Anda di halaman 1dari 12

406

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 9 No. 6, Juni 2021: 406-414
ISSN: 2527-8452

Interaksi Genotip × Lingkungan Terhadap Penampilan Vegetatif dan


Generatif Beberapa Calon Varietas Jagung Ketan (Zea mays L. var. ceratina
Kulesh) di Jawa Timur
Genotype and Environment Interaction on Vegetative and Generative
Character Some Candidates Waxy Maize (Zea mays L. var. ceratina Kulesh)
on Jawa Timur
Putra Aji Pratama*) dan Arifin Noor Sugiharto

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur
*)
Email : putranarki@student.ub.ac.id

ABSTRAK panjang malai, umur silking, anthesis silking


interval, dan umur panen. Analisa data yang
Jagung ketan tidak banyak ditemukan di digunakan meliputi analisis ragam dengan
Indonesia dikarenakan potensi hasil hanya uji lanjut BNJ 0.05, Analisis KT galat dua
2ton ha-1, sehingga petani memilih lokasi, dan analisis ragam gabungan. Hasil
membudidayakan jenis jagung lain dengan penelitian menunjukkan terdapat empat
hasil yang lebih besar. Alasan variabel yang memiliki interaksi antara
pengembangan budidaya jagung ketan di genotip dan lingkungan diantaranya lebar
Indonesia adalah kandungan amilopektin daun, panjang malai, umur silking, dan umur
tinggi yang menyebabkan jagung tersebut panen, dan berdasarkan hasil uji lanjut BNJ
memiliki tekstur pulen dan enak untuk bahan 0.05, JPM 03 memiliki keunggulan pada
baku konsumsi. Lumajang dan Ponorogo mayoritas variabel sehingga berpotensi
sebagai lokasi penelitian bukan wilayah untuk dijadikan tetua.
sentra, namun berpotensi untuk dilakukan Kata Kunci: Amilopektin, Interaksi Genotip
pengembangan pada kawasan tersebut. dan Lingkungan, Jagung ketan,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengembangan, Potensi Hasil
performa dari suatu tanaman, sehingga
diharapkan mendapatkan tetua yang ABSTRACT
memiliki potensi hasil tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui interaksi Waxy maize is not much found in Indonesia
genotip dan lingkungan terhadap because the potential yield is only 2 tons ha-
1
penampilan vegetatif dan generatif jagung , so farmers cultivate other types of maize
ketan pada dua lokasi di Jawa Timur. Serta with higher yields. The reason for developing
mengetahui genotip unggul pada masing- this genotype is because it has high
masing lokasi di Jawa Timur. Penelitian ini amylopectin content. Lumajang and
dilakukan di Kabupaten Lumajang dan Ponorogo as research locations are not
Ponorogo pada bulan Januari hingga April central areas, but have the potential for
2020. Penelitian menggunakan tujuh development in these areas. This aims of my
genotip jagung ketan, pestisida, dan pupuk research to determine interaction between
kimia. Penelitian menggunakan RAK genotype and environment on growth
dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan characters of waxy maize at two locations in
pada masing-masing lokasi. Variabel Jawa Timur. As well as knowing the superior
pengamatan meliputi tinggi tanaman, genotypes at each location in
diameter batang, tinggi letak tongkol,
panjang daun, lebar daun, jumlah daun,
407

Pratama, dkk, Interaksi Genotip dan Lingkungan…

Jawa Timur. This research was conducted in memiliki peluang yang cukup besar untuk
Lumajang and Ponorogo Districts from meningkatkan produksi jagung ketan di
January to April 2020. This research used Indonesia dikarenakan sumber daya alam
seven genotypes of waxy maize, pesticides, dan lingkungan yang mendukung.
and chemical fertilizers. This research used Penampilan (fenotip) tanaman merupakan
a RBD with seven treatments and three resultante dari adanya perbedaan faktor
replications at each location. The genetik, lingkungan, maupun interaksi
observation variables included plant height, antara genotip dan lingkungan (Adie et al.,
stem diameter, ear height, leaf length, leaf 2014). Sebagai pemulia tanaman,
width, number of leaves, panicle length, mengetahui interaksi antara genotip dan
silking age, anthesis silking interval, and lingkungan sangat penting untuk
harvest age. Analysis of the data used mengetahui suatu tanaman dapat
includes analysis of variance with HSD 0.05, beradaptasi secara spesifik atau
analysis of two-location error KT beradaptasi secara luas. Sehingga pemulia
(homogeneity analysis), and analysis of dapat mendapatkan tetua yang memiliki nilai
combined variance. The results showed that keunggulan dari berbagai karakter tanaman.
there were four variables that had Percobaan tentang genotip dan
interactions between genotype and the lingkungan sebelumnya telah dilakukan
environment, including leaf width, panicle dibawah naungan Maize Research Center
length, silking age, and harvesting age, and (MRC) yang dilakukan oleh (Fiddin, et al.,
based on the results of the BNJ 0.05 further 2018), dengan tujuan untuk mengetahui
test, JPM 03 had advantages in the majority keragaan pada masing-masing galur jagung
of variables so that it had the potential to be S4, menduga nilai heritabilitas arti luas, dan
used as parents. mendapatkan galur yang berpotensi sebagai
Keyword: Amylopectin, Development, tetua dalam pembentukan varietas hibrida.
Genotype and environmental interaction, Penelitian lain yang dikembangkan oleh
Waxy maize, Potential of Yield (Sugiharto, et al., 2018), tentang
pengembangan benih unggul jagung manis
PENDAHULUAN dengan sifat adaptable, adoptable, dan
marketable yang dapat dikembangkan pada
Jagung ketan merupakan tanaman jagung ketan ini. Selain hal tersebut
yang tidak banyak dibudidayakan di seluruh penelitian yang sama mengenai
kawasan di Indonesia karena memiliki pengembangan varietas jagung di Indonesia
potensi hasil yang rendah yaitu 2ton ha -1 akibat meningkatnya permintaan jagung
(Rouf et al., 2010). Jagung ketan umum manis di Indonesia. Permintaan meningkat
ditemukan di kawasan timur daerah lantaran penggunaan jagung sebagai bahan
Indonesia seperti Nusa Tenggara, Sulawesi, biofuel juga meningkat.
dan beberapa wilayah di daerah Papua Penelitian serupa juga dapat
(Suarni et al., 2019). Namun jagung tersebut dikembangkan pada calon varietas jagung
memiliki keunggulan yang dapat ketan. Sehingga mendapatkan varietas
dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan yang unggul guna menjawab tantangan
konsumsi, pakan, hingga bahan baku permintaan jagung ketan yang semakin
industri. meningkat tiap tahunnya. Penelitian
Jagung ketan memiliki kandungan dilakukan pada dua lokasi ini bertujuan
amilopektin mendekati 100% (Suarni dan untuk mengetahui interaksi antara genotip
Subagio, 2013) yang menyebabkan jagung dan lingkungan terhadap penampilan
tersebut memiliki tekstur pulen dan enak vegetatif dan generatif (pertumbuhan) pada
untuk bahan baku konsumsi. Jagung ketan calon varietas jagung ketan pada dua lokasi
umum ditemukan di Indonesia bagian timur di Jawa Timur. Serata bertujuan untuk
seperti Nusa Tenggara, Sulawesi, dan mengetahui genotip unggul pada dua lokasi
beberapa wilayah di bagian Papua (Safuan, di Jawa Timur yang dapat dijadikan sebagai
et al, 2014). Jawa timur bukan daerah calon varietas hibrida.
sentra produksi jagung ketan, namun
408

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 9, Nomor 6, Juni 2021, hlm. 406-414

BAHAN DAN METODE


Interaksi antara genotip dan
Penelitian dilaksanakan pada bulan lingkungan sangat perlu untuk diketahui
Januari hingga April 2020. Penelitian untuk melihat karakter suatu varietas
dilakukan pada dua lokasi meliputi desa tanaman. Apabila terdapat interaksi tinggi
Candipuro di Kabupaten Lumajang. Lokasim antara keduanya maka varietas tersebut
tersebut memiliki ketinggian tempat 288 beradaptasi secara site spesifik, namun
meter dpl dan mayoritas penggunaan lahan apabila nilai interaksi antara genotip dan
sawah. Lokasi penelitian kedua pada Desa lingkungannya rendah bahkan tidak terjadi
Suru Kecamatan Ponorogo dengan interaksi, maka varietas tersebut dapat
ketinggian tempat 545 meter dpl dan dikembangkan sebagai varietas yang
mayoritas penggunaan lahan tegalan. beradaptasi luas (Syukur, 2015).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Fenotip tanaman merupakan hasil
adalah varietas jagung ketan hibrida asal resultante dari estimasi genotip, lingkungan,
CV. Blue Akari yaitu JPM 01 (J x R), JPM 02 maupun interaksi antara genotip dan
(UBW – OP), JPM 03 (UBW – KDS), JPM 04 lingkungan. Analisis KT galat (uji
(UBW – 1), JPM 05 (UBW – W2), JPM 06 homogenitas) dilakukan dengan tujuan
(UBW – W1), dan varietas Kumala. Pupuk untuk memastikan dua atau kelompok lebih
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data memiliki variansi yang sama. (Hanief,
NPK (250 Kg Ha-1), Urea (300 Kg Ha-1), KCl 2017), menyatakan apabila hasil uji F
(50 Kg Ha-1), dan SP-36 (200 Kg Ha-1). memiliki nilai yang tinggi, maka perbedaan
Pestisida yang digunakan dalam penelitian fenotip tanaman disebabkan oleh
ini meliputi Curacron 500 EC (insektisida), perbedaan perlakuan pada tiap lokasi, dan
Regent 50 SC (insektisida), Furadan apabila hasil uji F memiliki nilai yang rendah,
(insektisida), Tortora 50 WP (fungisida) dan maka perbedaan fenotip disebabkan oleh
Nordox 56 WP (fungisida). lingkungan uji.
Penelitian dilakukan menggunakan Hasil analisis homogenitas dengan
metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) menggunakan nilai KT Galat menunjukkan
dengan tujuh perlakuan (genotip) dan tiga bahwa terdapat lima variabel pengamatan
kali ulangan pada masing-masing lokasi. yang terindikasi memiliki interaksi antara
Variabel pengamatan yang dilakukan genotip dan lingkungan diantaranya lebar
meliputi tinggi tanaman, diameter batang, daun, jumlah daun, panjang malai umur
tinggi letak tongkol, panjang daun, lebar silking, dan umur panen. Kelima variabel
daun, jumlah daun, panjang malai, umur tersebut dapat dilanjutkan dengan analisis
silking, anthesis silking interval, dan umur ragam gabungan pada dua lokasi penelitian.
panen. Variabel pengamatan yang lain seperti tinggi
Data yang diperoleh dianalisis tanaman, diameter batang, tinggi letak
dengan menggunakan ANOVA dengan uji tongkol, panjang daun, dan anthesis silking
lanjut BNJ 0.05. Analisis selanjutnya interval menunjukkan bahwa variabel
menggunakan analisis KT Galat pada dua tersebut tidak homogen pada kedua lokasi.
lokasi dengan tujuan untuk memastikan dua Hasil analisis ragam gabungan (Tabel
atau lebih kelompok data memiliki perlakuan 1) menunjukkan bahwa genotip
yang sama. Data yang berbeda nyata berpengaruh nyata terhadap variabel lebar
berdasarkan analisis KT galat akan diuji daun, jumlah daun, panjang malai, dan umur
menggunakan Analisis Ragam Gabungan silking, serta tidak berpengaruh nyata pada
Dua Lokasi untuk mengetahui adanya variabel umur panen. Lingkungan
interaksi antara genotip dan lingkungan, berpengaruh nyata pada variabel panjang
serta uji lanjut dengan menggunakan BNJ malai, umur silking, dan umur panen, serta
0.05. tidak berpengaruh nyata pada variabel lebar
daun dan jumlah daun. Interaksi antara
genotip dan lingkungan berpengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN


409

Pratama, dkk, Interaksi Genotip dan Lingkungan…

nyata pada variabel lebar daun, panjang memiliki interaksi antar lokasi pengamatan
malai, umur silking, dan umur panen, serta dikarenakan pada variabel tersebut terjadi
tidak berbeda nyata pada variabel jumlah ketika terdapat peningkatan hasil melebihi
daun. Interaksi antara genotip dan genotip uji yang lain (mengalami
lingkungan yang nyata mengindikasikan peningkatan pada semua genotip uji) pada
bahwa lokasi uji berpengaruh nyata seluruh lokasi uji, yang dibuktikan dengan
terhadap genotip uji (Priyanto, 2017), nilai gradien yang berbeda pada hasil di
sehingga akan berpengaruh terhadap setiap lokasi uji. Hal tersebut sesuai dengan
penampilan dikarenakan perbedaan respon pernyataan (Baye, 2011), bahwasannya
genotip terhadap masing-masing lokasi. terdapat dua kemungkinan tidak terdapat
Keempat variabel yang memiliki interaksi antara genotip dan lingkungan.
interaksi tersebut dapat memberikan Pertama apabila terdapat interaksi yang
dampak terhadap penampilan fisik tanaman terjadi ketika suatu genotip konsisten
maupun karakter hasil yang disesuaikan menunjukkan keragaan yang baik
dengan lingkungan budidaya. Hal tersebut dibandingkan dengan genotip uji yang lain
terjadi dikarenakan lingkungan ikut andil pada lingkungan uji, dan yang kedua terjadi
dalam peran pertumbuhan pada suatu ketika terdapat peningkatan hasil melebihi
tanaman. Pernyataan tersebut sesuai genotip uji yang lain (mengalami
dengan (Kuswanto, 2006), bahwa apabila peningkatan pada semua genotip uji di
terdapat interaksi antara genotip dan seluruh lokasi)
lingkungan (bernilai nyata) maka pada tiap- Penelitian yang dilakukan oleh
tiap genotip memberikan tampilan yang (Cucolotto et al., 2007), bahwa adanya
berbeda sesuai dengan lokasi budidayanya. perbedaan respon yang ditampilkan oleh
Nilai koefisien keragaman (CV) setiap genotip menunjukkan adanya
dengan tujuan untuk mengetahui gambaran interaksi antara genotip dan lingkungan
keragaman yang terdapat dalam suatu terhadap pertumbuhan dan perkembangan
populasi percobaan (Hanief, 2017), Nilai CV tanaman, serta memberikan dampak
(Tabel 1) pada berbagai variabel penelitian penampilan yang tidak stabil pada berbagai
berkisar pada rentang 1.40% (umur silking) lingkungan. Lingkungan tumbuh tanaman
hingga 5.73% (umur panen). (Kwanchai dan akan berpengaruh terhadap penampilan dari
Gomez, 1995) menyatakan bahwa dalam tanaman. Hal tersebut terbukti dalam
suatu percobaan lapang memiliki nilai bebegara genotip uji yang telah dilakukan
koefisien keragaman dibawah 20 persen. pengujian pada lokasi yang berbeda,
Variabel pengamatan lain yang tidak bahwasanya terdapat perbedaan rerata tiap
memiliki interaksi antara genotip dan variabel pengujian, penampilan tanaman
lingkungan meliputi tinggi tanaman, yang dihasilkan dari kedua lokasi juga
diameter batang, tinggi letak tongkol, menunjukkan perbedaan, dan berbagai
panjang daun, jumlah daun, dan anthesis fenotip lainnya yang berbeda akibat adanya
silking interval. Variabel tersebut tidak faktor lingkungan.

Tabel 1. Analisis Ragam Gabungan pada dua Lokasi Pengamatan.


Variabel G L G×L CV
Pengamata KT(g) F Hitung KT(g) F Hitung KT(g) F (%)
n Hitung
LD 006.61 038.51 ** 000.11 000.64 tn 02.45 14.26 ** 5.07
JD 006.22 017.74 ** 000.64 001.83 tn 00.65 01.85 tn 3.99
PM 051.31 017.31 ** 615.09 207.52 ** 80.34 27.10 ** 4.54
US 130.70 252.63 ** 005.86 011.34 ** 09.13 17.66 ** 1.40
UP 045.21 002.38 tn 017.35 009.16 ** 09.35 04.93 ** 5.73
F Tabel 0.05 2.50 4.25 2.50
Keterangan : LD: Lebar Daun. JD: Jumlah Daun. PM: Panjang Malai. UP: Umur Panen. G: Genotip. L:
Lingkungan. G×L: Interaksi G dan L. KT: Kuadrat Tengah. CV: Coefficient of Variation.
410

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 9, Nomor 6, Juni 2021, hlm. 400-408

Tabel 2. Rekapitulasi Uji Lanjut (BNJ 0.05) Nilai Rerata Karakter Pertumbuhan yang
memiliki Interaksi antara Genotip dan Lingkungan
Genotip LD PM US UP
Uji C-L S-P C-L S-P C-L S-P C-L S-P
10.46 c 8.82 czz 33.37 ab 48.88 b 50.00 bc 48.03 b 75 a 74 b
JPM 01
B A A B B A B A
07.64 b 8.04 abc 35.60 bz 38.54 a 51.27 cz 53.23 d 75 a 74 b
JPM 02
A A A B A B B A
10.63 c 8.48 bcz 42.27 cz 37.33 a 56.93 dz 58.63 e 80 c 84 c
JPM 03
B A B A A B A B
07.38 b 8.15 abc 32.67 ab 47.68 b 56.20 dz 54.43 d 77 b 74 b
JPM 04
A B A B A B B A
07.66 b 8.31 abc 30.83 az 39.50 a 50.17 bc 51.00 c 77 b 74 b
JPM 05
A A A B A A B A
07.64 b 7.71 abz 30.67 az 35.64 a 49.03 bz 48.43 b 77 b 74 b
JPM 06
A A A B A A B A
06.18 a 7.35 azz 32.87 ab 44.45 b 41.03 az 46.10 a 75 a 73 a
KUMALA
A B A B A B B A
BNJ 0.05 2.50
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf besar merupakan hasil uji lanjut tiap lokasi, sedangkan
angka yang diikuti dengan huruf kecil merupakan hasil uji lanjut antar lokasi.
LD: Lebar Daun. PM: panjang Malai. US: Umur Silking. UP: Umur Panen. C-L: Lokasi
Penelitian Candipuro – Lumajang. S-P: Lokasi Penelitian Suru – Ponorogo. BNJ: Beda
Nyata Jujur dengan taraf 0.05.

Penelitian interaksi antara genotip pada dua lokasi, Candipuro - Lumajang


dan lingkungan yang dilakukan pada dua memiliki nilai rerata terbaik pada genotip
lokasi yaitu Desa Candipuro Kabupaten JPM 01 dan JPM 03 dan berdasarkan hasil
Lumajang dan Desa Suru Kabupaten uji lanjut BNJ 0.05, genotip tersebut lebih
Ponorogo menyatakan banwa terdapat baik ditanam pada lokasi Candipuro.
empat variabel yang memiliki hubungan Sedangkan penampilan lebar daun di lokasi
positif antara genotip dan lingkungan, Suru - Ponorogo memiliki nilai rerata terbaik
diantaranya adalah lebar daun (cm), pada genotip JPM 04 dan Kumala dan
panjang malai (cm), umur silking (hst), dan berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05,
umur panen (hst). Variabel yang memiliki genotip tersebut lebih baik ditanam di lokasi
nilai F hitung berbeda nyata pada (Tabel 1) dengan agroklimat seperti Suru. Penampilan
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan rerata lebar daun pada tiap lokasi, genotip
BNJ 0.05 (Tabel 2) dengan tujuan untuk JPM 01 dan JPM 03 memberikan nilai rerata
mengetahui genotip yang memiliki sifat lebar daun terbaik di lokasi Candipuro
maupun potensi unggul dibandingkan dikarenakan nilai rerata diikuti dengan huruf
dengan genotip lainnya pada masing- yang berbeda, sedangkan seluruh genotip
masing lokasi. uji menunjukkan adanya kesamaan di Suru
Hasil uji lanjut (Tabel 2), menunjukkan dikarenakan nilai rerata diikuti dengan huruf
perbedaan nilai antar genotip dari variabel yang berbeda namun memiliki sifat yang
yang menunjukkan interaksi positif dari sama pada tiap genotip, dan JPM 01
genotip dan lingkungan. Lebar daun dapat memiliki nilai rerata terunggul di Suru.
memberikan manfaat bagi tanaman untuk (Parolin, 2010), menyatakan bahwa
melakukan proses fotosintesis. (Parolin, semakin tinggi jumlah daun, lebah daun,
2010), menyatakan bahwasanya semakin serta panjang daun akan mempengaruhi
lebar nilai jumlah daun, maka proses kemampuan tanaman dalam proses
fotosintesis akan terjadi lebih sempurna, fotosintesis. Hal tersebut terjadi dikarenakan
dikarenakan berpengaruh terhadap jumlah klorofi yang terdapat di dalam daun
kandungan klorofil. Perbandingan tersebut semakin banyak.
penampilan rerata lebar daun (Gambar 1)
411

Pratama, dkk, Interaksi Genotip dan Lingkungan…

12,00

Rerata Lebar Daun


10,00
8,00
6,00

(cm)
Lumajang
4,00
2,00 Ponorogo
0,00
1 2 3 4 5 6 7
Genotip Uji

Gambar 1 Diagram Batang Rerata Lebar Daun (cm) pada Dua Lokasi
Keterangan: Genotip Uji 1): JPM 01. 2): JPM 02. 3): JPM 03. 4): JPM 04. 5): JPM 05 6): JPM 06. 7):
Kumala

Penampilan rerata panjang malai 04, JPM 05, JPM 06, dan Kumala dan
(Gambar 2) pada dua lokasi penelitian berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05,
menunjukkan bahwa di lokasi uji Lumajang, genotip tersebut lebih baik ditanam di lokasi
JPM 3 memiliki nilai rerata tertinggi, Kumala dengan agroklimat seperti Suru. Penampilan
memiliki nilai rerata terendah. Sedangkan di rerata panjang malai pada tiap lokasi,
Ponorogo, JPM 1 memiliki nilai rerata lebar genotip JPM 03 memberikan nilai rerata
daun tertinggi dan Kumala memiliki nilai panjang malai terbaik di lokasi Candipuro
rerata lebar daun terendah. Penampilan dikarenakan nilai rerata diikuti dengan huruf
rerata panjang malai berdasarkan hasil uji yang berbeda, sedangkan genotip JPM 01,
lanjut BNJ 0.05 (Tabel 2). Perbandingan JPM 04, dan Kumala menunjukkan nilai
penampilan panjang malai pada dua lokasi, rerata terunggul di lokasi Suru karena nilai
Candipuro - Lumajang memiliki nilai rerata rerata diikuti dengan huruf yang berbeda.
panjang malai terbaik pada genotip JPM 03 (Hamidah, 2011), menyatakan bahwa malai
dan berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05, merupakan organ jantan pada tanaman
genotip tersebut lebih baik ditanam pada jagung yang berisi polen, semakin dekat
lokasi dengan agroklimat seperti Candipuro. posisinya dengan silk maka tingkat
Sedangkan penampilan panjang malai di keberhasilan persilangan akan semakin
lokasi Suru - Ponorogo memiliki nilai rerata tinggi.
terbaik pada genotip JPM 01, JPM 02, JPM

50,00
Rerata Panjang Malai

40,00
30,00
(cm)

20,00 Lumajang
10,00 Ponorogo
0,00
1 2 3 4 5 6 7
Genotip Uji

Gambar 2 Diagram Batang Rerata Panjang Malai (cm) pada Dua Lokasi
Keterangan: Genotip Uji 1): JPM 01. 2): JPM 02. 3): JPM 03. 4): JPM 04. 5): JPM 05 6): JPM 06. 7):
Kumala
412

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 9, Nomor 6, Juni 2021, hlm. 400-408

60,00

Rerata Umur Silking


50,00
40,00

(HST)
30,00
Lumajang
20,00
10,00 Ponorogo
0,00
1 2 3 4 5 6 7
Genotip Uji

Gambar 3 Diagram Batang Rerata Umur Silking (HST) pada Dua Lokasi
Keterangan: Genotip Uji 1): JPM 01. 2): JPM 02. 3): JPM 03. 4): JPM 04. 5): JPM 05 6): JPM
06. 7): Kumala

100
Rerata Umur Panen

80
60
(HST)

40 Lumajang
20 Ponorogo
0
1 2 3 4 5 6 7
Genotip Uji

Gambar 4 Diagram Batang Rerata Umur Panen (HST) pada Dua Lokasi
Keterangan: Genotip Uji 1): JPM 01. 2): JPM 02. 3): JPM 03. 4): JPM 04. 5): JPM 05 6): JPM
06. 7): Kumala

Kegiatan pengamatan umur silking baik ditanam pada lokasi dengan agroklimat
dilakukan ketika tanaman sudah memasuki seperti Candipuro. Sedangkan penampilan
fase pengeluaran silk dengan jumlah 50% umur silking di lokasi Suru - Ponorogo
dari seluruh tanaman populasi. Penampilan memiliki nilai rerata terbaik pada genotip
rerata umur silking (Gambar 3) di Lokasi uji JPM 02, JPM 03, JPM 04, serta Kumala dan
Lumajang, JPM 03 memiliki niai rerata berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05,
panjang malai tertinggi dan JPM 05 memiliki genotip tersebut lebih baik ditanam di lokasi
rerata genotip uji terendah. Lokasi uji dengan agroklimat seperti Suru. Penampilan
Ponorogo, JPM 01 memiliki rerata panjang rerata umur silkingi pada tiap lokasi, genotip
malai tertinggi, dan JPM 06 memiliki nilai JPM 03 dan JPM 04 memberikan nilai rerata
rerata terendah. Pada dua lokasi penelitian umur silking terbaik di lokasi Candipuro
menunjukkan adanya perbedaan dikarenakan nilai rerata diikuti dengan huruf
berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05 (Tabel yang berbeda, sedangkan genotip JPM 03
2), Perbandingan penampilan umur silking menunjukkan nilai rerata terunggul di lokasi
pada dua lokasi, Candipuro - Lumajang Suru karena nilai rerata diikuti dengan huruf
memiliki nilai rerata umur silking terbaik yang berbeda. (Surtinah, 2008),
pada genotip JPM 01 dan berdasarkan hasil menyatakan bahwa umur silking yang
uji lanjut BNJ 0.05, genotip tersebut lebih
413

Pratama, dkk, Interaksi Genotip dan Lingkungan…

semakin pendek akan menentukan umur dikembangkan di Indonesia. Tujuan utama


panen yang genjah. pembuatan varietas adalah meningkatkan
Penampilan rerata umur panen hasil panen, sehingga dapat meningkatkan
(Gambar 4) pada dua lokasi penelitian taraf ekonomi para petani di Indonesia.
menunjukkan adanya perbedaan
berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05. UCAPAN TERIMAKASIH
Perbandingan penampilan umur panen
pada dua lokasi, Candipuro - Lumajang Ucapan terimakasih ditujukan kepada
memiliki nilai rerata umur panen terbaik pihak PPUPT atas materiil berupa dana
pada genotip JPM 01, JPM 02, JPM 04, JPM penelitian yang dialokasikan dalam bentuk
05, JPM 06, dan Kumala dan berdasarkan genotip uji, pupuk, serta pestisida untuk
hasil uji lanjut BNJ 0.05, genotip tersebut keperluan penelitian yang diberikan kepada
lebih baik ditanam pada lokasi dengan penulis.
agroklimat seperti Candipuro. Sedangkan
penampilan umur panen di lokasi Suru - DAFTAR PUSTAKA
Ponorogo memiliki nilai rerata terbaik pada
genotip 03 dan berdasarkan hasil uji lanjut Adie, M., Muchlish, Krisnawati, A., and
BNJ 0.05, genotip tersebut lebih baik Gatut, W. A. S. 2014. Assessment of
ditanam di lokasi dengan agroklimat seperti Genotype × Environment Interactions
Suru. Penampilan rerata umur paneni pada for Black Soybean Yield Using Ammi
tiap lokasi, genotip JPM 03 memberikan nilai and GGE Biplot. International Journal
rerata umur panen terbaik di lokasi of Agriculture Innovations and
Candipuro dan Suru dikarenakan nilai rerata Research 2(5):2319–1473.
diikuti dengan huruf yang berbeda. Baye, Tesfaye M., Tilahun Abebe, and
(Surtinah, 2008), menyatakan hasil panen Russell A. Wilke. 2011. Genotype-
meningkat dan stabil sesuai dengan Environment Interactions and Their
meningkatnya umur panen. Panen yang Translational Implications. Journal of
dilakukan saat masak fisiologis dapat Personalized Medicine 8(1): 59–70.
dijadikan bahan untuk pembenihan dan
Cucolotto., Mauro., Valéria C. P.,
dapat dilakukan penanaman pada musim
Deoclécio D. G., Nelson D. S. F.,
tanam selanjutnya. Selain itu juga dapat
Deonísio D., dan Marcos K. K. 2007.
diolah menjadi bahan pangan serta industri.
Genotype x Environment Interaction
in Soybean: Evaluation through Three
KESIMPULAN
Methodologies. Journal Crop
Breeding and Applied Biotechnology
Penelitian yang dilakukan pada bulan
7(3): 270–77.
Januari hingga April 2020 dengan
menggunakan tujuh genotip uji (JPM 01 – Fiddin, Fikriyah Nuril, Izmi Yulianah, and
06, Kumala) dan dua lokasi yang berbeda Sugiharto, A. N. 2018. Keragaan
(Candipuro, Lumajang dan Soko, Ponorogo) Beberapa Galur Jagung Ketan (Zea
dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi Mays L . Ceratina K .) Pada Generasi
antara genotip dan lingkungan (p < 0.05) Keempat (S4). Journal Produksi
pada empat variabel pengamatan, Tanaman (2): 178–87.
diantaranya lebar daun, panjang malai, Hamidah, D. N. 2011. Peranan Karakter
umur silking, dan umur panen. Hal tersebut Komponen Produksi Terhadap
diakibatkan oleh adanya perbedaan yang Produksi Jagung Dalam Upaya
signifikan pada nilai kuadrat tengah pada Memperoleh Karakter Penyeleksi.
kedua lokasi penelitian. Jurnal Agrotek 5(1): 1-11.
Genotip JPM 03 memiliki keunggulan Hanief, Y. N. 2017. Statistika Pendidikan.
berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05 pada Ed.1, Cet. 1 - Yogyakarta:
karakter pertumbuhan pada dua lokasi yang Deepublish. pp 42 – 49.
berbeda yang dapat dijadikan sebagai calon
Kuswanto, Nur Basuki, and Endah Sri
varietas jagung ketan yang dapat
414

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 9, Nomor 6, Juni 2021, hlm. 400-408

Rejeki. 2006. Uji Adaptasi Kacang Suarni, and Herman Subagio. 2013.
Panjang (Vigna Sesquipedalis L. Potensi Pengembangan Jagung Dan
Fruwirth) Galur Unibraw. Jurnal Sorgum Sebagai Sumber Pangan
Habitat XVII (2): 103–17. Fungsional.Potensi Pengembangan
Parolin, Pia. 2010. Morphology andac Jagung Dan Sorgum Sebagai Sumber
Anatomy of Leaves. Amazonian Pangan Fungsional. Jurnal Litbang
Floodplain Forests 210(1): 179–202. Pertanian 38(1): 47–55.
Priyanto, B. S., Slamet. B., Efendi. R., Suarni, M. Aqil, dan Herman, S. 2019.
Bunyamin. Z., Azrai M dan Syakir. Potency of Waxy Corn Development
M. 2017. Evaluasi Stabilitas Hasil to Support Food Diversification.
Jagung Hibrida Menggunakan Jurnal Penelitian Dan
Metode Genotype and Genotype by Pengembangan Pertanian 38(1):1.
Environment Interaction Biplot (GGE Sugiharto, A. N., Nugraha, A. A., Waluyo,
BIPLOT). Jurnal Penelitian Pertanian B., and Ardiarini, N. R. 2018.
Tanaman Pangan. 1(2): 97-104. Assessment of Combining Ability and
Rouf, A. B., Annas, Z., Dahlan, W., dan Performance in Corn For Yield and
Yusuf, M. 2010. Pengkajian Yield Components. Bioscience
Pemurnian Benih Jagung Pulut Di Research 15(2): 367–74.
Provinsi Gorontalo. Prosiding Pekan Surtinah. 2008. Waktu Panen Yang Tepat
Serealia Nasional. pp 978–79. Menentukan Kandungan Gula Biji
Safuan L.O., D. Boer, T. Wijayanto dan N. Jagung Manis (Zea Mays
Susanti. 2014. Analisis variabilitas Saccharata). Jurnal Ilmiah Pertanian
kultivar jagung pulut (Zea mays 4(1): 5–7.
Ceretina Kulish) lokal Sulawesi Syukur, M., S. Sujiprihati, and R. Yunianti.
Tenggara. Jurnal Agrotekno 4(2): 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman
108112. (Edisi Revisi). Jakarta: Penebar
Swadaya. Pp 121 – 130.

Anda mungkin juga menyukai