Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur jaringan sering disebut juga dengan tissue culture. Kultur adalah
budidaya dan jaringan adalah sekolompok sel yang memepunyai bentuk dan
fungsi yang sama. Kultur jaringan adalah metode untuk menginokulasi bagian
dari tanaman, seperti sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta
menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman yang lengkap (Hartman et
al, 2002). Penyediaan bibit dengan teknik kultur jaringan dapat menghasilkan
tanaman yang seragam, baik dari bentuk maupun umur tanaman, dan juga dapat
dihasilkan bibit yang bebas patogen (George dan Sherrington, 1984).
Tanaman dari hasil kultur in Vitro harus melalui tahapan aklimatisasi,
karena tahapan ini merupakan suatu hal penting agar tanaman yang sebelumnya
tumbuh didalam botol kultur dengan suplai media yang lengkap untuk dapat
hidup secara mandiri dan berfotosintesis pada kondisi internal. Dalam hal ini
aklimatisasi dilakukan pada tanaman anggrek. Tanaman yang hidup dalam botol
kultur akan tumbuh dengan subur karene kebutuhan nutrisi yang tercukupi dan
kondisi lingkungan yang sesuai. Aklimatisasi dibutuhkan untuk memindahkan
anggrek dari kondisi lingkungan yang steril dipindahkan pada kondisi
lingkungan yang sebenarnya (lingkungan eksternal).
Setelah proses aklimatisasia anggrek berhasil dilakukan langkah
selanjutnya adalah usaha peningkatan anggrek secara kualitas dapat dilakukan
dengan usaha perbaikan genetika memalui persilangan, sedangkan kultur in
Vitro merupakan perbanyakan peningkatan secara kuantitas dengan menambah
jumlah anakan yang relatif lebih singkat di lakukan. Oleh karena itu, pemuliaan
anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman genetik pada bentuk dan
warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi berbunga tinggi dan tahan
terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman ligkungan. Pada tanaman
anggrek persilangan ditunjukkan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna
dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertesktur tebal sehingga
dapat tahan lama sehingga bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada
kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga
tinggi (Hartati, 2005)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan bebrapa masalah sebagi berikut:
1. Bagaimana cara dan teknik aklimatisasi anggrek?
2. Bagaimana cara dan teknik penyilangan anggrek?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui cara dan teknik aklimatisasi anggrek.
2. Mengetahui cara dan teknik penyilangan anggrek.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Anggrek


Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman varietas dan jenis
tanaman holikultura antara lain tanaman anggrek (Ramadiana et al, 2008).
Anggrek merupakan tanaman hias yang banyak disenangi oleh masyarakat luas,
selain memiliki bunga yang menarik anggrek memiliki nilai jual yang tinggi
sehingga dapat menarik banyak peminat. Produksi anggrek terutama anggrek
bulan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara
lainnya seperti Thailand, Taiwan, Singapura dan Australia (Purwati, 2012).
+ Klasifikasi anggrek bulan..
2.2 Aklimatisasi Anggrek
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur
jaringan (In-vitro) yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada
kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi. Aklimatisasi juga
merupakan proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran
dilakuakan secara ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol,
dengan media tanah atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus
menjadi benih yang siap ditanamn di lapangan (Yusnita, 2004). Selain itu
tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman hetetrop ke tanaman
autotrop (Kartikasari, 2009).
Masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau planlet
yang diregerasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang
menguntungkan, seperti lapisan lilin (kutikula tidak berkembang dengan baik,
kurangnya lignifikasi batang, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang
berkembang dan stomata sering kali tidak berfungsi (tidak menutup ketika
penguapan tinggi). Keadaan itu menyebabkan pucuk-pucuk in vitro sangat peka
terhadap transpirasi, serangan cendawan dan bakteri, cahaya dengan intensitas
tinggi dan suhu tinggi. Oleh karena itu, aklimatisasi pucuk-pucuk in vitro
memerlukan penanganan khusus, bahkan diperlukan modifikasi terhadap kondisi
lingkungan terutama dalam kaitannya dengan suhu, kelembapan dan intensitas
cahaya. Disamping itu, medium tumbuh pun memiliki peranan yang khususnya
bila pucuk-pucuk mikro yang diaklimatisasikan belum membentuk sistem
perakaran yang baik (Hartanti dkk, 2014).
2.3 Penyilangan Anggrek
Penyilangan adalah taknikk penyerbukan bunga dengan meletakkan
pollen (serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Pada tanaman anggrek biasanya
dilakukan oleh serangga atau dengan bantuan manusia, dalam arti penyilangan
terkendali. Beberapa anggrek dijumpai memiliki sifat
cleistogamousi(penyerbukan sendiri).penyilangan dapat dilakukan pada
beberapa genus yang mudah mengadakan persilangan antargenus, namun
persilangan tersebut hanya terjadi dalam kelompok tanaman yang memiliki
kemiripan sifat dan karakter (Davidson, 1994).
Persilangan anggrek untuk medapatkan varietas baru tidak saja hanya
dilakukan pada anggrek alam atau spesies, tetapi juga banyak dilakukan pada
anggrek hibrid. Anggrek hibrid unggul biasanya telah memiliki karakter-
karakter lebih unggul sehingga akan menghasilkan karakter yang lebih baik dan
beragam pada keturunannya. Menurut Davidson (1994), persilangan yang
dilakukan beberapa kali, sifat-sifat yang tidak diharapkan muncul dapat ditekan
atau dikurangi.
Pemilihan induk jantan dan betina yang akan disilangkan harus
mempertimbangkan sifat-sifat kedua induk tersebut, misalnya ukuran bunga,
warna dan bentuk bunga yang merupakan sifat dominan, akan muncul kembali
pada progeninya. Agar persilangan tidak mengalami kegagalan, dalam memilih
induk betina sebaiknya dipilih bunga yang kuntumnya kuat, tidak cepat layu atau
gugur, mempunyai style (tangkai putik) dan ovary (bakal buah) lebih pendek
agar pollen tube mudah mencapai embryo sac (kantong embrio) yang terdapat
pada bagian bawah ovary (Stubbings, 2006). Pollinia dari bunga yang berukuran
kecil jika diserbukkan pada stigma bunga yang berukuran besar biasanya
mengalami kegagalan, karena pollen tube tidak dapat mencapai embryo sac
sehingga fertilisasi tidak terjadi dan biji tidak terjadi. Bunga dari tanaman yang
bersifat triploidi biasanya steril, namun masih dapat dimanfaatkan sebagai induk
betina apabila memiliki sifat dominan dalam kerajinan berbunga.
Menurut Hee et al (2009) pada proses penyilangan anggrek dapat
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:
1. Melakukan polinasi dan pematangan biji.
2. Penyebaran biji secara in vitro, perkembangan protocorm dan
pertumbuhan planlet.
3. Bertumbuhan tanaman muda mennjadi dewasa secara in vivo.
4. Penilaian karakter dan kualitas bunga

