Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN

PENYAMBUNGAN TANAMAN ALPUKAT (Persea americana Mill.)

THE EFFECT OF VARIOUS LENGTHS ENTRES TO THE SUCCESS


OF GRAFTING ALVOCADO PLANTS (Persea americana Mill.)

Dirgahani Putri*, Helfi Gustia dan Yati Suryati


Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. K. H. A. Dahlan Cirendeu Ciputat Jakarta Selatan 15419
e-mail: dirgahaniputri@gmail.com

Abstrak

Beragamnya hasil produksi dan kualitas buah alpukat dapat diperbaiki dengan
metode penyambungan. Penyambungan merupakan kegiatan untuk mengga-
bungkan dua atau lebih sifat unggul dalam satu tanaman. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh berbagai panjang entres terhadap keberhasilan penyam-
bungan tanaman alpukat. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan panjang entres,
yaitu 3 cm, 6 cm, 9 cm, 12 cm, dan 15 cm.Setiap perlakuan diulang sebanyak
lima kali dan setiap perlakuan terdiri atas lima tanaman;sehingga jumlah totalnya
sebanyak 125 tanaman. Pengamatan dilakukan pada peubah persentase sambung
hidup, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, dan diameter batang atas.
Berbagai panjang entres tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah
persentase sambung hidup, panjang tunas terpanjang, jumlah daun, dan diameter
batang atas tetapi berpengaruh nyata pada peubah jumlah tunas. Perlakuan
panjang entres 15 cm memberikan hasil tertinggi untuk jumlah tunas, panjang
tunas, jumlah daun dan diameter batang atas, sedangkan untuk persentase hidup
perlakuan 6 cm, 12 cm memberikan hasil tertinggi yaitu 100%. Perlakuan panjang
entres 3 cm adalah perlakuan yang memberikan pengaruh yang rendah pada
persentase sambung hidup (yaitu 92%), peubah jumlah tunas, panjang tunas, serta
diameter batang atas pada berbagai umur tanaman alpukat.

Kata Kunci: Alpukat, panjang entres, penyambungan


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

Abstract

The diversity of productivity and the quality of the resulting avocado can be fixed
by grafting. Grafting is an activity to combine two or more superior properties in
one plant.This study discusses about the effect of various lengths entres to the
success of grafting alvocado plants. The experiment used Complete Block
Randomized Design with five lengthsshoot treatments which is 3 cm, 6 cm, 9 cm,
12 cm and 15 cm. Each treatment consisted of five plants and was replicated five
times, so the number of observation units as much as 125 plants. The observations
were made on percentage grafting to live, shoot number, shoot length, leaf
number and stem diameter.Various lengths shoothave no significant effect on the
percentage of successful grafting variable life, shoot length, number of leaves,
stem diameter and the real effect on the variable number of shoots. The treatment
of 15 cm lenght of shoot give the highest yield for the number of shoots, the
longest shoot length, number of leaves and upper stem diameter, while the
percentage of survival for treatment of 6 cm, 12 cm give the highest yield of
100%. Shoot lenght of 3 cm treatment is the treatment that gives a low effect on
grafting percentage of(92%), and variable number of shoots, shoot length and
stem diameter at multiple lenght shootavocado plants.

Keywords : Avocado, grafting, lengths entres

PENDAHULUAN Tanaman alpukat (Persea america-


na Mill.) merupakan tanaman buah
Hortikultura salah satu bagian dari
berupa pohon. Tanaman alpukat ber-
pembangunan sektor pertanian yang
asal dari dataran rendah Amerika
terdiri dari komoditas buah-buahan,
Tengah dan diperkirakan masuk ke
sayuran, tanaman obat, dan florikultur
Indonesia pada abad ke-18. Bagian
(bunga dan tanaman hias). Buah-
tanaman alpukat yang banyak dimanfa-
buahan merupakan komoditas horti-
atkan adalah buahnya sebagai makanan
kultura yang memiliki kontribusi besar
buah segar. Selain itu, pemanfaatan
dalam pertanian di Indonesia. Pada
daging buah alpukat yang biasa dilaku-
tahun 2010, nilai produk domestik
kan masyarakat Eropa adalah sebagai
bruto komoditas buah-buahan dipro-
bahan pangan yang diolah dalam ber-
yeksikan menempati urutan pertama di
bagai masakan. Manfaat lain dari
atas komoditas hortikultura lainnya
daging buah alpukat adalah untuk
yaitu mencapai Rp 88,851 triliun atau
bahan dasar kosmetik. Daun tanaman
sekitar 52.6% dari total produk domes-
alpukat yang muda dapat digunakan
tik bruto hortikultura (Mansyur, 2010).

Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016 │ 32


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

sebagai obat tradisional yaitu obat batu duksi buah alpukat Indonesia tahun
ginjal dan rematik (Kemal, 2000). 2010-2011 cenderung terus meningkat
dengan laju pertumbuhan produksi dari
Tahun 2012 tanaman alpukat
224,278 hingga 275,935 ton (Badan
termasuk dalam kegiatan pengem-
Pusat Statistik, 2011). Namun mening-
bangan kawa-san tanaman buah yang
katnya laju produksi belum dapat
merupakan salah satu program dari
mengimbangi kebutuhan pasar yang
Direktorat budidaya dan pascapanen
terus bertambah serta kesadaraan
buah. Adapun komoditas tanaman buah
masyarakat akan gizi dan masih
lainnya adalah buah naga, durian, duku,
rendahnya kualitas buah alpukat yang
jambu air, jambu biji, jeruk, mangga,
belum dapat bersaing di pasar global.
manggis, markisa, melon, nangka,
nenas, pepaya, pisang, sukun, salak, Beragamnya produktivitas dan kua-
semangka, dan kebun buah percon- litas buah yang dihasilkan disebabkan
tohan. Tujuan dari kegiatan pengem- antara lain oleh penggunaan benih yang
bangan kawasan tanaman buah adalah berasal dari biji dan pemeliharaan
untuk mendorong tumbuh dan berkem- tanaman yang kurang intensif. Langkah
bangnya sentra produksi yang berke- awal pengembangan dan perbaikan
lanjutan serta kebun percontohan yang buah alpukat adalah menyediakan
menerapkan good agricultural prac- benih bermutu dalam jumlah yang
tices (GAP), dan standard operating memadai, waktu yang singkat, dan
procedure (SOP). Sasaran yang ingin harga yang terjangkau. Salah satu
dicapai adalah terlaksananya pengem- upaya yang dilakukan adalah dengan
bangan kawasan buah melalui menggunakan bahan tanaman unggul
perluasan areal dan perbaikan mutu melalui perbanyakan tanaman secara
pengelo-laan kebun (Direktorat Budi vegetatif yaitu penyambungan tana-
Daya dan Pascapanen Buah, 2012). man.

Pengembangan buah-buahan khu- Penyambungan (grafting) merupa-


susnya buah alpukat di Indonesia kan kegiatan untuk menggabungkan
memiliki prospek yang bagus. Hal ini dua atau lebih sifat unggul dalam satu
dapat dilihat dari jumlah produksi dan tanaman. Penyambungan dilakukan
potensi pasar yang besar. Jumlah pro- dengan memperhatikan bahan tanaman

