Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN

“Persilangan Tanaman Anggrek (Orchidaceae)”

Oleh:

ANDRI KURNIAWAN
NIM. D1B120007

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan negara yang kaya akan fauna dan floranya di

antaranya tumbuhan anggrek. Anggrek adalah tumbuhan Orchidacea, famili ini

diperkirakan 5.000 spesies tersebar di Indonesia. Anggrek merupakan salah satu

tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga banyak

dibudidayakan dalam skala besar (Yudistira et al., 2020). Beberapa tanaman

mengikuti tren yang sedang berlangsung saat itu, namun tanaman anggrek tidak

pernah mengikuti tren karena tetap abadi sepanjang masa. Tanaman anggrek tidak

bisa ditanam pada sembarang tempat, memerlukan perlakuan khusus untuk dapat

menumbuhkannya. Hanya saja membutuhkan penempatan anggrek pada habitat

yang sesuai agar dapat mendukung dengan baik pertumbuhan anggrek (Dewanti

et al., 2022).

Tanaman anggrek memiliki bentuk bunga yang cantik, warna yang

bervariasi, dan corak bunga yang terus berkembang dan dapat bertahan dalam

waktu yang lama. Hal tersebut menjadikan tanaman anggrek dapat dijadikan

bisnis yang cukup menjanjikan. Bisnis tanaman anggrek tidak hanya dapat

dilakukan oleh sektor industri tanaman besar saja, namun juga dapat dilakukan

dari sektor rumah tangga. Anggrek hibrida hasil persilangan biasanya lebih

banyak diminati oleh masyarakat dibandingkan anggrek spesies dikarenakan

anggrek hibrida memiliki warna, bentuk dan ukuran bunga yang lebih beragam

dan bervariasi.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan tanaman anggrek

adalah ketersediaan bibit bermutu yang belum terpenuhi sehingga harga bibit

menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat. Banyak upaya yang dapat

dilakukan untuk menghasilkan bibit anggrek yang unggul. Salah satu upaya yang

dilakukan yaitu dengan dilakukannya persilangan. Pada dasarnya persilangan

dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik daripada induknya.

Seperti halnya pada tanaman lain, persilangan anggrek digunakan sebagai

landasan seleksi dalam budidaya tanaman anggrek (Hartati dan Linayanti, 2015).

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan praktikum mengenai

persilangan tanaman anggrek (Orchidaceae).

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik hibridisasi serta

aplikasinya di lapangan.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikkan mahasiswa dapat

mengetahui teknik hibridisasi serta aplikasinya di lapangan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki bunga

yang khas dengan mahkota yang indah dan warna yang menarik, hal ini membuat

anggrek menjadi primadona di kalangan petani tanaman hias dan para pecinta

tanaman hias seperti para pecinta bunga anggrek. Saat ini anggrek-anggrek hasil

persilangan petani telah banyak ditemukan di kios-kios penjual tanaman hias

dengan berbagai variasi warna dan jenis. Anggrek terbagi menjadi dua jenis yaitu

anggrek spesies dan anggrek hibrida. Anggrek alam atau anggrek spesies

merupakan anggrek yang belum mengalami persilangan yang masih hidup alami

di habitat aslinya. Anggrek hibrida merupakan anggrek hasil persilangan.

Penyilangan akan menghasilkan keturunan yang disebut hibrida interspesifik,

hibrida intraspesifik, hibrida intergenetik atau hibrida multigenetik, yaitu

hibridisasi antara dua atau lebih genus (Agustin dan Widowati, 2015).

Anggrek alam atau anggrek hutan adalah sumber utama plasma nutfah

sebagai induk persilangan menghasilkan aneka spesies baru yang bervariasi.

Dendrobium adalah salah satu genus anggrek yang banyak diminati. Dendrobium

berasal dari kata “Dendron” dalam bahasa Yunani berarti pohon dan “Bios”

artinya hidup. Jadi Dendrobium bisa diartikan sebagai anggrek yang hidup
menempel di pohon. Sekitar 1.000-1.500 spesies dendrobium tersebar di daerah

tropis dan sub tropis (Hartati et al., 2016).

Keanekaragaman jenis anggrek belum banyak dikenal oleh masyarakat

kecuali para pecinta tanaman anggrek. Pengenalan keanekaragaman anggrek dan

metode budidayanya perlu dikenalkan untuk melestarikan tanaman anggrek.

Anggrek spesies atau anggrek alam yang ada di Indonesia perlu dilestarikan,

karena jumlahnya relatif sedikit. Hal ini disebabkan laju perkembangbiakan relatif

lebih rendah di alam. Selain anggrek alam, juga dikenal anggrek hybrid yang

diperoleh dari persilangan oleh manusia dengan tujuan untuk mendapatkan bunga

yang berbeda dengan induknya, maupun bunga yang lebih indah baik warna dan

motifnya. Selain anggrek alam dan anggrek hybrid, ada juga anggrek endemik

yang dimiliki oleh suatu daerah. Contohnya Vanda tricolor, yang merupakan

anggrek endemik lereng Merapi (Mercuriani dan Sugiyarto, 2019).

Bunga anggrek memiliki lima bagian utama, yaitu kelopak bunga atau

sepal umumnya memiliki tiga kelopak bunga atau spalum. Mahkota bunga atau

petal juga tersusun atas tiga helai dan membentuk struktur segi tiga. Benang sari

atau putik juga ada dua macam, yaitu monandrae dan diandrae. Benang sari dan

tangkai kepala putik menyatu atau bisa disebut column. Tepung sari pada column

berbentuk gumpalan yang melekat dikenal dengan polinia. Bakal buah atau ovari

terletak di bawah mahkota bunga biasanya menyatu dengan tangkai bunga. Buah

anggrek merupakan hasil dari proses penyerbukan atau pembuahan selama 3-9

bulan (Junaedhie, 2014).


Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara

yaitu, konvensional dan metode kultur in vitro. Usaha peningkatan anggrek secara

kualitas dapat dilakukan dengan usaha perbaikan genetik melalui persilangan,

sedangkan untuk peningkatan kuantitas dapat dilakukan dengan perbanyakkan

melalui kultur in vitro, jumlah anakan yang didapat lebih banyak dalam waktu

yang relatif lebih singkat (Hartati et al., 2019). Salah satu upaya untuk

meningkatkan keragaman bunga anggrek atau kultivar baru adalah dengan

menyilangkan antar tetua anggrek. Persilangan yang dapat digunakan ialah

melalui persilangan antar spesies yang berbeda yang dikenal dengan persilangan

interspesifik (Lestari dan Deswiniyanti, 2017).

Hibridisasi atau persilangan adalah metode dalam menghasilkan kultivar

tanaman baru yaitu dengan cara menyilangkan dua atau lebih tanaman yang

memiliki konstitusi genetik berbeda dengan tujuan untuk menggabungkan

karekter-karakter baik dalam satu tanaman, memperluas variabilitas genetik

tanaman melalui rekombinasi gen dan untuk mendapatkan hibrid vigor. Pemilihan

tetua atau kombinasi hibrid merupakan hal yang sangat penting dalam pemuliaan

tanaman dan hal tersebut sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan program

pemuliaan (Zulkaidhah et al., 2019).

Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan

bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat

tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum

bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Oleh

karena itu pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman genetik


pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi berbunga tinggi

dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman lingkungan (Hartati

et al., 2014).

Infeksi virus menjadi salah satu faktor pembatas dalam budi daya anggrek.

Infeksi virus pada tanaman anggrek menyebabkan penurunan vigor tanaman dan

kualitas bunga. ORSV menyebabkan kerugian secara ekonomi akibat menurunnya

kualitas bunga di Florida, Hawai, India, Taiwan, Thailand, Singapura dan

Australia. Upaya pemeliharaan anggrek sebaiknya dilakukan secara rutin untuk

pemantauan perkembangan dan penyebaran penyakit virus serta tindakan

pengendaliannya sedini mungkin (Mahfut et al., 2017).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Jl. H. Lamuse BTN Fadil Indah Blok A.1,

Kendari Permai, Wanggu, pada hari Sabtu, 4 Juni 2022 pukul 07:00 WITA -

selesai.

3.2. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tusuk gigi, label

tahan air (dibungkus plastik), tisu/kertas dan benang.

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu kamera Hp.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada paktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Memilih bunga yang telah membuka penuh dan dalam keadaan segar pada

tanaman yang sehat dan kuat.

2. Mengambil tusuk gigi atau lidi dan masukkan kedalamkelamin betina

(gymnostemium) sehingga ujungnya basah oleh perekat yang berwarna putih.


3. Membuka ujung column bunga sehingga akan terlihat pollinia yang berwarna

kuning.

