Anda di halaman 1dari 40

ISSN: 2460-6138

Volume 1,
Volume 1 No. 1, Maret
Nomor 2015 2016
2, Januari KATA PENGANTAR

Buletin Serealia ini merupakan terbitan kedua yang isinya


PENANGGUNG JAWAB
membahas tentang hasil-hasil penelitian serealia selain
Dr. Ir. Muhammad Taufiq Ratule,
padi.
M.Si
Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia Pada terbitan kedua ini terdapat 5 tulisan yang terdiri
dari bidang pemuliaan, penyakit, dan agronomi.
DEWAN REDAKSI
Buletin hanya memuat tulisan primer terutama hasil-hasil
Ketua
penelitian serealia terkini.
Dr. Amran Muis
(Hama dan Penyakit Tanaman)
Redaksi,
Anggota:
Prof. Dr. Suarni
(Pascapanen)
Ir. M. Yasin HG., MS
(Pemuliaan Tanaman)
Ir. Bahtiar, MS
(Sosial Ekonomi) DAFTAR ISI
Ir. Syafruddin. MS Indeks Toleran dan Karakter Seleksi Jagung Inbrida Toleran
(Budidaya Tanaman) Pemupukan Nitrogen Rendah.
Dr. Ramlah Arief Herawati dan Roy Efendi ................................................ 1
(Perbenihan)
Dr. Muh. Aqil Parameter Genetik dan Korelasi Karakter Komponen Hasil
(Mekanisasi Pertanian) Jagung Hibrida.
Slamet Bambang Priyanto, Muhammad Azrai, dan
Redaksi Pelaksana: Andi Takdir Makkulawu ................................................. 9
Ir. A. Haris Talanca
Umriana, SE Uji Daya Hasil Populasi Jagung Provit A (eta carotene)
Suriani, MP pada Zona Dataran Rendah Tropis.
Jamaluddin, Musdalifah Isnaeni, dan M. Yasin H.G. ....... 16
FREKUENSI TERBIT
Analisis Sidik Lintas Karakter Morfologi dan Komponen
Dua nomor per tahun: Juli dan Januari
Hasil Jagung Hibrida Genjah.
Suriani, R. Neni Iriany M., dan A.Takdir M..................... 24

Karakter Agronomis Dan Hasil Beberapa Galur Sorgum


Fatmawati dan M. Yasin HG......................................... 32
ALAMAT
Redaksi Buletin Serealia Balitsereal
Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, 90514
Telp. 0411-371529 371016, Balai Penelitian Tanaman Serealia
Fax: 0411-371961 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Email: balitsereal@litbang.pertanian.id Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Indeks Toleran dan Karakter Seleksi Jagung Inbrida Toleran


Pemupukan Nitrogen Rendah
Herawati dan Roy Efendi
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros 90514, Sulawesi Selatan
Email: herawati.serealia@yahoo.com

Abstract
One way to improve the efficiency of nitrogen fertilization is the use of low N tolerant varieties.
Therefore, selectionof inbreds that tolerant to low N, tolerance index analysis, correlation analysis, and
analysis of cross-examination need to be done. This study aimed to obtain inbred lines that are tolerant to
low N. Maize inbred character correlated with the results as well as code that directly and indirectly to the
seed yield at low N conditions. Research conducted at the Experimental Farm of ICERI, Maros from
June-October 2013. The treatment was arranged in split plot design with three replications. The main plot
was nitrogen fertilizer which consists of three levels ie 0, 75, and 150 kg N/ha. The subplots were 31
maize inbred genotypes. The results showed that genotype CY15, CLRCY034, CLRCY039, G20133077,
and 1042-69 tolerant of low dose (75 kg N/ha). The shelling percentage, the percentage of normal cob,
cob percentage vacuum, stem diameter, plant height and ear height position has a significant correlation
with grain yield in conditions of low N fertilization. Characters that directly influence the grain yield was
shelling percentage (0.603), the percentage of normal cobs (0.273) ,and the percentage of empty cobs (-
0.173). While the characters are not directly influence the grain was plant height (0.198), height of cob
position (0.151), and stem diameter (0.107).
Key words: nitrogen, inbrida, correlation, pathway analysis

Abstrak
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen adalah penggunaan varietas yang
toleran N rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi genotipe jagung yang toleran terhadap N
rendah, analisis indeks toleransi, analisis korelasi, dan analisis sidik lintas. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh galur-galur inbrida yang toleran terhadap N rendah. Karakter jagung inbrida berkorelasi
dengan hasil serta karakter-karakter yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil biji
pada kondisi N rendah. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balitsereal, Maros pada bulan Juni-
Oktober 2013. Perlakuan disusun dalam Rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama
adalah takaran pupuk nitrogen yang terdiri dari tiga taraf yaitu 0, 75, dan 150 kg N/ha. Anak petak adalah
31 genotipe jagung inbrida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Genotipe CY15, CLRCY034,
CLRCY039, G20133077, dan 1042-69 toleran pada takaran rendah(75 kg N/ha). Rendemen biji,
persentase tongkol normal, persentase tongkol hampa, diameter batang, tinggi tanaman, dan tinggi letak
tongkol memiliki korelasi nyata dengan hasil biji pada kondisi pemupukan N rendah. Karakter yang
berpengaruh langsung terhadap hasil biji yaitu rendemen biji (0,603), persentase tongkol normal (0,273)
dan persentase tongkol hampa (-0,173). Sedangkan Karakter yang tidak berpengaruh langsung terhadap
hasil biji yaitu tinggi tanaman (0,198), tinggi letak tongkol (0,151), dan diameter batang (0,107).

Pendahuluan Nitrogen sering menjadi permasalahan dalam


budidaya tanaman jagung. Ketersediaan nitrogen di
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara dalam tanah yang terbatas serta penggunaan pupuk
makro untuk meningkatkan pertumbuhan dan nitrogen yang berlebihan menyebabkan
produksi tanaman jagung. Nitrogen berperan dalam pertumbuhan, produksi, dan efisiensi pemupukan
metabolisme senyawa-senyawa aktif dalam tubuh nitrogen yang rendah (Syafruddin et al. 2008;
tanaman seperti asam amino, protein, enzim, dan Moser et al. 2006). Efisiensi pemupukan nitrogen
koenzim (Abbasi et al. 2013).Menurut Chaturvedi hanya berkisar 30-40% (Gani 2009; Musfal et al.
(2005) nitrogen merupakan penyusun nukleotida, 2009).
klorofil, serta berperan langsung terhadap Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. pemupukan nitrogen adalah penggunaan varietas

1
Herawati dan Roy Efendi: Indeks Toleran dan ...

jagung hibrida yang toleran terhadap N rendah. sedangkan anak petak adalah 31 genotipe jagung
Varietas hibrida dirakit dengan menyilangkan dua inbrida.
galur inbrida unggul sebagai materi genetik yang Setiap galur ditanam dua baris dengan jarak
memiliki homozigotsitas yang tinggi (Efendi et al. tanam 75 cm x 25 cm dan panjang baris 5 m.
2015). Untuk memperoleh hibrida yang toleran N Sebelum ditanam, benih diberi Metalaxil dengan
rendah diperlukan materi genetik inbrida yang takaran 1,25 gr/1 kg benih untuk mencegah
toleran N rendah. Oleh karena itu, pembentukan penyakit bulai. Pada saat umur 2 minggu setelah
galur inbrida unggul dan seleksi materi genetik tanam dijarangkan menjadi satu tanaman per
merupakan langkah pertama dalam perakitan rumpun. Pemeliharaan meliputi penyiangan,
varietas hibrida toleran N rendah (Kamara et al. pengairan, dan pembumbunan. Pemupukan pertama
2005). dilaksanakan pada saat umur tanaman 7 hst (hari
Setiap jagung inbrida memiliki tanggapan setelah tanam) yaitu setengah takaran N sesuai
yang berbeda terhadap kondisi N rendah yang perlakuan dan setengah takaran N diberikan pada
ditunjukkan dengan adanya keragaman karakter saat tanaman berumur 30 hst. Pupuk P dan K
morfologi dan hasil (Abera et al. 2007; Kadir dengan takaran 36 kg P2O5 dan 45 kg K2O/ha
2011). Karakter tersebut saling berinteraksi dimana diberikan semuanya bersamaan dengan pemupukan
tingkat interaksi antar karakter dapat diketahui N pertama.
melalui analisis korelasi (Wardiana et al. 2009). Parameter yang diamati meliputi tinggi
Analisis korelasi merupakan metode yang tanaman, tinggi letak tongkol, luas daun, diameter
digunakan untuk mengetahui derajat hubungan batang, umur berbunga jantan, umur berbunga
antara karakter pertumbuhan dengan komponen betina, selesih umur berbunga jantan dan betina,
hasil sehingga dapat memudahkan proses seleksi kandungan klorofil daun, aspek penuaan daun,
(Hartati et al. 2012; Subatra et al. 2014). Namun persentase tongkol normal, persentase tongkol
koefisien korelasi tidak mampu menunjukkan hampa jumlah malai, panjang malai, panjang
karakter-karakter yang memberi pengaruh langsung tongkol, diameter tongkol, rendemen biji,stay
dan tidak langsung terhadap hasil sehingga perlu green, hasil biji, dan indeks sensitivitas cekaman.
dilakukan analisis sidik lintas (Miftahorrachman Indeks sensitivitas cekaman dihitung berdasarkan
2010). hasil biji/tanaman menggunakan rumus yang
Analisis sidik lintas merupakan lanjutan dari dikemukakan Fischer dan Maurer (1978) dalam
analisis korelasi dengan tujuan untuk mengetahui Anwar et al. (2011):
adanya pengaruh langsung dan tidak langsung
antara karakter-karakter pertumbuhan terhadap di mana:
hasilbiji (Nasution 2010). Menurut Jeromela et al. S = indeks sensitivitas cekaman
(2008) nilai koefisien lintas atau koefisien pengaruh Yp = rata-rata hasil biji dari jagung inbrida pada
langsung merupakan koefisien regresi. Korelasi dan kondisi N rendah
analisis sidik lintas antar setiap genotipe sangat Y = rata-rata hasil biji dari jagung inbrida pada
diperlukan untuk menyeleksi genotipe sesuai dengan pemupukan N normal
target yang diinginkan. Xp = rata-rata hasil biji dari seluruh jagung
Penelitian ini bertujuan: 1) untuk memperoleh inbrida pada kondisi N rendah
galur-galur jagung inbrida yang toleran terhadap N X = rata-rata hasil biji dari seluruh jagung
rendah, yang dapat digunakan dalam pembentukan inbrida pada pemupukan N normal.
jagung hibrida, 2) untuk mengetahui karakter jagung
inbrida berkorelasi dengan hasil serta karakter- Kriteria untuk penentuan tingkat toleransi
karakter yang berpengaruh langsung dan tidak terhadap cekaman kekeringan adalah jika nilai
langsung terhadap hasil biji pada kondisi N rendah. S<0,5 maka galur tersebut toleran; jika 0,5S1,0
maka galur tersebut medium toleran; dan jika S>1,0
Bahan dan Metode maka galur dinilai peka.
Data dianalisis menggunakan analisis sidik
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan
ragam. Untuk mengetahui hubungan antar karakter
Balitsereal, Maros pada bulan Juni sampai Oktober
agronomis dan hasil digunakan analisis korelasi.
2013. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak
Untuk mengetahui karakter-karakter yang
Terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama adalah
berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
takaran pupuk nitrogen, terdiri dari tiga taraf yaitu:
hasil digunakan analisis sidik lintas.
0 dan 75 kg N/ha (takaran pemupukan N rendah),
dan 150 kg N/ha (takaran pemupukan N normal)

2
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Hasil Dan Pembahasan memberikan rata-rata hasil biji berkisar antara 1,29-
3,48 t/ha genotipe CY14 memberikan rata-rata hasil
Keragaan Hasil biji tertinggi dan CLRCY017 memberikan rata-rata
Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa hasil biji terendah (1,29 t/ha).
tanah penelitian di kebun percobaan Balitsereal, Hasil biji dari semua galur yang diuji
kabupaten Maros tergolongmempunyai tekstur menurun secara nyata pada pemupukan N rendah (0
lempung liat berdebu dengan pH 5,78. Kadar N- kg N/ha dan 75 kg N/ha) dibanding pemupukan 150
total dan C/N total tergolong rendah yaitu 0,10% kg N/ha. Setiap genotipe mempunyai penurunan
dan 7,10 serta unsur P, Ca, dan Mg yang tergolong hasil biji yang berbeda, rata-rata persentase
sedang(Tabel 1). Rendahnya kadar N dan C/N penurunan hasilnya pada takaran 0 kg N/ha adalah
dalam tanah menunjukkan bahwa lokasi pengujian 78,44% dan pada takaran 75 kg N/ha adalah
akan respon terhadap pemberian N karena itu layak 31,41% sehingga terjadi perbedaan indeks
dijadikan pengujian untuk memperoleh genotype sensitivitas terhadap N rendah. Oleh karena itu,
yang toleran N rendah. perbedaan hasil biji dapat digunakan untuk
Hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan memisahkan tingkat sensitivitas galur terhadap N
interaksi antara galur dan takaran pupuk N rendah seperti yang disajikan pada Tabel 3.
berpengaruh sangat nyata terhadap hasil biji. Pengelompokan genotipe jagung terhadap
Interaksi tersebut menunjukkan bahwa terdapat indeks sensitivitas berbeda pada takaran N yang
perbedaan hasil biji dari genotipe yang diuji pada berbeda.Indeks sensivitas genotipe jagung pada
takaran N yang berbeda. Rata-rata hasil biji dari 31 takaran 0 kg N/ha hanya mengelompok pada
genotipe yang diuji pada berbagai takaran N tingkat peka dan medium, tetapi tidak terdapat
berkisar antara 0,76-2,30 t/ha. Keragaman produksi kelompok genotipe yang toleran. Sedangkan pada
biji jagung dipengaruhi oleh kondisi lingkungan 75 kg N/ha genotipe jagung akan mengelompok
(Anley et al. 2013; Karasu et al. 2009). pada tingkat peka, medium, dan toleran sehingga
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kondisi genotipe ini berpeluang untuk dijadikan materi
tanpa pemupukan hasil biji yang diperoleh berkisar dalam pembentukan genotipe toleran N rendah.
antara 0,04-1,00 t/ha, genotipe CLYN260 Sensitivitas cekaman terhadap N rendah dengan
memberikan rata-rata hasil biji tertinggi sedangkan takaran 75 kg N/ha merupakan tingkat cekaman
CLRCY034 memberikan rata-rata hasil biji pemupukan N rendah yang baik untuk menyeleksi
terendah. Pada takaran 75 kg N/ha hasil biji yang genotipe jagung inbrida yang toleran terhadap
diperoleh berkisar antara 0,80-2,64 t/ha, genotipe cekaman N. Genotipe yang toleran pada takaran 75
NEI 9008 memberikan rata-rata hasil biji tertinggi kg N/ha yaitu CY15, CLRCY034, CLRCY039,
sedangkan CLRCY017 memberikan rata-rata hasil G20133077, dan 1042-69 (Tabel 3).
biji terendah. Sedangkan takaran 150 kg N/ha

Tabel 1. Hasil analisis tanah sebelum penelitian, KP Balitsereal, Kabupaten Maros.

Jenis penetapan Nilai penetapan Harkat


Tekstur
Liat (%) 17 Lempung liat berdebu
Debu (%) 42
Pasir (%) 41
pH : Air 5,78 Agak masam
KCl 4,85 Masam
N-total (%) 0,10 Rendah
C/N 7,10 Rendah
P Bray (ppm) 16,89 Sedang
K 0,27 Rendah
Ca 5,64 Sedang
Mg 5,24 Sedang
Na 0,37 Rendah
KTK (me/100 g) 7,35 Rendah
Kejenuhan Basa (%) 156,73 Tinggi
Sumber : Laboratorium tanah dan kimia Balitsereal, Maros 2013.

3
Herawati dan Roy Efendi: Indeks Toleran dan ...

Tabel 2. Sidik ragam hasil biji 31 genotipe jagung pada beberapa takaran nitrogen.

SK Db JK KT F hit P
Ulangan 2 0,34 0,17 1,62tn 0,31
Nitrogen (PU) 2 158,77 79,39 761,69** 0,00
Acak a 4 0,42 0,10 2,19tn 0,07
Genotipe 30 33,48 1,12 23,41** 0,00
Nitrogen x Genotipe 60 16,98 0,28 5,94** 0,00
Acak b 180 8,58 0,05
Total 278 218,56 0,79
KK 14.7
Keterangan: tn = tidak nyata pada peluang 0,05; *= nyata pada peluang 0,01<p>0,05;
** = sangat nyata pada peluang p0,01.

Tabel 3. Rata-rata hasil biji dan indeks sensivitas 31 genotipe pada beberapa takaran nitrogen.

N1 N3 Penu- Indeks N2 N3 Penu-


Indeks
(0 kg/ha) (150kg/ha) runan Sensi- (75kg/ha) (150 kg/ha) runan
Genotipe sensiti-vitas
hasil tivitas hasil
Hasil (t/ha) Hasil (t/ha) (S)
(%) (S) (%)
CML 161/NEI 9008 0,61 2,21 72,41 0,93M 1,36 2,21 38,51 1,21P
CY11 0,70 2,49 71,75 0,92M 1,66 2,49 33,20 1,04P
CY12 0,51 3,35 84,84 1,08P 1,83 3,35 45,52 1,43P
CY14 0,83 3,48 76,06 0,97M 1,69 3,48 51,53 1,62P
CY15 0,52 2,12 75,52 0,97M 1,79 2,12 15,46 0,49T
CY6 0,18 1,85 90,28 1,15P 1,55 1,85 16,37 0,51M
G2013631 0,68 3,01 77,26 0,99M 2,15 3,01 28,61 0,90M
G2013645 0,62 3,29 81,14 1,04P 2,20 3,29 33,14 1,04P
MR-14 0,67 1,86 63,96 0,82M 0,95 1,86 49,27 1,55P
NEI 9008 0,83 3,44 75,77 0,97M 2,64 3,44 23,24 0,73M
CLRCY017 0,17 1,29 86,56 1,11P 0,80 1,29 37,81 1,19P
CLRCY034 0,04 1,64 97,48 1,25P 1,49 1,64 9,23 0,29T
CLRCY039 0,18 2,28 92,02 1,18P 1,97 2,28 13,57 0,43T
CLYN249 0,46 2,24 79,44 1,02P 0,94 2,24 57,88 1,82P
CLYN253 (G15) 0,98 2,49 60,90 0,78M 1,60 2,49 35,89 1,13P
CLYN257 (G16) 0,37 1,35 72,30 0,92M 0,84 1,35 37,61 1,18P
CLYN260 (G17) 1,00 2,29 56,13 0,72M 1,25 2,29 45,13 1,42P
CLYN261 (G18) 0,63 2,58 75,56 0,97M 1,71 2,58 33,90 1,07P
DTPYC9-F13-2-3-1-2-B 0,34 2,51 86,40 1,11P 1,93 2,51 22,97 0,72M
DTPYC9-F46-1-2-1-2-B 0,58 2,23 73,84 0,94M 1,49 2,23 33,08 1,04P
DTPYC9-F46-3-9-1-B 0,76 2,27 66,43 0,85M 1,63 2,27 28,28 0,89M
DTPYC9-F65-2-2-1-1-B 0,42 2,60 83,68 1,07P 1,80 2,60 30,57 0,96M
G2013649 0,52 2,76 81,06 1,04P 2,17 2,76 21,44 0,67M
G2013627 0,42 2,31 81,68 1,04P 1,54 2,31 33,40 1,05P
G20133077 0,26 2,18 88,24 1,13P 2,00 2,18 7,96 0,25T
G20133036 0,27 1,64 83,49 1,07P 1,36 1,64 17,01 0,53M
AMB20 0,57 2,55 77,83 1,00M 1,63 2,55 35,96 1,13P
1044-30 0,73 2,35 68,74 0,88M 1,73 2,35 26,12 0,82M
1042-69 0,40 2,20 81,81 1,05P 1,92 2,20 12,62 0,40T
AMB07 0,25 2,18 88,52 1,13P 1,12 2,18 48,81 1,53P
G-180 0,35 1,79 80,67 1,03P 0,91 1,79 49,51 1,56P
Rata-rata 0,51 2,35 78,44 1,60 2,35 31,41
Keterangan : 1). T = toleranS<0,05; M= medium0,5S1,0; dan P= peka S>0,01.
2). Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda berarti menunjukkan perbedaan nyata pada

uji DMRT = 0,01.

Nilai indeks sensitivitas dipengaruhi oleh dimana pada takaran N normal (150 kg N/ha)
persentase penurunan hasil, semakin rendah memiliki hasil biji sebesar 2,18 sedangkan pada
persentase penurunan hasil maka indeks sensivitas takaran N rendah (75 kg N/ha) memiliki hasil biji
suatu genotipe akan semakin toleran terhadap sebesar 2,00 t/ha yang berarti persentase penurunan
cekaman pemupukan N rendah dan sebaliknya. Hal hasil biji yang rendah yaitu 7,96%. Sedangkan
ini dapat dilihat pada galur G20133077 yang genotipe CLYN249 yang peka terhadap cekaman
toleran terhadap cekaman pemupukan N rendah pemupukan N mempunyai hasil biji pada

4
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

pemupukan N normal (150 kg N/ha) 2,24 t/ha dan dengan koefisien korelasi 0,953. Peningkatan tinggi
takaran N rendah (75 kg N/ha) memproleh 0,94t/ha, tanaman dapat memudahkan tanaman menyerap
yang berarti persentase penurunan hasil biji yang cahaya matahari yang dibutuhkan untuk proses
cukup tinggi yaitu 57,88%. fotosintesis dan assimilat hasil fotosintesis akan
ditranser untuk pembentukan biji (Liu et al. 2015).
Korelasi Antara Karakter Agronomis dan Hasil Karakter diameter batang juga berkorelasi
Nilai koefisien korelasi menunjukkan positif nyata dengan hasil (r=0,39). Batang jagung
keeratan hubungan antar karakter (Shaban 2005). menjadi tempat penimbunan assimilat, sehingga
Menurut Banziger et al. (2000), karakter yang akan makin besar diameter jagung assimitat makin
digunakan sebagai seleksi adalah karakter yang banyak, semakin banyak assimilat yang tersimpan
berkorelasi dengan hasil berdasarkan analisis di batang akan meningkatkan hasil biji karena
korelasi. assimilat tersebut akan ditranslokasikan untuk
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada kondisi pembentukan biji pada fase generatif.
pemupukan N rendah (75 kg N/ha) terdapat Persentase tongkol normal berkorelasi positif
beberapa karakter yang berkorelasi dengan hasil sangat nyata dengan hasil biji (r = 0,70). Sedangkan
biji yaitu rendemen biji, persentase tongkol normal, persentase tongkol hampa berkorelasi negatif nyata
persentase tongkol hampa, diameter batang, tinggi dengan hasil biji (r = -0,37). Hal ini menunjukkan
tanaman, dan tinggi letak tongkol. bahwa semakin tinggi persenatse tongkol normal
Tinggi tanaman berkorelasi positif nyata maka hasil biji akan tinggi. Namun semakin tinggi
dengan hasil biji dengan nilai koefisien korelasi persentase tongkol hampa hasil biji akan
0,37. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan menurun.Tongkol normal mempengaruhi rendemen
tinggi tanaman pada suatu batas tertentu akan biji. Rendemen biji juga berkorelasi positif sangat
meningkatkan hasil biji. Bocanski et al. (2009) nyata dengan hasil biji dengan nilai koefisien
juga melaporkan bahwa terdapat korelasi positif korelasi (r = 0,85). Semakin besar rendemen biji
sangat nyata antara tinggi tanaman dengan hasil biji maka semakin besar peningkatan hasil biji.

Tabel 4. Koefisien korelasi antara karakter agronomis dan hasil biji 31 genotipe jagung pada takaran 75 kg N/ha.

Pe-
Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17
ubah

Y 1

X1 0,34 1

X2 0,02 -0,27 1

X3 0,85** 0,19 0,11 1

X4 0,70** 0,54** -0,01 0,56** 1

X5 -0,37* 0,12 0,11 -0,21 -0,21 1

X6 0,39* 0,47** 0,02 0,18 0,20 -0,05 1

X7 -0,03 -0,24 -0,05 0,09 -0,24 -0,12 0,04 1

X8 -0,05 -0,27 0,38* -0,01 0,00 -0,02 -0,23 -0,12 1

X9 0,15 0,36* -0,22 -0,13 -0,14 0,11 0,73** 0,07 -0,31 1

X10 0,37* 0,09 -0,23 0,33 0,01 -0,06 0,50** -0,04 -0,16 0,48** 1

X11 0,41* 0,40* -0,39* 0,25 0,25 -0,05 0,56** -0,05 -0,31 0,54** 0,79** 1

X12 -0,19 0,32 -0,44** -0,35 -0,17 -0,07 0,39* 0,00 -0,09 0,45** 0,14 0,11 1

X13 -0,28 0,27 -0,47** -0,42* -0,21 0,02 0,28 -0,03 -0,04 0,39* 0,12 0,08 0,93** 1

X14 -0,31 -0,04 -0,23 -0,31 -0,16 0,22 -0,17 -0,08 0,07 -0,01 0,01 -0,04 0,13 0,48** 1

X15 0,20 0,29 -0,30 0,05 0,11 0,28 0,50** -0,12 -0,28 0,44** 0,50** 0,52** 0,32 0,30 0,06 1

X16 0,03 -0,16 0,26 0,12 0,21 -0,03 -0,34 0,06 0,14 -0,41* -0,19 -0,24 -0,47** -0,45* -0,10 -0,35* 1

X17 0,06 -0,35 0,10 0,17 -0,04 -0,12 -0,41* 0,21 0,12 0,44* -0,15 -0,06 -0,65** -0,63** -0,16 -0,19 0,22 1
Keterangan : Y= hasil biji, X1= panjang tongkol, X2= diameter tongkol, X3= rendemen biji, X4= persentase tongkol normal, X5=persentase tongkol hampa,
X6= diameter batang, X7= aspek penuaan daun, X8= kandungan klorofil daun, X9= luas daun, X10= tinggi tanaman, X11= tinggi letak tongkol,
X12= umur berbunga jantan, X13= umur berbunga betina, X14= selisih umur berbunga jantan dan betina, X15= jumlah malai,
X16= panjang malai, dan X17= stay green.

5
Herawati dan Roy Efendi: Indeks Toleran dan ...

Analisis Sidik Lintas biji meningkat karena dapat memacu penyimpanan


assimilat yang lebih banyak di dalam biji.
Analisis sidik lintas merupakan lanjutan dari
Persentase tongkol normal dan persentase
analisis korelasi dimana menguraikan koefisien
tongkol hampa berpengaruh langsung nyata terhadap
korelasi menjadi pengaruh langsung dan pengaruh
hasil biji dengan koefisien sidik lintas masing-masing
tidak langsung (Safuan et al. 2014). Analisis sidik
sebesar 0,273 dan -0,173. Persentase tongkol normal
lintas mampu menguraikan karakter-karakter
juga berpengaruh tidak langsung terhadap hasil biji
vegetatif dan generatif yang berpengaruh langsung
melalui rendemen biji dengan koefisien sidik lintas
dan tidak langsung terhadap hasil 31 genotipe
0,339.
jagung inbrida pada takaran nitrogen rendah (75kg
Tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, dan
N/ha).
diameter batang tidak berpengaruh langsung terhadap
Diagram lintasan (Gambar 1) menunjukkan
hasil biji. Ketiga karakter ini secara tidak langsung
hasil analisis sidik lintas dari enam karakter yang
mempengaruhi hasil biji melalui rendemen biji dengan
memiliki korelasi yang tinggi dengan hasil biji pada
koefisien sidik lintas masing-masing sebesar 0,198;
takaran nitrogen rendah (75kg N/ha). Rendemen
0,151; dan 0,107. Akongwubel et al. (2012)
biji berpengaruh langsung sangat nyata terhadap
melaporkan bahwa pada fase generatif dan
hasil biji yaitu sebesar 0,603. Pemberian nitrogen
pembentukan biji sebagian biomass batang akan
sesuai dengan kebutuhan menyebabkan rendemen
dtranslokasikan kekomponen hasil.

0,198
TINGGI
TANAMAN

RENDEMEN BIJI 0,151

0,603 TINGGI
LETAK
0,107 TONGKOL
0,339

0,273 DIAMETER
PERSENTASE
HASIL TONGKOL
BATANG
NORMAL

-0,173

PERSENTASE
TONGKOL
HAMPA

Sisa = 0,364

Gambar 1. Diagram lintasan karakter jagung inbrida pada takaran 75 kg N/ha

6
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Hasil analisis sidik lintas menunjukkan Anley, W., H. Zeleke, and Y. Dessalegn. 2013.
bahwa koefisien sisa pada kondisi N rendah (75 kg Genotype X environment interaction of maize
N/ha) yaitu 0,364. Dengan demikian, pengaruh (Zea mays L.) across north western ethiopia.
karakter-karakter lain yang tidak dimasukkan dalam Journal of plant Breeding and Crop science
5(9):171-181.
analisis sidik lintas masing-masing sebesar 0,364
atau 36,4%. Sedangkan enam karakter yang Anwar, J., G. M. Subhani, M. Hussain, J. Ahmad, M.
diamati mampu menjelaskan ragam hasil genotipe Hussain, and M. Munir. 2011. Drought tolerance
jagung yang diuji pada perlakuan pemupukan N indices and their correlation with yield in exotic
rendah masing-masing sebesar 63,6%. wheat genotypes. Pak. J. Bot 43(3):1527-1530.
Banziger, M., G.O. Edmeades, D. Beck, and M. Bellon.
Kesimpulan 2000. Breeding for drought and nitrogen stress
tolerance in Maize: From theory to practice.
1. Galur CY15, CLRCY034, CLRCY039, Mexico, D.F.: Cimmyt.68 p.
G20133077, dan 1042-69toleran terhadap N
Boanski, J., Z. Srekov, and A. Nastasi. 2009. Genetic
rendah (75 kg N/ha) dengan hasil biji masing- and phenotypic relationship between grain yield
masing sebesar 1,79 t/ha; 1,49 t/ha; 1,97 t/ha; and components of grain yield of maize (Zea
2,00 t/ha; dan 1,92 t/ha. Genotipe ini mays L.). Genetika 41(2):145-154.
berpeluang untuk dijadikan materi induk untuk
pembentukan jagung hibrida toleran N rendah. Chaturvedi, I. 2005. Effect of nitrogen fertilizer on
growth, yield, and quality of hybrid rice (Oyza
2. Rendemen biji, persentase tongkol normal, sativa). Journal Central European Agriculture
persentase tongkol hampa, diameter batang, 6(4):616-618.
tinggi tanaman, dan tinggi letak tongkol
memiliki korelasi nyata dengan hasil biji pada Efendi, R., Y. Musa, M.F. Bdr, M.D. Rahim, M. Azrai,
kondisi pemupukan N rendah sehingga dapat dan M. Pabendon. 2015. Seleksi jagung inbrida
dengan marka molekuler dan toleran terhadap
digunakan sebagai karakter seleksi jagung
kekeringan dan nitrogen rendah. Penelitian
inbrida torelan N rendah. Pertanian Tanaman Pangan 34(1): 43-53.
3. Karakter yang berpengaruh langsung terhadap
hasil biji yaitu rendemen biji (0,603), Gani, A. 2009. Keunggulan pupuk majemuk NPK
persentase tongkol normal (0,273) dan lambat urai untuk tanaman padi sawah. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 28(3):148-
persentase tongkol hampa (-0,173). Sedangkan
157.
Karakter yang tidak berpengaruh langsung
terhadap hasil biji yaitu tinggi tanaman Hartati, R.S., A. Setiawan, B. Heliyanto, dan Sudarso.
(0,198), tinggi letak tongkol (0,151), dan 2012. Keragaman genetik,heritabilitas, dan
diameter batang (0,107). korelasi antar karakter10 genotipe terpilih jarak
pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Litri 18(2):74-
80.
Daftar Pustaka
Jeromela, A. M, R. Marinkovic, A. Mijic, Z. Zdunic, S.
Abbasi, M.K., M.M. Tahir, dan N. Rahim. 2013. Effect Ivanovska, and M. Jankulovska. 2008.
of N fertilizer source and timing on yield and N Correlation and path analysis of quantitative traits
use efficiency of rainfed maize (Zea mays L.) in in winter rapeseed (Brassica napus L.).
KashmirPakistan. Geoderma 195-196(2013):87- Agriculture conspectus scientificus 73(1):13-18.
93.
Kadir, A. 2011. Identifikasi klon harapan tanaman nilam
Abera, W., M, Worku, B. Tadese, L. Wolde, A. Diallo, toleran cekaman kekeringan berdasarkan kadar
and T. Afriyie. 2007. Perfomance of CIMMYT prolinedan karakter morfologi dan fisiologi.Jurnal
maize germplasm under low nitrogen soil Agrisistem 7(1):13-21.
condition in the mid altitude sub humid
agroecology of Ethiopia. African Crop Science Kamara, A.Y., A. Menkir, S.O. Ajala, and I. Kureh.
Conference Proceedings. African Crop Science Perfomance of diverse maize genotypes under
Society. El-Mina, Egypt. 8(1):15-18. nitrogen deficiency in the northen guinea savana
of nigeria. Expl. Agriculture 41:199-212.
Akongwubel, A.O., U. B. Ewa, A. Prince, O. Jude, A.
Martins, O. Simon, and O. Nicholas. 2012. Karasu, A., M. Oz, A.T. Goksoy, and Z.M. Turan. 2009.
Evaluation of agronomic perfomance of maize Genotype by environmet interaction, stability,
(Zea mays L.) under different rates of poultry and heratability of seed yield and certain
manure application in an Ultisol of Obubra, cross agronomical traits in soybean (Glycine max (L.)
river state, Nigeria. Internatioanl Journal Of Merr.). African Journal of Biotechnology
Agriculture and forestry 2(4):138-144. 8(4):580-590

7
Herawati dan Roy Efendi: Indeks Toleran dan ...

Liu, T., L. Gu, S. Dong, J. Zhang, P. Liu, and B. Zhao. Subatra, K., D. Hadiayanti, dan R.A. Suwigno. 2014.
2015. Optimum leaf removal increases canopy Hubungan korelasi antara daya hasil genotipe
apparent photosynthesis, 13C-photosynthesis jagung efisiensi hara terhadap kandungan N dan P
distribution and grain yield of maize crops grown pada jagung di lahan pasang surut. Prosiding
at high density. Field Crop Research Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014.
170(2015):32-39. Palembang, 26-27 September 2014. p. 1-6.
Miftahorrachman. 2010. Korelasi dan analisis sidik lintas Syafruddin, S. Senong, dan Subandi. 2008. Penggunaan
karakter tandan bunga terhadap buah jadi kelapa bagan warna daun untuk efisiensi pemupukan
genjah salak. Buletin palma 38:60-66. pada tanaman jagung. Penelitian pertanian
tanaman pangan 27 (1):24-31.
Moser, S.B., B. Feil, S. Jampatong, dan P. Stamp. 2006.
Effects of pre-anthesis drought, nitrogen Wardiana, E. Randriani, dan N.K. Izzah. 2009. Korelasi
fertilizerrate, and variety on grain yield, yield dan analisis lintasan beberapa karakter penting
components,and harvest index of tropical maize. koleksi plasma nutfah piretrum (Chrysanthemum
Agricultural Water Management 81:41-58. cinerariaefolium Trev) di kebun percobaan
gunung putrid. Jurnal Litri 15(1):1-8.
Musfal, Delvian, dan A. Jamil. 2009. Efisiensi
penggunaan pupuk NPK melalui pemanfaatan
cendawan Mikoriza Arbuskular pada jagung.
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
28(3):165-169.
Nasution, M.A. 2010. Analisis korelasi dan sidik lintas
antara karakter morfologi dankomponen buah
tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr). Crop
Agro 3(1):1-9.
Safuan, L.O., D. Boer, T. Wijayanto, dan N. Susanti.
2014. Analisis koefisisn lintas berbagai sifat
agronomi yang mempengaruhi hasil kultivar
jagung pulut (Zea mays Ceratina kulesh) lokal
Sulawesi Tenggara. Agriplus: 136-143.
Shaban, N. 2005. Analysis of the correlation and
regression coefficients of the interaction between
yield and some parameters of snap beans plants.
Trakia Journal of Sciences 3(6):27-31.

8
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Parameter Genetik dan Korelasi Karakter Komponen Hasil Jagung Hibrida


Slamet Bambang Priyanto, Muhammad Azrai, Andi Takdir Makkulawu
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros 90514, Sulawesi Selatan
E-mail: s.bambangpriyanto@gmail.com

Abstract
Plant breeding efficiency can be improved by genetic and phenotypic diversity, and the correlation
between the traits in every cycle of breeding. Adequate diversity is a prerequisite to perform selection.
Heritability determines character is more influenced by irs genetics or environment while correlation
explain the linear relationship among the characters. The research aims to determine genetic parameters
and correlation between hybrid maize yield and yield components. The experiment was conducted in
Grobogan from June to September 2015. The treatment consisted of fifteen genotypes of maize hybrids.
Treatment arranged in a randomized block design (RBD) with three replications. Traits observed was the
number of ear harvested, fresh ear weight, ear length, ear diameter, number of rows per ear, number of
seeds per row, moisture content, shelling percentage, 100 seeds weight and yield. The results showed that
the genetic diversity of yield categorized as wide except number of ear harvested, number of seeds per
row, and 100 seeds weight. Heritability of yield components categorized as high except number of ear
harvest, seeds per row, and 100 seeds weight. Through correlation and path analysis study, sheling
percentage and ear fresh weight can be used in indirect selection, because these traits have high
correlation value and direct effect to yield.
Key words: genetic diversity, heritability, correlation, path analysis.

Abstrak
Efisiensi program pemuliaan bisa ditingkatkan dengan memperhatikan nilai keragaman genetik, fenotipik,
dan korelasi antar sifat dalam pelaksanaan tiap tahapnya. Terdapatnya keragaman yang luas merupakan
prasyarat pelaksanaan seleksi. Heritabilitas menentukan suatu karakter lebih dipengaruhi oleh komponen
genetik atau lingkungannya sedangkan korelasi berperan untuk mengetahui hubungan keeratan linier
antar karakter. Penelitian bertujuan untuk mengetahui parameter genetik dan korelasi komponen hasil.
Percobaan dilaksanakan di Kabupaten Grobogan mulai bulan Juni hingga September 2015. Perlakuan
terdiri dari lima belas genotipe jagung hibrida. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok
(RAK) dengan tiga ulangan. Karakter yang diamati adalah jumlah tongkol panen, bobot kupasan basah,
panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per baris, kadar air, rendemen,
bobot 100 biji dan hasil biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik karakter komponen
hasil adalah luas kecuali jumlah tongkol panen, jumlah biji per baris, dan bobot 100 biji. Nilai
heritabilitas komponen hasil termasuk tinggi kecuali jumlah tongkol panen, jumlah biji per baris, dan
bobot 100 biji. Karakter rendemen dan bobot kupasan basah bisa dijadikan karakter seleksi tidak langsung
hasil biji karena berdasarkan analisis sidik lintas mempunyai nilai korelasi dan pengaruh langsung yang
tinggi.
Kata kunci: keragaman genetik, heritabilitas, korelasi, analisis sidik lintas.

Pendahuluan korelasi antar sifat dalam pelaksanaan tiap tahapnya


(Hartati et.al 2012; Nzuve et al. 2014).
Program pemuliaan tanaman berusaha Faktor yang penting dalam perakitan varietas
memilih yang terbaik diantara genotipe yang unggul adalah populasi dasar yang memiliki
muaranya adalah mendapatkan tanaman unggul. keragaman tinggi (Suprapto dan Kairudin 2007;
Program baku pelaksanaan pemuliaan tanaman Vashistha et al. 2013; Tiwari 2015). Keragaman yang
adalah penyediaan materi pemuliaan, seleksi dan muncul pada populasi dasar berasal dari plasma nutfah,
pelepasan varietas baru. Efisiensi program pemuliaan introduksi, persilangan, mutasi, atau melalui proses
bisa ditingkatkan dengan memperhatikan nilai transgenik. Menurut Kristamtini et al. (2014)
keragaman genetik dan fenotipik, heritabilitas, dan keragaman fenotipe pada populasi tanaman bisa

9
Slamet Bambang Priyanto et al.: Parameter Genetik dan ...

dijadikan penduga keragaman genetik populasi dapat menunjukkan karakter yang berpotensi
tersebut. Keragaman genetik memberikan gambaran dijadikan karakter seleksi tidak langsung.
terdapatnya variasi antar individu dalam suatu populasi
(Sadiyah et al. 2013). Semakin tinggi keragaman Bahan dan Metode
genetik dimiliki suatu sifat maka akan semakin besar
peluang keberhasilan dalam pemuliaan tanaman. Percobaan dilaksanakan di Kabupaten
Keragaman genetik yang tinggi bisa memperbesar Grobogan dari bulan Juni sampai September 2015.
peluang kombinasi sifat-sifat baik yang diinginkan Perlakuan terdiri dari lima belas genotipe jagung
(Sudarmadji et al. 2007). Perbaikan sifat melalui hibrida yaitu HBSTK01, HBSTK02, HBSTK03,
seleksi secara langsung bisa dilaksanakan pada sifat HBSTK04, HBSTK05, HBSTK06, HBSTK07,
yang memiliki keragaman genetik tinggi. HBSTK08, HBSTK09, HBSTK10, HBSTK11,
Heritabilitas memberikan gambaran proporsi HBSTK12, HBSTK13, Bima 16 dan Pertiwi 3.
varian genetik terhadap varian fenotipik yang dapat Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok
diwariskan kepada keturunannya (Crowder 1979; (RAK) dengan tiga ulangan. Ukuran petak
Brewbaker 1983; Puspodharsono 1988). Menurut percobaan adalah 2,8 x 5 m, jarak tanam 70 x 20
Phoelman (1979) nilai heritabilitas yang tinggi cm satu tanaman per lubang sehingga terdapat 25
menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan tanaman per baris. Pemupukan pertama pada 7 Hari
dalam pengendalian suatu sifat bila dibandingkan Setelah Tanam (HST) dengan dosis 200 kg Urea,
faktor lingkungan. Heritabilitas merupakan tongkat dan 300 kg phonska per ha. Pemupukan kedua pada
pemandu pelaksanaan seleksi karena menentukan 30 HST dengan dosis 200 kg urea per ha.
waktu dan metode seleksi suatu sifat tanaman. Apabila Pemeliharaan tanaman antara lain penyiangan,
nilai heritabilitas suatu sifat tinggi seleksi bisa pengairan, dan pembumbunan dilakukan secara
dilakukan pada generasi awal dengan menggunakan optimal. Pemanenan dilakukan di dua baris tengah
metode seleksi massa atau seleksi galur murni. petak percobaan.
Sedangkan seleksi pada generasi lanjut dengan metode Karakter yang diamati adalah jumlah tongkol
pedigree, singlet seed descent, progeny test panen, bobot kupasan basah, panjang tongkol,
dilaksanakan apabila nilai heritabilitas sifat tersebut diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah
rendah (Aryana 2010). biji per baris, kadar air, rendemen, bobot 100 biji
Nilai koefisien korelasi antar karakter juga dan produksi biji. Pada kadar air 15%, produksi biji
penting dalam seleksi. Koefisien korelasi memberikan dikonversi ke satuan ton per hektar dengan
gambaran hubungan antar karakter dan memberikan menggunakan rumus:
informasi yang berguna tentang tingkat dan arah seleksi
Hasil biji(t/ha) =
(Bechere et al. 2014). Koefisien korelasi memberikan
gambaran tentang hubungan sederhana antar karakter,
namun tidak memberikan gambaran lebih spesifik yang LP = Luas panen (m2)
berpengaruh terhadap karakter utama. Maka dari itu, KA = Kadar Air Saat Panen (%)
untuk menganalisis lebih detail tentang pengaruh B = Bobot Kupasan basah (kg)
karakter terhadap karakter utama dilakukan analisis R = Rendemen (%)
sidik lintas (Pudjiwati et al. 2013; Seesang 2013). Nilai keragaman genetik dan fenotipik
Analisis sidik lintas bisa memberikan gambaran diturunkan dari analisis ragam, seperti yang
pengaruh langsung dan tidak langsung suatu karakter disajikan pada Tabel 1.
terhadap karakter utama (Mundiyara et al. 2014; Berdasarkan Tabel 1, varians genetik dan
Teodoro et al. 2014) varian fenotipik dapat dihitung
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui KTg KT 2
parameter genetik dan korelasi komponen hasil jagung 2g , p 2 g KT
b
hibrida. Nilai korelasi dilanjutkan analisis sidik lintas

Tabel 1. Daftar analisis ragam dan taksiran kuadrat tengah

Taksiran Kuadrat
S.K. Db JK KT
Tengah (TKT)
Genotipe g-1 JKg KTg 2 + b2g
Blok b-1 JKb KTb 2 + g2b
Galat (g-1) (b-1) JK KT 2

10
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Nilai h2 dihitung adalah heritabilitas arti luas, Hasil dan Pembahasan


g
2
menurut Allard (1960) sebagai berikut: h Hasil analisis sidik ragam menujukkan
2

2p bahwa terdapat perbedaan pada semua karakter


Selanjutnya nilai h2 dikelompokkan menurut yang diamati, kecuali karakter jumlah tongkol
Stansfield (1983), sebagai berikut: h2 > 0,5 panen (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan
mempunyai heritabilitas tinggi, 0,2 h2 0,5 terdapatnya keragaman pada genotipe uji. Untuk itu
heritabilitas sedang, dan h2 < 0,2 heritabilitas perlu adanya kajian lebih lanjut agar diketahui
rendah. seberapa besar faktor genetik berpengaruh terhadap
Standar deviasi varian genetik = keragaman yang muncul pada masing-masing
karakter (Nur et al. 2013).
2 KTg2 KT 2
2 g 2
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa karakter
b db genotip 2 db galat 2 komponen hasil pada genotipe uji mempunyai
Keragaman genetik di kelompokkan berdasar kisaran yang luas terutama pada karakter bobot
kupasan basah, hasil biji, bobot 100 biji, panjang
Pinaria et al. (1995): 2g<22g berarti mempunyai
tongkol, jumlah biji per baris, jumlah tongkol panen
keragaman genetik sempit dan 2g22g
dan kadar air sedangkan karakter jumlah baris per
mempunyai keragaman genetik luas.
tongkol, diameter tongkol dan rendemen memiliki
2 g kisaran sempit.
Koefisien varians genetik (KVG) =
x Nilai keragaman genetik karakter komponen
2 p hasil jagung dinilai berdasarkan nisbah perbandingan
x antara standar deviasi keragaman genetik dan ragam
Koefisien varians fenotipik (KVF) =
genetik. Terdapat 2 karakter yang memiliki keragaman
genetik yang luas yakni karakter bobot kupasan
Nilai KVG dan KVF digolongkan
basah dan hasil biji (Tabel 4). Karakter uji lainnya
berdasarkan nilai relatif KVG. Nilai didapatkan
menunjukkan keragaman yang sempit, agak sempit
dengan membagi nilai KVG masing-masing
dan agak luas. KVG karakter jumlah tongkol panen
karakter dengan nilai KVG tertinggi. Penggolongan
memiliki keragaman genetik yang sempit. Karakter
adalah sebagai berikut:0-24,99% (sempit), 25-
yang mempunyai keragaman agak sempit adalah
49,99% (agak sempit), 50-74,99% (agak luas) dan
diameter tongkol, jumlah baris per tongkol jumlah
75-100% (luas). Penggolongan KVF juga mengacu
biji per baris, dan kadar air. Taufik et al. (2010)
pada penggolongan KVG.
melaporkan bahwa karakter diameter tongkol,
Guna mengetahui hubungan antar karakter
jumlah baris per tongkol jumlah biji per baris
dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, memiliki keragaman yang rendah. Sedangkan
kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh karakter panjang tongkol, rendemen dan bobot 100
karakter komponen hasil terhadap hasil biji biji memiliki keragaman genetik yang agak luas.
dilakukan analisis sidik lintas. Karakter bobot kupasan basah dan hasil biji
memiliki keragaman genetik yang luas.

Tabel 2. Nilai KT karakter komponen hasil jagung di Grobogan pada MK 2015.

Karakter KT Genotipe KT Galat KK (%)


Jumlah tongkol panen 27,04tn 17,79 8,80
Bobot kupasan basah 2,07** 0,31 12,90
Panjang tongkol 7,91** 1,38 9,30
Diameter tongkol 12,32** 2,46 3,90
Jumlah baris per tongkol 3,53** 0,75 5,90
Jumlah biji per baris 24,88** 7,44 9,10
Kadar air 18,76** 1,69 4,60
Rendemen 0,014** 0,00 2,80
Bobot 100 biji 33,46** 10,57 13,40
Hasil biji 1,40 ** 0,26 13,70
Keterangan: T= Kuadrat Tengah, KK=Koefidien keragaman, **= nyata pada taraf kesalahan 1%

11
Slamet Bambang Priyanto et al.: Parameter Genetik dan ...

Tabel 3. Nilai kisaran, rata-rata, dan standar deviasi karakter komponen hasil jagung
di Grobogan pada MK 2015.

Karakter Kisaran rata-rata standar deviasi


Jumlah tongkol panen 38,00-65,00 47,96 4,59
Bobot kupasan basah (kg) 2,71-6,08 4,31 0,93
Panjang tongkol (cm) 9,44-17,58 12,57 1,86
Diameter tongkol (mm) 35,00-47,58 40,51 2,35
Jumlah baris per tongkol 12,40-17,60 14,76 1,27
Jumlah biji per baris 22,60-37,00 29,92 3,60
Kadar air (%) 23,60-34,20 28,10 2,66
Rendemen 0,63-0,78 0,71 0,04
Bobot 100 biji (gr) 17,52-34,00 24,24 4,17
Hasil biji (ton/ha) 2,37-5,55 3,69 0,79

Tabel 4. Nilai duga ragam genetik, ragam fenotipik, heritabilitas, koefisien varians genetik koefisien varians
fenotipik karakter komponen hasil jagung di Grobogan pada MK 2015

Parameter Genetik JTP BKB PT DT JBT JBB KA R B 100 H


Ragam genetik 3,084 0,587 2,179 3,287 0,926 5,813 5,692 0,004 7,629 0,380
Ragam Fenotipik 20,873 0,896 3,555 5,743 1,673 13,257 7,378 0,006 18,200 0,637
Standar deviasi
3,536 0,245 0,940 1,467 0,420 3,002 2,216 0,002 4,047 0,166
varians genetik
(S) (L) (L) (L) (L) (S) (L) (L) (S) (L)
Koefisien Varians
0,037 0,178 0,117 0,045 0,065 0,081 0,085 0,091 0,114 0,167
Genetik
(S) (L) (A L) (A S) (A S) (A S) (A S) (A L) (A L) (L)
Koefisien Varians
0,095 0,219 0,150 0,059 0,088 0,122 0,097 0,105 0,176 0,216
Fenotip
(A S) (L) (A L) (A S) (A S) (A L) (A S) AS (L) (L)
Heritabilitas 0,148 0,655 0,613 0,572 0,554 0,439 0,772 0,750 0,419 0,597
(Rd) (T) (T) (T) (T) (Sd) (T) (T) (Sd) (T)
Keterangan: JTP = Jumlah tongkol panen, BKB = Bobot kupasan basah, PT = Panjang Tongkol, DT = Diameter tongkol,
JBT = Jumlah baris biji per tongkol, JBB = Jumlah biji per baris, KA = Kadar air , R = Rendemen, B 100 = Bobot 100 biji,
H= Hasil biji. T = Tinggi, S = Sempit, L= Luas, A S = Agak sempit, A L = Agak luas, Rd = Rendah, Sd =Sedang

Keragaman fenotipik karakter komponen pengaruh lingkungan terhadap karakter jumlah


hasil dalam penelitian ini berdasarkan nilai KVF tongkol panen tinggi. Hal yang berpengaruh
tergolong menjadi tiga yaitu luas, agak luas, dan terhadap jumlah tongkol panen adalah jumlah
agak sempit. Nilai KVF luas terdapat pada karakter tanaman yang dipanen dan prolipikasi. Jumlah
bobot kupasan basah, bobot 100 biji dan hasil biji. tanaman yang dipanen dipengaruhi oleh jumlah
Karakter panjang tongkol dan jumlah biji per baris tanaman tumbuh, serangan organisme pengganggu
memiliki kisaran nilai KVF yang agak luas. tanaman (OPT), kerebahan tanaman. Jika
Sedangkan nilai KVF dengan kisaran agak sempit kerebahan terjadi sebelum penyerbukan akan
terdapat pada karakter diameter tongkol, jumlah berpengaruh pada pengisian tongkol dan pada
baris per tongkol, jumlah tongkol panen, kadar air, keadaan yang parah bisa mengakibatkan tanaman
dan rendemen. tidak menghasilkan tongkol. Sedangkan jika
Hampir semua nilai heritabilitas komponen kerebahan terjadi pada saat pengisian biji akan
hasil termasuk tinggi, kecuali jumlah tongkol berakibat pada berkurangnya jumlah biji per
panen, jumlah biji per baris, dan bobot 100 biji. tongkol, bobot biji dan biji tidak terisi sempurna.
Karakter jumlah tongkol panen memiliki nilai Jumlah biji per baris dan bobot biji memiliki nilai
heritabilitas rendah. Heritabilitas menggambarkan heritabilitas yang sedang. Faktor lingkungan yang
pengaruh genotipe terhadap tampilan karakter. berpengaruh terhadap variabel adalah ketersediaan
Karakter jumlah tongkol panen memiliki nilai hara, serangan OPT dan cekaman kekeringan.
heritabilias yang rendah. Hal ini berarti bahwa Cekaman kekeringan berpengaruh pada makin

12
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

panjangnya Anthesis silking interval (ASI) yang kupasan basah memiliki nilai korelasi 0,92 dan
berakibat pada penyerbukan tidak berlangsung pengaruh langsung 1,02. Rendemen memiliki nilai
secara optimal sehingga biji yang terbentuk tidak korelasi dan pengaruh langsung sebesar 0,29 dan
maksimal. Jagung yang tumbuh pada kondisi 0,24. Sedangkan karakter jumlah tongkol panen,
cekaman kekeringan ukuran bijinya bisa berkurang panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah biji per
hingga lebih dari 30 % dibanding pada kondisi baris, dan bobot 100 biji meskipun berkorelasi
normal (Banziger et al. 2000). dengan hasil biji namun mempunyai pengaruh
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar langsung yang kecil terhadap hasil biji. Karakter-
karakter komponen hasil berkorelasi positif karakter tersebut berpengaruh secara tidak langsung
terhadap karakter yang lain. Korelasi negatif terhadap hasil biji terbesar melalui karakter bobot
terdapat antara jumlah baris per tongkol terhadap kupasan basah. Apabila suatu karakter mempunyai
bobot 100 biji, kadar air terhadap rendemen dan nilai korelasi dan nilai pengaruh langsung terhadap
rendemen terhadap bobot 100 biji. Karakter karakter yang hampir sama dengan pengaruh
komponen hasil yang berkorelasi dengan hasil biji langsung, maka seleksi melalui karakter tersebut
adalah jumlah tongkol panen, bobot kupasan basah, efektif untuk dilaksanakan. Jika suatu karakter
panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah biji per pengaruh totalnya besar namun pengaruh
baris, rendemen, dan bobot 100 biji. langsungnya negatif atau kecil maka karakter-
Tabel 6 menunjukkan bahwa karakter yang karakter yang berperan secara tidak langsung harus
berkorelasi dengan hasil dan memiliki pengaruh dipertimbangkan secara simultan dalam seleksi
langsung yang tinggi terhadap hasil biji ialah (Singh dan Chaudary 1979).
karakter bobot kupasan basah dan rendemen. Bobot

Tabel 5. Nilai duga koefisien korelasi antar karakter komponen hasil jagung di Grobogan pada MK 2015

JTP BKB PT DT JBT JBB KA R B 100


BKB 0,355*
PT -0,015 0,653**
DT -0,022 0,577** 0,403**
JBT 0,116 -0,221 -0,233 0,132
JBB 0,126 0,606** 0,775** 0,228 -0,285
KA 0,033 0,437** 0,131 0,324* -0,025 0,029
R -0,087 -0,07 0,121 -0,154 0,094 0,244 -0,635**
B 100 -0,198 0,502** 0,407** 0,455** -0,413** 0,257 0,553** -0,295*
H 0,326* 0,923** 0,681** 0,482** -0,209 0,687** 0,105 0,294* 0,340*
Keterangan: JTP = Jumlah tanaman panen, BKB = Bobot kupasan basah, PT = Panjang Tongkol, DT = Diameter tongkol, JBT =
Jumlah baris biji per tongkol, JBB = Jumlah biji per baris, KA = Kadar air , R = Rendemen, B 100 = Bobot 100 biji,
H= Hasil biji., *=nyata pada taraf kesalahan 5%, **= nyata pada taraf kesalahan 1%

Tabel 6. Nilai duga pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung karakter komponen hasil jagung terhadap hasil biji jagung di
Grobogan pada MK 2015

Pengaruh JTP BKB PT DT JBT JBB KA R B 100


Pengaruh langsung terhadap hasil -0,013 1,023 -0,001 -0,015 -0,002 0,021 -0,183 0,241 -0,003
Pengaruh tidak langsung melalui JTP - -0,005 0,000 0,000 -0,002 -0,002 0,000 0,001 0,003
Pengaruh tidak langsung melalui BKB 0,363 - 0,668 0,590 -0,226 0,620 0,447 -0,072 0,513
Pengaruh tidak langsung melalui PT 0,000 -0,001 - -0,001 0,000 -0,001 0,000 0,000 -0,001
Pengaruh tidak langsung melalui DT 0,000 -0,009 -0,006 - -0,002 -0,004 -0,005 0,002 -0,007
Pengaruh tidak langsung melalui JBT 0,000 0,000 0,000 0,000 - 0,001 0,000 0,000 0,001
Pengaruh tidak langsung melalui JBB 0,003 0,013 0,016 0,005 -0,006 - 0,001 0,005 0,005
Pengaruh tidak langsung melalui KA -0,006 -0,080 -0,024 -0,059 0,005 -0,005 - 0,116 -0,101
Pengaruh tidak langsung melalui R -0,021 -0,017 0,029 -0,037 0,023 0,059 -0,153 - -0,071
Pengaruh tidak langsung melalui B 100 0,001 -0,001 -0,001 -0,001 0,001 -0,001 -0,001 0,001 -
Total 0,327 0,923 0,681 0,482 -0,209 0,688 0,106 0,294 0,339
Keterangan: JTP = Jumlah tongkol panen, BKB = Bobot kupasan basah, PT = Panjang Tongkol, DT = Diameter tongkol, JBT = Jumlah baris biji
per tongkol, JBB = Jumlah biji per baris, KA = Kadar air , R = Rendemen, B 100 = Bobot 100 biji.

13
Slamet Bambang Priyanto et al.: Parameter Genetik dan ...

Kesimpulan Nur, A., R.N. Iriany, A.T. Makkulawu. 2013.


Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter
Dari 15 genotipe jagung yang diuji, dapat agronomis galur jagung dengan tester MR 14.
disimpulkan bahwa: Agroteknos 3 (1): 34-40.
1. Keragaman genetik karakter komponen hasil Nzuve, F., S. Githiri, D. M. Mukunya, and J. Gethi.
adalah luas kecuali jumlah tongkol panen, 2014. Genetic variability and correlation studies
jumlah biji per baris, dan bobot 100 biji. of grain yield and related agronomic traits in
2. Hampir semua nilai heritabilitas komponen maize. Journal of Agricultural Science 6 (9): 166-
hasil termasuk tinggi kecuali jumlah tongkol 176.
panen, jumlah biji per baris, dan bobot 100 biji. Phoelman, J.M. 1979. Breeding Field Crops. Van
3. Karakter rendemen dan bobot kupasan basah Nostrand Reinhold. New York. 724 p.
bisa dijadikan karakter seleksi tidak langsung
hasil biji karena mempunyai nilai korelasi dan Pudjiwati, E.H, Kuswanto, N. Basuki and A.N.
Sugiharto. 2013 Path analysis of some leaf
pengaruh langsung yang tinggi terhadap hasil
characters related to downy mildew resistance in
biji. maize. Agrivita 35 (2): 163-173
.Pinaria, A., A. Baihaki, Ridwan S, dan A.A. Daradjat.
Daftar Pustaka 1995. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas
Allard, R.W. 1960. Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Karakter Biomassa 53 Genotipe Kedelai. Zuriat 6
oleh Mul Mulyani. 1989. Bina Aksara. Jakarta. (2): 88-92
642 p.
Puspodharsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan
Aryana, I.G.P.M. 2010. Uji keseragaman, heritabilitas Tanaman. Pusat Antar Universitas IPB bekerja
dan kemajuan genetik galur padi beras merah sama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi
hasil seleksi silang balik di lingkungan gogo. IPB. Bogor. 168 p.
Crop Agro 3 (1): 12-19.
Sadiyah, N., M. Widiastuti dan Ardian 2013. Keragaan,
Banziger, M., G.O. Edmeades, D. Beck, and M. Bellon. keragaman, dan heritabilitas karakter agronomi
2000. Breeding for Drought and Nitrogen Stress kacang panjang (Vigna Unguiculata) generasi F1
Tolerance in Maize: From Theory to Practice. hasil persilangan tiga genotipe. Agrotek Tropika
D.F.CIMMYT. Mexico. 1(1): 32-37.
Bechere, E., J.C. Boykin, and L. Zeng. 2014. Genetics of Seesang, J. P. Siripicchit, P. Somchit, T. Sreewongchai.
ginning efficiency and its genotypic and 2013. Genotypic correlation and path coeffecien
phenotypic correlations with agronomic and fiber for some agronomic traits of hybrid and inbred
traits in upland cotton. Crop Sci. 54:507513 rice (Oryza sativa L.) cultivars. Asian Journal of
Crop Science 5(3): 319-324.
Brewbaker, J.L. 1983. Genetika Pertanian. Terjemahan
oleh Iman Santoso. Gede Jaya. Jakarta. 124pp. Singh, R.K. and B.D. Chaudary. 1979. Biometrical
Methods in Quantitative Genetic Analysis.
Crowder, L.V. 1979. Genetika Tumbuhan. Terjemahan
Kalyani Publisher. New Delhi. 304 p.
oleh L Kusdiarti dan Sutarso 1986. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. Stansfield, 1983. Genetika. Terjemahan oleh Mohidin A,
Apandi, Lanny T. 1991. Penerbit Erlangga.
Hartati, R.S., A. Setiawan, B. Heliyanto, dan Sudarsono.
Jakarta.
2012. Keragaman genetik, heritabilitas, dan
korelasi antar karakter 10 genotipe terpilih jarak Sudarmadji, R. Mardjono dan H. Sudarmo 2007. Variasi
pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal littri 18(2): 74 genetik, heritabilitas, dan korelasi genotipik sifat-
80. sifat penting tanaman wijen (Sesamum indicum
L.). Jurnal Littri 13(3): 88-92.
Kristamtini, Taryono, P. Basunanda dan R. Murti. 2014.
Keragaman Genetik dan Korelasi Parameter Suprapto dan N.M. Kairudin. 2007. Variasi genetik,
Warna Beras dan Kandungan Antosianin Total heritabilitas, tindak gen dan kemajuan genetik
Sebelas Kultivar Padi Beras Hitam Lokal. lmu kedelai (Glycine max Merrill) pada ultisol. Ilmu-
Pertanian. 17 (1): 90 - 103 Ilmu Pertanian Indonesia 9 (2): 183-190.
Mundiyara, R., S.A. Kerkhi, M.L. Jakhar and S. Mishra. Taufik, M. Suprapto dan Widiyono. 2010. Uji daya hasil
2014. Genetic variability, correlation and path pendahuluan jagung hibrida di lahan ultisol
analysis in wheat (Triticum aestivum L.) Jour Pl dengan input rendah. Akta Agrosia 13 (1): 70-76.
Sci Res 30(1): 39-47.

14
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Teodoro, P.T., C.A.S. Junior, C.C. Correa, L.P. Ribeiro, Vashistha, A., N.N. Dixit, Dipika, S.K. Sharma, and S.
E.P.D. Oliveira, M.F. Lima and F.E. Torres. Marker. 2013. Studies on heritability and genetic
2014. Path analysis and correlation of two genetic advance estimates in Maize genotypes.
classes of Maize (Zea mays L.). Journal of Bioscience Discovery 4 (2): 165-168.
Agronomy 13 (1): 23-28.
Tiwari, G.C. 2015. Variability, heritability and genetic
advance analysis for grain yield in rice. Int.
Journal of Engineering Research and
Applications 5(7): 46-49.

15
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Uji Daya Hasil Populasi Jagung Provit A (eta carotene) Pada


Zona Dataran Rendah Tropis
Jamaluddin, Musdalifah Isnaeni, dan M. Yasin H.G.
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros 90514, Sulawesi Selatan

Abstract
Corn Provit-A is a type of corn that is rich in vitamin A (beta carotene) than regular corn. A provit maize
endosperm containing 5-15 m/g while regular only about 1 m/g. The role of vitamin A in corn kernels
in profit-A is for growth of tissue, bone and tooth growth, increase appetite and prevent early blindness.
Some populations of maize in profit-A was evaluated at the tropical lowlands of Maros and Bajeng
experimental farm at a height <50 masl. The treatment was arranged in a randomized complete block
design with four replications, conducted during the 2008/2009 rainy season. Each entry was planted in
four rows with a distance of 75x20 cm, fertilization with Urea, SP36, and KCl with dose of 300, 200,
and100 kg/ha respectively. The results showed that there were populations that yield potential reaches 7.0
to 8.0 t/ha ie Obatanpa (Pro-A) BC1C2-F2, ZM305 (Pro-A) BC2C1F2, and KUI. Carotenoids Syn3
(broad). Visual observation of aspects of the plant, the closure of husk and cob was good to excellent.
Population in profit-A has moderate resistance to maydis leaf blight (Bipolaris maydis) and rust (Puccinia
polysora) diseases.
Key words: provit-A population, lowland, adaptation

Abstrak
Jagung Provit-A adalah jenis jagung yang kaya kandungan vitamin-A (beta carotene) dibanding jagung
biasa. Endosperm jagung provit-A mengandung 5-15 m/g sedangkan jagung biasa sekitar 1 m/g.
Peranan vitaminA pada biji jagung provit-A adalah untuk pertumbuhan jaringan, pertumbuhan tulang
dan gigi, menambah nafsu makan serta mencegah kebutaan dini. Sejumlah populasi jagung provit-A
dievaluasi pada dataran rendah tropis di K.P. Maros dan K.P. Bajeng pada ketinggian <50 m dpl.
Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan empat ulangan, dilaksanakan pada saat
musim hujan 2008/2009. Setiap entri ditanam empat baris dengan jarak 75x20 cm, dipupuk Urea, SP36,
dan KCl dengan dosis masing-masing 300, 200, dan100 kg/ha. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat populasi yang potensi hasilnya mencapai 7,0-8,0 t/ha yakni Obatanpa (Pro-A)BC1C2-F2,
ZM305(Pro-A)BC2C1F2, dan KUI. Carotenoid Syn3 (broad). Pengamatan secara visual terhadap aspek
tanaman, penutupan kelobot dan tongkol adalah baik sampai sangat baik.Populasi provit-A mempunyai
ketahanan sedang terhadap penyakit hawar daun (Bipolaris maydis), dan karat (Puccinia polysora).
Kata kunci: populasi provit-A, dataran rendah, adaptasi

Pendahuluan mempertahankan sistem kekebalan tubuh ,


reproduksi subur, tersimpan dalam hati, dan tidak
Jagung Provit A yang mengandung beta larut dalam air (Bwibo and Neuman 2003; Menkir
karoten adalah jenis jagung kaya vitamin A. et al. 2005). Beta karoten dapat diperoleh dari hati
Sejumlah referensi melaporkan bahwa jagung ternak, telur, dan minyak ikan. Di Cina dan Mesir
provit A mengandung beta karoten 250-300% lebih masyarakat sudah mengenal khasiat hati hewan
tinggi dibanding jagung biasa. Peranan beta karoten kaya beta karoten untuk mengobati rabun ayam.
adalah untuk pertumbuhan jaringan, pertumbuhan Rekomendasi dari Institut Kesehatan Amerika
tulang, gigi, dan menghindari buta senja atau buta Serikat bahwa konsumsi harian beta karoten 500-
lebih awal (Crowly 2008). Hasil penelitian 1.500 g, merupakan campuran organik yang
menunjukkan bahwa suplementasi provit-A pada termasuk ke dalam klasifikasi terpenoid, mudah
anak balita meningkatkan pertumbuhan badan, dan diperoleh pada sayuran dan buah berwarna merah-
dapat meningkatkan nafsu makan (Khan et al. orange. Wortel adalah sayuran bernutrisi beta
2007; Nutra 2008). Hasil penelitian lainnya karoten tinggi.
menunj ukkan bahwa beta karoten dapat

16
Jamaluddin et al.: Uji Daya Hasil Populasi ...

Program pembentukan varietas jagung ulangan 1 m. Pemupukan dilakukan dengan


provit-A dimulai pada tahun 2009 dengan tujuan menggunakan Urea, SP36, dan KCl dengan
pembentukan varietas bersari bebas, disamping itu dosis masing-masing 300, 200, dan100 kg/ha.
mencari pejantan sebagai tetua penguji (tester) Pemupukan pertama dilakukan pada 7 hari
untuk perakitan varietas hibrida. Pada tahun 2008 setelah tanam (HST) yakni sepertiga bagian
benih dari delapan populasi dan sebelas galur
Urea serta seluruh takaran SP36 dan KCl.
generasi lanjut telah diperoleh dari CIMMYT
kemudian dimurnikan serta dikarakterisasi daya Pemupukan kedua dilakukan pada 42-45 HST
adaptasinya di dataran rendah tropis (lokasi KP dengan memberikan 2/3 Urea. Pupuk diberikan
Maros). Jagung provit-A secara visual dapat secara tugal disamping tanaman. Pengamatan
ditandai dengan warna pada biji, semakin dilakukan terhadap sejumlah peubah komponen
mendekati warna merah cerah, diduga kandungan agronomis, hasil dan penyakit utama serta
beta karotennya semakin tinggi (Buffard et al. karakteritik lokasi penelitian berupa sifat fisik
2005). Target penyebaran varietas diarahkan pada dan kimia tanah.
wilayah rawan pangan seperti di NTT, NTB, NAD,
Bali, Jatim, Sulteng, dan Sulsel. Pembentukan Hasil Dan Pembahasan
varietas unggul provit-A akan memperkaya bahan Komponen Hasil
pangan non-beras dan non-gandum. Masyarakat Potensi hasil yang dicapai pada kedua lokasi
memiliki banyak alternatif pilihan sumber disajikan pada Tabel 2 dan 3 untuk penelitian di KP
karbohidrat, protein, asam amino, dan beta karoten. Maros dan pada Tabel 5 di KP Bajeng. Pada Tabel
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 2 terlihat bahwa kisaran hasil bobot biji (k.a. 15%)
daya adaptasi serta potensi hasil yang dapat dicapai dapat dicapai 4,81-7,82 t/ha dibandingkan dengan
dari sejumlah populasi jagung provit-A pada varietas Srikandi Kuning-1 yakni 6,37 t/ha. Hal ini
dataran rendah tropis di KP Maros dan KP Bajeng. dapat diartikan bahwa jagung provit-A mempunyai
Bahan dan Metode potensi hasil lebih tinggi dibanding varietas unggul
Srikandi kuning-1 sebanyak 22,8%. Hasil yang
Penelitian dilaksanakan di KP Maros dan KP sama ditunjukan di Tabel 4, dimana terdapat selisih
Bajeng pada musim hujan 2008/2009, kedua sebesar 23,5%. Populasi Obatanpa(Pro-A) BC1C2-
lokasiter letak pada zona dataran rendah tropis F2 menunjukan hasil yang tertinggi diantara
dengan ketinggian <10 mdpl. Sebanyak delapan populasi yang dievaluasi dan secara konsisten lebih
populasi asal CIMMYT ditambah pembanding tinggi pada kedua lokasi. Pada kedua tabel terlihat
Srikandi kuning-1 ditanam empat baris pada bahwa di KP Maros terdapat tiga populasi yang
panjang plot 5,0 m. Jarak tanam 75x20 cm satu hasilnya lebih dari 7,0 t/ha yakni populasi (1)
tanaman per lubang. Materi uji, warna biji dan Obatanpa (Pro-A)BC1C2-F2, (2) Zm305(Pro-A)
tekstur disajikan pada Tabel 1. BC2C1F2, dan (3) KUI Carotenoid Syn. Hal yang
Perlakuan disusun dalam rancangan acak sama di KP Bajeng untuk entri (1) dan (2) sama di
kelompok dengan empat ulangan, jarak antar KP Maros > 7,0 t/ha serta Sam4(Pro-A)BC2C1F2.

Tabel 1. Karakteristik biji materi uji

Genotipe (Perlakuan) Asal benih Warna biji Tipe biji


1. Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 CIMMYT kuning kemerahan mutiara
2. Zm305(Pro-A)BC2C1F2 CIMMYT kuning mutiara
3. Sam4(Pro-A)BC2C1F2 CIMMYT Kuning tua semi mutiara
4. KUI Carotenoid Syn CIMMYT kuning kemerahan mutiara
5. KUI Carotenoid Syn (broad) CIMMYT kuning mutiara
6. Carotenoid Syn-3 CIMMYT kuning semi mutiara
7. Carotenoid Syn-3 (broad) CIMMYT kuning tua mutiara
8. Florida A Plus Syn CIMMYT kuning mutiara
Pembanding
9. Srikandi kuning-1 Balitsereal kuning muda mutiara

17
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Tabel 2 . Rangkuman komponen hasil populasi jagung Provit-A KP. Maros MH 2008/2009

Hasil *) Kadar air Rendemen Ubjn Ubb


No. Genotipe
(t/ha) (%) (%) hari hari
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 7,82 29,0 73,9 50,2 52,5
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 7,46 26,1 76,8 50,5 52,0
3 Sam4(Pro-A)BCC1F2 6,37 28,6 77,4 50,2 51,7
4 KUI Carotenoid Syn 7,07 28,9 76,8 51,0 53,2
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 6,96 30,0 73,7 50,0 52,2
6 Carotenoid Syn-3 7,28 29,6 76,9 48,5 52,7
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 6,19 30,1 73,7 49,5 52,2
8 Florida A Plus Syn 4,81 28,7 77,5 42,2 44,7
9 Srikandi Kuning-1 6,37 29,6 75,9 51,0 53,0
KK (%) 13,89 5,56 2,31 1,71 1,69
Sd. 0,31 0,53 0,58 0,28 0,29
Ket. : *) kadar air 15%,Ubj : umur berbunga jantan, Ubb : umur berbunga betina

Tabel 3. Komponen hasil panen, biji dan tongkol jagung Provit-A di KP Maros. MH 2008/2009

Bt-4 tk Bt-4 tkl Bbt 500


Tnm pn/ Tkl pn/ Bbt.pn Pjg tkl Dt tkl
No. Genotipe kpsan biji biji
plot plot (kg/plt) (cm) (cm)
(g) (g) (g)
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 46,7 47,0 8,78 869 642 155 16,3 5,0
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 48,2 48,2 8,05 766 588 131 15,5 4,7
3 Sam4(Pro-A)BC2C1F2 47,2 48,5 7,13 645 499 117 17,9 4,1
4 KUI Carotenoid Syn 46,5 47,5 7,94 742 556 125 17,0 4,3
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 49,2 49,2 7,92 697 514 137 16,2 4,4
6 Carotenoid Syn-3 48,0 48,7 8,24 717 552 137 17,4 4,8
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 48,2 48,5 7,06 685 504 127 17,1 4,6
8 Florida A Plus Syn 47,7 48,2 5,38 631 490 120 16,8 4,3
9 Srikandi Kuning-1 46,0 46,2 7,23 867 661 132 17,1 4,9
KK (%) 4,03 3,67 14,05 11,57 12,73 5,62 8,71 6,41
Sd. 0,63 0,58 0,35 0,02 0,02 4,21 0,48 0,09
Ketr. : Tnm.pn : tanaman panen Tkl.pn : tongkol panen
Bbr-4tkl : bobot 4 tongkol Bbt.pn : bobot panen
Rend : rendamen Bbt. 4 bj : bobot biji empat tongkol
Dt.tkl : diameter tongkol Pjg.tkl : panjang tongkol

Tabel 4. Komponen barisan biji, visual dan penyakit jagung Provit-A di KP Maros. MH 2008/2009

Hawar
Jlh brs Jlh biji Asp tan Asp klbt Asp tkl Karat
No. Genotipe daun
per tkl per brs (skor) (skor) (skor) (skor)
(skor)
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 14,0 36,0 1,0 1,0 1,0 1,5 1,0
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 13,0 32,0 1,0 1,0 1,0 1,5 1,0
3 Sam4(Pro-A)Bc2C1F2 12,5 34,5 1,0 1,0 1,0 1,2 1,0
4 KUI Carotenoid Syn 12,5 34,5 2,0 1,7 1,7 2,2 1,7
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 12,5 32,5 1,2 1,0 1,5 1,2 1,0
6 Carotenoid Syn-3 14,0 32,0 1,0 1,0 1,2 1,5 1,0
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 12,5 34,5 1,0 1,0 1,0 1,2 1,0
8 Florida A Plus Syn 12,5 36,0 1,0 1,0 1,2 1,0 1,0
9 Srikandi Kuning-1 15,5 35,0 1,7 1,5 1,2 1,7 1,0
KK (%) 11,11 15,9 30,24 21,54 30,49 29,95 15,38
Sd. 0,48 1,81 0,12 0,08 0,12 0,14 0,05
Ket. : Jlh brs : jumlah barisan biji per tongkol Jlh biji : jumlah biji per baris
Asp Tan : aspek tanaman Asp Klbt : aspek kelobot
Asp Tkl : aspek tongkol Hawar daun : penyakit hawar daun
Karat : penyakit karat

18
Jamaluddin et al.: Uji Daya Hasil Populasi ...

Tabel 5. Rangkuman Komponen Hasil dan Agronomis Jagung Provit-A. KP. Bajeng MH 2008/2009

Hasil *) K.air Rendm Ubj Ubb


No. Genotipe
(t/ha) (%) (%) (hari) (hari)
1 1. Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 7,97 33,7 75,8 50,2 52,7
2 2. Zm305(Pro-A)BC2C1F2 7,07 31,3 76,7 52,5 55,2
3 3. Sam4(Pro-A)BC2C1F2 7,56 31,1 75,3 50,2 52,7
4 4. KUI Carotenoid Syn 7,10 33,6 75,3 49,5 52,2
5 5. KUI Carotenoid Syn broad) 6,64 31,9 74,1 50,5 53,0
6 6. Carotenoid Syn-3 6,65 33,1 76,1 49,7 52,7
7 7. Carotenoid Syn-3 (broad) 6,91 29,5 76,5 52,0 55,2
8 8. Florida A Plus Syn 5,04 31,1 78,7 42,2 44,7
9 9. Srikandi Kuning-1 6,45 32,9 73,9 52,0 54,5
KK (%) 7,63 8,84 2,47 1,44 1,45
Sd. 0,17 0,94 0,62 0,24 0,25
Ket.: *) kadar air 15% Ubj : umur berbunga jantan
Ubb : umur berbunga betina Rendm : rendamen
Rb.bt : rebah batang Rb.akr : rebah akar

Hasil ini memberikan indikasi bahwa bahwa peubah ASI sangat berperan untuk penetuan
sejumlah populasi jagung provit-A di tingkat produktivitas jagung, semakin rendah nilai ASI
nasional untuk agro ekosistem dataran rendah (<5,0 hari) maka produktivitas jagung semakin
mempunyai peluang untuk menghasilkan varietas tinggi, jika nilai ASI>8,0 hari, tidak akan diperoleh
unggulan baru jagung provit-A yang kaya beta hasil. Peubah kadar air saat panen menunjukan
karoten. Varietas unggul dapat dirakit melalui bahwa di KP Maros terdapat selisih sekitar 2,0%
perbaikan dalam populasi atau antar populasi lebih rendah dibanding di KP Bajeng
setelah mengalami daya adaptasi pada lingkungan
Persentase Tumbuh, Tinggi, dan Rendamen
tertentu serta mengalami kemajuan seleksi serta
Ketiga peubah pada dua lokasi disajikan pada
populasi mengalami peningkatan siklus atau daur
Tabel 6 dan Tabel 7. Persentase tumbuh benih pada
(Hallauer dan Miranda 1981; Effren et al. 2010).
kedua lokasi cukup tinggi yakni diatas 95,0%.
Hasilyang sama sedang dilakukan untuk rilis
Tinggi tanaman dan tinggi tongkol dari setiap
hibrida jagung provit-A yang diharapkan dapat
populasi memperlihatkan posisi yang cukup ideal
beradaptasi baik untuk zona dataran rendah tropis.
sebagai calon varietas yakni tinggi tongkol berada
Pemurnian tetua provit A introduksi CIMMYT
pada posisi sekitar setengah dari tinggi tanaman.
menunjukkan daya adaptasi baik pada zona dataran
rendah tropis (Cordova et al. 2007; Yasin et al. Komponen Hasil Panen
2015). Peubah jumlah tanaman dan tongkol yang
Pengamatan peubah komponen hasil lainnya dipanen setiap entri mendekati populasi normal (50
berupa kadar air, rendamen, serta umur berbunga tanaman/plot) yakni >47 tanaman/plot baik di KP
jantan dan betina menunjukan bahwa untuk peubah Maros maupun di KP Bajeng, hal ini menunjukan
kisaran rendamen di KP Maros 73,7-76,8%, bahwa selama masa pertanaman populasi introduksi
pembanding Srikandi kuning-1 yakni 75,9%. 73,9- provit-A dapat tumbuh dengan baik pada kedua
78,7% serta pembanding 73,9%. Pada saat tanaman lingkungan penelitian. Bobot tongkol saat panen
menyerbuk ditunjukan bahwa umur saat berbunga >7,0 t/ha pada kedua lokasi kecuali entri yang
jantan dan betina pada kedua lokasi tidak berbeda berumur genjah yakni populasi Florida A Plus Syn
yakni masing-masing pada kisaran asi 2,0-4,0 hari. hanya sekitar 5,1 kg/plot. Peubah rendamen
Peubah ASI (anthesis silking interval) adalah dihasilkan dari ratio penimbangan antara bobot biji
selisih umur berbunga betina terhadap umur terhadap bobot biji+janggel dari empat tongkol dan
berbunga jantan semakin rendah nilai ASI (<5,0 dihasilkan nilai >70,0% nilai yang dihasilkan ini
hari) semakin potensial jagung tersebut untuk sedikit lebih rendah disbanding Srikandi kuning-1
memberikan hasil maksimal. Populasi Florida A yang dapat mencapai 75,0%. Bobot penimbangan
Plus Syn memperlihatkan umur genjah dibanding empat tongkol (janggel+biji) 860 gr. Panjang
populasi lain termasuk pembanding yakni umur 42- tongkol dan diameter tongkol pada kedua lokasi
44 hari saat penyerbukan. Menurut Meseka et al. sekitar 15-17 cm dan 4,0-5,0 cm.
(2006), David et al. (2014), dan Fennigan (2016)

19
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Tabel 6 . Rangkuman % tumbuh, tinggi tanaman dan rebah akar jagung Provit-A KP. Maros MH 2008/09

Tumbuh Tgg.tn Tgg.tk Rb.bt Rb.akr


No. Genotipe
(%) (cm) (cm) tn/plot tn/plot
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 95,5 201,7 100,2 0,2 0,2
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 96,5 201,5 99,7 0,5 0,2
3 Sam4(Pro-A)Bc2C1F2 96,7 204,0 99,0 0,7 0,2
4 KUI Carotenoid Syn 97,0 195,7 102,0 1,5 0,2
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 99,5 198,0 98,5 0,2 1,0
6 Carotenoid Syn-3 98,5 196,2 97,0 0,2 0,2
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 97,0 204,5 97,0 0,2 0,2
8 Florida A Plus Syn 98,0 178,0 90,5 0,7 0,0
9 Srikandi Kuning-1 96,7 208,0 97,2 1,2 0,2
KK (%) 2,34 2,50 5,90 - -
Sd. 0,76 1,71 2,88 - -
Ket.: Rb.bt : rebah batang Tgg.tn : tinggi tanaman
Rb.akr : rebah akar Tgg.tkl : tinggi tongkol

Tabel 7. Rangkuman % tumbuh, tinggi tanaman dan rebah akar jagung Provit-A KP. Bajeng MH 2008/09

Tumbuh Tgg.tn Tgg.tk Rb.bt Rb.akr


No. Genotipe
(%) (cm) (cm) tn/plot tn/plot
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 98,2 222,5 115,0 2,5 0,0
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 99,5 210,0 85,0 2,0 0,0
3 Sam4(Pro-A)Bc2C1F2 97,7 216,2 113,7 0,0 0,0
4 KUI Carotenoid Syn 98,2 207,5 92,5 2,5 0,0
5 KUI Carotenoid Syn broad) 93,7 191,2 88,7 2,5 2,2
6 Carotenoid Syn-3 98,2 207,5 90,5 0,0 0,0
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 97,0 198,2 91,0 7,5 0,7
8 Florida A Plus Syn 99,0 178,0 63,7 1,5 1,0
9 Srikandi Kuning-1 96,2 231,2 113,7 0,5 0,2
KK (%) 2,22 8,40 12,74 - -
Sd. 0,72 5,79 4,02 0,26 0,16
Ket.: Tgg tk : tinggi tongkol Tgg.tn : tinggi tanaman
Rb.bt : rebah batang Rb.akr : rebah akar

Bobot biji dari populasi provit A pada P a d a T a be l 8 di t u nj uka n b a h w a hasil


penelitian ini dapat mencapai 185g/500 biji. penilaian dengan sistem scoring berada pada
Menurut Gambin et al. (2007), varietas komposit kisaran 1,0-2,0 dan dapat diartikan bahwa ketiga
biji kuning dapat membentuk biji dengan jumlah pengamatan visual tersebut berada pada penilaian
maksimal setelah populasi mengalami perbaikan baik sampai sangat baik (1,0-2,0)
genetik dengan metoda perbaikan antar dan inter
populasi (intra and inter populastion improvement) Penyakit
dan ditunjukkan bahwa terdapat 412-465 biji/ Penyakit utama yang dijumpai di KP Maros
tongkol pada kondisi lingkungan optimal. adalah hawar daun (Bipolaris maydis) dan karat
(Puccinia polysora) sedangkan di KP Bajeng
Peubah Visual dijumpai penyakit karat (Tabel 9). Hasil skoring
Pengamatan aspek tanaman, penutupan menunjukan bahwa kedua penyakit di skor berkisar
kelobot, dan aspek tongkol dilakukan secara visual 1,0-2,0 (tahan-agak tahan) pada populasi provit-A
yakni mulai saat tanaman selesai menyerbuk untuk maupun Srikandi Kuning-1, sehingga dapat
aspek tanaman, dan saat kelobot menutup sempurna diassumsi kan bahwa provit -A mempu nyai
untuk kelobot, serta saat panen untuk aspek ketahanan sama dengan Srikandi kuning-1.
tongkol.

20
Jamaluddin et al.: Uji Daya Hasil Populasi ...

Tabel 8. Komponen barisan biji, visual dan penyakit jagung Provit-A di KP Bajeng. MH 2008/2009.

Aspek Aspek Aspek Hawar


Jlh brs/ Jlh biji/
No. Genotipe tan, klbt, tkl, daun,
tkl baris
(skor) (skor) (skor) (skor)
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 15,5 35,5 1,25 1,25 1,50 1,00
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 13,5 31,7 1,50 1,00 1,00 1,25
3 Sam4(Pro-A)BC2C1F2 15,0 36,2 1,75 1,00 1,25 1,00
4 KUI Carotenoid Syn 14,0 39,0 1,25 2,00 1,00 2,25
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 13,0 34,0 1,25 1,00 1,50 1,00
6 Carotenoid Syn-3 14,0 32,5 1,25 1,00 1,00 1,00
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 14,0 32,5 1,50 1,00 1,25 1,00
8 Florida A Plus Syn 14,0 33,5 1,50 1,00 1,50 1,25
9 Srikandi Kuning-1 15,5 32,0 2,25 1,75 1,25 1,50
KK (%) 7,71 14,32 33,49 30,24 41,63 28,02
Sd. 0,36 1,62 0,16 0,12 0,17 0,11
Ket. : Jlh brs : jumlah barisan biji per tongkol Jlh biji : jumlah biji per baris
Asp Tan : aspek tanaman Asp Klbt : aspek kelobot
Asp Tkl : spek tongkol Hawar daun : penyakit hawar daun

Tabel 9. Komponen hasil panen, biji dan tongkol jagung Provit-A di KP Bajeng. MH. 2008/09

Bbt
Tnm pn/ Tkl pn/ Bbt.pn Pjg tkl Dt tkl Karat
No. Genotipe 500 biji
plot plot (kg/plt) (cm) (cm) (skor)
(g)
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 49,7 50,0 9,59 195 15,5 5,3 1,2
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 49,5 49,7 8,21 180 15,3 4,7 1,2
3 Sam4(Pro-A)BC2C1F2 49,5 50,0 8,74 175 16,4 4,9 1,5
4 KUI Carotenoid Syn 49,2 50,0 8,48 180 16,7 4,8 2,0
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 47,5 48,2 7,83 185 16,7 4,6 1,2
6 Carotenoid Syn-3 49,2 49,0 7,92 185 16,4 4,9 1,0
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 49,0 49,7 7,81 180 16,8 4,8 1,2
8 Florida A Plus Syn 50,0 50,0 5,83 137 15,1 4,3 1,0
9 Srikandi Kuning-1 48,5 50,0 7,65 192 14,3 5,1 1,0
KK (%) 2,51 2,63 8,18 6,40 14,10 7,12 31,1
Sd. 0,41 0,43 0,21 3,18 0,74 0,11 0,14
Ket. Tnm.pn : tanaman panen Tkl.pn : tongkol panen
Bbt.pn : bobot panen Karat : penyakit karat
Bbt. 500 bj : bobot 500 biji Dt.tkl : diameter tongkol
Pjg.tkl : panjang tongkol

Nutrisi protein varietas pembanding Srikandi Kuning-1


Kandungan beta karoten jagung Obatanpa yaitu protein 8,01%, lemak 4,72%, dan karbohidrat
(Pro-A) BC1C2-F2 dan KUI Carotenoid Syn 75,99%.
(broad) lebih tinggi 113-282% dibanding jagung
biasa Srikandi Kuning-1. Hal ini membuktikan Karakteristik Lokasi Pengujian
bahwa jagung provit dapat digunakan sebagai Lokasi pengujian memiliki karakteristik
acuan dalam mengantisipasi kekurangan vitamin A seperti disajikan pada Tabel 12. Pada Tabel 12
(Tabel 10). Kandungan nutrisi berupa protein, dapat diketahui bahwa lokasi pengujian mempunyai
lemak, dan karbohidrat disajikan pada Tabel 11. pH agak rendah (pH:5,2-5,5). Kandungan N tanah
Pada tabel terlihat tidak terdapat perbedaan ekstrim di KP Maros lebih tinggi sedangkan kandungan P
dari genotype jagung provit-A dan varietas chek di KP Bajeng lebih tinggi, hal ini dapat diartikan
Srikandi Kuning-1. Kandungan protein Obatanpa bahwa pada kondidi N dan P yang agak rendah
(Pro-A) BC1C2-F2 dan KUI Carotenoid masing- populasi provit-A dapat mencapai 7,0-8,0 t/ha dan
masing 9,34% dan 8,64%, lemak 4,73% dan 4,99%, lebih tinggi dibanding Srikandi Kuning1.
dan karbohidrat 74,85% dan 76,56%. Kandungan

21
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Tabel 10. Kandungan eta carotene dan rasio kenaikan vs. varietas chek
Ratio kenaikan (%) terhadap
Beta karoten
No. Genotipe (Provit A) Srikandi
(ppm) Sukmaraga
kuning-1
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 0,081 68,75 113,16
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 0,103 144,58 171,05
3 Sam4(Pro-A)BC2C1F2 0,145 202,08 281,58
4 KUI Carotenoid Syn 0,145 202,08 281,58
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 0,126 162,5 231,58
6 Carotenoid Syn-3 0,149 210,4 292,11
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 0,058 20,8 52,63
Chek
8 Srikandi Kuning-1 0,038
(BB Pasca Panen Bogor, Novembar 2009).

Tabel11. Kandungan proksimat jagung provit A vs chek


No. Genotipe (Provit A) Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%)
1 Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2 9,34 4,73 74,85
2 Zm305(Pro-A)BC2C1F2 10,35 4,78 74,88
3 Sam4(Pro-A)BC2C1F2 7,84 4,97 76,75
4 KUI Carotenoid Syn 8,64 4,99 76,56
5 KUI Carotenoid Syn (broad) 10,18 4,67 74,39
6 Carotenoid Syn-3 10,10 4,62 73,56
7 Carotenoid Syn-3 (broad) 8,18 3,91 76,02
Chek
8 Srikandi Kuning-1 8,01 4,72 75,99
(Laboratorium Dasar Balitsereal 2010).

Tabel 12. Sifat fisik dan kimia tanah, serta ketinggian tempat (m.dpl)
pada lokasi pengujian
Penetapan Bajeng Maros
Tekstur (%)
Liat 13 28
Debu 47 40
Pasir 40 32
pH :
- air 5,5 5,2
- KCl 5,0 4,0
Bhn organik, % 1,94 2,0
N - total (%) 0,09 0,12
- C/N - 10,0
P - Olsen, ppm 29,92 48,0
KTK (me/100 g)
-K 0,43 0,77
- Ca 6,12 22,60
- Mg 1,02 1,21
- Na 0,19 0,42
Aldd (me/100 g) - -
H + (me/100 g) 0,06 -
KTK (me/100 g) 9,76 25,29
Kejenuhan basa,% 79,0 -
Ketinggian m. dpl. < 50,0 < 20,0
Ekologi L. K. L.S.
Tipe tanah Ultisol Vertisol
Tipe iklim C2 C2
Contoh tanah dianalisis di laboratorium Balitsereal Maros
*) : sangat rendah
- : tidak terukur
KTK : nilai tukar kation L.K : lahan kering, L.S : lahan sawah

22
Jamaluddin et al.: Uji Daya Hasil Populasi ...

Kesimpulan Fennigan, W.S. 2016. Drought tolerance maize improves


yields in 13 countries. A Journal Science.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Development Net of South Africa. CIMMYT-
disimpulkan bahwa terdapat tiga populasi jagung IITA. Kenya
provit-A yang potensi hasilnya mencapai 7,0-8,0 Gambin, B.L., L. Barras, and M.E. Otegui. 2007.
t/ha yakni: (1) Obatanpa (Pro-A)BC1C2-F2, (2) Themaize kernel size limited by its capacity to
ZM305(Pro-A)BC2C1F2, dan (3) KUI. Carotenoid expand. MAYDICA. A Journal Devoted to Maize
Syn3 (broad), sedangkan pembanding Srikandi and Allied Species. 52(4):434. Instituto
kuning-1 <7,0 t/ha. Skor aspek tanaman, penutupan Sperimentale pe la Cerealicoltura Section of
kelobot dan tongkol jagung provit-A adalah baik Bergamo. Italy.
sampai sangat baik. Populasi provit-A mempunyai Hallauer A.R. and J.B. Miranda FO. 1981. Quantitative
ketahanan sedang terhadap penyakit bercak daun Genetics in Maize Breeding. Iowa State Univ.
(B. maydis) dan karat (P. polysora). Press.
Menkir, A., W. Liu, W.S. White, B. Maziya-Dixon,
Daftar Pustaka andT. Rocheford. 2005. Carotenoid diversity in
Buffard, D., K.R. Lamkey, and M.P. Scott. 2005. tropical-adapted yellow maize inbred lines. Jurnal
Viability and genetic effects for tryptophane and of International Institute of Tropical Agriculture.
methionine in commercial maize germplasm. Oyo Road PMB 5320. Ibadan Nigeria.:521-529.
MAYDICA. A Journal Devoted to Maize and Meseka, S.K., A. Menkir, A.E.S. Ibrahim, and
Allied Species 50(2). Instituto Sperimentale pe la S.O.Ajalan. 2006. Genetic analysis of
Cerealicoltura Section of Bergamo. Italy. performance of maize inbred lines selected for
Bwibo N. O. andC.G. Neuman. 2003. Suplement : tolerance to drought under low nitrogen.
Animal source food to improve micronutrient MAYDICA. A Journal Devoted to Maize and
nutrition in Developing countries. The American Allied Species 51(3). Instituto Sperimentale pe la
Society for nutritional science. Jurnal of Cerealicoltura Section of Bergamo. Italy.
Nutrition. 133-3936S-3940S. Nutra. 2008. ALA can benefit dry eye syndrome. News
Cong Khan N., C.E. West, A.D. Pee, D. Bosch, H.D. head lines research. Ingredients. Com. Breaking
Phung, P.J. Hulshof, H.H. Khoi, H. Verhoef, and news on supplements & nutrition-Nort America.
G.A.J. Hautvast. 2007. The contribution of plant Yasin, HG.,M., Sumarno, Nur A., 2015. Perakitan
foods to the Vietamin A supply of lactating Varietas Unggul jagung fungsional. Puslitbangtan.
women in Vietnam: a randomized controlled Badan Litbang Pertanian. Bogor. p.14.
trial. American Journal of Crinical Nutrition.
85(4):1112-1120.
Cordova, H., S. Trifunovic., A. Ramirez., and M. Sierra.,
2007. CIMMYT maize hybrids for Latin America;
Head to Head Analysis and Probability of
Outperforming the Best Check. MAYDICA. A
Journal Devoted to Maize and Allied Species 52(4).
Instituto Sperimentale pe la Cerealicoltura Section of
Bergamo. Italy.
Crowly, L. 2008. New research boosts vitamin a content
in maize. News headlines science and nutrition
food Navigator.com/Europe.
David, B. L., M. J. Robert., W. Schlenker., W. Braum.,
N. Little., B. B. Rejesus, and R. M. Hammer.
2014. Greater sensitivity to drought accompanies
maize yield increase in the U. S. Midwest. A
Journal of Science. 344. DOI 10.
Effren, E., M. Emma, and K. Sales. 2010. A method of
increasing the efficiency of finding productive
crosses in maize. A Journal of University of
Southern Mindanao. Kabacan. Catabato.
Philipines. p. 138

23
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Analisis Sidik Lintas Karakter Morfologi dan Komponen Hasil


Jagung Hibrida Genjah

Suriani, R. Neni Iriany M., dan A.Takdir M


Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan
Email: surianipalla@gmail.com

Abstract
Early maturity hybrid maize are needed by farmers to overcome the climate change or efficiency in short
growing season. In consequence, selection was needed in some early maturity maize hybrid genotype by
considering influential traits toward grain yield. The research was conducted in Palu of Central Sulawesi
wich is evaluated 8 early maturity maize hybrid genotypes and 4 check varieties (Gumarang, Bima-3, AS-
1, and Bisi-2) as treatment. Treatment was arranged in randomized complete block design with 3
replications. Each genotype was planted in plot of 5 x 3 m, with distance between row 75 cm and distance
in row 20 cm. The results of the research indicated that early maturity maize hybrid with the highest yield
was obtained by CH-8 were 8.38 ton/ha. Furthermore, the traits which the highest correlation with yield
was fresh cob were weight with significant by positive correlation (r = 0.984) and where as ASI had
negative correlation to yield (r = -0.599). These traits can be used as the main character in indirect
selection of early maturity maize. While results of path analysis showed that some characters had direct
effect to yield including fresh cob weight, plant height, number of row, in ear and the number of seed, in
row.
Key words: maize, early maturity, correlation, path analysis

Abstrak
Penggunaan varietas jagung hibrida genjah dibutuhkan petani untuk mengatasi perubahan iklim ataupun
efisiensi waktu penanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi terhadap beberapa genotipe hibrida
genjah dengan mempertimbangkan karakter yang berpengaruh terhadap hasil. Penelitian ini dilakukan di
Palu, Sulawesi Tengah dengan menguji 8 genotipe hibrida genjah dan 4 varietas pembanding (Gumarang,
Bima-3, AS-1 dan Bisi-2). Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan.
Setiap genotipe ditanam pada petakan dengan ukuran 5 x 3 m, jarak antar baris 75 cm. Jarak tanaman
dalam barisan 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon varietas hibrida genjah yang memiliki
produksi tertinggi ialah CH-8 sebesar 8,38 kg/ha. Karakter agronomi yang berkorelasi dengan hasil
adalah bobot kupasan basah dengan korelasi positif sangat nyata (r= 0,984) dan ASI berkorelasi negatif
terhadap hasil (r= -0,599). Kedua karakter tersebut dapat dijadikan karakter utama dalam seleksi tidak
langsung varietas unggul hibrida umur genjah. Hasil analisis sidik lintas menunjukkan beberapa karakter
yang berpengaruh langsung terhadap hasil diantaranya tinggi tanaman, jumlah baris per tongkol dan
jumlah biji per baris.
Kata kunci: jagung, hibrida genjah, korelasi, analisis sidik lintas

Pendahuluan varietas jagung hibrida melalui program pemuliaan.


Beberapa keunggulan yang dimiliki jagung hibrida
Tanaman jagung merupakan salah satu diantaranya berdaya hasil tinggi, umur genjah dan
komoditas penting dalam bidang tanaman pangan tahan terhadap serangan hama penyakit (Yustiana et
(Kasryno et al. 2007). Perkembangan industri al. 2013). Penggunaan jagung hibrida di Indonesia telah
pakan ternak di Indonesia menjadikan tanaman mencapai 56% dari total pertanaman pada tahun 2013
jagung sebagai sumber utama pakan ternak. Upaya (Anonim 2015).
pemenuhan kebutuhan jagung telah dilakukan oleh Perakitan jagung hibrida umur genjah
pemerintah baik melalui pendekatan intensifikasi merupakan salah satu program strategis untuk
maupun ekstensifikasi (Dewi et al. 2013). Salah peningkatan produksi jagung dengan periode waktu
satu upaya intensifikasi ialah pengembangan tanam lebih pendek. Varietas hibrida umur genjah

24
Suriani et al.: Korelasi Sidik Lintas ...

ditargetkan untuk penanaman di lahan cekaman Perlakuan disusun mengikuti pola rancangan acak
kekeringan dan sawah tadah hujan. Di Lampung, kelompok (RAK) dengan menggunakan 8 genotipe
pengembangan jagung dilakukan di lahan kering calon hibrida genjah (CH1, CH2, CH3, CH4, CH5,
pada ketinggian 115-195 mdpl, memiliki jenis CH6, CH7, CH8 dan 4 varietas pembanding (Bima
tanah podsolik dengan kemasaman tinggi (pH < 5) 3, AS1, Bisi-2 dan Gumarang) yang diulang
(Swastika et al. 2004). sebanyak 3 kali.
Varietas hibrida umur genjah dan berdaya Setiap genotipe ditanam pada petakan 5 x 3
hasil tinggi dapat diperoleh melalui seleksi secara m, jarak antar baris 75 cm dan jarak dalam barisan
langsung dari potensi hasil biji atau tidak langsung 20 cm dengan 1 benih per lubang tanam sehingga
melalui beberapa karakter yang terkait dengan hasil populasi 25 tanaman dalam setiap baris. Pupuk
biji (Falconer dan Mackay 1996 dalam Nasution dasar dilakukan pada 7 hari setelah tanam (HST)
2010). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan dosis 200 kg/ha urea, SP36 200 kg/ha,
karakter-karakter yang sering berpengaruh KCL 100 kg/ha. Pemberian pupuk kedua (30 HST)
langsung ataupun tidak langsung terhadap produksi dilakukan setelah penyiangan dan pembumbunan
biji jagung diantaranya jumlah tongkol per dengan dosis 200 kg/ha Urea. Pencengahan
tanaman, panjang tongkol, jumlah biji per tongkol, serangan hama dan penyakit dilakukan dengan
berat biji, dan tinggi letak tongkol (Agrama 1996; pemberian Carbofuran dan fungisida metalaxyl.
Shalygina dan Singh. 1993; Shalygina 1990; Wang Pengamatan dilakukan terhadap: (1) tinggi
et al. 1999; Farhatulla. 1990 dalam Mohammadi et tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai
al. 2003). Karakter morfologi dan komponen hasil pangkal terakhir bunga jantan sebanyak 10 tanaman
serta pertumbuhan dikendalikan oleh banyak gen secara acak; (2) tinggi letak tongkol (cm) diukur
yang ekspresinya sangat dipengaruhi oleh faktor mulai dari permukaan tanah sampai ruas
lingkungan (Desta et al. 2006). munculnya tongkol sebanyak 10 tanaman; (3)
Proses seleksi dalam pemuliaan dapat Anthesis silking interval (ASI) diperoleh dengan
dilakukan dengan mencari nilai korelasi dan sidik menghitung selisih umur berbunga jantan dengan
lintas antar karakter morfologi dengan komponen umur berbunga betina dari setiap petak; (4) panjang
hasil. Korelasi antar karakter merupakan fenomena tongkol (cm) diukur dari pangkal tepat letak biji
umum yang terjadi pada tanaman. Pengetahuan sampai ujung tongkol; (5) diameter tongkol (cm)
tentang hubungan antara hasil dengan karakter diperoleh dengan mengukur lingkar tengah tongkol;
agronomi sangat penting untuk menentukan arah (6) jumlah baris per tongkol dengan menghitung
perubahan yang diharapkan selama seleksi. Analisis jumlah baris 10 tongkol per petak; (7) jumlah biji
korelasi dapat dikembangkan melalui analisis sidik per tongkol dengan menghitung jumlah biji per
lintas untuk mengetahui keeratan hubungan antar baris dari 10 tongkol per petak; (8) rendemen biji;
karakter dengan cara menguraikan koefisien (9) bobot kupasan basah per petak; (10) kadar air
korelasi menjadi pengaruh langsung dan pengaruh 15%; (11) bobot 1000 biji setiap petak pada kadar
tidak langsung, seperti halnya pengaruh suatu air 15%; (12) hasil biji.
karakter terhadap produksi biji (Wirnas et al. 2005; Data dianalisis menggunakan sidik ragam
Mohammadi et al. 2003; Pudjiwati et al. 2013). dan untuk mengetahui hubungan antar komponen
Batista et al. (2012) dalam Teodoro et al (2014) hasil dan karakter morfologi data dianalisis dengan
bahwa berat tongkol memiliki pengaruh langsung model korelasi pearson (Singh dan Choudhary
tertinggi terhadap hasil biji jagung hibrida. Hal ini 1979). Untuk mengetahui karakter morfologi yang
menjelaskan bahwa karakter tersebut dapat berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
dijadikan salah satu kriteria dalam seleksi tidak hasil biji jagung digunakan metode analisis sidik
langsung untuk peningkatan produktivitas genotipe lintas (Dewey dan Lu 1959).
jagung.
Penelitian bertujuan untuk melihat korelasi Hasil dan Pembahasan
antara komponen hasil dan karakter morfologi Keragaan Beberapa Karakter Morfologi dan
serta pengaruh langsung dan tidak langsung Komponen Hasil
karakter tersebut terhadap hasil. Dengan demikian Produksi tanaman jagung hibrida genjah
kita dapat mengidentifikasi karakter yang paling dipengaruhi oleh beberapa karakter agronomi yang
berkontribusi terhadap hasil. berbeda dan memberikan respon berbeda untuk
setiap genotipe. Hasil penelitian menunjukkan
Bahan dan Metode bahwa sidik ragam komponen hasil berupa bobot
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan kupasan basah dan hasil biji berbeda sangat nyata
Maret sampai Juni 2013 di Palu, Sulawesi Tengah. pada taraf Uji P <1>, bobot 1000 biji berbeda nyata

25
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

antar ulangan. Sedangkan karakter rendemen dan sementara hasil genotipe CH-7 tidak nyata dengan
kadar air semua genotipe tidak berbeda nyata Bima 3. Hasil keseluruhan kedelapan genotipe yang
(Tabel 1). diuji berbeda nyata dibandingkan hasil varietas
Produktivitas 12 genotipe yang diuji berkisar Gumarang. Hal ini disebabkan karena jagung
antara 4,27 8,38 t/ha (Tabel 2). Genotipe CH-8 varietas Gumarang merupakan jenis jagung bersari
memberikan hasil paling tinggi kemudian CH-7 bebas dengan produktivitas lebih rendah dibanding
yaitu 8,38 t/ha dan 8,23 t/ha. Genotipe CH-8 varietas hibrida. Produktivitas hibrida lebih tinggi
menunjukkan perbedaan hasil nyata pada uji BNT dibandingkan dengan OPV karena adanya efek
taraf 5% terhadap keempat varietas pembanding heterosis antara galur-galur tetua pembentuk
yakni varietas Gumarang, Bima 3, AS-1 dan Bisi 2, hibrida (Mejaya et al. 2005 dalam Suryana 2007).

Tabel 1. Analisis ragam karakter morfologi dan komponen hasil evaluasi hibrida umur genjah Palu MK 2013

Sumber Kuadrat Tengah


Db Bobot 1000 Bobot Kupasan
Keragaman ASI Rendemen Kadar Air Hasil
biji Basah
Ulangan 2 5702,781* 0,159tn 3,254** 5,605 tn
4,075**
0,333 tn
Perlakuan 11 2865,659 tn 4,339tn 3,573** 9,524tn 3,758**
0,614 tn
Acak 22 1327,021 1,453 0,339 5,976 0,312
0,515
Total 35 2060,628 2,286 1,522 7,069 1,615
0.536
** nyata pada taraf uji 1%; * nyata pada taraf uji 5%; tn = tidak nyata

Tabel 2. Penampilan hasil dan komponen hasil evaluasi hibrida umur genjah di Palu MK 2013.

Bobot 1000 Bobot Kup.


Genotipe Rendemen Kadar Air ASI Hasil
biji Basah
CH-1 403,3 c 77,1 6,4a 29,1 a
2,0 6,5a
CH-2 416,7 c 77,2 7,7ad 29,0a 2,3 7,6ad
CH-3 400,0 c 79,4bc 6,4a 29,5a 2,0 6,1a
CH-4 406,7 c 77,2 7,8ad 31,0a 2,3 7,5ad
CH-5 423,3 c 76,0 6,4a 28,9 1,7 6,3a
CH-6 426,7 ac 78,3 6,5a 29,9tn 2,0 6,2a
CH-7 390,0 c 75,1 7,9ad 26,9tn 2,0 8,2acd
CH-8 400,0 c 77,2 8,2acd 26,3tn 1,7 8,4abcd
Gumarang (a) 366,7 78,6 4,2 24,9 3,3 4,3
Bima 3 (b) 406,7 77,0 7,4 29,3 2,0 7,3
AS-1 (c) 496,7 76,7 7,2 30,6 1,7 7,0
Bisi 2 (d) 416,67 78,65 6,64 28,57 2,00 6,43
RERATA 412,78 77,36 6,91 28,67 2,08 6,80
BNT 5% 59,68 2,04 0,99 4,14 - 0,96
KK 8,8 1,60 8,40 8,50 - 8,30
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dengan varietas pembanding berarti berbeda nyata
dengan varietas pembanding tersebut pada uji BNT 0,05
a: berbeda nyata terhadap pembanding varietas Gumarang
b: berbeda nyata terhadap pembanding varietas Bima 3
c: berbeda nyata terhadap pembanding varietas AS-1
d: berbeda nyata terhadap pembanding varietas BISI 2

26
Suriani et al.: Korelasi Sidik Lintas ...

Pengamatan terhadap berat 1000 biji menunjukkan sehingga pengisian biji optimal. Hal ini berarti
bahwa genotipe CH-6 memiliki berat 1000 biji tanaman tidak tercekam kekeringan.
yang berbeda nyata dengan varietas pembanding Analisis ragam terhadap beberapa karakter
gumarang. Sementara genotipe lainnya tidak morfologi dari 12 genotipe hibrida genjah yang
berbeda nyata dengan semua varietas pembanding diujikan tersaji pada Tabel 3.
bahkan kedelapan genotipe tersebut memiliki berat Hasil pengamatan terhadap beberapa karakter
1000 biji yang lebih rendah dibandingkan dengan agronomi evaluasi hibrida genjah menunjukkan
varietas pembanding AS-1. perbedaan sangat nyata pada taraf uji P <1> kecuali
Rendemen merupakan salah satu komponen panjang tongkol. Karakter tinggi tanaman berbeda
hasil yang sering menjadi kriteria petani dalam sangat nyata baik antar perlakuan maupun ulangan.
pemilihan varietas jagung, selain diameter tongkol Hal ini menunjukkan adanya variasi tinggi tanaman
yang besar (Efendi et al. 2013). Rendemen yang yang cukup besar. Singh (1987) dalam Sembiring
dihasilkan dari setiap tongkol jagung pada (2007) mengemukakan bahwa tinggi tanaman yang
pengujian ini menunjukkan bahwa hanya ada satu bervariasi adalah karakter yang bisa digunakan
genotipe (CH-3) yang memiliki rendemen berbeda sebagai pembeda genotipe. Tinggi tanaman
nyata dengan varietas pembanding Bima 3 dan AS- merupakan salah satu diskripsi penting dalam
1 dengan nilai 79,35%. Sedangkan rendemen pelepasan varietas jagung.
genotipe lainnya tidak berbeda nyata dengan semua Tinggi tanaman dari 12 genotipe uji berkisar
varietas pembanding. antara 188,27-235,87 cm. Galur CH-1, CH-3, CH-6
Bobot kupasan basah tertinggi ditunjukkan dan CH-7 memiliki tinggi tanaman yang berbeda
oleh galur CH-8 yakni sebesar 8,24 kg. Bobot nyata dengan tinggi tanaman ketiga varietas
kupasan genotipe tersebut berbeda nyata dengan 3 pembanding yakni Gumarang, Bima 3 dan AS-1
varietas pembanding yakni Gumarang, AS-1 dan masing-masing 228,67; 235,27; 226,53 dan 230,33
Bisi 2. Namun secara keseluruhan semua bobot cm. Sementara tinggi letak tongkol berkisar antara
kupasan basah kedelapan genotipe yang diuji 81,87-131,80 cm. Beberapa galur dengan tinggi
berbeda nyata dengan Gumarang. Sementara letak tongkol yang berbeda nyata dengan ketiga
pengamatan terhadap kadar air menunjukkan bahwa varietas pembanding gumarang, Bima dan AS-1
galur CH-5, CH-6, CH-7 dan CH-8 memiliki kadar yakni CH-1, CH-2, CH-3, CH-5, CH-6, CH-7
air yang tidak berbeda nyata dengan semua varietas dengan masing-masing nilai 131,40; 123,87;
pembanding. 122,87; 131,60; 124,20 dan 131,80 cm. Genotipe
Anthesis Silking Interval (ASI) merupakan CH-3 dan CH-4 memiliki rasio tinggi letak tongkol
selisih antara keluar bunga jantan dan betina. ASI terhadap tinggi tanamannya masing-masing 0,53
dari 12 genotipe yang diuji menunjukkan perbedaan dan 0,52. Hal ini menjadi kriteria ideal varietas
yang tidak nyata. Galur CH-8 memiliki nilai ASI jagung hibrida karena memudahkan panen dan
terendah yakni 1,67 hari dengan rata-rata lama ASI mengurangi resiko rebah batang. Menurut Subandi
dari semua genotipe ialah 2,08 hari. Nuning et al. et al. (1982) dalam Subekti dan Jafri (2011), tinggi
2007 menyatakan bahwa bunga jantan tanaman letak tongkol pada pertengahan batang jagung
jagung pecah anther 1 3 hari sebelum bunga merupakan posisi tanaman yang ideal, terlebih jika
betina muncul. Dengan demikian penyerbukan didukung oleh batang yang kuat dan tahan
yang terjadi dalam pengujian ini masih normal kerebahan.

Tabel 3. Analisis ragam karakter morfologi evaluasi jagung hibrida umur genjah di Palu, MK. 2013

Kuadrat Tengah
Sumber
Db Tinggi Tinggi letak Panjang Diameter Jumlah Biji Jumlah Baris
Keragaman
Tanaman tongkol Tongkol Tongkol per Baris Per Tongkol
Ulangan 2 868.708** 117.114tn 1.674 tn 0.173** 4.694tn 0.750tn
Perlakuan 11 1134.510** 954.469** 2.264* 0.095** 16.979** 2.365**
Acak 22 67.567 59.250 0.586 0.016 2.134 0.392
Total 35 448.671 343.911 1.176 0.050 6.889 1.034
** nyata pada taraf 1%; * nyata pada taraf uji 5%; tn = tidak nyata

27
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Tabel 4. Penampilan karakter morfologi evaluasi hibrida umur genjah di Palu, MK. 2013

Jumlah
Tinggi Tinggi letak Panjang Diameter Jumlah Biji
Genotipe Baris Per
Tanaman tongkol Tongkol Tongkol per Baris
Tongkol
CH-1 228,7abc 131,4abc 15,0a 4,6d 13,9d 33,3a
CH-2 207,7a 123,9abc 15,1a 4,6d 15,3acd 33,2a
abc abc a d tn
CH-3 233,7 122,9 14,9 4,5 13,3 35,3a
CH-4 179,9tn 92,3tn 16,3ab 4,6d 12,3tn 34,4a
CH-5 235,9abc 131,6abc 14,9a 4,7ad 13,5tn 29,9tn
CH-6 226,5abc 124,2abc 16,8abd 4,7ad 13,6d 38,0abcd
abc abc a d tn
CH-7 230,3 131,8 15,5 4,6 12,9 33,5a
CH-8 199,4tn 103,2a 15,2a 4,8ad 14,8acd 32,9a
Gumarang 188,3 81,9 13,2 4,5 13,6 28,5
Bima 3 197,5 95,0 14,9 4,9 14,4 32,9
AS-1 202,1 98,8 15,6 4,6 13,3 33,2
Bisi 2 227,7 123,1 15,2 4,2 12,5 33,4
RERATA 213,11 113,33 15,22 4,59 13,62 33,21
BNT 5% 13,92 13,03 1,30 0,22 1,06 2,47
KK 3,90 6,80 5,00 2,80 4,60 4,40
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dengan varietas pembanding berarti
berbeda nyata dengan varietas pembanding tersebut pada uji BNT 0,05
a: berbeda nyata terhadap pembanding varietas Gumarang
b: berbeda nyata terhadap pembanding varietas Bima 3
c: berbeda nyata terhadap pembanding varietas AS-1
d: berbeda nyata terhadap pembanding varietas BISI 2

Panjang tongkol galur jagung yang dan CH-7 memiliki jumlah baris per tongkol yang
dievaluasi berkisar antara 13,23 cm 16,81 cm. tidak berbeda nyata dengan semua varietas
Galur CH-6 memiliki ukuran tongkol yang paling pembanding. Rata-rata jumlah baris setiap tongkol
panjang yakni 16,81 cm, berbeda nyata dengan jagung pada penelitian ini ialah 13,62. Nuning et al.
panjang tongkol ketiga varietas pembanding. (2007) menyatakan bahwa secara umum, setiap
Secara keseluruhan kedelapan galur yang diuji tongkol jagung memiliki 10-16 baris biji yang
memiliki panjang tongkol yang berbeda nyata pada jumlahnya selalu genap.
BNT taraf 5 % dengan varietas Gumarang yang Hasil pengamatan terhadap jumlah biji per
memiliki panjang tongkol 13,23 cm. baris ditemukan paling banyak pada genotipe CH-6
Diameter tongkol kedelapan genotipe yang yakni 38 biji per baris. Genotipe ini memiliki
dievaluasi menunjukkan perbedaan yang nyata jumlah biji per baris 13,77 % lebih banyak
dengan diameter tongkol varietas pembanding Bisi dibandingkan dengan varietas pembanding terbaik
2 (4,18 cm). Galur CH-8 memiliki diameter tongkol dengan rata-rata jumlah biji per baris 33,40.
terbesar yakni 4,76 cm dan berbeda nyata dengan Sedangkan jumlah biji perbaris terendah pada
varietas Gumarang. Galur lain yang memiliki genotipe CH-5 yakni 29,93 dan tidak menunjukkan
diameter tongkol berbeda nyata dengan varietas perbedaan yang nyata dengan semua varietas
Gumarang ialah galur CH-5 dan CH-6. pembanding kecuali varietas Gumarang.
Jumlah baris per tongkol terbanyak
Korelasi Antar Karakter
diperlihatkan oleh galur CH-2 kemudian CH-8
Hasil analisis korelasi pearson terhadap
yang masing-masing sebesar 15,33 dan 14,80.
beberapa karakter penentu hasil biji dapat dilihat
Jumlah baris per tongkol kedua galur ini lebih
pada Tabel 5. Hasil korelasi menunjukkan bahwa
banyak dibanding dengan 3 varietas pembanding
bobot kupasan basah berkorelasi sangat nyata
yakni Gumarang, AS-1 dan Bisi 2. Sementara
terhadap hasil biji (r= 0,984).
keempat galur lainnya yakni CH-3, CH-4, CH-5,

28
Suriani et al.: Korelasi Sidik Lintas ...

Tabel 5. Korelasi fenotipik antar karakter genotipe jagung hibrida genjah di Palu MK 2013

x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11
x2 0,918**
x3 -0,469 -0,488
x4 0,118 0,273 -0,533
x5 -0,224 -0,150 -0,310 0,235
x6 -0,118 0,003 -0,035 -0,250 0,563
x7 0,253 0,331 -0,394 0,845** 0,115 -0,121
x8 -0,047 -0,214 0,386 -0,182 -0,421 -0,064 0,208
x9 -0,084 0,163 -0,627* 0,613* 0,382 0,170 0,431 -0,527
x10 0,081 0,171 -0,464 0,679* 0,156 -0,243 0,585* -0,015 0,354
x11 0,055 0,051 -0,582* 0,459 0,133 -0,057 0,263 -0,187 0,284 0,646*
y -0,070 0,172 -0,599* 0,527 0,392 0,209 0,330 -0,611* 0,984** 0,201 0,208
Ket: x1: tinggi tanaman; x2 : tinggi letak tongkol; x3 : Anthesis silking interval; x4: Panjang tongkol; x5: diameter tongkol ; x6:
jumlah baris per tongkol; x7: jumlah biji per baris; x8: Rendemen; x9: Bobot kupasan basah; x10: kadar air; x11: bobot 1000
biji; y: hasil biji.

Koefisien korelasi fenotipik memberikan dalam komponen-komponen analisis lintas yang


informasi penting bagi pemulia tentang hubungan berpengaruh langsung dan tidak langsung. Secara
antara karakter penentu hasil dengan hasil biji langsung, maksudnya karakter morfologi
(Badawy and Mehasen 2012). Karakter yang memberikan pengaruh terhadap hasil tanpa melalui
memiliki korelasi paling tinggi bisa dijadikan komponen hasil lain. Secara tidak langsung, artinya
sebagai kriteria seleksi tidak langsung untuk pengaruh karakter morfologi terhadap hasil melalui
meningkatkan hasil biji per ha. Pada pengujian ini sifat karakter lainnya (Sari dan Susilo 2013).
parameter ASI menunjukkan korelasi negatif Melalui analisis sidik lintas kita dapat menghitung
terhadap hasil biji. Hal ini berarti jika nilai ASI atau mendeteksi karakter yang berkontribusi
rendah maka hasil biji tinggi karena terjadinya penting terhadap peningkatan hasil jagung
sinkronisasi pembungaan sehingga peluang (Abdulkhaleq dan Tawfiq 2014).
penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar Hasil analisis sidik lintas terhadap karakter
nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan morfologi dan komponen hasil evaluasi jagung
menyebabkan penyerbukan terhambat sehingga hibrida umur genjah di Palu disajikan pada Tabel 6.
dapat menurunkan hasil. Cekaman abiotis Analisis sidik lintas digunakan untuk
umumnya mempengaruhi nilai ASI, seperti pada memilah korelasi genetik antara bobot kering per
cekaman kekeringan dan temperatur tinggi (Nuning biji baik dengan karakter-karakter yang berkaitan
et al. 2007). dengan bobot kering per biji menjadi pengaruh
Karakter morfologi yang saling berkorelasi langsung dan tidak langsung (Sari dan Susilo
positif ialah tinggi tanaman berkorelasi sangat 2013). Hasil analisis sidik lintas karakter yang
nyata dengan tinggi letak tongkol (r= 0,918), diamati menghasilkan hubungan kausal antara
jumlah biji per baris berkorelasi sangat nyata karakter tersebut dengan hasil biji. Sebelas karakter
dengan panjang tongkol (r = 0,845), Korelasi yang dianalisis berpengaruh langsung maupun tidak
positif antara panjang tongkol dengan jumlah biji langsung terhadap hasil biji, tidak seluruhnya
perbaris paling tinggi pada genotipe CH-6 yakni 38 memberikan pengaruh langsung yang besar.
biji/baris. Karakter panjang tongkol juga Karakter yang berpengaruh langsung paling
berkorelasi dengan bobot kupasan basah dan kadar besar terhadap hasil jagung hibrida genjah adalah
air. bobot kupasan basah dengan nilai koefisien lintas
1,0023 kemudian disusul pengaruh tinggi tanaman
Analisis Sidik Lintas dan jumlah biji per baris dengan nilai koefisien
Analisis sidik lintas dapat digunakan untuk lintas masing-masing sebesar 0,0356 dan 0,0266.
mengetahui karakter morfologi yang mempunyai Fatmawati dan Adnan (2008) melaporkan bahwa
pengaruh terhadap produksi jagung hibrida genjah. bobot kupasan basah dan tinggi tanaman
Keuntungan dari analisis ini adalah memberikan memberikan pengaruh langsung yang signifikan
kemungkinan untuk memisahkan koefisien ke terhadap hasil jagung pada kondisi rendah nitrogen.

29
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 1, No. 2, Januari 2016

Tabel 6. Pengaruh langsung dan tidak langsung 11 karakter morfologi terhadap hasil jagung hibrida genjah
di Palu MK 2013

Pengaruh tidak Langsung Total


Var
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 Korelasi

x1 0,0356 -0,0089 -0,0060 -0,0028 -0,0033 0,0017 0,0067 0,0043 -0,0843 -0,0139 0,0131 -0,0577

x2 0,0327 -0,0097 -0,0062 -0,0065 -0,0022 0,0000 0,0088 0,0195 0,1636 -0,0291 0,0122 0,1831

x3 -0,0167 0,0047 0,0127 0,0127 -0,0045 0,0005 -0,0105 -0,0352 -0,6281 0,0792 -0,0139 -0,5990

x4 0,0042 -0,0026 -0,0068 -0,0239 0,0034 0,0035 0,0225 0,0166 0,6146 -0,1160 0,0109 0,5265

x5 -0,0080 0,0015 -0,0039 -0,0056 0,0145 -0,0079 0,0031 0,0383 0,3833 -0,0266 0,0032 0,3917

x6 -0,0042 0,0000 -0,0004 0,0060 0,0082 -0,0141 -0,0032 0,0058 0,1705 0,0415 -0,0014 0,2086

x7 0,0090 -0,0032 -0,0050 -0,0202 0,0017 0,0017 0,0266 -0,0189 0,4321 -0,0998 0,0063 0,3303

x8 -0,0017 0,0021 0,0049 0,0044 -0,0061 0,0009 0,0055 -0,0911 -0,5284 0,0025 -0,0045 -0,6114

x9 -0,0030 -0,0016 -0,0080 -0,0146 0,0055 -0,0024 0,0115 0,0480 1,0023 -0,0604 0,0068 0,9842

x10 0,0029 -0,0017 -0,0059 -0,0162 0,0023 0,0034 0,0156 0,0013 0,3544 -0,1708 0,0154 0,2007

x11 0,0196 -0,0050 -0,0074 -0,0109 0,0019 0,0008 0,0070 0,0170 0,2847 -0,1103 0,0238 0,2212
Ket: - Angka dengan garis bawah merupakan nilai pengaruh langsung suatu karakter terhadap hasil biji.
- x1: tinggi tanaman; x2 : tinggi letak tongkol; x3 : Anthesis silking interval; x4: Panjang tongkol; x5: diameter tongkol ; x6:
jumlah baris per tongkol; x7: jumlah biji per baris; x8: Rendemen; x9: Bobot kupasan basah; x10: kadar air; x11: bobot 1000
biji.

Namun hal lain yang ditemukan oleh Mohammadi Kesimpulan


et al (2003) bahwa pengaruh tinggi tanaman dan
tinggi letak tongkol terhadap hasil sangat kecil. 1. Galur CH-8 merupakan galur jagung hibrida
Karakter tinggi tanaman hanya dapat dijadikan genjah yang berdaya hasil tinggi dengan rata-
sebagai variabel prediktor yang pengaruhnya lebih rata hasil 8,38 ton/ha dengan rasio tinggi
rendah dibandingkan berat 100 biji dan jumlah biji tanaman dan tinggi letak tongkol sebesar 0,52.
per tongkol. 2. Karakter tinggi tanaman dan jumlah biji per
Selain berpengaruh langsung secara baris berperan penting dalam menentukan hasil
signifikan, karakter jumlah biji per baris juga biji jagung hibrida genjah yang bisa digunakan
berpengaruh tidak langsung terhadap hasil biji sebagai karakter seleksi tidak langsung dalam
melalui bobot kupasan basah sebesar 0,4321. menghasilkan varietas hibrida genjah berdaya
Azizpour dan Afarinesh (2007) menemukan bahwa hasil tinggi.
jumlah biji per baris dan panjang tongkol 3. Karakter bobot kupasan basah dapat digunakan
berpengaruh langsung terhadap hasil galur jagung dalam seleksi genotipe karena memiliki
hibrida yang berumur dalam dan genjah. pengaruh langsung tinggi dibandingkan
Karakter lain yang dapat digunakan sebagai karakter lain.
indikator seleksi berdasarkan pada pengaruh tidak
langsung adalah panjang tongkol memiliki korelasi Daftar Pustaka
positif sebesar 0,6146 melalui bobot kupasan
Abdulelkhaleq, D.A. and S.I. Tawfiq. 2014. Correlation
basah. Hubungan antara karakter yang ditunjukkan and path coefficient analysis of yield and
melalui hasil analisis sidik lintas dapat juga agronomic characters among some maize
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis genotypes and their F1 hybrids in diallel Cros.
plasma nutfah yang digunakan, karakter yang Journal of Zankoy SulaimanI-Part A, Special
dipilih untuk dianalisis dan lingkungan Isuue. 16: 1-8.
(Mohammadi et al. 2003). Pengaruh tidak langsung Anonim. 2015. Pedoman teknis GP-PTT jagung tahun
yang cukup besar biasanya memiliki nilai korelasi 2015. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
yang cukup tinggi (Rachmawati et al. 2014). Kementerian Pertanian Indonesia.
http://tanamanpangan.pertanian.go.id. [12 Maret
2015].

30
Suriani et al.: Korelasi Sidik Lintas ...

Azizpour M and A. Afarinesh. 2007. Correlation of tanaman jagung. jagung, teknik produksi dan
morphological characteristics of maize hybrids pengembangannya. Pusat Penelitian dan
through path analysis. Iranian Crop Science Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen
Congress. August 28-30. Karaj Pertanian. 500 hlm.
Badawy, M.E.I.M. and S.A.S. Mehasen. 2012. Pudjiwati, E.H, Kuswanto, N. Basuki and A.N
Correlation and path coefficient analysis for yield Sugiharto. 2013 Path analysis of some leaf
and yield components of soybean genotypes characters related to downy mildew resistance in
under different planting density. Asian Journal of maize. Agrivita 35 (2): 163-173.
Crop Science 4 (4): 150-158.
Rachmawati, R.Y., Kuswanto dan S.L. Purnamaningsih.
Desta, W., I. Widodo I. Sobir, Trikoesoemaningtyas, S. 2014. Uji keseragaman dan analisis sidik lintas
Sopandie. 2006. Pemilihan karakter agronomi antara karakter agronomis dengan hasil pada
untuk menyusun indeks seleksi pada 11 populasi tujuh genotip padi hibrida Japonica. Jurnal
kedelai generasi F6. Buletin Agronomi 34 (1): 19- Produksi Tanaman. 2 (4): 292-300.
24.
Sari, I.A. dan A.W. Susilo. 2013. Pengembangan kriteria
Dewey, D.R. and K.H. Lu. 1959. A correlation and path- seleksi karakter berat biji pada tanaman kakao
coeffisient analysis of components of crested (Theobroma cacao L.) melalui pendekatan
wheatgrass seed production. Agronomy Journal analisis sidik lintas. Pelita Perkebunan 29 (3):
51: 515-518. 174-181.
Dewi N., M.M.Tahir, A.B. Tawali dan M. Sembiring, S. 2007. Studi karakteristik beberapa varietas
Mahendradatta. 2013. pengembangan model jagung (Zea mays L.) hasil tree way cross.
usaha jagung terpadu di Kabupaten Takalar. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. 86 hlm.
Jurnal Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin,
Singh. R.K. and B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical
Makassar.
methods in quantitative genetic analysis. Kalyani
Efendi, R., Bunyamin dan A. Andriyani. 2013. Karakter publication, New Dehli. 288 pp.
phetotipic jagung hibrida Bima 3. Prosiding
Subekti, A dan Jafri. 2011. Penampilan karakter
Seminar Nasional Serealia: 123-131.
agronomi dan hasil beberapa varietas jagung pada
Entringer G.C., P.H.A.D. Santos. J.C.F. Vettorazzi, lahan ultisol Singkawang, Kalimantan Barat.
K.S.D. Cunha. and M.G. Pereira. 2014. Prosiding Seminar Nasional Serealia: 9 14.
Correlation and path analysis for yield
Suryana, S., 2007. Analisis faktor-faktor yang
components of supersweet corn. Rev. Ceres,
mempengaruhi produksi jagung di Kabupaten
Vicosa 61 (3) : 356-361.
Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida di
Fatmawati and A.M. Adnan. 2008. Path analysis of yield Kecamatan Banjajero Kabupaten Blora). Tesis.
and yield component of syntheticb Maros first Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,
cycle population (MRSS-1 C0) Under Low N. Semarang.
Proceeding of The 10th Asian Regional Maize
Swastika, D.W.K., F. Kasim, W. Sudana, R. Hendayana,
Workshop: 337-339.
K. Suhariyanto, R.V. Gerpado, P.L. Pingali.
Kasryno, F., E. Pasandaran, Suyamto dan M.O. 2004. Maize in Indonesia: Production system,
Adnyana. 2007. Gambaran umum ekonomi contstraints, and research priorities. IFAD-
jagung Indonesia. Dalam Jagung, Teknik CIMMYT.
Produksi dan Pengembangan. Pusat Peneltian dan
Teodoro, P.E., C.A. S. Junior, C.C. Correa, L.P. Ribeiro,
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor, p.474-
E. P. Oliveira, M. F. Lima, and F. e. Torres. 2014.
497
Path analysis and correlation of two genetic
Mohammadi, S.A., B.M. Prasanna and N.N. Singh. classes of maize (Zea mays L). Journal of
2003. Sequential Path Model for determining Agronomy 13 (1): 23-28.
interrelationships among grain yield and related
Wirnas, D., Sobir dan M. Surahman. 2005.
characters in maize. Crop Science Vol. 43: 1690-
Pengembangan kriteria seleksi pada pisang (Musa
1697.
sp) berdasarkan analisis lintas. Buletin Agronomi
Nasution. 2010. Analisis korelasi dan sidik lintas antara 33 (3): 48-54.
karakter morfologi dan komponen buah tanaman
Yustiana, M. Syukur dan S. H. Sutjahjo. 2013. Analisis
nenas (Ananas comosus L. Merr.). Crop Agro Vol
daya gabung galur-galur tropis di dua lokasi.
3 (1): 1-8.
Jurnal Agro. Indonesia 41 (2): 105-111
Nuning, A.S., Syafruddin, dan R. Effendi. 2007.
Morfologi, pertumbuhan dan perkembangan

31
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol 1, No. 2, Januari 2016

Karakter Agronomis dan Hasil Beberapa Galur Sorgum


Fatmawati dan M Yasin HG
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros 90514, Sulawesi Selatan

Abstract
Sorghum has a great potential to be developed in Indonesia because it has wide adaptability. Sorghum
well adapted to suboptimal land like dry land, wetlands and acid soil that widespread in Indonesia. So far,
ICERI have released six varieties of sorghum for food and feed. The study aimed to determine the
agronomic characters and yield of the 13 lines of sorghum plus two check varieties (Kawali and Numbu).
The research was conducted at the Bontobili experimental farm in Gowa, South Sulawesi in the first
planting season of 2013. The treatment was arranged in randomized block design with three replications.
Each entry was planted in four rows on plot length of 5.0 m and plant spacing of 75x20 cm. The results
showed that line 15 103-A gave the highest grain yield. Results obtained reach 2.97 t / ha, 11.23% higher
than Numbu varietiy and 62.30% higher than Kawali varietiy. Another advantage of the 15 103-A line
was higher at the variable weight of dry panicle, panicle weight of wet biomass and panicle weight of five
plants. High yielding line have good adaptability and higher biomass production from 10.68 to 33.67%
compared to the two varieties Kawali and Numbu.
keywords: lines, yielded, adaptation

Abstrak
Tanaman sorgum mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai
daya adaptasi yang luas. Tanaman sorgum beradaptasi baik pada lahan suboptimal seperti lahan kering,
lahan rawa dan lahan masam yang tersedia cukup luas di Indonesia. Balitsereal sampai saat ini telah
melepas enam varietas sorgum untuk pangan dan pakan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter
agronomis dan hasil dari 13 galur sorgum ditambah dua varietas pembanding (Kawali dan Numbu).
Penelitian dilaksanakan di KP. Bontobili Kab. Gowa Sulsel pada musim tanam I tahun 2013. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Setiap entri ditanam empat baris
pada panjang plot 5,0 m jarak tanam 75x20 cm. Hasil penelitian menunjukkan terdapat satu galur yang
memberikan hasil biji tertinggi yaitu galur 15103-A. Hasil yang diperoleh mencapai 2,97 t/ha, lebih tinggi
11,23% dibandingkan varietas Numbu dan lebih tinggi 62,30% dibandingkan varietas Kawali.
Keunggulan lain dari galur 15103-A adalah lebih tinggi pada peubah bobot malai kering, bobot malai
basah, biomas dan bobot malai lima tanaman. Galur unggulan mempunyai adaptasi baik dan
menghasilkan biomas lebih tinggi 10,68-33,67% dibanding kedua varietas Kawali dan Numbu.
kata kunci: galur, bobot biji, adaptasi, sorgum

Pendahuluan Biji sorgum dapat dikonsumsi secara langsung


sebagai bubur (pooridge), juga sebagai bahan
Sorgum adalah tanaman serealia yang olahan menjadi dodol, tape, roti, tepung, sirup,
potensial untuk dikembangkan, khususnya pada alkohol, mono sodium glutamat, dan spirtus.
daerah marginal dan kering yang banyak terdapat di Sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan baku
Indonesia. Sor gum mempunyai ber bagai industri lem dan bir serta sebagai media starter
keunggulan diantaranya daya adaptasi luas, tahan perbanyakan jamur kayu yang lebih baik dari
kekeringan, produksi tinggi, serta lebih tahan jagung dan beras. Suarni dan Firmansyah (2012)
terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman mengemukakan bahwa sorgum dapat diolah
pangan lain. Selain itu tanaman sorgum memiliki menjadi tepung dan dapat menjadi bahan alternatif
kandungan nutrisi tinggi, sehingga sangat baik untuk subtitusi tepung terigu, karena tepung terigu
digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun mengandung karbohidrat 71,0% dan sorgum
pakan ternak. Produksi sorgum Indonesia masih 70,7%. Batang dan daun sorgum dapat pula
sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum dimanfaatkan untuk pakan ternak termasuk
belum tersedia di pasaran (KNP 2004). dedaknya sebagai konsentrat dalam ransum pakan.
Sebagai bahan pangan dan pakan alternatif sorgum

32
Fatmawati dan M. Yasin HG.: Karakter Agronomis dan ...

memiliki kandungan nutrisi yang baik, bahkan Bahan dan Metode


kandungan proteinnya lebih tinggi dibanding beras
dan jagung (Tabel 1). Penelitian dilaksanakan di KP. Bontobili (Sulawesi
Poelhman (1993) melaporkan bahwa dalam Selatan) pada bulan Maret Juni 2013. Penelitian
endosperm biji sorgum terdapat asam amino menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
essensial yaitu lysine yang dikontrol oleh gen dengan tiga ulangan. Jarak tanam 75 x 25 cm,
resessif hl. Lysine berperan mengantisipasi panjang baris lima meter, masing-masing galur/
penyakit busung lapar pada anak balita (Mertz varietas terdiri atas 4 baris per entri, ditanam 4 biji
1992; Bjarnason dan Vasal 1992). Salah satu per lubang tanam. Lubang tanam di tutup dengan
metoda untuk menghasilkan varietas sorgum adalah menggunakan abu sekam. Penjarangan dilakukan
melalui seleksi sejumlah koleksi yang ada, namun pada umur 14 hari setelah tanam (hst) yaitu dua
jika variabilitas genetik rendah maka kecil tanaman per rumpun. Takaran pupuk yang
kemungkinan untuk menghasilkan varietas. digunakan adalah Urea 400 kg/ha, Ponska 300
Dikemukakan oleh Granados (2002) dan Stoskopfet kg/ha, dan KCl 100/ha. Pemupukan dilakukan dua
et al. (1993) bahwa perbaikan genetik dapat kali yaitu satu minggu setelah (mst) tanam dengan
dilakukan untuk menghasilkan varietas unggulan pemberian 200 kg urea, 300 kg Ponska dan KCl
yaitu dengan perbaikan dalam dan antar populasi 100 kg. Pemupukan kedua menggunakan 200 kg
(intra and inter population improvement). urea.
Populasi dasar sorgum umumnya Genotipe yang digunakan dalam penelitian
dihasilkan dari introduksi dari CIMMYT, ICRISAT ini adalah :
dan plasma nutfah lokal sebagai kekayaan alamiah. 1. 1090A 9. 4-183-B
Balitsereal telah melakukan kegiatan seleksi 2. 1115-C 10. 5-193-B
sejumlah galur/varietas sorgum. Balitsereal telah 3. 15006-A 11. 67388
melakukan uji kadar tannin 15 genotipe sorgum, 4. 15020-B 12. Buleleng Empok
dengan kadar 0,0450,368%. Koleksi telah melalui 5. 15103-A 13. KT247-1-1
uji pendahuluan pada tahun 2009, dilanjutkan uji 6. 15105-C 14. Kawali
adaptasi pada lokasi dan musim yang berbeda untuk 7. 15105-D 15. Numbu
mendapatkan varietas kadar tannin rendah dengan 8. 15131-B (Nomor 14 dan 15
potensi hasil tinggi. adalah pembanding)
Penelitian bertujuan untuk mengetahui
karakter agronomis dan hasil dari sejumlah Data yang diamati adalah persentase
genotipe sorghum yang akan digunakan dalam tumbuh, umur berbunga, tinggi tanaman saat
seleksi lanjutan untuk menghasilkan varietas panen, bobot biomas saat panen, komponen hasil
unggul baru. berupa bobot biji, skoring hama dan penyakit, dan
kadar tanin, panjang malai, kadar gula brix, berat
biji kering, berat 1000 bji.

Tabel 1. Kandungan nutrisi sorgum dan bahan pangan lainnya

Kandungan/100 g
Unsur nutrisi
Beras Jagung Singkong Sorgum Kedelai
Kalori (cal) 360 361 146 332 286
Protein (g) 6,8 8,7 1,2 11 30,2
Lemak (g) 0,7 4,5 0,3 3,3 15,6
Karbohidrat (g) 78,9 72,4 34,7 73 30,1
Kalsium (mg) 6 9 33 28 196
Besi (mg) 0,8 4,6 0,7 4,4 6.9
Posfor (mg) 140 380 40 287 506
Vit. B1 (mg) 0,12 0,27 0,06 0,38 0,93
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992).

33
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol 1, No. 2, Januari 2016

Hasil dan Pembahasan Pada Tabel 4 dan Tabel 5 disajikan rataan


pengamatan peubah dimana kisaran hasil biji yang
Sifat Fisik dan Kimia Tanah diperoleh berkisar 1,47-2,97 t/ha. Hasil tertinggi
Lingkungan penelitian mempunyai tekstur diperoleh pada galur 15103-A yaitu 2,97 t/ha, dan
tanah liat geluhan dengan persentase debu yang 11,23% lebih tinggi dari varietas Numbu yang
cukup tinggi. Tanah tergolong masam dengan pH = digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan hasil
5. Lahan mempunyai kandungan nitrogen yang penelitian ini dapat diketahui bahwa untuk kegiatan
rendah dan Kalium tergolong sedang, Kandungan seleksi dalam menghasilkan varietas terdapat galur
bahan organik juga tergolong sedang. Lokasi atau entri yang hasil bijinya lebih tinggi dari
penelitian tergolong dataran rendah dengan varietas yang telah dilepas yaitu varietas Numbu.
ketinggian <10,0 m dpl, tipe lahan berdasarkan Seleksi berdasarkan hasil biji disebabkan karena
sistim klasifikasi oldeman adalah tipe C2. Sifat karakter tersebut merupakan karakter daya hasil
fisik dan kimia tanah disajikan pada Tabel 2. yang menjadi target pada kegiatan pemuliaan
sorgum. Prihar dan steward (1991) menyatakan
Tabel 2.Sifat Fisik dan Kimia Tanah di Lokasi Penelitian
bahwa hasil tanaman sorgum tergantung pada
lingkungan serta genotipe yang digunakan,
Penetapan KP. Btbili Kriteria
Varietas pembanding Kawali memberikan
Tekstur (%) : liat 17
debu 55 produksi biji terendah yaitu 1,83 t/ha dan
pasir 28 mempunyai selisih hasil 62,30% dari galur 15103-
pH - air (1 : 2,5) 5,0 Masam A. Pengamatan pada peubah vegetatif menunjukkan
- KCl (1 : 2,5) 4,3 Masam galur 15103-A dan 4-183-13 memiliki bobot
Bahan Organik (%) 4,72 Sedang biomas tertinggi yaitu 28,58 t/ha, sedangkan galur
N total (%) 0,10 Rendah 4-183-B memiliki bobot terendah yaitu 12,6 t/ha.
- C/N 27,0 Sangat Soenartiningsih dan Fatmawati (2013) menyatakan
tinggi bahwa galur 15103-A mempunyai ketahanan
P - Olsen (ppm) - terhadap penyakit bercak daun dengan intensitas
KTK (me/100 g)
serangan <10% dan tidak terdapat serangan pada
- K 0,54 Sedang
- Ca 2,48 Rendah busuk batang (Fusarium).
- Mg 1,24 Sedang Menurut Borrel et al. (2003) bobot biomas
- Na 0,15 Rendah juga tergantung terhadap lingkungan. Pada Tabel 3
Al - dd (me/100 g) - terlihat bahwa galur 15103-A mempunyai bobot
H+ (me/100 g) 0,44 biomas yang tertinggi, hal ini diduga galur tersebut
NTK (me/100 g) 14,52 Tinggi mempunyai kemampuan mengakumulasi tanaman
Kejenuhan Al - sehingga lebih toleransi terhadap lingkungan. Hal
Kejenuhan basa (%) 30,0 Rendah ini sejalan dengan peubah lainnya yaitu bobot biji
Ketinggian mdpl < 10,0 lima tanaman, bobot lima malai kering dan bobot
Tipe lahan L.K
malai basah. Sedangkan pada peubah yang lain
Tipe tanah Ultisol
Tipe iklim C2 perbedaan tersebut tidak nyata .Pada tabel 3 terlihat
bahwa terdapat dua peubah yang lebih tinggi
dibanding varietas chek terbaik Numbu yaitu bobot
Karakter Komponen Hasil malai kering dan bobot biji kering dari lima sample
Hasil penelitian menunjukkan adanya tanaman, kisaran perbedaan dari dua peubah
pengaruh nyata dari beberapa komponen hasil tersebut adalah 7,5% lebih unggul galur 15103-A.
seperti bobot biji, bobot malai kering dan basah, Hasil bobot biji tertinggi dari penelitian ini adalah
kadar air saat panen, dan bobot biomas (Tabel 3). 2,97 t/ha, setara dengan hasil yang dicapai yaitu
Peubah komponen agronomis yang tidak nyata berkisar 2,5-3,3 t/ha apabila pertanaman sorgum
adalah tinggi tanaman, sedangkan komponen diberikan air 433-488 mm selama masa
generatif adalah bobot lima malai baik basah pertumbuhannya (Aqil dan Bunyamin 2013).
maupun kering, bobot biji lima tanaman, kadar air Peubah komponen agronomis lainnya tidak
saat panen, kadar gula, panjang malai dan bobot memperlihatkan perbedaan nyata antara galur yang
1000 biji. di uji dengan varietas pembanding.

34
Fatmawati dan M. Yasin HG.: Karakter Agronomis dan ...

Tabel 3. Analisis sumber keragaman peubah agronomis dan hasil sorgum, Bontobili 2013

Peubah Kuadrat Tengah Galat BNT(5%) BNT (1%)


Bobot biji (t/ha) 0,633** 0,141 0,444 0,600
Bobot malai kering (t/ha) 1,126** 0,251 0,593 0,800
Bobot malai basah (t/ha) 1,704* 0,477 0,817 1,102
Kadar air malai (%) 283,642* 80,551 1,156 1,560
Biomas (t/ha) 50,164* 15,980 4,73 6,38
Bobot 5 malai basah (t/ha) 406,785tn 528,058 - -
Bobot 5 malai kering (gr) 187,446tn 298,379 - -
Bobot biji 5 tanaman (gr) 105,438tn 167,838 - -
Kadar air (%) 38,093tn 41,664 - -
Kadar gula, brix 119,923tn 39,66 - -
Panjang malai (cm) 21,853tn 10,963 - -
Bobot 1000 biji (gr) 1166,044tn 913,475 - -
Tinggi tanaman (cm) 9086,525tn 6423,881 - -
Ket.: tn: tidak nyata
* : berbeda nyata taraf kepercayaan 95%
** : berbeda sangat nyata taraf kepercayaan 99%

Tabel 4. Peubah komponen agronomis dan hasil genotipe sorgum, Bontobili, 2013

Bobot
Bobot Kadar air Bobot
Bobot biji malai Bobot malai basah
Genotipe malai basah malai biomas
(t/ha) kering (gr/5 tanaman)
(t/ha) (%) (t/ha)
(t/ha)
1090-A 2,63 3,51 4,36 19,5 18,00 100,0
115-C2 2,67 3,56 4,24 14,6 17,82 96,43
15006A 2,07 2,76 3,27 15,6 20,98 97,67
15020-B 2,33 3,11 3,67 14,0 24,04 76,93
15103-A 2,97 3,96 5,13 21,3 28,58 116,13
15105-C 2,33 3,11 3,87 17,3 23,38 100,81
15105-D 2,07 2,76 3,02 8,4 17,56 86,91
15131-B 1,90 2,53 2,96 14,2 17,82 113,24
4-183-B 1,40 1,87 2,31 18,7 12,62 81,03
5-193-B 1,97 2,62 2,93 9,9 19,42 100,35
67388 1,47 1,96 3,60 42,3 18,53 110,00
B.Empok 2,17 2,89 3,69 20,8 15,56 88,30
KT24711 2,67 3,56 4,18 15,0 19,91 93,33
Konrol
Kawali 1,83 2,44 4,13 40,1 21,38 106,67
Numbu 2,69 3,50 4,71 25,4 25,82 86,67
Rataan 2,21 2,95 3,74 19,8 20,09 96,92
(t/ha)
KK (%) 17,10 17,00 18,47 22,92 19,89 23,71

35
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol 1, No. 2, Januari 2016

Tabel 5. Peubah komponen agronomis dan hasil genotipe sorghum. Bontobili, 2013

Bobot malai Bobot biji Kadar Panjang Bobot Tinggi


Kadar air
Genotipe kering (gr/5 kering (gr/5 gula, malai 1000 biji tanaman,
biji (%)
tanaman) tanaman brix (cm) (gr) cm
1090-A 73,33 55,00 26,67 12,3 26,6 297,2 217,3
115-C2 63,13 47,50 34,55 14,7 32,5 274,2 134,6
15006A 72,73 54,55 25,41 6,3 24,6 306,2 294,1
15020-B 55,16 41,37 28,10 9,7 24,9 308,8 201,0
15103-A 76,37 57,28 34,00 7,00 24,1 278,8 191,4
15105-C 65,97 49,48 35,41 15,3 24,1 264,3 314,2
15105-D 62,92 47,17 27,00 17,0 29,0 261,8 212,9
15131-B 82,67 62,00 27,00 4,0 23,5 263,8 205,2
4-183-B 59,15 44,36 27,00 9,7 23,4 236,6 194,4
5-193-B 73,26 54,94 27,00 13,7 28,5 288,8 270,9
67388 70,87 56,90 30,30 12,3 25,9 267,3 315,2
B.Empok 66,16 49,62 24,34 14,7 27,2 282,6 266,1
KT24711 64,33 48,25 31,22 12,7 27,8 293,9 249,0
Kontrol
Kawali 71,00 53,25 32,89 7 26,4 307,5 224,7
Numbu 56,67 42,50 32,22 10,3 22,1 321,3 322,6
Rataan (t/ha) 67,93 50,95 29,56 11,49 26,1 285,3 240,9
KK (%) 25,43 25,43 21,83 39,15 12,70 10,59 33,23

Kesimpulan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2007. Program


pengembangan tanaman sorgum di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa Departemen Pertanian.
galur yang unggul dan potensi hasil tinggi
Granados. G., 2002. Population Improvement of Maize.
dibandingkan varietas yang telah dilepas yaitu Maize Breeding Devision of CIMMYT.
Numbu dan Kawali. Rataan hasil biji adalah 2,97 Adiestramiento en maize. CIMMYT El Batan
t/ha pada genotype 15103-A lebih tinggi dari Mexico. p.2
pembanding terbaik varietas Numbu sebanyak
KNP (Komisi Nasional Plasma Nutfah). 2004. Traktat
11,23%, dan terhadap Kawali lebih tinggi 62,30%.
Internasional Sumber Daya Genetik Tanaman.
Keunggulan lain dari galur 15103-A adalah Untuk Pangan dan Pertanian. Kumpulan Bahan
karakter fenotifik tanaman diantaranya bobot malai Ratifikasi, Departemen Pertanian. 74 hal.
kering, bobot malai basah, biomas dan bobot malai
basah lima tanaman. Galur unggulan mempunyai Mertz, E. T. 1992. Discovery of High Lysine, High
Tryptophan Cereals. Department of Agronomy.
adaptasi baik dan menghasilkan biomas lebih tinggi
Purdue University West Lafayette. Indiana. The
10,68-33,67% dibanding varietas Kawali dan American Association of Cereal Chemists St.
Numbu. Galur 15103-A memiliki prospek untuk Paul. Minnesota. USA:94-95
dapat di lepas setelah melalui fase uji multi lokasi.
Poehlman, J. M. 1993. International Sorghum Breeding
Programs. Breeding field crops. University of
Daftar Pustaka Missouri, Columbia. An Avi Book. New York.
Aqil, M. dan Z. Bunyamin. 2013. Optimalisasi pengelolaan 541 p.
agroklimat pertanaman sorgum. Prosiding Seminar Prihar, S.S. and B.A. Stewart. 1991. Sorghum harvest
Nasional Serealia. Meningkatkan Peran Penelitian index in relation to plant size, environment and
Serealia Menuju Pertanian Bioindustry. Balai cultivar. Agronomy Journal 83(3):603-608
Penelitian Tanaman Serealia. Maros p. 371
Soenartiningsih dan Fatmawati. 2013. Reaksi beberapa
Bjarnason. M. and S. K. Vasal. 1992. Breeding of QPM. varietas/galur sorgum terhadap panyakit utama.
CIMMYT. Lisboa 27. D. F.. Mexico:182 Prosiding seminar nasional serealia. Meningkatkan
Borrel A, Van Oosterom E, Hammer G, Jordan D, peran penelitian serealia menuju pertanian
Douglas A. 2003. The physiology of stay green bioindustry. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
in sorgum. Proceeding of the 11th Australian
agronomy Conference. 2-6 February 2003

36
Fatmawati dan M. Yasin HG.: Karakter Agronomis dan ...

Stoskopf. N. C., Tomes. D. T., and Christie B. R., 1993.


Plant Breeding. Westview Press. Oxford. 475 p.
Suarni dan I. U. Firmansyah. 2012. Potensi Sorgum
sebagai bahan subtitusi beras, terigu dalam
diversifikasi pangan. Prosiding Seminar Nasional
Serealia. Inovasi tekhnologi mendukung
swasembada jagung dan diversifikasi pangan.
Maros 3-4 Oktober 2011. Balai Penelitian
Tanaman Serealia

37
PEDOMAN BAGI PENULIS

RUANG LINGKUP. Buletin Serealia memuat tulisan primer hasil penelitian tanaman serealia dari berbagai
disiplin ilmu mencakup plasmanutfah dan pemuliaan, fisiologi/budidaya, perlindungan tanaman, pascapanen,
dan sosial ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman serealia. Naskah yang dikirim untuk
diterbitkan hendaknya belum pernah diterbitkan atau sedang dikirimkan untuk diterbitkan di penerbitan
lainnya.

BAHASA. Buletin Serealia memuat karangan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Setiap naskah
dilengkapi dengan abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Bahasa Indonesia yang digunakan
mengikuti aturan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa).

NASKAH. Naskah yang dikirim adalah naskah primer; disusun dengan urutan;Judul tulisan (dwi bahasa).
Nama penulis (disertai nama lembaga asal penulis dan alamatnya, termasuk email penulis); Abstrak Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris (lengkap dengan judul dan kata kunci untuk masing-masing abstrak);
Pendahuluan, diikuti Sub-Judul (sesuai dengan materi tulisan); Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih (bila
perlu), diakhiri dengan Daftar Pustaka. Panjang Abstrak maksimal 250 kata.

Naskah. Diketik dengam program MS Word, Times New Roman 12 point, dua spasi, jarak kanan dan kiri 2
cm dari pinggir kertas. Panjang naskah maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. Naskah
tercetak diserahkan ke Redaksi rangkap 2 (dua), disertai file. File gambar asli harus disertakan.

Pustaka (literatur). Komposisi pustaka acuan adalah 80% terbitan lima tahun terakhir dan 80% dari
terbitan sumber acuan primer. Pengacuan pustaka (literatur) di dalam teks menggunakan nama penulis,
diikuti tahun terbit tulusan. Setiap pustakan yang disitir harus tercantum dalam daftar pustaka, dan disusun
menurut abjad sesuai nama penulis. Pustaka harus mencerminkan secara benar tetang judul tulisan, penulis
(-penulis), halaman, penyunting (jika bagian dari suatu buku, prosiding, bunga rampai), penerbit, dan kota
terbit. Penyingkatan judul terbitan dan penerbit harus mengikuti aturan standar.

Tabel. Jumlah kolom, panjang baris, dan penggunaan digit dalam tabel hendaknya tidak berlebihan. Setiap
tabel harus diberi judul secara singkat tetapi jelas dengan keterangan secukupnya, sehingga dapat disajikan
secara mandiri. Tiap tabel harus disitir dalam teks.

Ilustrasi. Ilustrasi berupa gambar (termasuk foto, grafik, bagan, dan yang lainnya), harus tajam dan jelas
sehingga memungkinkan pengecilan dalam proses pencetakan. Ilustrasi yang dibuat dengan program
komputer atau foto digital hendaknya disertakan file aslinya. Setiap gambar harus diberi nomor urut dan
disitir dalam teks. Keterangan yang dimuat pada ilustrasi harus cukup jelas agar disajikan secara mandiri.

Satuan Ukuran. Di dalam teks, tabel, dan ilustrasi menggunakan sistem metrik atau Satun Internasional
(SI) misalnya dalam satuan micron, mm, cm, kg, untuk panjang: cm 3, liter untuk volume; dan g, kg, ton
untuk bobot. Hindari pemakaian satuan yang berlaku terbatas, misalnya kuintal, pikul, dan lain sebagainya.

PROSES PENYUNTINGAN. Redaksi berhak melakukan koreksi dan perbaikan serta mengubah format
sesuai dengan kebijakan Redaksi tanpa mengubah maknanya. Redaksi berhak menolak naskah yang tidak
sesuai atau tidak mengikuti pedoman penulisan. Redaksi akan mengembalikan naskah kepada penulis untuk
diperbaiki seuai dengan koreksi Redaksi atau Mitra Bestari. Penulis diharapkan segera mengembalikan
perbaikan naskah agar dapat diterbitkan pada waktunya. Kepada penulis pertama diberikan dua eksemplar
Buletin Serealia ditambah 5 eksemplar cetak lepas (reprint).

Anda mungkin juga menyukai