33 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

yang disambung secara genetik harus sitas Muhammadiyah Jakarta. Lokasi


serasi (kompatibel), bahan tanaman penelitian berada pada ketinggian 25
harus berada dalam kondisi fisiologi meter di atas permukaan laut (m dpl).
yang baik, kombinasi masing-masing Bahan yang digunakan dalam pene-
bahan tanaman harus terpaut sempurna, litian ini adalah bibit alpukat ijo
dan tanaman hasil sambungan harus lonjong dari perbanyakan umur 4
dipelihara dengan baik selama waktu bulan, entres tanaman alpukat mentega,
tertentu (Hartmann and Kesslar, 2002). polibag berukuran 20 cm X 25 cm, tali
pengikat, plastik bening, alkohol, serta
Kondisi entres yang perlu diperha-
media tanam campuran tanah, sekam
tikan adalah kesehatan, kondisi cada-
dan pupuk kandang (1:1:1). Rancangan
ngan makanan, dan hormon yang
yang digunakan dalam penelitian ini
terdapat di dalam entres. Panjang
adalah Rancangan Acak Kelompok
pendeknya entres berpengaruh terhadap
dengan lima perlakuan, yaitu P0
persentase keberhasilan penyambungan
(panjang entres 3 cm), P1 (panjang
tanaman. Sutami, Mursyid, dan Noor
entres 6 cm), P2 (panjang entres 9
(2009) melaporkan bahwa untuk
cm/kontrol), P3 (panjang entres 12
penyambungan tanaman jeruk siam
cm), dan P4 (panjang entres 15 cm).
sebaiknya digunakan entres dengan
Setiap perlakuan terdiri dari lima kali
panjang 5 cm. Bervariasinya panjang
ulangan dan masing-masing ulangan
entres yang digunakan oleh para petani
terdiri dari lima tanaman, sehingga
dalam penyambungan tanaman alpukat
jumlah seluruh tanaman yang diamati
melatarbelakangi dilakukannya peneli-
sebanyak 125 tanaman.
tian ini. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh berbagai Bibit tanaman alpukat yang dija-
panjang entres terhadap keberhasilan dikan batang bawah berumur 4 bulan
penyambungan tanaman alpukat. tersebut dipindahkan kembali didalam
polybag berukuran 20 cm X 25 cm
BAHAN DAN METODE
dengan media tanam campuran media

Penelitian dilaksanakan pada bulan tanah, sekam dan pupuk kandang

September 2012 sampai Januari 2013 dengan perbandingan 1:1:1 (Prastowo

bertempat di Green House Kebun dan Roshetko, 2006). Teknik yang

Percobaan, Fakultas Pertanian Univer- digunakan dalam penyambungan pucuk

Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016 │ 34


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

tanaman alpukat dengan cara sambung HASIL DAN PEMBAHASAN


baji dilakukan dengan memotong
A. Persentase Sambung Hidup
batang bawah pada ketinggian 20 cm
dari pangkal batang (Prastowo dan Pengamatan persentase sambung
Roshetko 2006). Tepat di tengah hidup dilakukan pada saat tanaman
potongan, batang bawah dibelah berumur 3 MSP kemudian diamati tiap
dengan pisau tajam sedalam ± 1 cm minggu sampai umur tanaman 12 MSP.
membentuk celah (V). Bagian pangkal Penyambungan tanaman alpukat pada
entres pada kedua belah sisinya disayat minggu ke-3 memiliki persentase hidup
sepanjang ± 1 cm membentuk baji. sangat baik yaitu 100% pada semua
Selanjutnya bagian baji dari entres perlakuan.
disisipkan kedalam celah batang
bawah, lalu diikat kuat dengan tali Pengamatan pada minggu ke-6

plastik. Tanaman alpukat yang telah setelah penyambungan memperlihatkan

disambung kemudian ditutup dengan bahwa pada perlakuan P2 terjadi

sungkup plastik bening untuk menjaga penurunan persentase hidup yaitu 96%

kelembaban. Setelah penyambungan dan berbeda dengan semua perlakuan

selesai, bahan tanaman itu diletakkan di lainnya. Pengamatan pada minggu ke 7

tempat yang ternaungi. Setelah 3 sampai 8 setelah penyambungan

minggu sungkup plastik dibuka. memperlihatkan bawha pada perlakuan

Pengamatan dilakukan saat tanaman P0, P4 persentase sambung hidup

berumur 3 minggu setelah penyam- mengalami penurunan yaitu 96%, tidak

bungan (MSP), setiap 1 minggu sekali berbeda dengan perlakuan P2, tetapi

sampai 12 MSP. Peubah yang diamati berbeda dengan perlakuan lainnya.

dalam penelitian ini adalah sebagai Pengamatan pada minggu ke-10 sampai

berikut: persentase sambung hidup, 12 setelah penyambungan memperli-

jumlah tunas, panjang tunas, jumlah hatkan bahwa pada perlakuan P0

daun, dan diameter batang atas. merupakan perlakuan dengan persen-


tase terendah yaitu 92% dan persentase
tertinggi sambung hidup adalah perla-
kuan P1 dan P3 dengan persentase
hidup 100%.

