Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anggrek merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi

bila dibanding dengan jenis tanaman hias lainnya. Iklim tropis Indonesia cocok

untuk pertumbuhan anggrek juga sangat potensial untuk menghasilkan jenis-jenis

anggrek alam yang bermutu. Salah satu jenis anggrek yang banyak diminati

masyarakat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah anggrek Dendrobium.

Anggrek Dendrobium digemari karena keindahan dan kecantikan bunganya yang

bertahan cukup lama. Genus dendrobium diperkirakan berjumlah lebih dari 30

spesies, dengan penyebaran yang sangat luas. Mulai dari ujung timur India, seluruh

asia, China Dan diseluruh kepulauan Pasifik yang mencakup australia dan austria.

Bibit anggrek dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan

anggrek secara generatif sering menghadapi kendala pada rendahnya kemampuan

dan lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan

ukuran biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan

makanan pada awal perkecambahan biji (Bey dkk., 2006).

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk

mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya dalam

jumlah besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sistem konfensional, umumnya

masih memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, saat ini di beberapa

negara maju telah banyak dikembangkan suatu sistem perbanyakan tanaman secara

vegetatif yang lebih cepat dengan hasil yang lebih banyak lagi, yaitu dengan sistem

kultur jaringan. Kultur jaringan sering disebut juga perbanyakan tanaman secara in

Praktek Kerja Lapang | 1


vitro, yaitu budidaya tanaman yang dilaksanakan dalam botol-botol dengan media

khusus dan alat-alat yang serba steril. Sistem perbanyakan tanaman dengan kultur

jaringan ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak dan

dalam waktu yang singkat. Tanaman baru yang dihasilkkan mempunyai sifat-sifat

biologis yang sama dengan sifat induknya. Sistem budidaya jaringan juga memiliki

keuntungan lain yaitu penghematan tenaga, waktu, tempat dan biaya. ( Daizy,

1994).

Produsen bibit secara in vitro di indonesia masih jarang di temukan, baik

dari kalangan ilmuwan, Peneliti pada instansiyang terkait di bidang pertanian.

padahal prospek usaha di dalamnya sangat menguntungkan. Teknik kultur in vitro

dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman anggrek secara tepat. Selain untuk

membantu pemuliaan tanaman dalam menghasilkan tanaman homozigot dan juga

memungkinkan untuk memperoleh hibrida. ( Livy Winata, 1998 )

Komposisi media VW (Vacin dan Went) merupakan komposisi media yang

paling umum digunakan dalam perbanyakan anggrek secara in vitro. ( Bey dkk

2006 ) melaporkan bahwa penggunaan media VW yang ditambahkan zat pengatur

tumbuh auksin dapat mempercepat pembentukan protocorm pada tanaman anggrek.

Giberelin merupakan senyawa organik yang berperan penting dalam pertumbuhan

karena dapat mengaktifkan reaksi enzimatik, terutama pada benih (Wilkins, 1989).

Penggunaan hormon yang tepat dalam media tumbuh tanaman anggrek

dapat mendukung dalam perbnayakan tanaman. Anggrek ditempat asalnya ( di

hutan ) dapat tumbuh dan berkembang biak, akan tetapi presentasi hidupnya kecil

dan juga perkembngan nya lambat, sehingga dapat mempengarui jumlah anggrek.

Praktek Kerja Lapang | 2


Penggunaan tenik in vitro di harapan mampu memecahkan permasalahan dalam

perbanyakan anggrek dendrobium.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari Hasil Identifikasi Permasalahan Yang Saya Lakukan Di Tempat Pkl,

Bahwa :

• Pembuatan media tanam anggrek mulai dari pembuatan sub kultur

sampai media akhir ( m.a ) tanaman anggrek memerlukan kejelian dan

ketelatenan. Jika salah dalam pemberian komponen” / formula dalam

pembuatan media dapat mengakibatkan tanaman anggrek tumbuh tidak

sempurna.

• Hal hal mendasar pada saat sterilisasi alat dan bahan juga akan

mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan tanaman anggrek.

• Permasalahan pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari

lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik. Disamping

kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan

penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih

rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik.

Oleh karena itu, dalam pkl ini saya mempelajari dan memfokuskan

pada cara pembuatan media sampai proses aklimatisasi pada tanaman

anggrek dendrobium .sp

Praktek Kerja Lapang | 3


1.3. Rumusan Masalah

Dari hasil identifikasi diatas, maka masalah yang penulis rumuskan adalah :

1. Bagaimanakah teknik Kultur Jaringan Secara In Vitro Pada Tanaman

Anggrek Dendrobium .sp Yang Baik Dan Benar ?

2. Faktor Faktor Apa Sajakah Yang Perlu Di Perhatikan Agar Perbanyakan

Secara In Vitro pada tanaman Anggrek Dendrobium .sp Dapat Berjalan

Dengan Baik ?

1.4. Tujuan

Dari hasil perumusan masalah tersebut, maka tujuan pkl ini adalah :

1. Mengetahui cara atau teknik dalam kultur jaringan secara in vitro pada

tanaman Anggrek Dendrobium sp

2. Mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari

kultur jaringan pada tanaman Anggrek Dendrobium sp

Praktek Kerja Lapang | 4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diskripsi Umum Anggrek

Dendrobium berasl dari kata “dendro” yang berarti pohon, dan “bios” yang

berarti hidup. Anggrek ini merupakan salah satu jenis anggrek yang paling populer.

Baik dikalangan penghobi maupun pengusaha pembesaran anggrek. Para

pengusaha anggrek biasanya memulai usaha nya dengan menanam anggrek ini,

karena paling mudah memperolehnya dan mudah untuk menanamnya anggrek

dendrobium merupakan salah satu genus anggrek yang terbesar yang terdapat pada

dunia ini. (Dhian Aziz, 2007 ).

Gambar 1. Beberapa jenis anggrek dendrobium sp

Anggrek dendrobium tumbuh menyebar di asia selatan, india dan sri

langka.anggrek dendrobium di asia timur hanya di budidayakan oleh masyarakat

jepang, taiwan dan korea. Anggrek dendrobium di asia tenggara menjadi andalan

Thailand, Indonesia dan Filipina. Sebarannya lalu meluas ke selandia baru dan

tahiti. Dendrobium kebanyakan tumbuh liar di daerah tropis seperti asia dan dalam

jumlah yang tebatas di temukan di selatan Amerika serikat dan bekas jajahan

inggris. ( trubus, 2005)

Praktek Kerja Lapang | 5


Dendrobium adalah salah satu marga anggrek epifit yang biasa digunakan

sebagai tanaman hias ruang atau taman. Bunganya sangat bervariasi dan

indah. Dendrobium relatif mudah dipelihara dan berbunga. Pola pertumbuhan

anggrek Dendrobium bertipe simpodial, artinya memiliki pertumbuhan ujung

batang terbatas. Batang ini tumbuh terus dan akan berhenti setelah mencapai batas

maksimum. Pertumbuhan ini akan dilanjutkan oleh anakan baru yang tumbuh di

sampingnya. Pada anggrek simpodial ini terdapat penghubung yang disebut

rhizoma atau batang di bawah tanah. Dari rhizoma ini akan keluar tunas anakan

baru. Di antara rhizoma dan daun ada semacam umbi yang disebut pseudobulb

(umbi palsu).

Ukuran maupun bentuk pseudobulb bervariasi. Anggrek Dendrobium

membutuhkan sinar matahari dengan sedang sampai tinggi, tergantung dari jenis

Dendrobium. Apabila suhu terlalu tinggi dapat dibantu dengan pengkabutan dengan

penggunaan semprotan untuk menghindari penguapan yang lebih besar.

2.2. Klasifikasi Anggrek Dendrobium sp

Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar

dan sangat bervariasi. Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25.000

spesies (Gunawan, 2006). Salah satu genus yang mempunyai posisi sangat tinggi

dalam kultur dan industri bunga potong di indonesia adalah anggrek Dendrobium

(Gunadi, 1985 yang dikutip oleh Pohan, 2005).

Praktek Kerja Lapang | 6


Menurut Dressler dan Dodson (2000) dalam Widiastoety dkk (2010), klasifikasi

anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium

Dendrobium merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia, dan jumlahnya

diperkirakan mencapai 275 spesies (Gandawidjaya dan Sastrapradja 1980).

2.3. Morfologi Anggrek Dendrobium

2.3.1. Bunga dan bagian – bagiannya

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki

keragaman warna dan bentuk bunga . meski demikian anggrek memiliki

struktur bunga yang sama dan khas (Gambar 1).

Bunga anggrek terdiri dari :

1. Kelopak (sepal)

2. Mahkota (petal)

3. Lidah (Labelum)

4. Bakal buah, dibentuk oleh penyatuan putik dan benangsari

Praktek Kerja Lapang | 7


Gambar 1. Struktur bunga anggrek Dendrobium(Dresier dan

Dodson.2000).

Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan si sela-sela

sepal terdapat dua helai petal. Sedangkan labelum atau lidah bunga

merupakan modifikasi dari petal (Gambar 2).

Gambar 2. Bunga anggrek Dendrobium

2.3.2. Buah

Bentuk buah anggrek berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Buah anggrek

merupakan lentera atau capsular yang memiliki 6 rusuk. Tiga di antaranya

merupakan rusuk sejati dan yang tiga lainnya adalah tempat melekatnya dua

tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun buah tadi dalam

satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan jutaan biji

anggrek yang sangat lembut dalam ukuran yang sangat kecil (Gambar 3).

Praktek Kerja Lapang | 8


Biji-biji anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan ,

sehingga untuk perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi untuk

membantu pertumbuhan biji. Perkecambahan di alam sangat sulit jika tanpa

bantuan fungi (jamur) yang disebut mikoriza yang bersimbiosis dengan biji-biji

anggrek tersebut. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, hifa atau benang dari

mikoriza akan menembus embrio anggrek melalui sel-sel suspensor. Kemudian

fungi tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai bahan energi yang

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan biji-biji

anggrek.

Gambar 3. Buah Anggrek Dendrobium

Buah anggrek berbentuk seperti kapsul dan di dalamnya terdapat banyak biji

dengan ukuran sangat kecil. Endosperm tidak terdapat pada biji anggrek padahal

endosperm berfungsi sebagai cadangan makanan dan sangat berperan saat terjadi

perkecambahan (Parnata, 2005).

2.3.3. Daun

Helaian daun anggrek berdaging berwarna hijau tua. Permukaan daun dilapisi

kutikula (lapisan lilin) yang dapat melindungi dari serangan hama dan penyakit.

Kedudukan daun tersusun secara berjajar berselingan (Gambar 4).

Daun anggrek memiliki ciri khas bertulang daun sejajar, sedangkan bentuknya

berbeda-beda, ada yang memanjang dan ada yang membulat tergantung pada

Praktek Kerja Lapang | 9


spesies. Tipe daun menunjukkan keadaan habitat anggrek. Menurut pertumbuhan

daunnya, anggrek digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Kelompok evergreen ( tipe daun tetap segar / hijau ), yaitu anggrek

yang helaian-helaian daun nya tidak gugur serentak.

2. Kelompok decidous ( tipe gugur ) , yaitu semua helaian-helaian daun

gugur dan tanaman mengalami masa istirahat, kemudian diganti

tempatnya dengan munculnya bunga.

Batang dan daun anggrek mengandung klorofil, hal ini sangat membantunya

memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis dalam habitatnya di

hutan yang minim cahaya. Klorofil pada batang anggrek tidak mudah hilang atau

terdegradasi walaupun daun-daunnya telah gugur, oleh sebab itu anggrek juga

memiliki julukan evergreen.

Gambar 4. Daun Anggrek Dendrobium

Praktek Kerja Lapang | 10


2.3.4. Batang

Batang anggrek yang menebal merupakan batang semu yang dikenal dengan

istilah pseudobulb (pseudo=semu, bulb=batang yang menggembung), berfungsi

sebagai penyimpan air dan makanan untuk bertahan saat keadaan kering (Bose dan

Battcharjee, 1980). Batang Anggrek ada dua tipe yang dipengaruhi oleh titik

tumbuhnya (Gambar 5), yaitu :

1. Monopodial

Anggrek tipe monopodial hanya memiliki satu batang dan satu titik

tumbuh. Batang utama terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya, bentuk

batangnya ramping dan tidak berumbi. Tangkai bunga akan keluar di antara

dua ketiak daun. Anggrek jenis ini dapat diperbanyak dengan cara stek

batang dan biji. Kelompok anggrek monopodial yaitu genus Aerides,

Arachnis, Phalaenopsis, Renanthera, Aranthera , Vanda dan lain-lain.

2. Simpodial

Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang memiliki batang utama

yang tersusun oleh ruas-ruas tahunan. Angrek tipe simpodial mempunyai

batang yang berumbi semu ( pseudobulb ) yang juga berfusngsi sebagai

cadangan makanan. Masing-masing ruas dimulai dengan daun sisik dan

berakhir dengan setangkai perbungaan. Pertumbuhan ujung-ujung

batangnya terbatas, pertumbuhan batang akan terhenti bila pertumbuhan ke

atas telah maksimal. Batang utama baru muncul dari dasar batang utama.

Pada anggrek simpodial terdapat suatu penghubung dari tunas satu ke tunas

lainnya yang disebut rhizome. Anggrek jenis ini dapat diperbanyak dengan

cara split, pemisahan keiki, stek batang dan biji, Kelompok anggrek

Praktek Kerja Lapang | 11


simpodial yaitu genus Cattleya, Coelogyne, Dendrobium,

Grammatophyllum, Oncidium dan lain-lain.

Gambar 5. Batang Anggrek Dendrobium

Praktek Kerja Lapang | 12


2.3.5. Akar

Akar anggrek berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah denagn

ujung akar yang meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering akar

akan tampak berwarna putih keperak-perakan pada bagian luarnya dan hanya pada

bagian ujung akar saja yang berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang

telah tua menjadi coklat dan kering, kemudian akan digantikan oleh akar yang baru

(Gambar 6).

Akar pada anggrek berfungsi untuk mengambil, menyerap, dan

mengantarkan zat hara ke seluruh bagian tanaman. Fungsi lain dari akar adalah

menempelkan dirinya pada tempat atau media tumbuh.Tanaman dikatakan sehat

atau tidaknya dapat dilihat dari akarnya. Akar udara terdapat lapisan velamen yang

berongga dan berfungsi untuk menyerap air dan udara. Akar ini juga dapat

berfotosintesis karena megandung butiran hijau daun ( klorofil ). Pada lapisan

velamen terdapat Mycorhiza ( myco = cendawan ; rhizome = akar ) atau cendawan

yang hidup dalam akar tumbuhan. Mycorhiza hidup secara simbiosis yaitu dengan

memfiksasi

Gambar 6. Akar Anggerk Dendrobium

Praktek Kerja Lapang | 13


2.4. Syarat tumbuh Anggrek Dendrobium

2.4.1. Ketiggian tempat

Anggrek Dendrobium sebenarnya memliki daya adaptasi tinggi dan dapat

tumbuh di daerah pada ketingian tempar lebih dari 1000 mdpl. Dendrobium

umumnya menyukai daerah panas dari pada daerah dingn, tetapi beberapa jenis

Dendrobium hanya bisa tumbuh di daerah dingin misalnya Dendrobium nobile dan

dendrobium cuthbertsonii. Lokasi yang oaling baik untuk budidaya anggrek

dendrobium berada pada ketinggian di bawah 400 mdpl. Perbedaan ketinggian

tempat dapat mempengaruhi terhadap agroklimatologi lingkungan seperti cahaya,

kelembaban, dan curah hujan.

2.4.3. Cahaya

Dendrobium bersifat epifit dengan cara tumbuh menumpang pada pohon

lain tanpa merugikan inangnya. Oleh karena itu, Dendrobium hanya membutuhkan

intensitas cahaya dan lama penyinaran terbatas. Besarnya intensitas cahaya yang

dibutuhkan sekitar 1500 – 3000 footcandle (fc). Sebagai perbandingan, saat

matahari terik di siang hari, kisaran intensitas cahaya matahari sekitar 7000 – 10000

fc. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut Dendrobium membutuhkan

naungan untuk mengurangi intensitas cahaya (Trubus, 2005).

Di Indonesia untuk memperoleh intensitas optimal dibutuhkan lama

penyinaran 10 jam per hari. Lama penyinaran di bawah itu masih bisa membuat

anggrek berbunga, tetapi kurang maksimal. Energi cahaya digunakan untuk

petumbuhan dan pembungaan, sehingga tanpa cahaya yang cukup, tanaman tidak

dapat mengakumulasi cukup cadangan energi untuk pertumbuhan dan

Praktek Kerja Lapang | 14


pembungaan. Para pembudidaya anggrek umumnya menggunakan atau memasang

jaring penaung ( paranet ) di atas lahan anggrek. Kerapatan berkisar antara 55 % -

65 % yang artinya cahaya matahari yang di terima anggrek 35 % - 45 % dan sisanya

terhalang oleh jaring penaung .

2.4.4. Kelembaban

Kelembaban yang diinginkan anggrek dendrobium berkisar antara 60 % -

85 % dengan kisaran itu maka penguapan yang terjadi pada siang hari bisa dicegah.

Sedangkan malam hari kelembaban tidak boleh melebihi 70 % untuk menekan

tanaman terserang penyakit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara, media

tanaman tidak boleh terlalu basah oleh karena itu hindari penyiraman menjelang

malam. Saat kelembaban tinggi dan suhu meningkat meupakan kondisi yang sangat

disukai oleh organisme pengganggu. Sebaliknya kelembaban dibawah 50 %

membuat udara menjadi kering sehingga berdampak pada daun dan bulb

kekurangan air. Hal tersebut dapat di atasi dengan penyiraman tanaman dengan cara

pengabutan. Anggrek Dendrobium yang mempunyai unsur hara, suhu serta

kelembaban sesuai dapat berfotosintesis dan tumbuh optimal. Selain itu

kelembaban juga mempengaruhi kadar air dalam jaringan tanaman. Apabila kadar

air terganggu, maka proses trnasformasi zat hara dalam tanaman ikut terhambat,

sehingga semuanya berdampak buruk pada proses fotosintesis. ( trubus , 2005 ).

2.4.5. Suhu

Suhu udara sangat mempengaruhi proses metabolisme tanaman. Suhu udara

tinggi memacu proses metabolisme dan suhu udara rendah memperlambat lajunya.

Pertumbuhan Dendrobium memerlukan suhu udara rata-rata 25oC - 27 o C dengan

Praktek Kerja Lapang | 15


suhu udara minimum 21 o C - 23 o C dan maksimum 31 o C - 34 o C. Suhu siang

sebaiknya 27 o C - 32 o C, dan suhu pada malam hari 21 o C - 24 o C. Serupa dengan

cara meningkatkan kelembaban, kenaikan suhu di siang hari bisa ditekan dengan

memanipulasi pengabutan dan penyiraman di lingkungan sekitar (Trubus, 2005).

2.4.6. Ketersediaan air

Lokasi tepat budidaya anggrek Dendrobium harus memiliki ketersediaan air

yang cukup, hal tersebut merupakan syarat yang mutlak apalagi saat musim

kemarau datang. Dendrobium memang menyukai air tetapi tidak boleh berlebihan.

Air digunakan saat pertumbuhan vegetatif, tunas-tunas muda tumbuh dan sebelum

berbunga. Namun, keperluan air berkurang saat tangkai bunga tumbuh dan

berkurang pada periode muncul kuncup sampai mekar berbunga.(Trubus,2005).

2.4.7. Angin

Pertukaran udara yang baik, lancar, dan teratur sangat mendukung

kesehatan anggrek. Namun angin yang bertiup terlalu kencang dapat mematahkan

tangkai-tangkai bunganya. Keaadan angin yang sesuai adalah angin yang bertiup

sepoi-sepoi sehingga menciptakan goyangan lembut pada daun dan tangkainya

serta aman untuk bunganya.

2.5. Perbanyakan Anggrek secara konvensional

2.5.1. Perbanyakan vegetatif anggrek secara konvensional

Menurut Soeryowinoto 1986 , mengatakan bahwa perbanyakan vegetatif

anggrek secara konvensional ada 2 :

Praktek Kerja Lapang | 16


2.5.1.1. Memisahkan anakan (split)

Gambar 7. Anakan Anggrek Dendrobium

Tanaman anggrek simpodial yang sudah dewasa umumnya sudah memiliki

banyak pseudobulb. Pseudobulb-pseudobub tesebut dihubungkan oleh satu rizome

yang biasanya tumbuh secara horizontal. Pemisahan anakan dilakukan Dengan

memisahkan pseudobulb - pseudobulbyang ada. Tanaman yang sudah dewasa atau

minimal memiliki 4-6 pseudobulb sudah dapat diperbanyak dengan cara split.

Tanaman yang sudah memiliki 6 pseudobulb dipisahkan menjadi dua. Pemisahakn

dilakukan dengan memotong rizome dan masing-masing memiliki 3 pseudobulb.

Potongan-potongan kemudian dibiarkan hingga memiliki tunas dan anakan baru.

Sebelum bertunas, potongan diletakkan pada media tanam seperti yang digunakan

sebelum tanaman displit. Setelah bertunas, memiliki akar baru dan daun tanaman

sudah lebih keras, barulah potongan-potongan tersebut dipindahkan ke media

tanam yang baru.

Untuk menghasilkan tanaman dengan metode split lebih banyak, dapat

memanfaatkan hormon pertumbuhan IBA, NAA, atau juga IAA. Ketika tanpa

hormon pertumbuhan anggrek yang displit adalah tiga pseudobulb, maka setelah

diberi hormon pertumbuhan anggrek dapat displit satu pseudobulb. IAA atau IBA

Praktek Kerja Lapang | 17


yang digunakan antara 25-50 ppm. Zat tersebut dioleskan pada ujung bawah

pseudobulb atau pada rizome. Pemberian hormone pertumbuhan tersebut akan

memacu tumbuhnya akar yang pada akhirnya dapat memacu pertumbuhan tunas.

( Soeryowinoto 1986 )

2.5.1.2. Perbanyakan dengan keiki

Keiki merupakan anakan yang muncul pada ujung pseudobulb anggrek

Dendrobium. Selain pada ujung pseudobulb, keiki dapat juga muncul pada tangkai

bunga yang bunganya sudah luruh. Keiki biasanya muncul ketika kondisi

lingkungan yang tidak menguntungkan atau ketika dalam suatu pot, akar

Dendrobium sudah terlalu banyak dan tidak dapat berkembang lagi.

Perbanyakan dengan keiki dilakukan dengan memotong sebagian

pseudobulb atau tangkai bunga yang terdapat keiki. Pseudobulb ikut dipotong

karena didalamnya masih tersimpan cadangan mekanan yang berguna bagi

pertumbuhan awal keiki. Keiki kemudian ditempelkan pada pohon atau media lain

seperti arang dan dibiarkan hingga memiliki lebih dari satu pseudobulb. Ketika

sudah memiliki lebih dari satu pseudobulb, keiki sudah bisa ditanam di media yang

sebenarnya. ( Soeryowinoto 1986 )

Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang

mempunyai sifat genetik tidak jauh berbeda dengan induknya. Namun perbanyakan

konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk

tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini

sangat terbatas.

Praktek Kerja Lapang | 18


2.5.2. Perbanyakan generatif secara konvensional

Perbanyakan ini harus dibantu oleh media khusu karena benih anggrek tidak

mempunyai cadangan makanan seperti halnya benih tanaman lain. Perbanyakan ini

bisa kangsung terjadi secara alami dengan bantuan jamur micorhyza yang nantinya

akan bersimbiosis, atau bisa juga dilakukan oleh manusia dengan perlakuan

tertentu. Perlakuan oleh manusia misalnya dengan cara mengolesi batang pohon

yang akan di jadikan media semai dengan tepung kanji higga tumbuh jamur.

Kemudian benih yang sudah disiapkan dicampur dengan putih telur lalu disemai

pada batang yang sudah ditumbuhi jamur terlebih dahulu ( Soeryowinoto 1986 ).

2.6. Perbanyakan anggrek secara modern ( kultur In vitro )

Perbanyakan secara modern merupakan perbanyakan dengan menggunakan

teknik kultur jaringan atau kultur in vitro. Metode kultur in vitro adalah teknik

menumbuhkan jaringan – jaringan vegetatif ( seperti : daun, batang, dan mata

tunas, dan akar ) dan jaringan generatif ( seperti : ovule , embrio dan biji ) oleh

karena itu , metode ini juga bisa dilakukan secara generatif maupun vegetatif.

Kultur jaringan merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman

baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Kultur

jaringan dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur

buatan dengan kandungan nutrisi dan hormon yang dibutuhkan Tanaman, serta

kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol. Pelaksanaan teknik

kultur jaringan ada berdasarkan atas teori sel yang dikemukakan oleh “Schleiden

dan Scwann”, yaitu sel mempunyai kemampuan autonomi, bahkan mempunyai

kemampuan totipotensi. Kemampuan totipotensi adalah kemampuan setiap sel

Praktek Kerja Lapang | 19


untuk tumbuh menjadi tanaman yang sempurna bila diletakkan di lingkungan yang

sesuai (Hendaryono, 2000).

Alternatif perbanyakan anggrek kini telah dapat dilakukan melalui teknik

kultur jaringan. Keuntungan perbanyakan bibit dengan kultur jaringan adalah

sangat mungkin mendapatkan bibit yang unggul, tahan terhadap serangan hama

serta seragam pertumbuhannya dalam waktu yang relatif lebih singkat

dibandingkan dengan teknik konvensional. Keunggulan lain dari kultur jaringan

yaitu memperoleh sifat fisiologi dan morfologi yang sama persis dengan tanaman

induknya sehingga penyediaan bibit akan selalu terpenuhi dan bibit yang akan

disebar ke masyarakat bersifat persis dengan tanaman induknya (Zulkarnain, 2009).

Menurut Kuswandi (2012), dalam pelaksanaannya terdapat dua tipe kultur,

yaitu:

1. Kultur biji (seed culture), kultur yang menggunakan biji sebagai bahan

tanam.

2. Kultur organ (organ culture), kultur yang menggunakan organ seperti

ujung akar, pucuk aksilar, helaian daun, tangkai daun, buku batang (internode),

bunga dan buah muda sebagai bahan tanam.

Teknik kultur jaringan melalui biji atau embrio (seksual) dilakukan dengan

alasan biji tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan) atau biji berukuran

sangat kecil. Selain itu, teknik kultur jaringan juga bertujuan untuk mendapatkan

keseragaman bibit dalam jumlah besar dan waktu yang relatif singkat. Tanaman

baru yang bersifat unggul diharapkan dapat diperoleh melalui teknik kultur jaringan

(Widiastoety dan Purbadi, 2003).

Praktek Kerja Lapang | 20


Keadaan aseptik atau steril merupakan hal mutlak yang harus dipertahankan

dalam teknik kultur jaringan. Hal ini bertujuan membebaskan segala jenis

kontaminan baik yang berasal dari bakteri, jamur dan mikroba lainnya (Tuhuteru et

al., 2012). Pemilihan eksplan yang tepat adalah tahap pertama dalam tiga tahap

yang dilakukan dalam kultur jaringan. Eksplan tersebut harus disterilisasi dan

kemudian baru dapat ditanam pada media. Tahap kedua adalah multiplikasi atau

perbanyakan tunas pada media dengan melakukan subkultur. Tahap ketiga adalah

pemindahan ke media pengakaran yang kemudian dilanjutkan dengan aklimatisasi

atau penyesuaian tanaman ke lingkungan alami (Kuswandi, 2012).

2.7. Media tanaman Anggrek

Keberhasilan kultur in vitro ditentukan oleh media dan macam tanaman.

Media mempunyai 2 fungsi utama, yaitu untuk menyuplai nutrisi dan untuk

memacu pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh. Adanya variasi media untuk

tanaman menimbulkan beberapa macam media yang digunakan yaitu Murashige

dan Skoog (MS), Gamborg (B5), Linsmaier, Nitsch dan Woody Plant Medium

(WPM). Selain media, zat pengatur tumbuh juga memegang peranan penting dalam

melakukan teknik kultur. Zat pengatur tumbuh adalah kelompok hormon, baik

hormon tumbuhan alamiah maupun sintetis (Elimasni, 2006).

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur

jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada

kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan

eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru, 2012).Menurut Siregar (2013),

Praktek Kerja Lapang | 21


media yang biasa adalah media Murashige & Skoog (MS). Media MS digunakan

untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbasius.

Sebelum membuat media, terlebih dahulu dilakukan pembuatan larutan

stok. Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan bahan-

bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering

menimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di dalam lemari

pendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan

kimia oleh mikroba penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok harus dilakukan

dengan cennat, sebab larutan stok yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan

di lemari es, dan larutan stok yang terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi

(Hendaryono dan Wijayani, 2002).

Untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang ditentukan,

diperlukan penimbangan dan penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan ukuran

dapat menyebabkan terjadinya proses yang dikehendaki. Pada umumnya untuk

suatu keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah atau diperbarui, dengan

mengganti zat-zat tertentu, atau menambah zat lain. Untuk melakukan perubahan

ini diperlukan acuan yang mantap atau pengalaman (Rahardja, 1988).

Media kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman menyediakan tidak

hanya unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada

umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat melalui

atmosfir melalui fotosintesis. Untuk membuat media padat biasanya digunakan

agar-agar dimana keuntungannya dari pemakaian agar-agar adalah agar-agar tidak

dicerna oleh enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan persenyawaan-

persenyawaan penyusun media. Metode kultur jaringan bukan hanya digunakan

Praktek Kerja Lapang | 22


untuk tujuan perbanyakan tanaman, namun dapat pula digunakan untuk pelestarian

plasma nutfah. Media kultur jaringan untuk pelestarian berbeda dengan media

untuk perbanyakan, dimana media perbanyakan menyediakan komposisi unsur-

unsur mendorong pertumbuhan berjalan cepat, sedangkan media pelestarian

menyediakan komposisi unsur-unsur selain untuk mendorong juga menghambat

pertumbuhan agar berjalan lambat, sehingga dikenal sebagai pelestarian melalui

pertumbuhan minimal (Laisina, 2013).

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik ataupun anorganik

yang hanya dibutuhkan tanaman dalam konsentrasi yang sangat sedikit. Zat

pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menginduksi pertumbuhan pada

teknik mikropropagasi adalah kombinasi golongan auksin dan sitokinin dimana,

Golongan auksin yaitu IAA(Indole Acetic Acid), NAA ( Naphtalene Acetic Acid ),

IBA ( Indole Butiric Acid ), 2.4-D (2.4-Dichlorophenoxy Acetic Acid), Dicamba

(3,6-Dicloro-o-Anisic Acid), dan Picloram (4-amino-3,5,6-Tricloropicolinic Acid).

Golongan sitokinin, yaitu BAP (Benzil Adenine Purin), Kinetin (furfuril

amino purin), dan Zeatin (Lestari, 2011). Sitokinin alami yang paling banyak

digunakan adalah Zeatin (4-hydroksi-3- 12 memethyl-trans-2-butenylaminopurin)

dan 2-iP (N6-(2-isopentenyl) adenin). (Paramartha, 2012).

Menurut Paramartha (2012), beberapa penelitian menyebutkan bahwa

kombinasi penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin dan sitokinin

mempengaruhi pertumbuhan eksplan. Jika rasio sitokinin dan auksin relatif

seimbang maka eksplan akan membentuk massa sel yang bersifat meristematik dan

terus melakukan pertumbuhan.

Praktek Kerja Lapang | 23


Faktor penting lain yang juga perlu mendapat perhatian, adalah pH yang

harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan

pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan fisiologi sel,

juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-garam penyusun

media, pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam- garam lain, dan

efisiensi pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit

asam berkisar antara 5.5 - 5.8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).

Praktek Kerja Lapang | 24


BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat PKL

3.1.1. Waktu PKL

Waktu pelaksanaan PKL ( Praktek kerja lapang ) yaitu pada tanggal 28

Januari 2019 sampai 27 Februari 2019. Dan untuk waktu kerja mulai dari pukul

07.30 WIB sampai 15.00 WIB.

3.1.2. Tempat PKL

Kegiatan PKL ( Praktek kerja lapang ) dilakukan di Kantor atau laboratorium

Handoyo Budi Orchids Jl. Bondowoso No. 9A, Gading Kasri, Klojen, Kota Malang,

Jawa timur 65115.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Timbangan neraca 12. Beaker glass

2. Panci 13. Batang pengaduk

3. Gelas ukur 14. Scalpel

4. Bunsen spirtus 15. LAF (laminar Air flow )

5. Autoclave 16. Corong

6. Spatula ( plastik dan aluminium ) 17. Tutup botol karet

7. Kapas 18. Sikat kawat

8. Korek api 19. Spidol

9. Kompor gas 20. Tissue

10. Botol 21. Blender

11. Pipet tets 22. Pisau

Praktek Kerja Lapang | 25


23. Alat press tutup botol 28. Rak botol LAF

24. Kontener plastik 29. Kapas

25. Plastik bening 30. Pinset

26. Kertas label 31. Pot

27. Karet 32. Sterofoam

3.2.2 Bahan

1. Air 20. NAA

2. Agar 21. KH2PO4

3. Pisang 22. Esktrak ragi

4. Kecambah 23. Pepton

5. Carbon 24. Gula

6. Amonium sulfat 25. Adaptan

7. Potassium sulfat 26. MgSO4

8. Fesiparat 27. CaNO3

9. KOH

10. M2

11. Mn,Zn,H3PO4

12. Amonium sulfat

13. Magnesium sulfat

14. EDTA

15. Kalsium nitrat

16. M3

17. Vitamin B8

18. No6

19. Vitamin

Praktek Kerja Lapang | 26


3.3 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan PKL ( Praktek kerja

lapang) di kantor atau laboratorium Handayo Budi Orchids adalah:

3.3.1. Orientasi

Orientasi dilakukan pada tahap tahap awal pertemuan dengan pembimbing di

instansi terkait. Orientasi ini diawali dengan pengumpulan mahasiswa peserta

praktek kerja lapang yang dilanjutkan dengan pengenalan serta pemberian

pengarahan ( tugas – tugas ) secara umu yang berhubungan dengan ruang lingkup

kegitan di instansi tempat praktek kerja lapang.

3.3.2. Observasi

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lokasi, situasi, dan kondisi

instansi secara langsung. Observasi ini dilakukan setelah orientasi. Mahasiswa

peserta PKL dipersilahkan untuk melakukan pengamatan dari satu tempat ke tempat

yang lain dalam instansi tersebut.

3.3.3. Adaptasi

Adaptasi atau penyesuaian diri berlangsung selama masa awal pelaksanaan

kegiatan PKL di instansi yang bersangkutan. Mahasiwa peserta PKL melakukan

pendekatan – pendekatan serta pengenalan lebih jauh dengan pembimbing dan para

karyawan instansi tersebut. Selain itu mahasiswa peserta PKL diharuskan

beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan pekerjaan atau kegiatan – kegiatan yang

berlangsung di instansi tersebut.

3.3.4. Simulasi

Mahasiswa peserta PKL sebelum terjun langsung dalam pekerjaan yang

sesungguhnya dalam instansi tersebut, mahasiswa peserta PKL melakukan simulasi

Praktek Kerja Lapang | 27


atau latihan dengan menggunakan pengganti pada model model yang disesuaikan

dengan kondisi yang sesungguhnya di perusahaan.

3.3.5. Diskusi dan wawancara

Diskusi dilakukan oleh peserta PKL dengan pembimbing atau karyawan instansi

setelah seluruh kegiatan selesai. Diskusi dapat juga dilakukan di setiap waktu jeda

dari suatu kegiatan.

3.3.6. Pelaksanaan PKL ( Praktek kerja lapang )

Pelaksanaan praktik kerja lapang di Handoyo Budi orchids diawali dengan

penyerahan program rencan kerja yang di lanjutkan dengan diskusi bersama untuk

mencocokkan program kerja yang dibawa oleh mahasiswa peserta PKL dengan

program yang ada di instansi tersebut.

Kegitan pertama yang kami pelajari adalah pembuatan media tanam mulai dari

sub kultur dan media akhir, pembutan media ini dilakukan setiap hari selama masa

PKL, yang di sesuaikan dengan stok yang masih ada. Kegiatan keduan setelah

seminggu di kenalkan dengan cara pembuatan media kami beranjak penyiapa bahan

eksplan yang diawali dengan seleksi buah yang telah siap untuk di sebar. Kegiatan

ketiga belajar cara sebar benih yang baik dan benar, dan juga belajar cara

transplanting ( penjarangan) tanaman anggrek yang sudah berumur 3 bulan setelah

sebar benih . kegiatan ke empat adalah proses inkubais tanaman yang telah

melewati proses transplanting, proses ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan

sampai bibit siap di panen ,kegiatan terakhir adalah proses panen bibit tanaman

anggrek yang umurnya sudah sekitar 3-4 bulan dari masa transplanting, dengan

proses pelabelan dan penyegelan.

Praktek Kerja Lapang | 28


3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan praktek kerja lapang di Kantor atau

laboratorium Handoyo Budi Orchid, meliputi:

a. Data Primer

Diperoleh dengan melakukan kegiatan langsung, observasi, wawancara, diskusi

dan dokumentasi dengan pembimbing lapang dan karyawan Handoyo Budi Orchid.

b. Data Sekunder

Diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada seperti: Jurnal penelitian, E-

book, Buku dan laporan PKL. Bertujuan untuk membantu mencari referensi

mengenai tenik kultur embrio tanaman anggrek Dendrobium.

Praktek Kerja Lapang | 29


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

4.1.1 Profil Handoyo Budi Orchid

Handoyo Budi Orchids adalah suatu perusahaan pembibitan anggrek yang

berdiri atas prakarsa Ir. Budi Sugiarto. Beliau merupakan lulusan fakultas

pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Prgoram Studi Ilmu Penakit

Bakteri, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Beliau pada tahun 1998

mulai menekuni usaha tanaman hias dan pada tahun berikutnya mulai bekerja

sebagai peneliti tanaman Tembakau di Departemen Agronomi PT. Bentoel

Prima Malang. Beliau juga diberi kesempatan untuk tugas belajar ke Landcaster,

Philipina, Bidang budidaya tanaman tembakau. Beliau sepulangnya ke indonesia

mengerjakan proyek pengelolaan lahan kritis untuk penanaman pepaya di

lumajang, jawa timur. Ir. Budi Sugiarto mulai menekuni bidang Landscaping

dan Gardening pada tahun 1995 dan baru setelah itu beliau mulai menekuni

budidaya anggrek secara in vitro.

Handoyo Budi Orchids menetap di Jl. Bondowoso No. 9A pada awlnya

terletak di Jl. S. Parman No. 101 Malang dan bernama Budi Orchids. Faktor

pendidikan, hobi bertanam dan merawat anggrek, serta tekadnya yang ingin

berwirausaha serta lebih mandiri menjadi latar belakangnya berdirinya Budi

Orchids. Berbekal kemampuan dan kecintaanya pada tanaman anggrek maka

pada tahun 2000 perusahaan tersebut mulai dirintis dengan beranggotakan 4

karyawan dan menghasilkan 300 botol/bulan dengan kapasitas ruang ±3000

botol. Seiring dengan permintaan konsumen yang semakin meningkat, Budi

Praktek Kerja Lapang | 30


Orchids mulai berkembang dengan pesat sehingga pada tahun 2003 Budi

Orchids pindah ke Jl. Bondowoso No. 9A, Kelurahan Gading Kasri, Kecamatan

Klojen, malang , Jawa timur. Dan pada saat itu berganti nama menjadi Handoyo

Budi Orchids. Hal ini terjadi karena Ir. Budi sugiarto bekerja sama dengan

saudaranya yaitu Ir, Budi Handoyo, MM.

Handoyo Budi Orchids pada tahun 2005 telah memiliki kebun anggrek

sendiri yang beralamat di Jl. Telasih, Desa Ngijo, Kecamatan Karang Ploso,

Malang. Handoyo Budi Orchids pada tahun 2007 mulai membangun kebung

baru di daerah tidar atas dasar kerja sama dengan seorang notaris Bernama Eko

Handoko, SH. Handoyo Budi Orchids memiliki karyawan 16 orang dan

kapasitas produk meningkat menjadi 2.000 – 2.500 botol/bulan serta ruang

inkubasi bisa menampung 21.000 – 22.000 botol.

Sejak perkembangan dari tahun 2003, perusahaan ini memiliki visi “

“Memasyarakatkan Anggrek” ini mulai menerima siswa dan mahasiswa yang

hendak melaksanakan PK/Magang/Penelitian. Karena dengan adanya kegiatan

tersebut bisa di manfaatkan sebagai ajang promosi, akan ada produk dan

informasi baru tentang Iptek (Handoyo Budi Orchids, 2019)

4.1.2 Visi dan Misi Handoyo Budi Orchid

Handoyo Budi Orchidsmemiiki visi dan misi, sebagai berikut:

Visi:

1. Mendorong generasi yang mau mengembangkan tanaman anggrek dan

tanaman hias.

2. Ikut serta menciptakan anggrek yang mempunyai karakter sesuai

keinginan konsumen.

Praktek Kerja Lapang | 31


Misi:

1. Bisa memenuhi sebagian pasar benih sehingga tidak banyak tergantung

dengan benih import.

2. Mengembangankan galur plasma anggrek luar untuk melengkapi dari apa

yang sudah ada.

4.1.3 Struktur Organisasi Handoyo Budi Orchid Malang

Pimpinan

Pimpinan operasional

Bendahara

Koordinator Koordinator Koordinator Kebun


Laboratorium Pemasaran

Gambar 8. Struktural organisasi perusahaan


Perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menjalankan usaha dengan

tujuan perusahaan sebagai berikut :

1. Pemimpin Utama

Pemimpin utama atau pemilik sebagian dari perusahaan berwenang dalam

membuat kebijakan yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasional

yang mengenai pengawasan jalannya perusahaan.

2. Pimpinan operasional

Pimpinan operasional berwenang untuk membuat kebijaksanaan, pengontrol

kegiatan, setiap hari, dan bertanggung jawab atas keadaan serta keputusan yang

diambil

Praktek Kerja Lapang | 32


3. Bendahara

Bendahara bertugas membantu pemimpin dalam pengecekan arus keuangan,

pencatatan transaksi keuangan, dan mengurus pembayaran gaji para karyawan.

4. Koordinator Laboratorium

Koordinator laboratorium yang membawahi anggota, bertugas dalam proses

penyilangan, pembuatan media, pencucian botol, produksi bibit dan ruang

imkubasi.

5. Koordinator Pemasaran

Koordinator pemasaran yang membawahi anggota, bertugas melaksanakan

semua kebijakan dan yang telah ditetapkan perusahaan dan bertanggung jawab

dalam upaya meningkatkan penjuaan bibit maupun tanaman anggrek.

6. Koordinator Kebun

Koordinator kebun membawahi anggota dalam budidaya anggrek dan

tanaman hias mulai dari penyilangan, akimatisasi, peyiraman, pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit.

4.1.4. Kondisi wilayah Handoyo Budi Orchids

Laboratorium pembibitan dan pengembangan anggrek Handoyo Budi

Orchids Beralamat di Jl. Bondowoso No. 9A, Kelurahan Gading Kasri, Kecamatan

Klojen Malang. Sedangkan kebun Handoyo Budi Orchids Beralamat di Jl. Telasih,

Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Malang. Laboratorium pembibitan dan

pengembangan anggrek Handoyo Budi Orchids terletakpada ketinggian 500 mdpl

dengan suhu rata-rata 20 – 30oC, Kelembaban relatif udara rata-rata 40 – 80 %, dan

curah hujan rata – rata 1987mm/tahun.

Praktek Kerja Lapang | 33


Laboratorium pembibitan dan pengembangan anggrek Handoyo Budi

Orchids memiliki luas 3000 m2, untuk kebun dan ruang inkubasi 1000 m2 yang

terletak di belakang rumah dan sebagian berada di depan rumah sebagai

shoowroom. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pisang Candi, sebelah

selatan berbatasan dengan Kelurahan Bareng, sebelah barat berbatasan dengan

Kelurahan Oro-Oro Dowo dan di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan

Sumber Sari. Lokasi laboratorium pembibitan dan pengembangan anggrek

Handoyo Budi Orchids Dikatakan strategis karena :

1. Berada di tepi jalan raya jalan Bondowoso Malang Sehingga Saran

Transportasinya mudah

2. Untuk mendapatkan tenaga kerjanya sangatlah mudah karena lokasi

laboratorium berada di daerah padat penduduk.

3. Laboratorium Pembibitan dan pengembangan Anggrek Handoyo Budi

Orchids Berbatasan Dengan Kota sehingga sangat mudah dalam

memperoleh bahan baku produksi.

Gambar 9. Lokasi Laboratorium dan Kebun Handoyo Budi Orchids

Praktek Kerja Lapang | 34


4.1.5. Sumber Daya Manusa Handoyo Budi Orchids

Salah satu unsur strategis dalam pembangunan nasional adalah adanya

kuantitas dan kualitas dari sumber daya manusia (SDM) yang mampu bekerja

secara berdaya guna. Pembangunan dan pengembangan dan pemberdayaan sumber

daya manusia merupakan sarjana-sarjana yang memiliki pengetahuan dan

berdedikasi tinggi pada perusahaan. Sumber daya manusia di Handoyo Budi

Orchids merupakan orang orang yang terampil, telaten, tekun, dan mau belajar

mengevaluasi kegagalan agar kegagalan tersebut tidak terulang. Oleh karena itu

dengan adanya Sumber Daya Manusia tersebut Handoyo Budi Orchids mampu

menghasilkan bibit dan tanaman anggrek yang berkualitas dan berdaya saing.

(HBO, 2019)

Tabel 1. Keadaan pegawai Handoyo Budi Orchids Berdasarkan tingkat

pendidikan pada februari 2019

Pendidikan S1 SMA SMP SD JUMLAH

SEDERAJAT SEDERAJAT SEDERAJAT PEGAWAI

Jumlah 5 Orang 11 Orang 16 Orang

4.1.6. Fasilitas Handoyo Budi Orchids

Handoyo Budi Orchids merupakan salah satu perusahaan swasta di kota

Malang. Usaha yang mulai dirintis sejak tahun 2000 ini berkembang dengan pesat

karena ditunjang berbagai fasilitas yang memadai. Fasilitas tersebut seperti

laboratorium kultur in-vitro yang dilengkapi dengan Ruang persiapan, Ruang

kultur, serta Ruang inkubasi. Selain itu terdapat juga kebun Karangploso, Sarana

Praktek Kerja Lapang | 35


promosi lengkap, Kendaraan roda 4 dan roda 2, green house/ showroom, Bangunan

kantor, Alat kamunikasi, Internet dan lain sebagainya. ( HBO, 2019 )

4.2. Hasil Kegiatan PKL

4.2.1. Penyusunan Perencaan Kegiatan Produksi Anggrek

Dendrobium

Mahasiswa sebelum ikut serta dalam berbagai proses kegiatan produksi

bibit Anggrek Dendrobium spp. secara in vitro di handoyo budi orchids Malang.

Mahasiswa Dituntut untuk membuat perencanaan kegiatan selama PKL berlangsug.

berisi berbagai kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan selama mahasiswa

melaksanakan praktik kerja lapang, Konsepan tersebut kemudiaan diisikan di

kolom blangko kosong yang telah di berikan oleh pihak Fakultas Pertanian

Universitas Islam Malang.

Perencanaan kegiatan produksi kemudian diperiksa oleh pembimbing

lapang industri Handoyo Budi Orchids. Hasil pemeriksaan tersebut ternyata tidak

terlalu banyak kesalahan, sehingga tidak memerlukan revisi yang berkelanjutan.

Perencanaan tersebut dijadikan pedoman/acuan dasar dalam beragai kegiatan yang

menyangkut pelaksanaan PKL di Handoyo Budi Orchids Malang. Perencanaan

kegiatan tersebut kemudian di tanda tangani oleh pembimbing lapang setiap

harinya.

Blangko berisikan konsepan tersebut mejadi acuan kami dalam melakukan

dan juga menyelesaikan kegiatan PKL. Pengesahan kembali dilakukan oleh

pembimbing lapang setelah menyelesaikan kegiatan PKL di Handoyo Budi Orchids

selama ± 30 hari mulai tanggal 28 Januari – 27 Februari 2019. Program praktik

kerja lapang dapat dilihat pada lembar lampiran.

Praktek Kerja Lapang | 36


4.2.2. Pembuatan media Anggrek Dendrobium

Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur in vitro, sangat bergantung

pada media yang digunakan. Media kultur tidak hanya menyediakan unsur unsur

hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada umumnya berupa gula

untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat dari atmosfer melalui

fotosintesis. Pembuatan media tanam dalam perbanyakan tanaman secara in vitro

merupakan kegiatan awal yang paling penting sehingga memerlukan ketelitian serta

pemahaman yang jelas dalam proses pembuatannya.

Pembuatan media kultur Anggrek Dendrobium harus dilaksanakan dengan

cermat, sabar dan teliti dalam mengerjakannya, terutama dalam penimbangan

bahan, sehingga komposisi media tepat dan baik untuk pertumbuhan tanaman yang

di kulturkan. Pembuatan media kultur anggrek di Handoyo Budi Orchids dilakukan

mulai dari pembersihan botol kultur jaringan. Botol ini dicuci mengunakan detergen

sampai bersih lalu dibilas menggunakan air sampai benar-benar bersih dan

dikeringkan di rak-rak botol kultur. Jika sudah benar-benar kering botol kultur

sudah siap digunakan sebagai wadah media. Setelah botol siap digunakan, botol

langsung ditata sesuai tatanan yang telah di tentukan oleh pihak industri. Kegiatan

selanjutnya setelah botol disiapkan adalah pembuatan larutan stok media yaitu

ZPT, Unsur hara mikro dan unsur hara makro.

Komposisi media kultur in vitro anggrek dendrobium mengunakan

komposisi dasar media vw ( Vacin and went ) dan menambahkan bahan-bahan

organik lain yang dibutuhkan anggrek dendrobium. Komposisi media tersebut

dibagi menjadi komposisi organik, anorganik dan hormon-hormon alami seperti

pisang, kecambah, air kelapa, dan lain-lain. dalam pembuatan media seperti media

Praktek Kerja Lapang | 37


akhir dan media sub kultur dibedakan dari komposisi penyusun media tersebut.

Karena fungsinya juga berbeda, media sub kultur digunakan untuk proses sebar

benih dari anggek. Komposisi media dapat dilihat pada lampiran .

4.2.2.1. Pembuatan media akhir dan sub kultur Anggrek

dendrobium

Pembuatan media kultur anggrek dendrobium secara umum dimulai dari

penyiapan alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam pembuatan media yaitu

autoclaf, beaker glass, pipet, pengaduk, panci, pisau timbangan, blender, corong,

lap, saringan, spatula, batang pengaduk dan botol kultur. Dan bahan yang di

gunakan adalah Ca3(PO4)2, KNO3, KH2PO4, (NH4)2SO4, MnSO4.2H2O,

MgSO4.7H2O, Fe EDTA, Sukrosa/gula, Agar, Air kelapa, dan Aquadest.

Langkah selanjutnya adalah menimbang buah-buahan yang akan digunakan

seperti pisang. Ditimbang kira-kira beratnya 600g dan pisang tersebut di blender

dan ditambahkan arang aktif secukupnya dan selanjutnya menimbang gula

sebanyak 100 gram, jika bahan sudah siap semua selanjutnya masukkan semua

bahan kedalam panci.

Larutan media kemudian ditera/sampai 4L atau 4000 ml, lalu diaduk sampai

homogen. Setelah itu kemudian pengukuran pH, pada yang diinginkan adalah pH

5,3 apabila lebih dari 5,3 maka di tambah kan Hcl dan apabila kurang dari 5,3 harus

ditambahkan KOH sedikit sedikit sampai mendapatkan larutan media yang

diinginkan atau mencapai pH 5,3. Media kemudian di tuangkan pada botol yang

telah disipkan dan menutupnya menggunakan tutup karet yang telah disiapkan.

Media lalu disterilisasidalam autoklaf manual pada tekanan 17,5 Psi, suhu 121oC

Praktek Kerja Lapang | 38


selama 23 menit. Media yang telah di sterilkan kemudian disimpan di Rak

pencetakan media.

Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

perbanyakan tanaman secara in-vitro ( Yusnita, 2003 ). Kebutuhan nutrisi mineral

untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro Pada dasarnya sama denga

kebutuhan yang di tumbuhkan di tanah meliputi unsur hara makro dan mikro. Unsur

hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak meliputi: N, P, K, Ca,

Mg, dan S. Sedangkan unsur-unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah sedikit meliputi : Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo dan Co. Hasil yang lebih baik akan

didapatkan bila menambahkan vitamin vitamin, Asam amino, dan Zat pengatur

tumbuh. Hal ini cukup sinergis dengan apa yang dilakukan di Handoyo Budi

Orchids.

Media dasar yang digunakan anggrek Dendrobium yaitu komposisi media

VW. Media tersebut diberi tambahan vitamin b Kompleks dan myo-inositol serta

bahan bahan organik lain seperti : Air kelapa, pisang, air rebusan toge, dan lain lain.

banyak peneliti mengemukakan bahwa myo-inositol dapat mempengaruhi

morfogenesis kultur. Selain bisa di dapatkan langsung myo inositol di temukan di

air kelapa. Air kelapa mengandung diphenyl urea yang mepunyai aktivitas seperti

sitokinin ( tuhuteru et al .1994 ).

Pisang juga merupakan bahan organik yang kaya akan unsur hara yang

diperlukn oleh tanaman, seperti : protein, Lemak, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin C,

Vitamin B1, air dan kalori. Selain pisang dan air kelapa, bahan lain yang digunakan

yaitu arang aktif. Tujuan penambahan arang aktif pada komposisi anggrek

dendrobium adalah sebagai anti racun terhadap senyawa fenolik yang dihasilkan

Praktek Kerja Lapang | 39


pisang. Arang aktif juga berpengaruh dalam merangsang perakaran dan mengurangi

tingkat cahayayang sampai ke bagian eksplan yang terdapat dalam media (Livy

Winata, 1988)

Agar agar adalah campuran polisakarida yang dipeoleh dari beberapa spesie

algae. Hasil analisi unsur diperoleh data bahwa agara agar mengandung sedikit

unsur : Ca, Mg, K dan Na. (deberegh,1982 dalam gunawan 1992 ). Air yang

digunakan adalah air ledeng, berbeda dengan air yang digunakan oleh perusahaan

negara yaitu menggunakan air aquades, air ledeng ini dapat dikonsumsi oleh

manusia, sehingga dapat digunakan untuk tanaman juga dan juga hal ini bertujuan

untuk meghemat biaya.

Faktor penting yang juga perlu diperhatikan dalam pembuatan media

anggrek dendrobium yaitu pH, pH adalah nilai yang menyatakan derajat keasaman.

pH yang dibutuhkan Tanaman anggrek Dendrobium yaitu 5,3 , pH yang digunakan

dalam kultur in vitro mempunyai toleransi sempit yang berkisar antara pH 5,0 – 6,0

( Hendaryono dan Wijayani, 2006 ). pH ˂ 5,3 akan menyebabkan media menjadi

encer, sedangkan pH yang ˃ 5,3 akan menyebabkan media menjadi keras sehingga

media mudah pecah dan tidak dapat digunakan.

Media yang telah selesai dibuat dan di masukkan ke dalam botol kultur

kemudian selanjutnya disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC , tekanan 17,5

Psi dan selama 23 menit. Pemanasan dalam autoklaf pada suhu 121oC bertujuan

untuk mematikan mikroba dan bakteri. Uap air yang ada dalam bejana autoklaf

yang tertutup rapat sehingga tekanan yang ditimbulkan melampaui tekanan normal.

Dan pada tekanan 17,5 Psi – 20 Psi dapat mematikan mikroba dan bakteri penyebab

kontaminan.

Praktek Kerja Lapang | 40


Gambar 10. Beberapa proses kegiatan membuat media anggrek Dendrobium

4.2.3. Penyiapan Eksplan Anggrek Dendrobium

Indukan sumber eksplan yang digunakan untuk produksi bibit

Anggrek Dendrobium spp. dalam kultur in vitro berasal dari tanaman

anggrek dendrobium yang jelas jenis, varietas, dan juga spesiesnya serta

harus bebas dari hama dan penyakit. Indukan yang telah siap di polinasi,

berumur antara 1,- 2 tahun pada saat berbunga.

Eksplan yang digunakan yaitu berupa buah hasil persilangan.

Persilangan dapat dilakukan pada indukan yang sudah mekar bunganya

selam 3 hari atau pada bunga yang sudah mulai mengeluarkan aroma wangi.

Persilangan lebih baik dilakukan pada pagi hari, berkisar pada pukul 09.00

– 10.00. proses persilangan di mulai dari kastrasi yaitu pengambilan pollen

dari indukan betina, setelah itu pollen indukan jantan diambil dan di

tempelkan pada benang sari.

Praktek Kerja Lapang | 41


Pelabelan dengan menuliskan kode tanaman yang di silangkan, dan

tanggal dilakukannya persilangan. Lalu diikatkan pada batang tanaman

betina. Setelah dilakukan persilangan perlu dilakukan perawatan mulai dari

pengontrolan buah, pemupukan, penyiraman, serta pengendalian hama

penyakit. Buah siap dipanen ketika berumur 4 - 4,5 bulan setelah dilakukan

polinasi atau dapat dilihat dari warna buah yag berwarna kekuningan pada

ujung buah.

Memilih tanaman indukan juga merupakan kegiatan yang tidak

kalah pentingnya dalam kegiatan kultur in vitro Menurut Widiastoety et

al. (2010) dalam pemilihan induk jantan dan betina yang akan disilangkan

harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua induk tersebut,

termasuk sifat yang dominan, seperti ukuran bunga, warna dan bentuk

bunga, yang akan muncul kembali pada turunannya. Agar penyilangan

berhasil, sebaiknya dipilih induk betina yang mempunyai kuntum bunga

yang kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai tangkai putik dan bakal

buah yang lebih pendek agar tabung polen (pollen tube) dapat dengan

mudah mencapai kantong embrio yang terdapat pada bagian bawah bakal

buah..

Penentuan buah anggrek yang siap dipanen dan siap di sebar pada

media kultur jika sudah memenuhi kriteria yang di tetapkan seperti masak

fisiologis dan masak kalender. Apabila dilihat dari masak kalender buah

yang siap di panen berumur antara 4 – 4,5 bulan, dan apabila dilihat dari

segi masak fisiologisnya buah itu memeliki tanda antar lain seperti,

keteganggan permukaan buah tinggi, berwarna kekuningan, dan apabila

Praktek Kerja Lapang | 42


dibuka buah sudah tidak lengket. Buah anggrek yang bagus adalah buah

yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. ( herdayono, 2007 ).

Gambar 11. Proses polinasi dan buah hasil polinasi Anggrek Denrobium

4.2.4. Sterilisasi Eksplan dan Tebar Benih Anggrek Dendrobium

Inisiasi kultur yang bebas dari kontaminan meruaoakn langkah yang

sangat penting dalam kegiatan kultur in vitro, oleh karena itu eksplan

buah anggrek dendrobium yang akan dikulturkan sebelumnya

disterilisasi, sterilisasi ini bertujuan agar bakteri, jamur dan

mikroorganisme kontaminan. Buah anggrek di potong dari tangkainya

dan labelnya juga di ambil. Perlengkapan yang di gunakan antara lain,

korek api, bunsen, rak botol, cawan petri, spidol, botol yang berisi media

tebar, tisu, pinset panjang, kapas, batang pengaduk, kaporit, alkohol, dan

buah yang sudah siap di sebar.

Enkas yang akan digunakan tebar benih di bersihkan dari debu debu

menggunakan tisu, kemudian lampu dinyalakan, kemudian semua alat

dan bahan dibersihkan dengan tisu yang telah di basahi dengan alkohol

96 % . kemudian membuka tutup botol media sebar benih dan

membersihkan bagian sekitar dari tutup botol tersebut, mulai dari dalam

da luar area mulut botol dengan kaporit. Dan setelah itu mulut botol di

bakar menggunakan bunsen spirtus hingga merata. Setelah itu alat alat

Praktek Kerja Lapang | 43


yang akan di gunakan juag di bersihkan dengan tisu yang telah dibasahi

dengan alkohol dan dibakar secara merata. Buah anggrek yang sudah siap

ditebar , di belah secara sejajar dan melintang agar buah bisa di buka dan

benih dapat di ambil. Benih yang ada pada buah tersebut kemudian

diambil dan disebar di media secara merata. Setelah selesai proses

menebar, kemudian botol di tutup dan sebelumnya tutup botol tekah di

celupkan ke dalam kaporit. Botol kemudian di beri nama penebar,

tanggal mulai tebar dan kode Anggrek. Botol hasil tebar kemudian di

tutup plastik dan diikat dengan karet lalu disimpan di ruang inkubasi. Dan

setelah semua selesai kotoran bekas tisu dan kapas tadi di buang dari

dalam enkas agar enkas tetap bersih.

Gambar 12. Kegiatan tebar benih ( inisiasi ) Anggrek Dendrobium

4.2.5. Sub Kultur Anggrek Dendrobium

Sub kultur pada prinsipnya bertujuan untuk menggandakan plb

( Protocorm like bodies ) atau bahan tanam yang di perbanyak serta

memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu waktudapat

dilanjutkan untuk tahapan berikutnya. Proses sub kultur hampir sama

dengan teknik sterilisasi dan penyiapan enkas pada sterilisasi eksplan. Alat

dan bahan yang digunakan antara lain : media sub kultur yang sudah

dibersihkan, pinset, spatula. Sama seperti proses tebar benih, semua alat

yang akan digunakan dibersihkan dengan tisu yang sudah di celupkan

Praktek Kerja Lapang | 44


alkohol kemudian dibakar secara merata sampai 3 menit atau dirasa cukup.

Pada saat sub kultur mulut botol media dan indukan dan di oleskan secara

merata.

Plb yang sudah mencapai umur 3 bulan setelah tebar benih saatnya

di subkulturkan. Plb yang sudah berwarna hijau dan banyak diambil

menggunakan spoon long kemudian dipindahkan ke dalam media sub kultur

secara merata sehingga plb menempel pada media. Mulut botol kemudian

di olesi kaporit lalu ditutup dengan tutup dengan tutup botol yang

sebelumnya sudah di celupkan kaporit. Botol kemudian di beri label nama

penanam, kode dan tanggal dengan menggunakan spidol. Alat alat dan

enkas dibersihkan menggunakan tisu. Botol hasil sub kultur kemudian

ditutup plastik dan diikat dengan karet lalu di simpan di ruang inkubasi.

Sub kultur ini merupakan tahap dari perbanyakan untuk

menggandakan plb atau bahan tanam seperti tunas atau embrio serta

memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa

dilanjutkan untuk tahapan berikutnya (Yusnita, 2004). Sub kultur umumnya

dilakukan di dalam laminar air flow cabinel yang dilengkapi dengan lampu

UV dan blower yang dapat mengatur sikulasi udara steril. Kegiatan yang

berhubungan dengan penanaman termasuk sub kultur yang di lakukan di

handoyo budi orchids dilakukan pada sebuah enkas. Enkas ( sterile hood )

adalah bentuk lama dari alat penabur, sehingga fungsinya tetap sama dengan

laminar air flow cabinet. Kesterilan bisa tetap terjaga karena di dalamnya

diletakkan formalin dalam bentuk tablet.

Praktek Kerja Lapang | 45


Sub kultur dilakukan apabila media dalam botol telah menipis atau

hampir habis. Oleh karena itu sub kultur harus segera dilakukan karena hal

tersebut berhubungan dengan persediaan makanan berupa unsur hara yang

dibutuhkan oleh embrio dalam botol untuk melakukan pertumbuhan. Sub

kultur biasa dilakukan pada masa 3 bulan setelah tebar. Yusnita (2004)

menyebutkan bahwa sub kultur yang terlalu banyak dapat menurunkan mutu

tunas seperti terjadinya vitrifikasi ( suatu gejala ketidak normalan fisiologis)

dan aberasi (Penyimpangan genetik). Keadaan ini terjadi karena semakin

besar sub kultur dilakukan berarti semakin sering tanaman dikondisikan

dalam media yag mengandung sitokinin, sehingga daya regenerasi

meningkat.

Penyimpanan hasil sub kultur ditempatkan dalam ruang inkubasi

yang tidak steril dalam green house yang mempunyai suhu kamar 27oC dan

diberi rak-rak. Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan yang

dikemukakan Daisy dan Ari dalam bukunya “ teknik kultur Jaringan”,

mengatakan bahwa suatu ruangan tidak mutlak steril seperti ruang inkubasi

membutuhkan lingkungan atau suasana serba bersih dan tidak berdebu

meskipun lantainya tidak perlu di sterilkan menggunakan alkohol, pada

aplikasinya di lapang, penyimpanan kultur dalam kondisi yang tidak terlalu

terkontrol ternyata bisa tetap dilakukan dan hasil kultur jaringan nya juga

masih bisa tetap hidup. Menurut Ir. Budi Sugiarto (2008) hal tersebut karena

botol kultur yang digunakan adalah botol kultur yang panjang dan memiliki

mulut lebih kecil jika dibandingkan dengan botol kultur pendek (botol

Praktek Kerja Lapang | 46


selai). Selain itu penutupan yang benar benar rapat juga cukup efektif dalam

menjaga kesterilan botol hasil kultur jaringan.

4.2.6. Trasnplanting Anggrek dendrobium

Transplanting merupakan tahap pembesaran dan pengakaran plb hasil

sub kultur. Transplanting dilakukan pada umur 5 bulan setelah

dilakukannya proses sub kultur. Pada kegiatan transplanting alat dan bahan

hampir sama dengan streilisasi eksplan dan media sub kultur. Alat dan

bahan yang digunakan antara lain : media sub kultur yang sudah

dibersihkan, pinset, spatula. Sama seperti proses tebar benih, semua alat

yang akan digunakan dibersihkan dengan tisu yang sudah di celupkan

alkohol kemudian dibakar secara merata sampai 3 menit atau dirasa cukup.

Pada saat sub kultur mulut botol media dan indukan dan di oleskan secara

merata.

Setalah itu hasil tanaman yang sudah di sub kultur di pindahkan media

ke media MA (Media akhir) satu persatu dan ditata sedemikian rupa

sehingga tanaman tertata rapi dan tidak akan menggangu pertumbuhan

tanaman lainya. setelah selesai di tata di dalam MA, kemudian botol di tutup

kembali dan sebelum di tutup, tutup dari botol di olesi dengan kaporit. Botol

kemudian diberi nama penanam, kode dan tanggal dengan menggunakan

spidol. Botol hasil transplanting kemudian di simpan di ruang inkubasi yang

telah di sediakan.

Transplanting merupakan tahap pembesaran dan pengakaran plb hasil

sub kultur. Transplanting juga bisa dikatakan sebagai kegiatan pemindahan

anggrek yang masih sangat kecil yang bertujuan agar anggrek tersebut

Praktek Kerja Lapang | 47


mendapatkan unsur hara untuk pertumbuhannya. (Daisy dan Ari, 1994).

Transplanting dilakukan dalam ruangan enkas sama halnya dengan tebar

benih dan sub kultur dengan mengusahakan hasil kultur yang steril. Plb-plb

yang masih belum siap untuk di transplanting kembali di sub kulturkan.

Kontaminasi merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan dalam

bentuk kultur in vitro yaitu munculnya mikroorganisme seperti jamur atau

bakteri pada permukaan eksplan atau pada media. Hal ini bisa di sebabkan

oleh human eror, media kurang steril, tempat penyimpanan dan lain lain.

kotaminasi yang disebabkan oleh jamur ditandai dengan munculnya benang

benang berwarna putih yang merupakan miselium dari jamur, sedangkan

kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri ditandai munculnya bercak-

bercak putih pada medium terlihat koloni berlendir dan bergelembung.

Menurut trubus (2005) ruangan yang sudah steril dapat saja berubah

menjadi tidak steril pada saat musim hujan, sehingga dapat membawa

masuknya bakteri dan jamur dari luar serta dapat meningkatkan kelembaban

yang akan mempercepat perkembangan mikroorganisme. tingkat

kontaminasi juga berasal dari eksplan baik intenal maupun eksternal, seperti

: air yang digunakan, botol kultur dan juga alat-alat yang digunakan kurang

steril, dan faktor kecerobohan manusia (Human Error).

Gambar 13. Kegiatan transplanting Anggrek dendrobium.

Praktek Kerja Lapang | 48


4.2.7. Aklimatisasi Anggrek Dendrobium

Aklimatisasi merupakan kegiatan pemindahan planlet dari dalam botol

untuk di tempatkan di lingkungan baru yang aseptik di luar botol.

Lingkungan baru tersebut dapat berupa rumah kaca, rumah plastik, atau juga

screen house. Proses aklimatisasi dimulai dari penyiapan alat dan bahan

yang digunakan yaitu : pot, kawat, bayclean, air mengalir, label, planlet

dendrobium, media pakis , sterofoam, dan adaptan. Tahap pertama dalam

kegiatan aklimatisasi ini adalah membuat larutan bayclean 10%. Planlet siap

diaklimatisasi pada umur 7 bulan setelah proses transplanting atau

perakaran yang cukup. Botol di isi dengan air bersih kemudian di kocok

untuk melarutka agar-agar yang masih tersisapada botol. Botol di kocok

secara perlahan agar akar tanaman juga dapat longgar dan menjadi mudaj

unutk di keluarkan. Planlet dikeluarkan secara perlahan menggunakan

kawat berbentuk U.

Akar dibersihkan dari sisa agar yang menempel, kemudian di rendam

dalam larutan bayclean 10% selama 15 menit untuk menghindari timbulnya

jamur. Planlet kemudian di tiriskan selama dua jam. Media campuran

sterofoam dan pakis kemudian disiapkan dan di semprot pupuk adaptan 7

sebanyak 1 cc/liter, lalu di beri penyanggalidi untuk menyangga planlet.

Kemudian palnlet tersebut di tanam pada pot yang telah di sediakanm satu

pot ± berisi 30 planlet/pot. Kompot tersebut kemudian ditempatkan pada

tempat yang teduhdan harus terkena angin bebas. Setelah proses

aklimatisasi di semprot dengan adaptan seminggu sekali agar bibit tidak

stress dan mempercepat pertumbuhan.

Praktek Kerja Lapang | 49


Bibit setelah aklimatisasi disemprot dengan adaptan 7 seminggu 2 kali,

dan dilakukan selama 1 bulan. Adaptan merupakan suatu larutan yang

mengandung senyawa organik serta 0,07 % ZPT. Adaptan 7 cukup

membantu fase adaptasi tanaman dengan lingkungan sekitar setelah

pemindahan. Selain itu juga dapat membantu penyerapan pupuk serta

membantu merangsang pertumbuhan tunas dan akar. Bibit setelah terlihat

sehat ( ditandai dengan daun kaku dan muncul akar baru ) segera dilakukan

pemupukan dengan pupuk daun yang memiliki kandungan N yang tinggi

seminggu sekali dan fungisida sebulan 2 kali, serta penyiramannya sehari

sekali pada pagi hari. Fungsi utama pemberian pupuk yang mengandung

nitrogen tinggi yaitu untuk pertumbuhan vegetatif sehingga kompot harus

dipupuk dengan pupuk yang mengandung nitrogen tinggi.

Tahapan dari aklimatisasi merupakan kondisi kritis karena kondisi

iklim mikro di rumah kaca, ruamh platik sangat berbeda jauh dengan

kondisi iklim mikro di dalam botol. Tahapan ini juga menentukan seberapa

kuat bibit dari tanaman anggrek. Apabila kondisi iklim nya cocok seperti

halnya : suhu, kelembaban, cahaya, ketinggian, dan lain-lain.

Gambar 14. Kegiatan aklimatisasi anggrek dendrobium

Praktek Kerja Lapang | 50


BAB V
Kesimpulan dan saran
5.1. Kesimpulan

Aplikasi kultur in vitro pada produksi bibit anggrek dendrobium sp. di

Handoyo Budi Orchids Malang terdiri atas beberapa tahapan kegiatan, yaitu

1. Persiapan

2. Pembuatan media kultur

3. Sterilisasi ekspalan

4. Tebar benih (inisiasi)

5. Sub kultur

6. Transplanting akhir

7. Aklimatisasi.

Hal tersebut sudah relevan dengan apa yang didapatkan oleh mahasiswa

selama menjalani masa perkuliahan di kampus Universitas Islam Malang pada

jurusan / bidang Agroteknologi.

5.2. Saran

1. Mengingat masa pelaksanaan Praktek Kerja Lapang yang cukup

pendek/singkat, Dari mahasasiwa harus pintar-pintar membagi waktu, agar

pengalaman dan ilmu yang didapatkan di serap dengan optimal.

2. Kedisiplinan perlu ditingkatkan pada setiap mahasiswa yang akan menjalani

Praktek Kerja Lapang agar dapat menyelesaikan dengan tepat waktu.

Praktek Kerja Lapang | 51


DAFTAR PUSTAKA

Dhian Aziz. 2007. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

dresler, F.B. dan dandsun C.W. 2000. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Penerbit ITB

Bandung. 343 hlm.

Elimasni., I. Nurwahyuni., dan M. Z. Sofyan,. 2006. Inisiasi In Vitro Biji Muda

Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) Berastagi Sumatera Utara

pada Komposisi Media dan Zat Tumbuh yang Berbeda. Jurnal Biologi

Sumatera. ISSN 1907-5537. Vol (1) No.1.

Gamborg OL, Shyluk JP. 1981. Nutrition, media and characteristic of plant cell

and tissue culture. Di dalam: Thorpe TA (ed). Plant Tissue Culture

Methods and Application in Agriculture. New York: Academic Pr.

Gandawijaya. Dan C. Sastrapraja. 1980. Merawat Anggrek. PT Penebar swadaya.

Jakarta. 72 hlm.

Gunadi, L.W. 1985. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hlm.

Hendaryono, D. P. S. dan A Wijayani. 2002. Teknik Kultur Jaringan.

Yogyakarta:Kanisius.

Kuswadi, P.E. 2002. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara

Modern. Jakarta: Panebar Swadaya.

Paramartha, Aisya Intan., D. Ermavitalini., dan S. Nurfadilah. 2012. Pengaruh

Penambahan Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP terhadap

Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith

Praktek Kerja Lapang | 52


Secara In Vitro. Jurnal Sains dan Seni ITS. ISSN: 2301 928X. Vol (1)

No.1.

Parnata, F. 2005. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Penerbit CV Armico.

Bandung. 90 hlm.

Redaksi trubus , 2005. Budidaya anggrek dendrobium

http://kasopanjang.blogspot.com/2010/01/anggrek-dendrobium.html (22

februari 2019)

Soeryowinoto, S.M. dan M. Soeryowinoto. 1986. Perbanyakan generatif

dan Vegetatif pada Anggrek. Kanisius, Yogyakarta.

Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan

Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In

Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Ilmu Budidaya

Tanaman. ISSN 2301-7287. Vol (1) No.1

Widiastoety Dyah, Nina Solvia, dan Muchdar Soedarjo 2010. Potensi

AnggrekDendrobium dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek

Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian 29(3): 101-106.

Yusnita,2004. Perbanyakan in vitro tanaman anggrek. Lampung: Penerbit

Universitas Lampung

Zulkarnain. 2009. Kultur jaringan, Solusi Perbanyakan Tanaman. Jakarta: Bumi

Aksara

Praktek Kerja Lapang | 53

Anda mungkin juga menyukai