Anda di halaman 1dari 11

755

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 7 No. 5, Mei 2019: 755–765
ISSN: 2527-8452

Pengaruh Kombinasi Persilangan Jagung (Zea mays L.) terhadap Karakter


Kualitatif pada Hibdridanya (F1)
Effect of Several Crossing Combination of Corn (Zea mays L.)
on Their Genetic Characters
Aditya Resty Maulidha*) dan Arifin Noor Sugiharto

Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University


Jl. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
*)
Email: arm.maulidha@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT

Pewarisan karakter kualitatif sangat Inheritance of qualitative characters used to


diperlukan untuk mengetahui gen yang find out genes that are appearence in the
terdapat pada individu tersebut tanpa di- individual without being influenced by
pengaruhi oleh faktor lingkungan. Kegiatan environmental factors. The activities of a
persilangan dapat digunakan sebagai dasar cross could be used as a basis to generate
untuk menghasilkan kombinasi persilangan a combination of a cross between elders.
antar tetua. Oleh karena itu, dalam rangka The combination of the cross done can
menghasilkan kombinasi yang baik dan determine character of colors and heterosis
ideal baik pada hibrida (F1) perlu diketahui in maize. Therefore, to produce a good and
peran masing-masing tetua yang ideal combination of both on a hybrid (F1) to
digunakan. Bahkan dalam jangka panjang, know the role of each parent are used. Even
informasi yang didapatkan dari penelitian ini in the long term, the information obtained
bermanfaat dalam program pemuliaan from this research useful in plant breeding
tanaman khususnya pemuliaan tanaman programs in particular plant breeding of corn
jagung untuk menentukan kombinasi to determine combinations of crosses of
persilangan jagung dengan sifat heterosis corn with high heterosis. The research was
yang tinggi. Penelitian dilaksa-nakan di conducted at Jatimulyo. This research uses
Kebun Percobaan FP-UB Jatimulyo. the concept of randomization plot with 9
Penelitian ini menggunakan konsep treatments and 3 replication. That treat-
pengacakan plot di lapang dengan 9 ments consists of 3 parent and 6 crossing
perlakuan dan 3 ulangan. Sembilan combination hybrid. The analysis of the data
perlakuan tersebut terdiri dari 3 tetua dan 6 used is the percentage of domination as
hibrida kombinasi persilangan. Analisis data well as the Chi Square (X2). Parent’s
yang digunakan adalah Persentase characters who appear in the parameters
dominasi serta Chi Square (X2). Karakter include: type of kernel, kernel color number
tetua yang muncul pada parameter yang per ear, colorationanthocyanin of: glume,
meliputi: tipe malai, tipe kernel, jumlah anther, silk, vein, root, stem, corn cob, husk,
warna kernel per tongkol, warna anthosianin and the kernel is the affected byfemale
pada: glume (pangkal dan ujung), anther, parent (maternal effect) with a value higher
silk, tulang daun, akar, batang, janggel, dominance.
klobot, dan kernel adalah maternal
effectdengan nilai dominasi yang lebih Keywords: Domination, Heterosis, Hybrid,
tinggi. Qualitative.

Kata kunci: Dominasi, Heterosis, Hibrida,


Kualitatif.
756

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 5, Mei 2019, hlm. 755–765

PENDAHULUAN Bahan yang digunakan yaitu3 tetua jagung


(UP3+33, JP1e4+62j, dan 155) dan 6
Jagung (Zea mays. L) merupakan hibrida hasil kombinasi persilangan tiga
salah satu komoditas pangan yang paling jenis jagung. Benih jagung yang digunakan
dikenal di kalangan masyarakat. Menurut pada penelitian ini, baik galur maupun
data BPS Jawa Timur (2017), Tahun 2013- hibrida adalah benih yang berasal dari
2017, produktivitas jagung di Jawa Timur CV.Blue Akari, Kota Batu.
rata-rata mencapai 49 kuintal per ha. Penelitian ini menggunakan desain
pengacakan perlakuan di lapang dengan
Terdapat beberapa jenis jagung yang
satu faktor berupa 9 jenis benih jagung
dikonsumsi dan diolah, seperti jagung manis dengan tiga kali ulangan (Gambar 1).
(kernel kuning), jagung ketan (kernel putih), Adapun kode dan persilangan masing-
dan jagung ungu (kernel ungu). Kombinasi masing perlakuan (pada Gambar 1) sebagai
persilangan yang dilakukan pada ketiga berikut: A1 (♀ UP 3+33 x ♂ 155), A2 (♀ 155
jenis jagung tersebut bermanfaat bagi x ♂ UP 3+33), A3 (♀ JP1e4+62j x ♂ UP
kegiatan program breeding terutama jika 3+33), A4 (♀ UP 3+33 x ♂ JP1e4+62j), A5
diarahkan untuk menentukan sifat warna (♀ JP1e4+62j x ♂ 155), dan A6 (♀ 155 x ♂
yang muncul bersama sifat heterosis dari JP1e4+62j). Pelaksanaan penelitian dimulai
hibrida kombinasi persilangan. Peran tetua dengan persiapan lahan, persemaian,
jantan dan betina yang dikombinasikan penanaman, pemupukan, penyulaman,
perlu untuk diketahui untuk mendapatkan penyiangan, pembumbunan, pengairan,
kombinasi persilangan yang baik dan ideal pengendalian hama dan penyakit, dan pe-
nyerbukan yang dilakukan dengan metode
yang diperlukan untuk menghasilkan jagung
sibmate terkontrol. Pada pelaksanaan
dengan sifat yang dikehendaki. penyerbukan, seluruh populasi perlakuan
diambil masing-masing plot sebalanya 11
BAHAN DAN METODE sampel yang dipilih unuk dilakukan sibmate
ketika sudah siap untuk disilangkan.
Penelitian dilaksanakan di lahan Selanjutnya adalah kegiatan panen yang
Percobaan Fakultas Pertanian UB di dilakukan ketika masak fisiologis, yaitu umur
Jatimulyo, Kota Malang. Penelitian tanaman sudah mencapai 70-75 hari.
dilaksanakan pada bulan Januari hingga Pengamatan yang dilakukan yaitu
April 2018. Alat yang digunakan adalah Re- berupa karakter kualitatif. Adapun karakter
fractometer brix untuk mengukur tingkat kualitatif yang diamati berupa tipe malai,
kemanisan gula dalam kernel jagung dan tipe kernel, jumlah warna kernel per tongkol,
RHS Color Chartsebagai pembanding
warna karakter satu dengan yang lain.

Gambar 1. Silsilah Pedigree Bahan Tanam


757

Maulidha, dkk, Efek Dominasi Beberapa KarakterKualitatif...

umur taselling dan silking,serta warna dominasi antosianin silk, antosianin akar
anthosianin pada: glume (pangkal dan tunjang, antosianin tulang daun, antosianin
ujung), anther, silk, tulang daun, akar, glume pangkal dan ujung, antosianin anther,
batang, janggel, klobot, kernel serta kadar antosianin batang bawah, antosianin klobot,
kemanisan biji. Analisis data dilakukan antosianin pada janggel, tipe malai, warna
menggunakan dua rumus, rumus kernel, tipe kernel, dan jumlah warna kernel
persentase dominasi (% Dominasi) dan per tongkol. Selain itu, dihitung pula
analisis metode Chi Square (X2). Menurut persentase data umur berbunga dan brix
Suryo (2013), metode Chi Square (X2) (tingkat kemanisan) masing-masing F1 hasil
digunakan untuk menevaluasi kebenaran persilangan jagung. Pada masing-masing
atau tidaknya hasi penelitian yang parameter pengamatan didapatkan hasil
dibandingkan dengan yang diharapkan. berupa persentase dominasi sifat masing-
Setelah ditemukan hasilnya per karakter masing dari tetua. Sesuai hukum
kualitatif, maka diperhatikan pula derajat Mendelpada populasi F1 (hibrida)
bebas nya (db= n-1). Selanjutnya dilihat didapatkan hasil sebesar 100% sifat
pada tabel X2. mengikuti salah satu tetua. Sehingga
∑𝑂 setelah data hasil persentase, diketahui sifat
% Dominasi = ∑ 𝑃𝑜𝑝 x 100%
yang diturunkan pada keturunan F1 serta
Keterangan : terjadinya kesesuaian atau penyimpangan
O = Warna atau kategori yang muncul terhadap Hukum Mendel.
Pop = Populasi per Plot Pada pengamatan antosianin silk,
𝑑2 antosianin akar tunjang, antosianin tulang
ƴ =Ʃ 𝑒 daun, antosianin glume pangkal dan ujung,
Keterangan :
antosianin anther, antosianin batang bawah,
e = Hasil yang diharapkan
antosianin klobot, antosianin pada janggel,
d = Deviasi / penyimpangan (selisih hasil
tipe malai, warna kernel, tipe kernel, dan
yang diperoleh)
jumlah warna kernel per tongkol,
keseluruhan penampilan hibrida yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
muncul adalah dipengaruhi oleh maternal
effect. Perlakuan A1 (♀ UP 3+33 x ♂ 155),
Karakter Kualitatif
karakter antosianin silk, akar tunjang,
Hasil analisis data diketahui melalui
batang bawah, warna kernel, dan janggel
perhitungan persentase pada populasi
dipengaruhi oleh tetua betina atau maternal
hibrida (F1) pada masing-masing
(Gambar 1a).
persilangan tiga jenis jagung yang terdiri
dari persentase karakter kualitatif meliputi

Gambar 2. Warna Kernel


Keterangan: (a) Perlakuan A1 (♀ UP 3+33 x ♂ 155) (b) A2 (♀ 155 x ♂ UP 3+33)
758

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 5, Mei 2019, hlm. 755–765

Gambar 3. Warna Kernel


Keterangan: (a) Perlakuan A3 (♀ JP1e4+62j x ♂ UP 3+33) (b) A4 (♀ UP 3+33 x ♂ JP1e4+62j)

Pada karakter warna kernel, tetua pembentukan karotenoid dan antosianin


yang digunakan pada penelitian ini masing- (Ford, 2000).
masing memiliki warna kernel yang Selanjutnya pada pelakuan A3 (♀
berbeda-beda. Pada P1 (UP 3+33), warna JP1e4+62j x ♂ UP 3+33) dimana tetua
kernel menunjukkan warna ungu (aleuron betinanya adalah JP1e4+62j dan tetua
merah) dipengaruhi oleh gen Pr1 dominan. jantannya menggunakan UP 3+33 (Gambar
Sedangkan warna putih pada kernel 3a). Hasil pengamatan warna kernel
JP1e4+62j dipengaruhi aktivitas gen resesif menunjukkan dominasi kernel berwarna
ganda y1y1 dan warna kuning pada P3 putih. Munculnya kernel berwarna putih
(155) dipengaruhi adanya gen Y1 dominan menjadi dominan dikarenakan terdapa gen
(Ford, 200). Pada warna kernel A1 (♀ UP yang mengatur warna putih. Menurut Ford
3+33 x ♂ 155), warna kernel yang muncul (2000), kernel warna putih muncul karena
adalah dominan warna ungu yaitu sebesar terdapat gen y1y1y1, yaitu dimana maternal
79%, sedangkan sebesar 21% adalah effect memiliki komposisi gen y1y1, dan
kernel berwarna kuning. Tetua jantan yang paternal effect juga memiliki komposisi satu
digunakan pada A1 adalah jagung manis gen yaitu y1. Sehingga ketika karakter dari
(kernel kuning) berupa 155 dan tetua betina maternal muncul (y1y1), maka terdapat
yang digunakan adalah jagung ungu berupa kemungkinan sangat besar warna kernel
UP 3+33 (seperti Gambar 2a.). mengikuti menjadi putih.
Pada perlakuan A2 (♀ 155 x ♂ UP Pada hibrida hasil persilangan A4 (♀
3+33) hasil warna kernel yang muncul UP 3+33 x ♂ JP1e4+62j), didapatkan hasil
adalah dominan berwarna kuning sebesar dominan 75% warna putih kekuningan
85%, dan kernel berwarna ungu sebesar (pale), dan sebesar 25% kernel berwarna
15%. Tetua jantan perlakuan ini adalah UP ungu (Gambar 3b). Masih dengan gen yang
3+33 dan tetua betina adalah 155 (seperti sama, yaitu gen Y yang mengandung
Gambar 2b.). Dengan dominasi warna karotenoid. Munculnya warna putih
kernel kuning tersebut, diketahui bahwa kekuningan (pale) pada hasil hibrida A4
terdapat gen yang mengatur warna kernel dikarenakan terdapat peran maternal effect
kuning sehingga terjadi dominasi kuning. yang dominan dibandingkan paternal effect.
Gen tersebut adalah Y1, dimana merupakan Susunan gen y1y1 merupakan dominan
gen yang memiliki kekurangan pigmen pada maternal, sedangkan gen Y1 merupakan
jalur berbeda saat proses metabolit karakter paternal. Sehingga memiliki
susunan gen heterozigot berupa y1y1Y1.
759

Maulidha, dkk, Efek Dominasi Beberapa KarakterKualitatif...

Sedangkan terdapat 30% warna kernel Menurut Sher et al. (2012), umur
merah muncul (namun samar-samar seperti munculnya 50% bunga jantan (tasseling)
Gambar 3b.), dikarenakan pada susunan dipengaruhi oleh efek epistatis aditif yang
individu tersebut, terdapat susunan gen memang berpengaruh penting. Namun
r1r1R1 dimana r1r1 adalah maternal dapat dikatakan pula bahwa umur tasseling
dominan yang menyebabkan adanya bintik- dipengaruhi dari sifat dominan salah satu
bintik ungu muncul pada kernel (Ford, tetua (walaupun tidak sempurna dalam sifat
2000). overdominan) sebagai peran utama dalam
Selanjutnya pada perlakuan A5 (♀ pewarisannya. Selain itu, dalam beberapa
JP1e4+62j x ♂ 155), warna kernel yang studi jagung, umur tasseling juga
muncul adalah 88% dominan warna kernel dikendalikan oleh tindakan gen aditif.
putih kekuningan (Gambar 4a). Maka dapat Begitupula mengenai umur silking
diketahui bahwa pada F1 (hibrida) dari hasil dikendalikan oleh interaksi gen antara gen
persilangan ♀ JP1e4+62j x ♂ 155 aditif dan gen dominan. Pengaruh epistasis
menunjukkan dominan dari sifat tetua dilaporkan dapat mempengaruhi umur
jagung putih yaitu berwarna putih silking. Adanya variabilitas dalam umur
kekuningan. Munculnya warna putih keku- berbunga betina dipengaruhi oleh pengaruh
ningan, sama halnya seperti sebelumnya, aksi gen aditif yang terjadi pada hasil
munculnya warna kernel tersebut persilangan dua tetua tersebut.
dikarenakan adanya gen y1y1Y1 (Ford, Selain umur berbunga, kriteria yang
2000). Selain itu munculnya kernel tersebut diuji dalam penelitian ini adalah tingkat
bisa terjadi akibat gen yang dapat kemanisan atau brix pada masing-masing
mengendalikan masing-masing karakter hasil F1 persilangan tiga jenis jagung
daritetua sama-sama kuat sehingga tidak tersebut. Semua perlakuan, baik generasi
ada yang saling mendominasi. F1 dan tetua memiliki kesamaan tingkat
Sedangkan pada hasil hibrida kemanisan yaitu berkisar antara 10-14%.
persilangan A6 (♀ 155 x ♂ JP1e4+62j), Menurut International Ag Labs, untuk jagung
diketahui bahwa hasil persentase 100% manis, range 10-17% dikategorikan dalam
kernel berwarna kuning (Gambar 4b). range Average (rata-rata). Sehingga
Kernel berwarna kuning trsebut dipengaruhi keseluruhan perlakuan memiliki kategori
oleh gen dominan baik di maternal dan yang sama yaitu range. average. Tingkat
paternal dengan kompsisi yang lebih kemanisan jagung tersebut bisa meningkat
banyak di maternal. Gen tersebut adalah apabila dikettahui kombinasi persilangan
gen Y1Y1Y1 (Ford, 2000). Warna kernel dan penyimpanan yang ideal. Berdasarkan
kuning memiliki kandungan karotenoid hasil penelitian Alan et al (2014), tingkat
paling banyak diantara semua jenis warna kemanisan pada kernel jagung manis dapat
kernel. Sehingga baik aleuron maupun dipertahankan. Penelitian tersebut diuji
endosperm kernel berwarna kuning. kernel jagung yang disimpang dengan tiga
Selanjunya umur tasseling merupakan umur metode, yaitu kernel yang segar, kernel
berbunga tassel atau bunga jantan beku (freeze), dan kernel yang ditempatkan
padajagung. Pada perlakuan A1 (♀ UP pada kaleng. Dari ketiga perlakuan tersebut,
3+33 x ♂ 155), A2 (♀ 155 x ♂ UP 3+33) , kemanisan jagung yang paling tinggi adalah
A3 (♀ JP1e4+62j x ♂ UP 3+33), A4 (♀ UP jagung yang segar. Tingginya tingkat
3+33 x ♂ JP1e4+62j), A5 (♀ JP1e4+62j x ♂ kemanisan jagung dikarenakan interaksi
155), dan A6 (♀ 155 x ♂ JP1e4+62j) kelompok genetik pengandali rasa manis
menunjukkan hasil bahwa rata-rata umur jagung berupa sugary, shrunken atau
berbunga sedang dan sedang hingga sugary enchanced yang masih aktif
lambat. Dari hasil tersebut dapat diketahui menghasilkan gula dan menghambat
bahwa persilangan yang dilakukan pada pembentukan pati jagung. .
tanaman, umur tasseling mengikuti umur
jenis jagung yang lebih pendek Kesesuaian Dominasi Sifat Hibrida
dibandingkan tetua lainnya. Hasil analisis dominasi beberapa
karakter kualititatif yang disajikan pada
760

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 5, Mei 2019, hlm. 755–765

Diagram, menunjukkan bahwa jumlah fenotip yang tidak hanya satu (warisan
persentase dominan tidak semuanya salah satu tetua), namun dua fenotip
menunjukkan angka 100%. Dominan atau sehingga persentase dominasi tidak
tidaknya sifat yang tertera pada data mencapai 100%. Ketidaksesuaian tersebut
analisis, didasarkan pada pengamatan dapat terjadi karena efek maternal hanya
lapang banyak atau tidaknya karakter yang bisa diwariskan satu generasi saja
muncul pda masing-masing populasi. Nilai (Pulungan et al, 2016). Mengingat benih
dominasi yang belum mencapai 100%, yang digunakan adalah bukan generasi
memiliki kemunculan karakter yang lain, pertama lagi, namun telah stabil.
yang terkadang sesuai dengan salah satu Adanya pengaruh dari tetua jantan
tetua atau bahkan sifat baru yang diluar juga dapat mengahsilkan fenotip yang
karakter asli tetua (Pada Tabel 1.) berbeda. Sama halnya seperti penelitian
Menurut Ford (2002), warna putih Sugiharto, et al (2016), karakter pengisian
yang muncul pada kernel memiliki sifat biji pada pucuk tongkol (tip filling),
resesif berupa gen y1 dan epistasis menunjukkan adanya aksi gen
terhadap gen Y1 atau penyebab warna overdominan, resesif parsial, dan dominan
kuning. Akan tetapi terjadi penyimpangan parsial (tergantung dari tetua). Selain dari
terhadap munculnya warna kernel yang aksi gen, tetua jantan pada penelitian ini
mengandung tetua P2 (JPIe4+62j). Hal mempengaruhi karakter tip filling hasil
tersebut dikarenakan adanya interaksi gen persilangan. Akan tetapi, dalam
berupa gen resesif rangkap. Pray (2008) mendapatkan populasi keturunan sesuai
menyatakan ketidaksesuaian warna kernel dengann harapan, harus memperhatikan
jagung yang harusnya muncul dikarenakan kombinasi persilangan tetua inbrida yang
terdapat kerusakan kromosom genetik tepat.Menurut Sujiprihati et al. (2012),
setelah fertilisasi hingga saat pembentukan keragaan hibrida yang memiliki heterosis
warna kernel. Kejadian tersebut disebut tinggi adalah memiliki daya gabung yang
dengann transposon. Seperti yang muncul baik. Informasi mengenai daya gabung
pada perlakuan A1 (♀ UP 3+33 x ♂ 155), dapat diketahui salah satunya melalui
A2 (♀ 155 x ♂ UP 3+33), A3 (♀ JP1e4+62j penampilan hibrida. Sehingga untuk
x ♂ UP 3+33), A4 (♀ UP 3+33 x ♂ mendapatkan hasil kombinasi yang
JP1e4+62j), A5 (♀ UP 3+33 x ♂ diinginkan, harus diketahui peran tetua yang
JP1e4+62j), dan A6 (♀ 155 x ♂ JP1e4+62j). mendominasi atau tetua yang tertutupi.
Masing-masing perlakuan tersebut muncul

Gambar 4. Warna Kernel


Keterangan: Perlakuan A5 (♀ JP1e4+62j x ♂ 155) (b) (♀ 155 x ♂ JP1e4+62j)
761

Maulidha, dkk, Efek Dominasi Beberapa KarakterKualitatif...

Tabel 1. Ringkasan Pengaruh Tetua dan Kesesuaian Mendel Masing-Masing Perlakuan


Fenotip
Pengaruh Mendel
Persilangan Karakter pada F1
♀ ♂ 1:1 3:1
Antosianin Silk Ungu Hijau Ungu tn *
Antosianin Akar Merah Hijau Merah * tn
Antosianin Tulang Daun Hijau Hijau Hijau * *
Antosianin Glume Ungu Hijau Hijau tn tn
Antosianin Anther Coklat Kuning Hijau tn tn
A1
Antosianin Batang Merah Hijau Merah tn tn
(♀ UP 3+33) x Antosianin Klobot Ungu Hijau Hijau * *
(♂ 155) Warna kernel Ungu Kuning Ungu * *
Tipe Kernel Mutiara-gigi Mutiara-gigi Mutiara-gigi * *
Tipe Malai Sekunder Sekunder Sekunder * tn
Jumlah warna Kernel Satu warna Satu warna Satu warna * *
Antosianin Janggel Ungu Putih Ungu * *
Antosianin Silk Hijau Ungu Hijau * tn
Antosianin Akar Hijau Merah Hijau tn tn
Antosianin Tulang Daun Hijau Hijau Hijau * tn
Antosianin Glume Hijau Ungu Hijau tn tn
Antosianin Anther Kuning Coklat Kuning tn tn
A2
Antosianin Batang Hijau Merah Hijau tn *
(♀ 155) x(♂ Antosianin Klobot Hijau Ungu Hijau * *
UP 3+33) Warna kernel Kuning Ungu Kuning * *
Tipe Kernel Mutiara-gigi Mutiara-gigi Mutiara-gigi * *
Tipe Malai Sekunder Sekunder Sekunder * tn
Jumlah warna Kernel Satu warna Satu warna Satu warna * *
Antosianin Janggel Putih Ungu Putih * *
Antosianin Silk Merah Ungu Merah * tn
Antosianin Akar Merah Merah Merah * tn
Antosianin Tulang Daun Hijau Hijau Hijau * tn
Antosianin Glume Hijau Ungu Hijau * tn
Antosianin Anther Kuning Coklat Kuning * tn
A3
Antosianin Batang Merah Merah Merah * tn
(♀ JP1e4+62j) Antosianin Klobot Hijau Ungu Hijau * *
x (♂UP 3+33) Warna kernel Putih Ungu Putih * *
Tipe Kernel Mutiara-gigi Mutiara-gigi Mutiara-gigi * *
Tipe Malai Sekunder Sekunder Sekunder * tn
Jumlah warna Kernel Satu warna Satu warna Satu warna * *
Antosianin Janggel Merah Ungu Merah * *
Keterangan : Tanda (*) memiliki arti bahwa karakter sesuai dengan Mendel, dan tanda (tn) memiliki arti
bahwa karakter tidak sesuai dengan hukum Mendel
762

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 5, Mei 2019, hlm. 755–765

Pada Tabel 1. Dan Tabel 2.ditampilkan kekuningan.Dalam menentukan kombinasi,


ringkasan dari hasil penelitian. Hadiatmi et juga diperlukan informasi terkait jenis
al (2018) menyatakan bahwa, informasi jagung ungu dan jagung putih yang
megenai pengaruh heterosis dalam digunakan. Menurut Harakotr et al (2016),
pemilihan galaur sebagai tetua dan menjadi pada generasi F1 yang digunakan jagung
potensial dalam menghasilkan hibrida yang dengan warna ungu pada kernel dan
berdaya hasil tinggi. Adanya pengaruh efek janggel sebagai tetua jantan disilangkan
xenia yang muncul juga memberika respon dengan jagung putih pada kernel dan
positif bagi pengembangan pemuliaan janggel nya menghasilkan fenotip pada
tanaman. Menurut Sudirman dan Baktiar generasi F1 nya adalah warna ungu pada
(2017) menyatakan bahwa, kegiatan keturunannya. Penelitian yang dilakukan
pemuliaan tanaman untuk menjadikan pada skripsi ini dengan penelitian Harakotr
jagung ketan memiliki kadar protein tinggi, et al (2016) memiliki hasil yang berbeda.
dapat dilakukan dengann efek xenia.Warna Perbedaan hasil tersebut dikarenakan peran
putih yang muncul dikarenakan tidak gen dari masing-masing jagung ungu yang
adanya gen dominan yang terbentuk berbeda, sehingga berpengaruh terhadap
sehingga pigmen antosianin tidak muncul. aksi epistasis ketika
Sesuai yang dituliskan pada buku Ford dikombinasikan.performa dari warna kernel
(2002), warna putih yang muncul akibat masing-masing hibrida karena adanya
adanya gen y1y1y1, yang merupakan gen peran gen epistasis.
resesif rangkap dari maternal y1y1, dan Berbeda halnya dengan perlakuan A3
paternal y1. (♀ JP1e4+62j x ♂ UP 3+33) dan A4 (♀ UP
Selain adanya interaksi intermediet, 3+33 x ♂ JP1e4+62j) dimana kedua hibrida
terdapat pula interaksi gen lain berupa dari kombinasi persilangan tersebut masing-
interaksi gen epistasis. Pada warna kernel masing memiliki warna yang sama, yaitu
perlakuan A1 (♀ UP 3+33 x ♂ 155), putih. Warna putih yang muncul adalah
generasi F1 memunculkan warna ungu warna yang diwariskan dari jagung ketan
sesuai dengan karakter tetua betina yaitu baik yang digunakan sebagai tetua betina
jagung ungu. Sama halnya dengan A2 (♀ atau tetua jantan. Pada kedua hasil
155 x ♂ UP 3+33) yang memunculkan kombinasi persilangan, terjadi aksi gen
warna kuning pada hibridanya akibat epistasis juga. Akan tetapi aksi gen
dominasi sifat tetua betina. Hal tersebut epistasis yang muncul adalah epistasis
juga terjadi pada perlakuan A5 (♀ UP 3+33 resesif rangkap. Menurut Ford (2002),
x ♂ JP1e4+62j) dan A6 (♀ 155 x ♂ warna putih pada kernel jagung memiliki
JP1e4+62j) dimana warna kedua hibrida gen berupa resesif rangkap y1y1y1 dimana
tersebut mengikuti warna tetua betina yang apabila terdapat aksi gen resesif rangkap
digunakan (berturut-turut adalah warna tanpa adanya peran gen dominan, maka
putih dan kuning. Fenomena yang terjadi fenotip yang muncul adalah fenotip gen
pada performa dari warna kernel masing- resesif rangkap. Generasi F1 (hibrida) yang
masing hibrida karena adanya peran gen dikombinasikan pada penelitian ini
epistasis. Menurut Saxena et al (2012), aksi diharapkan memiliki kemampuan daya
gen epistasis merupakan interaksi antara gabung atau sifat heterosis yang tinggi. Sifat
dua gen atau lebih dari lokus yang heterosis yang tinggi dapat menjadi acuan
memunculkan suatu fenotip. Epistasis yang dalam menentukan kombinasi persilangan
terjadi pada masing-masing hasil kombinasi yang diinginkan. Pada jagung manis
tersebut adalah aksi gen episasis dominan khususnya, sifat heterosis menjadi faktor
sehingga menyebabkan sifat dominan dari utama dan penting dalam program
tetua betina menutupi sifat tetua jantan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan
pada masing-masing persilangan. kadar kemanisan jagung manis. Menurut
Selain adanya aksi gen epistasis Lertrat, K dan T. Pulam (2007), nilai penting
antara perlakuan A3 (♀ JP1e4+62j x ♂ UP dari komoditas jagung manis adalah
3+33) dan A4 (♀ UP 3+33 x ♂ JP1e4+62j) peningkatan rasa manis jagung, produksi
yang didominasi oleh warna putih tinggi, resisten terhadap hama dan penyakit,
763

Maulidha, dkk, Efek Dominasi Beberapa KarakterKualitatif...

Tabel 2. Ringkasan Pengaruh Tetua dan Kesesuaian Mendel Masing-Masing Perlakuan


Pengaruh Fenotip Mendel
Persilangan Karakter
♀ ♂ pada F1 1:1 3:1
Antosianin Silk Ungu Merah Ungu tn tn
Antosianin Akar Merah Merah Merah * tn
Antosianin Tulang Daun Hijau Hijau Hijau * tn
Antosianin Glume Ungu Hijau Ungu * tn
Antosianin Anther Coklat Kuning Coklat * tn
A4
Antosianin Batang Merah Merah Merah * tn
(♀ UP 3+33) x Antosianin Klobot Ungu Hijau Hijau * *
(♂JP1e4+62j) Warna kernel Ungu Putih Putih * *
Tipe Kernel Mutiara-gigi Mutiara-gigi Mutiara-gigi * *
Tipe Malai Sekunder Sekunder Sekunder * tn
Jumlah warna Kernel Satu warna Satu warna Satu warna * *
Antosianin Janggel Ungu Merah Merah * *
Antosianin Silk Merah Hijau Merah * tn
Antosianin Akar Merah Hijau Merah * tn
Antosianin Tulang Daun Hijau Hijau Hijau * tn
Antosianin Glume Hijau Hijau Hijau * tn
Antosianin Anther Kuning Kuning Merah * tn
A5
Antosianin Batang Merah Hijau Merah * tn
(♀JP1e4+62j) Antosianin Klobot Hijau Hijau Hijau * *
x (♂ 155) Warna kernel Putih Kuning Putih * *
Tipe Kernel Mutiara-gigi Mutiara-gigi Mutiara-gigi * *
Tipe Malai Sekunder Sekunder Sekunder * tn
Jumlah warna Kernel Satu warna Satu warna Satu warna * *
Antosianin Janggel Merah Putih Merah * *
Antosianin Silk Hijau Merah Hijau * tn
Antosianin Akar Hijau Merah Hijau * tn
Antosianin Tulang Daun Hijau Hijau Hijau * tn
Antosianin Glume Hijau Hijau Hijau * tn
Antosianin Anther Kuning Kuning Kuning * tn
A6
Antosianin Batang Hijau Merah Hijau * tn
(♀ 155) x Antosianin Klobot Hijau Hijau Hijau * *
(♂JP1e4+62j) Warna kernel Kuning Putih Kuning * *
Tipe Kernel Mutiara-gigi Mutiara-gigi Mutiara-gigi * *
Tipe Malai Sekunder Sekunder Sekunder * tn
Jumlah warna Kernel Satu warna Satu warna Satu warna * *
Antosianin Janggel Putih Merah Putih * *
Keterangan: Tanda (*) memiliki arti bahwa karakter sesuai dengan Mendel, dan tanda (tn) memiliki arti
bahwa karakter tidak sesuai dengan hukum Mendel
764

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 5, Mei 2019, hlm. 755–765

serta toleran terhadap stress lingkungan. Anthocyanin Content in Purple Waxy


Sehingga kombinasi persilangan yang Corn (Zea mays L. var. Ceratina
diharapkan memiliki sifat unggul atau Kulesh) Kernel and Cob. SABRAO
heterosis pada karakter-karakter penting Journal of Breeding and Genetic
tersebut. Pada Tabel 2. Disajikan data 48(2): 230-239.
dengan kesesuaian Mendel, dengan data Lertrat, K., dan T. Pulam. 2007. Breeding
yang sama pada rumus Mendel F1 dan F2. for Increased Sweetness in Sweet
Penelitian sesuai dengan Mendel untuk F1. Corn. International Journal of Plant
Breeding 1(1): 27-30.
KESIMPULAN Pray, Leslie., dan K. Zhaurova. 2008.
Barbara McClintock and The
Karakter tetua yang muncul pada Discovery of Jumping Genes
parameter yang meliputi: tipe malai, tipe (Transposons). Nature Education 1
kernel, jumlah warna kernel per tongkol, (1): 169-172
warna anthosianin pada: glume (pangkal Pulungan, D.R., D.S Hanafiah., dan R.I.M
dan ujung), anther, silk, tulang daun, akar, Damanik. 2016. Keragaan Fenotipe
batang, janggel, klobot, dan kernel adalah Berdasarkan Karakter Agronomi
pengaruh dari tetua betina (maternal effect) Pada Generasi F2 Beberapa Varietas
dengan nilai dominasi yang lebih tinggi. Kedelai (Glycine max L. Merril.)
Sehingga terdapat kesesuaian antara Jurnal Agroekoteknologi4(3): 2090-
dominasi masing-masing karakter terhadap 2103.
metode Chi Square (X2) rasio 100% (F1) Royal Horticultural Society (Great
pada seluruh parameter kualitatif. Britain). 2001. The Royal
Horticultural Society (RHS Colour
UCAPAN TERIMA KASIH Chart). London.
Saxena, K.B., R.K Saxena., R.V Kumar, et
Penulis mengucapkan terima kasih al. 2012. Evidence of a Unique Inter-
kepada CV. Blue Akari karena telah allelic Epistatic Interaction for Seed
memberikan bantuan penelitian demi Color in Pigeonpea (Cajanus cajan
lancarnya penelitian ini. (L.) Millspaugh). Euphytica186(3):
813-816.
DAFTAR PUSTAKA Sher, H., M. Iqbal., K. Khan., et al. 2012.
Genetic Analysis of Maturity and
Alan, Ozlem., G. Kinaci., E. Kinaci, et al. Flowering Characteristics in Maize
2014. Kernel Quality ofSome Sweet (Zea mays L.). Asian Pasific Journal
Corn Varieties in Relation to Tropical Biomedicine2(8): 621-626.
Processing. Notulae Botanicae Horti Sudirman, E., dan Baktiar I. 2017.
Agrobotanici42(4): 414-419. Increased Potential of Protein
Badan Pusat Statistik. 2017. Luas Panen, Content of Waxy Corn. International
Produktivitas, dan Produksi Jagung Journal of Environment, Agriculture
2013-2016. https://jatim.bps.go.id/ and Biotechnology 2 (4): 1990-1993.
(Diaskes 17 Mei 2018). Sugiharto, AN., RPD Julianto., dan
Ford, Rosemary H. 2000. Inheritance of N.Basuki. 2016. Pola Pewarisan
Kernel Color in Corn: Explanations & Pengisian Biji Pada Ujung Tongkol
Investigations. The American Biology Jagung (Zea mays L.). Prosiding
Teacher 62(3): 181-188. Seminar Nasional Perhimpunan
Hadiatmi, S.G Budiarti, dan Sutoro. 2018. Pemuliaan Indonesia (PERIPI). 206-
Evaluasi Heterosis Tanaman Jagung. 212.
Prosiding Seminar Hasi Penelitian Sujiprihati, S., M Syukur., A.T Makulawu
Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. et al. 2012. Perakitan Varietas
185-192. Hibrida Jagung Manis Berdaya Hasil
Harakotr, B., B. Suriharn., K.Lertrat., et Tinggi dan Tahan Terhadap Penyakit
al. 2016. Genetic Analysis of
765

Maulidha, dkk, Efek Dominasi Beberapa KarakterKualitatif...

Bulai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia


17 (3): 159-165.
Suryo. 2013. Genetika. Cetakan ke-15.
Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai