Anda di halaman 1dari 28

.

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pemuliaan Tanaman.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Pemuliaan Tanaman ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Malang, 22 Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 3
2.1 Intensitas Seleksi (Defertial Seleksi) .................................................................. 3
2.2 Seleksi Massa Pada Tanaman Mangga ............................................................... 3
2.3 Seleksi Massa Pada Tanaman Kehutanan ........................................................... 2
2.4 Seleksi Melalui Variasi Somaklonal ................................................................. 11
2.5 Seleksi Tanaman Yang Tahan Cekaman .......................................................... 13
2.6 Seleksi Pedegree ............................................................................................... 18
BAB III............................................................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemuliaan adalah usaha-usaha yang dilakukan manusia dengan mengubah
susunan genetik tanaman, baik individu maupun secara bersama-
sama (populasi) untuk tujuan tertentu. Pemuliaan tanaman kadang-kadang
disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara tanaman untuk
memperbanyak dan menjaga kemurnian. Pada kenyataannya, kegiatan
penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan.
Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu
genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat. Pengetahuan
mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam
budidaya tanaman merupakan hal yang paling menentukan keberhasilan usaha
pemuliaan, sehingga buku-buku teks seringkali menyebut pemuliaan tanaman
sebagai seni dan ilmu memperbaiki keturunan tanaman demi keselamatan
manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini yakni :
1. Apakah yang dimaksud Intensitas seleksi (Defertial seleksi) ?
2. Bagaimana cara dan tahapan seleksi massa pada tanaman manga ?
3. Bagaimana cara dan tahapan seleksi massa pada tanaman kehutanan ?
4. Apakah yang dimaksud seleksi melalui variasi somaklonal ?
5. Apakah yang dimaksud seleksi tanaman yang tahan cekaman ?
6. Apakah yang dimaksud seleksi pedegree ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui intensitas seleksi (defertial seleksi)
2. Untuk mengetahui seleksi massa pada tanaman manga
3. Untuk mengetahui seleksi massa pada tanaman kehutanan
4. Untuk mengetahui seleksi melalui variasi somaklonal

1
5. Untuk mengetahui seleksi tanaman yang tahan cekaman
6. Untuk mengetahui seleksi pedigree

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Intensitas Seleksi (Defertial Seleksi)


Intensitas seleksi dirumuskan sebagai berikut :
𝑠
𝑖=
𝜎
Makin tinggi kisaran diferensial seleksi berarti makin kecil proporsi
individu yang termasuk kelompok seleksi. Intensitas seleksi dipengaruhi oleh
keragaman genetik dan jumlah individu keturunan. Seleksi pada populasi
dengan keragaman tinggi cenderung memerlukan intensitas lebih tinggi
dibanding dengan populasi dengan keragaman rendah. Sedangkan makin kecil
jumlah individu keturunan cenderung makin rendah intensitasnya. Hubungan
antara intensitas seleksi, respon dan heritabilitas dapat dilihat dari persamaan
berikut ini :
𝑅 𝑆
ℎ2 = dan 𝐼 = 𝜎
𝑆

𝑅
ℎ2 = 𝜎𝑖 dan 𝑅 = 𝜎𝑖ℎ2

2.2 Seleksi Massa Pada Tanaman Mangga


1. Koleksi batang atas dan buah manga
Batang atas dan buah mangga akan dikumpulkan dari berbagai
lokasi, informasi yang penting tentang pohon dan lokasi, akan dicatat.
Sumber batang atas adalah tanaman yang menghasilkan buah besar yang
berbiji tipis. Pucuk dewasa dengan tunas pucuk yang berkembang dengan
baik yang akan diambil. Batang atas dibungkus dalam kertas yang lembab
atau sphagnum dan disimpan dalam polybag pada tempat sejuk yang
ternaungi.
2. Penyambungan
Batang atas akan disambung pada bibit mangga yang berumur 6-10
bulan dengan system cleft.

3
3. Pemindahan kelapang
Bibit yang telah disambung dipindahkan ke lapang pada umur 6-8
bulan setelah penyambungan. Dalam satu plot baris terdapat 5 tanaman.
Jarak antar tanaman 8x8 m.
4. Evaluasi
a. Tanaman akan dievaluasi berdasarkan :
 Pertumbuhan
 Perilaku pembungaan
 Perilaku pembuahan
 Waktu berbunga
 Waktu kematangan buah
 Ukuran buah
b. Buah akan dievaluasi terhadap kualitas konsumsi, karakter visual buah
seperti bentuk buah, ukuran warna dan sebagainya. Kualitas simpan
yang baik juga akan diperhatikan.
5. Identifikasi klon
Setelah tanaman yang terbaik diidentifikasi, klon akan diperbanyak
secara hati-hati dengan metode konvensional atau teknik kultur jaringan.

2.3 Seleksi Massa Pada Tanaman Kehutanan


Menurut peraturan menteri kehutanan nomor : P.10/Menhut-II/2007
tentang pembenihan tanaman hutan dan pemuliaan tanaman hutan adalah
rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian jenis yang sudah ada
atau memperoleh sifat-sifat unggul tanaman hutan guna peningkatan produksi
dan kualitas hasil, baik kayu maupun hasil lainya.
Rangkaian kegiatan pemuliaan tanaman hutan ditentukan oleh teknik
perbanyakan yang digunakan. Secara umum terdapat dua teknik perbanyakan
yang banyak dijumpai, yakni teknik perbanyakan generative dan teknik
perbanyakan vegetative. Secara teknis silvikultur perbanyakan generative
tanaman adalah perbanyakan dan bahan yang berasal dari biji. Dalam bidang
kehutanan, perbanyakan secara generative telah berkembang sejak ratusan
tahun yang lalu, kemudian mengalami modifikasi dan penyempurnaan teknik.