4. Menempelkan ujung tusuk gigi yang basah dengan hati-hati.

5. Memasukkan pollinia yang berada pada ujung tusuk gigi kedalam kelamin

betina atau kepala putik.

6. Membuang lidah bunga agar tidakdikunjungi serangga.

7. Melabeli tanaman dengan kode persilangan sebagai identitas tanaman hasil

persilangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan praktikum


didapatkan hasil sebagai berikut:
No Kode Silangan Gambar sebelum Gambar setelah
persilangan persilangan
1. Merah (Betina) x
Hijau (Jantan)

2. Kuning (Betina) x
Merah (Jantan)
3. Ungu (Betina) x
Kuning (Jantan)

4.2. Pembahasan

Pemuliaan tanaman memerlukan informasi tentang keragaman dan

klasifikasi yang dapat menunjukkan tingkat dan hubungan antara kultivar sebagai

dasar untuk mengetahui hubungan kekerabatan suatu spesies tanaman, semakin

jauh hubungan kekerabatan suatu spesies maka semakin sulit untuk disilangkan.

Penentuan hubungan kekerabatan dapat dilakukan secara fenotipik dan genotipik.

Hubungan kekerabatan secara fenotipik dilakukan berdasarkan pengamatan

morfologi. Identifikasi morfologi suatu tanaman dilakukan dengan mengamati

daun, batang, bunga, buah, akar dan lain sebagainya yang mencakup seluruh

morfologi tanaman (Hartatai dan Darsana, 2015).

Purba dan Saptadi, 2019 menyatakan bahwa keragaman morfologi bunga,

daun, maupun akar dapat digunakan sebagai acuan dalam program pemuliaan

tanaman untuk memperoleh karakter unggul yang diharapkan. Hal ini karena

informasi kedekatan hubungan secara morfologi mencirikan adanya kedekatan

hubungan secara genetik yang merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk

kegiatan pemuliaan tanaman. Oleh karena itu untuk mencapai keberhasilan dalam

perbaikan genetik melalui persilangan yang dikendalikan oleh manusia, perlu

mengetahui hubungan kekerabat an antar tetua yang dipilih sebagai sumber gen.
Salah satu pembatas keberhasilan persilangan adalah kedekatan hubungan

kekerabatan genetik antar tetua. Pemilihan induk jantan dan betina yang akan

disilangkan harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua induk tersebut,

termasuk sifat yang dominan, seperti ukuran bunga, warna dan bentuk bunga,

yang akan muncul kembali pada turunannya.

Persilangan dikatakan berhasil apabila 3- 4 hari setelah persilangan tangkai

kuntum bunga induk betina masih segar atau berwarna kehijauan. Beberapa hari

kemudian kelopak dan mahkota bunganya layu, kering dan akhirnya rontok,

kemudian muncul calon buah yang berbentuk memanjang dan berwarna hijau. Hal

ini selaras dengan pendapat Hartati et al., 2014, jika persilangan dilakukan kurang

dari 1 minggu maka permukaan stigma reseptif terhadap serbuk sari. Setelah 2

minggu, bunga menutup dan serbuk sari menjadi coklat dan reseptif. Kegagalan

dalam persilangan juga dapat disebabkan belum masaknya alat kelamin jantan

(anthera) atau alat kelamin betinanya (stigma) yang belum siap sehingga persarian

tidak terjadi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa salah satu

upaya untuk meningkatkan keragaman bunga anggrek adalah dengan

menyilangkan antar tetua anggrek. Persilangan ditujukan untuk mendapatkan

varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik serta mahkota bunga.

Persilangan pada tanaman anggrek tidak bisa terjadi secara alami kecuali pada

jenis anggrek tertentu, sehingga diperlukan campur tangan manusia untuk

melakukan penyerbukan dengan cara hibridisasi. Persilangan dikatakan berhasil

apabila 3- 4 hari setelah persilangan tangkai kuntum bunga induk betina masih

segar atau berwarna kehijauan. Beberapa hari kemudian kelopak dan mahkota

bunganya layu, kering dan akhirnya rontok, kemudian muncul calon buah yang

berbentuk memanjang dan berwarna hijau.

5.2. Saran
Saran saya pada praktikum kali ini yaitu praktikan harus lebih

memperhatikan setiap proses persilangan tanaman anggrek agar persilangan yang

dilakukan dapat tercapai sesuai harapan. Prakktikan juga harus dapat memahami

morfologi dari tanaman anggrek agar mendapatkan informasi kedekatan hubungan

secara genetik yang merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk parktikum

pemuliaan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Dewanti P, Magfiroh IS dan Widuri LI. 2022. Pelatihan Budidaya Anggrek untuk
Peningkatan Jiwa Wirausaha Bagi Masyarakat Pecinta Anggrek
Kabupaten Jember. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. 6(1): 71-80.

Hartati S, Darsana L. 2015. Karakterisasi Anggrek Alam Secara Morfologi dalam


Rangka Pelestarian Plasma Nutfah. Jurnal Agronomi Indonesia. 43(2):
133-139.

Hartati S, Linayanti L. 2015. Pengembangan Petani Anggrek Desa Plosorejo


Matesih Karanganyar. Jurnal Ilmiah Agrineca. 15(1): 1-7.

Hartati S, Budiyono A dan Cahyono O. 2014. Peningkatan Ragam Genetik


Anggrek Dendrobium spp Melaui Hibridisasi untuk Mendukung
Perkembangan Anggrek Di Indonesia. Journal of Sustainable Agriculture.
29(2): 101-105.

Hartati S, Budiyono A dan Cahyono O. 2016. Pengaruh NAA dan BAP terhadap
Pertumbuhan Subkultur Anggrek Hasil Persilangan Dendrobium biggibum
X Dendrobium liniale. Journal of Sustainable Agriculture. 31(1): 33-37.

Hartati S, Sumijati S, Pardono P dan Cahyono O. 2017. Perbaikan Genetik


Anggrek Alam Vanda spp Melalui Persilangan Interspesifik dalam
Mendukung Perkembangan Anggrek di Indonesia. Journal of Sustainable
Agriculture. 29(1): 31-34.
Hartati S, Yunus A, Cahyono O dan Setyawan BA. 201). Penerapan Teknik
Pemupukan pada Aklimatisasi Anggrek Hasil Persilangan Vanda di
Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Journal of Community
Empowering and Services. 3(2): 63-70.

Junaedhie K. 2014. Membuat Anggrek Pasti Berbunga. AgroMedia. Jakarta


Selatan.

Lestari NKD, Deswiniyanti NW. 2017. Kompatibilitas Persilangan Self dan


Interspesifik Anggrek Phalaenopsis pulcherrima (Lindl.) JJ Smith. Jurnal
Media Sains. 1(1): 32-36.

Mahfut M, Daryono BS dan Somowiyarjo S. 2017. Deteksi Odontoglossum


Ringspot Virus pada Anggrek Asli Koleksi Kebun Raya di Indonesia.
Jurnal Fitopatologi Indonesia. 13(1): 1-8.

Mercuriani IS, Sugiyarto L. 2019. Pengenalan Keanekaragaman Jenis Anggrek


dan Potensi Bisnisnya. Jurnal Pengabdian Masyarakat MIPA dan
Pendidikan MIPA. 3(2): 65-69.

Purba BRM, Saptadi D. 2019. Karakterisasi Beberapa Jenis Anggrek Berdasarkan


Karakter Morfologi. Jurnal Produksi Tanaman. 7(7): 1258-1263.

Widowati DAH. 2015. Inventarisasi Keanekaragaman Anggrek (Orchidaceae) di


Hutan Resort Way Kanan Balai Aman Nasional Way Kambas sebagai
Sumber Informasi dalam Melestarikan Plasma Nutfah. Jurnal Pendidikan
Biologi. 6(1): 38-46.

Yudistira L, Swandari T dan Setyorini T. 2020. Kajian Fenologi Bunga dan Uji
Reseptivitas Stigma serta Morfologi Polen Anggrek Kalajengking
(Arachnis flosaeris) di Maguwoharjo, Sleman. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian. 18(2): 171-178.

Zulkaidhah Z, Muslimin M, Alam AS dan Toknok B. 2019. Peningkatan Mutu


Tanaman Hias Anggrek Alam Phalaenopsis Melalui Kegiatan Persilangan.
Jurnal Abditani. 2(1): 11-14.
DOKUMENTASI

DOC 1. Membasahi kertas CD DOC 2. Menyusun benih pada


pada larutan Aquades. kertas CD yang telah basah.

DOC 5. Gulung kertas CD yang DOC 6. Memasukan gulungan


telah berisi benih. kertas CD yang telah siap ke dalam
germinator.
DOC 5. Hasil perkecambahan DOC 6. Hasil perkecambahan benih
benih pada gulungan kertas CD. pada cawan petri.

Anda mungkin juga menyukai