) HASIL
PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN
DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO
Malang. Results of this research showed dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
that there are close correlation between pola genetik dan menghasilkan varietas
number of stems, nodes and pods to seed baru yang lebih baik. Persilangan yang
weight. Determination coefficient showed diterapkan dalam penelitian ini dilakukan
dominant influence on number of nodes and dengan beberapa kombinasi persilangan
pods to seed weight. F4 lines have high varietas kedelai. Varietas kedelai yang
value of phenotype and genotype variability menjadi objek persilangan dalam penelitian
coefficient. Heritability value about ini adalah varietas Grobogan sebagai tetua
moderate until high criteria. Genetic betina, serta Anjasmoro, Argopuro dan
advance on F4 lines have high criteria on galur AP serta galur UB sebagai tetua
each variable. Conclusion from this jantan. Karakteristik organ setiap varietas
research showed that yield components yang berbeda tersebut menjadi dasar dalam
have high variability, inheritance more dilakukannya kombinasi persilangan dan
affected by genetic factor, correlation seleksi untuk dikaji pengaruhnya terhadap
beetween number of nodes and number of karakteristik turunannya. Kegiatan
pods to seed weight was close correlation. persilangan varietas kedelai dengan
kombinasi varietas dalam penelitian ini
Keywords: Soybean, Lines, Crossing, Yield diharapkan dapat menghasilkan kombinasi
Capability, Yield Component terbaik untuk tujuan mendapatkan varietas
unggul.
PENDAHULUAN Hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini adalah (1) keragaman bobot
Kedelai (Glycine max L.) adalah biji, jumlah cabang, buku subur dan jumlah
salah satu komoditas pangan penting di polong yang tinggi masih terjadi pada hasil
Indonesia. Tingkat konsumsi kedelai persilangan galur F4 dan (2) terdapat
masyarakat di Indonesia berada pada korelasi positif antara sifat utama yang
kisaran 8,12 kg/ kapita/ tahun. Kebutuhan dominan dengan komponen hasil pada
kedelai tersebut sebanyak 60% dipenuhi galur F4 hasil persilangan.
oleh impor karena masih rendahnya
produksi dalam negeri. Data BPS tahun BAHAN DAN METODE
2013 menunjukkan produksi kedelai
nasional sebesar 810 ribu ton, yang berarti Penelitian ini dilaksanakan pada
cukup jauh di bawah angka kebutuhan Februari ± Mei 2014 di Lahan Percobaan
kedelai nasional. Ketersediaan kedelai yang Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
mayoritas berasal dari impor membuat yang berlokasi di Desa Jatikerto,
ketergantungan harga kedelai nasional Kecamatan Kromengan, Kabupaten
pada harga kedelai impor. rendahnya Malang. Penelitian ini menggunakan
produksi kedelai nasional disebabkan oleh metode single plant (pengamatan pada
faktor (i) menurunnya luas pertanaman dan setiap individu tanaman). Sebagai
luas panen kedelai, (ii) produktivitas yang perlakuan adalah empat kombinasi
dicapai rendah (iii) persaingan antar persilangan galur F4 Grobogan x
komoditas kedelai lokal dengan impor dan Anjasmoro (497 benih), Grobogan x UB
(iv) kepemilikan lahan petani kedelai (2.792 benih), Grobogan x AP (1.692 benih)
mayoritas kecil (Kementan, 2013). Oleh dan Grobogan x Argopuro (115 benih).
karena itu, diperlukan upaya untuk Sebagai varietas pembanding digunakan
meningkatkan produktivitas tanaman benih varietas Grobogan, Anjasmoro, galur
kedelai. UB, galur AP dan Argopuro.
Dalam penelitian ini digunakan Petak pertanaman dibuat dengan
metode perbaikan genetik melalui ukuran 16,5 x 2 m. Jarak tanam 40 x 15 cm
persilangan sebagai upaya peningkatan dengan penanaman 2 biji per lubang.
produktivitas kedelai. Metode persilangan Variabel pengamatan adalah jumlah cabang
adalah metode yang tepat untuk per tanaman, jumlah buku subur per
menghasilkan varietas unggul. Persilangan tanaman, jumlah polong isi per tanaman
84
dan bobot kering bji per tanaman. dikendalikan oleh banyak gen dan
Pengolahan data yang dilakukan adalah ekspresinya sangat dipengaruhi oleh
menghitung nilai ragam genotipe, fenotipe lingkungan (Wirnas et al., 2006).
dan lingkungan, korelasi dan regresi
koefisien keragaman, heritabilitas dalam arti Korelasi Antar Variabel Pengamatan
luas dan persentase kemajuan genetik Hasil analisis korelasi pada karakter
harapan. kedelai galur persilangan F4 menunjukkan
hasil korelasi positif kuat hingga sangat kuat
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kisaran 0,552 - 0,894 (Tabel 2) pada
setiap hubungan karakter komponen hasil
Keragaman Fenotipe dengan mengacu pada kriteria koefisien
Rerata nilai setiap galur persilangan korelasi menurut Krisnawati et al. (2010)
F4 pada setiap variabel pengamatan lebih dimana kriteria kuat jika korelasi 0,5 ± 0,75
tinggi dibanding tetua betina (Grobogan). dan sangat kuat jika korelasi 0,75 ± 0,99.
Tetapi, jika dibandingkan dengan tetua Hasil koefisien korelasi yang tinggi dan
jantannya masing ± masing, maka positif tersebut berarti jika kenaikan nilai
menunjukkan hasil yang bervariasi pada variabel X maka diikuti kenaikan nilai
setiap variabel. Perbandingan antara hasil variabel Y secara proporsional (Arifin,
persilangan menunjukkan jika rerata jumlah 2009). Analisis korelasi penelitian pada
cabang tidak berbeda secara signifikan galur persilangan kedelai F4 menunjukkan
antara kombinasi galur persilangan, rerata korelasi tertinggi terdapat pada hubungan
jumlah buku subur tertinggi dimiliki oleh variabel jumlah polong isi terhadap bobot
Grobogan x UB serta Grobogan x AP, kering biji per tanaman jika dibandingkan
jumlah polong isi tertinggi pada persilangan dengan hubungan antar variabel ± variabel
Grobogan x UB dan untuk bobot kering biji lainnya. Menurut Mursito (2003), korelasi
tertinggi dimiliki oleh galur Grobogan x komponen hasil (jumlah cabang, jumlah
Anjasmoro (Tabel 1). Hasil karakter dengan buku subur dan jumlah polong isi)
nilai tinggi tersebut dapat digunakan berpengaruh langsung terhadap hasil
sebagai bahan seleksi untuk generasi (bobot kering biji). Jumlah buku subur dan
selanjutnya dengan mempertimbangkan jumlah polong isi dengan nilai koefisien
parameter genetik. Hasil pengamatan korelasi yang tinggi terhadap bobot kering
populasi tetua dan galur persilangan F4 biji berarti memiliki pengaruh langsung yang
untuk setiap variabel komponen hasil besar dalam menentukan bobot kering biji
menunjukkan jika populasi galur F4 hasil (hasil). Hal itu dapat dilihat pada karakter
persilangan memiliki nilai kisaran maksimal bobot kering biji (Y) yang meningkat seiring
yang lebih tinggi dibanding kedua tetuanya dengan peningkatan jumlah buku subur dan
masing ± masing (Tabel 1). Hal ini jumlah polong isi (X).
menunjukkan jika dilakukan seleksi pada Produktivitas (bobot kering biji) dan
setiap kombinasi galur persilangan F4 maka pewarisan karakter pada tanaman kedelai
akan berpeluang untuk menghasilkan merupakan sesuatu yang kompleks dan
tanaman yang memiliki karakter lebih melibatkan karakter yang satu dengan yang
unggul dibanding tetua dan berpotensi lainnya. Oleh karena itu, pada kegiatan
untuk menghasilkan varietas unggul persilangan dan seleksi yang ditujukan
berdaya hasil tinggi. untuk perbaikan produksi diperlukan
Seleksi pada individu dengan nilai pertimbangan hubungan antar karakter
tinggi tersebut dengan tujuan untuk karena untuk melakukan seleksi untuk
mendapatkan karakter jumlah polong isi dan memilih karakter yang diinginkan diperlukan
bobot kering biji yang tinggi lebih efektif dua atau lebih sifat secara bersamaan
dilakukan secara stimultan dengan (Martono, 2009). Analisis koefisien korelasi
mempertimbangkan keeratan hubungan dapat digunakan untuk melihat hubungan
karakter yang ingin diseleksi (koefisien antar karakter komponen hasil. Jika
korelasi) dengan karakter lainnya dan nilai diketahui terdapat korelasi erat pada
heritabilitas karena karakter tersebut variabel maka pemilihan sifat tertentu
85
Tabel 1 Kisaran dan Rerata Jumlah Cabang per Tanaman Populasi Tetua dan Galur F4 Hasil
Persilangan
Jumlah Cabang
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 1±5 3
UB 1±4 2
AP 1±5 3
Argopuro 1±4 2
Grobogan 1±3 2
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 1±6 3
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 1±6 3
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 1±7 3
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 1±5 2
Jumlah Buku Subur
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 9 ± 24 15
UB 4 ± 21 11
AP 8 ± 23 15
Argopuro 8 ± 25 14
Grobogan 6 ± 13 10
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 5 ± 29 14
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 1 ± 41 15
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 2 ± 43 15
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 4 ± 26 12
Jumlah Polong Isi
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 23 ± 59 41
UB 14 ± 52 32
AP 20 ± 62 37
Argopuro 14 ± 59 32
Grobogan 13 ± 39 25
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 9 ± 85 38
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 10 ± 96 41
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 10 ± 104 38
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 5 ± 70 26
Bobot Kering Biji
Populasi Tetua Kisaran Rerata
Anjasmoro 6.12 ± 23.07 12.64
UB 3.02 ± 13.03 8.18
AP 2.28 ± 13.39 7.34
Argopuro 3.65 ± 17.35 9.04
Grobogan 2.86 ± 11.24 6.98
Populasi F4
‚ *URERJDQ [ ƒ $QMDVPRUR 2.53 ± 31.73 12.49
‚ *URERJDQ [ ƒ 8% 2.38 ± 30.43 11.29
‚ *URERJDQ [ ƒ $3 2.40 ± 26.92 10.56
‚ *URERJDQ [ ƒ $UJRSXUR 1.32 ± 19.99 9.13
secara tidak langsung telah memilih sifat koefisien korelasinya maka seleksi untuk
lain yang diperlukan dalam usaha seleksi mendapatkan bobot kering biji yang tinggi
(Arifin, 2009). Hal ini menunjukkan pada dapat dilakukan seleksi pada jumlah polong
galur persilangan F4 jika dilihat dari nilai
86
isi atau buku subur karena nilai koefisien lingkungan pada variabel ini lebih
korelasi yang tinggi. mendominasi. Variabel lainnya pada
Model regresi pada hubungan antar pengamatan galur F4 hasil persilangan
variabel galur F4 persilangan Grobogan x menunjukkan nilai heritabilitas yang sedang
Anjasmoro; Grobogan x UB; Grobogan x hingga tinggi (Tabel 4). Variabel
AP; dan Grobogan x Argopuro pengamatan yang memiliki nilai heritabilitas
menunjukkan pengaruh yang bervariasi yang sedang hingga tinggi menunjukkan
pada setiap variabel (Tabel 3). Hubungan jika faktor lingkungan tidak berpengaruh
jumlah cabang dengan variabel komponen signifikan pada penampilan karakter
hasil menunjukkan jika jumlah cabang tidak dibandingkan dengan kontribusi faktor
berpengaruh dominan secara langsung genetik. Kontribusi faktor genetik yang
terhadap variabel komponen hasil (R2< 0,5). besar tersebut berpengaruh pada
Sedangkan pengaruh buku subur terhadap penampilan karakter, kontribusi genetik
komponen hasil berpengaruh besar dengan pada seleksi berikutnya dan memperbesar
nilai R2 > 0,5. Hal yang sama terjadi pada kemajuan genetik (KG) (Fehr, 1987; Ishak,
hubungan jumlah polong isi terhadap bobot 2012; Okpara, 2007).
kering biji dengan nilai R2 > 0,5 yang berarti Nilai duga heritabilitas dalam arti luas
jumlah buku subur dan jumlah polong isi pada penelitian ini dilakukan untuk
berpengaruh secara langsung terhadap mengetahui mudah tidaknya suatu karakter
bobot kering biji sebesar > 50% dibanding diwariskan melalui pengaruh faktor genetik
faktor lainnya. dan mengetahui seberapa besar suatu
keragaman fenotipe dipengaruhi oleh
Heritabilitas keragaman genetik (Jambormias et al.,
Penelitian pada galur persilangan F4 2004). Seleksi suatu karakter yang
menunjukkan jika nilai heritabilitas pada diinginkan akan lebih berarti jika karakter
variabel jumlah cabang galur Grobogan x tersebut mudah untuk diwariskan (Barmawi,
AP termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini 2007). Informasi mengenai heritabilitas ini
menunjukkan jika kontribusi faktor
87