Anda di halaman 1dari 6

SP-016-002

Proceeding Biology Education Conference p-ISSN:2528-5742


Volume 15, Nomor 1
Halaman 785-790 Oktober2018

Keragaman Genetik Araucaria Cunninghamii Sumber Asal Benih


Kepulauan Papua pada Pertumbuhan
Di Tingkat Semai

Dedi Setiadi
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582
Telp. (0274) 895954, 896080, Fax. (0274) 896080
*Corresponding author: Setiadi2009@yahoo.com

Abstract: Araucaria cunninghamiiadalah jenis dari famili Araucariaceae yang tersebar secara alami di kepulauan
Papua. Jenis ini oleh para pelaksana Hutan Tanaman Industri (HTI) ditanam dengan tujuan untuk
menghasilkan bahan baku industri kayu, moulding, papan partikel dan pulp. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui keragaman genetik pertumbuhan bibit Araukaria dari berbagai sumber asal benih di
kepulauan Papua umur 6 bulan pada tingkat semai. Rancangan percobaan yang digunakan pada tikat semai
adalah Rancanagan Acak Lengkap (CRD) dengan 5 sumber asal benih dari kepulauan (Serui, Wamena,
Manokwari, Jayapura dan Fak-fak) yang terdiri dari 64 famili, dengan 3 ulangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sumber asal benih berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sifat tinggi dan diameter
bibit pada tingkat semai. Pertumbuhan rata-rata tinggi dan diameter semai berkisar antara 37, 51 cm - 43,19
cm ; 5,66 mm - 6,49 mm, siftat tinggi dan diameter semai terbaik dicapai sumber asal benih Fak-fak dan
Manokwari, dengan rata-rata nilai kekokohan semai tergolong tinggi berkisar antara 6,43-7,47.

Keywords: A. cunninghamii, keragaman genetik, pertumbuhan, sumber benih, tinggkat semai

1. PENDAHULUAN dapat digunakan untuk beberapa kegunaan,


khususnya yang tidak mementingkan kekuatan
Hutan sebagai penghasil kayu, semakin luas seperti mouding, veneer, chipboard, fibreboard, dan
peranannya dengan berkembangnya industri sangat berprospek sebagai kayu penghasil serat.
pengolahan kayu. Kecenderungan ini akan semakin Dapat digunakan untuk kayu lapis, pulp,
meningkatkan kebutuhan kayu sebagai bahan baku pengemasan, kayu kontruksi ringan, kotak korek api
industri perkayuan. Untuk menjamin kesinambungan (Kapisa, 2002).
bahan baku, usaha pembangunan hutan perlu Dalam pembangunan hutan tanaman, kualitas
dilaksanakan secara berkelanjutan. Salah satunya benih memainkan peranan yang sangat penting.
adalah dengan pembangunan Hutan Tanaman Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini
Industri. Pada program pembangunan hutan tanaman akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan
dengan areal yang luas dan resiko kegagalan yang dimasa mendatang. Penggunaan biji dari tempat asal
sangat tinggi, perlu ditunjang oleh penggunaan benih yang geografis dan ekologis tepat adalah syarat
unggul agar riap tanaman persatuan luas dapat pertama bagi berhasilnya usaha pemuliaan (Zobel &
ditingkatkan dan daur tanaman dapat diperpendek.
Talbert, 1984). Populasi dasar dengan basis genetik
Pemilihan jenis yang akan dibudidayakan
yang tinggi sangat penting bagi program pemuliaan
merupakan langkah awal yang sangat penting, karena
araukaria karena akan memperbesar peluang untuk
akan berpengaruh terhadap teknis pengelolaan
melakukan seleksi terhadap sifat-sifat yang
jangka panjang yang secara ekonomi
diinginkan. Langkah awal yang dilakukan dalam
menguntungkan. Melihat hal tersebut maka jenis-
pembangunan populasi dasar tersebut adalah
jenis yang akan diusahakan perlu mempunyai
penyediaan bibit. Tujuan penelitian ini adalah untuk
persyaratan tertentu sesuai dengan tujuan yang akan
mengetahui peran keragaman genetik
dicapai. Jenis yang cepat tumbuh, mempunyai riap
A.cunninghamiisumber asal benih kepulauan Papua
yang tinggi, relatif pendek daurnya serta kayunya
terhadap pertumbuhan pada tingkat semai.
bernilai ekonomi tinggi merupakan kriteria yang
umumnya diinginkan, salah satu jenis yang
memenuhi persyaratan tersebut adalah 2. METODE
A.cunninghamii.
A.cunninghamii dikenal dengan tanaman yang A.Tempat Penelitian
cepat tumbuh dan mempunyai persebaran alam yang Penelitian dilakukan di persemaian Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
luas yaitu di Australia, Papua Nugini dan Papua,
Hutan Yogyakarta. Secara geografis lokasi
Indonesia (Dieters et al ., 2007). Kayu Araukaria
persemaian berada pada 7040’35” LS dan 11023’23”
786 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 785-790, Oktober 2018

BT, 287 m di atas permukaan laut, curah hujan rata- d. Pemeliharaan bibit
rata 270C dan kelembaban relatif 73%. (Mashudi, Setelah bibit ditanam dilkukan pemeliharaan yang
2013). meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan dan
pengendalian hama/penyakit. Sampai umur 2 bulan
B. Bahan dan Alat Penelitian setelah penanaman kegiatan penyiraman dilakukan 2
Bahan penelitian yang digunakan adalah benih kali/hari, yaitu pada pagi dan sore. Setelah umur 2
A.cunninghamii dari 5 sumber asal benih alami bulan penyiraman dilakukan 1 kali/hari, yaitu pada
(provenansi) kepulauan Papua yaitu dari kepulauan ; pagi hari. Kegiatan penyiangan dilakukan secara
Serui, Wamena, Manokwari, Jayapura dan Fak-fak. rutin sebulan sekali. Pengendalian hama/penyakit
Data sumber asal benih yang digunakan dilakukan secara rutin 2 minggu sekali dengan
selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Bahan menggunakan isektisida dan fungisida.
penelitian yang digunakan adalah : media kecambah
(pasir), media sapih (top soil, pasir dan kompos), e. Rancangan percobaan
pupuk NPK (15:15:15), kantong plastik (polybag), Rancangan percobaan yang digunakan adalah
bak kecambah, insektisida, fungisida, plastik Rancangan Acak Lengkap (CRD) dengan 5 sumber
sungkup, sarlon dan label tanaman. Sedangkan asal benih dari kepulauan (Serui, Wamena,
peralatan yang digunakan adalah : mistar, kaliper, Manokwari, Jayapura dan Fak-fak) yang terdiri dari
alat penyemprot (hand sprayer), gembor, kamera dan 64 famili, dengan 3 ulangan.
alat tulis.
d. Karakteristik yang diamati
C. Pelaksanaan Penelitian Karakteristik atau sifat yang diamati yaitu
a. Eksplorasi pertumbuhan tinggi, diameter dan kekokohan semai.
Persiapan bibit dimulai dengan kegiatan eksplorasi Tinggi diukur mulai pangkal batang sampai pucuk
yaitu untuk mengumpulkan materi genetik berupa dan diameter diukur pada pangkal batang (± 5 cm
benih araukaria dari sumber asal benih yang dari leher akar). Nilai kekokohan dihitung dengan
digunakan sebagai materi untuk pembibitan. membandingkan tinggi batang (cm) dengan diameter
Kegiatan eksplorasi dilakukan di lima lokasi sebaran batang (mm) pada akhir pengamatan dan
alami araukaria yaitu kepulauan Serui, Wamena, pengambilan data dilakukan pada saat bibit
Manokwari, Jayapura dan Fak-fak. Benih dipersemaian umur 6 bulan.
dikumpulkan dari pohon-pohon induk terpilih yang
berfenotipe bagus. e. Analisis data
Data hasil pengamatan dan pengukuran dianalisis
b. Perkecambahan menggunakan analisis sidik ragam (Analysis of
Media tabur yang digunakan adalah pasir halus yang variance). Apabila hasil analisis menunjukkan
telah disterilisasi yaitu disangray/dipanaskan pada perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji
tungku pemanas, selanjutnya dilakukan Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range
penyemprotandengan fungisida. Benih ditaburkan Test-DMRT) untuk membedakan rata-rata antar
kedalam bak kecambah untuk setiap asal sumber asal benih yang diuji. Model matematis yang
benih/pohon induk, masing-masing diulang sebanyak digunakan adalah sebagai berikut :
dua kali dan diberi label identitas sesuai dengan Yij = µ + Si + Eij
nomor urut asal benih/pohon induk. Selanjutnya bak Keterangan :
tabur ditutup dengan sungkup plastik putih untuk Yij=variabel yang diamati
menjaga temperatur dan kelembaban yang kondusif µ= rata-rata umum
untuk perkecambahan. Si= efek sumber asal benih kei
Eij= galat pada sumber asal benih kei danulangan kej
c. Penyapihan
Setelah benih berkecambah, kemudian dipindahkan
pada media sapih yang terdiri dari campuran antara
tanah (top soil) : pasir : kompos dengan
perbandingan 40:40:20. Dalam media sapih
ditambahkan pupuk NPK sebanyak 50gr/10 liter
media. Penyapihan dilakukan dengan tetap menjaga
identitas dari masing-masing pohon induk dan
ditempatkan sesuai dengan rancangan percobaan.
Polibag yang telah diisi media tanam selanjutnya
ditempatkan di dalam bedeng persemaian yang
dibagian atasnya telah dipasang sarlon dengan
kerapatan 65%.
Setiadi. Keragaman Genetik Araucaria Cunninghamii Sumber Asal Benih 787

Tabel 1. Letak geografis dan ketinggian tempat dari lima sumber asal benih Araucaria cunninghamiiyang di uji
No Sumber asal Jumlah Lokasi Grs.Lintang Grs. Bujur Ketinggian tempat (m
Benih Famili (Selatan) (Timur) dpl)
1 Serui 11 Kanobon 02o - 34 ' 135o - 11 ' 800
2 Wamena 28 Napua 04o- 21 ' 135o - 11 ' 1600
3 Manokwari 12 Kebar 02o - 59 ' 139o - 09 ' 1200
4 Jayapura 6 Cyklop 04o - 25 ' 140o - 38 ' 1600
5 Fak-fak 7 Fak-fak 02o - 34 ' 132o- 31 ' 900
Sumber : Setiadi 2012

Tabel 2. Analisis sidik ragam tinggi, diameter dan kekokohan semai A.cunninghamii umur 6 bulan pada tingkat
Semai
Sumber variasi Derajat Kuadrat tengah
bebas Tinggi Diameter batang Kekokohan semai
Blok 2 17,24838* 4,403975** 6,75035**
Sumber asal benih 4 1212,54076** 18,08443** 51,51968**
Fam (Sumber asal benih) 62 256,25397** 4,718774** 5,41992**
Blok*Fam(Smber asal benih) 126 46,08952** 0,96683** 1,50008**
Eror 1725 38,06772 0,76979 1,08998
Total 1919
Keterangan : ** = berbeda nyata pada taraf 1%

asal benih. Perbedaan yang sangat nyata dapat


Tabel 3. Uji jarak berganda Duncan untuk sifat menjadi indikasi adanya keragaman /variasi genetik
tinggi, diameter dan kekokohan semai yang tinggi dari karakteristik atau sifat pertumbuhan
A.cunninghamii umur 6 bulanpada tingkat semai tinggi, diameter dan kekokohan semai antar sumber
Nomer Tingg Nomer Diamete Nomer Kekokoha asal benih. Untuk melihat perbedaan dan ranking
Sumbe i (cm) Sumbe r (mm) Sumbe n semai antar sumber asal benih yang diuji pada sifat tinggi,
r asal r asal r asal diameter dan kekokohan semai dilakukan pengujian
benih benih benih lebih lanjut yaitu uji jarak berganda Duncan (DMRT)
5 43,19 3 6,49 a 5 7,47 a seperti disajikan pada Tabel 3.
a Tabel 3 menunjukkan bahwa, urutan ranking
3 41,46 2 6,15 b 4 6,81b sumber asal benih untuk sifat pertumbuhan tinggi,
b diameter dan kekokohan semai belum menunjukkan
4 40,67 4 6,02 bc 1 6,66 b konsistensi. Meskipun demikian ada kecenderungan
b beberapa sumber asal benih pada umur 6 bulan
2 39,14 5 5,88 c 3 6,46 c
menunjukkan ranking terbaik. Sumber asal benih
c
dari Fak-fak dan Manokwari menunjukkan ranking
1 37,51 1 5,66 d 2 6,43 c
terbaik untuk sifat pertumbuhan tinggi, diameter dan
d
kekokohan semai. Sumber asal benih dari Serui
Keterangan :
Rata-rata yang dihubungkan dengan hurup yang sama, menunjukkan rangking terendah untuk sifat
tidak berbeda pada taraf uji 5%. : 1 (Serui), 2 (Wamena), pertumbuhan tinggi dan diameter, sedangkan untuk
3 (Manokwari), 4 (Jayapura) dan 5 (Fak-fak) kekokohan semai terendah ditunjukkan sumber asal
benih dari Wamena.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Pembahasan

A. Hasil 1. Variasi antar sumber asal benih


Pada tingkat semai, pengukuran dilakukan pada saat Mengukur tingkat keragaman genetik di dalam dan
bibit berumur 6 bulan setelah penyapihan atau bibit antar populasi adalah sebuah langkah awal yang
telah siap untuk ditanam di lapangan. Untuk penting dalam mengevaluasi biologi atau pemuliaan
mengetahui keragaman genetik antar sumber asal pohon suatu species (White et al, 2007). Hasil
benih untuk sifat tinggi, diameter dan kekokohan analisis varian menunjukkan bahwa sumber asal
semai maka dilakukan analisis sidik ragam terhadap benih berpengaruh sangat nyata pada sifat
data pengukuran pertumbuhan tinggi dan diameter. pertumbuhan tinggi, diameter dan kekokohan semai
Hasil analisis sidik ragam untuk sifat tinggi, diameter yang diamati. Hal ini mencerminkan bahwa sifat
dan kekokohan semai disajikan pada Tabel 2. yang diamati tersebut memiliki variasi antar family
Dari Tabel 2 diketahui bahwa terdapat atau pohon induk dan juga antar sumber asal benih.
pengaruh yang sangat nyata untuk sifat pertumbuhan Dimana kelima sumber asal benih yang diuji secara
tinggi, diameter dan kekokohan semai antar sumber geografis berada pada sebaran areal yang cukup jauh
(Tabel 1). Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui
788 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 785-790, Oktober 2018

bahwa jarak kelima sumber asal benih berada pada mempunyai keragaman genetik yang cukup tinggi
sebaran geografis yang jauh, yaitu sampai ratusan (Dieters et al., 2007). Terjadinya variasi pada sifat
kilometer sehingga memungkinkan salah satu atau pertumbuhan tinggi, diameter dan kekokohan semai
lebih sumber asal benih kondisinya berbeda nyata. ini dari beberapa sumber asal benih ini diduga
Disamping itu kondisi ketinggian tempat dan curah disebabkna oleh perbedaan kondisi tempat tumbuh
hujan juga cukup bervariasi serta adanya keragaman setiap pohon induk dalam provenan yang bervariasi.
genetik di dalam populasi yang tinggi, perbedaan Semai yang berasal dari benih berbagai individu
ketinggian tempat yang cukup tinggi (± 300 m) akan pohon induk maka akan membuat keragaman
mengganggu aktivitas fisiologi tanaman sehingga genetiknya sangat tinggi. Seperti yang diungkapkan
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman antar Zobel dan Talbert (1984) bahwa keragaman sifat
populasi (Mashudi dan Adinugraha, 2014 ; Surmaini pohon diantara individu pohon dipengaruhi oleh sifat
dkk, (2011). genetiknya.
Terjadinya keragaman genetik yang tinggi pada Selain sifat pertumbuhan tinggi dan diameter,
jenis araukaria tersebut bisa disebabkan oleh adanya kekokohan semai juga merupakan sifat yang sangat
perkawinan silang, polinasi yang terjadi dengan penting bagi pertumbuhan tanaman di lapangan,
bantuan serangga, luasnya sebaran, daur hidup yang kekokohan semai juga termasuk sifat atau
panjang, kejadian-kejadian selama tahapan suksesi karakteristik yang dipakai untuk menilai sifat
dan belum adanya perlakuan oleh manusia (Zobel morfologi semai, kekokohan semai dapat diartikan
dan Talbert 1984). Disamping itu populasi yang juga sebagai ketahanan bibit dalam menerima
berukuran besar dengan letak geografis yang tekanan angin atau kemampuan bibit dalam menahan
dipisahkan oleh bentang alam seperti gunung, biomassa bagian atas (Yudohartono, 2012). Ukuran
sungai, laut, danau atau padang rumput juga bisa kekokohan semai yang baik adalah yang seimbang
menyebabkan keragaman genetik araukaria dalam antara tinggi dengan diameter semai (Roller dalam
populasi lebih besar dari keragaman genetik antar Dermayanto, 1994). Nilai kekokohan semai yang
populasinya (Widyatmoko dkk., 2010). Beberapa kecil menunjukkan bahwa tanaman memiliki harapan
penelitian pada jenis-jenis kayu tropis yang lain juga yang lebih tinggi untuk bertahan hidup, terlebih pada
menunjukkan adanya keragaman genetik yang besar lahan yang banyak kena tempaan angin dan lahan
dalam populasinya seperti ulin (Eusideroxylon kering. Nilai kekokohan semai yang tidak diharapkan
zwageri) (Rimbawanto et al., 2006), merbau (Intsia adalah yang lebih tinggi dari 6. Semakin kecil nilai
bijuga) (Rimbawanto & Widyatmoko, 2006; kekokohan semai maka bibit tersebut semakin kokoh
Yudhohartono, 2008), cendana (Santalum album (Jaenicke, 1999). Rasio yang tinggi menunjukkan
Linn.) (Haryjanto, 2009), gaharu (Gyrinops bahwa bibit tersebut kurus sedangkan rasio yang
verstegii) (Widyatmoko et al., 2009) dan aren lebih rendah mengindikasikan bibit tersebut gemuk.
(Arenga pinnata) (Haryjanto et al., 2011) memiliki Bibit dengan rasio kekokohan semai yang tinggi
keragaman genetik di dalam populasi yang besar. akan rentan terhadap kerusakan pada saat
Hal ini terjadi karena jenis-jenis kayu tropis penanganan, kena tempaan angin dan kekeringan
mempunyai sebaran yang luas dengan populasi yang Haase, 2008).
berukuran besar (Hartati et al., 2007). Duryea dan Lands dalam Cahyono (1999), memberi
Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat kisaran nilai kekokohan semai yang baik/optimum
variasi atau keragaman yang tinggi untuk sifat tinggi, adalah mendekati nilai 4 sampai dengan 5. Pada
diameter dan kekokohan semai antar sumber asal penelitian ini diketahui bahwa nilai kekokohan semai
benih pada umur 6 bulan. Urutan ranking sumber bibit araukaria berkisar antara 6,43 - 7,47 atau
asal benih belum menunjukkan adanya konsistensi. tergolong tinggi, yang menunjukkanpertumbuhan
Bibit yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk tinggibahwa lebih pesat daripertumbuhan
sifat pertumbuhan tinggi pada umur 6 bulan berasal diameternya.Nilai kekokohan bibit yang
dari sumber asal benih kepulauan Fa-fak, untuk tinggimenunjukkan kemampuan hidup yang
diameter bibit berasal dari sumber asal benih rendahkarena tidak seimbangnya perbandingan
kepulauan Manokwari dan untuk kekokohan semai antaratinggi batang dan diameternya. Namun
berasal dari sumber asal benih kepulauan Fak-fak. demikianberdasarkan standar mutu bibit pada
Bibit yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk beberapajenis tanaman hutan yang lain
sifat pertumbuhan tinggi dan diameter berasal dari menunjukkanbahwa kisaran nilai kekokohan bibit 7-
sumber asal benih yang sama yaitu dari kepulauan 8merupakan nilai yang cukup optimal
Serui, sedangkan untuk kekokohan bibit berasal dari untukmenggambarkan pertumbuhan bibit yang
sumber asal benih kepulauan Wamena. baik(SNI 01-5006-1-1999). Pertumbuhan tinggibibit
yang lebih cepat dapat tejadi karenaadanya suplai zat
2. Variasi antar pohon induk hara yang cukup melaluikegiatan pemupukan pada
Araukaria yang merupakan jenis konifer yang kondisi bibit dipesemaian yangcukup rapat. Oleh
tersebar luas secara alami di kepulauan Papua, pada karena itu perlu dilakukankegiatan penjarangan bibit
dataran tinggi Queensland-Australia Selatan dan untuk mengurangitingkat kerapatan bibit sehingga
Papua Nugini, dengan penyebaran yang luas jenis ini
Setiadi. Keragaman Genetik Araucaria Cunninghamii Sumber Asal Benih 789

dapat memacuperkembangan diameter batang bibit Kehutanan IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.
selama dipesemaian. Dieters, M.J., Nikles, D.G. & Keys, M.G. 2007.
Achievements in forest tree improvement in
Australia and New Zealand 6: Genetic
4. SIMPULAN improvement and conservation of Araucaria
cunninghamii in Queensland.
Berdasarkan hasil penelitian Araucaria AustralianForestryVol.70 No.2 (75-85).
cunninghamii pada tingkat semai umur 6 bulan dapat Haase, D.L. 2008. Understanding forest seedling
disajikan kesimpulan sebagai berikut : quality: measurements and interpretation.
1. Terdapat keragaman genetik yang tinggi yang TreePlanters’ Notes. 52(2): 24-30.
memberikan pengaruh terhadap sifat tanaman yang Harjanto, L. (2009). Keragaman Genetik Cendana
diamati. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya (Santalum album Linn.) di Kebun
keragaman genetik sifat pertumbuhan tinggi, Konservasi Ex SituWatusipat, Gunung
diameter dan kekokohan semai antar sumber asal Kidul dengan Penanda Izozim. Jurnal
benih dan antar pohon induk. Pemuliaan Tanaman Hutan, 3(3): 127-138.
2. Bibit yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk Harjanto, L., Prastyono & Ismail, B. (2011).
sifat pertumbuhan tinggi pada umur 6 bulan berasal Keragaman genetic empat populasi Arenga
dari sumber asal benih kepulauan Fa-fak, untuk piñata Merr. Berdasarkan Penanda Izozim.
diameter bibit berasal dari sumber asal benih Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 5(1):
kepulauan Manokwari dan untuk kekokohan semai 13-21.
berasal dari sumber asal benih kepulauan Fak-fak. Hartati,D.,Rimbawanto, A., Taryono,
Bibit yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk Sulistyaningsih, E., & Widyatmoko,
sifat pertumbuhan tinggi dan diameter berasal dari A.Y.P.B.C. (2007). PendugaanKeragaman
sumber asal benih yang sama yaitu dari kepulauan Genetik di dalam dan Antar Provenan Pulai
Serui, sedangkan untuk kekokohan bibit berasal dari ( Alstonia scholaris (L.) Br.) Menggunakan
sumber asal benih kepulauan Wamena. Penanda RAPD. Jurnal Pemuliaan
Untuk mendapatkan informasi yang lebih Tanaman Hutan. 1(2): 89-98.
lengkap terhadap sifat-sifat pertumbuhan dari sumber Jaenicke H. 1999. Good Tree Nursery Practises:
asal benih yang diamati perlu dilanjutkan di tingkat Practical Guidelines for Research Nurseries.
lapang melalui pembangunan uji keturunan maupun ICRAF, Nairobi, Kenya.
kebun benih dan dilakukan pengukuran secara Kapisa, N. 2002 Natural distribution of Araucaria
periodik lebih lanjut. cunninghamii in Kebar, Manokwari, Papua,
Indonesia. Proceedings of the International
Conference on Advances in Genetic
Improvement of Tropical Tree Species.
5. UCAPAN TERIMAKSIH Yogyakarta, Indonesia, 1-3 October 2002.
Centre for Forest Biotechnology and Tree
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada kepala Improvement, Yogyakarta. (99-103).
dinas kehutanan di jayapura, serui, fak-fak, Mashudi &Susanto, M. (2013). Kemampuan
manokwari dan wamena yang telah memberikan ijin Bertunas
untuk melakukan pengambilan materi genetik di Stool Plants Meranti Tembaga (Shorea
areal kerjanya. Tidak lupa ucapan terima kasih juga leprosula Miq) Dari Beberapa Populasi
disampaikan kepada team peneliti dan teknisi Di
penelitian araukaria atas kerjasama yang baik dalam Kalimantan. Jurnal Pemuliaan Tanaman
penelitian ini. Hutan, 7(2), 119-132. 75-84.
Mashudi &Adinugraha, H.A. (2014). Pertumbuhan
Tanaman Pulai Darat (Alstonia angustiloba
6. DAFTAR PUSTAKA
Miq.) dari Empat Populasi pada Umur Satu
Tahun di Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal
Cahyono.A.D.K. (1999). Pemanfaatan Serasah
Penelitian Kehutan Wallacea, 3(1), 75-84.
LantaiHutan Mangium Sebagai Bahan
Mashudi & Cahyono, D.D. (2015). Variasi
Alternatif Media Semai Tanaman Hutan.
Pertumbuhan Bibit Meranti Tembaga
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
(Shorea leprosula) Asal Cabutan Untuk
Mada.
Pembangunan Tanaman Pangkas. Jurnal
Yogyakarta
Penelitian Hutan Tanaman,12(1), 51-61.
Dermayanto. 1994. Pengaruh Media Gambut, Sekam
Rimbawanto, A. dan Widyatmoko, AYPBC. 2006.
Padi, Arang Sekam Padi dan Kombinasinya
Keragaman Genetik Empat Populasi Intsia
Terhadap Pertumbuhan Acacia mangium
bijuga Berdasarkan Penanda RAPD dan
dan Parasienthes falcataria di HTI Perawang
Implikasinya Bagi Program Konservasi
Sukses Perkasa Industri Provinsi Riau.
Skripsi Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas
790 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 785-790, Oktober 2018

Genetik. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Diskusi:


Vol.3 No.3 (149-154). Penanya:
Rimbawanto, A., Widyatmoko, A.Y.P.B.C., &
Harkingto (2006). Keragaman Populasi Yudi
Eusideroxylon zwageri Kalimantan Timur
Berdasarkan Penanda RAPD. Jurnal Bagaimana keragaman pertumbuhan bibit pada
Penelitian Hutan Tanaman. 3(3): 201-208.
tingkat semai untuk morfologi tinggi dan diameter
Setiadi, D. & Susanto, M. (2012). Variasi Genetik
pada Kombinasi Uji Provenan dan Uji tanaman?
Keturunan Araucaria cunninghamii
di Bondowoso, Jawa Timur. Jurnal Jawab: Diduga dipengaruhi oleh keragaman
Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(3), 157- 166. pertumbuhan bibit pada tingkat semai adalah asal
Surmaini, E., Runtunuwu, E., & Las, I. (2011). sumber benih dan ketinggian tempat
Upaya
Sektor Pertanian dalam Menghadapi Saran: Disarankan ada penelitian lebih lanjut di
PerubahanIklim. Jurnal Litbang Pertanian. tingkat lapang
30(1): 1-7.
SNI. 01-5006.1-1999. Mutu Bibit (Akasia, Ampupu,
Gemlina, Sengon, Tusam, Meranti dan
Tengkawang). Badan Standarisasi Nasional.
Yudohartono, T.P. dan Ismail, B. 2012. Variasi
Genetik Uji Provenan Merbau sampai umur
3 tahun di Bondowoso, Jawa Timur. Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan Vo.6. No.1.
(27-
36).
Yudohartono, T.P. (2008). Variasi Genetik Beberapa
Populasi Merbau (Insia bijuga O.Ktze)
Berdasarkan Penanda Isoenzim. Jurnal
Penelitian Tanaman Hutan. 2(3):243-251.
Widyatmoko, AYPBC.,Afritianti, R.D. Taryono &
Rimbawanto, A. (2009. Keragaman Genetik
limaPopulasi Gyrinops verstegii di Lombok
menggunakan penanda RAPD. Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan. 3 (1): 1-10.
Widyatmoko, AYPBC., Lejo, E.S.P.,
Prasetyaningsih,
A & Rimbawanto, A. (2010). Keragaman
Genetik Populasi Araucaria cunninghamii
Menggunakan Penanda RAPD. Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan. 4 (2):63-77.
White T.L., Adams, W.T., and Neale, D.B. 2007.
Forest Genetic. CAB. International. London
Zobel, B. and Talbert J., 1984. Applied Tree
Improvement. 505 p. New York: John
Wiley
& Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai