DISUSUN OLEH :
Apt. NERA UMILIA PURWANTI, M. Sc
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
PENGAMATAN SEL EPIDERMIS DAN PEMBELAHAN SEL
BAWANG MERAH (Allium cepa)
(KELOMPOK EUKARIOTIK)
1. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari sel bawang merah (Allium cepa) yang
diamati menggunakan mikroskop.
2. Untuk mengidentifikasi tahapan pembelahan sel pada epidermis akar bawang
merah (Allium cepa).
2. TEORI
Organisme memiliki beragam jenis sel tergantung bentuk dan fungsi tertentu.
Tumbuhan yang termasuk Kingdom Plantae, tersusun atas berbagai jenis sel di mana sel
yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan (Urry et al., 2017).
Salah satu jaringan yang ada pada tumbuhan adalah jaringan epidermis. Jaringan
epidermis ini tersusun atas sel-sel epidermis. Jaringan epidermis merupakan jaringan
yang ditemukan paling luar dari struktur tubuh tumbuhan sebagai contoh pada umbi Bawang
Merah (Allium cepa) yang merupakan modifikasi dari daun tersusun atas lapisan-lapisan.
Lapisan-lapisan ini diselimuti oleh sel-sel epidermis.
Bawang merah (Allium cepa) memiliki umbi disebut umbi lapis (bulb) yang merupakan
pelepah daun yang berdaging serta saling bertumbukan dengan sisa luar berwarna lebih terang
dibanding sisi bagian dalam di mana sisi bagian dalam lebih mudah disayat (Silalahi and
Adinugraha, 2019). Sel epidermis pada Bawang Merah yang akan diamati pada praktikum ini
juga memiliki struktur sel, antara lain: Membran Sel, Sitoplasma, dan organel seperti:
Nukleus, Retikulum Endoplasma, Aparatus Golgi, Mitokondria, dan Sitoskeleton. Struktur
sel tumbuhan secara animasi disajikan pada gambar di bawah ini:
c. Fase metaphase
Sentrosom berada pada kedua kutub sel yang berlawanan. Kromosom berada pada
bidang metaphase, bidang yang mempunyai jarak yang sama antara spindle kedua
kutub. Spindel sentromer dari semua kromosom lurus satu sama lain pada bidang
metaphase. Untuk setiap kromosom, kinetokor dari permukaan kromatid anak
berlawanan kutub sel, karena itu kromatid yang sama dari setiap kromosom menambat
pada mikrotubul-kinetokor yang tersusun radier dari kutub yang berlawanan dari sel
induk. (Serat gelendong terbentuk sempurna antara kutub, kromosom menggantung
pada serat gelendong tersebut lewat sentromernya, dan semua bergerak ke bidang
ekuator hingga kromosom terletak pada satu bidang datar)
d. Fase anaphase
Fase kembalinya kromosom ke kutub bersebrangan. Sentromer dari setiap kromosom
mengganda, sehingga setiap kromatid memiliki sentromer sendiri-sendiri. Setiap
kromatid sekarang dianggap sebagai calon kromosom. Spindle mulai menggerakkan
kromatid menuju kutub sel yang berlawanan. Hal ini dikarenakan mikrotubul kinetokor
menambat pada sentromer. Mikrotubul kinetokor memendek ketika kromosom
mendekati kutub sel. Pada saat yang bersamaan kutub dari sel juga bergerak lebih jauh.
Akhir dari anafase kedua kutub sel sama jaraknya dan merupakan kumpulan dari
kromosom.
e. Fase telophase
Fase akhir, sel induk menjadi dua sel anak. Mikrotubulus nonkinetokor selalu
memanjang dan anak inti mulai terbentuk pada kedua kutub sel, dan kromosom berada
dalam keadaan terhimpun. Membran inti terbentuk dari potongan-potongan membrane
inti sel induk dan bagian lain dari system endomembran.
3. METODE
Alat :
1. Mikroskop
2. Objek glas
3. Cover glass
4. Cawan petri
5. Pipet tetes
6. Handphone
Bahan :
1. Bawang merah
2. Akar bawang merah
3. Tissue
4. Methylen blue 0,25%
Langkah kerja :
1. Pembuatan akar bawang merah (Allium cepa)
a. Tanam bawang dalam media dapat menggunakan tanah, biarkan selama 5 hari dan
amati bawang hingga akar tumbuh .
b. Bila akar sudah tumbuh, cabut dan bersihkan akar bawang dari tanah. Masukkan
dalam kertas koran atau plastik bening. .
No Gambar Keterangan
1 Preparat penampang epidermis Bawang Klasifikasi
Merah (Allium cepa) Kingdom: ……………..
Phylum : ……………...
Perbesaran : Class : ……………..
Order : ……………..
Family : ……………..
Genus : ……………..
Species : ……………..
DAFTAR PUSTAKA
1. Biggs, A., Daniel, L. and Zike, D. (2005) Life’s Structure and Function. Orion
PlaceCampbell, N. A. et al. (2008) Biology. 8th editio. San Francisco: Pearson
Benjamin Cummings.Columbus: The McGraw-Hill Companies, Inc.
2. Marianti, A. and Sumadi, S. (2007) Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
3. Raven, P. H. et al. (2008) Biology. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
4. Silalahi, M. and Adinugraha, F. (2019) Penuntun Praktikum Anatomi, Fisiologi, dan
Perkembagan Tumbuhan I.
5. Urry, L. A. et al. (2017) Biology. New York: Pearson Education, Inc.
2. TEORI
DNA menjadi salah satu kajian materi dalam biologi molekuler. DNA mengandung
materi genetik yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme
dalam setiap organisme. Suatu molekul DNA tersusun atas basa nitogen, gula dan fosfat.
Bahan isolasi DNA tidak rumit untuk ditemukan. Makhluk hidup (baik uniseluler
ataupun multiseluler) merupakan bahan penyedia DNA. Pada dasarnya, DNA, sebagai unit
kehidupan terkecil, terdapat pada semua makhluk hidup mulai dari mikroorganisme sampai
organisme tingkat tinggi seperti manusia. DNA dapat ditemukan pada sel dan dalam inti sel.
DNA yang terdapat dalam sel berupa DNA mitokondria, DNA kloroplas, sedangkan DNA
yang terdapat dalam inti sel disebut DNA inti.
Hati ayam dapat pula digunakan sebagai salah satu bahan isolasi DNA, karena selain
dapat disediakan dalam jumlah cukup besar, hati ayam juga cukup mudah didapat dan mudah
dipreparasi. Tanaman bayam (Amaranthus sp.) termasuk sel eukariotik. Sel eukariotik
memiliki inti sejati (karion dan nukleus) yang mengandung DNA, juga terdapat organel
seperti kloroplas dan mitokondria yang mengandung DNA. Terdapat beberapa perbedaan
bagian antara sel hewan dan sel tumbuhan seperti kloroplas yang ada pada sel tumbuhan dan
tidak dimiliki oleh sel hewan. DNA pada tanaman terdapat di dalam inti sel, mitokondria dan
kloroplas.
Pengisolasian DNA secara tradisional, Marek et al., menggunakan bahan-bahan dapur
berupa garam, sabun cuci dan protease yang berasal dari meat tenderizer. Meat tenderizer
jarang digunakan di Indonesia sebagai pengempuk daging. Papain dalam papaya dalam hal
ini berfungsi sebagai protease. Oleh sebab itu, penggunaan meat tenderizer dapat diganti
dengan ekstrak papain.
3. METODE
Alat :
1. Mikroskop
2. Objek glas
3. Cover glass
4. Cawan petri
5. Pipet tetes
6. Erlemeyer
7. Beaker glass 250 mL
8. Gelas ukur 100 mL
9. Mortar dan stamper
10. Kain
Bahan :
1. Hati ayam
2. Bayam
3. Air es
4. Garam (NaCl)
5. Etanol 70%
6. Etanol 96%
7. Sunlight
8. Enzim protease (papain dari daun papaya)
Langkah kerja :
1. Pembuatan enzim protese papain
a. Sebanyak 100 g daun papaya digerus dalam lumpang dan mortar dengan
ditambahkan sedikit air es, aduk hingga halus.
b. Tambahkan air es selama pengadukan, air es ditambahkan hingga volume
setengah dari lumpang.
c. Cairan dari daun papaya disaring dengan kain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ari Indriana Hapsari. Isolasi DNA Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) dan Ikan Lele
(Clarias sp.) sebagai Kajian dalam Biologi Molekuler. Didaktika. 2015. 13(2); 23-30.
2. Asriah Nurdini M. Teknik Isolasi DNA Sel Hati Ayam Secara Tradisional. Jurnal
Pendidikan Matematika dan IPA. 2011. 2(1); 23-28.
2. TEORI
Pesatnya perkembangan ilmu biologi yang didukung dengan teknologi saat ini
menjadikan masalah-masalah biologi yang telah, sedang dan akan terus dijawab mengarah
pada tingkat molekuler. Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) menjadi salah satu kajian materi
dalam biologi molekuler. DNA mengandung materi genetik yang mengkode semua informasi
yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam setiap organisme.
Isolasi DNA merupakan langkah yang tepat untuk mempelajari DNA. DNA dapat
diisolasi baik dari sel tanaman, hewan, manusia maupun bakteri. Salah satu rangkaian
rekayasa genetika adalah isolasi DNA, yang melibatkan suatu proses memindahkan DNA
dari suatu organism eke organisme lain dengan tujuan tertentu. Melalui isolasi DNA kita
dapat memperoleh DNA murni, yaitu tanpa protein maupun Riboxy Nucleic Acid (RNA) dari
suatu sel ke dalam jaringan.
Tahapan pada proses isolasi DNA ini, adalah ekstraksi dan pelisisan sel secara mekanik
maupun kimia melalui penggerusan serta penggunaan garam dan detergent, pencernaan
protein menggunakan enzim proteinase dari ekstrak buah papaya, presipitasi DNA dari bahan
yang lain yang tidak diinginkan menggunakan etanol atau alkohol dingin.
3. METODE
Alat :
1. Erlemeyer
2. Tabung reaksi
3. Pengaduk
4. Gelas ukur
5. Mikroskop
6. Objek glass dan cover glass
Bahan :
1. Sabun cair (bukan yang antibakteri)
2. Aquades
3. Natrium klorida
4. Spiritus
5. Air kemasan
Langkah kerja :
1. Ambil bagian dalam sel epidermis pada bagian mulut (pipi) dengan menggunakan
cotton bud.
2. Buat dua solusio yang terdiri dari:
a. Ion negatif (untuk mengikat molekul DNA) dengan komposisi 8% NaCl dan
92% aquades (distilled water) dibuat sebanyak 10 mL.
b. Memecah membran sel dan membebaskan DNA dari nukleus dengan komposisi
terdiri dari 25% sabun cair dan 75% aquades (distilled water) dibuat sebanyak
10 mL.
3. Cuci mulut seksama dengan air untuk membersihkan sisa-sisa makanan dalam
mulut.
4. Kumur mulut dengan 10 mL air, lakukan dengan kuat selama minimal 30 detik.
5. Ludahkan air kumuran ke dalam erlemeyer.
6. Ambil 1 mL larutan (ion negatif) dan masukkan dalam tabung reaksi, kemudian
masukkan air kumuran ke dalam tabung reaksi.
7. Masukkan 1 mL larutan (larutan b) ke dalam tabung reaksi yang sama.
8. Tutup tabung reaksi dan kocok ke atas dan ke bawah seta ke kanan dan kiri dengan
lembut.
9. Masukkan 5 mL spiritus ke dalam tabung reaksi, dengan posisi tabung reaksi miring
dan masukkan secara perlahan.
10. Tunggu sekitar 5 menit, amati untaian putih yang terbentuk. Kemudian pindahkan
ke dalam tabung baru.
11. Amati di bawah mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ari Indriana Hapsari. Isolasi DNA Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) dan Ikan Lele
(Clarias sp.) sebagai Kajian dalam Biologi Molekuler. Didaktika. 2015. 13(2); 23-30.
2. Asriah Nurdini M. Teknik Isolasi DNA Sel Hati Ayam Secara Tradisional. Jurnal
Pendidikan Matematika dan IPA. 2011. 2(1); 23-28.
DESAIN PRIMER PADA TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION
1. TUJUAN
1. Melakukan desain primer yang memenuhi kriteria optimal primer untuk
digunakan pada teknik polymerase chain reaction (PCR) pada daerah D-Loop
Mitokondria
2. TEORI
Primer adalah sepasang oligonukleotida yang berukuran 17-28 pb nukleotida dengan
kandungan basa nukleotida G+C 50-60%. Pasangan primer ini sebaiknya memiliki
kandungan basa nukleotida G+C yang sama, sehingga primer dapat menempel pada urutan
komplemennya pada suhu yang sama. Pada proses PCR pemanjangan primer pada ujung 3’
dilakukan oleh enzim Taq DNA polymerase dengan penambahan nukleotida yang bersumber
dari dNTP. Amplifikasi fragmen DNA pendek berukuran < 500 pb lebih mudah diperoleh
hasilnya dibandingkan dengan fragmen DNA Panjang . 1 kpb – 20 kpb.
Pada saat ini, desain primer dengan program open source di website lebih akurat dan
efisien dibandingkan dengan desain primer konvensional dengan penghitungan manual
terdahulu, seperti pada program Primer3 Input (versi 4.1) maupun Perl Primer. Factor-faktor
penting yang mempengaruhi kinerja primer pada PCR telah dimasukkan sebagai parameter
dalam program desain primer tersebut. Kriteria primer yang optimal adalah sebagai berikut:
1. Primer yang spesifik untuk fragmen DNA daerah target.
2. Ukuran primer dalam kisaran 17-28 pb.
3. Komposisi basa nukleotida yaitu kandungan rata (G+C) 50-60%.
4. Suhu melting (Tm) 55-80 ⁰C.
5. Suhu annealing (Tann) yaitu Tm- (2-5 ⁰C).
6. Struktur sekunder internal primer minimal untuk menghindari dimerisasi primer
yaitu dG = -0,3 – 0 (analisis dimerisasi primer).
3. METODE
Desain primer mitokondria DNA daerah gen D-loop yang meliputi situs polimorfisme
T16189C dengan menggunakan beberapa program open source dari website sebagai berikut :
1. GeneBank Data base NCBI (Interational Centre for Biotechnology Information).
a. Buka situs web : www.ncbi.nlm.nih.gov.
b. Pilih dalam kolom pencari : nucleotide.
c. Pilih dalam kolom pencari : NC_012920 (human mt DNA complete
sequence).
d. Penyuntingan daerah D-loop untuk situs polimorfisme T16189C urutan
nukleotida 15771-16569.
e. Urutan nukleotida 15771 – 16569 (FASTA) sebagai input untuk desain primer
dengan program Primer3 Input.
2. Desain Primer : Primer3 Input (versi 4.1).
a. Buka situs web : www.google.com.
b. Pilih dalam kolom pencari : primer3 Input (version 4.1), sehingga terbuka :
www-genom.wi.mit.edu/cgi-bin/primer/primer3.cgi/
c. Paste urutan nukleotida 15771-16569 (FASTA) pada kolom mispriming
library.
d. Isi kolom new product size range : 501-600.
e. Pilih kolom pilihan : pick primer.
f. Hasil desain primer : Primer3 output.
3. Analisis dimerisasi primer : Perl Primer
a. Pilih shortcut : Primer
b. Paste pada kolom sequence forward primer : urutan left primer (Primer3
output)
c. Paste pada kolom sequence reverse primer : urutan right primer (Primer3
output)
d. Pilih pada kolom : calculate primer
e. Hasil analisis dimerisasi primer ada pada kolom Dimers.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djumadi. Pengembangan teknik polymerase chain reaction (PCR) kuantitatif dengan
internal untuk kuantitas DNA mitokondria. Tesis Program Pascasarjana FKUI 1998 :
13-14.
2. Maniatis T, Fritsch EF, Sambrook J. Molecular Cloning : A Laboratory Manual. New
York, USA : Cold Spring Harbour Laobaratory, 1982 : 98-101.
3. Saiki R. Amplifikasi of Genomic DNA. PCR protocol : A Guide to Methods and
Application. New York : Academic Press, 1990 : 13-19.
4. Turner PC, McLenna AG, Bates AD, White MRH. Instant Note in Molecular
Biology.Oxford : BIOS Scientific Publisher Ltd, 1997 : 32-42.