Bunga yang telah mengalami polinasi akan mengalami kelayuan pada


perianthium (perhiasan bunga). Zigot yang terbentuk setelah pembuhan
(fertilisasi) akan berkembang menjadi embrio di dalam biji. Apabila zigot
terbentuk pada saat itu pula dapat disemai atau ditumbuhkan secara in vitro.
Waktu terjadinya fertilisasi pada anggrek sangat bervariasi bergantung pada
jenis anggrek dan varietasnya, dihitung sejak mulai dilakukan penyerbukan
sampai terjadinya pembuahan. Pada anggrek Dendrobium fertilisasi sampai
terbentuk buah dapat terjadi 3- 4 bulan (Davidson, 1994).
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian aklimatisasi ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan,
Gedung C9, FMIPA Unesa, sedangkan persilangan bunga anggrek dilakukan di
Green House FMIPA Unesa. Penelitian Aklimatisasi ini dilaksanakan pada 5
Maret 2019, sedangkan Persilangan dilaksanakan pada 25 Maret 2019.
3.2 Alat dan Bahan
1. Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp.
Alat yang digunakan terdiri dari nampan plastik, Pinset panjang,
gelas beaker 1 buah, baskom, pot komunitas 1 buah, kantung plastik 1
buah, jarum, dan sprayer. Bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu
bibit anggrek Dendrobium sp. dalam botol 1 buah, kertas koran 1
eksemplar, serabut kelapa, moss, dan fungisida 1 liter.
2. Penyilangan Anggrek Dendrobium melintir var. Putih lidah ungu ><
Anggrek Dendrobium sp var. Putih lidah ungu
Alat yang digunakan terdiri dari tusuk gigi, benang kasur, dan
pensil. Bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu tanaman anggrek
yang berbunga dan kertas label.
A. Prosedur Penelitian
1. Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp.
a) Bahan dan alat yang akan digunakan seperti serabut kelapa yang
telah disisir dan pot direndam dalam larutan fungisida (2 sendok
dalam 1 liter) selama ± 2 jam dan diletakkan pada nampan
plastik.
b) Bibit angggrek Dendrobium sp. yang ada di dalam botol kultur
dikeluarkan dengan cara memasukkan air dan mengguncang
perlahan sehingga bibit anggrek terpisah dari agar, dengan
menggunakan pinset mengambil bibit anggrek satu-persatu pada
bagian batang sehingga daun tidak rusak. Plantlet dibersihkan
dari medium dan daun maupun akar yang telah rusak di dalam
baskom berisi air.
c) Plantlet dibersihkan dari sisa-sisa media yang masih menempel
pada akar dalam larutan fungisida selama 10-15 menit kemudian
ditiriskan dan dikeringkan pada kertas koran.
d) Menyiapkan pot komunitas yang diisi mos serta sabut kelapa.
Penanaman bibit anggrek dimulai dari tepi menuju tengah dan
diatur sesuai jarak tertentu..
e) Menata satu persatu plantet yang bagian akarnya telah dibalut
dengan moss dan ditata serapat mungkin.
f) Pot komunitas yang berisi bibit anggrek ditutup menggunakan
kantung plastik dengan tujuan menjaga kelembapan eksplan dan
diaklimatisasi sehingga dapat hidup pada lingkungan biasa.
2. Penyilangan Anggrek Dendrobium melintir var. Putih lidah ungu
>< Anggrek Dendrobium sp var. Putih lidah ungu
a) Bunga anggrek Anggrek Dendrobium sp var. Putih lidah ungu
yang sudah mekar selama ± 4 hari, diambil serbuk sarinya
dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian serbuk sarinya
diletakkan di putik pada Dendrobium melintir var. Putih lidah
ungu.
b) Proses penyilangan ini dapat dilakukan pada tanaman sendiri,
pada anggrek yang sama jenisnya maupun pada anggrek yang
berbeda jenisnya.
c) Anggrek yang telah disilangkan diberi label yang ditulis
menggunakan pensil atau bolpoin dan label digantung dengan
tali kasur pada tangkai bunga, penulisan dilakukan dengan
menuliskan jenis anggrek putik berasal kemudian tanda silang
dan jenis serbuk sari berasal lalu diberi tanggal persilangan.

♀ Dendrobium melintir var. Putih lidah ungu


>< ♂ Dendrobium sp var. Putih lidah ungu
25 Maret 2019
d) Lakukan pengamatan terhadap bunga yang disilangkan.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil dan Analisis
4.1.1 Penyilangan Anggrek (Dendrobium sp.)
Berdasarkan praktikum penyilangan dua jenis anggrek diperoleh data hasil
pengamatan sebagai berikut :
Tabel Hasil Penyilangan Anggrek Dendrobium sp var. Indonesia Raya
Tanggal Hasil Pengamatan
25 maret 2019 Persilangan
26 Belum terjadi perubahan
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
4.1.2 Aklimatisasi Anggrek
Berdasarkan hasil praktikum aklimatisasi bibit anggrek, didapatkan hasil
bahwa planlet anggrek Dendrobium sp tumbuh pada media sabut kelapa pada
“community pot”. Jumlah planlet yang diaklimatisasi sebanyak 73 planlet dan
tumbuh sebanyak 73 planlet.
4.2 Pembahasan
2.4.5 Penyilangan Anggrek (Dendrobium sp.)

Persilangan artinya mengawinkan dua jenis tanaman yang berlainan.


Praktikum penyilangan yang dilakukan menggunakan dua jenis anggrek
Dendrobium varietas berbeda. Dendrobium sp. sebagain besar bersifat epifit,
namun ada pula yang hidup litofit. Pola pertumbuhan Dendrobium sp. termasuk
simpidial yaitu mempunyai pertumbuhan pseudobulb terbatas. Anggrek
Dendrobium sp. disukai masyarakat karena rajin berbunga dengan warna dan
bentuk yang bervariasi dan menarik (Bechtcl et, al., 1992). Keunggulan anggrek
Dendrobium sp dari anggrek lainnya adalah mudah berbunga tanpa memerlukan
perlakuan khusus. Anggrek hibrida untuk Dendrobium sp berwarna lembayung
muda, putih, kuning keemasan atau kombinasi warna-warna tersebut. Anggrek
hibrida Dendrobium sp hasil pemuliann modern memiliki warna kebiruaan,
gading atau jingga tua sampe mrah tua. Dendrobium sp dapat juga berbunga
beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya panjanng dan dapat dirangkai
sebagai bunga potong (Pochooa, 2004)

Anngrek Dendrobium sp adalah satu genus anggrek yang terbesar yang


terdapat di dunia. Diperkirakan anggrek ini terdiri dari 1600 spesies. Bentuk
bunga Dendrobium sp memiliki sepal yang bentuknya hampir menyamai segitiga,
dasarnya bersatu dengan kaki tugu untuk membentuk taji. Petal biasanya lebih
tipis dari sepal, labelum berbelah dan mennurut bentuk bunga inilah maka jenis
Dendrobium sp bisa dibedakan dalam beberapa golongan. Temperatur yang di
kendaki bagi anggrek Dendrobium sp pada malam hari minimal 15° dan siang hari
25° (Sugeng, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi persilangan menurut Puchooa (2004),


yaitu: pemilihan induk yang sehat, yang dicirikan dengan penampilan fisik segar,
hijau, tumbuh tegak, kuat dan kokoh, rajin berbunga, warna bunga yang indah,
besar ukuran bunganya, jumlah bunga atau tangkai bunganya, bunga tahan lama,
bentuk bunga, waktu penyilangan, umur bunga betina, mulut bunga jantan sebagai
penghasil pollen, faktor keuletan dan pengalaman penyilangan itu sendiri. Bunga
anggrek yang telah mengalami penyerbukan, bagian perhiasan bunga akan layu.
Setelah pembuahan, zigot telah terbentuk, pada saat itu pula dapat dikecambahkan
atau ditumbuhkan secara in vitro. Waktu terjadi pembuahan sangat bervariasi,
bergantung pada jenis dan varietasnya. Pada anggrek Dendrobium sp, pembuahan
terjadi 2-2,5 bulan (Withner, 1959).

Berdasarkan pada hasil penyilangan yang dilakukan pada bunga anggrek


dengan sesama Dendrobium sp yaitu bunga tampak layu namun pada bakal buah
atau ovary tidak terjadi pembekakan. Hal ini sebuai dengan pernyataan
Puspaningtyas et al., (2006) yang menyatakan bahwa ciri-ciri anggrek yang
berhasil disilangkan adalah pada beberapa hari kemuadian setelah penyilangan,
bunga yang telah diserbuki akan layu. Penyerbukan berhasil apabila bakal buah
membengkak dan berkembang menjadi buah. Buah anggrek sebagian besar,
masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih tergantung kepada jenis
anggrek seperti contohnya pada anggrek Dendrobium sp, anggrek ini akan
berbunga selama 3-4 bulan.

2.4.6 Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp

Berdasarkan hasil dan analisis data aklimatisasi dapat diketahui bahwa


anggrek yang disilangkan adalah anggrek dendrobium. Proses aklimatisasi
dilakukan dengan cara bertahap supaya tanaman hasil kultur jaringan dapat
beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Baik suhu, kelembaban, cahaya
maupun faktor lainnya akan berbeda dan tanaman hasil kultur jaringan juga
memiliki kekurangan dibanding tanaman yang ditanam di lingkungan alami.
Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur jaringan memiliki lapisan lilin
(kutikula) yang tidak berkembang sempurna dan akar yang belum bisa berfungsi
dengan baik. Saat pemindahan tanaman ke kondisi normal atau dalam media
pakis, tanah, atau compost, harus dilakukan secara bertahap dan menghindari
infeksi dari fungi serta bakteri karena tanaman hasil kultur jaringan belum mampu
beradaptasi dengan pathogen-patogen yang biasa ditemukan di lingkungan luar.
Pemberian fungisida diperlukan untuk mencegah serangan jamur, pembersihan
media secara benar juga mengurangi resiko serangan. Pemindahan pertama
dilakukan ke dalam ‘community pot’ yang bisa menampung jumlah bibit yang
cukup banyak. Pada tahap awal kelembaban sangat perlu dijaga dan pemberian
nutria tambahan bisa dilakukan dengan penyemprotan pupuk daun. Selanjutnya
bibit bisa dipindah ke pot-pot individu saat daun dan akar siap untuk mendukung
pertumbuhannya.
Menurut Sarwono.(2002) ,secara umum prosedur aklimatisasi diuraikan
sebagai berikut, plantlet-plantlet yang akan diaklimatisasi dikeluarkan dari botol
kultur. Agar-agar yang masih menempel dicuci bersih untuk membuang sumber
kontaminasi, Selanjutnya, planlet tersebut ditanam pada medium tanah steril
(pasteurisasi) di dalam pot kecil atau pada medium siap pakai pot Jiffy(Jiffy-7 TM) .
Pada awalnya , plantlet harus dilindungi dari kerusakan dengan menempatkannya
di bawah naungan, tenda berkelembaban tinggi, atau di bawah semprotan embun .
dibutuhkan waktu beberapa hari sebelum terbentuk akar –akar baru yang
fungsional . Suhu udara diusahakan sama, seperti didalam ruang kultur . Intensitas
cahaya merupakan factor yang penting untuk diperhatikan, yaitu 30% dari cahaya
lingkungan. Nutrisi yang terdapat di dalam medium tanah pun dapat menjadi
factor pembatas pertumbuhan.
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur
jaringan (In-vitro) yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah
pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi. Aklimatisasi
juga merupakan proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika
pengakaran dilakuakan secara ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di
luar botol, dengan media tanah atau pakis sehingga planlet dapat bertahan
dan terus menjadi benih yang siap ditanamn di lapangan. Didukung denagn
benberian serabut kelapa dan menutupnya dengan plastik agar tidak
berinteraksi secara langsunng dengan lingkungan. Perendaman dengan
funggisida juga perlu dilakukan, untuk menghindari terjadinya pembusukan
oleh bakteri atau jamur
2. Penyilangan adalah taknikk penyerbukan bunga dengan meletakkan pollen
(serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Pada tanaman anggrek biasanya
dilakukan oleh serangga atau dengan bantuan manusia, dalam arti
penyilangan terkendali. Beberapa anggrek dijumpai memiliki sifat
cleistogamousi(penyerbukan sendiri).penyilangan dapat dilakukan pada
beberapa genus yang mudah mengadakan persilangan antargenus, namun
persilangan tersebut hanya terjadi dalam kelompok tanaman yang memiliki
kemiripan sifat dan karakter. Agar persilangan tidak mengalami kegagalan,
dalam memilih induk betina sebaiknya dipilih bunga yang kuntumnya kuat,
tidak cepat layu atau gugur, mempunyai style (tangkai putik) dan ovary
(bakal buah) lebih pendek agar pollen tube mudah mencapai embryo sac
(kantong embrio) yang terdapat pada bagian bawah ovary.
5.2 Saran
Dalam melaukan kegiatan praktikum kultur jaringan dipastikan dalam
kondisi steril baik praktikan maupun media yang akan digunakan. Selain itu
lingkungan sekitar di kondisikan sebaik mungkin dan steril diatur suhu, ph dan
kelembapannya. Pada tahap aklimatisasi kondisi lingkungan tidak
diperbolehkan terlalu panas, karena akan mengakibatkan tanaman yang di
aklimatisasi akan layu. Selain itu dokumentasi perlu dilakukan untuk
mengetahui perkembangan kultur jaringan, aklimatisasi dan persilangan berjalan
sesuai dengan yang seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai