Kultur jaringan sering disebut juga dengan tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekolompok sel yang memepunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan adalah metode untuk menginokulasi bagian dari tanaman, seperti sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman yang lengkap (Hartman et al, 2002). Penyediaan bibit dengan teknik kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman yang seragam, baik dari bentuk maupun umur tanaman, dan juga dapat dihasilkan bibit yang bebas patogen (George dan Sherrington, 1984). Tanaman dari hasil kultur in Vitro harus melalui tahapan aklimatisasi, karena tahapan ini merupakan suatu hal penting agar tanaman yang sebelumnya tumbuh didalam botol kultur dengan suplai media yang lengkap untuk dapat hidup secara mandiri dan berfotosintesis pada kondisi internal. Dalam hal ini aklimatisasi dilakukan pada tanaman anggrek. Tanaman yang hidup dalam botol kultur akan tumbuh dengan subur karene kebutuhan nutrisi yang tercukupi dan kondisi lingkungan yang sesuai. Aklimatisasi dibutuhkan untuk memindahkan anggrek dari kondisi lingkungan yang steril dipindahkan pada kondisi lingkungan yang sebenarnya (lingkungan eksternal). Setelah proses aklimatisasia anggrek berhasil dilakukan langkah selanjutnya adalah usaha peningkatan anggrek secara kualitas dapat dilakukan dengan usaha perbaikan genetika memalui persilangan, sedangkan kultur in Vitro merupakan perbanyakan peningkatan secara kuantitas dengan menambah jumlah anakan yang relatif lebih singkat di lakukan. Oleh karena itu, pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi berbunga tinggi dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman ligkungan. Pada tanaman anggrek persilangan ditunjukkan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertesktur tebal sehingga dapat tahan lama sehingga bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi (Hartati, 2005) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan bebrapa masalah sebagi berikut: 1. Bagaimana cara dan teknik aklimatisasi anggrek? 2. Bagaimana cara dan teknik penyilangan anggrek? 1.3 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui cara dan teknik aklimatisasi anggrek. 2. Mengetahui cara dan teknik penyilangan anggrek. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Anggrek
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman varietas dan jenis tanaman holikultura antara lain tanaman anggrek (Ramadiana et al, 2008). Anggrek merupakan tanaman hias yang banyak disenangi oleh masyarakat luas, selain memiliki bunga yang menarik anggrek memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat menarik banyak peminat. Produksi anggrek terutama anggrek bulan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti Thailand, Taiwan, Singapura dan Australia (Purwati, 2012). + Klasifikasi anggrek bulan.. 2.2 Aklimatisasi Anggrek Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan (In-vitro) yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi. Aklimatisasi juga merupakan proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakuakan secara ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi benih yang siap ditanamn di lapangan (Yusnita, 2004). Selain itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman hetetrop ke tanaman autotrop (Kartikasari, 2009). Masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau planlet yang diregerasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang menguntungkan, seperti lapisan lilin (kutikula tidak berkembang dengan baik, kurangnya lignifikasi batang, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang dan stomata sering kali tidak berfungsi (tidak menutup ketika penguapan tinggi). Keadaan itu menyebabkan pucuk-pucuk in vitro sangat peka terhadap transpirasi, serangan cendawan dan bakteri, cahaya dengan intensitas tinggi dan suhu tinggi. Oleh karena itu, aklimatisasi pucuk-pucuk in vitro memerlukan penanganan khusus, bahkan diperlukan modifikasi terhadap kondisi lingkungan terutama dalam kaitannya dengan suhu, kelembapan dan intensitas cahaya. Disamping itu, medium tumbuh pun memiliki peranan yang khususnya bila pucuk-pucuk mikro yang diaklimatisasikan belum membentuk sistem perakaran yang baik (Hartanti dkk, 2014). 2.3 Penyilangan Anggrek Penyilangan adalah taknikk penyerbukan bunga dengan meletakkan pollen (serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Pada tanaman anggrek biasanya dilakukan oleh serangga atau dengan bantuan manusia, dalam arti penyilangan terkendali. Beberapa anggrek dijumpai memiliki sifat cleistogamousi(penyerbukan sendiri).penyilangan dapat dilakukan pada beberapa genus yang mudah mengadakan persilangan antargenus, namun persilangan tersebut hanya terjadi dalam kelompok tanaman yang memiliki kemiripan sifat dan karakter (Davidson, 1994). Persilangan anggrek untuk medapatkan varietas baru tidak saja hanya dilakukan pada anggrek alam atau spesies, tetapi juga banyak dilakukan pada anggrek hibrid. Anggrek hibrid unggul biasanya telah memiliki karakter- karakter lebih unggul sehingga akan menghasilkan karakter yang lebih baik dan beragam pada keturunannya. Menurut Davidson (1994), persilangan yang dilakukan beberapa kali, sifat-sifat yang tidak diharapkan muncul dapat ditekan atau dikurangi. Pemilihan induk jantan dan betina yang akan disilangkan harus mempertimbangkan sifat-sifat kedua induk tersebut, misalnya ukuran bunga, warna dan bentuk bunga yang merupakan sifat dominan, akan muncul kembali pada progeninya. Agar persilangan tidak mengalami kegagalan, dalam memilih induk betina sebaiknya dipilih bunga yang kuntumnya kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai style (tangkai putik) dan ovary (bakal buah) lebih pendek agar pollen tube mudah mencapai embryo sac (kantong embrio) yang terdapat pada bagian bawah ovary (Stubbings, 2006). Pollinia dari bunga yang berukuran kecil jika diserbukkan pada stigma bunga yang berukuran besar biasanya mengalami kegagalan, karena pollen tube tidak dapat mencapai embryo sac sehingga fertilisasi tidak terjadi dan biji tidak terjadi. Bunga dari tanaman yang bersifat triploidi biasanya steril, namun masih dapat dimanfaatkan sebagai induk betina apabila memiliki sifat dominan dalam kerajinan berbunga. Menurut Hee et al (2009) pada proses penyilangan anggrek dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: 1. Melakukan polinasi dan pematangan biji. 2. Penyebaran biji secara in vitro, perkembangan protocorm dan pertumbuhan planlet. 3. Bertumbuhan tanaman muda mennjadi dewasa secara in vivo. 4. Penilaian karakter dan kualitas bunga
Bunga yang telah mengalami polinasi akan mengalami kelayuan pada
perianthium (perhiasan bunga). Zigot yang terbentuk setelah pembuhan (fertilisasi) akan berkembang menjadi embrio di dalam biji. Apabila zigot terbentuk pada saat itu pula dapat disemai atau ditumbuhkan secara in vitro. Waktu terjadinya fertilisasi pada anggrek sangat bervariasi bergantung pada jenis anggrek dan varietasnya, dihitung sejak mulai dilakukan penyerbukan sampai terjadinya pembuahan. Pada anggrek Dendrobium fertilisasi sampai terbentuk buah dapat terjadi 3- 4 bulan (Davidson, 1994). BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian aklimatisasi ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung C9, FMIPA Unesa, sedangkan persilangan bunga anggrek dilakukan di Green House FMIPA Unesa. Penelitian Aklimatisasi ini dilaksanakan pada 5 Maret 2019, sedangkan Persilangan dilaksanakan pada 25 Maret 2019. 3.2 Alat dan Bahan 1. Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. Alat yang digunakan terdiri dari nampan plastik, Pinset panjang, gelas beaker 1 buah, baskom, pot komunitas 1 buah, kantung plastik 1 buah, jarum, dan sprayer. Bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu bibit anggrek Dendrobium sp. dalam botol 1 buah, kertas koran 1 eksemplar, serabut kelapa, moss, dan fungisida 1 liter. 2. Penyilangan Anggrek Dendrobium melintir var. Putih lidah ungu >< Anggrek Dendrobium sp var. Putih lidah ungu Alat yang digunakan terdiri dari tusuk gigi, benang kasur, dan pensil. Bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu tanaman anggrek yang berbunga dan kertas label. A. Prosedur Penelitian 1. Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. a) Bahan dan alat yang akan digunakan seperti serabut kelapa yang telah disisir dan pot direndam dalam larutan fungisida (2 sendok dalam 1 liter) selama ± 2 jam dan diletakkan pada nampan plastik. b) Bibit angggrek Dendrobium sp. yang ada di dalam botol kultur dikeluarkan dengan cara memasukkan air dan mengguncang perlahan sehingga bibit anggrek terpisah dari agar, dengan menggunakan pinset mengambil bibit anggrek satu-persatu pada bagian batang sehingga daun tidak rusak. Plantlet dibersihkan dari medium dan daun maupun akar yang telah rusak di dalam baskom berisi air. c) Plantlet dibersihkan dari sisa-sisa media yang masih menempel pada akar dalam larutan fungisida selama 10-15 menit kemudian ditiriskan dan dikeringkan pada kertas koran. d) Menyiapkan pot komunitas yang diisi mos serta sabut kelapa. Penanaman bibit anggrek dimulai dari tepi menuju tengah dan diatur sesuai jarak tertentu.. e) Menata satu persatu plantet yang bagian akarnya telah dibalut dengan moss dan ditata serapat mungkin. f) Pot komunitas yang berisi bibit anggrek ditutup menggunakan kantung plastik dengan tujuan menjaga kelembapan eksplan dan diaklimatisasi sehingga dapat hidup pada lingkungan biasa. 2. Penyilangan Anggrek Dendrobium melintir var. Putih lidah ungu >< Anggrek Dendrobium sp var. Putih lidah ungu a) Bunga anggrek Anggrek Dendrobium sp var. Putih lidah ungu yang sudah mekar selama ± 4 hari, diambil serbuk sarinya dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian serbuk sarinya diletakkan di putik pada Dendrobium melintir var. Putih lidah ungu. b) Proses penyilangan ini dapat dilakukan pada tanaman sendiri, pada anggrek yang sama jenisnya maupun pada anggrek yang berbeda jenisnya. c) Anggrek yang telah disilangkan diberi label yang ditulis menggunakan pensil atau bolpoin dan label digantung dengan tali kasur pada tangkai bunga, penulisan dilakukan dengan menuliskan jenis anggrek putik berasal kemudian tanda silang dan jenis serbuk sari berasal lalu diberi tanggal persilangan.
♀ Dendrobium melintir var. Putih lidah ungu
>< ♂ Dendrobium sp var. Putih lidah ungu 25 Maret 2019 d) Lakukan pengamatan terhadap bunga yang disilangkan. BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Analisis 4.1.1 Penyilangan Anggrek (Dendrobium sp.) Berdasarkan praktikum penyilangan dua jenis anggrek diperoleh data hasil pengamatan sebagai berikut : Tabel Hasil Penyilangan Anggrek Dendrobium sp var. Indonesia Raya Tanggal Hasil Pengamatan 25 maret 2019 Persilangan 26 Belum terjadi perubahan 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 4.1.2 Aklimatisasi Anggrek Berdasarkan hasil praktikum aklimatisasi bibit anggrek, didapatkan hasil bahwa planlet anggrek Dendrobium sp tumbuh pada media sabut kelapa pada “community pot”. Jumlah planlet yang diaklimatisasi sebanyak 73 planlet dan tumbuh sebanyak 73 planlet. 4.2 Pembahasan 2.4.5 Penyilangan Anggrek (Dendrobium sp.)
Persilangan artinya mengawinkan dua jenis tanaman yang berlainan.
Praktikum penyilangan yang dilakukan menggunakan dua jenis anggrek Dendrobium varietas berbeda. Dendrobium sp. sebagain besar bersifat epifit, namun ada pula yang hidup litofit. Pola pertumbuhan Dendrobium sp. termasuk simpidial yaitu mempunyai pertumbuhan pseudobulb terbatas. Anggrek Dendrobium sp. disukai masyarakat karena rajin berbunga dengan warna dan bentuk yang bervariasi dan menarik (Bechtcl et, al., 1992). Keunggulan anggrek Dendrobium sp dari anggrek lainnya adalah mudah berbunga tanpa memerlukan perlakuan khusus. Anggrek hibrida untuk Dendrobium sp berwarna lembayung muda, putih, kuning keemasan atau kombinasi warna-warna tersebut. Anggrek hibrida Dendrobium sp hasil pemuliann modern memiliki warna kebiruaan, gading atau jingga tua sampe mrah tua. Dendrobium sp dapat juga berbunga beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya panjanng dan dapat dirangkai sebagai bunga potong (Pochooa, 2004)
Anngrek Dendrobium sp adalah satu genus anggrek yang terbesar yang
terdapat di dunia. Diperkirakan anggrek ini terdiri dari 1600 spesies. Bentuk bunga Dendrobium sp memiliki sepal yang bentuknya hampir menyamai segitiga, dasarnya bersatu dengan kaki tugu untuk membentuk taji. Petal biasanya lebih tipis dari sepal, labelum berbelah dan mennurut bentuk bunga inilah maka jenis Dendrobium sp bisa dibedakan dalam beberapa golongan. Temperatur yang di kendaki bagi anggrek Dendrobium sp pada malam hari minimal 15° dan siang hari 25° (Sugeng, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persilangan menurut Puchooa (2004),
yaitu: pemilihan induk yang sehat, yang dicirikan dengan penampilan fisik segar, hijau, tumbuh tegak, kuat dan kokoh, rajin berbunga, warna bunga yang indah, besar ukuran bunganya, jumlah bunga atau tangkai bunganya, bunga tahan lama, bentuk bunga, waktu penyilangan, umur bunga betina, mulut bunga jantan sebagai penghasil pollen, faktor keuletan dan pengalaman penyilangan itu sendiri. Bunga anggrek yang telah mengalami penyerbukan, bagian perhiasan bunga akan layu. Setelah pembuahan, zigot telah terbentuk, pada saat itu pula dapat dikecambahkan atau ditumbuhkan secara in vitro. Waktu terjadi pembuahan sangat bervariasi, bergantung pada jenis dan varietasnya. Pada anggrek Dendrobium sp, pembuahan terjadi 2-2,5 bulan (Withner, 1959).
Berdasarkan pada hasil penyilangan yang dilakukan pada bunga anggrek
dengan sesama Dendrobium sp yaitu bunga tampak layu namun pada bakal buah atau ovary tidak terjadi pembekakan. Hal ini sebuai dengan pernyataan Puspaningtyas et al., (2006) yang menyatakan bahwa ciri-ciri anggrek yang berhasil disilangkan adalah pada beberapa hari kemuadian setelah penyilangan, bunga yang telah diserbuki akan layu. Penyerbukan berhasil apabila bakal buah membengkak dan berkembang menjadi buah. Buah anggrek sebagian besar, masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih tergantung kepada jenis anggrek seperti contohnya pada anggrek Dendrobium sp, anggrek ini akan berbunga selama 3-4 bulan.
2.4.6 Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp
Berdasarkan hasil dan analisis data aklimatisasi dapat diketahui bahwa
anggrek yang disilangkan adalah anggrek dendrobium. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara bertahap supaya tanaman hasil kultur jaringan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Baik suhu, kelembaban, cahaya maupun faktor lainnya akan berbeda dan tanaman hasil kultur jaringan juga memiliki kekurangan dibanding tanaman yang ditanam di lingkungan alami. Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur jaringan memiliki lapisan lilin (kutikula) yang tidak berkembang sempurna dan akar yang belum bisa berfungsi dengan baik. Saat pemindahan tanaman ke kondisi normal atau dalam media pakis, tanah, atau compost, harus dilakukan secara bertahap dan menghindari infeksi dari fungi serta bakteri karena tanaman hasil kultur jaringan belum mampu beradaptasi dengan pathogen-patogen yang biasa ditemukan di lingkungan luar. Pemberian fungisida diperlukan untuk mencegah serangan jamur, pembersihan media secara benar juga mengurangi resiko serangan. Pemindahan pertama dilakukan ke dalam ‘community pot’ yang bisa menampung jumlah bibit yang cukup banyak. Pada tahap awal kelembaban sangat perlu dijaga dan pemberian nutria tambahan bisa dilakukan dengan penyemprotan pupuk daun. Selanjutnya bibit bisa dipindah ke pot-pot individu saat daun dan akar siap untuk mendukung pertumbuhannya. Menurut Sarwono.(2002) ,secara umum prosedur aklimatisasi diuraikan sebagai berikut, plantlet-plantlet yang akan diaklimatisasi dikeluarkan dari botol kultur. Agar-agar yang masih menempel dicuci bersih untuk membuang sumber kontaminasi, Selanjutnya, planlet tersebut ditanam pada medium tanah steril (pasteurisasi) di dalam pot kecil atau pada medium siap pakai pot Jiffy(Jiffy-7 TM) . Pada awalnya , plantlet harus dilindungi dari kerusakan dengan menempatkannya di bawah naungan, tenda berkelembaban tinggi, atau di bawah semprotan embun . dibutuhkan waktu beberapa hari sebelum terbentuk akar –akar baru yang fungsional . Suhu udara diusahakan sama, seperti didalam ruang kultur . Intensitas cahaya merupakan factor yang penting untuk diperhatikan, yaitu 30% dari cahaya lingkungan. Nutrisi yang terdapat di dalam medium tanah pun dapat menjadi factor pembatas pertumbuhan. BAB V SIMPULAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan (In-vitro) yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi. Aklimatisasi juga merupakan proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakuakan secara ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi benih yang siap ditanamn di lapangan. Didukung denagn benberian serabut kelapa dan menutupnya dengan plastik agar tidak berinteraksi secara langsunng dengan lingkungan. Perendaman dengan funggisida juga perlu dilakukan, untuk menghindari terjadinya pembusukan oleh bakteri atau jamur 2. Penyilangan adalah taknikk penyerbukan bunga dengan meletakkan pollen (serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Pada tanaman anggrek biasanya dilakukan oleh serangga atau dengan bantuan manusia, dalam arti penyilangan terkendali. Beberapa anggrek dijumpai memiliki sifat cleistogamousi(penyerbukan sendiri).penyilangan dapat dilakukan pada beberapa genus yang mudah mengadakan persilangan antargenus, namun persilangan tersebut hanya terjadi dalam kelompok tanaman yang memiliki kemiripan sifat dan karakter. Agar persilangan tidak mengalami kegagalan, dalam memilih induk betina sebaiknya dipilih bunga yang kuntumnya kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai style (tangkai putik) dan ovary (bakal buah) lebih pendek agar pollen tube mudah mencapai embryo sac (kantong embrio) yang terdapat pada bagian bawah ovary. 5.2 Saran Dalam melaukan kegiatan praktikum kultur jaringan dipastikan dalam kondisi steril baik praktikan maupun media yang akan digunakan. Selain itu lingkungan sekitar di kondisikan sebaik mungkin dan steril diatur suhu, ph dan kelembapannya. Pada tahap aklimatisasi kondisi lingkungan tidak diperbolehkan terlalu panas, karena akan mengakibatkan tanaman yang di aklimatisasi akan layu. Selain itu dokumentasi perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan kultur jaringan, aklimatisasi dan persilangan berjalan sesuai dengan yang seharusnya.