Anda di halaman 1dari 6

23

PLANTROPICA Journal of Agricultural Science. 2018. 3(1): 23-28

Penampilan Karakter Agronomi Genotipe Potensial Buncis Polong Kuning


(Phaseoulus vulgaris L.) Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda

Perfomance of Agronomic Character of Potential Genotypes of Yellow Pod


Common Beans (Phaseoulus vulgaris L.) at Different Altitudes
Lazuardi Pramadio*), Darmawan Saptadi, Andy Soegianto

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur
*)
E-mail:lazuardi.pramadio@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT

Permintaan masyarakat untuk komoditas Society demand for common beans each
buncis tiap tahunnya meningkat tetapi tidak year increases but not followed by
diikuti dengan hasil produksi yang significant production results. Common
signifikan. Tanaman buncis di Indonesia bean plants in Indonesia are still widely
masih banyak dibudidayakan di dataran cultivated in the medium and high altitude
medium dan tinggi dimana di dataran tinggi where in the high altitude often occur
sering terjadi kerusakan menyebabkan hasil damage causes the results of the common
dari tanaman buncis menurun. Untuk itu bean plant decreases. Therefore, the
dilakukan pengembangan varietas buncis development of new varieties of common
baru yang mampu tumbuh berproduksi baik beans that can grow well at different
pada ketinggian tempat berbeda. Pada altitudes. In this research, performance og
penelitian ini dilakukan uji penampilan agronomic character and stability and
karakter agronomi dan uji stabilitas dan adaptability test potential genotypes of
adaptabilitas genotip potensial buncis di yellow pod common bean at different
ketinggian tempat yang berbeda. Penelitian altitude. The research is located in three
berlokasi di tiga tempat, Desa Jatikerto places Jatikerto Village ±460 mdpl,
±330 mdpl, Kelurahan Jatimulyo ±460 mdpl Jatimulyo Subdistrict ±460 mdpl, Pujon
dan Kecamatan Pujon ±1100 mdpl yang District ±1100 mdpl. The research was
dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2017. conducted from March to July 2017.
Bahan yang digunakan 4 genotip yaitu Materials used 4 genotypes are CSxGI 63-
CSxGI 63-0-24, CSxGK 50-0-24, Cherooke 0-24, CSxGK 50-0-24, Cherooke Sun, and
Sun, dan Lebat 3. Rancangan yang Lebat 3. The design used combine analysis
digunakan analisis gabungan dengan RAK with completely randomized block design at
pada 3 lokasi dan dilanjutkan dengan uji 3 locations and continued with stability and
stabilitas dan adaptabilitas. Hasil penelitian adaptability test. The results showed at
menunjukkan pada ketinggian tempat different altitudes of all agronomic
berbeda semua karakter agronomi terjadi characters that interacted and tested the
interaksi dan uji stabilitas dan adaptabilitas stability and adaptability all genotypes
semua genotip stabil dan genotip CS adaptif stable and genotypes CS adaptive had
pada lahan marginal, genotip Lebat 3 dan marginal land, genotypes Lebat 3 and
CSxGK 50-0-24 memiliki adaptif yang luas CSxGK 50-0-24 had adaptive wide
dan genotip CSxGI 63-0-24 adaptif pada environtment and genotypes CSxGI 63-0-24
lahan yang optimal. adaptive to optimal land.

Kata kunci: Buncis, Genotip, Karakter Keywords: Agronomic Character, Common


Agronomi, Stabilitas dan Adaptabilitas Bean, Genotypes, Stability and Adaptability.
24

Lazuardi Pramadio, et. Al.,: Penampilan Karakter…

PENDAHULUAN mengetahui genotip buncis yang


mempunyai hasil tinggi dan stabil.
Hampir semua kalangan masyarakat
memanfaatkan buncis, mulai dari ibu rumah BAHAN DAN METODE
tangga yang membutuhkan dalam jumlah
sedikit sampai ke industri pengolahan yang Penelitian dilaksanakan di tiga
membutuhkan dalam jumlah besar dan tempat, Desa Jatikerto, Kecamatan
berkelanjutan. Selain dikonsumsi di dalam Kromengan Kabupaten Malang, Jawa Timur
negeri ternyata buncis juga telah diekspor. Lahan pertanian Fakultas Pertanian
Mengingat buncis sangat dibutuhkan oleh Universitas Brawijaya dengan ketinggian
masyarakat Indonesia dan masyarakat luar ±330 mdpl, Kelurahan Jatimulyo,
negeri maka dapat diketahui banyaknya Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten Malang,
produksi buncis yang dibutuhkan. Jawa Timur dengan ketinggian ±460 mdpl.
Kebutuhan masyarakat akan buncis terus Desa Pandansari, Kecamatan Pujon,
meningkat dari tahun ke tahun seiring Kabupaten Malang, Jawa Timur dengn
dengan pertumbuhan penduduk. ketinggian ±1100 mdpl yang dilaksanakan
Permintaan masyarakat untuk komoditas pada bulan Maret-Juli 2017. Bahan yang
buncis setiap tahunnya stabil untuk digunakan 4 genotip yaitu CSxGI 63-0-24,
konsumsi di Indonesia tetapi tidak diikuti CSxGK 50-0-24, Cherooke Sun, dan Lebat
dengan hasil produksi yang signifikan. 3. Metode yang digunakan yaitu analisis
Menurut Kementrian Pertanian (2016) ragam gabungan dengan Rancangan Acak
produksi buncis di Indonesia pada tahun Kelompok (RAK) dengan perlakuan 4
2010-2014 mengalami penurunan. genotip dan 4 ulangan pada masing-masing
Sehingga masih perlu dikembangkan lokasi, Parameter yang diamati ialah jumlah
varietas yang memiliki produksi dan kualitas kluster per tanaman, jumlah polong per
yang lebih baik agar dapat memenuhi tanaman, bobot polong segar per tanaman
kebutuhan konsumen. dan potensi hasil (ton/ha). Data
Tanaman buncis sendiri di Indonesia pengamatan yang diperoleh dianalisis
masih banyak dibudidayakan di dataran dengan analisis ragam gabungan, apabila
medium dan tinggi dimana terutama di pengeruh perlakuan nyata maka dilanjutkan
dataran tinggi sering terjadi kerusakan dengan uji BNT 5 %.
sehingga mengurangi luas areal pertanian Analisis data menggunakan :
menyebabkan hasil dari tanaman buncis 1. Analisis Ragam per Lokasi
menurun sehingga belum dapat memenuhi Analisis ragam di setiap lokasi terhadap
kebutuhan masyarakat saat ini. Untuk itu karakter komponen hasil dan hasil
dilakukan pengembangan varietas-varietas ditujukan untuntuk mendapatkan nilai
buncis baru yang mampu tumbuh ragam galat. Model rancangan yang
berproduksi baik di dataran rendah, medium digunakan berdasarkan (Gomez dan
maupun tinggi. Sehingga pada penelitian ini Gomez, 1995) ialah:
dilakukan uji penampilan karakter agronomi Yij =µ + αi + βj + εij
dan uji stabilitas dan adaptabilitas genotip Yijk =Respon perlakuan
potensial buncis polong kuning di ketinggian µ =Nilai tengah (rata-rata)
tempat yang berbeda. Setelah ciri-ciri dan αi =Pengaruh aditif dari kelompok ke-i
uji stabilitas dan adaptabilitas tanaman βj =Pengaruh aditif dari perlakuan ke j
buncis diketahui nantinya bisa digunakan εij =Pengaruh galat percobaan dari
sebagai informasi awal untuk dilakukan kelompok ke-i perlakuan ke-j
seleksi pada tanaman buncis. Sehingga Analisis ragam setiap lokasi ditampilkan
hasil seleksi tanaman buncis sesuai dengan pada Tabel 1 analisis ragam menurut
keadaan setempat. Penelitian ini bertujuan Gomez dan Gomez (1995):
untuk mengetahui interaksi genotip dengan
lingkungan yang mempengaruhi
penampilan genotip buncis dan untuk
25

Lazuardi Pramadio, et. Al.,: Penampilan Karakter…

Tabel 1. Analisis Ragam simpangan regresi, apabila simpangan


Sumber Derajat Kuadrat F Hitung regresi mendekati 0 maka suatu genotip
Ragam Bebas Tengah dinyatakan stabil. Pada analisis stabilitas
Ulangan r–1 KT 𝐾𝑇 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 Finlay and Wilkinsons (1963) digunakan
Ulangan 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 regresi antara varietas dengan rataan
Genotip t–1 KT 𝐾𝑇 𝐺𝑒𝑛𝑜𝑡𝑖𝑝 varietas di setiap lingkungan dalam skala
Genotip 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 log (Model yij dengan `y.j). Rata-rata hasil
Galat (r- 1) (t- KT Galat semua varietas pada tiap lingkungan
1) digunakan sebagai absis, dan hasil tiap
Total r.t – 1 varietas pada tiap lingkungan digunakan
sebagai ordinat. Penarikan kesimpulan
2. Analisis Ragam Gabungan kestabilan varietas adalah :
Analisis ragam gabungan menggunakan a. b = 1 :rata-rata stabilitas
model genotip tetap dan lokasi acak b. b > 1 :peningkatan kepekaan terhadap
(Tabel 2). Berdasarkan analisis ini akan perubahan lingkungan (lingkungan
diketahui pengaruh yang disebabkan optimal)
oleh interaksi genotip lingkungan. c. b < 1 :peningkatan ketahanan terhadap
Tabel 2. Analisis Ragam Gabungan perubahan lingkungan (lingkungan
Sumber Derajat Kuadrat F marginal)
keragaman Bebas Tengah Hitung
Lokasi (E) l -1 Ml 𝑀𝑙 HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑀𝑟/𝑙
Ulangan / (r -1)l M r/l Pengaruh perlakuan tiap genotip
Lokasi pada karakter agronomi berbeda nyata
Genotip g -1 Mg 𝑀𝑔 antar genotip. Hal itu mengindikasikan
𝑀𝑔𝑙 bahwa karakter agronomi tiap ketinggian
Interaksi (l -1)(g - M gl 𝑀𝑔𝑙 tempat memiliki keragaman genetik.
(GxE) 1) 𝑀𝑒 Menurut Wahyuni (2008) penggunaan
Galat l(r -1)(g Me sumber benih dari genotip yang berbeda
-1) akan memberikan potensi yang berbeda
Total r l g-1 dan perbedaan ini akan menimbulkan
Keterangan: r: ulangan, l: lokasi, g: genotip, gl: keragaman penampilan. Masing-masing
interaksi genotip x lokasi, M: karakter akan diwariskan mengikuti potensi
kuadrat tengah. genotip yang dimiliknya. Faktor genetik
tidak akan memperlihatkan sifat yang
3. Analisis Stabilitas Hasil dan Adaptabilitas dibawanya kecuali dengan adanya faktor
Menggunakan persamaan Eberhart and lingkungan yang diperlukannya. Sebaliknya,
Russell (1966), respons genotip meskipun sudah dilakukan manipulasi dan
dimodelkan: perbaikan terhadap faktor lingkungan tidak
Yijk = μ + gi + ej + (ge)ij + re(j) + εijk akan menyebabkan perkembangan dari
Keterangan : suatu sifat kecil kecuali faktor genetik yang
Yijk : angka pengamatan yang diperlukan terdapat pada individu yang
diperoleh genotipe ke-i pada bersangkutan.
lingkungan ke-j diulangan ke-k. Lokasi penelitian pada ketinggian
μ : rata-rata angka pengamatan. tempat berbeda memberikan hasil rata-rata
gi : pengaruh genotipe (varietas) ke-i. panen yang berbeda. Pada dataran tinggi
ej : pengaruh lingkungan ke-j. semua genotip memiliki hasil yang lebih
re(j) : pengaruh ulangan dalam tinggi daripada genotip yang di tanam pada
lingkungan ke-j. dataran rendah dan dataran medium.
eijk : simpangan genotipe ke-i pada Lingkungan tumbuh yang sesuai akan
lingkungan ke-j di ulangan ke-k. mendukung pertumbuhan dan
Stabilitas hasil menurut Eberhart and perkembangan tanaman sehingga tanaman
Russell (1966) ditentukan berdasarkan dapat berproduksi secara optimal.
26

Lazuardi Pramadio, et. Al.,: Penampilan Karakter…

Tabel 3. Analisis Ragam Pengaruh genotip, lokasi, dan interaksi G x E Terhadap Komponen
Hasil dan Hasil Genotip Buncis pada Semua Ketinggian Tempat
KT F Hit KT F Hit KT F Hit
Karakter
Genotip Genotip Lingkungan Lingkungan GxE GxE
JKPT 91 .01 7 .77* 110 .42 25.71** 11 .71 5.19**
JPPT 259 .79 3 .99* 1716 .08 46.59** 64 .89 5.22**
BPSPT 10945 .63 4 .91* 50635 .91 51.92** 2226 .99 7.36**
PH 0 .29 2 .14 2 .18 24.65** 0 .14 6.08**
Keterangan: JKPT= jumlah kluster per tanaman, JPPT= jumlah polong per tanaman, BPSPT= bobot polong
segar per tanaman, PH= potensi hasil, **= berbeda nyata berdasarkan F tab 1%, *= berbeda nyata
berdasarkan F tab 5%.

Hasil rata-rata panen merupakan suatu memberikan hasil yang selalu lebih tinggi
kesatuan dari gabungan komponen hasil. atau tidak selalu lebih tinggi dari yang lain di
Genotip berbeda pada semua rerata semua lokasi (Kuswanto, Basuki, dan
komponen hasil, yang artinya bahwa setiap Rejeki, 2006). Interaksi genotipe dengan
genotip mempunyai potensi yang berbeda lingkungan dapat diartikan bahwa, suatu
dalam penampilan kluster per tanaman dan genotipe memberikan responsif yang tidak
jumlah polong per tanaman yang nantinya sama pada lingkungan yang berbeda
akan mempengaruhi rerata hasil produksi (Totok, 2007).
dari tanaman itu sendiri. Lingkungan yang Suatu genotip dapat dibagi menjadi
berbeda pada semua komponen hasil, empat klasifikasi berkaitan dengan
berarti lingkungan tersebut memberikan kemampuannya dalam beradaptasi di
pengaruh yang nyata terhadap penampilan lingkungan (Roy, 2000), ialah (1) genotip
komponen hasil. Lingkungan yang berbeda tidak responsif, (2) genotip toleran, (3)
nyata memberikan informasi bahwa genotip stabil, dan (4) genotip adaptasi luas
komponen hasil berbeda-beda pada ketiga (fleksibel). Allard dan Bradshaw (1964)
lingkungan yang telah di uji (Yulianti, 2017). menyatakan bahwa penyebab stabilitas
Sumber keragaman genotip yang berbeda hasil suatu genotip adalah adanya
menunjukkan adanya perbedaan bobot mekanisme penyangga individu (individual
polong per tanaman diantara genotip yang buffering) dan populasi (population
di uji. Hal tersebut membuktikan bahwa buffering) yang menyebabkan genotip
lingkungan memberikan pengaruh pada dengan hasil tinggi dan stabil akan
penampilan karakter-karakter di atas. berpenampilan baik di semua lingkungan.
Interaksi genotip dengan lingkungan Terdapat dua konsep stabilitas, yaitu
berbeda pada Tabel 3, dapat diartikan stabilitas statis dan dinamis. Stabilitas statis
bahwa penampilan jumlah kluster per sering disebut sebagai stabilitas biologis
tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot (Becker dan Leon, 1988). Stabilitas ini
polong segar per tanaman dan potensi hasil menyatakan keragaan suatu genotip yang
disebabkan adanya perbedaan tanggap relatif sama dari suatu lokasi ke lokasi
suatu genotip terhadap lingkungan dimana lainnya (homeostatis). Sementara stabilitas
genotip tersebut di tanam. Perbedaan dinamis atau stabilitas agronomis
responsif genotip terhadap lingkungannya, menyatakan rata-rata suatu genotip di
akan membuat penampilan jumlah kluster semua lokasi. Stabilitas statis biasanya
per tanaman, jumlah polong per tanaman, berkaitan dengan daya hasil yang rendah
bobot polong segar per tanaman dan sehingga konsep stabilitas statis lebih
potensi hasil suatu kultivar belum tentu direkomendasikan untuk mengevaluasi
sama jika ditanam pada lokasi yang daya hasil. Simmonds (1991)
berbeda. Interaksi genotip dengan menambahkan bahwa stabilitas statis akan
lingkungan dapat diartikan bahwa, pada lebih berguna dibandingkan dengan
genotip yang berbeda akan memberikan stabilitas dinamis di negara berkembang.
hasil berbeda apabila di tanam di lokasi Stabilitas dilihat dari respon genotip yang
yang berbeda. Suatu galur dapat tidak menyimpang dari respon rata-rata
27

Lazuardi Pramadio, et. Al.,: Penampilan Karakter…

Tabel 4. Stabilitas dan Adaptabilitas Potensi Hasil Masing-masing Genotip.


Koefisien Simpangan
Potensi Hasil
Genotip -1 Regresi (bi) Regresi Keterangan
(ton ha )
(sd2)
Cherooke Sun 0.23 0.43 * 0.55 ns Stabil
CSxGK 50-0-24 0.42 1.06 ns 0.92 ns Stabil
CSxGI 63-0-24 0.58 1.64 * 0.69 ns Stabil
Lebat 3 0.55 0.87 ns 0.76 ns Stabil
Keterangan: bi = Koefisien Regresi, CS = Cherooke Sun, GK = Gilik Kuning, GI = Gilik Ijo.

1,8
1,6 bi > 1 Beradaptasi pada lingkungan optimal
CSxGI
1,4
Koefisien regresi

63-0-24
1,2
1 CSxGK
0,8 Lebat 3
50-0-24
0,6
0,4 CS
0,2 bi < 1 Beradaptasi pada lingkungan marginal
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Simpangan Regresi

Gambar 1. Grafik Intepretasi parameter bi dan s2d pada analisis stabilitas potensi hasil di tiga lokasi.
Keterangan : bi = Koefisien Regresi, CS = Cherooke Sun, GK = Gilik Kuning, GI = Gilik Ijo.

semua genotip yang ditanam di lingkungan polong per tanaman, bobot polong segar
uji. Interaksi antara genotip dan lingkungan per tanaman dan potensi hasil menjadi
menjadi menjadi salah satu kendala dalam dasar dalam melakukan analisis stabilitas.
pelaksanaan pemuliaan tanaman. Interaksi Karena kestabilan suatu tanaman
antara genotip dan lingkungan membuat beradaptasi pada lokasi yang berbeda bisa
tanaman hasil dari pemuliaan bisa jadi dari rerata produksi hasil yang dipengaruhi
kurang stabil bahkan tidak stabil, karena oleh beberapa karakter tersebut (Yulianti,
adanya perbedaan akan penampilan setiap 2017).
genotip berdasarkan kondisi lingkungan Genotip potensial menurut Eberhart
dimana tempat tumbuhnya tanaman dan Russell (1966) adalah memiliki rata-rata
tersebut (Harsanti et al., 2003). Oleh karena hasil tinggi, nilai koefisien regresi (bi) = 1
itu, perlu dilakukannya uji daya hasil dan nilai simpangan regresi (sd 2) mendekati
stabilitas serta adaptabilitas jika ditanam 0. Pada uji stabilitas pada hasil rata-rata
pada lokasi yang berbeda. Stabilitas hasil produksi semua genotip stabil dikarenakan
menjadi salah satu kriteria suatu genotip nilai simpangan regresi tidak berbeda nyata
agar dapat dibudidayakan secara luas. dengan nol. Sedangkan untuk adaptabilitas
Pendugaan nilai stabilitas hasil pada 4 menggunakan metode Findlay dan
genotip yang di uji pada tiga lokasi empat Wilkinson (1963) dimana koefisien regresi
genotip stabil, satu genotip adaptif pada tidak berbeda nyata dengan 1 menunjukkan
lahan marginal, satu genotip adaptif pada bahwa suatu genotip yang memilik nilai bi
lahan produktif dan dua genotip memiliki ‘tn’ (tidak sama dengan satu) yang artinya
adaptif pada lingkungan yang luas. genotip tersebut stabilitas dan adaptabilitas
Perbedaan interaksi genotip dengan sangat baik di semua lokasi, apabila bi
lingkungan pada analisis ragam gabungan berbeda nyata dan < 1 = adaptif pada
karakter jumlah kluster per tanaman, jumlah lingkungan marginal, ) apabila nilai bi
28

Lazuardi Pramadio, et. Al.,: Penampilan Karakter…

berbeda nyata dan > 1 = adaptif pada Finlay, K.W. and G.N. Wilkinson. 1963.
kondisi lingkungan optimal. Pada uji The Analysis of Adaptation in Plant
stabilitas dan adaptabilitas dapat di Breeding Program. Aust. Journal of
kelompokkan. Terdapat 4 genotip yang Research. 14(6): 742-754.
memenuhi kriteria stabil pada rerata hasil Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1995.
panen yaitu CSxGK 50-0-24 dan CSxGI 63- Prosedur Statistik untuk Penelitian
0-24 adaptif pada lingkungan yang luas, Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta.
satu genotip yang adaptif di lingkungan Harsanti, L., Hambali, Mugiono. 2003.
yang optimal yaitu Lebat 3 dan satu genotip Analisa Daya Adaptasi 10 Galur
yang adaptif pada lingkungan marginal yaitu Mutan Padi Sawah di 20 Lokasi Uji
Cherooke Sun. Daya Hasil Pada Dua Musim. Zuriat,
14 (1):1-7.
KESIMPULAN Kuswanto, N. Basuki dan E. S. Rejeki.
2006. Uji Adaptasi Kacang Panjang
Berdasarkan penelitian penampilan (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth)
karakter agronomi genotip buncis pada Galur Unibraw. Habitat (ISSN : 0853-
ketinggian tempat yang berbeda dapat 5167). 17 (2): 103-117.
disimpulkan terdapat interaksi genotip Simmonds, N. W. 1991. Selection for Local
dengan lingkungan pada variabel jumlah Adaptation in Plant Breeding
kluster per tanaman, jumlah polong polong Programme. Journal of Theoritical
per tanaman, bobot polong segar per and Applied Genetics. 82(3):363-367.
tanaman dan potensi hasil. Berdasarkan uji Totok, A. D. H. 2007. Pengaruh Interaksi
stabilitas yang ditanam pada lingkungan Genotip x Lokasi Tanam. Jurnal
yang berbeda terdapat 4 genotip yang Pembangunan Pedesaan. 7 (1):53-
memenuhi kriteria stabil pada rerata hasil 60.
panen yaitu CSxGK 50-0-24, CSxGI 63-0- Wahyuni, S. 2008. Hasil Padi Gogo Dari
24, Cherooke Sun dan Lebat 3. Uji dua sumber Benih yang Berbeda.
adaptabilitas dikelompokkan menjadi 3 Penelitian Pertanian Tanaman
kriteria yaitu genotip Lebat 3 dan CSxGK Pangan. 27(3):135-140.
50-0-24 yang adaptif pada lingkungan luas, Yulianti, N.D. 2017. Penampilan Karakter
genotip CSxGI 63-0-24 yang adaptif pada Agronomi 30 Genotip padi (Oryza
lingkungan yang optimal dan genotip sativa L.) di Tiga Lokasi. Skripsi.
Cherooke Sun yang adaptif pada Fakultas Pertanian. Universitas
lingkungan marginal. Brawijaya.

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. and A.D. Bradshaw. 1964.


Implication of Genotype–
Environmental Interaction in Applied
Plant Breeding. Crop Science.
4(5):503-506.
Becker, H.C. and J. Leon. 1988. Stability
Analysis in Plant Breeding. Plant
Breeding. 101(1):1-23.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2016.
Statistik Produksi Hortikultura Tahun
2014. Direktorat Jendral Hortikultura
Kementrian Pertanian. Jakarta.
Eberhart, S.A. and Russell, W.A. 1966.
Stability Parameters for Comparing
Varieties. Crop Science. 6(1): 36-40.

Anda mungkin juga menyukai