Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

Disusun oleh :

Nama : Aziz prasitya aji saputra


NPM : E1G023035
Kelompok : 4 (empat)
Hari/tanggal : Senin/ 16 Oktober 2023
Shift : 10.00 – 12.00
Dosen : 1. Ulfah Anis, S.TP., M.Sc
2. Ika Gusriani, S.TP., M.P
Co – ass : Dinda Novita Sari (E1G022006)
Acara : Sel-sel makhluk hidup

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel adalah bagian struktural dan fungsional dari setiap organisme. Semua fungsi kehidupan
diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan
seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Beberapa organisme, misalnya bakteri, merupakan
uniseluler, yaitu terdiri dari hanya satu sel saja. Beragam organisme lainnya, misalnya manusia,
adalah multiseluler (manusia diperkirakan memiliki 100.000 miliar sel dalam tubuhnya). Teori
tentang sel yang pertama kali dikemukakan pada abad ke-19 menyatakan bahwa semua
organisme tersusun atas satu atau lebih sel. Setiap sel berasal dari sebuah sel lainnya. Seluruh
fungsi vital bagi organisme tejadi di dalam sel dan sel-sel tersebut megandung informasi genetik
yang dibutuhkan untu mengatur fungsi sel dan memindahkan informasi kepada sel-sel generasi
berikutnya. Terdapat perbedaan antar sel hewan dan tumbuhan yaitu sel tumbuhan lebih besar
daripada sel hewan. Sel tumbuhan memilik bentuk yang tetap, sedangkan sel hewan memiliki
bentuk yang lentur. Ini disebabkan karena sel tumbuhan memilik dinding sel yang tersusun dari
selulosa sehingga memberikan bentuk yang tetap dan sifatnya keras dan kaku. Umumnya kedua
macam sel ini, yaitu sel tumbuhan dan sel hewan berukuran 30-50 mikron. Biasanya yang dapat
dilihat dengan jelas adalah dinding sel, sitoplasma, inti / nukleus dan sering juga terlihat vakuola,
dan butir-butir anak inti / nukleolus. Untuk membuat sediaan renik harus dilakukan cara
pengirisan yang benar. Pada prinsipnya ada tiga macam berdasakan pemotongan, yaitu :
a. Irisan meilntang (cross section) yaitu irisan dengan arah tegak lurus sumbu horizontal
dengan objek.
b. Irisan membujur (longitudinal section) adalah irisan sejajar dengan sumbu horizontal
suatu objek.
c. Irisan tengah (median section) adalah irisan sejajar dengan tegak lurus pada bagian
tengah suatu objek.
Meskipun antara sel tumbuhan dan sel hewan terdapat perbedaan, namun juga terdapat
persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, fungsi dari bagianbagian selnya. Pada makhuk
hidup bersel banyak, berbagai fungsi kehidupan dilakukan oleh kelompok-kelompok sel yang
berbeda, walaupun masih ada fungsi-fungsi kehidupan yang dilakukan oleh semua sel, misalnya
respirasi. Karena itu agar fungsi-fungsi kehidupan berjalan baik, maka masing-masing kelompok
sel akan saling bekerjasama.
1.2 Tujuan Pratikum
1. Mahasiswa mampu membandingkan jenis sel dari berbagai jenis organisme (Sel hewan
dan sel tumbuhan, sel hidup dan sel mati).
2. Mahasiwa mampu membedakan sel prokaroitik dan eukariotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sel merupakan satuan unit fungsional terkecil dari makhluk hidup. Robert Hooke
merupakan ilmuwan berkebangsaan Inggris yang pertama kali mengamati sel dengan membuat
potongan melintang dari irisan gabus. Hooke kemudian melakukan pengamatan pada irisan gabus
tersebut menggunakan mikroskop dan melihat ruang-ruang kecil yang kosong. Penemuan
selanjutnya menunjukkan bahwa sel terdiri dari bagian-bagian sel dan setiap bagian memiliki
peran tertentu (Lukitasari, 2015).
Sel dapat hidup, tumbuh, dan menjalankan fungsi spesifiknya selama terdapat cukup
oksigen, glukosa, berbagai ion, asam amino, dan asam lemak di lingkungan internal sel.
Umumnya sel mempunyai lingkungan yang sama, yaitu berupa cairan ekstraseluler yang kaya
akan ion natrium, klorida, dan bikarbonat, dan juga mengandung nutrisi seluler seperti oksigen,
glukosa, asam lemak, dan asam amino, serta karbon dioksida, yang kemudian diangkut lalu
dikeluarkan dari sel (Moh. Gade, 2014).
Tebal epidermis merupakan salah satu pertahanan struktural yang terdapat pada tumbuhan,
bahkan sebelum patogen datang dan berkontak dengan tumbuhan. Ketebalan dan kekuatan
dinding bagian luar sel-sel epidermis merupakan faktor penting dalam ketahanan beberapa jenis
tumbuhan terhadap patogen tertentu (Nurul, 2015: 35).
Kita semua memulai kehidupan dari sebuah sel tunggal yaitu sel telur yang telah dibuahi,
dan semua sel tubuh ini berasal dari sel tunggal tersebut. Dari satu sel telur yang telah dibuahi
akan menghasilkan sekitar 200 atau lebih sel yang berbeda secara fenotip penyusun organisme.
Selsel ini dihasilkan melalui proses perkembangan sel yang terus berlanjut menjadi jaringan
dewasa. Perkembangan adalah suatu rangkaian proses diferensiasi, organogenesis, dan
dilanjutkan dengan terbentuknya individu baru. Proses perkembangan ini tidak terbatas pada usia
(Marieb & Hoehn, 2022; Nelson, 2022).
Dinding sel merupakan lapisan selubung sel yang terletak di antara membran sitoplasma
dan kapsul. Pada bakteri Gram positif, dinding sel tersusun atas peptidoglikan dan asam teikoat.
Sedangkan pada bakteri Gram negatif, dinding sel terdiri dari peptidoglikan dan membran luar.
Selubung sel bakteri Gram positif relatif sederhana, terdiri dari dua sampai tiga lapisan yaitu
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang tebal, dan beberapa bakteri memiliki lapisan
luar, berupa kapsul. Selubung sel Gram negatif merupakan suatu struktur berlapis banyak yang
sangat kompleks dan terdiri atas membran luar. Membran luar ini terdiri dari lipopolisakarida
(LPS) yang kompleks dan bersifat toksik (Jawetz, et al., 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Pinset
3. Pipet tetes
4. Silet/cutter
5. Gelas objek dan gelas penut
6. Gabus empullur batang singkong
7. Bawang merah
8. Daun tricolor
9. Tusuk gigi
10. Metilen biru
11. Kapas
12. Air
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1. Sediaan Sel Gabus Empulur Singkong

1. Buat irisan melintang dan membujur gabus singkong setipis mungkin


2. Letakkan di atas kaca preparat, beri setetes air, tutup dengan kaca penutup
3. Amati dengan mikroskop, dimulai dengan perbesaran lemah dan dilanjutkan dengan
perbesaran kuat
4. Untuk lebih jelas, tetesi dengan metilen biru pada salah satu ujung kaca penutup. Jika
terdapat kelebihannya buang dengan tisu
5. Amati dan gambarkan serta beri keterangan masing – masing bagiannya

3.2.2. Sel Epidermis Umbi Lapis Bawang dan Daun tricolor

1. Belah umbi lapis Allium cepa, ambil selembar bagian lamelnya lalu patahkan. Kemudian
ambil bagian transparan berupa selaput sel tipis dengan menggunakan pinset. Letakkan di
atas kaca preparat, beri setetes air, tutup dengan kaca penutup. Gunakan jarum bedah
untuk menghilangkan gelembung udara pada preparat
2. Beri setetes metilen biru untuk mewarnai sel dengan menggunakan teknik pengairan.
Teteskan sedikit metilen biru pada bagian tepi kaca penutup, lalu buang kelebihannya
dengan tisu.
3. Amatilah sel epidermis dengan mikroskop
4. Gambar dan beri warna bagian – bagian sel seperti dinding sel, membran sel,sitoplasma,
nukleus, nukleolus dan vakuola sel bagian ergastik substant ( kristal kalsiu oksalat ).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Gambar hasil sel gabus empulur singkong melintang
Sel gabus empulur singkong melintang
tanpa cairan metylen biru

Sel gabus empulur singkong melintang


yang diberi cairan metylen biru

B. Gambar hasil pengamatan sel gabus empulur singkong membujur


Sel gabus empulur singkong membujur
tanpa cairan metylen biru

Sel gabus empulur singkong membujur


yang diberi cairan metylen biru
C. Gambar hasil pengamatan sel epidermis umbi lapis bawang membujur
Sel epidermis umbi lapis bawang
membujur tanpa cairan metylen biru

Sel epidermis umbi lapis bawang


membujur yang diberi cairan metylen
biru

D. Gambar hasil pengamatan sel epidermis umbi lapis bawang melintang


Sel epidermis umbi lapis bawang
melintang yang tanpa cairan metylen
biru

Sel epidermis umbi lapis bawang


melintang yang diberi cairan metylen
biru

E. Gambar hasil pengamatan daun tricolor membujur


Hasil pengamatan sel daun tricolor
tanpa cairan metylen biru membujur
Hasil pengamatan sel daun tricolor yang
diberi cairan metylen biru membujur

F. Gambar hasil pengamatan daun tricolor melintang


Hasil pengamatan sel daun tricolor
tanpa cairan metylen biru melintang

Hasil pengamatan sel daun tricolor yang


diberi cairan metylen biru melintang
BAB V
PEMBAHASAN
Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup. Sel di kelilingi oleh
selaput/membrane sel yang di dalamnya terdapat cairan (protoplasma) atau matriks, dan bentuk-
bentuk subselular, organel sel, yang juga dikelilingi membran. Protoplasma terdiri dari plasma sel
(sitoplasma) dan inti sel (nucleus), Di dalam inti sel terdapat plasma inti atau nukleoplasma.
Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan
kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara fungsional, sel
berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel
penyusunya berfungsi), kemudian membentuk organisme.
Sel berkembang biak dengan cara membelah diri (secara mitosis). Selain itu sel juga
mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat mahluk hidup, maka sifat mahluk
hidup dapat diwariskan kepada keturunannya. Setiap sel, pada tahap tertentu dalam hidupnya,
mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel tersebut.
Selain itu, semua sel memiliki struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan
protein yang akan digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel tersebut.
STRUKTUR SEL Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang
secara struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan
berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran
organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki nukleus.
SEL PROKARIOTIK Pada sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon, 'biji'),
tidak ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan daerah tempat DNA
terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan prokariota merupakan organisme uniseluler
dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan volumenya sekitar 1 µm3 ) serta umumnya
terdiri dari selubung sel, membran sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain.
Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya. Jika selubung
tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein,
peptidoglikan, lapisan itu disebut sebagai dinding sel. Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran luar
yang menutupi lapisan peptidoglikan, dan ada pula bakteri yang memiliki selubung sel dari protein.
Sementara itu, kebanyakan selubung sel arkea berbahan protein, walaupun ada juga yang berbahan
peptidoglikan. Selubung sel prokariota mencegah sel pecah akibat tekanan osmotik pada lingkungan yang
memiliki konsentrasi lebih rendah daripada isi sel.
Sejumlah prokariota memiliki struktur lain di luar selubung selnya. Banyak jenis bakteri
memiliki lapisan di luar dinding sel yang disebut kapsul yang membantu sel bakteri melekat pada
permukaan benda dan sel lain. Kapsul juga dapat membantu sel bakteri menghindar dari sel kekebalan
tubuh manusia jenis tertentu. Selain itu, sejumlah bakteri melekat pada permukaan benda dan sel lain
dengan benang protein yang disebut pilus (jamak: pili) dan fimbria (jamak: fimbriae). Banyak jenis bakteri
bergerak menggunakan flagelum (jamak: flagela) yang melekat pada dinding selnya dan berputar seperti
motor.
Prokariota umumnya memiliki satu molekul DNA dengan struktur lingkar yang terkonsentrasi
pada nukleoid. Selain itu, prokariota sering kali juga memiliki bahan genetik tambahan yang disebut
plasmid yang juga berstruktur DNA lingkar. Pada umumnya, plasmid tidak dibutuhkan oleh sel untuk
pertumbuhan meskipun sering kali plasmid membawa gen tertentu yang memberikan keuntungan
tambahan pada keadaan tertentu, misalnya resistansi terhadap antibiotik. Prokariota juga memiliki
sejumlah protein struktural yang disebut sitoskeleton, yang pada mulanya dianggap hanya ada pada
eukariota. Protein skeleton tersebut meregulasi pembelahan sel dan berperan menentukan bentuk sel.
SEL EUKARIOTIK Tidak seperti prokariota, sel eukariota (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya'
dan karyon) memiliki nukleus. Diameter sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih
besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara nukleus dan membran sel. Sitoplasma
ini terdiri dari medium semicair yang disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-organel dengan
bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota. Kebanyakan organel
dibatasi oleh satu lapis membran, namun ada pula yang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus.
Selain nukleus, sejumlah organel lain dimiliki hampir semua sel eukariota, yaitu (1)
mitokondria, tempat sebagian besar metabolisme energi sel terjadi; (2) retikulum endoplasma, suatu
jaringan membran tempat sintesis glikoprotein dan lipid; (3) badan golgi, yang mengarahkan hasil sintesis
sel ke tempat tujuannya; serta (4) peroksisom, tempat perombakan asam lemak dan asam amino. Lisosom,
yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan oleh sel, ditemukan pada
sel hewan, tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas, tempat terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan
pada sel-sel tertentu daun tumbuhan dan sejumlah organisme uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun
sejumlah eukariota uniseluler memiliki satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat menyimpan nutrien
dan limbah serta tempat terjadinya sejumlah reaksi penguraian.
Jaringan protein serat sitoskeleton mempertahankan bentuk sel dan mengendalikan pergerakan
struktur di dalam sel eukariota. Sentriol, yang hanya ditemukan pada sel hewan di dekat nukleus, juga
terbuat dari sitoskeleton. Dinding sel yang kaku, terbuat dari selulosa dan polimer lain, mengelilingi sel
tumbuhan dan membuatnya kuat dan tegar. Fungi juga memiliki dinding sel, namun komposisinya
berbeda dari dinding sel bakteri maupun tumbuhan. Di antara dinding sel tumbuhan yang bersebelahan
terdapat saluran yang disebut plasmodesmata.
BAB VI
PENUTUP
4.1 kesimpulan
1. Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup.
2. Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan
kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara fungsional, sel
berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel
penyusunya berfungsi), kemudian membentuk organisme.
3. Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur berbeda:
sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan posisi DNA
di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran organel yang
disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki nukleus.
4. Fungsi sei adalah
A. Metabolisme: Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu
melakukan aktivitasnya.
B. Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari
dan kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler serta mengatur
fungsi dan perkembangan tubuh organisme multiseluler.
5. Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan sel antara
pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel. Pada proses
perkembangan sel dikenal beberapa tipe siklus sel yaitu: Siklus sel embrionik, Siklus sel
somatic, Siklus endoreduplikasi, Siklus sel miosis.
4.2 Saran
Sebaiknya didalam pelaksanaan praktium kali ini waktu yang telah ditetapkan digunakan
sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar. Selain itu kerja sama antara
asistan dengan praktikan harus ditingkatkan, terutama dalam membimbing praktikan agar
praktikan dapat dengan benar dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick, Adelberg. (2013). Medical Microbiology 26th Edition. New York: McGraw.
Lukitasari, M. (2015). Buku Biologi Sel. Biologi Sel, 1(9), 1689–1699.
Marieb, E. N., & Hoehn, K. N. (2022). Human Anatomy & Physiology (Twelfth Ed). Pearson.
Moh. Gade. (2014). Struktur, Fungsi Organel dan Komunikasi Antar Sel. Al Ulum Seri Sainstek,
II(1), 1–9.
Nelson, C. M. (2022). Mechanical Control of Cell Differentiation: Insights from the Early
Embryo. Annual Review of Biomedical Engineering, 24, 307–322.
Nurul, Dkk. 2015. Hubungan Ketebalan Lapisan Epidermis Daun Terhadap Serangan Jamur.
(Mycosphaerella Musicola) Penyebab Penyakit Bercak Daun Sigatoka Pada Sepuluh
Kultivar Pisang. Jurnal HPT. Vol. III No. 1. Malang: Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai