Anda di halaman 1dari 7

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.

) HASIL
PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN
DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

STUDY OF YIELD CAPABILITY ON SOYBEAN (Glycine max L.) F4 LINES


CROSSING BETWEEN GROBOGAN
WITH ANJASMORO, UB, AP AND ARGOPURO
Felix Putra Daksa A.*), Anna Satyana K. dan S. M. Sitompul

*)Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: daksandika@outlook.com

ABSTRAK Nilai kemajuan genetik galur F4 bernilai


tinggi pada setiap variabel. Kesimpulan
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap yang didapat dari penelitian ini adalah
tahun mencapai 8,12 kg/ kapita. Data BPS karakter komponen hasil memiliki
tahun 2013 menunjukkan produksi kedelai keragaman yang tinggi, pewarisan sifat
nasional sebesar 810 ribu ton. Hal ini lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dan
menunjukkan jika produksi kedelai nasional korelasi antara jumlah buku subur dan
masih cukup jauh dibandingkan angka jumlah polong isi terhadap daya hasil
kebutuhan kedelai. Oleh karena itu, berkorelasi kuat.
diperlukan upaya untuk meningkatkan
produksi kedelai dalam negeri, salah satu Kata kunci: Kedelai, Galur, Persilangan,
caranya adalah dengan persilangan untuk Daya Hasil, Komponen Hasil.
mendapatkan varietas unggul yang
berproduksi tinggi (> 3 ton ha-1). Penelitian ABSTRACT
ini bertujuan untuk mempelajari keragaman
bobot biji, jumlah cabang, buku subur dan Soybean needs in Indonesia for a years
polong; mempelajari pewarisan sifat; reached 8,12 kg/ capita. Data from BPS
mempelajari sifat utama yang mendukung showed that soybean national production
komponen hasil pada galur F4. Bahan yang was 810 thousand ton. It shows that
digunakan dalam penelitian ini adalah benih national soybean production was so far
galur F4 persilangan Grobogan x enough from total needs of soybean.
Anjasmoro, Grobogan x UB, Grobogan x AP Therefore, it was required for increasing
dan Grobogan x Argopuro. Metode yang national soybean production, one of way to
digunakan dalam penelitian ini adalah single increasing our soybean production was
plant (pengamatan pada setiap individu). hybridization to produce new cultivar that
Penelitian dilaksanakan pada Februari ± have high production (> 3 ton ha-1). This
Mei 2014 di Lahan Percobaan Fakultas research aimed to study variability on seed
Pertanian Universitas Brawijaya, Desa weight, number of stems, number of nodes
Jatikerto, Kabupaten Malang. Hasil and number of pods; to study inheritance; to
penelitian menunjukkan jika terdapat study primary characteristic that affected
korelasi yang erat pada hubungan jumlah yield on F4 lines. Materials that used in this
cabang, buku subur dan polong isi terhadap research were seed from F4 crossing lines
bobot kering biji. Koefisien determinasi Grobogan x Anjasmoro, Grobogan x UB,
menunjukkan pengaruh langsung yang Grobogan x AP and Grobogan x Argopuro.
dominan pada jumlah buku subur dan Method that used in this research was
jumlah polong isi terhadap bobot kering biji. single plant method (observation on each
Galur F4 memiliki nilai koefisien keragaman individu). This research conducted on
fenotipe dan genotipe yang tinggi. Nilai February ± May 2014 in Faculty of
heritabilitas berkisar sedang hingga tinggi. AgriculWXUH¶V 5HVHDUFK $UHD .URPHQJDQ,
83

'DNVD GNN 6WXGL 'D\D +DVLO «.

Malang. Results of this research showed dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
that there are close correlation between pola genetik dan menghasilkan varietas
number of stems, nodes and pods to seed baru yang lebih baik. Persilangan yang
weight. Determination coefficient showed diterapkan dalam penelitian ini dilakukan
dominant influence on number of nodes and dengan beberapa kombinasi persilangan
pods to seed weight. F4 lines have high varietas kedelai. Varietas kedelai yang
value of phenotype and genotype variability menjadi objek persilangan dalam penelitian
coefficient. Heritability value about ini adalah varietas Grobogan sebagai tetua
moderate until high criteria. Genetic betina, serta Anjasmoro, Argopuro dan
advance on F4 lines have high criteria on galur AP serta galur UB sebagai tetua
each variable. Conclusion from this jantan. Karakteristik organ setiap varietas
research showed that yield components yang berbeda tersebut menjadi dasar dalam
have high variability, inheritance more dilakukannya kombinasi persilangan dan
affected by genetic factor, correlation seleksi untuk dikaji pengaruhnya terhadap
beetween number of nodes and number of karakteristik turunannya. Kegiatan
pods to seed weight was close correlation. persilangan varietas kedelai dengan
kombinasi varietas dalam penelitian ini
Keywords: Soybean, Lines, Crossing, Yield diharapkan dapat menghasilkan kombinasi
Capability, Yield Component terbaik untuk tujuan mendapatkan varietas
unggul.
PENDAHULUAN Hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini adalah (1) keragaman bobot
Kedelai (Glycine max L.) adalah biji, jumlah cabang, buku subur dan jumlah
salah satu komoditas pangan penting di polong yang tinggi masih terjadi pada hasil
Indonesia. Tingkat konsumsi kedelai persilangan galur F4 dan (2) terdapat
masyarakat di Indonesia berada pada korelasi positif antara sifat utama yang
kisaran 8,12 kg/ kapita/ tahun. Kebutuhan dominan dengan komponen hasil pada
kedelai tersebut sebanyak 60% dipenuhi galur F4 hasil persilangan.
oleh impor karena masih rendahnya
produksi dalam negeri. Data BPS tahun BAHAN DAN METODE
2013 menunjukkan produksi kedelai
nasional sebesar 810 ribu ton, yang berarti Penelitian ini dilaksanakan pada
cukup jauh di bawah angka kebutuhan Februari ± Mei 2014 di Lahan Percobaan
kedelai nasional. Ketersediaan kedelai yang Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
mayoritas berasal dari impor membuat yang berlokasi di Desa Jatikerto,
ketergantungan harga kedelai nasional Kecamatan Kromengan, Kabupaten
pada harga kedelai impor. rendahnya Malang. Penelitian ini menggunakan
produksi kedelai nasional disebabkan oleh metode single plant (pengamatan pada
faktor (i) menurunnya luas pertanaman dan setiap individu tanaman). Sebagai
luas panen kedelai, (ii) produktivitas yang perlakuan adalah empat kombinasi
dicapai rendah (iii) persaingan antar persilangan galur F4 Grobogan x
komoditas kedelai lokal dengan impor dan Anjasmoro (497 benih), Grobogan x UB
(iv) kepemilikan lahan petani kedelai (2.792 benih), Grobogan x AP (1.692 benih)
mayoritas kecil (Kementan, 2013). Oleh dan Grobogan x Argopuro (115 benih).
karena itu, diperlukan upaya untuk Sebagai varietas pembanding digunakan
meningkatkan produktivitas tanaman benih varietas Grobogan, Anjasmoro, galur
kedelai. UB, galur AP dan Argopuro.
Dalam penelitian ini digunakan Petak pertanaman dibuat dengan
metode perbaikan genetik melalui ukuran 16,5 x 2 m. Jarak tanam 40 x 15 cm
persilangan sebagai upaya peningkatan dengan penanaman 2 biji per lubang.
produktivitas kedelai. Metode persilangan Variabel pengamatan adalah jumlah cabang
adalah metode yang tepat untuk per tanaman, jumlah buku subur per
menghasilkan varietas unggul. Persilangan tanaman, jumlah polong isi per tanaman
84

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 4, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 82 - 88

dan bobot kering bji per tanaman. dikendalikan oleh banyak gen dan
Pengolahan data yang dilakukan adalah ekspresinya sangat dipengaruhi oleh
menghitung nilai ragam genotipe, fenotipe lingkungan (Wirnas et al., 2006).
dan lingkungan, korelasi dan regresi
koefisien keragaman, heritabilitas dalam arti Korelasi Antar Variabel Pengamatan
luas dan persentase kemajuan genetik Hasil analisis korelasi pada karakter
harapan. kedelai galur persilangan F4 menunjukkan
hasil korelasi positif kuat hingga sangat kuat
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kisaran 0,552 - 0,894 (Tabel 2) pada
setiap hubungan karakter komponen hasil
Keragaman Fenotipe dengan mengacu pada kriteria koefisien
Rerata nilai setiap galur persilangan korelasi menurut Krisnawati et al. (2010)
F4 pada setiap variabel pengamatan lebih dimana kriteria kuat jika korelasi 0,5 ± 0,75
tinggi dibanding tetua betina (Grobogan). dan sangat kuat jika korelasi 0,75 ± 0,99.
Tetapi, jika dibandingkan dengan tetua Hasil koefisien korelasi yang tinggi dan
jantannya masing ± masing, maka positif tersebut berarti jika kenaikan nilai
menunjukkan hasil yang bervariasi pada variabel X maka diikuti kenaikan nilai
setiap variabel. Perbandingan antara hasil variabel Y secara proporsional (Arifin,
persilangan menunjukkan jika rerata jumlah 2009). Analisis korelasi penelitian pada
cabang tidak berbeda secara signifikan galur persilangan kedelai F4 menunjukkan
antara kombinasi galur persilangan, rerata korelasi tertinggi terdapat pada hubungan
jumlah buku subur tertinggi dimiliki oleh variabel jumlah polong isi terhadap bobot
Grobogan x UB serta Grobogan x AP, kering biji per tanaman jika dibandingkan
jumlah polong isi tertinggi pada persilangan dengan hubungan antar variabel ± variabel
Grobogan x UB dan untuk bobot kering biji lainnya. Menurut Mursito (2003), korelasi
tertinggi dimiliki oleh galur Grobogan x komponen hasil (jumlah cabang, jumlah
Anjasmoro (Tabel 1). Hasil karakter dengan buku subur dan jumlah polong isi)
nilai tinggi tersebut dapat digunakan berpengaruh langsung terhadap hasil
sebagai bahan seleksi untuk generasi (bobot kering biji). Jumlah buku subur dan
selanjutnya dengan mempertimbangkan jumlah polong isi dengan nilai koefisien
parameter genetik. Hasil pengamatan korelasi yang tinggi terhadap bobot kering
populasi tetua dan galur persilangan F4 biji berarti memiliki pengaruh langsung yang
untuk setiap variabel komponen hasil besar dalam menentukan bobot kering biji
menunjukkan jika populasi galur F4 hasil (hasil). Hal itu dapat dilihat pada karakter
persilangan memiliki nilai kisaran maksimal bobot kering biji (Y) yang meningkat seiring
yang lebih tinggi dibanding kedua tetuanya dengan peningkatan jumlah buku subur dan
masing ± masing (Tabel 1). Hal ini jumlah polong isi (X).
menunjukkan jika dilakukan seleksi pada Produktivitas (bobot kering biji) dan
setiap kombinasi galur persilangan F4 maka pewarisan karakter pada tanaman kedelai
akan berpeluang untuk menghasilkan merupakan sesuatu yang kompleks dan
tanaman yang memiliki karakter lebih melibatkan karakter yang satu dengan yang
unggul dibanding tetua dan berpotensi lainnya. Oleh karena itu, pada kegiatan
untuk menghasilkan varietas unggul persilangan dan seleksi yang ditujukan
berdaya hasil tinggi. untuk perbaikan produksi diperlukan
Seleksi pada individu dengan nilai pertimbangan hubungan antar karakter
tinggi tersebut dengan tujuan untuk karena untuk melakukan seleksi untuk
mendapatkan karakter jumlah polong isi dan memilih karakter yang diinginkan diperlukan
bobot kering biji yang tinggi lebih efektif dua atau lebih sifat secara bersamaan
dilakukan secara stimultan dengan (Martono, 2009). Analisis koefisien korelasi
mempertimbangkan keeratan hubungan dapat digunakan untuk melihat hubungan
karakter yang ingin diseleksi (koefisien antar karakter komponen hasil. Jika
korelasi) dengan karakter lainnya dan nilai diketahui terdapat korelasi erat pada
heritabilitas karena karakter tersebut variabel maka pemilihan sifat tertentu
85

'DNVD GNN 6WXGL 'D\D +DVLO «.

Tabel 1 Kisaran dan Rerata Jumlah Cabang per Tanaman Populasi Tetua dan Galur F4 Hasil
Persilangan
Jumlah Cabang
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 1±5 3
UB 1±4 2
AP 1±5 3
Argopuro 1±4 2
Grobogan 1±3 2
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 1±6 3
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 1±6 3
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 1±7 3
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 1±5 2
Jumlah Buku Subur
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 9 ± 24 15
UB 4 ± 21 11
AP 8 ± 23 15
Argopuro 8 ± 25 14
Grobogan 6 ± 13 10
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 5 ± 29 14
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 1 ± 41 15
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 2 ± 43 15
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 4 ± 26 12
Jumlah Polong Isi
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 23 ± 59 41
UB 14 ± 52 32
AP 20 ± 62 37
Argopuro 14 ± 59 32
Grobogan 13 ± 39 25
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 9 ± 85 38
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 10 ± 96 41
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 10 ± 104 38
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 5 ± 70 26
Bobot Kering Biji
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 6.12 ± 23.07 12.64
UB 3.02 ± 13.03 8.18
AP 2.28 ± 13.39 7.34
Argopuro 3.65 ± 17.35 9.04
Grobogan 2.86 ± 11.24 6.98
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 2.53 ± 31.73 12.49
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 2.38 ± 30.43 11.29
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 2.40 ± 26.92 10.56
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 1.32 ± 19.99 9.13

secara tidak langsung telah memilih sifat koefisien korelasinya maka seleksi untuk
lain yang diperlukan dalam usaha seleksi mendapatkan bobot kering biji yang tinggi
(Arifin, 2009). Hal ini menunjukkan pada dapat dilakukan seleksi pada jumlah polong
galur persilangan F4 jika dilihat dari nilai
86

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 4, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 82 - 88

Tabel 2 Nilai Koefisien Korelasi Antar Variabel pada Galur F4


Korelasi Grobogan x Anjas. Grobogan x UB Grobogan x AP Grobogan x Argo.
A 0.61 0.63 0.57 0.69
B 0.57 0.62 0.59 0.55
C 0.65 0.64 0.61 0.76
D 0.82 0.88 0.85 0.80
E 0.72 0.76 0.77 0.74
F 0.83 0.85 0.89 0.68
Keterangan: Korelasi A: Jumlah cabang dengan buku subur; B: Jumlah cabang dengan jumlah polong isi;
C: Jumlah cabang dengan bobot kering biji; D: Jumlah buku subur dengan jumlah polong isi;
E: Jumlah buku subur dengan bobot kering biji; F: Jumlah polong isi dengan bobot kering biji.

Tabel 3 Nilai Koefisien Regresi Antar Variabel pada Galur F4


Regresi Grobogan x Anjas. Grobogan x UB Grobogan x AP Grobogan x Argo.
A 0.37 0.39 0.42 0.47
B 0.33 0.37 0.46 0.31
C 0.42 0.41 0.46 0.58
D 0.67 0.76 0.72 0.64
E 0.52 0.56 0.59 0.55
F 0.69 0.71 0.79 0.47
Keterangan: Regresi A: Jumlah cabang dengan buku subur; B: Jumlah cabang dengan jumlah polong isi;
C: Jumlah cabang dengan bobot kering biji; D: Jumlah buku subur dengan jumlah polong isi;
E: Jumlah buku subur dengan bobot kering biji; F: Jumlah polong isi dengan bobot kering biji.

isi atau buku subur karena nilai koefisien lingkungan pada variabel ini lebih
korelasi yang tinggi. mendominasi. Variabel lainnya pada
Model regresi pada hubungan antar pengamatan galur F4 hasil persilangan
variabel galur F4 persilangan Grobogan x menunjukkan nilai heritabilitas yang sedang
Anjasmoro; Grobogan x UB; Grobogan x hingga tinggi (Tabel 4). Variabel
AP; dan Grobogan x Argopuro pengamatan yang memiliki nilai heritabilitas
menunjukkan pengaruh yang bervariasi yang sedang hingga tinggi menunjukkan
pada setiap variabel (Tabel 3). Hubungan jika faktor lingkungan tidak berpengaruh
jumlah cabang dengan variabel komponen signifikan pada penampilan karakter
hasil menunjukkan jika jumlah cabang tidak dibandingkan dengan kontribusi faktor
berpengaruh dominan secara langsung genetik. Kontribusi faktor genetik yang
terhadap variabel komponen hasil (R2< 0,5). besar tersebut berpengaruh pada
Sedangkan pengaruh buku subur terhadap penampilan karakter, kontribusi genetik
komponen hasil berpengaruh besar dengan pada seleksi berikutnya dan memperbesar
nilai R2 > 0,5. Hal yang sama terjadi pada kemajuan genetik (KG) (Fehr, 1987; Ishak,
hubungan jumlah polong isi terhadap bobot 2012; Okpara, 2007).
kering biji dengan nilai R2 > 0,5 yang berarti Nilai duga heritabilitas dalam arti luas
jumlah buku subur dan jumlah polong isi pada penelitian ini dilakukan untuk
berpengaruh secara langsung terhadap mengetahui mudah tidaknya suatu karakter
bobot kering biji sebesar > 50% dibanding diwariskan melalui pengaruh faktor genetik
faktor lainnya. dan mengetahui seberapa besar suatu
keragaman fenotipe dipengaruhi oleh
Heritabilitas keragaman genetik (Jambormias et al.,
Penelitian pada galur persilangan F4 2004). Seleksi suatu karakter yang
menunjukkan jika nilai heritabilitas pada diinginkan akan lebih berarti jika karakter
variabel jumlah cabang galur Grobogan x tersebut mudah untuk diwariskan (Barmawi,
AP termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini 2007). Informasi mengenai heritabilitas ini
menunjukkan jika kontribusi faktor
87

'DNVD GNN 6WXGL 'D\D +DVLO «.

Tabel 4 Nilai Duga Heritabilitas dalam Arti Luas Galur Persilangan F4


Heritabilitas (h2)
Jumlah Jumlah Buku Bobot
Populasi F4
Cabang Polong Isi Subur Biji
s t s t
Grobogan x Anjasmoro 0.32 0.56 0.43 0.57
t t t t
Grobogan x UB 0.51 0.70 0.73 0.63
r t t t
Grobogan x AP 0.17 0.55 0.54 0.61
t t t t
Grobogan x Argopuro 0.52 0.57 0.57 0.50
Keterangan: r= rendah, s= sedang, t= tinggi.

Tabel 5 Nilai Duga Kemajuan Genetik Galur Persilangan F4


Kemajuan Genetik (%)
Jumlah Jumlah Buku Bobot
Populasi F4
Cabang Polong Isi Subur Biji
t t t t
Grobogan x Anjasmoro 27.65 41.27 30.75 43.54
t t t t
Grobogan x UB 35.43 49.84 48.17 40.55
t t t t
Grobogan x AP 14.38 43.40 39.64 46.02
t t t t
Grobogan x Argopuro 55.99 63.25 46.79 42.28
Keterangan: t= tinggi.

selanjutnya bermanfaat untuk mengetahui KESIMPULAN


kemajuan genetik yang diperoleh melalui
seleksi. Berdasarkan penelitian pada galur F4
hasil 4 kombinasi persilangan kedelai
Kemajuan Genetik dengan tetua betina yang sama, maka
Hasil perhitungan terhadap nilai kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1)
kemajuan genetik galur F4 hasil persilangan karakter jumlah cabang, jumlah buku subur,
pada taraf intensitas seleksi 5% jumlah polong isi dan bobot kering biji pada
menunjukkan jika kemajuan genetik setiap populasi galur F4 memiliki keragaman yang
galur persilangan menunjukkan kemajuan tinggi (2) pewarisan sifat karakter jumlah
genetik yang tinggi (Tabel 5). Nilai buku subur, jumlah polong isi dan bobot
kemajuan genetik yang tinggi dalam suatu kreing biji pada galur F4 hasil persilangan
karakter mengindikasikan jika penampilan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (3)
karakter tersebut didukung oleh faktor korelasi antara variabel sifat utama yang
genetik sehingga dapat melengkapi mendukung hasil (jumlah buku subur dan
kemajuan seleksi atau memperoleh jumlah polong isi) dengan hasil (bobot
peningkatan yang terjadi karena seleksi. kering biji) berkorelasi kuat, oleh karena itu
Kemajuan genetik ini dipengaruhi oleh seleksi untuk mendapatkan tanaman
koefisien keragaman genetik dan dengan hasil tinggi dapat dilakukan dengan
heritabilitas, dengan demikian seleksi seleksi buku subur atau jumlah polong isi
dipertimbangkan dengan memilih karakter pada generasi selanjutnya dan (4)
dengan nilai heritabilitas dan kemajuan kombinasi persilangan Grobogan x UB
genetik yang tinggi (Barmawi et al., 2013). dapat dipilih untuk dikembangkan menjadi
Karakter dengan nilai heritabilitas dan varietas unggul berdaya hasil tinggi karena
kemajuan genetik yang tinggi pada memiliki nilai paling baik pada karakter
penelitian galur persilangan F4 terdapat komponen hasil dibanding kombinasi
pada jumlah polong isi, jumlah polong total, persilangan lainnya.
jumlah buku subur dan bobot kering biji per
tanaman pada setiap galur persilangan F4, DAFTAR PUSTAKA
dengan demikian seleksi dengan tujuan
meningkatkan daya hasil dapat dilakukan Arifin, Z., 2009. Deskripsi sifat agronomik
pada karakter ± karakter tersebut. berdasarkan seleksi genotipe
tanaman kedelai dengan metode
88

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 4, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 82 - 88

multivariate. Fakultas Pertanian Unis Kementan, 2013. Pedoman teknis


Madura. Pamekasan pengelolaan produksi kedelai 2013.
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Krisnawati, A. I Made J. Mejaya, H.
tanaman pangan. www.bps.go.id Kuswantoro. 2010. Identifikasi
(diakses 16 Desember 2013). plasma nutfah kedelai berumur
genjah dan berdaya hasil tinggi.
Barmawi, M., 2007. Pola segregasi dan
Buletin Plasma Nutfah. 16(2): 113 -
heritabilitas sifat ketahanan kedelai 117.
terhadap cowpea mild mottle virus Martono, B. 2009. Keragaman genetik,
populasi Wilis x Mlg 2521. Jurnal heritabilitas dan korelasi antar
HPT Tropika. 7 (1) 48 ± 52. karakter kuantitatif nilam hasil fusi
Fehr, 1987. Principles of cultivar protoplas. Jurnal Littri. 15(1): 9 ± 15.
development Volume 1 Theory and Mursito, D. 2003. Heritabilitas dan sidik
technique dalam Conagahan, P. lintas karakter fenotipik beberapa
2011. A theoretical and practical galur kedelai (Glycine max L.).
analysis of the optimum breeding Agrosains. 6(2): 58-63.
system for perennial ryegrass. Okpara, D.A. 2007. Effect of Compound
Journal of Agricuture and Food fertilizer on the yield and productivity
Research. 50:47-63. of soybean and maize in soybean/
Ishak. 2012. Sifat agronomis, heritabilitas intercrop in southeastern Nigeria.
dan interaksi G x E galur mutan padi Tropical and Subtropical
gogo (Oryza sativa). Jurnal Agronomi Agroecosystem. 7: 87-95.
Indonesia. 40(2): 105 -111. Wirnas, D., Trikoesoemaningtyas, S.J.
Jambormias, E., S. H . Sutarjo, M. Jusuf, Sutjahjo, D. Sopandie, W.R.
dan Suharsono. 2004. Keragaan, Rohaeni, S. Marwiyah. Sumiati.
keragaman genetik dan heritabilitas 2012. Keragaman karakter komponen
kuantitatif kedelai pada generasi hasil dan hasil pada genotipe kedelai
seleksi persilangan varietas Slamet x
hitam. Jurnal Agronomi Indonesia
Nakhonsawan. Jurnal Pertanian
Kepulauan. 3(2): 115 ± 124. 40(3): 184 ± 189.

Anda mungkin juga menyukai