35 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

Tabel 1. Pengaruh Berbagai Panjang Entres terhadap Rata Persentase Sambung


Hidup Penyambungan Tanaman Alpukat pada Umur 3-12 MSP
Persentase Sambung Hidup (%)
Perlakuan 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST
P0 100 100 100 100 96 96 96 92 92 92
P1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
P2 100 100 100 96 96 96 96 96 96 96
P3 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
P4 100 100 100 100 96 96 96 96 96 96

Persentase hidup tertinggi pada 12 berkisar antara 23.9 -34.4 °C, dan
MSP adalah perlakuan P1 dan P3, yaitu kelembaban udara 66 – 82.3% sedang-
100%, sedangkan persentase terendah kan suhu yang optimum yang dikehen-
terdapat pada perlakuan P0, yaitu 92%. daki dalam penyambungan adalah 15 –
Namun, rendahnya persentase pada 25 oC dan kelembaban dipertahankan
perlakuan P0 tidak termasuk kedalam tetap tinggi ± 80% (Sunarjono, 2003).
persentase sambung rendah karena
Tingginya rata-rata suhu selama
tidak kurang dari 50%. Rendahnya per-
penelitian jika dibandingkan dengan
sentase sambung hidup pada perlakuan
suhu optimum yang diperlukan untuk
P0, P2 dan P4 karena tanaman terkena
penyambungan tanaman alpukat me-
serangan penyakit busuk akar dan
nyebabkan semua variabel pengamatan
entres yang kurang baik.
berpengaruh tidak nyata kecuali jumlah
Keberhasilan penyambungan selain tunas. Suhu yang terlalu tinggi dapat
harus didukung oleh bahan tanaman menyebabkan kelembaban udara
yang digunakan dan faktor pelak- rendah dan akan mengakibatkan keke-
sanaan, kondisi lingkungan tumbuh ringan serta menghambat pembentukan
juga sangat menentukan keberhasilan kalus karena sel-sel dalam jaringan
tersebut. Menurut Gardner, Roger dan tanaman banyak yang mati.
Mitchell (2001), pertumbuhan tanaman
Menurut Jumin (2004), suhu akan
merupakan akibat berbagai interaksi
mempengaruhi proses fisiologis tana-
antara berbagai faktor internal dan
man dalam hal pertumbuhan tanaman
faktor eksternal. Selama penelitian
jika suhu tinggi dan kelembaban
berlangsung rata-rata suhu harian
rendah menyebabkan terhambatnya

Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016 │ 36


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

penyerapan unsur hara karena trans- mendapatkan bibit dengan pertum-


pirasi meningkat dan proses foto- buhan yang baik. Terdapat beberapa
sintesis terhambat. Suhu yang rendah tingkat ketidakcocokan pada penyam-
ataupun tinggi akan mempengaruhi bungan batang bawah dan batang atas.
fisiologi tanaman karena secara lang- Pertama adalah ketidakcocokan pada
sung akan mempengaruhi proses foto- penyambungan itu karena sama sekali
sintesis, respirasi, penyerapan air dan tidak cocok, dalam arti sambungan
unsur hara, serta translokasi yang tidak pernah bertaut atau saling
akhirnya mempengaruhi pertumbuhan menolak. Pada kasus kedua, batang
tanaman. Menurut Salisbury dan Ross atas dan batang bawah saling bertaut,
(1995), pertumbuhan tanaman sangat tetapi tidak sempurna sehingga
dipengaruhi oleh suhu, perubahan suhu pertumbuhan bibit tidak sempurna.
berapa derajat saja dapat menyebabkan Entres yang kurang baik sangat
perubahan yang nyata terhadap laju mempengaruhi kecocokan antara
pertumbuhan suatu tanaman. batang atas dan batang bawah (Fuller,
2005).
Curah hujan yang tidak menentu
pada saat penelitian mengakibatkan Keberhasilan teknik penyambungan
tanaman alpukat terserang penyakit sangat dipengaruhi oleh kompatibilitas
busuk akar. Penyakit busuk akar antara dua jenis tanaman yang disam-
muncul karena kelembaban pada tanah bung. Pada umumnya semakin dekat
tinggi yang diakibatkan oleh curah keakraban antara dua tanaman yang
hujan yang tinggi, dilihat dari rata-rata disambung maka kecepatan pertum-
curah hujan per bulan pada bulan buhan batang atas dan persentase
November – Januari berkisar 9.79 – keberhasilan dari penyambungan diten-
21.6 mm. Curah hujan pada saat tukan pula oleh kecepatan terjadinya
penelitian berlangsung tinggi karena pertautan antara batang atas dan batang
curah hujan yang dikehendaki pada bawah. Pertautan ini akan ditentukan
tanaman alpukat pertahun antara 1,500 oleh proses pembelahan sel pada
– 3,000 mm. bagian yang akan bertautan (Hanoto,
2000).
Kecocokan antara batang bawah dan
batang atas adalah syarat utama untuk

37 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

Salah satu faktor yang penting dan pengaruh nyata pada 7 MSP.Pada
perlu diperhatikan dalam penyam- Tabel 2 rata-rata jumlah tunas penyam-
bungan tanaman alpukat menggunakan bungan tanaman alpukat terbanyak
metode baji terbalik (V) adalah ukuran pada minggu ke 12 MSP yaitu per-
diameter batang dari kedua pohon yang lakuan P4 menghasilkan jumlah tunas
akan disambung. Dalam pemilihan terbanyak 3.08 buah dan berbeda nyata
diameter batang keduanya harus ber- dengan perlakuan P0, sedangkan
ukuran sama atau mendekati sama, jumlah tunas sedikit 1.43 buah terdapat
yang terpenting jangan sampai terdapat pada perlakuan P0 dan tidak berbeda
selisih yang besar pada ukuran tersebut nyata dengan P1.
(Fuller, 2005).
Banyaknya jumlah tunas yang
Hal-hal lain yang harus diperhatikan diperoleh akan memberikan respon
dalam penyambungan antara lain yang positif terhadap peningkatan
adalah jenis tanaman yang akan disam- produksi dan kandungan bahan orga-
bung, pemberian air pada tanaman, dan nik, mencerminkan tanaman semakin
kebutuhan sinar matahari. pada waktu berkualitas (Whitehead dan Tinsley
penyambungan, pisau harus tajam dan 2006). Menurut Campbell, Reece, dan
steril, cara mengikat harus benar, dan Mitchell (2000), pembentukan tunas
sambungan tidak boleh kemasukan air. lebih dipengaruhi oleh aktivitas hor-
Alat-alat yang digunakan hendaknya mon tumbuh selain giberelin, yaitu
bersih dari hama dan penyakit. Jika auksin dan sitokinin. Hormon auksin
salah satu dari hal-hal yang diatas tidak dan sitokinin endogen yang sudah
dilakukan dengan baik, penyambungan optimal akan memacu proses pembe-
yang dilakukan tidak akan berhasil atau lahan dan diferensiasi sel untuk mem-
tidak sempurna (Hanoto, 2000). bentuk tunas-tunas baru.

B. Jumlah Tunas Hasil pengamatan tersebut membuk-


tikan bahwa auksin sangat mendukung
Hasil analisis ragam menunjukkan
pertumbuhan tanaman, hal ini sesuai
perlakuan berbagai panjang entres
pendapat Widyastuti dan Tjokrokusu-
memberikan pengaruh sangat nyata
mo (2007) yang menyatakan bahwa
terhadap jumlah tunas pada 3, 4, 5, 6,
fungsi utama auksin adalah mempenga-
dan 8 sampai 12 MSP dan tidak ber-

Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016 │ 38


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

ruhi pertambahan panjang batang, per- ini dikarenakan adanya hormon auksin
tumbuhan, diferensiasi dan percaba- dan sitokinin endogen pada tanaman
ngan akar dan yang paling yang sudah mampu mempengaruhi
karakteristrik adalah meningkatkan proses pembelahan sel dan peman-
pembesaran sel. jangan sel. Pertumbuhan panjang tunas
dipengaruhi oleh hormon auksin dan
C. Panjang Tunas
sitokinin. Sitokinin akan merangsang

Perlakuan panjang entres tidak pembelahan sel melalui peningkatan

berpengaruh nyata terhadap panjang laju sintesis protein, sedangkan auksin

tunas pada 3, 4, 5, dan 7 sampai 12 akan memacu pemanjangan sel-sel

MSP dan berpengaruh nyata pada 6 yang menyebabkan pemanjangan

MSP.Tabel 3memperlihatkan bahwa batang (Lakitan, 2001).

rata-rata panjang tunas terpanjang


Mekanisme kerja auksin dalam
penyambungan pada umur 6 MSP
mempengaruhi pemanjangan sel-sel
menunjukkan perlakuan P4 mempunyai
tanaman dapat dijelaskan sebagai
panjang tunas terpanjang 6.14 cm dan
berikut, auksin memacu protein
berbeda nyata dengan perlakuan P0,
tertentu yang ada di membran plasma
perlakuan dengan panjang tunas
sel tumbuhan untuk memompa ion H+
terpendek yaitu perlakuan P0 dengan
ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktif-
panjang tunas 4.52 dan tidak berbeda
kan enzim tertentu, sehingga memutus-
nyata terhadap semua perlakuan
kan beberapa ikatan silang hidrogen
kecuali P4. Pada12 MSP, perlakuan P4
rantai molekul selulosa penyusun
memiliki panjang tunas yang
dinding sel. Sel tumbuhan, kemudian
terpanjang 13.23 cm dan tidak berbeda
memanjang akibat air yang masuk
nyata dengan semua perlakuan.
secara osmosis. Setelah pemanjangan,
Panjang tunas terpendek 11.26 cm
sel terus tumbuh dengan mensintesis
terdapat pada perlakuan P0 dan tidak
kembali material dinding sel dan
berbeda nyata dengan semua perla-
sitoplasma (Irwanto, 2003).
kuan.
D. Jumlah Daun
Panjang tunas pada tanaman kontrol
dan perlakuan lainnya juga menun- Analisis ragam menunjukkan perla-
jukkan hasil tidak berbeda nyata, hal kuan berbagai panjang entres membe-

39 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

rikan pengaruh yang sangat nyata pada ruas dan buku tempat tumbuhnya daun.
umur 4 MSP dan berpengaruh nyata Menurut Anonim (2013), Pertumbuhan
pada umur 5 MSP, tetapi tidak berpe- daun terjadi akibat pembelahan,
ngaruh nyata terhadap jumlah daun pemanjangan dan diferensiasi sel-sel
pada umur 3, dan 6 sampai 12 MSP. pada meristem dari kuncup terminal
Pada Tabel 4 rata-rata jumlah daun dan kuncup lateral yang memproduksi
penyambungan tanaman alpukat terba- sel-sel baru secara periodik, sehinggga
nyak pada pengamatan minggu ke 5 akan membentuk daun baru.
MSP yaitu perlakuan P4 21.8 helai dan
Terbentuknya daun baru akan me-
berbeda nyata dengan perlakuan P0
ningkatkan laju fotosintesis. Semakin
sedangkan jumlah daun terendah 14.38
cepat laju ketiga proses tersebut,
helai. Pada12 MSP, perlakuan P4
semakin cepat daun terbentuk. Hal itu
mempunyai jumlah daun terbanyak
sesuai dengan pendapat Fahn (1995)
40.25 helai dan tidak berbeda nyata
yang menyatakan bahwa dalam proses
dengan semua perlakuan, sedangkan
fotosintesis akan dihasilkan fotosintat
jumlah daun terkecil 30.22 helai
sebagai sumber energi pertumbuhan
terdapat pada perlakuan P0, tetapi
tanaman yang ditentukan oleh jumlah
tidak berbeda nyata dengan semua
daun tanaman. Salah satu yang mem-
perlakuan.
pengaruhi fotosintesis adalah suhu,
Pertambahan jumlah daun dipenga- semakin tinggi suhu, laju fotosintesis
ruhi oleh panjang tunas sesuai dengan akan meningkat. Suhu pada saat pene-
pendapat Abidin (1994) yang menya- litian berjalan yang berkisar 23.9 – 33.7
o
takan bahwa banyaknya daun pada C masih dapat ditoleransi terhadap
tunas perbibit disebabkan oleh pertum- syarat tumbuh tanaman alpukat yang
buhan tunas yang baik. Jumlah daun berkisar 12.8 – 30 oC.
erat hubungannya dengan panjang
Fotosintat yang lebih banyak akan
tunas. Semakin panjang tunas, semakin
digunakan untuk memacu laju pertum-
banyak daun yang dihasilkan. Jumlah
buhan jumlah daun batang atas. Hal ini
daun akan bertambah seiring dengan
sesuai pula dengan pendapat Setiawan
panjang tunas, karena entres yang
(2009) yang menyatakan bahwa jika
mempunyai tunas lebih panjang
daun lebih banyak dan kandungan
menyebabkan bertambahnya jumlah

Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016 │ 40


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

klorofil tinggi akan dihasilkan foto- nyai diameter batang atas terbesar 0.66
sintat yang lebih banyak untuk didis- cm dan tidak berbeda nyata dengan
tribusikan keseluruh organ tanaman semua perlakuan, sedangkan diameter
termasuk daun itu sendiri. Pertum- batang atas terkecil 0.61 cm terdapat
buhan daun sangat dipengaruhi oleh pada perlakuan P0 tetapi tidak berbeda
unsur hara baik itu makro maupun nyata dengan semua perlakuan.
mikro. Unsur hara nitrogen merupakan
Diameter batang atas umur 6 - 12
unsur hara yang berperan dalam
MSP tidak berbedanyata pada setiap
merangsang pertumbuhan secara
perlakuan. Hal ini disebabkan kandu-
keseluruhan, khususnya batang, daun,
ngan cadangan makanan dalam
dan cabang tanaman (Parsaulian dan
keadaan seimbang sehingga pembe-
Patriani, 2012).
lahan, pembesaran dan diferensiasi sel
E. Diameter Batang Atas juga berjalan dengan seimbang. Dalam
kondisi seimbang ini,kandungan cada-
Analisis ragam menunjukkan perla-
ngan makanan yang terdapat pada
kuan berbagai panjang entres membe-
masing-masing perlakuan panjang
rikan pengaruh yang nyata pada umur 3
entris sama-sama memadai untuk
- 5 MSP dan tidak berpengaruh nyata
terjadinya penyambungan (Parsaulian
terhadap diameter batang atas pada
dan Patriani, 2012).
umur 6 - 12 MSP.Berdasarkan uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%, rata- Entris yang digunakan dalam
rata diameter batang atas penyam- penyambungan harus mengandung
bungan tanaman alpukat menujukkan cadangan makanan yang cukup mema-
berbeda nyata pada pengamatan3 - 5 dai, selain untuk proses pembentukan
MSP, yaitu perlakuan P4 mempunyai kalus sampai terbentuknya jaringan
diameter batang atas terbesar 0.60 cm pembuluh juga untuk menunjang
dan berbeda nyata dengan perlakuan kelangsungan hidup sampai terjadinya
dengan perlakuan P0, sedangkan aliran hara dari batang bawah. Menurut
diameter batang atas terkecil 0.53 cm Lakitan (2001), di dalam batang terda-
terdapat pada perlakuan P0 tetapi pat zona pembelahan dan pembesaran
berbeda nyata dengan perlakuan P4. sel yang aktif tumbuh sehingga apabila
Pada 12 MSP, perlakuan P4 mempu- tersedia kandungan karbohidrat yang

41 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

cukup dan seimbang akan mendorong peubah persentase sambung hidup,


pembelahan dan pembesaran sel pada panjang tunas terpanjang, jumlah daun,
batang terus meningkat. Lebih lanjut dan diameter batang atas tetapi
menurut Salisbury and Ross (1995), berpengaruh nyata pada peubah jumlah
yang menyatakan pula bahwa sitokinin tunas.
berperan memacu pembelahan dan
Perlakuan panjang entres 15 cm
pembesaran sel. Sel yang semakin
memberikan hasil tertinggi untuk
besar dan banyak akan mempengaruhi
jumlah tunas, panjang tunas, jumlah
ukuran tunas.
daun dan diameter batang atas,
Laju tumbuh batang atas yang sedangkan untuk persentase hidup
berbeda dengan batang bawah akan perlakuan 6 cm, 12 cm memberikan
mengakibatkan tidak terciptanya hasil tertinggi yaitu 100%.
kompatibilitas pertumbuhan. Kompati-
Perlakuan panjang entres 3 cm
bilitas pertumbuhan dan pertautan
adalah perlakuan yang memberikan
sambungan akan mempengaruhi aliran
pengaruh yang rendah pada persentase
nutrisi, hormon, enzim dan air.
sambung hidup (yaitu 92%), peubah
Gangguan ini akan mengakibatkan
jumlah tunas, panjang tunas, serta
pertumbuhan batang atas termasuk
diameter batang atas pada berbagai
diameter tunasnya menjadi tertekan.
umur tanaman alpukat.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Mathius, Lukman dan Purwito (2007) DAFTAR PUSTAKA
yang menyatakan bahwa sambungan
yang tidak kompatibel mengakibatkan Abidin, Z. 1994. Dasar-Dasar Pengeta-

hambatan translokasi nutrisi, air, huan tentang Zat Pengatur Tumbuh.

asmilat, hormon dan enzim yang Angkasa. Bandung .

melewati daerah pertautan sambungan


Badan Pusat Statistik. 2011. Produk-
sehingga pertumbuhan tunas sambu-
tivitas Tanaman Buah.
ngan menjadi terganggu.
http://www.deptan.go.id/infoeksekut

KESIMPULAN if/horti/Produktivitas-Buah.htm [14


Juni 2012].
Berbagai panjang entres tidak mem-
berikan pengaruh yang nyata pada

Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016 │ 42


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Kemal, Prihatman. 2000. Alpukat/


Buah. 2012. Pedoman Teknis alvocado. Sistim Informasi Mana-
Pengembangan Buah Tahun 2012. jemen Pembangunan di Perdesaan.
Direktorat Budidaya dan Pasca- BAPPENAS. Jakarta
panen Buah. Jakarta.
Mansyur. 2010. Kontribusi Buah-
Fahn, A. l995. Anatomi Tumbuhan. PT Buahan Indonesia.Media Data Riset.
Gramedia. Jakarta. Jakarta

Fuller, H. J. 2005. College Botany. Mathius, T.N, Lukman dan A. Purwito.


Henry Holt and Co. New York. 2007. Kompatibilitas Sambung
Mikro Cinchona ledgeriana dengan
Gardner, F. D, R. Brenet P. Roger, dan
C. succirubra Berdasarkan Anatomi
L. Mitchell. 2001. Fisiologi Tum-
dan Elektroforesis SDSPAGE
buhan Budidaya. Terjemahan
Protein Daerah Pertautan. Menara
Herawati S. Universitas Indonesia.
Perkebunan. 75(2):56-69.
Press. Jakarta.
Parsaulian T, Putu D, B, dan Patriani.
Hartmann H. T. and D. E. Kessler.
Pengaruh Panjang Entres terhadap
2002. Plant propagation principle
Keberhasilan Sambung Pucuk Tana-
and practices. 7th ed. Prentice Hall,
man Jambu Air. Jurnal Sains
Englewood Cliffs. New York.
Mahasiswa Pertanian. Vol. 1, No. 1:

Irwanto. 2003. Biologi. Alih Bahasa: 1-9.

Wasmen Manalu. Erlangga. Jakarta.


Salisbury, F.B. dan C.W. Ross, 1995.

Jumin, H. D. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3.

Agronomi. Rajawali Press. Jakarta. Penerbit ITB. Bandung.

Lakitan, B. 2001. Fisiologi Pertumbu- Setiawan, W. 2009. Jaringan Tumbu-

han dan Perkembangan Tanaman. han. Universitas Lampung. Bandar

PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Lampung.

Sunarjono, H. 2003. Ilmu Produksi


Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru.
Bandung.

43 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016


D. Putri, H. Gustia dan Y. Suryati

Sutami, Athaillah Mursyid dan Gusti William, D., A. Teale, I. Paponov and
M. Sugian Noor. 2009. Pengaruh K. Palme. 2006. Auxin in Action:
Umur Batang Bawah dan Panjang Signalling, Transport and the
Entres terhadap Keberhasilan Sam- Control of Plant Growth and
bung bibit Tanaman Jeruk Siam Development Nature Reviews.
Banjar Label Biru. Agroscientiae, Molecular Cell Biology. Nature
16(2):121-127. Publishing Group. 7(11):847-859.

Widyastuti, N. dan D. Tjokrokusumo. Whitehead DC,Tinsley J. 2006. The


2007. Peranan Beberapa Zat Biochemistry of Humus Formation.
Pengatur Tumbuh (ZPT) Tanaman J Sci Food Agric. Vol. 14:849-857.
pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia. Jakarta.
3(5):08.

Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2016 │ 44

Anda mungkin juga menyukai