ABSTRAK ABSTRACT
umur taselling dan silking,serta warna dominasi antosianin silk, antosianin akar
anthosianin pada: glume (pangkal dan tunjang, antosianin tulang daun, antosianin
ujung), anther, silk, tulang daun, akar, glume pangkal dan ujung, antosianin anther,
batang, janggel, klobot, kernel serta kadar antosianin batang bawah, antosianin klobot,
kemanisan biji. Analisis data dilakukan antosianin pada janggel, tipe malai, warna
menggunakan dua rumus, rumus kernel, tipe kernel, dan jumlah warna kernel
persentase dominasi (% Dominasi) dan per tongkol. Selain itu, dihitung pula
analisis metode Chi Square (X2). Menurut persentase data umur berbunga dan brix
Suryo (2013), metode Chi Square (X2) (tingkat kemanisan) masing-masing F1 hasil
digunakan untuk menevaluasi kebenaran persilangan jagung. Pada masing-masing
atau tidaknya hasi penelitian yang parameter pengamatan didapatkan hasil
dibandingkan dengan yang diharapkan. berupa persentase dominasi sifat masing-
Setelah ditemukan hasilnya per karakter masing dari tetua. Sesuai hukum
kualitatif, maka diperhatikan pula derajat Mendelpada populasi F1 (hibrida)
bebas nya (db= n-1). Selanjutnya dilihat didapatkan hasil sebesar 100% sifat
pada tabel X2. mengikuti salah satu tetua. Sehingga
∑𝑂 setelah data hasil persentase, diketahui sifat
% Dominasi = ∑ 𝑃𝑜𝑝 x 100%
yang diturunkan pada keturunan F1 serta
Keterangan : terjadinya kesesuaian atau penyimpangan
O = Warna atau kategori yang muncul terhadap Hukum Mendel.
Pop = Populasi per Plot Pada pengamatan antosianin silk,
𝑑2 antosianin akar tunjang, antosianin tulang
ƴ =Ʃ 𝑒 daun, antosianin glume pangkal dan ujung,
Keterangan :
antosianin anther, antosianin batang bawah,
e = Hasil yang diharapkan
antosianin klobot, antosianin pada janggel,
d = Deviasi / penyimpangan (selisih hasil
tipe malai, warna kernel, tipe kernel, dan
yang diperoleh)
jumlah warna kernel per tongkol,
keseluruhan penampilan hibrida yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
muncul adalah dipengaruhi oleh maternal
effect. Perlakuan A1 (♀ UP 3+33 x ♂ 155),
Karakter Kualitatif
karakter antosianin silk, akar tunjang,
Hasil analisis data diketahui melalui
batang bawah, warna kernel, dan janggel
perhitungan persentase pada populasi
dipengaruhi oleh tetua betina atau maternal
hibrida (F1) pada masing-masing
(Gambar 1a).
persilangan tiga jenis jagung yang terdiri
dari persentase karakter kualitatif meliputi
Sedangkan terdapat 30% warna kernel Menurut Sher et al. (2012), umur
merah muncul (namun samar-samar seperti munculnya 50% bunga jantan (tasseling)
Gambar 3b.), dikarenakan pada susunan dipengaruhi oleh efek epistatis aditif yang
individu tersebut, terdapat susunan gen memang berpengaruh penting. Namun
r1r1R1 dimana r1r1 adalah maternal dapat dikatakan pula bahwa umur tasseling
dominan yang menyebabkan adanya bintik- dipengaruhi dari sifat dominan salah satu
bintik ungu muncul pada kernel (Ford, tetua (walaupun tidak sempurna dalam sifat
2000). overdominan) sebagai peran utama dalam
Selanjutnya pada perlakuan A5 (♀ pewarisannya. Selain itu, dalam beberapa
JP1e4+62j x ♂ 155), warna kernel yang studi jagung, umur tasseling juga
muncul adalah 88% dominan warna kernel dikendalikan oleh tindakan gen aditif.
putih kekuningan (Gambar 4a). Maka dapat Begitupula mengenai umur silking
diketahui bahwa pada F1 (hibrida) dari hasil dikendalikan oleh interaksi gen antara gen
persilangan ♀ JP1e4+62j x ♂ 155 aditif dan gen dominan. Pengaruh epistasis
menunjukkan dominan dari sifat tetua dilaporkan dapat mempengaruhi umur
jagung putih yaitu berwarna putih silking. Adanya variabilitas dalam umur
kekuningan. Munculnya warna putih keku- berbunga betina dipengaruhi oleh pengaruh
ningan, sama halnya seperti sebelumnya, aksi gen aditif yang terjadi pada hasil
munculnya warna kernel tersebut persilangan dua tetua tersebut.
dikarenakan adanya gen y1y1Y1 (Ford, Selain umur berbunga, kriteria yang
2000). Selain itu munculnya kernel tersebut diuji dalam penelitian ini adalah tingkat
bisa terjadi akibat gen yang dapat kemanisan atau brix pada masing-masing
mengendalikan masing-masing karakter hasil F1 persilangan tiga jenis jagung
daritetua sama-sama kuat sehingga tidak tersebut. Semua perlakuan, baik generasi
ada yang saling mendominasi. F1 dan tetua memiliki kesamaan tingkat
Sedangkan pada hasil hibrida kemanisan yaitu berkisar antara 10-14%.
persilangan A6 (♀ 155 x ♂ JP1e4+62j), Menurut International Ag Labs, untuk jagung
diketahui bahwa hasil persentase 100% manis, range 10-17% dikategorikan dalam
kernel berwarna kuning (Gambar 4b). range Average (rata-rata). Sehingga
Kernel berwarna kuning trsebut dipengaruhi keseluruhan perlakuan memiliki kategori
oleh gen dominan baik di maternal dan yang sama yaitu range. average. Tingkat
paternal dengan kompsisi yang lebih kemanisan jagung tersebut bisa meningkat
banyak di maternal. Gen tersebut adalah apabila dikettahui kombinasi persilangan
gen Y1Y1Y1 (Ford, 2000). Warna kernel dan penyimpanan yang ideal. Berdasarkan
kuning memiliki kandungan karotenoid hasil penelitian Alan et al (2014), tingkat
paling banyak diantara semua jenis warna kemanisan pada kernel jagung manis dapat
kernel. Sehingga baik aleuron maupun dipertahankan. Penelitian tersebut diuji
endosperm kernel berwarna kuning. kernel jagung yang disimpang dengan tiga
Selanjunya umur tasseling merupakan umur metode, yaitu kernel yang segar, kernel
berbunga tassel atau bunga jantan beku (freeze), dan kernel yang ditempatkan
padajagung. Pada perlakuan A1 (♀ UP pada kaleng. Dari ketiga perlakuan tersebut,
3+33 x ♂ 155), A2 (♀ 155 x ♂ UP 3+33) , kemanisan jagung yang paling tinggi adalah
A3 (♀ JP1e4+62j x ♂ UP 3+33), A4 (♀ UP jagung yang segar. Tingginya tingkat
3+33 x ♂ JP1e4+62j), A5 (♀ JP1e4+62j x ♂ kemanisan jagung dikarenakan interaksi
155), dan A6 (♀ 155 x ♂ JP1e4+62j) kelompok genetik pengandali rasa manis
menunjukkan hasil bahwa rata-rata umur jagung berupa sugary, shrunken atau
berbunga sedang dan sedang hingga sugary enchanced yang masih aktif
lambat. Dari hasil tersebut dapat diketahui menghasilkan gula dan menghambat
bahwa persilangan yang dilakukan pada pembentukan pati jagung. .
tanaman, umur tasseling mengikuti umur
jenis jagung yang lebih pendek Kesesuaian Dominasi Sifat Hibrida
dibandingkan tetua lainnya. Hasil analisis dominasi beberapa
karakter kualititatif yang disajikan pada
760
Diagram, menunjukkan bahwa jumlah fenotip yang tidak hanya satu (warisan
persentase dominan tidak semuanya salah satu tetua), namun dua fenotip
menunjukkan angka 100%. Dominan atau sehingga persentase dominasi tidak
tidaknya sifat yang tertera pada data mencapai 100%. Ketidaksesuaian tersebut
analisis, didasarkan pada pengamatan dapat terjadi karena efek maternal hanya
lapang banyak atau tidaknya karakter yang bisa diwariskan satu generasi saja
muncul pda masing-masing populasi. Nilai (Pulungan et al, 2016). Mengingat benih
dominasi yang belum mencapai 100%, yang digunakan adalah bukan generasi
memiliki kemunculan karakter yang lain, pertama lagi, namun telah stabil.
yang terkadang sesuai dengan salah satu Adanya pengaruh dari tetua jantan
tetua atau bahkan sifat baru yang diluar juga dapat mengahsilkan fenotip yang
karakter asli tetua (Pada Tabel 1.) berbeda. Sama halnya seperti penelitian
Menurut Ford (2002), warna putih Sugiharto, et al (2016), karakter pengisian
yang muncul pada kernel memiliki sifat biji pada pucuk tongkol (tip filling),
resesif berupa gen y1 dan epistasis menunjukkan adanya aksi gen
terhadap gen Y1 atau penyebab warna overdominan, resesif parsial, dan dominan
kuning. Akan tetapi terjadi penyimpangan parsial (tergantung dari tetua). Selain dari
terhadap munculnya warna kernel yang aksi gen, tetua jantan pada penelitian ini
mengandung tetua P2 (JPIe4+62j). Hal mempengaruhi karakter tip filling hasil
tersebut dikarenakan adanya interaksi gen persilangan. Akan tetapi, dalam
berupa gen resesif rangkap. Pray (2008) mendapatkan populasi keturunan sesuai
menyatakan ketidaksesuaian warna kernel dengann harapan, harus memperhatikan
jagung yang harusnya muncul dikarenakan kombinasi persilangan tetua inbrida yang
terdapat kerusakan kromosom genetik tepat.Menurut Sujiprihati et al. (2012),
setelah fertilisasi hingga saat pembentukan keragaan hibrida yang memiliki heterosis
warna kernel. Kejadian tersebut disebut tinggi adalah memiliki daya gabung yang
dengann transposon. Seperti yang muncul baik. Informasi mengenai daya gabung
pada perlakuan A1 (♀ UP 3+33 x ♂ 155), dapat diketahui salah satunya melalui
A2 (♀ 155 x ♂ UP 3+33), A3 (♀ JP1e4+62j penampilan hibrida. Sehingga untuk
x ♂ UP 3+33), A4 (♀ UP 3+33 x ♂ mendapatkan hasil kombinasi yang
JP1e4+62j), A5 (♀ UP 3+33 x ♂ diinginkan, harus diketahui peran tetua yang
JP1e4+62j), dan A6 (♀ 155 x ♂ JP1e4+62j). mendominasi atau tetua yang tertutupi.
Masing-masing perlakuan tersebut muncul