2
Secara umum, pengertian generative adalah salah satu cara untuk
memperbanyak tanaman dengan menggunakan biji hasil perkawinan antara
bunga jantan dan betina. Dari biji inilah nantinya berkembang menjadi
tanaman baru sebagai regenerasi pohon induknya. Biji yang dihasilkan
tanaman hutan sangat bervariasi baik ukuran, bentuk, maupun volume per-kg-
nya (Anonim, 2009).
Rangkaian teknik perbanyakan generative yang dilakukan dalam
kehutanan antara lain sebagai berikut :
1. Pengunduhan buah/biji
Biji yang sudah masak secara fisik dan fisiologis dipanen dengan
cara dipanjat/diambil dengan galah. Pada beberapa jenis tertentu biji yang
sudah masak dibiarkan jatuh dari pohonya kemudian dikumpulkan dari
lantai hutan.
2. Seleksi buah/biji
Biji yang telah dipanen kemudian dipilih yang bernas, tidak
kosong, sehat dan tidak diserang hama/penyakit. Cara pemisahanya dapat
dilakukan dengan perendaman dalam air, dimana biji yang terapung
dibuang. Seleksi yang lain dapat dibedakan berdasarkan besar kecilnya biji
maupun bentuknya.
3. Penyimpanan biji
Biji yang termasuk kategori biji ortodoks disimpan dalam suhu dan
wadah tertentu untuk menjaga kelembaban udara dan kadar airnya.
Biasanya biji dimasukan kedalam kantung plastik kemudian disimpan
dalam lemari pendingin (DCS= Dry Cool Storage). Dengan cara
penyimpanan yang tepat diharapkan kelembaban dan kadar air dalam biji
dapat dipertahankan dalam waktu tertentu sampai biji tersebut ditabur.
4. Penaburan biji
Jenis biji rekalsitran yang tidak memerlukan waktu simpan yang
lama segera disemaikan dalam bak tabur. Perlakuan pada tingkat
persemaian yang perlu diperhatikan adalah kecukupan air, media yang
sarang (porous), intensitas sinar matahari dan kelembaban udara.

3
5. Penyapihan
Dalam waktu tertentu biji yang telah ditabur akan memunculkan
tunas tanaman. Setelah muncul daun mudayang sempurna segera
pindahkan tanaman dan bak persemaian kedalam polybag yang berisi
campuran media tanah dan pupuk kompos. Tempatkan kedalam areal
persemaian yang memiliki intensitas cahaya matahari 50-75%, lakukan
penyiraman secukupnya dan berikan pupuk dasar agar penunjang
pertumbuhan tanaman.
6. Pemeliharaan dan perawatan sampai dengan siap tanam
Tanaman dipelihara antara lain dengan pemberian pupuk,
pembersihan dari gulma, penyemprotan dengan insektisida/fungisida
ketika tanaman diserang hama/jamur dan pemeliharaan lainya. Lama
pemeliharaan ditingkat semai bervariasi antara 4-6 bulan sampai siap
tanam.
Dengan teknik perbanyakan secara generative terkadang bibit yang
dihasilkan menyimpang dari sifat induknya. Hal ini akan menguntungkan
jika perubahan sifat tersebut lebih baik atau setidaknya sama dengan
induknya. Namun jika yang terjadi sebaliknya, hal tersebut akan sangat
merugikan. Penyimpangan yang terjadi salah satunya disebabkan adanya
kawin silang diantara jenis tanaman itu sendiri. Tanaman yang dihasilkan
dari teknik ini memiliki kelebihan, antara lain umumnya tumbuh subur,
mempunyai bentuk yang baik, sehat, kuat, dan lebih tahan karena
mempunyai akar tunggang yang jauh kedalam (Zaedin, 1985).
Teknik perbanyakan vegetative yaitu teknik perbanyakan tanaman
dengan mengambil sebagian dari pohon induknya. Teknik ini dapat
dilakukan dengan cara okulasi/tempelan, cangkok, menyusukan,
menyambung, stek dan cara anakan. Okulasi/tempelan yaitu cara
perbanyakan tumbuhan dengan memindahkan seiris kulit bermata tunas
dari satu pohon ketanaman lain yang sejenis (family). Cangkok yaitu cara
perbanyakan tanaman dengan membuat cabang berakar pada tempatnya,
kemudian dipotong dan ditambahkan. Cara menyusukan dilakukan dengan
mempersatukan kedua batang/cabang dari tanaman yang sejenis.

4
Sedangkan menyambung dilakukan dengan memindahkan sepotong
pucuk/ranting ketanaman lain yang sejenis. Stek adalah cara perbanyakan
tanaman dengan memotong-motong dari bagian tanaman batang/cabang,
ranting/pucuk, dan akar. Cara anakan dilakukan dengan memisahkan
anak/tunas dari induknya.
7. Hasil seleksi (penggolongan) benih
Penggolongan benih dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan
atau berbagai peralatan mesin sederhana. Penggolongan tersebut
dilaksanakan berdasarkan pada sifat-sifat morfologi benih atau fisiologi
benih seperti dimensi benih atau berat jenis benih. Pemisahan benih
berdasarkan warna melalui komputer merupakan penemuan baru. Cara-
cara Pre-Vac dan IDS yang popular khususnya untuk jenis tanaman
berdaun jarum. Pertama, memisahkan benih yang rusak karena mesin dari
benih yang tidak rusak dengan memanfaatkan perbedaan tingkat
penyerapan (uptake) air. Kedua, pemisahan melalui inkubasi pengeringan
(Incubation-Drying-Separation), yaitu memisahkan benih yang mati
dengan memanfaatkan perbedaan tingkat pengeringan benih (Anonim,
2009).
Pada pseudotsuga menziesii terdapat perbedaan yang besar dalam
berat rata-rata benih diantara 18 family pohon (families); pengaruh dari
pohon induk tidak dapat dipisahkan dari lingkungan setempat. Hal ini
menunjukan adanya suatu pengaruh lingkungan yang kuat dengan
menyampingkan pengaruh induk. Benih setiap pohon dari 18 family pohon
tersebut digolong-golongkan. Pada waktu pecahan yang paling kecil
dibuang maka hampir 90% dari pohon (families) itu terpengaruh. Tiga
diantaranya kehilangan 50% benih dan yang tiga lainya kehilangan lebih
dari 90%. Yang paling penting, dua dari pohon-pohon tersebut yang paling
rusak juga termasuk 5 besar untuk ketinggian keturunan yang berumur 10
tahun (for 10-year progeny height) dilapangan. Hubungan antara ukuran
benih dengan ketinggian keturunan yang berumur 10 tahun (10-year
progeny height) atau diameter rendah, 0-01. Penggolongan pada populasi

5
benih (seed lot) tersebut akan mengalami akibat yang serius untuk mutu
genetik.
Chaisurishi dan kawan-kawan (1992) menemukan klon picea
sitchesis sebagai hasil pengklonan (cloning) ukuran benih, dengan
kemampuan untuk diturunkan hanya 0.4. dilain pihak mereka menemukan
bahwa family benih berbeda kebutuhanya untuk tindakan perlakuan awal
(pre-treatment), yang menunjukan perbedaan klon (clonal) dalam
dormansi benih. Suatu pengaruh induk yang kuat terhadap sifat benih.
Kemungkinanya untuk membuang seluruh family pohon selama
penggolongan tidak berarti bahwa penggolongan itu tidak perlu dilakukan.
Penggolongan harus dilakukan berdasarkan keluarga (family). Tidak
adanya penggolongan tidak menjamin bahwa perubahan tidak akan terjadi
dihari kemudian. Misalnya, sebuah biji kecil menghasilkan semai/anakan
yang kecil. Embryo pinus skotlandia (pinus sylvestris) yang berasal dari
benih yang berat ternyata lebih heterozygote daripada embrio dari benih
yang ringan dan bahkan memiliki sedikit kelebihan heterozygote.
Sementara benih yang ringan memiliki kelebihan homozygote.
Menghilangkan homozygote dari populasi benih (seed lots) tersebut akan
dapat memperbaiki keadaan benih dan meningkatkan keragaman.
8. Hasil seleksi bibit
Bibit-bibit yang dihasilkan dari teknik-teknik perbanyakan
generative dan vegetative memiliki sifat-sifat yang berbeda. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pemilihan tanaman adalah
pertumbuhan batang, cabang, dan daunya. Selain itu perlu diperhatikan
juga penampakan luarnya, seperti adanya gejala serangan hama dan
penyakit, bentuk batang dan cabang serta tinggi pohon yang sesuai dengan
umurnya (Setiyawan, 1993).
Sementara itu, menurut irwanto (2007) kegiatan seleksi bibit
merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan
kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit
yang kurang baik pertumbuhanya. Bibit yang baik merupakan prioritas
pertama yang bias dimutasikan kelapangan untuk ditanam, sedangkan bibit

6
yang kurang baik pertumbuhanya dilakukan pemeliharaan yang lebih
intensif guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat
waktu tanam tiba kondisi bibit memiliki kualitas yang merata.
9. Peranan bioteknologi tanaman dalam seleksi bibit
Untuk mngatasi masalah dalam seleksi bibit unggul pada tanaman yang
sukar di perbanyak secara vegetatif ( cangkok, stek, okulasi) khususnya
dalam maslah kandungan fenolat yang tinggi, tanaman perbanyak terlebih
dahulu melalui teknik embriogenisis sebagai salah satu usaha dalam
bioteknologi. Selanjutnya tanaman yang dihasilkan dengan proses ini akan
di seleksi di lapangan untuk tujuan pemuliahan
Embriogenesis di mulai dengan pembelaian gel yang tidak
seimbang ( kalus ). Kalus biasanya terbentuk setalah ekplan dikulturkan
dalam media yang mengandung auksin. Banyak faktor yang
mempengaruhi emriogenesis antara lain auksin eksogen, sumber eskplan,
komposisi nitrogen yang di tambahkan dalam media dan karbohidrat (
sukrosa ). Selanjutnya gel membela terus hingga memasuki tahap
globular.pada saat tersebut sel aktif membelah kesegala arah dan
membentuk lapisan terluar yang akan menjadi protodem ( bakal epidermis
), kelompok sel yang melakukan prekursor jaringan dasar dan jaringan
pembulupun mulai terbentuk. Pembelaan kesegala arah tersebut terhenti
ketika pembentukan primordia kotiledon, pada saat emrio matang sudah
autotrof. Embrio yang matang akan berkecambah dan tumbuh menjadi
tumbuhan yang baru pada kondisi yang cocok ( bajaj, 1994 ), proses dan
pengembakan embrio ( embriogenesis ) menentukan pola pertumbuhan,
yaitu meristem pucuk ke atas, meristem ke akar bawaah, dan pola pola
dasar lainnya berkembang pada ‘axis’ pucuk akar ini, namun pada tiap
tumbuhan terdapat variasi pada proses embriogenesis .
Selanjutnya proses embriogenesis adalah bagian dari metode kultur
jaringan untuk memperoleh bibit yang banyak dan bebas virus, plantet
yang dihasilkan pada mulanya beragam, selanjutnya tanaman akan di
tanam di lapangan dan di adakan seleksi sesuai metode pemuliahan berkali
kali sehingga memperoleh tanaman tanamn yang unggul. Tanaman inilah

7
yang digunakan sebagai sumber eksplan yang bisa diperbanyak dengan
berbegai cara di labolatorium kultur jeringan sehingga di dapat bibit dalam
jumlah banyak dan seragam. Metode yang di gunakan antara lain
menginduksi tunas majemuk dan sub kultur. Jika sudah diperoleh sumber
ekplan yang unggul dan media yang sesuai maka prosesnya akan
berlansung dalam waktu yang singkat dengan penambahan hormon
tumbuh dalam konsentrasi rendah
Jika menggunakan prisnsip prinsip bioteknologi sebagai dasar
pemuliahan tanaman akan di peroleh keuntungan pemangkasan waktu dan
menghasilkan bibit bibit unggul dan bebas virus dalam jumlah banyak
melalui metode kultur jaringan
10. Penyeleksian bibit berdasarkan hama dan penyakit
Beberapa jenis gejala tanada serangan hama dan pada bibit adalah sebagai
berikut :
A. Penyakit mati pucuk ( die back ) oleh jamur phoma sp dan jati
Gejala yaitu pucuk utamanya tanaman jati ( terutama pada musim
penggujan ) kadang kala gagal untuk tumbuh dan bersemi. Pada pucuk
lapisan terebut lapisan jamur berwarna hitam disertai kerusakan fisik
akibat serangan bertipe alat mulut penggeek pengisap. Jaringan pucuk
yang diserang serangga ini menjadi kering. Rapuh dan busuk ( telihat
pada musim kemarau ) pucuk tanaman jati yang lain dari tanaman yang
sdiserang teteap dapat bersemi dan berkembang secara normal, namun
pertumbuhan tanaman jati tersebut tidak lurus. Akibat serangan mati
pucuk, pertambahan tanaman menjadi tidak lurus dan kualitasn
pertumbuhannya menurun
B penyakit kanker batang oleh jamur diploma penia pada pinus
Infeksi kanker batang biasanya terjadi pada batang yang masih hijau,
terutama pada pangkal percabangan dekat dengan daun jarum. Ifeksi
pathogen menyebabkan bercak bercak pada batang yang bentuknya
tidak teratur yang mengeluarkan eksudat berupa resin. Daun daun
jsrum ysng berdekatan dengan lokasi infeksi terlihat mengguning dan
akhirnya kering ( berwarna coklat ) pada pohon yang telah dewasa,

8
infeksi biasanya dimulai disekeliling kerucut trajuk kemudian
berkembang beberapa meter keatas dan mencapai cabang. Infeksi di
sekeliling cabang
C penyakit akar merah oleh jamur ganoderma pseudofferum pada
sengongejala dapat dilihat pada tajuk atau pada akar, penyakit akar
merah yang menyerang pada tajuk akan menyebabkan daun daun yang
mengguning, kering dan akhirnya rontok sedangkan penyakit akar
merah yang menyerang akar terlihat adanya selaput miselium
berwarna merah batah dilekati oleh butir butir tanah, miselium yang
baru saja tumbuh umumnya berwarna putih, krem dan merah yang
khasnya hanya bisa terjadi bila millesium menjadi tua. Pada tingkatan
serangan lebih, jamur membentuk badan buah ( basidiokarp ) pada
pangkal batang. Bahkan dapat pula merambat sampai ke bagian atas
batang pohon. Selain yang telah tersbut di atas penyakit lain yang
dapat dijumpai oleh beberapa jenis kehutanan
D penyakit kutil daun oleh eriophyoes sp pada kayu putih
Gejala serangan yaitu dengan terbentuknya kutil berwarna kuning
muda pada permukaan atas daun. Kutil daun teresbut berkembang
membentuk kutil berukuran besar, perkembangan kutil daun dapat
terjadi secara sendiri atau mengkelompok menjadi satu. Kutil pada
daun yang tua relatif tidak menggangu, namun pada daun yang masih
muda dan belum berkembang sempurna dapat mengganggu
pertumbuhan daun serangan penyakit kutil daun dapat mengakibatkan
sel sel daun mengalami degradai bahkan kerusakan
11. Teknik pencegahan dan pengendalian penyakit tanaman kehutanan
Teknik pencegahan dan pengendalian penyakit tanaman kehutanan
berbeda pada setiap jenis tanaman dan penyakit atau gejala yang
ditimbulkan. Teknik pencegahan dan pengendalihan tanaman kehutana
berdasarkan jenis tanaman dan penyakitnya adalah sebagai berikut
A. Penyakit mati pucuk ( die black ) oleh jamur phoma sp. Pada jati
Gejala mati pucuk terlihat jelas pada musim hujan, pada awal musim
dan huajnpucuk pucuk yang menunjukan gejala serangan penyakit

9
harus dipotong untuk menghilangkan sumber inokolum di sertai
dengan pemupukan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pada musim
hujan perlu dilakukkan pemangkasan terhadap tanaman pelindung
untuk mengurangi kelembapan, sedangkan pada musim
kemarau,pemangkasaan terhadap tanaman pelindung tidak perlu
dilakukan atau hanya di lakukan pemangkasan ringan saja agar
kelembapan lingkungan cepat terjamin. Tanaman jati ini yang
menunjukan gejala mati pucuk harus diberi tanda dan di prioritaskan
untuk ditebang pada saat penjarakan tanaman
B penyakit kanker batang oleh jamur diplodia pinea pada pinus
melakukan monitoring sambil melakukan pengerjaan tening atau
pemangkasan lajuk secara terartur, terutama tajuk tajuk yang kering
dan menunjukan gejal penyakit kanker batang untuk menghilangkan
dan mengurangi jumlah inokulum. Pohon pohon pinus yang
menunjukan gejala terserang penyakit kanker batang harus segera di
beri pupuk untuk meningkkatkan kesehatan tanaman
C penyakitakar merah olegh jamur ganoderma pseudofferum pada sengon
hal yang lebih khusus pada tanaman sengon yaitu kecenderungan
timbulnya jamur akar merah padaa tanaman tua diatas umur 7 tahun.
Oleh karena itu, untuk menghindarkan tanaman dari kerusakan yang
lebih parah sebaiknya dilakukkan pemanenan penebangan segera
setalah pohon masuk tebang
D penyakit kutil daun oleh kayu putih
Langkah langkah yang perlu dilakukan dalam pencegahan dan
pengendalihan penyakit ini adalah sebagai berikut :
- Melakukan snitasi dan erdikasih bersama dengan waktu
pemangkasan tanaman
- Melakukan monitoring secara cermat agar intensitas rangga tetap
di bawah ambang ekonomi
- Menggunkan bibit tanaman kayu putih yang relatif tahan terhadap
penyakit kutil daun sehingga serangga tunggau tidak
mengakibatkan berkurangnya jumlah kwalitas minyak kayu putih.

10
2.4 Seleksi Melalui Variasi Somaklonal
Kebutuhan komoditas pertanian terus bertambah seiring dengan
meningkatnya permintaan pasar dan konsumsi masyarakat dan upaya untuk
meningkatkan produksi komoditas pertanian dapat ditempuh melalui
perluasan lahan dan peningkatan produktivitas. Namun, upaya tersebut
menghadapi upaya cengkaman abiotik seperti kekeringan,keracunan
aluminium ( AI ) dan unsur mikro pada lahan masam, dan salintas
kekurangan air akan terus menjadi masalah dalam budidaya sering makin
kuatnya persaingan dalam menggunkana air antara sektor pertanian dan
sektor non pertanian, kekurangan air terjadi pada semua jenis tanaman,
terutama tanamn yang membutuhkan air dalam jumlah yang banyak seperti
padi dan palawija. Keracunan AL dan kahat hara merupaka cekaman abiotik
yang sering dijumpai pada lahan pertanian di indonesia, terutama pada lahan
masam, tanaman yang keracunan AL akan terhambat perkembanagan
akarnya sehingga menggangu perkembangannya bagian atas tanaman,
tergangtungnya bagaian atas tanaman disebabkan oleh kahat hara seperti
Mg, Ca dan P dan tidak seimbang hormon
1. Pentingnya variates toleran
Laham masam di dunia meliputi areal satu miliar hektar. Yang
tersebar di daerah tropis dan subtropis ( haug, 1984, Moller et al , 1984
)indonesia mempunyai sekitar 47,60 juta hektar lahan podzolik merah
kuning yang bersifat masam ( Syarifudin dan abdurahman 1993) tanah
masam dapat di perbaiki melalui pengapuran sehingga sesuai untuk
pertumbuhan tanaman, namun pengapuran membutuhkan biaya yang
mahal dan bersifat tidak permanen, pengguanan tanaman toleran tanah
masam merupakan pilihan yang lebih baik sehingga tanaman mampu
berproduksi di lahan masam. Cengkaman abiotik seperti keracunan Fe
dan Mn, salinitasi meupun suhu rendah juga mempengaruhi
produktivitas tanaman. Maslah ini perlu di upakyakan pemecahannya,
antara lain dengan menanam variates yang toleran, teknik bioteknologi

11
dapat di manfaatkan dalam perakitan variates toleran cekama abiotik,
\seperti kekeringan, keracuanan Al dan terhadap cengkama abiotik dari
tanaman yang sejenis . untuk meningkatkan keragaman genetik pada
tanaman yang bernilai egonomis tinggi dapat memanfaatkan teknik
variasi somaknal dan induksi mutasi perubahan sifat genetik yang
dihasilkan dengan metode ini sangat beragam , untuk mengarakan
peubahan sifat ke arah yang di inginkan dapat digunakan dengan metode
seleksi in vitro. Dalam makalah ini akan di bahas perakitan variates
tanaman toleran terhadap cengkama abiotik dengan memanfaatkan
teknik bioteknologi tersebut.
2. Makna variasi somaklonal
Variasi somoklonal adalah keragama genetik yang dihasilkan
melalui kultur jaringan. Variasi somoklonal pertama kali ditemukan oleh
larkin dan Scowcorf ( 1989 ) yang mendefinisikan sebagai keragaman
genetik dari tanaman yang dihasilkan melalui kultur sel baik sel somotik
seperti sel daun, akar, dan batang maupun sel gamet.
3. Metode seleksi in vitro
Keragaman genetik yang ditimbulkan oleh variasi somoklonal dan
induksi mutasi bersifat acak. Untuk mengdenfikasi keragaman
somoklonal maupun induksi mutasi ke arah perubahan yang diinginkan,
dapat digunkan teknik seleksi in vitro. Pada teknik in vitro, seleksi
ketahanan terhadap cengkaman abiotik seperti kekeringan, keracuanan
Al,pH tanah rendah, dan salintasi dapat digabungkan dalam media
kulturr in vitro dan digunakan untuk menumbuhkan varian somoklan
yang diperoleh, tanaman hasil regenerasi jaringan pada kultur in vitro
kemungkinan akan mempunyai fenotipe yang toleran terhadap kondisi
seleksi in vitro lebih sfesien karena kondisi seleksi dapat dibuat
homogen tempat yang dibutukan relatif sedikit, dan efektivitas seleksi
tinggi, oleh karena itu, kombinasi antara induksi vaiasi somknolal dan
seleksi in vitro merupakan alternatif teknologi yang efektif dalam
menghasilkan individu dengan karakter yang spesifik ( kader 2007 )

12
4. Seleksi in vitro untuk toleransi terhadap salintasi
Pengaruh perusak dari garam pada tanaman merupakan akibat dari
kekurangan air, karena kosentrsi garam yang terlarut dalam tanah .
kondisi ini mempengaruhi rasio K+/Na+ karena pemasukan Na+ dan
kosentrasi ion Na yang merugikan tanaman. Respon umum ttanaman
terhdap cengkaman garam, kekeringan, dan suhu rendah berupa
akumulasi gula dan senyawa kompatibel lainnya. Senyawa ini berfungsi
sebagai osmoprotektan ( penjaga osmolaritas ) paa bebrapa kasus,
senyawa osmoprotektan berfungsi menjaga stabilitas biomolekul pada
kondisi tercengkam. Tanama yang toleran dan tumbuh pada tanah
bergaram mempunyai kandungan garam yang tinggi pada
selnya.penggunakan ion anorganik untuk mengatur tekanan osmosis
menunjukan bahwa tanaman harus mampu menolransi kandungan garam
yang tinggi dalam sel
2.5 Seleksi Tanaman Yang Tahan Cekaman
Pada prinsipnya, setiap tumbuhan memiliki kisaran tertentu
terhadap faktor lingkungannya, prinsip tersebut dinyatakan sebagai hukum
toleransu shelford yang berbunyi “setiap organisme mempunyai suatu
minimum dan maksimum ekologis , yang merupakan batas bawah dan batas
atas dari kisaran tolenransi organisme itu terhadaap kondisi faktor
lingkungan nya “ ( dharmawan, 2005 ). Setiap makluk hidup memiliki range
of optimum atau kisaran optimum terhadap faktor lingkungan untuk
pertumbuhannya. Kondisi diatas ataupun di bawah batas kisaran toleransi,
mahkluk hidup akan mengalami stress fisiologi. Pada kondisi stres fisiologi
ini, populasi akan menurun . apalagi kondisi stress ini terus
berlangsungdalam waktu yang lama dan telah mencapai batas tolernsi
kelulusan hidupan, maka organisme itu akan mati
1. Respon terhadap cengkaman air
Faktor air dalam fisiologis tanaman merupakan faktor utama yang sangat
penting. Tanaman tidak akan hidup yanpa air, karena air memiliki
matrik dari kehidupan, bahkan mahkluk lain akan punah tanpa air.
Kramer menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi tumbuhan

13
tumbuhan : yakni air merupakan bagian dari protoplasma ( 85-90% dari
berat keselurahan bagian hijau tumbuhan ( jaringan yang sedang tumbuh
) adalah air selanjutnya dikatakan bahwa air merupakan reagen yang
penting dalam proses proses fotosintesis dan dalam porses proses
hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam garam, gas
gas dan material material yang bergerak kedalam tumbuhan
tumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin
adanya turginitas, pertumbuhan sel, atabikitas bentuk daun, proses
membuka dan menutupnya stomata, kelangsunngan gerak stuktur
tumbuhan tumbuhan.
A. Respon terhadap cengkama kelebihan air
Dampak genangan air adalah merupakan pertukran gas antara
tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersedian
O2 bagi akar dan mikroorganisme ( mendorong udara keluar
dari pori tanpa maupun menghambat laju definisi ). Genangan
menyebabkan kematian akar didalaman tertentu dan hal ini
akan memacu pembentukan akar deventif pada bagian di dekat
perkemukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan ( staff
Lab ilmu tanaman, 2008 )
B. Respon terhadap cengkaman kekeringan
Cengkaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh
kekurangan suplai air di daerah perakaran pada permintaan air
yang berlebihan poleh daun dalam kondisi laju
evapontranspirasi melebihi laju absorbi oleh akar tanaman.
Serapan air oleh akar tanaman di pengaruhi olleh laju
transpirasi, sistem perakaran, dan ketersedian air tanah (
lakitan, 1996. ) staff Lab ilmu tanaman 2008 mengemukakkan
bahwa cengkaman kekerongan dapat di bagi ke dalam tiga
kelompok yaitu :
1 ) cengkaman ringan : jika potensial air daun menurun 0.1
Mpa atau kandungan air nisbi menurun 8-10%

14
2 ) cengkaman sedang : jika potensial air daun menurun 1.2 s/d
1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 10-20 %
3 ) cengakaman berat : jika potensial daun menurun > 1.5 Mpa
atau kandungan nisbi menurun > 20 %
Lebih lanjut Staff Lab ilmu tanaman mengemukkan bahwa apabila
tanaman kehilangan lebih dari separuh air jaringannya dapat dikatakan
bahwa tanaman mengalami kekeringan. Kekurangan air akan menganggu
aktifitas definisi air akan terus menerus akan menyebabkan perubahan
irreversibel ( tidak dapat balik ) dan pada gilirannya tanaman akan mati (
Haryati, 2008 ).
2. Respon terhadap cengkaman stabilitas
Stress garam terjadi dengn terdapatnya salinitas atau konsentrasi
garam garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stress garam ini
umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stress garam
meningkat dengan meningkatnya kosentrasi garam hingga tingkat
kosentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam
garam yang menimbulkan stress anatara lain ialah NaCI. NaSO4, CaCl2
, MgSO4 , MgCl2 yang terlarut dalam air ( sipayung , 2006 ). Stress
akibat berlebihan air Na+ dapat mempengaruhi beberapa proses fisiologi
dari mulai perkecambahan sampai pertumbuhan tanaman ( fallah 2006)
Kelebihan NaCl atau garam lain dapat mengancam tumbuhan
karena dua alasan , pertama, dengan cara mnurunkan potensial air
larutan tanah, dram dapat menyebabkan kekurangan air pada tumbuhan
meskipun tanah tersebut mengandung banyak sekali air. Hal ini karena
\potensial air lingkungan yang lebih negatif dibandingkan dengan
potensial air jaringan akar, sehingga air akan kehilangan air, bukan
menyerapnya. Kedua. Pada tanah bergaram, natrium dan ion ion tertentu
lainnya dapat menjadi racun bagi tumbuhan jika kosentrasinya relativ
tinggi ( Campbell, 2003 ).

15
Tabel 12.2. pengaruh tingkat salinitasi terhadap tanaman sebagai standart
pengujian tanaman hasil seleksi
No Tingkat salinitasi Konduktivitas Pengaruh terhadap tanamn
( mmhos )
1 Non salin 0-2 Dapat diabaikan
2 Rendah 2-4 Tanamanyang peka terganggu
3 Sedang 4-8 Kebanyakan tanaman terganggu
4 Tinggi 8-16 Tanaman yang toleran belum
terganggu
5 Sangat tinggi >16 Hanya beberapa jenis tanaman
toleran yang dapat tumbuh

Salinitasi menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang


menghambat pembesaran dan pembelaian sel, produksi protein serta
penambahan biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam
umumya tidak menunjukan respon dalam bentuk kerusakan secara
langsung tetapi pertumbuhannya tyang tertekan dan perubahannya secara
perlahan.( Sipayung, 2006 )
Banyak tumbuhan dapat berespon terhadap salinitsi tanah yang
memadai dengan cara menghasilkan zat terlarut kompatibel, yaitu
senyawa organic yang menjaga potensial air larutan tanah, tanpa
menerima garam dalam jumlah yang banyak dapat menjadi racun (
campbell, 2003 ) ketika terjadi cengkaman lingkungan seperti
kekeringan, logam berat atau salinitasi tanamn bereaksi dalam berbagai
cara untuk menghadapi perubahan yang berpotensi merusak.
3. Respon terhadap cengkam suhu
Suhu seabgai faktor lngkungan dapat mempengarui produksi
tanaman secara fisik maupun fisiologis. Secara fisik, suhu merupakan
bagian yang di pengaruhi oleh radiasi sinar matahari dan dapat
diestiminasi berdasarkan kesimbangan panas. Secara fisiologis, suhu
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fitosintesis, pembukaan
stomata, dan respirasi. Selain itu suhu meruapakan salah satu

16
penghambat dalam proses fisiologi untuk sistem produksi tanaman
ketika suhu tanaman berada di luar suhu optimal terendah maupun
tertinggi.
A. Cengkaman panas
Panas berlebihan dapat menganggu dan akhirnya membunuh
suatu tumbuhan dengan cara mendenaturasi enzim enzimnya
dan merusak metabolismenya dalam berbagai cara. Salah satu
fungsi transpirasi adalah pendingin melalui penguapan. Pada
hari yang panas , misalnya tempratur daun berkisar 3C sampai
100C dibawah suhu sekitar
B. Cengkaman dingin
Satu permaslahanya yang dihadapi tumbuhan ketika tempratur
lingkungan turun adalah perubahan ketidakstabilan membran
selnya. Ketika sel itu didinginkan di bawah suatu titik
kritis.membrane akan kehilanga kecairannya karenalipid
menjadi terkunci dalam struktul kristal. Keadaan ini mengubah
transport zat terlarut melewati membrane, juga mempengaruhi
fungsi protein membrane
4. Respon terhadap kekurangan oksigen
Tumbuhan yang siram terlalu banyak air bisa mengalami
kekurangan oksigen karena tanah kehabisan ruangan udara yang
menyediakan oksigen untuk respirasi seluler akar ( Cqmpbell, 2003 ).
Keadaan lingungan terhadap O2 disebut hipoksia, dan keadaan
lingkungan tanpa O2 disbut anoksia ( mengalami cengkaman airasi ) (
Staff ilmu tanaman , 2008 )
5. Respon terhadap cengkaman cahaya
Cahay merupakan salah satu kunci penentuan dalam proses
metabolisme dan fotosintesis tanama. Cahaya di butuhkan tanaman
mulai dari proses perkecambahan biji smapai tanaman dewasa. Respon
tanaman terhadap cahay berbeda beda antara jenis satu dan jeni lainnya.
Ada tanamna yang tahan ( mampu tumbuh ) dalam kondisi yang terbatas
atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu

17
tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman toleran dan ada
tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau
tanaman inteloran.
6. Respon terhadap herbivora
Herbivora adalah suat cengkaman yang dihadapi tumbuhan dalam
setiap ekosistem. Tumbuhan menghadapi herbivore yang begitu banyak
baik dengan pertahanan fisik, seperti duri, maupun pertahanan kimia
seperti produksi senyawa yang tidak enak atau bersifat toksi. Sebagai
contoh tumbuhan menghasilkan suatu asam amino yang tidak umum
yang disebut kanavanin yang di namai berdasarkan salah satu
sumbernya, jackbean ( cannavalia ansiformasi ). Kannavanin mirip
arganin. Jika suatu seranga memakan tumbuhan yang mengandung
kanavanin, molekul itu bergabung dengan protein sengga di tempat yang
biasanya di tempati oleh ariginin, yang dapat menyebabkan matinya
serangga tersebut ( Campbell,2003 )

2.6 Seleksi Pedegree


1. Pengertian seleksi pedegree
Metode ini dikatakan silsila ( pedigree ) karena pencatatan dilakukan
pada setiap anggota populasi bersegregasi dari hasil persilangan. Seleksi
pedigree diperlakuakan untuk menyatakan 2 galur tersebut serupa dengan
mengaitkan terhdap individu tanaman berikutnya. Seleksi pedigree dapat
diterapkan bila sifat yang diseleksi memiliki nilai heribilitas yang tinggi dan
seleksi pada populasi yang bersegresi. Seleksi pedigree dilakukan untuk
perbaikan sifat sifat kuantitatif biasanya dilakukan secara tidak
langsung.dalam hal ini kemajuan selaksi ( KS ) merupakan perbandingan
lurus antara intensitas seleksi yang dilakukan (i), akar kuadrat heritabilitas
karakter yang di seleksi (h) dan kolerasi genetik sifatnya yang diseleksi
dengan hasil ( rg ) dapat di tulis dengan rumus ( KS = 1 h rg )
2. Tujuan seleksi pedegree
Tujuan metode seleksi pedigree adalah untuk memperoleh variates
baru dengan mengkombinasikan gen gen yang di inginkan yang di

18
temukan pada 2 genotip atau lebih. Rekombinasi dari dua genotype atau
lebih tersebut diharapkan menghasilkan keturunan yang lebih baik dan
lebih unggul dibandingan rata rata tetuannya. Secara umum, salah satu
tetua di pilih karena sudah beradaptasi dan diterima oleh masyarakat,
karakter komponen yang tidak memiliki oleh tetua lain, misal ketahanan
terhadap penyakit
Pada saat melakukan persilangan, hal hal yang harus diperhatikan
yaitu, 1 ukuran populasi, untuk memperkirakan F1 yang akan dihasilkan
dan F2 yang di inginkan. Hal ini berkaitan dengan beberapa gen yang
mengontrol karakter tersebut. 2. Tergantung pada kondisi pesilangan yang
akan membentuk beberapa famili, 3. Persilanagn dapat dilakukan dilapang
atau di rumah, 4. Luas lahan yang tersedia dan,. 5. Kemapuan laksana
lapang.
3. Tahapan seleksi silsilah ( pedigree )
Pemilihan secara pedigree terhadap individu tanaman yang
mengalami segresi dilakukan pada generasi F2 pada tahun pertama
seleksi,dibuat persilangan antara dua tetua yang dikehendaki dan hasil biji
F1 yang di peroleh oleh emaskulasi dan ditanam pada tahun berikutnya.
Pada tahun kedu, bilamana tetua yang digunakan sudah bersifat
homozigot (berasal dari tetua galur murni ) maka pertanaman biji F1 aka
nampak seragan sehingga dapat memudahkan proses pemilihan. Dalam
praktek umumnya, biji hasil F1 di panen bersama dan di campur.
Pada tahun ketiga, penanam biji dilakukan seabnyak mungkin
karana akan menghasilkan banyak kombinasi sehingga perlu diperhatikan
pengaruh hetrozegositasnya jadi, sedapat mungkin dihindari pemilihan
tanaman heterozigot jkarena tujuan seleksi yaitu untuk memperoleh
tanaman homozigat.
Seluruh benih yang berasal dari individu F2 ( tanaman F3 ) ditanam
dalam baris. Generasi F3 merupakan generasi penting. Pada generasai ini
diketahui terjadinya segregasi apabila tanaman F2 yang dipilih ternyata
herozigot. Untuk mengetahui adanya segregrasi diperlukan cukup tanaman
terlihat keragamannya, biasanya ditanam lebih dari 30 tanaman tiap baris.

19
Jarak aman apabila tanamn di tumbuhakan dengan jarak yang lebar,
lebih mudah melaksakan individu tanaman. Akan tetapi genotype yang
terseleksi atas dasar produksinya belum tentu tinggi pula apabila ditanam
dengan jarak yang sempit.
Generasi F4 ditanganni sama halnya dengan F3, perbedaannya
adalah seleksi tetap dilaksanakan pada individu tanaman tetapi dari famili
terbaik. Generasi F5 ditanganni sama halnya dengan F4, perbedaanya
adalah seleksi dilakukan pada famili terbaik . pada generasi F6, benih yang
berasal dari datu barisan ditanam pada petak yang lebih besar dengan jarak
tanam rapat, jika memungkinkan dengan ulangan ulangan. Pada generasi
F7 dilakukan dengan uji daya hasil dengan menyertakan variates
pembanding. Pada generasi F8 dilakukan uji mutikolasi , uji mutikolasi
harus mengkuti prosedur pelepasan variates tanamn yaitu jumlah akolasi
pengujian, jumlah musim, jumlah ulangan, jumlah genotipe dan jumlah
variates pembanding.
2. Seleksi single seed descent ( ssd )
Seleksi single seed descent yaitu keturunan satu biji, pada
prinsipnya, individu tanaman terpilih daroi hasil suatu persilanagan pada
F2 dan selanjutnya ditanam cukup satu biji atau keturunan. Cara ini
dilakukan sampai generasi yang ke -5 atau ke-6 (F5 atau F6 )
Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan tanaman baik secara
individu maupun populasi berdasarkan karakter target yang di inginkan
untuk di perbaiki. single seed descent ( ssd ) merupakan prosedur seleksi
setelah hibridasi, yaitu prosedur yang digunakan untuk mengindentifikasi
genotip genotip baik dari ketrunan yang bersegresi hasil hibridasi tanaman
menyerbuk sendiri
Metode single seed descent banyak diterapkan pada tanaman
berpolong, seperti tanaman kedelai, pada tanaman penyerbuk sendiri,
proses segregasi tanaman mengikuti hukum mendel. Artinya, bila
penyerbukan sendiri berlanjut akan dijumpai proporsi individu tanaman
yang homozigot akan bertambah sebaliknya yang heterozigot akan
berkurang.

20
A. Tujuan prosedur single seed descent ( ssd )

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Seleksi pada populasi dengan keragaman tinggi cenderung memerlukan
intensitas lebih tinggi dibanding dengan populasi dengan keragaman
rendah. Sedangkan makin kecil jumlah individu keturunan cenderung
makin rendah intensitasnya

2. Sumber batang atas adalah tanaman yang menghasilkan buah besar yang
berbiji tipis. Pucuk dewasa dengan tunas pucuk yang berkembang dengan
baik yang akan diambil kemudian disambung menggunakan system clef
pada bibit manga yang berumur 6-8 bulan, ketika sudah sampai 6-10
setetelah penyambungan dipindahkan kelapangan dengan ketentuan 1 plot
untuk 5 baris tanaman dengan jarak 8x8 m. kemudian klon yang akan
diperbanyak diidentifikasi dengan metode konvensional atau kultur
jaringan

3. Dengan teknik perbanyakan secara generative terkadang bibit yang


dihasilkan menyimpang dari sifat induknya. Hal ini akan menguntungkan
jika perubahan sifat tersebut lebih baik atau setidaknya sama dengan
induknya. Namun jika yang terjadi sebaliknya, hal tersebut akan sangat
merugikan. Penyimpangan yang terjadi salah satunya disebabkan adanya
kawin silang diantara jenis tanaman itu sendiri
Teknik perbanyakan vegetative yaitu teknik perbanyakan tanaman dengan
mengambil sebagian dari pohon induknya. Teknik ini dapat dilakukan
dengan cara okulasi/tempelan, cangkok, menyusukan, menyambung, stek
dan cara anakan.

4. Metode seleksi in vitro dapat digunakan untuk mengarahkan perubahan


sifat yang diinginkan. pada Teknik in vitro digunakan untuk
menumbuhkan varian somaklon yang diperoleh, seleksi in vitro lebih

22
efesien karena kondisi seleksi dapat dibuat homogen, tempat yang
dibutuhkan lebih sedikit, dan efektivitas seleksi tinggi

5. bahwa apabila tanaman kehilangan lebih dari separuh air jaringannya


dapat dikatakan bahwa tanaman mengalami kekeringan. Kekurangan air
akan menganggu aktifitas definisi air akan terus menerus akan
menyebabkan perubahan irreversibel ( tidak dapat balik ) dan pada
gilirannya tanaman akan mati, Tanaman yang mengalami stress garam
umumya tidak menunjukan respon dalam bentuk kerusakan secara
langsung tetapi pertumbuhannya tyang tertekan dan perubahannya secara
perlahan.

6. Seleksi pedigree diperlakuakan untuk menyatakan 2 galur tersebut serupa


dengan mengaitkan terhdap individu tanaman berikutnya. Seleksi pedigree
dapat diterapkan bila sifat yang diseleksi memiliki nilai heribilitas yang
tinggi dan seleksi pada populasi yang bersegresi. Seleksi pedigree
dilakukan untuk perbaikan sifat sifat kuantitatif.

3.2 Saran

23
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, at al. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: erlangga

Dharmawan , agus. 2005. Ekologi Hewan. Malnag : UM press

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Haryati. 2008. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil


Tanaman http://library .usu.ac.id/download/fp/hslpertanian-haryati2.pdf.
diakses pada tanggal 27 juni 2018

Sipayung, Rosita. 2006. Cekaman Garam http://library


.usu.ac.id/download/fp/bdp Rosita-2.pdf. diakses pada tanggal 27 juni
2018

24

Anda mungkin juga menyukai