Anda di halaman 1dari 20

PENUNTUN PRAKTIKUM

GENETIKA DASAR

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2023
Penuntun Praktikum Genetika
Tata Tertib Praktikum

1. Praktikan harus masuk 10 menit sebelum praktikum dimulai dengan mengenakan jas
laboratorium dan pakaian yang sopan.
2. Bagi yang berhalangan praktikum pada kelasnya, diwajibkan mengikuti praktikum pada
kelas lain dengan cacatan harus melapor ke kelas yang dituju 2 hari sebelum kegiatan
praktikum tersebut dimulai.
3. Pre-test dilakukan 10 menit pertama dan jawaban dikumpulkan ke asisten praktikum.
4. Praktikan wajib membuat laporan praktikum sesuai dengan format yang telah ditetapkan.
5. Praktikan wajib menjaga kebersihan, ketertiban, dan kesopanan di laboratorium.
6. Praktikan tidak diperkenankan melakukan percobaan di luar materi praktikum yang
sedang dilaksanakan.
7. Praktikan harus berhati-hati dalam menggunakan bahan-bahan kimia seperti HCl,
kolkisin, ether, dan asam asetat demi keselamatan.
8. Persentase kehadiran praktikan minimal 75%, jika kurang dari jumlah tersebut maka tidak
diperkenankan mengikuti Ujian Akhir Praktikum.
9. Nilai praktikum adalah kombinasi dari nilai pre-test, laporan dan responsi.
KEGIATAN 1
PENGAMATAN KROMOSOM DAN PEMBELAHAN SEL

Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil akan memperlihatkan perilaku-
perilaku yang spesifik sesuai dengan fungsi dan aktifitas yang sedang dialaminya.
Mekanisme kerja sel dikendalikan oleh nukleus sehingga keadaan-keadaan yang
diekspresikan oleh nukleus sangat penting untuk ditelaah guna mengidentifikasi mekanisme
yang sedang dialami oleh sel. Di dalam nukleus terdapat substansi genetik yang sangat
penting yaitu kromosom. Pada periode pembelahan sel, kromosom akan mengalami berbagai
perubahan struktural. Dua hal penting di antara proses yang dialami sel adalah proses
pembelahan sel secara mitosis dan meiosis. Proses Mitosis penting untuk memperbanyak sel
somatis dalam tubuh. Sedangkan meiosis untuk menghasilkan sel-sel gamet yang dibutuhkan
oleh makhluk hidup yang mempunyai alat reproduksi. Pengamatan fase pembelahan sel
biasanya dilakukan terhadap sampel yang sedang aktif membelah (misalnya pada meristem
apeks tumbuhan). Kromosom akan dapat teramati secara jelas pada saat metafase dimana
posisinya berada di tengah-tengah bidang pembelahan. Pewarnaan akan memperjelas
penampilan stuktur dan posisi kromosom sehingga fase yang sedang dialaminya dapat
ditentukan. Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan
meristem (titik tumbuh), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman dan pada sel-sel yang
aktif membelah lainnya seperti selsel sumsum tulang dan insang. Mitosis adalah pembelahan
inti yang berhubungan dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberapa tahap
didalamnya, yaitu: interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase (Satrosumarjo, 2006).
Pengamatan mitosis akan lebih mudah dilakukan pada ujung akar bawang merah (Allium
cepa), bawang merah memiliki jumlah kromosom yang tidak terlalu banyak, ukuran
kromosom relatif lebih besar, mudah didapat dan mudah dilakukan (Stack,1979). Gambaran
umum pada masing-masing pembelahan mitosis yaitu sebagai berikut:

Interfase  Profase  Metafase Anafase  Telofase


Tujuan Praktikum : Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan preparat kromosom
tumbuhan, pengamatan strukturnya serta menentukan fase-fase pembelahan mitosis sel yang
teramati pada akar bawang.

Alat dan Bahan


Alat :
1. Mikroskop binokuler 2
2. Kaca objek
3. Kaca penutup
4. Pinset
5. Petridish
6. Pipet tetes
7. Pisau kecil
8. Pensil
9. Beaker glass
10. Erlenmeyer 250 ml

Bahan:
1. Akar bawang merah
2. Kolkisin
3. Larutan carnoy
4. Aquades
5. HCL 1 N
6. Acetocarmin
7. Tisu

Pembuatan kolkisin
 Ditimbang kolkisin sebanyak 0,02 gr
 Dimasukkan kolkisin ke dalam erlenmeyer 250 ml
 Dimasukkan aquades ke dalam erlenmeyer dan tepatkan aquades sebanyak 250 ml
 Digoyang-goyang erlenmeyer sampai kolkisin terlarut merata bersama dengan aquades.

Prosedur Kerja

1. Fiksasi : Akar bawang ditumbuhkan dengan menanamnya di atas wadah berair dan tanah
selama 3 hari. Untuk masing-masing kelompok tanam 4 bawang merah di atas wadah
berarir dan 4 bawang merah di tanah.
2. Potong bagian ujung akar bawang merah dan bersihkan pada air yang mengalir.
3. Diletakkan ujung akar bawang merah yang telah bersih di atas petridis
4. Ditetesi akar bawang merah dengan kolkisin sampai terendam selama 15 menit di atas
petridis, setelah itu bilas dengan aquades 3 kali.
5. Ditetesi akar bawang merah dengan larutan carnoy sampai terendam dan letak ke dalam
kulkas (suhu 50C) selama 15 menit, setelah itu bilas dengan aquades 3 kali
6. Ditetesi akar bawang merah dengan larutan HCl 1 N sampai terendam selama 15 menit,
setelah itu bilas dengan aquades 3 kali.
7. Ditetesi akar bawang merah dengan larutan acetocarmin sampai terendam selama 15
menit untuk pewarnaan. Jika pewarnaan setelah 15 menit ada yang lebih, harap
diserap/dilap dengan tisu.
8. Diletakkan akar bawang merah yang sudah mengalami pewarnaan di atas preparat dan
tutup dengan objek glass kemudian ketuk dengan pensil sebanyak 3 kali sampai akar
bawang merah penyet.
9. Amati pembelahan sel di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran 40 kali.
10. Foto hasil pembelahan mitosisnya.
11. Dibuat laporan dan pembahasan pada masing-masing kelompok terkait pembelahan
mitosis yang telah ditemukan.
KEGIATAN 2 DAN 3
GENETIKA MENDEL (KANCING GENETIKA)

Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya


dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian
persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel
memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan
keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki
bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga
kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga
menyerbuk sendiri secara alami, (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan
bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan, (c) Mendel dapat
mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan
mengamati karakteristik (sifat) keturunannya. Mendel mempelajari beberapa pasang sifat
pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna
bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel
mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid.
Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat
(trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang
berjudul Experiment in Plant Hybridization. Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua
atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri
F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan
menyerbuk sendiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya
Mendel mengamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengan
salah satu tetuanya (test cross). Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada
seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari salah satu tetua yang muncul. Ciri sifat tetua yang
hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi
disebut dominan. Dari seluruh percobaan monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2
terdapat perbandingan rasio genotipe 1 : 2: 1 dan rasio fenotipe 3:1 dengan ciri dominan :
resesif. Dari percobaan monohibrid tersebut munculah Hukum Mendel 1 yaitu : “pada waktu
pembentukan gamet, alel-alel dari gen yang sama berpisah atau bersegregasi satu terhadap
lainnya ke dalam gamet-gamet, sehingga separuh gamet membawa salah satu alel dan
separuh gamet lainnya membawa satu alel lainnya”. Setelah persilangan monohibrid,
selanjutnya Mendel melakukan percobaan dengan pasangan dua karakter memiliki perbedaan
sifat kontras secara simultan yang disebut persilangan dihibrid. Pada perkembangan
berikutnya persilangan dihybrid sering digunakan untuk menguji gen dominan dan resesif
dalam dua karakter yang berbeda. Sebagai contoh dilakukan persilangan biji Pisum sativum
berwarna kuning dan bulat (BBKK) dengan biji bewarna hijau dan berkerut (bbkk). Hasilnya
pada generasi F1 semuanya berwarna kuning bulat (BbKk). Kemudian dibiarkan menyerbuk
sendiri, dan pada F2 diperoleh 9/16 biji bewarna kuning dan bulat, 3/16 biji bewarna kuning
dan keriput, 3/16 biji bewarna hijau dan bulat, dan 1/16 biji bewarna hijau dan keriput. Dari
percobaan monohibrid tersebut munculah Hukum Mendel 2 yaitu : “pada waktu
pembentukan gamet setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi bebas dari pasangan alel
lokus lainnya, dan akan berpadu secara bebas dengan alel-alel dari lokus lainnya.

Tujuan Praktikum: Untuk memahami segregasi Mendel dan melakukan simulasi


persilangan monohibrid dan dihibrid untuk membuktikan hukum segregasi Mendel.

Alat dan Bahan:

1. Kancing baju merah 100 buah 5. Beaker glass


2. Kancing baju kuning 100 buah
3. Kancing baju hijau 100 buah
4. Kancing baju biru 100 buah

 PERSILANGAN MONOHIBRID DOMINAN


 Persilangan Monohibrid Bunga mawar merah (M) dianalogikan sebagai kancing merah
dan bunga mawar putih dianalogikan sebagai kancing warna kuning (m)  untuk
Kelompok 1 dan 3.

 Persilangan Monohibrid Bunga mawar merah (M) dianalogikan sebagai kancing hijau dan
bunga mawar biru (m) dianalogikan sebagai kancing warna putih  untuk Kelompok 2
dan 4

Prosedur Kerja:

1. Kancing warna merah 100 buah, Kancing warna kuning 100 buah, Kancing warna hijau
100 buah, kancing warna biru 100 buah
2. Dimasukkan masing-masing kancing ke dalam beaker glass masing-masing
3. Tunjuk 2 anggota kelompokmu untuk mengambil kancing dalam beaker glass dengan
kondisi mata tertutup
4. Pengambilan kancing dilakukan dengan 1 tangan
5. Setiap tangan mengambil 1 kancing dan catatlah hasil pengambilan kancing ke dalam
tabel.
No. Perlakuan Jumlah Fenotip
1. MM
2. Mm
3. mm
Total -
6. Hitung jumlah fenotip dan genotipe MM, Mm, dan mm dari hasil pengambilan kancing.

 PERSILANGAN MONOHIBRID INTERMEDIET


 Persilangan Monohibrid Bunga mawar merah (M) dianalogikan sebagai kancing merah
dan bunga mawar kuning (m) dianalogikan sebagai kancing warna putih  untuk
Kelompok 1 dan 3.

 Persilangan Monohibrid Bunga mawar merah (M) dianalogikan sebagai kancing hijau dan
bunga putih dianalogikan sebagai kancing warna biru (m)  untuk Kelompok 2 dan 4
Prosedur Kerja:

1. Kancing warna merah 100 buah, Kancing warna kuning 100 buah, Kancing warna hijau
100 buah, kancing warna biru 100 buah
2. Dimasukkan masing-masing kancing ke dalam beaker glass masing-masing
3. Tunjuk 2 anggota kelompokmu untuk mengambil kancing dalam beaker glass dengan
kondisi mata tertutup.
4. Pengambilan kancing dilakukan dengan 1 tangan.
5. Setiap tangan mengambil 1 kancing dan catatlah hasil pengambilan kancing ke dalam
tabel.
No. Perlakuan Jumlah Fenotip
1. MM
2. Mm
3. mm
Total -
7. Hitung jumlah fenotip dan genotipe MM, Mm, dan mm dari hasil pengambilan kancing.

 Persilangan Dihibrid
 Biji kedelai berbiji bulat kuning (BBRR) dominan dianalogikan sebagai kancing
merah (B = bulat) dan kancing kuning (R = kuning), dan biji kedelai berbiji keriput
hijau (bbrr) resesif dianalogikan sebagai kancing biru (b = keriput) dan kancing hijau
(r = hijau).
Prosedur Kerja:
1. Kancing warna merah 100 buah, Kancing warna kuning 100 buah, Kancing warna hijau
100 buah, kancing warna biru 100 buah
2. Dimasukkan kancing merah dan kancing biru ke dalam 1 beaker glass yang sama.
3. Dimasukkan kancing kuning dan kancing hijau ke dalam 1 beaker glass yang sama.
4. Tunjuk 2 anggota kelompokmu untuk mengambil kancing dalam beaker glass dengan
kondisi mata tertutup.
5. Pengambilan kancing dilakukan dengan 1 tangan.
6. Setiap tangan mengambil 2 kancing dan catatlah hasil pengambilan kancing ke dalam
tabel.
No. Perlakuan Jumlah Fenotip
1. BBRR
2. BBRr
3. BBrr
4. BbRR
5. BbRr
6. Bbrr
7. bbRR
8. bbRr
9. bbrr
Total -
7. Hitung jumlah fenotip dan genotipe MM, Mm, dan mm dari hasil pengambilan kancing.
KEGIATAN 4
DERMATOGLIFI

Pola sidik jari merupakan salah satu fenotip yang diatur secara genetik dan dibentuk
pada awal perkembangan embrio berumur kira-kira 18 minggu kehamilan. Bentuk dan
kareteristiknya akan tetap dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan sejak lahir sampai orang
tersebut meninggal. Dalam mempelajari pola sidik jari tersebut ada tiga karakteristik utama
yang perlu diperhatikan yaitu pola tipe sidik jari, jumlah semua triradius dan jumlah sulur
total, sedangkan untuk membandingkan antar populasi dapat dilakukan dengan
membandingkan indeks tipe pola dan indeks intensitas pola. Pola tipe sidik jari dapat
dikelompokkan menjadi tipe wholr, loop ulnar, loop radial dan arch. Berikut gambar-gambar
pola sidik jari.

Pembagian keempat tipe pola tersebut didasarkan ada tidaknya dan jumlah triradius.
Triradius merupakan titik pertemuan antara tiga sulur yang membatasi daerah pola. Titik
radius digunakan sebagai dasar untuk menghitung jumlah sulur total dengan membuat garis
lurus ke pusat tipe pola loop dan wholr. Pada tipe whorl dihitung jarak yang paling jauh.
Pola sidik jari sudah diaplikasikan dalam berbagai ilmu seperti forensik untuk
mengidentifikasi pelaku kriminal atau korbannya, antropologi untuk menentukan jarak
genetik anatar etnik atau ras, kedokteran untuk mendiaknosa penyakit-penyakit tertentu,
psikologi untuk melihat kecenderung sifat-sifat tertentu dan genetik untuk diaknosa kelainan
kromosom dan penurunan sifat-sifat tertentu. Frekuensi tipe pola sidik jari akan berbeda pada
satu bangsa dan ras yang berbeda. Pada masyarakat Eropa ditemukan tipe arch 0-9%, loop
63-78%, whorl 20- 42%. Pada berbagai suku bangsa di Hawai memperlihatkan bahwa
frekuensi ras Kausasoid mempunyai frekuensi loop ganda dan whorl yang rendah dengan
frekuensi loop dan arch yang tinggi, sedangkan pada ras Hawai, terjadi hal sebaliknya.
Jumlah sulur sidik jari akan meningkat dari arah Barat ke Timur belahan bumi.

Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui penurunan multifactor pada sidik jari.

Alat dan Bahan


Alat:
1. Loop
2. Kalkulator
3. Penggaris
4. Pensil

Bahan:
1. Tinta stempel
2. Bantalan stempel
3. Kertas putih A4

Prosedur Kerja:
1. Jari-jari tangan terlebih dahulu dibersihkan dari debu atau kotoran dengan air kemudian
disemprot dengan alkohol
2. Pada bantalan stempel diberi tinta yang tipis dan merata
3. Tekan dengan perlahan ibu jari pada bantalan tersebut dan selanjutnya tekankan kembali
jari yang telah bertinta tersebut pada kertas putih A4 sehingga terbentuk cap jari 4. Sidik
jarinya ditentukan polanya dan dihitung jumlah rigi-riginya dengan menggunakan loop
4. Lakukan hal yang sama untuk semua jari baik pada tangan kanan maupun tangan kiri.
5. Catat semua data dari semua kelompok dan hitung persentase masing-masing pola dan
nilai rata-rata jumlah rigi.
KEGIATAN 5
PROBABILITAS

Dalam ilmu genetika, kemungkinan ikut mengambil peranan penting. Misalnya


mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur
oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi
berbagai macam kombinasi. Teori kemungkinan atau probabiliti merupakan dasar untuk
menetukan nisbah yang diharapkan dari persilangan genotipe yang berbeda. Penggunaan teori
ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan apa yang diperoleh dari hasil
persilangan tersebut. Dasar-dasar Teori Kemungkinan :

Tujuan Praktikum:
a. Untuk dapat mengerti konsep probabilitas dan kepentingannya terhadap ilmu genetika
b. Untuk dapat mengerti konsep pengujian Chi-square dan kepentingannya bagi genetika

Alat dan Bahan


Alat:
 koin 500

Bahan:
 kertas A4
 Untuk pelemparan dua koin
 Prosedur Kerja:
1. Sediakan satu uang koin Rp. 500
2. Lemparkan satu koin sebanyak 50 kali lemparan.
3. Catat permukaan yang muncul angka (A) atau gambar (G).
4. Hitung hasil Probabilitas yang diharapkan dengan analisa chi– square (x²).
5. Kemudian dibanding hasil yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan.

 Untuk pelemparan dua koin


 Prosedur Kerja:
1. Sediakan dua uang koin Rp. 500
2. Lemparkan dua koin sebanyak 50 kali lemparan.
3. Catat permukaan yang muncul angka (A) atau gambar (G).
4. Hitung hasil Probabilitas yang diharapkan dengan analisa chi– square (x²).
5. Kemudian dibanding hasil yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan
KEGIATAN 6
GENETIKA POPULASI

Frekuensi Genotipe dan Alel Frekuensi genotipe adalah rasio individu bergenotipe
tertentu terhadap keseluruhan individu, sedangkan Frekuensi alel adalah rasio alel tertentu
terhadap keseluruhan alel dalam populasi. Untuk memahami struktur genetik suatu populasi,
maka diasumsikan bahwa suatu populasi berukuran besar, individu-individunya kawin acak,
tidak ada mutasi dan migrasi gen, tidak ada seleksi, serta meiosis normal. Populasi terdiri dari
individu diploid dengan lokus yang memiliki dua alel. Misal lokus A, memiliki alel A dan a,
sehingga ada tiga kemungkinan genotipe dalam populasi, yaitu : AA, Aa, dan aa. Homozigot
yaitu genotipe AA dan aa dan Heterozigot : genotipe Aa. Proporsi atau frekuensi genetoripe
(f) masing-masing adalah f(AA), f(Aa), f(aa), sehingga f(AA) + f(Aa) + f(aa) = 1. Jika f(AA)
= P; f(Aa) = H; f(aa) = Q, Maka P + H + Q = 1. Frekuensi relatif alel A dan a dalam populasi
dapat dilambangkan p dan q, Sehingga p + q = 1; q = p – 1.

Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg Hukum Hardy Weinberg yaitu frekuensi alel


di dalam populasi akan tetap seperti frekuensi awal, jika populasi sangat besar, kawin acak,
tidak ada mutasi, tidak terjadi migrasi individu ke dalam dan ke luar populasi, dan tidak ada
seleksi alam (semua genotip mempunyai kesempatan yang sama dalam keberhasilan
reproduksi). Hukum Hardy-Weinberg menjadi model untuk membandingkan populasi yang
sebenarnya dan populasi yang berubah karena evolusi. Hukum Hardy-Weinberg:
 Jika tidak ada gangguan, maka frekuensi alel dalam populasi akan cenderung tetap/tidak
berubah sepanjang waktu
 Dengan tidak adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotipe juga tidak akan
berubah setelah generasi I atau frekuensi genotipe tetap sama dari generasi ke generasi
jika tidak ada perubahan frekuensi alel.
Anggaplah suatu populasi berukuran besar yang individu-individunya melakukan
random mating (kawin acak).
Maka, populasi dalam keadaan kesetimbangan Hardy Weinberg:
AA : 2Aa : aa = p2 + 2pq + q2 = 1
- Setelah satu kali kawin acak, frekuensi gen/alel tidak berubah
- Frekuensi genotipe tergantung pada frekuensi gen pada generasi sebelumnya
Suatu populasi tidak akan mengalami perubahan frekuensi gen, jika ukuran populasi besar,
tidak ada mutasi, tidak ada seleksi, tidak migrasi, semua individu dapat berkembang biak
(meiosis normal), semua individu memiliki kemampuan menghasilkan keturunan yang sama
dan terjadi kawin acak antar individu.
Keseimbangan dapat tercapai dalam satu generasi. Kemudian frekuensi alel dan
genotipe tidak berubah dari generasi asalkan syarat-syarat keseimbangan Hardy Weinberg
terpenuhi. Frekuensi alel dapat ditentukan dari frekuensi satu genotipe yang diketahui. Bila
suatu populasi dalam keseimbangan, maka frekuensi dapat dihitung apabila diketahui
frekuensi suatu genotipe heterozigot.

Artinya Populasi memiliki frekuensi alel yang tetap yakni Populasi dalam HWeq. Konstitusi
genetik populasi setelah HWeq tercapai tidak akan berubah sepanjang generasi selama faktor-
faktor pengubah frekuensi alel tidak bekerja, atau tidak ada migrasi, mutasi, dan seleksi
Tujuan Praktikum: Untuk mempelajari dan memahami Hukum Kesetimbangan
HardyWeinberg, serta menguji Kesetimbanag Hardy-Weinberg dengan menghitung frekuensi
alel dan frekuansi genotipe

Alat dan Bahan:


1. Alat tulis
2. Kalkulator

Soal latihan
1. Dalam menyiapkan praktikum genetika dipakai satu kantong biji kedelai yang diketahui
segregasi untuk tiga sifat. Ketika biji berkecambah diperoleh 1000 bibit hijau (AA), 800
bibit hijau – kuning (Aa) dan 200 bibit albino (aa).
a. Tentukan frekuensi genotype.
b. Tentukan frekuensi alel A dan a.
2. Gen A mengatur batang ungu pada tomat dan alel resesif nya a menghasilkan batang hijau
dalam keadaan homozigot. Gen C mengatur daun terbelah dan c menghasilkan daun utuh.
Bila pengamatan fenotipe dalam suatu contoh dari suatu populasi tomat di peroleh 204
ungu daun terbelah ; 194 ungu daun utuh; 102 hijau daun terbelah; 100 hijau daun utuh.
a. Tentukan frekuensi alel daun terbelah
b. Tentukan frekuensi alel batang hijau
3. Dalam suatu populasi Coleus, daun berlekuk dalam (D) dominan dan daun berlekuk
dangkal (d) resesif, Frekuensi dd 0,25.
a. Berapa frekuensi alel D dan d
b. Berapa frekuensi fenotipe bila populasi dalam keadaan kesetimbangan
4. Dalam menyiapkan praktikum genetika dipakai satu kantong biji kedelai yang diketahui
segregasi untuk ketiga sifat. Ketika biji berkecambah didapat 300 bibit albino (gg), 875
bibit hijau-kuning (Gg), dan 1250 bibit hijau (GG).
a. Berapa Frekuensi alel G dan g
b. Berapa frekuensi fenotipe bila populasi dalam keadaan kesetimbangan
KEGIATAN 7
GENETIKA KUANTITATIF

Dalam suatu populasi tanaman, penampilan karakter dapat berbeda antar individu
tanaman. Adanya perbedaan penampilan dari suatu karakter (fenotipe) diantara
individuindivu dalam suatu populasi disebut sebagai keragaman (variability). Perbedaan
penampilan karakter antar individu dalam suatu populasi ini disebabkan karena
penampilan/fenotipe ditentukan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antar
genetik dan lingkungan.
Untuk melihat besarnya pengaruh faktor genetik terhadap keragaman fenotipe dalam
populasi, kita dapat menduga dengan menghitung nilai heritabilitas. Diperlukan nilai ragam
lingkungan (σ²E), ragam genetik (σ²G), dan ragam fenotipe (σ² P) untuk menduga
heritabilitas suatu populasi. Partisi ragam genetik terdiri dari ragam aditif (σ²A) dan ragam
dominan (σ²D). Komponen ragam diatas dapat dihitung menggunakan rumus:

Nilai heritabilitas dibedakan menjadi heritabilitas arti luas (broad sense heritability)
dan heritabilitas arti sempit (narrow sense heritability). Heritabilitas arti luas merupakan
perbandingan antara ragam genetic total dan ragam fenotipe. Perhitungan heritabilitas sebagai
berikut:
h2bs = σ²G / σ²P
Sedangkan heritabilitas arti sempit merupakan perbandingan antara ragam aditif dan ragam
fenotipe. Perhitungan heritabilitas sebagai berikut:
h2ns = σ²A / σ²P
Keterangan:
h2bs= heritabilitas arti luas
h2ns= heritabilitas arti sempit
σ²G = ragam genetik
σ²P = ragam fenotipe
σ²A = ragam aditif.
Nilai heritabilitas dikelompokkan menjadi tinggi (nilai heritabilitas > 0.5), sedang (0.2
≤ nilai heritabilitas ≤ 0.5) dan rendah (nilai heritabilitas < 0.2) (Stanfield 1983).
Kemajuan seleksi merupakan selisih antara rata-rata generasi setelah seleksi dengan
generasi sebelum seleksi (G = XFn - XF(n-1)). Misalkan seleksi dilakukan terhadap populasi F2
menghasilkan populasi F3. Nilai tengah F2 dan F3 adalah berturut-turut 0,82 kg dan 0,93 kg,
maka kemajuan seleksinya adalah G = 0,93 – 0,82 = 0,11 kg.
Untuk dapat memperkirakan besarnya kemajuan seleksi, diperlukan pengertian secara
baikk tentang populasi beserta keragamannya dan pengetahuan tentang besarnya angka
heritabilitas. Perkiraan itu dapat dihitung dengan rumus:
G = (S) (h2ns); jika S = (i) (σP) (h2ns)
maka G = (i) (σP) (h2ns)
Keterangan:
G = dugaan kemajuan seleksi
i = intensitas seleksi
σP = ragam populasi/fenotipe
S = diferensial seleksi
h2ns = Heritabilitas arti sempit.
Nilai intensitas seleksi (i) sangat tergantung pada jumlah individu yang terpilih dari
populasi awal. Intensitas seleksi: perbandingan antara jumlah individu yang terseleksi dengan
jumlah individu awal dinamakan persentase seleksi. Besarnya nilai intensitas seleksi akan
menurun seiring dengan meningkatkanya persentase seleksi.
Intensitas Seleksi dan Persentase Seleksi

Tujuan Praktikum: Untuk mempelajari dan memahami genetika kuantitatif dengan


menghitung frekuensi komponen ragam, heritabilitas dan dugaan kemajuan seleksi.

Alat dan Bahan:


1. Alat tulis
2. Kalkulator

Soal Latihan
1. Dua galur murni cabai disilangkan dan dianalisis heritabilitas untuk karakter panjang
buah cabai, data ditampilkan pada Tabel berikut:
Tentukanlah nilai:
a. Ragam lingkungan
b. Ragam fenotipe
c. Ragam genotype
d. Ragam aditif
e. Heritabilitas arti luas
f. Heritabilitas arti sempit
2. Dua galur murni cabai disilangkan dan dianalisis heritabilitas untuk karakter bobot buah
cabai, data ditampilkan berikut ini:

Tentukanlah nilai:
a. Ragam lingkungan
b. Ragam fenotipe
c. Ragam genotype
d. Ragam aditif
e. Heritabilitas arti luas
f. Heritabilitas arti sempit
3. Dalam sebuah praktikum ditanam populasi generasi (Populasi P1, P2, F1, F2, BCP1 dan
BCP2) persilangan tanaman Bougenvile. Tetua P1 adalah tanaman berbatang tebal namun
pendek, P2 adalah tanaman berbatang tipis tetapi tinggi. Ingin diperoleh tanaman
Bougenvile berbatang tebal namun tinggi. Berikut adalah hasil pengamatan saat
praktikum:

Tentukan nilai:
a. Heritabilitas arti sempit
b. Diferensial seleksi (S)
c. Dugaan kemajuan seleksi (G) dengan persentase seleksi 10%
4. Diketahui hasil persilangan tanaman cabai, dimana karakter panjang buah memiliki nilai
heritabilitas arti sempit 50,90% dengan σ²p sebesar 1,67 (σp = 1,29) jika dilakukan
seleksi sebesar 10% pada populasi (i = 1,76).
Tentukanlah:
a. Kemajuan seleksi untuk karakter panjang buah tersebut
b. Interpretasikan data tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Arsal, A.F. 2018. Genetika 1. Makassar: UNM.

Artadana, I.B.M. dan W.D. Savitri. 2018. Dasar-dasar Genetika Mendel dan
Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Astuti, A., P. T. Ritonga, K. K. Anwar, N. B. Argaheni, F. R. Asih, M. F. Pondaang, D.


Trianita, R. W. Astuti, D. Purnamasari, K. Ambarwati, E. K. Wardani, A. I. Setyarini,
A. Kusmiwiyati, dan H. Astutik. 2022. Genetika dan Biologi Reproduksi. Padang: PT.
Global Eksekutif Teknologi.

Hartono, R. dan R. Azimata. 2019. Biologi Sel dan Genetika. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.

Ismail, A.S.B. 2018. Genetika. Denpasar: Universitas Udayana.

Nusantari, E. 2015. Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah dan Komprehensif.


Yogyakarta: Deepublish.

Pongsibanne, L.K. 2013. Genetika. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.

Rahmadina. 2019. Genetika Dasar. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai