Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seleksi alam didasarkan atas kenyataan bahwa spesies berkembang biak

dalam jumlah yang banyak. Perkembangbiakan secara kawin menghasilkan

variasi sifat-sifat yang menurun di dalam popolasi. Tidak semua populasi dapat

bertahan hidup, misalnya saat melawan predator, mendapat makanan, dan

sebagainya. Oleh karena itu, hanya variasi yang cocok dengan lingkungan saja

yang dapat hdup dan mewariskan sifat-sifat menurunnya yang cocok kepada anak

keturunannya. Keturunan yang cocok inilah yang dapat berkembang biak dan

menguasai habitatnya. Sedangkan yang tidak cocok akan mati dan punah

(terseleksi).

Untuk mengamati seleksi alam, umumnya diperlukan waktu yang cukup

lama. Dengan menggunakan model, proses itu dapat disimulasikan, sehingga

keadaan di alam yang sifatnya kompleks dapat ditunjukkan secara sederhana.

1.2 Tujuan

memahami kemampuan adaptasi yang disebabakan peristiwa alam dan

memahami kemampuan adaptasi individu pada lingkungannya yang

memungkinkan individu dapat bertahan hidup.

Selek si Alam Page 7


BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Senin, 18 Januari 2016 Lapangan Konggoasa

2.2 Alat dan Bahan

1. Perforator/pelubang gabus.

2. Daun pisang yang menguning, kering, dan segar.

3. Kantong plastic 10 ×15 cm sebanyak 3 buah

4. Tali dan mistar

2.3 Prosedur kerja

1. Membuat potongan dari ketiga macam daun pisang tersebut dengan

menggunakan perforator masing-masing berjumlah seratus buah,

kemudian masukkan ke dalam kantong plastic yang terpisah.

2. Menentukan suatu bidang seluas 2 ×2 m2.

3. Menburkan potongan daun tersebut merata di atas bidang tersebut.

4. Mengambil kembali selama dua menit potongan daun yang datuburkan itu.

5. Menghitung jumlah daun segar, daun kuning, dan daun kering yang

terambil kembali pada tabel.

6. Menjawab pertanyaan.

Selek si Alam Page 7


Tabel Hasil Kegiatan Simulasi Seleksi Alam

No. Perincian data Daun kuning Daun kering Daun segar

1. Jumlah potongan daun


sebelum ditaburkan.
2. Jumlah potongan daun
yang terambil
kembali.
3. Selisih antara jumlah
potongan daun
sebelum ditaburkan
dan sesudah terambil
kembali.

Pertanyaan

1. Apakah selisih antara jumlah potongan daun sebelum dan sesudah

terambil kembali sama untuk setiap warna daun?

2. Dari hasil kegiatan di atas, pola apa yang kamu temukan?

3. Jelaskan mengapa terjadi hal semacam itu!

4. Jika kegiatan itu diulangi lagi, apakah hasilnya akan menunjukkan

hasil yang sama? Mengapa?

5. Dari data di atas, apakah dapat disimpulkan bahwa peristiwa itu

menunjukkan salah satu seleksi alam? Coba hubungkan hal ini

denga populasi Biston Betularia (ngengat malam) berwarna cerah

dan gelap sebelum dan sesudah revolusi industri, atau dengan

cecak hitam dan putih di tempat yang berwarna putih!

Selek si Alam Page 7


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

a. Tabel hasil kegiatan simulasi seleksi alam pada daun kuning kering dan

daun segar.

No. Perincian data Daun kuning Daun kering Daun segar

1. Jumlah potongan daun 100 100 100


sebelum ditaburkan.
2. Jumlah potongan daun
yang terambil 6 24 5
kembali.
3. Selisih antara jumlah
potongan daun
sebelum ditaburkan 94 76 95
dan sesudah terambil
kembali.

b. Grafik hasil kegiatan simulasi seleksi alam pada daun kuning kering dan

daun segar.

120

100

80

60
Daun Kering
40

20

0
Sesudah DitaburkanTerambil Tidak Terambil

Selek si Alam Page 7


3.2 Pembahasan

Interaksi gen adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat dari

interaksi beberapa gen. Atavisme atau interaksi bentuk pada pial (jengger)

ayam diungkap pertama kali oleh W.Bateson dan R.C.Punnet. Karakter jengger

tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi. Pada

beberapa jenis ayam,  gen R mengatur jengger untuk bentuk gerigi (ros), gen P

untuk fenotip biji (pea). Gen R dan gen P jika bertemu membentuk fenotip

walnut. Adapun gen r bertemu p menimbulkan fenotipe single. Persilangan ayam

berjengger ros (RRpp) dengan ayam berjengger pea (rrPP) akan menghasilkan

keturunan F1 100% berjengger walnut. Hasil perkawinan sesame F1 akan

menghasilkan F2 dengan perbandingan fenotipe walnut : rose : pea : single = 9 :

3 : 3 : 1. Penyimpangan yang terjadi pada atavisme bukan mengenai perbandingan

F2, melainkan munculnya sifat baru pada jengger ayam, yaitu walnut dan single.

Dari hasil praktikum kami yaitu dengan menyilangkan antara ayam

berjengger sumpel dengan berjengger sumpel dengan menggunakan baling-baling

yang di putar secara acak sampai dengan membentuk 96 kombinasi yaitu

menghasilkan perbandingan fenotipe yaitu walnut : rose : pea : single = 54 : 20 :

17 : 5. Dari perbandingan tersebut kalau dibagi 6 akan menghasilkan ferbandingan

fenotipe yang sesuai dengan penjelasan diatas yaitu walnut : rose : pea : single = 9

: 3 : 3 : 1. Yakni dengan munculnya sifat baru pada jengger ayam yaitu single.

Selek si Alam Page 7


3.3 Jawaban Pertanyaan

Selek si Alam Page 7


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi (saling

pengaruh) antara gen-gen.

2. Adanya 16 kombinasi dalam F2 memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang

alel yang berbeda ikut menentukan bentuk dari jengger ayam. Sepasang

alel menentukan tipe jengger mawar dan sepasang alel lainnya untuk tipe

jengger Kacang.

3. Sebuah gen untuk mawar dan sebuh gen untuk kacang mengadakan

interaksi menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat pada ayam-ayam

F1.

4. Jengger mawar ditentukan oleh gen dominan R(berasal dari “rose”),

jengger kacang oleh gen dominan P (berasal dari “pea”).

5. Karena itu ayam berjengger mawar homozigot mempunyai genotip RRpp,

sedangkan ayam berjengger kacang homozigot mempunyai genotip rrPP.

6. Sedangkan ayam yang berjengger Tunggal adalah Ayam yang homozigot

resesif.

Selek si Alam Page 7


7. Perkawinan dua ekor ayam ini menghasilkan F1 yang berjengger walnut

(bergenotip RrPp) dan F2 memperlihatkan perbandingan fenotip 9:3:3:1.

8. Gen R dan gen P adalah bukan alel, tetapi masing-masing domina terhadap

alelnya (R dominan terhadap r, P dominan terhadap p). sebuah atau

sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) ekspresi gen lain yang buka

alelnya dinamakan gen yang epistasis. Gen yang dikalahkan ini tadi

dinamakan gen yang hipostasis. Peristiwanya disebut epistasi dan

hipostasi.

4.2 Saran

1. Benih tanaman harus ditanam dengan baik agar apa yang ditanam tersebut

bisa tumbuh dengan baik

2. Dalam merawat tanaman. Tanaman harus diperhatikan dengan baik seperti

penyiraman, cahaya, dan kondisi tanah yang baik

Selek si Alam Page 7


DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah., et al. Biologi SMA dan MA untuk XII. Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama., 2007

Pratiwi, A. D., et al. Biologo untuk SMA Kelas XII. Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama., 2007

http://www.academia.edu/6244443/LAPORAN_PRAKTIKum_INTENSITAS
CAHAYA_MATAHARI, 8 November 2015

Selek si Alam Page 7

Anda mungkin juga menyukai