Anda di halaman 1dari 66

khanMd*Kuhh

[$tni luiltfirnfin ilcnilth

Oclan Jumadl, Ph.D


Drfr. $yamsiah, t.Sil,'

Jutrsan Biologi
Fekuttr* Matem*tika dan Ernu Pengetahuan AIam
Univercitas Negeri Mskassar
,013
DAFTAR ISI

4LGA...... ...._...1
Sbnktur Talus A19a........ .................2
Nutrisi .............7
Reproduksi .............. ....... 8
KlasifikasiAlga ............. 16
Referensi ......38
BRYOPHYTA (LUMUT) ...............39
Pergiliran Keturunan .....40
Klasifikasi .............. .-.....43
Manfaat Bryophyta .......48
PTERTDOPHYTA (PAKU-PAKUAN) ............50
Pergiliran Keturunan .....50
Klasifikasi .............. .......53
Manfaat ........61
Referensi ......02
l-''
asut^^ nukle-",{
prok-u ssl L"AS"[ ly
^
,ffi* oso^ un.otr,

q,9a z
AlcA (GANGGANG) 1)o b'u^;l,L'^ hr**.

Alga atau ganggang merupakan organisme yang memilki pigmen


fotosintesis dengan keragaman yang sangat tinggi dari bentuk unisellular
hingga multiselluler, dengan karakteristik sebagai suatu organisme autotrofik.
Alga berupa talus dan tidak mempunyai suatu jaringan vasikular. Meskipun
beberapa alga memiliki kenampakan yang sama dengan tumbuhan namun
alga tidak membentuk sebuah embrio dalam reproduksinya, dan sebagai
gantinya membentuk struktur sel reproduksi yang diselimuti oleh sel atau
jaringan steril sebagai suatu proteksi. Alga memiliki tingkatan bentuk
morfologi mulai dari suatu sel tunggal (unisellular) yang mikroskopik,
multisellular, berkoloni, hingga yang lebih kompleks membentuk suatu
kantung udara (leafy blade). Ukurannya sangat variatif, dari yang berdiameter
0.2-2.0 pm pada pikoplankton, hingga panjang 60 m pada giant k/ep (Jenis
alga coklat), sehingga pengistilah alga dapat meliputi yang berukuran besar
(makroalga) maupun yang renik (mikroalga). Jumlah spesiesnya diperkirakan
sebanyak 1 juta hingga 5 juta spesies dan umumnya adalah berupa
mikroalga.
Alga banyak diketemukan di perairan atau disuatu tempat yang
tergenang, lembab, dan umumnya mereka dapat hidui dihampir seluruh
permukaan bumi dari yang bersalju hingga ditanah yang tandus. Alga j,uga
memiliki toleransi hidup yang luas terhadap pH, suhu, intensitas kekeruhan,
serta kadar Oz serta COz. Di habitatnya, dapat sebagai suatu planktdn dan
melekat atau hidup pada sedimen sebagai suatu bentik. Alga yang bentik
dan melekat pada batu disebut epilitik, sedangkan epipelik melekat pada ;
.. '/f.
pasir atau lumpur., Pelekatan pada bagian tubuh alga atau tumbuhan lainya
t,
disebut suatu epiphitik, dan bita ggf.:,[atlggil,"y*"[E?by: iW\;" Lohaa ,g /"{r" .
_j'

Karena bersifat autotrophik, alga tergolong sebagai suatu produsen


utama dalam siklus makanan yang menghasilkan bahan organik dari cahaya
matahari, Qz dan HzO. Di samping itu mereka juga menghasilkan Oz untuk
fr*a
organisme tingkat konsumer. Beberapa alga terutama atga merah dan coklat
v
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengental dan pelembut makanan
(softe n ing) atau e m u I s ifyi n g (aga r-agar).

Struktur Talus Alga


Talus unisellular dan koloni-unisellular
Talus alga banyak dijumpai dalam bentuk sel yang soliter, unisellular
baik berflagel maupun non flagel, sehingga keberadaan flagel sebagai alat
motorik pada talusnya menyebabkan mereka dapat bergerak aktif (motil) atau
tidak bergerak (non motil). Pada gambar 1, merupakan contoh bentuk
unisellular non motil dari Chlorella sp, serta bentuk motit dari
Chlamydomonas fasciata (gambar 2). Beberapa alga membentuk suatu
agregat dari kumpulan beberapa seltunggal yang saling berikatan satu sama
membentuk koloni yang mana jumlah selnya tidak tetap serta ketergantungan
.antar sel tidak ada dan tiap sel dapat tumbuh sendiri. Synura sp merupakan
contoh suatu agregat alga membentuk koloni motil dengan tautan antar tubuh
bagian posterior (Gambar 3). sedangkan Hydrurus sp (Gambar 4) adalah
bentuk koloni non motil.

Gambar 1. Chlorella sp Gambar 2. Chlamydomonas


bentuk unisellular non motil fasciata unisellular motil (Ugq-
(MCC-NIES, Japan) NIEg,_@sl , .
Koloni yang tersusun dari sel sel dengan jumlah serta tatanan tertentu
dalam sepanjang hidupnya maka individu koloni tersebut dinamakan
Soenobium. Volvox auteus (Gambar 5) merupakan suatu suatu soenobiurn
motil bentuk bulat yang tersusun lebih dari 50.000 sel, sedangkan Pediastrum
duptex merupakan bentuk soenobium non motil yang datar (flaf) dengan
sisinya menonjol (gambar 6).

l,r

(l)r
]t;
'r \,*

Gambar 3. Synura uvella, koloni Gambar 4: Hydrurus foefiUus,


motil (copyright Taylor & Franncis koloni non motil ((copynght Taylor
Group) & Frcnncis Group)

'tO rr rn

Gambar 5. Volvox aureus salah satu Gambar 6. Pediastrum duplex salah


bentuk soenobium motil (Ihe MCC' satu bentuk soenobium non-motil
N/ES, Japan) (The MCC-NIES, Japan)
Talus filament
filament sederhana (MCC-NlES, Japan)Bentuk talus filamen merupakan
hasil dari pembelahan sel secara tegak lurus pada sumbu filamen dan
memitiki rantai sel yang terdiri dari sel-sel anakan yang terikat satu sama lain
pada dinding bagian akhir. Bentuk talus filamen yang sederhana misalnya
pada Oscillatoria sp (Gambar 7), sedangkan yang filament bercabang
terdapat pada Cladophora sp (Gambar 8.). Bentuk filament lain dapat secara
uniseriat yang hanya terdiri dari satu kelompok sel yang sama misalnya
pada Stigonema ocellatum (Gambar 9), sedangkan spesies Stigonema
mamillosum (Gambar 10) adalah contoh filament bentuk multiseriat yang
terdiri dari beberapa bentuk sel dalam talusnya.

Gambar 7. Oscillatoria tenuis berupa Gambar 8. Cladophom sp, filament


filament sederhana (MCC-NlES, bercabang With copyright Taylor &
Japan)
Gambar 9. Filament uniseriate dari Gambar 10. Filament multiseriate
dari Sfrgon ema mamillosum With
Stigonema ocellatum (With copyright
copyright Taylor & Francis Group)
Taylor & Francis GrouP)

Talus soenositik atau siPhon


pada
Karakter ketompok atga ini ditandai dinding set sebagai pembatas
filament yang tidak terbentuk, proses pembelahan inti terjadi tidak disertai
dengan pembentukan dinding sel sehingga seperti merupakan suatu talus
uniselluter, namun. merupakan multinukleat (soenositik). Struktur talus ini
kurang umum dijumpai pada alga. Beberapa referensi menamakan struktur
talus ini seperti siphon (Greek=tabung). vaucheria sessi/is merupakan
contoh alga filament cabang yang soenoditik (apocite), suatu seltunggalyang
mengandung banyak inti (Gambar 11)-

Gambar 11. Vauchena sess/ts, suatu talus


soenositik With copyright Taylor & Francis
Group, Atgae:anatomy, biochemistry, and
biotechnologY
Talus parenkimatus dan pseudoparenkimatus
Alga dengan bentuk talus ini skala ukuranya makroskopis tanpa
diferensiasi sel dan berasal dari suatu meristem dengan pembelahan sel
dalam tiga dimensi, sehingga memberi bentuk dengan struktur tiga dimensi.
Struktus organisasi talus ini dijumpai pada Ulva sp (Gambar 12) dan banyak
ditemukan pada ganggang coklat (Phaeophyceae). Sedangkan talus
pseudoparenkimatus tersusun dari sel-sel aggregate dan jalinan filarnent
yang terikat oleh suatu perekat (mucilage) membentuk suatu bentuk talus.
Genus Palmaria dari Rhodophyta (alga merah) mempunyai suatu struktur
pseudoparenkimatus yang cukup kompleks (Gambar 13). Bentuk alga
dengan talus parenkimatus dan pseudoparenkimatus ini ditemukan dalam
bentukan yang beragam dari suatu bentuk lembaran, tabung hingga
membentuk suatu mirip daun atau batang (stem-leaf like arrungement)
dengan ukuran mikroskopik hingga makroskopi (50 m atau lebih).

Gambar 12. Ulva lactuca suatu Gambar 13. Palmaria palmate suatu
bentuk talus parenkimatus talus pseudoparenkimatus
With copyright Taylor &
Francis Group)
Nutrisi
Umumnya alga merupakan organism autotroph yang dapat
melakukukan suatu fotosintesis (photoautotroph) yang menggunakan cahaya
matahari sebagai sumber energy dan COz sebagai sumber karbon untuk
menghasilkan pati dan ATP. Narnun banyak anggota dari divisi alga yang
mampu menggunakan organik karbon dari lingkunganya dengan menyerap
hngsung (osmotrophy) atau sebagai pemangsa (phagotrophy) dengan
memakan bakteri atau sel lainya. Di ketemukan juga ada golongan alga yang
tidak mempunyai kemampuan dalam mensintesis bahan essential seperti
vitamin kompieks 812 atau asam lemak sehingga bahan-bahan ini harus
mereka peroleh dari luar, sifat alga ini disebut sebagaisuatu auxotropik.
Alga memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber nutrisi yang
terbatas atau sebagai suatu mixotrophi yaitu kemampuan mengkombinasikan
sifat photo-autotroph dan heterotroph. Narnun, kemarnpuan ini masih relatif
rendah dibanding sifat phototrophy yang dimiliki oleh alga. Beberapa
mixotrophi umumnya menggunakan proses photosintetik dan hanya kadang-
kadang menggunakan organik sebagai sumber energi. Beberapa alga yang
se€ra phagotrophy, namun dapat
mixotroph memenuhi kebutuhan nutrisinya
juga menggunakan hasi! fotosintesis dari kloroplast. Pengikatan karbon
dalam fotosintetik serta pefggunaan senyawa-senyawa seperti nitrogen,
fospor, besi, serta faktor tumbuh (Vitamin, asam amino, dan asarn lemak)
dapat meningkatkan pertumbuhan, terutama dalam kondisi lingkungan yang
ekstrem dimana sumber makanan jadi terbatas. Sifat heterotrophy sangat
mendukung dalam memperoleh sumber kabon disaat cahaya sedikit
(terbatas), dan sebaliknya sifat autotrophy dapat rnempertahankan sel
selama periode ketersediaan makanan jadi sangat terbatas.
Berdasarkan strategi mendapatkan nutrisi diatas, alga dapat
diklasifikasikan dalam empat golongan:
1. Heterotroph obligat : Sifat dasar sebagai heterotroph, namun marnpu
mendukung kehidupanya dengan melakukan sifat phototroph bilamana
terjadi keterbatasan makanan yang mendukung pertumbuhan sifat
heterotrop hnya (Con toh: G y m nodi u m grac i I e ntum, d ivisi Dinophyta)
Phototrop obligat : Sifat dasar sebagai phototroph, namun dapat
mengambilan bahan suplemen pertumbuhan secara phagotroph dan
atau osmotroph saat terjadi keterbatasan cahaya (Contoh: Dinobryon
divergen s, d ivisi Heterokontophyta)
3. Mixotrophi Fakultatif : Golongan ini mampu tumbuh secara
phototroph dan heterotroph (Contoh: Fragilidium subglobosum, divisi
Dinophyta)
4. Mixotrophi Obligat : Sifat dasar sebagai phototroph, namun dengan
melakukan phagotroph dan atau osmotroph dapat memperoleh bahan
essentiat untuk tumbuh (Alga dengan sifat photoauxotroph
terkelompok dalam golong ini)

Reproduksi
Alga melakukan reproduksi baik secara aseksual maupun seksual.
Reproduksi aseksual merupakan suatu cara bagi individu dalam melakukan
perbanyakan diri tanpa suatu penyatuan sitoplasma dan material genetik
serta tanpa suatu meiosis. Pefianyakan secara aseksual meliputi
pembelahan sel ,(binary fussion), zoospora, aplanospora, autospora,
pembentukan koloni, fragmentasi dan akinet (Gambar 14). Perbanyakan
aseksual merupakan reproduksi yang efisien dan cepat dalam meningkatkan
jumlah individu dengan mengeliminir variasi genetik.
Reproduksi seksual dilakukan dengan tahapan, penyatuan sitoplasma
(plasmogami) dan gamet (penyatuan sel haploid) yang selanjutnya diikuti
oleh suatu karyogami yang merupakan penyatuan inti sel membentuk sel
yang diploid. Tiap kromosom homolog dari sel haploid mempunyai kontribusi
ekspresi pada sel diploid yang dihasilkan dan sebagian akan diturunkan saat
meiosis terjadi. Proses seksual ini akan menghasilkan suatu rekombinan
genetik yang akan meningkatkan variasi atau keragaman, namun proses
reproduksi ini kadang kurang efisein karena gamet yang dihasilkan akan
banyak gagal bertemu (feftilization failed).

Reproduksi aseksual
Pembelahan biner
Cara reproduksi yang sederhana, dimana alga membelah dalam dua
bagian yang sama, tiap bagian individu mempunyai informasi hereditas yang
identik dengan induknya (Gambar 14a-c'1. Alga yang unisellular cara
pembelahannya dapat secara longitudinal sepertiyang ditemukan pada
Eugtena sp (Gambar 15) atau transfersal. Pola pertumbuhan populasi untuk
alga unisellular mengikuti pola kurva tumbuh yang tdrdiri dari fase lag
(persiapan), fase exponensial (log), fase stationer (statik), dan fase kematian.
Sedangkan, alga yang multisellular atau yang berkoloni hasil pembelahan
biner ini akan mengakibatkan suatu pertumbuhan individu.

Gambar 14. Cara reproduksi aseksual dari alga; (a-c) pembelahan biner,
(d) zoospore, (e) aplanospora, (f) autospora, (g) pembentukan koloni, (h)
fragmentasi, dan (i) akinet. (Graham & Wilcox, 2000)
l{.m.y

Pembentukan zoospore, aplanospora, dan autospora


Zoospora merupakan spora motil dengan flagella yang dihasilkan dari
selvegetative induk seperti pada Chlamydomanas sp (Gambar 16). Zoospora
mengandung komponen lengkap untuk menjadi suatu individu baru.
Aplanospora adalah spora nonflagelyang berkembang dalam tubuh sel
induknya sebelum lepas untuk menjadi individu, dan spora inidapat
membentuk zoospora. Autospora juga merupakan spora nonflagel (nonmotil)
namun tidak mempunyai kapasitas untuk membentuk suatu zoospore seperti
aplanospora. Ciri autospora yang lainya adalah bahwa sporanya hampir
sempurna menyerupai induknya dengan ukuran yang kecil. Contoh autospora
pada Chlorella (Gambar 14).

Pembentukan autokoloni
Model perbanyakan ini ditemukan pada bentuk soenobium/koloniyang
memasukifase reproduksi, yang mana tiap sel dalam koloni dapat
menghasilkan koloni baru yang sama. Pembelahan seltidak lagi
menghasilkan individu yang sellular tetapi merupakan suatu kelompok
multisellular, suatu kelompok koloniyang ukuran selnya berbeda dengan
induknya, namun dalam jumlah kandungan selnya adalah sama. Cara
perbanyakan ini ditemukan pada Volvox sp (Gambar 5) dan Pediastrum sp
(Gambar 6).

Fragmentasi
Alga yang multisellular dan non-soenobium, koloninya melakukan
perbanyakan individu lewat suatu fragmentasi yaitu terjadinya suatu
pelepasan (patahan) dari bagian filament tertentu menjadi dua atau beberapa
fragment yang mempunyai kapasitas membentuk individu yang baru (Gambar
14h).

10
5pm
1l} Fm

Gambar 15. Pembelahan sel Gambar 16. Zoospora merupakan


pada Euglena sp (With copyright spora motil dengan flagella pada
Taylor & Francis Group) Chlamydomonas sp (Graham &
Wilcox, 2000)

Akinet dan bentuk lainnya


Struktur sei akinet lebih besar dengan dinding sel yang lebih tebal
dibanding se! vegetative (Gambar 14). Sel khusus ini dibentuk untuk tahan
terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan serta kondisi
yang tidak bocok untuk pertumbuhan untuk jangka waktu hingga tahunan,
namun ketika kondisi kembali normal atau kondusif, sel akinet akan
berkecambah menjadi selvegetative baru. Sel akinet umumnya ditemukan
pada alga hijau (Green algae) dan alga hijau biru (Bluegreen algae).
Struktur dengan fungsi yang sama dengan akinet juga ditemukan pada
Chlorophyceae (Alga hijau) Ulotrix spp yang disebut hypnospora, sedangkan
pada Spyrogira spp disebut hypnozygote. Hypnospora dan hypnozygot
mernungkinkan alga hijau mampu bertahan untuk sementara dalam kondisi
kering (Gambar 14h).

L7
Reproduksi Seksual
Gamet
Reproduksi seksual melibatkan gamet, yang secara rnorfologi ada
1ang sama atau sangat berbeda dengan sel vegetative tergantung dari
spesies alga. Namun, yang sangat membedakan adalah kandungan DNA-
rryta, gamet adalah haploid, sedangkan pada sel vegetative adalah diploid.
Beberapa type atau bentuk gamet dijumpai pada saat terjadi peleburan
(penyatuan) gamet. Peleburan dengan bentuk isogami di mana kedua gamet
merupakan motil (punya flagel) dan mempunyai bentuk yang serupa. Pada
saat bentuk kedua gamet berbeda maka dinamakan heterogami dengan dua
kernungkinan type, 1) Anisogami di mana kedua gamet motil tetapi satu
gamet lebih kecil (antan=sperm) dan yang satunya besar (betina=telur) dan
2) oogami dimana salah satu gametnya motil dan berukuran kecil fiantan)
dan gamet betina nonmotil serta lebih besar (Gambar 17\.

lsogami
+ Anisogami
(heterogami)
@6
Oogami
(heterogami)

Gambar 17. Beberapa type peleburan gamet

Spesies yang melakukan peleburan gamet secara anisogamy dan


oogami dapat menghasilkan kedua jenis gamet dari suatu individu sehingga
dinamakan monecius. Namun bila kedua gamet dihasilkan oleh individu
yang berbeda disebut dioecius. Gamet yang berasal dari individu yang sama
dan mampu melakukan peleburan gamet serta menghasilkan anakan

L2
dinamakan organism homotalus (talus sama), bila kedua gametnya tidak
bmpatibel dan salah satunya harus dihasilkan dari individu dengan
iarakteristik genetik berbeda disebut heterotalus (beda talus).
Alga memiliki tiga macam siklus hidup yang berbeda dan memiliki
beberapa variasi minor tergantung dari kelompok atau spesies. Perbedaan
mendasar dari ketiga macam siklus hidup alga tersebut adalah tempat
dimana meiosis terjadi serta type sel yang dihasilkan, serta apakah terdapat
lebih dari satu type sel individu yang dapat hidup mandiri dalam satu siklus
hidup.

Haplontik (Siklus hiduP zygotik)


Siklus ini ditandai dengan dominansi satu fase vegetatif haploid
Meiosis berlangsung pada perkecambahan zigot yang menghasilkan individu
haptoid. Chtamydomonas (Chlorophyta) (Gambar 18) merupakan salah satu
jenis yang mengalamisiklus hidup ini.

Gambar 18. Siklus hidup haplontik (zygotik) dari Chlamidomonas sp

L3
Diplontik (Siklus hidup gametik)
Siklus hidup didominansi oleh satu fase vegetatif diploid. Hasil dari
rneiosis akan menghasilkan gamet haploid yang akan melakukan zigot dan
menghasilkan individu baru. Fucus (Heterokontqphyta) memiliki diplontik
siklus (Gambar 19).

Diplohaplontik atau Siklus Hidup Sporofit


Siklus hidup ini meliputi pergantian generasi antara dua fase yang berbeda
yang terdiri dalam fase gametofit yang haploid dan sporophyte yang diploid.
Gametofit menghasilkan gamet secara mitosis; sedangkan sporophyte
menghasilkan spora melalui meiosis. Pergantian generasidi algae bisa
isomorfis, di mana dua fase secara morfologis identik seperti pada Ulva
(Chlorophyta) (Gambar 20) atau heteromorphic, dengan dominasidari
sporophyte seperti d i Laminaria (Heterokontophyta)

af-:\
antheridium

Gambar 19. Siklus hidup Diplontik dari Fucus sp

L4
*o.
rg
zysote

2N
U\
rl

N
gametophyte

*? I/-f,-_k
/>H___\j
- sametophyte
U

Gambar 20. Siklus hidup haplodiplontik dari Ulva sp

Beberapa alga dapat melakukan perkembangan menjadi individu


haploid bila mana gamet yang dihasilkan tidak memungkinkan terjadinya atau
gagal melakukan peleburan gamet menghasilkan zigot, kondisi ini dinamakan
sebagai suatu parthenogenesis.

15

Oa

t)
KTASIFIKASI AIGA
Klasifikasi alga banyak merujuk pada perbedaan mendasar dari
karakteristik pigmen, membrane (thylakoid), selaput sel atau dinding sel,
serta struktur kimiawi cadangan makanan hasilfotosintesis, serta reproduksi
seksualnya. Kajian terbaru dengan menggunakan pendekatan molekuler
yang mengkomparasiantara gen dan sekuensi 55,185, dan 28S ribosomal
RNA mengkonfirmasikan kecenderungan berbedaan internal koheran
informasi genetik antar divisi yang telah diklasifikasi berdasarkan pendekatan
perbedaan karakteristik dasar yang diatas. Pada table 1 dan 2. Masing-
masing dapat dilihat klasifikasi dari alga dan beberapa perbedaan kandungan
pigment, jenis makanan cadangan yang dihasilkan serta pembungkus sel
yang umum pada alga.
Atga secara spesifik juga dibagi atas empat golongan yang meliputi:
1. Prokariotik, hanya Cyanobakteria yang tergolong dalam prokariotik alga.
2. Eukariotik, alga dengan kloroplas dikelilingi oleh dua selaput membran
kloroplast, meliputi divisi Rhodophyta (Alga merah) dan Chlorophyta
(Alga hijau). (.

3. Eukariotik, alga deng6,r kloroplas dikelilingi oleh satu selaput kloroplast


retikulum endoplasma, meliputi divisi Euglenophyta dan Dinophyta.
4. Eukariotik, alga dengan kloroplas dikelilingi oleh dua selaput kloroplast
retikulum endoplasma.

Sistem klasifikasi standart yang digunakan dalam alga meliputi:


lndonesia Akhiran
Divisio Divisi phyta
Classis Kelas phyceae
Ordo Bangsa ales
Famili Suku aceae
Genus marga
Spesies Jenis

15
Tabel 1. Klasifikasidari alga

Bakteri Cyanophyceae
(Prokariotik) Cyanophyta
Prrchlorophyceae

Glaucophyta Ghucophyceae

Rhodophyta Bangiophyceae
Flortdeophyceae

Cryptophyta Cryptophyceae

Eukariotik Heterokontophyta Chrysophyceae


Xanthophyceae
Eustigmatophyceae
Bacillariophyceae
.Raphidophyceae
Dictyochophyceae
Phaeophyceae

Haptophyta Haptophyceae

Dinophyta Dinophyceae

Euglenophyta Euglenophyceae

Chtorophfa Prasinophyceae
Chlorophyceae
Ulvophyceae
Cladophorophyceae
Bryopsidophyceae
Zygnematophyceae
Trentepohliophyceae
Klebsormidiophycee
Charophyceae
Dasycladophyceae

7, Drviri ka^L,y-- l-3,,r^+.^-w7<

L7
Tabel 1. Klasifikasidari alga .

Kingdom Division

Bakteri Clanophyceae
(Prokariotik) Cyanophyta
Prochtorophyceae

Glaucophyta Ghrlcophyceae

Rhodophyta Barqiophyceae
Flcrideophyceae

Cryptophyta Cffiophyceae

Eukariotik Heterokontophyta Chrysophyceae


Xanthophyceae
. Eustigmatophyceae
Bacillariophyceae
Raphidophyceae
Dictyochophyceae
Phaeophyceae

Haptophyta Haptophyceae

Dinophyta Dinophyceae

Euglenophyta Euglenophyceae

Chlorophfa Prasinophyceae
Chlorophyceae
Ulvophyceae
Cladophorophyceae
Bryopsidophyceae
Zygnematophyceae
Trentepohliophyceae
Klebsormidiophycea
Charophyceae
Dasycladophyceae

7 t Drvi yi ko'^A*,5 ^- 1.3


n^-e.^^-w7 <

L7
(U
ri
o E= *H EE E
o 'E -9=
o
I
!
p€r ,o E

ED
tr
lt3
E
o
o-
F*gIFE$Fgfl3E*FESg
E, 2. -; ; gF o?
pd, s: I fiE E Eg Eg E -a
tr
6tr
CD(E h,q
uFe,e:e gF$ gE+ ** e
co
=rE
P* gA X
=P
Eai $-
E=
EfraBEgEiEe. EE 5: 5=s; SJ =5
8--8e
6 cc.c
.c
s .E
E .E
E FE
EE E
E
gE.==E
c=*EE E E
CL
o co E C E qE E :EE8EE E -PE
tr
xG N
xGl
,o 6 E 5 1'>
,S
g€ rLg Eg6egE
-= tlrloo1g o eE
J11
=
[]
iE
6
.g o
o
o -o)
9?
iG E
o 9(l)
la
io
_9
E9,p lug

.E
,=
oc
J
o
o
(E
E:E;fitfiE$g Y8 ?8
oa> o i
.y .E
J c
3 -o .L
c3 ='E d
'=(Eo .= E €.= E .e.=
-o
o g.
tr aE
gEz-
C
o =
Il
o(,
6 >Q
Eo> ts [ggegra* n n (E(U
E1'
oo
E
-g)
C
TL
s
o.
=ts_
o<o- tgEEgTEr E E J-g
1'
FF
E'

I
o L
s*
E,
3 E
!t o(u -Oo aa
C CL
o cto dd
ga
c, so.9
o
a
.E
o J
€o o
(U

L -c
o- o aotu o.
o st
L (E
*>
\(U
ni e o !I,
(L
*o-o
Hoo IZ
o
-c1
0. oa
(U
, axb_ L
o oo- _c
E9 b9
U) -(uEb
(rtro o (U.E
TO
EDU
3-c
IU C)

\
Divisi r. CyanoPhYta
Divisi Cyanophyta (Chloroxybacteria atau cyanobakteri, alga biru-hijau)
merupakan kelompok bakteri gram negative nonmotil. Struktural sel tunggal dan
Herapa merupakan filamen bercabang atau tidak bercabang hingga membentuk
suatu agregasi koloni. Anggota divisi ini merupakan plankton pada perairan ataupun
ebagai bentik. pigmen yang terkandung pada cyanobakteri termasuk klorofil a,
phycobilins (phycoerythrin=merah, phycocyanin=biru, allophycocyanin, dan
phycoerythrocyanin), dan karotenoid. Pigmen-pigmen ini ada dalarn phycobilisome,
yang terletak pada permukaan luar thylakoid. Thylakoid terdapat bebas dalam
sitoplasma. Beberapa anggota divisi ini memiliki klorofil a dan b sehingga beberapa
rcferensi memasukkan jenis alga yang memiliki dua jenis klorofil meniadi suatu
divisi tersendiri yaitu Prochlorophyta, namun dalbm buku ini hanya merujuk untuk
divisi GyanophYta.
Cadangan makanan berupa pati cyanophycean yang disimpan dalam butiran
kecil yang terletak di antara thylakoids. Selain itu, sel-sel ini sering mengandung
butiran cyanophycin, yaitu polimer dari arginin dan asparagin. Beberapa spesies
dari cyanobakteria merupakan filament dimana heterocysta dan akinetes terbentuk.
Heterocysta adalah sel vegetatif yang telah mengalami perubahan dimana
kehilangan kemampuan melakukan fotosintesis serta terjadi pengembangan
glikolipida yang tebal di dinding setnya sehingga memungkinkan kondisi lingkungan
anoxygenik (anaerob) tercapai. Kondisi anaerobik ini diperlukan dalam proses
fiksasi nitrogen (Gambar 21a). Beberapa cyanobakteri menghasilkan juga
hepatoneurotoksin (racun yang bisa mempengaruhi syaraf hewan dan manusia),
serta racun cyanotoxin yang dapat menghambat pertumbuhan alga lainnya, yang
disebut interaksi allelopathik dimana satu organisme mempengaruhi pertumbuhan
organisme lainya. Contohnya ditemukan pada penghambatan pertumbuhan dari
peridinium gatunense (suatu dinoflagellata) oleh microcystin yang dihasilkan oleh
Microrystis (suatu cyanobacterium) (Sukenik et a1.,2002)
Alga dari divisi ini secara global berkontribusikan signifikan dalam
menghasilkan total organik karbon di lautan tropis dan subtropis, dengan estimasi
produksi antara 25-60% dari total biomassa klorofil. Alga ini juga dapat mengikat
nitrogen langsung dari udara sehingga mempunyai peranan penting dalam siklus
nitrogen. Cyanophyta dan prochlorophyta mempunyai badan polyhedral
(karboxysomes) yang mengandung RuBisCo (Ribulose-1,S-bisphosphate
carboxylase oxygenase), yaitu suatu enzim yang terlibat dalam siklus calvin pada
mengikat dan mengubah karbon anorganik (COJ untuk menjadi suatu molekul
karbon organik yang kaya akan energi misalnya glukosa.
Dinding sel ditandai dengan lapisan peptoglykan yang mirip pada bakteri.
Cyanophyta dan Prochlorophyta dapat diklasifikasikan sebagai suatu organisme
obligat photoautotrophik. Kedua divisi ini melakukan reproduksi secara aseksual
dengan melakukan pembelahan sel sederhana (pembelahan biner) dan secara
fragmentasi atau pembentukan hormogonia bila merupakan suatu filament atau
koloni. Hormogonia merupakan filamen yang berupa potongan-potongan pendek
trichoma yang terlepas dari filamen induk dan berkembang menjadi suatu filamen
baru. Hormogonia dibedakan dari vegetatif filamen karena ukuran yang lebih kecil,
tanpa heterosista serta mempunyai motilitas (Gambar 21b\.

Gambar 21. Suatu heterocyst (a) dari Nosfoc punctiforme dan hormogonia (b)
(Dari Meeks and Elhai, 20A2.)

20
Klasifikasi Cyanophyta
Zhoa (2008) mengklasifikasikan Cyanophyta dalam satu kelas yaitu
Cyanophyceae yang terbagi dalam tiga ordo (bangsa) berdasarkan kenampakan
bentuk morfologinya yaitu:
Ordo 1 Ghroococcales: Bentuk unisellular atau sel-sel saling terikat dengan suatu
gelatin (mucilage) mernbentuk penampakan koloniyang tidak teratur (Palmelloid).
Genus yang umum pada ordo ini adalah Gloeothece, Microcystis, Synechococcus
dan Synechocystis. Prochlorococcus marinus adalah spesies yang dominan
melakukan fotosintesis pada perairan tropik dan subtropik . G/oeobacter violaceus,
merupakan suatu cyanobacteria tanpa thylakoids internal sehingga termasuk jenis
yangsederhana berdasarkan urutan DNA (Honda et al., 1999).

Order 2 Osciltatoriales: Bentukfrlamen yang tidak memilikiheterosista. Genus


representative meliputi Oscillatoria (Gambar 7), Trichodesmium, Phormidium, uir/nrln4l
Lyngbya, Hydrocoleus, danSpirulina. w{,,

Order 3 Nostocales: Bentuk filamen dengan heterosysta. Genus representativenya


meliiruti Nostoc, Anabaena, dan Aulosira. Perbanyakan secara umum dilakukan
dengan suatu hormogonia (Gambar 21).

10 pm 10pm
|,_------{

Gamba 22: (a) Gloeothece magna. (b) Microcystis aeruginosa

2!
Divisi z. Glaucophyta
Divisi alga ini mempunyai bentuk dasar unisellular dengan susunan banEun
dorsiventral serta memiliki dua flagel yang tidak sama panjang. Merupakan
eukariotik yang memitiki plastida seperti alga biru-hijau yang dinamakan Cyanella,
yang dalam beberapa hal berbeda dengan plastida yang dimiliki oleh
cyanobakteria, termasuk dinding peptidoglikan. Cyanellalplastid glaucophyta hanya
memiliki chlorophyll a dan beberapa pigment tambahan pada phycobilisomes
seperti phycoerythrocyanin, phycocyanin, dan allophycocyanin. Pada kloroplast
juga ditemukan carotenoids jenis p-carotene, xanthophylls, dan zeaxanthin.
Garanulnya merupakan pati (ogukan) yang dihasilkan disitoplasma. Habitatnya
iarang ditemukan di air tawar. Reproduksi seksual dari glaucophyta saat ini belum
diketahui, dan memiliki sekurangnya sembilan genus yang ditemukan pada air
tawar. Cyanophora paradoxa merupakan spesies representative yang memiliki dua
cynella dalam protoplasma (Gambar 221yang hidup pada air tawar dan memiliki
flagel.
oohof
'k
^,Jd-d:;F
p-
o&o

Gambar 23. Cyanophorc pamdoxa, spesies


representative dari divisi glauphyta.
Cynella (c), Nukleus (N), dan Flagel (F)
(Mignot, ef a/.1969)

Divisi 3. Rhodophyta
Rhodophyta atau alga merah umumnya berupa rumput laut (seaweed),
namun ada juga termasuk organisme unisellular yang hidup bebas. Divisi ini hanya
meliputi satu kelas yaitu Rhodophyceae, namun beberapa referensi membaginya
menjadi dua sub kelas yaitu, sub kelas 1) Bangiophyceae yang niemiliki karakter
morfologi dari unicellular hingga suatu filamen multiseluler atau talus berupa
lembaran (Gambar 23). Sub kelas 2) Floridophyceae memiliki morfologi kompleks
dan secara luas dianggap sebagai monofiletik, kelas ini sudah melakukan proses /
sitokenesis dengan sempurna (Gambar 24). Cadangan makanan yang paling
penting adalah floridean polisakarida (q-1-4 glukan). Cadangan makanan ini
terletak hanya dalam sitoplasma, tidak seperti pati pada Chlorophyta, yang terletak
di dalam kloroplas. Kebanyakan Rhodophyta hidup secara photoautotroph. Pada
sebagian besar alga ini proses sitokinesisnya tidak lengkap. Spesies yang
melakukan reproduksi seksual umumnya memiliki siklus hidup isomorfik atau
heteromorphik diplohaPlontik.
Alga merah tidak memiliki flagel, pada reproduksi seksual, spermatia (yang
dihasitkan dalam spermatangium) akan menuiu ke karpogonium (betina) lewat
bantuan air (gambar 25). Fertilisasi karpogonium ini akan menghasilkan filament
gonimoblast yang akan membentuk karposporangum dan karpospora yang diploid.

fl( R*"

Gambar 24. Porphyra tenera Gambar 25. Rhodophyllis


(bentuk lembaran) acanthocarpa (menyerupai pakis)

Karpospora selanjutnya akan menghasilakn tetrasporofit yang diploid


(merupakan karposporofit), dengan meiosis menghasilkan tetraspora yang haploid
pada tetrasporangium. Tetraspora akan berkecambah membentuk gametophyte,
Secara umum siklus hidup ini dijumpai pada dari alga merah, namun juga
diketemukan beberapa pola variasi pada beberapa anggotanya.

23
Carposporophyte

WW
f\o:.".oo."= ,'7""'ffi;
Gonirnoblast

Tetrasporophyte
Carpospore f*-t_B

(
Tetraspora ng,urrr /
DipSoid Cell -d.B
Haploid Cell -Q

Gambar 26. Siklus hidup umum dari suatu alga merah

Klassifikasi alga merah


Klasifikasi alga merah menurut Lee et al, 2008, dibagi sebagai berikut.

Ordo 1 Cyanidiales: unicellular, banyak hidup pada daerah vulkanik dengan pH


berkisar 0,5-3. Contoh spesies Cyanidium'caldarum, Cyanidioschyzon merolae, and
Galdeia sulphuraia

Ordo 2 Porphyridiales: unicellular atau alga multisellular yang dihubungkan oleh


lendir (mucilage). Contoh genus Porphyidium (pada tanah), Goniotrichum (bentik di
marine), dan Asterocytis (filament dimarine).

Ordo 3 Bangiales: Alga yang memiliki fase bentuk filamen dengan suatu lubang
penghubung @rt connection) dan bentuk makroskopiknya tanpa lubang
penghubung. Contoh spesies Porphyra gardnei (epiphitik pada laminaria), Bangia
fuscopurpurea (tahan salinitas tinggi).

24
Ordo 4 Acrochaetiales: Alga dengan fase gametofit uniseriate, filamen dan'
tetrasporophyte (iika keduanya ada). Umumnya epiphyte. Terdiri empat genus 1)
Rhodachofion, tiap sel mengandung hanya beberapa chloroplast yang ukuranya
kecil, (21 Acrachaetium, tiap sel mengandung khloroplast taminate, (3) Audouinetta,
tiap sel mengadung satu atau lebih khloroplast spirat, dan 4) Kytinia, tiap sel
mengandung satu atau beberapa stellate khloroplas.

Ordo 5Batrachospermales: Bentuk uniaksiat (satu apikal sel per cabang);


biasanya dengan gonioblast yang berkembang dari karpogonium atau sel
hypogenous. Contoh genus B atracho sperm u m (tidak meng hasilkan tetraspora).
Ordo 6 Nemaliales: Bentuk aksial multi (lebih dari satu apikal sel per cabang),
biasanya dengan gonimoblast yang berkembang dari karpogonium atau sel
hypogenous. Contoh genus Nemalion pada daerah inter tidal kutub utara.
Thallusnya seperti gelatin bentuk selindris dengan panjang 25 cm dengan cabang
dikotomis yang sedikti.

ordo 7 Corallinales: Alga dengan kandungan kapur yang cukup tinggi, dengan
organ reproduksi di conceptakel. Alga yang mendukung terbentuknya suatu
atoland terumbu karang dengan genus umum yaitu porotithon.
Ordo 8 Gelidiales: Talus tebal (fleshy), karpogonial bercabang terdiri dari
sel tunggal. Tidak ada perbedaan sel-sel dalam karpogonium.
Contoh spesiesnya: Gelidium caftilagium.

Ordo 9 Gracilariales: Talus tebal (fleshy),karpogonia bercabang dengan dua sel


yang berbeda dan tidak ada penghubung sel. Genus Gracilaia penghasil lebih dari
setengah dari kebutuhan agar-agar dunia. Keracunan konsumsi Gracilaria ,,ogonori"
(Noguchi et al, 1994;. smit, zoo4) dengan gejala hipotensi, muntah, rnual, hingga
kematian. Keracunan disebabkan oleh prostaglandin E2 yang meningkat saat
proses perendaman dilakukan di air tawar.

Ordo 10 Ceramiales: Talus relatif tipis atau bentuk fitamen, setelah pernbuahan
dapat melakukan pemotongan sel dan mendukung empat-seldarifilament
karpogonia. Genus Polysiphoma merupakan uninucleate, sel apikal berbentuk
Ordo 4 Acrochaetiales: Alga dengan fase gametofit uniseriate, filamen dan.
tetrasporophyte fiika keduanya ada). Umumnya epiphyte. Terdiri ernpat genus 1)
Rhodochofton, tiap sel mengandung hanya beberapa chloroplast yang ukuranya
kecil, (21 Acrochaetium, tiap sel mengandung khloroplast laminate, (3) Audouinella,
tiap sel mengadung satu atau lebih khloroptast spiral, dan 4) Kytinia, tiap sel
mengandung satu atau beberapa stellate khloroplas.

Ordo 5
Batrachospermales: Bentuk uniaksial (satu apikal sel per cabang);
biasanya dengan gonioblast yang berkembang dari karpogonium atau sel
hypogenous. Contoh genus B atracho sperm u m (idak meng hasilkan tetraspora).
Ordo 6 Nemaliales: Bentuk aksial multi (lebih dari satu apikal set per cabang),
biasanya dengan gonimoblast yang berkembang dari karpogonium atau sel
hypogenous. Contoh genus Nemation pada daerah inter tidal kutub utara.
Thallusnya seperti gelatin bentuk selindris dengan panjang 25 cm dengan cabang
dikotomis yang sedikti.

ordo 7 corallinales: Alga dengan kandungan kapur yang cukup tinggi, dengan
organ .reproduksi di conceptakel. Alga yang mendukung terbentuknya suatu
atoland terumbu karang dengan genus umum yaitu porolithon.
Ordo 8 Gelidiales: Talus tebal (fleshy), karpogonial bercabang terdiri dari
sel tunggal. Tidak ada perbedaan seLsel dalam karpogonium.
Contoh spesiesnya: Getidium cartitagium.

Ordo 9 Gracilariales: Talus tebal (fleshy),karpogonia bercabang dengan dua sel


yang berbeda dan tidak ada penghubung sel. Genus Gracitaia penghasil
lebih dari
setengah dari kebutuhan agar-agar dunia. Keracunan konsumsi Gracitaria ,,ogonori,,
(Noguchi et al, 1gg4;. smit, 2oo4) dengan gejala hipotensi, muntah, rnual,
hingga
kematian. Keracunan disebabkan oleh prostaglandin E2 yang meningkat saat
proses perendaman dilakukan di air tawar.

Ordo 10 Ceramiales: Talus relatif tipis atau bentuk filamen, setelah pembuahan
dapat melakukan pemotongan seldan mendukung empat-sel dari filament
karpogonia. Genus Polysiphonra merupakan uninucleate, sel apikal berbentuk
kubah adalah poliploid yang berisi 64-128 kalijumlah DNA dibanding kandungan
sel alga lainya (Goff dan Coleman, 1986).

Divisi 4. Chlorophyta
Chlorophyta atau alga hijau mempunyai variasi bentuk yang sangat banyak,
dari suatu flagellata hingga talus yang kompleks multiselular, dengan tingkatan
organisasi talus yang beragam (unisellular, koloni, filament, siphon dan
parenkimatous) menjadi salah satu dasar pengklasifikasian dari divisi ini.
Chlorophyta memiliki klorofil a dan b dengan pati berada pada kloroplast yang biasa
diselimuti pyrenoid. Pati yang terbentuk mirip yang ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggiyaitu amilum dan amilopektin, serta memiliki derivat pigmen tambahan
berupa B dan y-karoten, serta xanthopil.
Kloroplas dikelilingi oleh dua selaput membran tanpa suatu membran
retikulum endoplasma. Dinding sel terdiri dari beberapa selulosa yang mirip pada
tumbuhan tingkat tinggi namun beberapa spesies tersusun dari polimer yang
berbeda dan beberapa mengandung kapur yang tinggi. Bintik mata (eye spof), jika
ada terletak di dalam kloroplast yang terdiri dari tapisan karotenoid yang
mengandung lipid diantara selaput kloroplas dan thylakoid terluar.
Chlorophyta bersifat photoautotroph namun dapat juga sebagai suatu
heterotroph. Chlorophyta umum hidup di air tawar (sekitar 90%); dan sisanya (1Ao/o)

mendiami laut. Beberapa spesies dari ordo Caulerpales, Dasycladales, dan


Siphonocladales banyak hidup dilaut, sedangkan ordo yang lain medominasi pada
air tawar meliputi Ulotrichales dan Coleochaetales, Oedogoniales, dan
Zygnematales. Di ketahuiada sekitar 17 ribu spesies dari divisi ini.

Lee ef al,.(2040) mengklasifikasi Chlorophyta dalam empat kelas sebagai berikut:

Kelas I Prasinophyceae: Bentuk unisellular motil yang mana seltertutup oleh


suatu cairan (mucilage) dengan flagel (Gambar 25). Merupakan alga hijau yang
primitif, beberapa di antaranya merupakan suatu transisi untuk kelas lainya di
Chlorophyta. Hanya melakukan reproduksi aseksual, khusus genus Nephroselmis
memiliki siklus hidup yang haplontik.
Kelas 2 Charophyceae: Sel motil asimetris; phragmoplast dihasilkan setelah
pembelahan sel (suatu dinding baru); bintik mata (eye spofs)
biasanya tidak ada.
Siklus hidup haplontik dengan memproduksi sel flagel. Kelas ini memiliki
thalus
makroskopik, yang memperlihatkan karakteristik dari kedua filament
dan siphonous,
contoh spesies Nrteila sp. (Gambar 26)

Kelas 3 Ulvophyceae: Sel motil merniliki dengan flagela terletak pada akhir
anterior sel; Dasar (tempat melekat) flagela terdiri dari empat percabangan
pada
mikrotubula, atau pada suatu rhizoplast tanpa struktur yang berlapis,
hidup sesil,
talus biasanya multiseluler atau berupa soenocytik, umumnya mempunyai
bintik
mata. Dapat ditemukan siklus hidup siklus hidup haplontik, isomorfik,
dan
diplohaplontik- Umumnya hidup pada air raut, beberapa spesies
berupa
mikroskopis, filamen, tetapi umumnya adalah berupa rumput laut (seaweed)
yang
makroskopik yang dapat metakukan diferensiasi morfologi. Menghidrolis glycolate
dengan enzim glycolate dehidrogenase; dan urea dihidrolisis dengan
urease.
Contoh spesies lJtva sp (Gambar 20).

Kelas 4 Chlorophyceae: Sel motil dengan flagela terletak pada akhir


anterior sel;
akar flagela terdiri dari empat percabangan pada mikrotubula atau pada
suatu
rhizoplast tanpa struktur yang berlapis; mempunyai bintik mata,
siklus hidup
haplontik (meiosis terjadi ketika zigot berkecambah). Beberapa
anggotanya
memilikitheka yaitu sel berflagelyang melekat atau ditutupi oleh
dinding sel
(gambar 27). Dominan hidup diair tawar, Menghidrolis glycolate
dengan enzim
glycolate dehidrogenase; dan urea dihidrorisis dengan
urea amidoryase.

Kelas chlorophyceae mempunyai beberapa tiga ordo yaitu.

Ordo 1. Klebsormidiales: Rilamen tidak bercabang tanpa suatu


holdfasts
(pelekatan), tanpa prasmodesmata; zoospora teranjang
dan direpaskan rewat
dinding pori- Reproduksi seksual dengan isogamus dengan gamet
biflagel. Contoh
spesies Kebsormidium, stichococcus, and Raphidonema (Gambar
2g).

27
I
I

Gambar 27. Pyramimonas longicauda Gambar 28. Talus Nitella sp dari


unisellular dari divisi Prasinophyceae Charophyceae.( Withcopy right
(Withcopy right Taylor & Francis Group) Taylor & Francis Group)

Gambar 29. Oedogonium sp. Gambar 30. (a) Stichococcus bacillais.


dari Chlorophyceae (b) Kebsormidium sp. (c) Raphidonema nivale
(Hoham, 1973.)

Order 2Zygnematales. Reproduksiseksualdengan konjugasi; bentuk unicetlular


atau filament tidak bercabang, tidak memiliki hotdfasts; pada bentuk filamen
plasrnodesmata tidak ada; selflageltidak diproduksi (aplanospora). Meliputitiga
familiyaitu Zygnemataceae, Mesotaeniaceae,dan Desmidaceae Spesies Spirogira
sp (Gambar 29).

=goo"o,

^ -)'P
28
Goniugation
Tubc l/lal. Garnctc

#t
y/ zyso"por.
\@
I

G6r'rranataon
-.\=\-
%\
--T)
Gambar 31. Siklus hidup Spirogira sp (Lee et a1.,2008)

Order 3 Coleochaetales: Reproduksi seksual secara oogamous; sel motil dengan


suatu penutup, khas memiliki pelindung seta (sheathed setae), bentuk unicellular,
filamen yang bercabang atau thalus diskoid. Contoh spesies Coleochaefe sp
(Gambar 30).

Order 4 Charales: Reproduksi seksual secara oogamous, sel steril dikelilingi oleh
antheridia dan oogonium, non zoospore dengan gamet jantan terlapis. Talus
kompleks dengan pertumbuhan apikaldan melakukan diferensiasi menjadi ruas
(node) atau antar ruas, memiliki plasmodesmata. Contoh representative Chara sp
(Garnbar 31)

29
--' zoo'Por'
@^/

-rG\
s.t*-ffi'?if.t*'

/G'{oo'*"
|""

@-@;
Gambar 32. Siklus hidup dari Coleochaete scutata. (Oltmanns, 1898; Smith, 1950.)

Gambar 33. Siklus hidup Chara sp. (Smith, 1955; dan Scagelet a1.,1965)

30
Divisi 5. Euglenophyta h*uttt*
Euglenophyta meliputi sebagian besar alga unisellular berflagel, walaupun
banyak ditemukan dalam bentuk koloni. Banyak ditemukan pada daerah yang
mengandung material organik baik di perairan air tawar, payau dan laut, tanah
lembab atau lumpur, namun habitat umumnya pada air tawar. Alat gerak flagel
berasal dari dasar rongga yang disebut reservoir (terletak di ujung sel anterior) dan
sebaris dengan rambut saraf. Sel tubuh mampu bergerak lewat suatu proses
.metaboly yang merupakan rangkaian gerakan meluncur yang dirylg$lpn oleh
Suatu pelikel (|ry_lsan protein padadin terletak di dalam sitoplasma)
denganbentuksepertispiral.Divisiinikandungan
prochlorophyta, alga hijau, dan tanaman, karena mengandung klorofil a dan b,9-
dan y-karoten, dan xanthin. Namun, plastida dalam beberapa anggota spesienya
ada yang tidak memiliki warna. Seperti Dinophyta memiliki satu membran kloroplas
retikukurn endoplasma, tidak ada reproduksi seksual, makanan dalam berupa
paramylon atau chrysolaminarin tersimpan di sitoptasma bukan di kloroplast
(Gambar 32).

Gambar 34. Euglena stellata. (From Shin dan Triemer, 2004.)

Meskipun alga ini memiliki klorofil namun bukan merupakan suatu


photoautotroph merupakan mixotrophik obligat, karena mereka membutuhkan satu
atau beberapa jenis vitamin B. Beberapa genus yang tidak berwarna melakukan
phagotropik dengan organel selular khusus untuk meqangkap dan menelan
ra bersifat g.fi&Foi^#ft.'i#'raoa senus yang
berpigment hidup sebagai suatu heterotrophik fakultatif. Melihat beberapa karakter
di ataS maka beberapa studi mengkonfirmasikan bahwa sekitar duta per tiga (2/3)
dari400 genus dari divisi ini bersifat heterotrophik.
Studi rRNA dari Euglenophyta menuniukkan bahwa divisi ini hanya memilki
satu kelas (monofiletik) yaitu Euglenophyceae (Preisfeld et a1.,2000 dan Nudelman
et at,2003). Marin (2004) membagi kelas Euglenophyceae dalam tiga ordo
(Heteronematales , Eutreptiales, dan Euglenales) dengan berdasarkan pada
sequen dari asam nukleatnya terlihat suatu evolusi dari ketiga ordo tersebut.
nl6vL% 1 4'+ b,!
Ordo 1 Hetriiiiirematales: Dengan dua flagella, pada saat bergerak (berenang)
satu yang mengarah ke bagian anterior (depan) dan flagel kedua yang lebih
pendek mengarah ke bagian posterior (belakang). Memilikiorganel khusus untuk
mencerna (phagotrophik). Sel tidak berwarna. Contoh spesies Peranema
trichophorum (Gambar 33).

Order 2 Eutreptiales: Dengan dua flagella, pada saat bergerak (berenang) satu
yang rnengarah ke bagian anterior (depan) dan flagel kedua yang lebih pendek
mengarah ke bagian posterior (belakang). Tidak memilikiorganel khusus untuk va

mencerna..Contoh spesies Eutreptia sp dan Eutreptiella sp (Gambar 34).


dB'
Order 3 Euglenales: dua flagella, namun hanya satu yang munculdari reservoir.
Tidak rnemiliki organel xhusus untuk mencerna Contoh Euglena sp (Gambar 32).

Gambar 35. Peranematrichophorum. (a) Sel, (c) Canal (reservoir); (cv) Vacuola
kontraktil (cy) pinggiran sitosome; (tu) vesicle makanan; (g) Golgi; (ir) bagian
pencerna; (lf) Flagell depan (anterior); (m) mitokhondria; (n) nukleus; (p)
paramylon; (tf) Flagellum belakang (posterior). (D),(c) Tahapan sel melakukan
pencernaan (Lee et al, 2008)

32
C

20 pm

Gambar 36. Eutreptia sp (a) dan Eutreptiella sp (b) keduanya hidup di air laut
(payau). (C) Khloroplast; (E) Bintik mata; (P) Pati Paramylon (Lee et a1.,2008)

Divisi 6. Dinophyta
Divisi ini juga hanya terdiri dari kelas yaitu Dinophyceae. Anggota dari divisi
ini merupakan komponen penting microplankton di air tawar dan laut. Merupakan
makanan utama bagi protozoa yang lebih besar, rotifer, dan ikan. Beberapa
Dinoflagellata adalah parasit pada hewan invertebrata, jenis yang lain melakukan
endosyrnbionts (Zooxanthella) membentuk karang tropis. Plastida dikelilingi oleh
tiga membran (dua membran pada kloroplas dan satu membran kloroplas retikulum
endoplasma). Dinoflagellata memiliki klorofil a, b, c, fukoxanthin, dan B-karotenoid,
serta pigmen xanthopil seperti peridinin, dinoxanthin, dan diadinoxantin. Makanan
cadangan adalah pati (o-1-4glukan). Bentuk umum berupa unisellular berflagellata,
namun bentuk nonflagella, amuboid, coccoid (bulat), palmelloid, atau filamen juga
ditemukan. Dinoflagellata"memiliki dua flagella dengan pola kibasan bebas, satu
flagel sebagai pengarah, dan yang lainya sebagai sampul (gridlel sehigga
membentuk pola renang gerakan berputar. Sel yang motil umumnya terdiri dari
Epicone dan Hypocone yang dipisahkan melintang oleh suatu Cingulum. Epicone
dan hypocone biasanya dibagi menjadi beberapa bagian theca yang jumlah dan
posisinya merupakan karakteristik dari genus (Gambar 35).

33
Kehf" friloone
c,re"p kedt
futW' dw a w rzrJhar"\tctu
vr,.

fir:,tanoL

4\

Garnbar 37. Scippsiella trochoidea. Kenampakan bagian theca diventral (a)


dan dorsal (b) view. (Janofske, 2000.)

Selain bersifat photoautotroph, dinoflagellata memiliki keragaman yang tinggi


dalam hal cara memperoleh nutrisi, dan setengah dari total jumlah spesies yang
masuk kelas ini tidak memiliki plastida sehingga bersifat heterotrofik obligat. Di
habitatnya beberapa menghasilkan toksin dan bioluminescence (pendaran cahaya).
Toksin dapat mematikan ikan dan kerang terutama pada saat bloom (red tide)-air
berwarna merah, dan bila kerang atau ikan tersebut dimakan oleh manusia juga
akan keracunan. Siklus hidup merupakan haplontik. Zardoya et al., (1995) membagi
kelas Dinophyceae menjadi empat ordo berdasarkan studi molekuler yang meliputi.
^f,
W
Ordo {. Prorocentrales: Dinding sel dibagi vertikal menjadi dua bagian (halve),
cingulum tidak ada; dua flagela berada pada apex sel. Contoh spesies
Prorocentrum sp (Gambar 36).

Order 2 Dinophysiales: Dinding sel dibagi vertikal menjadi dua bagia n (halve), sel-
sel merupakan gabungan dari beberapa theca (struktur yang kompleks). Hidup di
tropis. Sel beradaptasi pada kondisi perairan floating (bergerak). Contoh spesies
Omithocercus sp (Gambar 37).

Ordo 3 Peridiniales: sel motil dengan sebuah epicone dan hypocone dipisahkan
oleh cingulurn dengan theka relatif tebal. Contoh spesies Ceratium sp (Gambar 38).
Order 4 Gymnodiniales: Ciri hampir sama dengan Peridiniales,sel motil dengan
epicone dan hypocone dipisahkan oleh cingulum; namun dengan theka tipis atau
tidak ada. Contoh spesies Gymnodinium pseudopalustrc dengan reproduksi
vegetatifnya menghasilkan sel anak yang tetap melekat satu sama lain minimal 12
jam (Gambar 39). \

Gambar 38. Hasil Scan elektron dari


Prcroce ntru m hoffm ani a n u m
(Faust, 1990.)

Gambar 39. Omithaceros magnificus


(g) Pembatas (cingulum); (p) pori; (w)
sayap.(Lee et al., 2008)

Gambar 40. Dua bagian sel vegetative


dari Ceratium comutum. (G) pembatas;
(S) sulcus (Happach-Kasan, 1982.)

35
Gambar 41. Dua bagian selvegetative
dan Gymnadinium breve (guratan
theka tipis).

odrsd
M
Divisi 7. Crypttophyta
Divisi ini ditandai unisellular dengan dua flagel $ang tidak sama panjangnya serta
bentuk sel yang datar asimetris. Pada flagel terldtak 1-2 baris rambut mikrotubula.
Cryptophyta hidup di habitat air tawar dan laut; dan pembentukan fase palmelloid
sering terbentuk. Beberapa anggota divisi dikenal sebagai zooxanthella yang
bersimbiosis dengan invertebrata atau dalam ciliate. Mampu melakukan
fotosintesis, namun beberapa sebagai suatu heterotroph. Reproduksi dengan
pembelahan longitudinal (binary), studi terbaru menunjukkan reproduksi seksual
juga terjadi. Divisi ini memiliki klorofil a dan c. Phycobilins terdapat dalam lumen
tilakoid.
dari retikulum endoplasrna,(Gambar .). Di antara dua lapisan retikulum endosplama
terdapatwd^nW9u,o,P.Nukleumorpmengandungsekitar531
genes yang dapat mengkode 30 protein. Bintik mata terletak diplastida namun tidak
berhungungan dengan flaget. Wu W

$rnu Yr"

35

PinKon q-MousaYvtVa

MoYoss"n - Gorat J.o -banh,ng- &ndaga .


Gambar 42: Cryptophyceae dengan (CE)
Setaput kloroplast; (CER) reticulum endoplasmic
kloroplast, (F) flagel; (CM) Corps de Maupas; tD)
dorsal; (E) eiectisome; (L) lipid; (M)

Ada tiga ordo dalam cryptophyceae (Marin et at, 1998; Deane et al, 2a02"):
plastida.
Ordo 1 Goniomonadales: Seltak berwarna (colorless) dan tanpa
makanan
Makanan masuk pada bagian tubular anterior dan dicerna dalam vakuola
di sitoplasma. Contoh spesies Goniomonas sp'
yang
or.do 2 cryptomonadales: sel kemerahan dengan kloroplas mengandung
phycob iliprotein d a n C r-phycoerylh ri n. Contoh spesies

ordo 3 Ghroomonadales: Sel biru-hijau karena kloroplas berisi phycobiliprotein


dan Cr-phycocyanin. Contoh spesies Chroomonas sp memilikivestibulum anterior
mana dua flagella muncul.

(VL)
Gambar 43: Cryptomonassp. (Fu) adalah perpanjangan anterior vestibulum;
et al, 1986..)
Ligule vestibular (vestibulum yang tumpang tindih) (Dari Kugrens
37
References

Barsanti L and Gualtieri P.2006. Algae: Anatomy, Biochemistry, and Biotechnology


CRC Press,Taylor & Francis Group- 6000 Broken Sound Parkway NW, Suite 300
Boca Raton, FL 33487-2742.

Bold, H. C., and Wynne, M. J. 1985. lntroduction to the algae, 2d ed' Englewood
Cliffs, N. J. Prentice-Hall.

Darley, W. M. 1982. Algal biology: A physiological approach. Boston: Blackwell


Scientifi c Publications.

Knoll, A. 1992. The early evolution of eukaryotes: A geological perspective. Science


256:622-27

Lee, R. E. 1989. Phycology,2d ed. New York: Cambridge University Press.

Lembi, C. A., and Waaland, J. R., editors. 1988. Algae and human affairs. New
York: Cambridge UniversitY Press.

Patterson, D. 1989. Stramenopiles: chromophytes from a protistan perspective- ln


The chromophyte algae problems and perspectives, J. Green, B. Leadbeater, and
W. Diver, editors. Oxford: Clarendon Press.

Prescott, G. W. 1978. How to know the freshwater algae, 3d ed. Dubuque, lowa:
Wm. C. Brown Publishers

Round, F. E. 1984. The ecology of algae. New York: Cambridge University Press.

Sogin, M. 1994. The stramenopiles from a molecular perspective: 16S-like rRNA


sequences from Labyrinthuloides minuta and Cafeteria roenbergenesis. Phycologia
33:369-77.

Scagel, R. F.; Bandoni, R. J.; Maze, J. R.; Rouse, G- E'; Schofield, W- B.; and
Stein, J. R. 1982. Nonvascular plants: An evolutionary survey. Belmont, Calif.:
Wadsworth.

Sze, P. 1993. A biology of the algae, 2d ed. Dubuque, lowa: Wm. C. Brown
Publishers.

Van den Hoek, C.; Mann, D.; and Jahns, H. 1995. An introduction to the algae. New
York: Cambridge University Press.

38
BRYOPHYTA (LUMUT)

Lumut adalah golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya


lebih tinggi dari golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan
sporangiumnya multiseluler, dan datam perkembangan sporofitnya sudah
membentuk embrio. Meskipun tumbuhan lumut hidup di darat tetapi untuk
terjadinyapembuahan masih tetap memerlukan air. Tumbuhan lumut
merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio
Bryophyta (bahasa Yunani bryum, "lumut")- Tumbuhan ini sudah
menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ
fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati, organ penyerap
haranya adalah rizoid "serupa akaf, sedang organ fotosintetik adalah daun.
Tumbuhan lumut mempunyai sel-sel plastida yang mengandung klorofil a dan
b, dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa. Tubuh
seperti lembaran2 berupa thalus (Marchantia, Anthoceros) atau telah
mempunyai habitus menyerupai pohon kecil dengan batang dan daun sangat
kecil (Polythricum, SPhagnum)

Giri-ciri Umum

1. Lumut tumbuh di berbagai tempat termasuk hidup pada daundaun yang


dikenal sebagai tumbuhan epifit, hidup di tempat-tempat yang basah
sehingga tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf, di sbmping itu ada
yang hidup pada tempat yang kering seperti batu cadas, tanah, atau kulit
pohon sehingga tubuhnya mempunyai struktur yang xeromorf

2. Mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dalam siklus hidupnya; dua


generasi yang silih bergantiyaitu generasigametofit (penghasil gamet) dan
generasi sporofit (penghasil spora). Generasi gametofit adalah tumbuhan
lumut itu sendiri.

39
3.Akar(rhizoid)danbatangpadalumuttidakmempunyaipembuluhangkut
hara dilakukan Secara
(xilem dan floem), sehingga pengangkutan zal-zat
difusi.Lumutmempunyaiklorofilsehinggasifatnyaautotrof.
(anteridium) yang
4. Alat-alat kelamin (gametangia) yaitu: alat kelamin iantan
menghasilkanspermatozoid,alatkelaminbetina(arkegonium)yang
menghasilkan ovum

individu disebut berumah satu


5. Jika kedua gamet terdaPat dalam satu
disebut berumah dua
(monoecious), jika terPisah Pada dua individu
meruPakan gerak
(dioecius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum
kimia yang dihasilkan oleh
kemotaksis, karena adanya rangsanga n zal
pada sel-sel leher maupun sel-sel
dinding bagian dalam arkegonium baik
perut.

dengan bagian bagian :-


6. Sporogonium adalah badan penghasil Spora,
vaginula(kaki).seta(tangkai)-apofisis(ujungsetayangmelebar)-
sporangium (kotak spora), calyptra (tudung)
dan kotumela fiaringan dalam

kotak spora yang tidak ikut membentuk spora)'

Pergiliran Keturunan (Metagenesis)


(metagenesis) dalam
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan
daurhidupnya;duagenerasiyangsilihbergantiyaitugenerasigametofitdan
generasisporofit.Generasigametofitmembentukgamet.gametuntuk
banyak air dan jika
rnelakukan reproduksi seksual. Proses ini membutuhkan
reproduksi seksual
dalam musim tidak cukup banyak air, maka seringkali
beriuta-iuta spora yang
tidak berlangsung. Generasi sporofit menghasilkan
disebarkananginsehinggadapatmenempatihabitat.habitatbaru.Meskipun
gametofit' tetapi sporofit ini
sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari
yang hidup bebas' sporoftt
tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri
gametofit yang berupa tumbuhan
tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan

40
mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit. Walaupun dapat membuat
sebagian dari makanannya, generasi sporofit Sama sekali bergantung pada
gametofit untuk air dan mineral.

Apa yang dikenal sebagai tumbuhan lumut merupakan generasi


gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Sel-sel kelamin
jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel
telur atau ovum) dihasilkan oleh arkegonium. Kedua organ penghasil sel
kelamin ini terletak di bagian pucuk lumut. Anteridium yang masak akan
melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi
apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk membuahi
ovum, gerakan sel sperma ini diduga mengikuti gradien konsentrasi gula
yang dikeluarkan oleh arkegonium. Sperma berenang ke bawah melalui
saturan arkegonium ke sel telur, dan terjadilah pembuahan. Zigot yang
terbentuk qerupakan sel pertarna pada generasi sporofit. Zigot terus
berkembang menjadi embrio yang akhirnya tumbuh menjadi suatu badan
bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang yang disebut
sporogonium. Sporogonium merupakan generasi sporofit yang tidak mandiri
karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit diploid (x = 2n) dan
berusia pendek (3-6 bulan) untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan
membentuk capsule spora (sporangium) pada bagian ujung. Sporangium
berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporangium dibungkus
oleh suatu selaput disebut tudung capsul spcra (calyptra) yang tidak lain
adalah dinding arkegonium yang ikut terangkat pada saat perkembangan
sporofit. Terangkatnya dinding arkegonium tersebut disebabkan leher
arkegonium amat sempit, sehingga sporogonium tidak dapat menembusnya.
Karena bentuknya seperti tudung akar pada ujung akar (tumbuhan tingkat
tinggi) dan mungkin karena mempunyaifungsi yang sama sebagai pelindung,
maka bekas dinding arkegonium tersebut juga dinamakan calyptra. Di dalam
capsule sporaterdapat jaringan yang disebut arkespora. Arkespora
membentuk sel induk spora, dan dari satu sel induk spora dengan

4t
pembelahan reduksi teriadilah 4 spora yang berkelompok merupakan tetrade'
sporogonium masak akan segera melepaskan spora. spora yang
mendapatkan tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi suatu berkas-berkas
yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan akan
lumut
membentuk gametofit baru. Lebih jelasnya siklus hidup tumbuhan
secara umum dapat dilihat pada bagan berikut ini:

ttor"
PROTONEiJIA

I
TUiIBUHAN LU iIIUT

ANTERIDIUM ARKEGONIUM

i I

I
sPoRtrGluM

SEL INDUK SPORA

AA SPORA

Gambar 44. Bagan siklus hidup tumbuhan lumut

42
Klasifikasi
(Lumut hati},
Bryophyta terbagi dalam 3 classis yaitu: Hepaticopsida
(Lumut sejati)
Anthocerothopsida (Lumut tanduk), dan Bryopsida

1. HepaticoPsida (Lumut Hati)

LumuthatidikenalsekitarS500spesiesyangterdistribusiditempat.
masih berupa thalus
tempat lembab dan teduh. Jenis-jenisnya diketahui
berdaging, bercabang
berbentuk pita, lebar kira-kira 2 cffi, agak tebal,
yang tidak jelas menonjol' Tubuhnya
rnenggarpu, dengan suatu rusuk tengah
terbagi meniadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati'
menempel di atas permukaan tanah,
pohon atau tebing' Terdapat rizoid
makanan' Tidak memiliki
berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat
dengan membentuk gemma
batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif
(kuncup yang merupakan struktur seperti mangkuk
dipermukaan gametofit)'
jantan (anteridium) dan
dan secara generatif dengan membentuk gamet
cabang thalus
gamet betina (arkegonium). Gametangium didukung suatu
yangtumbuhtegakrrasing.masingmendukunggametjantanyangdisebut
Pembuahan berlangsung
anteridiofor dan gamet betina yaitu arkegoniofor.
tersebut cairan yang
dalam cuaca hujan dan oleh percikan air hujan
mengandung spermatozoid terlenipar dari anteridiofor
ke arkegoniofor'
embrio yang terdiri
setelah teriadi pembuahan, zigot berkembang menjadi
yang kecil' bentuk
dari banyak sel yang berkembang menjadi sporogonium
pembelahan
jorong, bertangkai pendek, dan berwarna hijau. sel teratas hasil
zigot yang pertama berkembang meniadi capsul
spora sedang sel terbawah
Pada saat capsul spora
berkembang menjadi kaki dan tangkai sporogonium'
spora. SPora Yang
matang bagian ujung robek, pecah dan mengeluarkan
jatuh pada tempat yang cocok akan berkecambah menjadi Protonema
selaniutnya berkembang menjadi gametofit baru' Contoh sPesies:
Ricciocarpus, Lunularia, Porella dan

43
frmale 6amelophyte (r)

Gambar 45. Siklus hidup Marchantia polymorpha

(b)

Gambar 46. Marchantia polymorpha a) M. Polymorpha dengan


gemma; b). M. polymoryha dengan anteridiofor dan
arkegoniofor.

44
2. Anthocerothopsida (Lumut Tanduk)

Lurnut tanduk terdiri dari 5 marga dan sekitar 3500 spesies, ditemukan
di tempat-tempat lembab dan ternaungi, hidup di tepi sungai, danau, atau
sepanjang selokan. Tubuhnya berupa thalus bentuk cakram dengan tepi
bertoreh, melekat pada substrat dengan perantaraan rizoid-rizoid. Sporofitnya
berupa kapsul memanjang, tidak bertangkai yang tumbuh dari hamparan
gametofit menyerupai tanduk. Reproduksi seperti lumut hati, perbedaannya
yang
adalah terletak pada sporofit dimana lumut ini mempunyai kapsul spora
memanjang, masing-masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran
besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut. Anteridium maupun
arkegonium berada pada suatu lekukan pada sisi atas thalus, dari hasil
peleburan sel sperma dan ovum membentuk zigot yang lalu membelah
membentuk sporogonium dan kaki yang melekat pada thalus gametofit yang
bersifat haustorium. Sporogonium yang matang akan pecah seperti buah
poiongan Contoh spesies adalah Anthocerc.s /aevts, A- fusiformis

Gambar 47. Anthoceros laevis dengan sporogonium bentuk tanduk

45
3. BryoPsida (Lumut Daun)

BryopsidaadalahkelasyangterbesardiantaraanggotaBryophyta
lainnyadanpalingtinggitingkatperkembangannyakarenabaikgametofit
maupunsporofitnyasudahmempunyaibagian-bagianyanglebihkompleks.
Bentuk tubuhnya simetris radial' berupa
Lumut daun iuga disebut lumut sejati'
akar (rizoid), batang dan daun'
tumbuhan kecil dengan bagian seperti
Ditemukansangatrapatpadatempat.tempatlembabdanteduh'tanah,
bebatuan,danbatangpohon.Banyakpuladitemukanlumutdaunyang
yang sangat dingin, atau bahkan sangat
bertoleransi pada daerah ekstrim
panas.Reproduksivegetatifdenganmembentukkuncuppadacabang-
cabangbatang,dimanakuncupakanmembentuklumutbaru,sedang
reproduksigeneratifmembentukgametjantandanbetina.Siklushiduplumut
sporofit pada
mengalami pergantian antara generasi haplcid dengan diploid'

urnumnyalebihkecil,berumurpendek(sekitar3-6bulan)danhidup
adalah badan penghasil spora'
tergantung pada gametofit. sporogonium
(vaginula)' tangkai (seta)' kotak spora
terdiri dari beberapa bagian; kaki
(sporangium);tudung(calyptra),penutup(operculum).Lebihlanjutdiuraikan
secara lengkaP:
yang fungsinya
1. Kaki (vaginula), merupakan Lagla-n-!-q@
tetuanya, kaki masuk ke iaringan
menyerap aiJan mineral dari gametofit
lumutdanberfungsisebagaialatpengisap(haustorium)

ke udara
2. Tangkai (seta), tumbuh beberapa sentimeter

3.Capsulespora(sporangium),terbentukdiujungtangkai'Didalamnya
dilengkapi dengan operkulum
terdapat sel-sel induk spora. sporangium
samping itu sporangium secara
sebagai penutup pada uiungnya' Di
yang berasal dari dinding arkegonium'
keseluruhan ditutup oleh calyiptra

46
Selama musim panas, setiap sel induk spora dalam sporangium
menjalani meiosis, menghasilkan empat spora haploid. Menjelang akhir
musim, calyptra dan operkulum tanggal dari sporangium. Kelembaban yang
menurun menyebabkan cincin-cincin geligi di dalam sporangium melengkung
keluar. Dengan demikian spora-spora akan terpencar keluar. Ukurannya yang
sangat kecil memungkinkan penyebarannya oleh angin ke tempat jauh.
Contoh spesies: Potytricum iuniperinum, P.commune, , Pogonatum cinatum,
Aerobrysis tongissima, Sphagnum squarosum, S. fibriatum, dan Furaria.

i#a,-i

s#*+ffiT*'
iqffi
Hffi \' Mrro'''

wffi
Wffi;
,g
il g&t
-L

rw
TY# "fW
I *d6 ; AfH
Jaffiffi 1|*-rE oil.J'
c -hE jri

t r+flc
1

v*;'t
-tg
C _
''ioo' *t *
k fl;',
ei
rzua"t+r
ffiwi
lJ #
q
-dd '4*#w;

Spon (a)
.. r, :.:j
\t# a.
JPootrErtrm ..ii

PEnNlux prxalru.r
Heploid (a)

*i;i oipuia t:,r

Gambar 48. Siklus hidup Polythricum commune

47
Bryopsida dibedakan dalam 3 ordo
yaitu: Andreaeales (granite
dan Bryales (true mosses)'
mosseslrock mosses), sphagnales (peat mosses)
2 genus' salah satunya;
Andreaeales dikenal sebagai lumut batu, terdiri 'dari
kecil, hiiau tua. sphagnales
Andreaea dan sekitar 100 species, umumnya
sphagnum yang kira-kira
atau dikenal dengan lumut gambut, monogeneric;
seiati' terdiri dari beberapa genus
terdiri dari 300 species. Bryales atau lumut
yaitu; Funaria, Mnium, Polythricum, dan Pogonatum'

(a) (b)

Gambar 49. a) Andreaea sp' b) Sphagnum fimbriatum

Manfaat Bryophyta (Tumbuhan lumut)

sebagai bahan obat


1. Jenis-ienis Marchantia diketahui pernah dipergunakan
penYakit hePar (hati)

48
2. Lumut jenis Sphagnum juga komponen utama bahan bakar, yang mana
ditambang untuk penggunaan sebagai bahan bakar, sebagaiadilip lahan
perkebunan

3. Sphagnum sebagai medium pertumbuhan

4. Sphagnum digunakan sebagai PPPK yang dipakaian pada luka prajurit


(Perang dunia ll), lumut ini sangat menyerap dan mempunyai kekayaan
antibacterial

5. Lumut digunakan pada dekorasi perayaan Natal dan untuk dekorasi rumah.

6. Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia


oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupaispons), dan
sebagai penyerap polutanLumut ditemukan terutama di area sedikit cahaya
/ ringan dan lembab

49
PTERI DOPHYTA (PAKU-PAKUAN}

yang
Tumbuhan paku (Pteridophyla), adatah satu divisio tumbuhan
telah dapat
telah memiliki sistem pembuluh seiati (kormus), artinya tubuhnya
blii untuk
dibedakan antara akar, batang dan daun, tetapi tidak menghasilkan
reproduksinya. Kelompok tumbuhan ini masih menggunakan
spora sebagai

alat perbanvakan qeneratifnya, sama seperti lumut dan fungi' Tumbuhan


paku tersebardi seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersaliu abadi dan
daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10'000
(diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di lndonesia), sebagian
besar
tidak
turnbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung
tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku
moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan
paku
tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. serasah hutan
pada zaman tersebut yang menjadi fosil dan sekarang ditambang sebagai
batu bara.
' Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa
pohon

(paku tiang, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di airlhidrofit, tetapi


biasanya berupa tgrna dengan rhizoma yang menjalar di tanah atau humus
dan ental (frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi
(sarnpai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung dan menjadi satu
ciri khas tumbuhan paku. Daun paku hampir selalu daun maiemuk' Sering
d'rjumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga
mernbentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain. Memiliki
jaringan pengangkut (xilem dan floem), Secara umum telah dapat dibedakan
akar, batang dan daunnya. Alat reproduksi aseksual berupa spora' Spora
dihasilkan oleh sporofil (daun fertil). Mengalami metagenesis (Fase sporofit
lebih dominan darifase gametofit)

Pergiliran Keturunan (Metagenesis)


paku mengenal
Seperti halnya tumbuhan lumut, siklus hidup tumbuhan
pergiliran keturunan (metagenesis), yang terdiri dari dua generasilfase utama

50
{Se w
yang dikenal sebagai
yaitu generasi gametofit dan generasi sporofit. Apa
bentuk generasi sporofit
tumbuhan paku yang sehari-hari dilihat merupakan
gametofit disebut protalus
karena menghasilkan spora. Bentuk generasi
(prathattus)atauprotalium(prothattium's,yangberwujudtumbuhankecil
tidak berakar (tetapi
berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati'
Protalium tumbuh dari spora
memiliki rizoid), tidak berbatang, tidak berdaun'
berkembang anteridium
yang jatuh di tempat yang lembab. Dari protalium
(antheridiurn, organ penghasil spermatozoid atau
sel kelamin iantan) dan
arkegoniu m (archegonium, organ penghasil
ovum atau sel telur)' Pembuahan

mulak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid menuju


menjadi zigot, yang pada
archegonium. ovum yang terbuahi berkembang
gilirannya tumbuh menjaditumbuhan paku baru' -/

frf,. t'r, ,faa Le***"o Pq--,

o Nex-f,w;r,
6esakan sfeuua
I ? 'r,{aliry F

%
/ g€s.* IttCrtujv OVULX .
- 53 s?oa("
"
^ei'-ig[e [p Lcai-lo.
low**
'Sawyai 1.1,""",
-** 1

1w5*lj fr.;t f'Q7.


S'*
r
-{:ti=*.. O
'' r{ss ::",#e,q$s,. rtrwe!#6&#M#

Carypar SO- Sin,t hidup tumbuhan pa.ku

dilihat pada bagan


Untuk lebih jelas siklus hidup tumbuhan paku dapat
siklus hiduP berikut: zd e1owlL (*tyo*du*s T'..)
f-ht ({-fu ,*,en5aul,,*y
t+r"t 1,'l-l,ft
ff"ny^ by"nnnrnt I,*J.

51
SPORA
I
*
PROTALIUM

/\
ANTERIDIUM ARKEGONIUM

ll
+
SPERMATOZOID SEL TELUR

h^'nt M^
,fr*Vs"'
( )
zcor
I
TUMBUHAN PAKU

I
SPOROFIL

I
SPORANGIUM

I
SEL INDUK SPORA

.AA
Gambar 51. Bagan siklus hidup tumbuhan paku
Klasifikasi Tumbuhan Paku

Para ahli botani mengklasifikasikan tumbuhan paku-pakuan


berdasarkan tiga ciri sebagai dasar pengklasifikasian yaitu: A) jenis spora
yang dihasilkan, B) bentuk spora/sorus, dan C) ada atau tidak adanya
indusium (selaput transparan yang membungkus sorus)

A) Berdasarkan spora yang dihasilkan dikenal 3 jenis tumbuhan paku,


yaitu:
*r*&.
1.3!g Flcllggpgra (llggpora), paku yang menghasilkan satu jenis spora
yang bentuk dan ukurannya sama, contoh: paku kawat (Lycopodium
clavatum)
2. Paku Heterospora, paku yang menghasilkan dua jenis spora yaitu:
mikrospora (antan) dan makrospora (betina), contoh: paku rane
(Selaginella), semanggi (Marsilea).
3. Paku Peralihan, paku yang menghasilkan spora yang bentuk dan
ukurannya sama (isospo:'a) tetapi sebagian jantan dan sebagian betina
(heterospora), misalnya paku ekor kuda (Equisetum debilel

B)Bentuk spora/sorus
Beberapa bentuk spora/sorus pada paku-pakuan dapat dilihat pada
gambar berikut:

Ca Ocr^CeCo.

53
. C .i!#: rfp, 'a1. :t.;

Gambar 52. Berltuk spora/sorus. A) lonjong, B) melengkung,


C) ginjal, D) lurus, dan E) bulat

Gllndusium

lndusium merupakan selaput hansparan yang membungkus sorus. Tidak semua ienis
paku palaran memiliki irdusium. Sondspra. yang tidak rnemiliki indusium lebih cepat jatuh
sparanya sedangkan yng menriliki hdusium masih memhrtuhkan rvaktu unfuk menanggalkan
. indusiumnp.

Gambar 53. Sorus dergan indusium

54
Gambar 54. Sorus tanPa indusium

Divisio Pteridophyta dikelompokkan dalam 4 classis:

1. Classis Psilopsida (Paku purba)

2. Classis LYcoPsida (Paku kawat)

3. Classis Sphenopsida (Paku ekor kuda)

4. Classis Pteridopsida (Paku seiati/paku darat)

{) Ciri-ciri Glassis PsiloPsida:


Daun mikrofil (berukuran kecil), batang bercabang dikotom, dan berfungsi dalaq
fotosintesis, pada ruas-ruas batang dihasilkan sporangium, paku ini merupakan paku
homospor. Sebagian besar telah punah dan beberapa yang masih tersisa Contoh :
'

Psilotum nudum.

55
(a) ,(b)
.Gambar 55. Psitotum nudum; a) memperlihatkan cabang dichotom; b) cabang
dengan daun mikrofildan sporangium

2) Ciri-ciri classis Lycopsida


Memiliki daun yang berukuran kecil (mikrofil), tidak bertangkai, daun-daun tersusun
sangat rapat, sporofil tidak jauh berbeda dengan tropofil. spora dihasilkan olelr strobilus
(kumputan sporofit yang berbentuk bulir) yang terdapat pada bagian uiung.. Pada
selaginella, jenis spora yang dihasilkan ada 2 macam, yaitu mikrospora dan megaspora,
mikrospora akan berkembang menjadi gametofit jantan, sedang megaspora akan
berkembang menjadi gametofit betina, Contoh jenis; Lycopodium cem!4gIn, Selaginella
caudata.
pada ujung
Gambar 56. Lycopodium cemuum dengan rangkaian sporofil

3) Ciri-ciri elassis Equisetinae:


berkarang'
Hidup terutama di rawa, mempunyai batang keras, bercabang-cabang
tersusun berkarang, sporofil
berbuku, beruas, dan berongga, memiliki daun mikrofil,
sporangium pada sisi bawah'
berbeda daritropofil. sporofil bentuk perisai dengan sejumlah
gadafterucut (strobilus) pada ujung
sporofirtersusun membentuk suatu badan berbentuk
palustre
batang atau cabang. Contoh jenis: Equisetum

pada ujung batang/cabang


Gambar 57. Equisetum palustre, dengan rangkaian sporofil

t
. Ciri'ciri Classis Pteridopsida:

Dikenal sebagai tumbuhan paku sejati. Telah dapat dibedakan akar, batang dan
daun (daun makrofil), daun muda tumbuh menggulung (circinatus), sporofil biasanya
sangat berbeda dengan tropofil. Spora dihasilkan pada sporofil, terutama permukaan daun
bagian bawah dengan bentuk yang berbeda-beda, seperti; bentuk ginial, bulat, piala,
garis, dll. Ada kalanya spora dilindungi indusium tapi ada juga spora yang tidak memiliki
indusium. Contoh ; Pteris filix-mas, Cyathea sp, Adiantum cuneatum, Azolla pinnata
Marsilea sp.

Gambar SS.Lindsaea lucida Gambar 59. Tichomanes maximum

58
Gambar 60. Gleichenia microphylla

Gambar 61. Salvinia cucullata Gambar 62. Marsilea crenata


Gambar &. Platycerium sP.

Gambar GS. Asp/enium nidus a) Sebagaitumbuhan epifit b) Spora bentuk garis


illanfaat Tumbuhan Paku-Pakuan:

Beberapa tumbuhan paku digunakan sebagai tanaman hiasan yaitu: Platycerium


nidus (paku tanduk rusa), Asptenium nidus (paku sarang burung), Adiantum cuneatum
(suplir), dan Selaginella wildenowii (paku rane). Sebagai bahan penghasil obat-obatan:
Asipidium filix-mas, Lycopodium clavatum. Sebagai sayuran, Marsilea crenata (semanggi),
Satvinia natans (paku sampantkiambang). Sebagai pupuk hijau: Azotla pinnata
bersimbiosis dengan anabaena azollae (ganggang biru), dan sebagai pelindung tanaman
di persemaian yaitu Gleichenia linearis-
DAFTAR PUSTAKA

Backer, C.A. 1973 . Attas of 220 Weeds of Sugar&ane Fblds in Java (vol.
7).Copyright by lndonesian Sugar Experiment Station (BP3G) Pasuruan,
lndonesia.

Campbell, N.A.,Reece,J.B.,Mitchell, L.G.1999. Biologi (Edisi kelima, iilid 2)


Terjemahan oleh Manalu W, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harris, J.G, & Melinda Woolf Hanis, 19(M. Plant ldentification Terminalogy, An
lllustrated Glossary. United States of America.
http://en.wikipedia.orqiwiki/Fern............FERN, diakses Desember 2O1O
Jones, S. B. Jr.& A. E. Luchsinger. 1987. Plants Systemafibs (second ed.).
McGraw-Hill Book Company. New York.

Kaufman, P.8., Carlson, T. F., Dayanandan,P.,Evans,


M.L.,Fisher,J.B.,Parks,C.,Wells,J.R., 1989. PLANIS Their Biology and
lmportance. Harper & Row, Publishers, New York.

Kimball, J.W. 1983. Biologi (Edisi kelima, jilid 2). Terjemahan oleh;
Tjitrosomo,S.S.,Sugiri,N. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Sastrapradja,s. dan Afriastini, J.J. 1985. Kerabat Paku. Studi Potensi Sumber Daya
Alam lndonesia,sumber Daya Nabati, Lembaga Biologi Nasional-LlPl Bogor

Simpson, M.G. 2006 . Plant Sysfemafibs. Elsevier Academic Press, Canada.

Steenis,van C.G.G.J, 2008. FLORA untt:k Sekotah di tndone.sia (cetakan ke-12),


ditedemahkan oleh Moeso Surjowirroto. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Tiitrosoepomo, G. 1981. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomf Khusus). Penerbit


Bhratara.

1993. Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan).


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai