Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang dicapai saat ini telah mendorong kehidupan
manusia ke arah yang lebih majudan modern. Dalam tataran kehidupan yang
demikian, tingkat kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam, termasuk
kebutuhan terhadap produk tanaman hias. Salah satu jenis tanaman hias yang
banyak digemari masyarakat adalah tanaman anggrek Tanaman ini dikenal
sebagai penghasil bunga dengan bentuk, rupa dan warna yang menarik. Selain
sebagai tanaman hias, anggrek juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan
sebagai penghasil obat tradisional (Rukmana dan Mulyana, 1997).
sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan
anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah
tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan
membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-
organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen) membuatnya tahan
menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun
dan udara lembap
Anggrek dendrobium berbatang ganda yang tumbuh ke samping dari
rhizome yang menjalar ke medium tempat tumbuh. Pada ruas-ruas rhizome
atau pangkal batang terdapat tunas tidur yang dapat tumbuh menjadi tanaman
baru dan batangnya di sebut bulb atau pseudobulb (Ginting, 1990). Bentuk
daun tanaman anggrek menyerupai jenis tanaman monokotil pada umumnya,
yakni memanjang seperti pedang dan ukuran panjang daunya bervariasi.
Selain itu, daun juga mempunyai ketebalan berbeda tergantung jenisnya
Dalam usaha pengembangan budidaya, salah satu syarat penting yang
perlu diperhatikan adalah penggunaan media tumbuh. Media tumbuh yang
baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : tidak cepat melapuk, tidak
menjadi sumber penyakit, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik,
mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan murah, ramah lingkungan.
Beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk anggrek dendrobium
antara lain : arang sekam, sekam padi, sabut kelapa, pakis, atau mos. Adapun
keutamaan dari arang sekam yaitu : tidak lekas melapuk, tidak mudah
ditumbuhi cendawan dan bakteri, sukar mengikat air dan miskin zat hara,
hanya mengandung unsur karbon (C).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu ;
1. Untuk mengetahui teknik sterilisasi ruangan yang akan digunakan dalam
kultur jaringan
2. Untuk mengetahui teknik sterilisasi alat yang akan digunakan dalam kultur
jaringan
3. Untuk mengetahui teknik subkultur anggrek (Phalaenopsis amabilis)
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan praktikum ini yaitu;
1. Mahasiswa mampu untuk mengetahui teknik sterilisasi ruangan yang akan
digunakan dalam kultur jaringan
2. Mahasiswa mampu untuk mengetahui teknik sterilisasi alat yang akan
digunakan dalam kultur jaringan
3. Mahasiswa mampu untuk mengetahui teknik subkultur anggrek
(Phalaenopsis amabilis)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Sterilisasi Alat
a. Semua alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan kultur jaringan
disterilkan.
b. Botol dan alat-alat penunjang dicuci dengan sabun cuci.
c. Alkohol 70% disemprotkan, kemudian alat dimasukkan ke dalam plastik
bening.
d. Botol kutur jaringan dan alat-alat penunjang dimasukkan ke dalam
autoklaf.
3. Sub-kultur Anggrek
a. Alat dan bahan disiapkan untuk dimasukkan kedalam enkas.
b. Tangan dan meja kerja disemprotkan dengan alcohol 70% kemudian
membersihkannya dengan tissue.
c. Alkohol juga disemprotkan diseluruh bagian alat dan bahan yang
dimasukkan kedalam enkas.
d. Alat diseksi steril dipijarkan diatas bunsen.
e. Planlet Krisan diambil dari dalam botol kultur kemudian diletakkan ditas
cawan petri.
f. Planlet yang telah dikeluarkan dari botol kultur kemudian dipotong
dibagian dekat aksilar batang.
g. Hasil potongan planlet kemudian dipindahkan kedala botol kultur baru
dengan cara menanamnya 3-4 bagian.
h. Botol kultur ditutup kembali dengan aluminium foil dan plastik wrap.
i. Melakukan pengamatan selama 1 minggu.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
NO Gambar Keterangan
Botol I
Hari ke-3 (23/12/2016)
Medium MS + 40g
1 Sukrosa
Tidak terjadi kontaminasi.
Belum ada perubahan pada
planlet
Botol II
Hari ke-3 (23/12/2016)
Medium MS + 40g
2 Sukrosa
Tidak terjadi kontaminasi.
Belum ada perubahan pada
planlet
B. Pembahasan
Setelah melakukan praktikum kultur jaringan yang bertujuan untuk
mengetahui teknik sterilisasi ruangan dan teknik sterilisasi alat kultur jaringan
serta teknik sub-kultur dari tanamanam anggrek (Phaleonapsis ambilis).
Didapatkan hasil pengamatan dimana semua botol belum terjadi kontaminasi baik
mediumnya maupun planlet pada pengamatan hari 3. Kemungkinan yang dapat
terjadi di kemudian hari antara lain kontaminasi dari jamur dan bakteri di
akibatkan karena kurang sterilnya lingkungan lab.
Adapun Teknik sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Sterilisasi dengan pembakaran
Alat-alat yang terbuat dari logam dapat disterilkan dengan cara memanaskan
atau membakar di atas lampu spirtus.
b. Sterilisasi dengan udara panas/kering
Alat-alat dari gelas seperti cawan petri, erlenmeyer, tabung piala, botol
eksplan, tabung reaksi dan sebagainya dapat disterilkan dengan udara panas
(oven) pada suhu 130 160o C selama 1 2 jam. Alat alat ditata tidak terlalu
rapat agar sirkulasi udara antar tumpukan alat dapat berjalan lancar, sehingga
semua alat dapat disterilkan dan dapat dengan mudah dijaga kesterilannya saat
dikeluarkan dari alat sterilisasi.
c. Sterilisasi dengan uap panas (basah)
Bahan atau alat dapat disterilkan dengan uap panas atau secara basah pada uap
panas biasa atau uap panas dengan tekanan tinggi, secara terus menerus
(kontinyu) atau secara terputus putus (diskontinyu), khususnya medium pada
suhu atau tekanan yang rendah. Untuk sterilisasi dengan cara ini sering kali
menggunakan otoklaf. Sterilisasi medium biasanya dilakukan pada suhu 121oC
dengan tekanan 1 atm selama 15-30 menit, namun untuk medium yang tidak
mudah rusak dapat dilakukan pada suhu atau tekanan yang sedikit lebih tinggi.
d. Sterilisasi dengan bahan kimia
Bahan kimia tertentu sering digunakan untuk sterilisasi alat maupun bahan.
Etanol 70% sering digunakan untuk sterilisasi permukaan pada alat yang sering
dikombinasi dengan pembakaran pada api. NOCl (natrium hipoklorit) dan
formalin juga sering digunakan untuk sterilisasi permukaan atau disinfestasi
permukaan atau disinfeksi permukaan.
e. Sterilisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja untuk teknik kultur jaringan dapat dibagi atas lingkungan
umum dan lingkungan spesifik. Lingkungan umum adalah ruangan transfer
secara keseluruhan, sedangkan lingkungan spesifik adalah lingkungan didalam
laminar air flow cabinet dimana proses penanaman eksplan dan prosedur lain
seperti isolasi protoplasma dilakukan.
f. Sterilisasi alat-alat dan media
Alat-alat yang perlu disterilkan sebelum penanaman adalah: pinset, gunting,
gagang scalpel, petridisk, botol-botol kosong, jarum suntik untuk isolasi
meristem dan pipet untuk memindahkan suspensi sel.
Media dan aquades juga disterilkan dalam autoclave.Untuk aquades sebaiknya
dimasukkan dalam wadah kecil misalnya elemeyer 250 ml dengan isi
maksimum 100 ml, agar sterilisasi lebih efektif. Untuk media kultur yang tidak
mengandung bahan-bahan yang heat-labile, sterilisasi dilakukan dengan
autoclave pada suhu 1210C.
g. Sterilisasi bahan tanaman
Pada setiap jenis tanaman, ditemukan juga kontaminan yang berasal dari dalam
jaringan tanaman, terutama bakteri.Bakteri-bakteri ini sampai sekarang belum
diidentifikasi.Kontaminan internal ini sangat sulit diatasi, karena sterilisasi
permukaan tidak menyelesaikan masalah.Pada bahan tanaman yang
mengandung kontaminan internal, harus diberi perlakuan antibiotik atau
fungisida yang sistemik.
Setiap bahan tanaman mempunyai tingkat kontaminasi yang berbeda
tergantung dari :
a. Jenis tanaman
b. Bagian tanaman yang diperlukan
c. Morfologi permukaan
d. Lingkungan tumbuhnya
e. Umur tanaman
f. Kondisi tanaman
g. Musim waktu mengambil
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan yaitu :
Ahmad Riswan dan Marshall Winata. 2010. Media Kultur Jaringan Pada Tanaman
Anggrek. Jurnal Kultur In Vitro Vol. 2 No.1 2010
Astutik. 2010. Penggunaan Alar dan BA (Benzyl Adenine) Dalam Media Kultur
Jaringan Anggrek. Buana Sains Vol. 10 No. 1: 77-82 2010
Basri Zainuddin. Multiplikasi Empat Varietas Anggrek Melalui Teknik Kultur
Jaringan. Jurnal Agroland 15 (4) : 271-277 Desember 2008
Gaspar Thomas, Kevers Claire, Penel Claude, Greppen Hubert, M.Reid David dan
Thorpe A. Trevor. Plant Hormones and Growth Regulators In Plant
Tissue. In Vitro Cell. Dev. Bio-Plant 32: 272-289 Oktober-Desember
1996
Hendaryono, D.P.S, dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Henuhili, V. 2012. Kultur Jaringan Tumbuhan. Petunjuk Praktikum. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Istianingrum Putri, Darmanhuri dan Soetopo Lita. Pengaruh Generasi Benih
Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan (Chrysanthemum)
Varietas Rhino. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No.3 Juli 2013.
Lestari G Endang dan Hutami Sri. Perbanyakan Cepat Kunci Pepet ( Kampferia
angustifulia Rosc.) melalui Kultur in vitro. Jurnal Bio Smart Vol. 5 No.2
Hal: 102-105 Okltober 2003
Miyawa Mitsuo dan Hisama Masayoshi. Antimutagenic Activity of Flavonoids
from Chrysanthemum morifolium. Biosel, Biotechnol, Biochem Vol.67 No.
10 2091-2099 tahun 2003
Muhit Abdul. 2007. Teknik Produksi Tahap Awal Benih Vegetatif Krisan
(Chrysanthemum morifolium). Buletin Teknik Pertanian Vol.12 No.1 2007
Situmeang P Haris,. 2015. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengaruh Tumbuh dan
Sumber Bud Chips Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu ( Saccharum
offcinarum) di Pottray. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.3, No.3 :992-
1004 Juni 2015
Tim Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Widiastuti Libria, Tohari dan Sulisstyaningsih. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya
dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman
Anggrek Dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 2 2004.