahan dormansi untuk mempermudah
pertumbuhan kecambah dan pada stek batang perlu dilakukan penentuan besar dan kecilnya batang serta dosis zat
penambah tumbuh agar tidak terjadi pembususkan. Pembusukan juga dipengaruhi oleh media tanaman yang terlalu basah
baik pada penanaman biji ataupun penanaman stek batang sehingga mempengruhi resprasi pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anggana, Alvian Febry. 2011. Kajian etnobotani masyarakat di sekitar taman nasional gunung merapi. [Skripsi]. Bogor
(ID) : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB.
Cahyati, Eka. 2009. Pengaruh perlakukan pemecahan dormansi benih pada perkecambahan kopo arabika klon USDA
(Coffea arabica). Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Danarto, S Agung. 2013. Keragaman dan potensi koleksi polong-polong (Fabaceae) di kebun raya purwodadi LIPI.
Seminar Nasional X pendidikan Bilogi FKIP UNS. Hal : 18-181
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2004. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih. Jakarta (ID):
Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Hayati, Erita; Sabarudin, Rahmawati. 2012. Pengaruh jumlah mata tunas dan komposisi media tanam terhadap
pertumbuhan setek tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L). Jurnal Agrista. Vol. 16 (3) : 129-134
Heriyanto N.M. 2008. Ekologi pohon kluwak/pakem (Pangiumedule Reinw.) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa
Timur. Buletin PlasmaNutfah 14(1) : 33-42.
Hidayat A, Hendalastuti H, Nurohman E. 2007. Pengaruh ukuran diameter stek batang Hopea odorata Roxb. Dari kebun
pangkas terhadap kemampuan bertunas, berakar, dan daya hidupnya. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok.
Vol 4 (1): 1-12.
Kristiati, E; Putri Winda U. 2008. Dormansi pada biji kedawung (Parkia javanica (Lam.) Merr) : pengaruh skarifikasi dan
aplikasi stimulan kimiawi terhadap perkecambahan biji. Buletin Kebun Raya Indonesia. Vol 11(1) : 16-22
Prihandana, R dan Hendroko, R. 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar. Jakarta : AgroMedia Pustaka
Qomah, Isti. 2015. Identifikasi tumbuhan berbiji (Spermatophyta) di lingkungan kampus universitas jember dan
pemanfaatannya sebagai booklet. [Skripsi]. Jember (ID) : Program Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Rochiman, K dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Dept. Agron, Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Hal 76.
Schmidt, L. 2000. Guide Handling Tropical and Subtropical Forest seed. Danida Forest Seed Center. University of
Copenhagen, 532 pp.
Soerianegara, I. dan E. Djamhuri. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Hal 82.
Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1994. Plant resources of south-east Asia No 5(1). Timber Trees: Major commercial
timbers. Bogor(ID) : Prosea Foundation.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Steenis c, Hoed ,D. 2013. Flora untuk Sekolah Indonesia. Jakarta (ID): PT Pradnya Paramita.
Wirarti, N. 2005.Pengaruh Cara Pemberian Rootone-F dan Jenis Stek Terhadap Induksi Akar Stek Gmelina (Gmelina
arborea Linn). [Skripsi]. Bogor (ID) : Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian
IPB.
Wiryanta W, Rahardja C P. 2003. Aneka Cara Perbanyakan Tumbuhan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Yasi Husadha. 1996. Fisiologi dan Pemeriksaan Biokimiawi hati. Depok (ID): Balai Penerbit FKUI, 244-27.

LAMPIRAN

Gambar 1 Pengamatan pertama

Gambar 2 Pengamatan ulangan ke -2

Gambar 1 Pengamatan ke -4

Gambar 3 Pengamatan ulangan ke-3

Gambar 1 Pengamatan ke -5

Anda mungkin juga menyukai