Anda di halaman 1dari 6

189

Buana Sains Vol 16 No 2: 189-194

KERAGAMAN DAN HERITABILITAS 10 GALUR INBRIDA S4


PADA TANAMAN JAGUNG KETAN (Zea mays L. var.ceritina Kulesh)

Reza Prakoso Dwi Julianto1), Arifin Noor Sugiharto2), Andy Soegianto2)


1)
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi
2) Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT
This research aims to determine the variability of S4 generation between waxy corn x
local yellow corn (Arjuno) based on seed color selection and cob position. The research
was conducted at Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu with a height of
± 610 m asl, the maximum temperature is 27.4 º C and minimum temperature is 15.1 º
C and with inceptisol type soil. The research started in December 2011 until March
2012. Plant materials that used here were 10 strains of S4 waxy corn from crossing with
local corn (Arjuno) that have been selected based on seed color and cob location. This
research used Randomized Design Group (RDG), three replications with 30 plants each
genotype every replication by using one cob one line selection (ear to row). The results
showed the character of plant height, the number of seed line, and the cob
circumference among strains showed significant differences between inbred strains, The
heritability values among strains showed medium value criteria in all parameters except
the stalk length that showed the low heritability value.
Keywords: Waxy Corn, Variability, heritability

Pendahuluan masyarakat belum begitu mengenal serta


mengetahui manfaat lain dari jagung
Jagung ketan ditemukan oleh J. M. W.
ketan ini kecuali di daerah tertentu
Farnham seorang misionaris dari
seperti Sulawesi dan Nusa Tenggara
Amerika yang berada di Shanghai Cina.
Timut (NTT). Kendala utama pada
Sampel biji kemudian dikirim dan
tanaman jagung ketan yaitu produktivitas
ditanam oleh seorang botanis bernama
yang rendah sehingga perlu adanya
G. N. Collins. Collins berhasil menanam
kegiatan pemuliaan tanaman untuk
53 tanaman hingga panen dan membuat
menyediakan kultivar-kultivar unggul
data karakterisasinya. Kandungan gizi
jagung ketan berdaya hasil tinggi dan
utama jagung adalah pati (72-73%),
disukai konsumen serta mempunyai
dengan nisbah amilosa dan amilopektin
kandungan ketan yang tinggi. Untuk
25-30% : 70-75%, namun pada jagung
mendapatkan kultivar-kultivar unggul
pulut (waxy maize) 0-7% : 93-100%.
tersebut, maka kriteria seleksi diperketat,
Kadar gula sederhana jagung (glukosa,
hanya memilih biji-biji terbaik dari
fruktosa, dan sukrosa) berkisar antara 1-
tongkol terpilih yang digunakan pada
3%. Protein jagung (8-11%) terdiri atas
generasi-generasi seleksi selanjutnya dan
lima fraksi, yaitu: albumin, globulin,
membuang sifat biji yang tampilannya
prolamin, glutelin, dan nitrogen non
kabur dan kurang menarik serta tongkol-
protein (Suarni dan Widowati, 2005).
tongkol dengan biji renggang (Vasal,
Jagung ketan jarang
2000, 2001).
dibudidayakan di Indonesia dikarenakan
190

R. P. D. Julianto, A. N. Sugiharto dan A. Soegianto / Buana Sains Vol 16 No 2: 189-194

Keragaman merupakan suatu cara yang digunakan dalam penelitian ini


untuk mendapatkan informasi genetik adalah cangkul, tali raffia, kantung,
pada karakter yang diamati sehingga kertas, meteran, kertas label, timbangan,
dapat digunakan sebagai bahan seleksi. alat tulis dan kamera. Bahan yang
Apabila variasi genetik dalam populasi digunakan dalam penelitian ini adalah 10
besar, hal ini menunjukan individu dalam galur S4 hasil persilangan jagung ketan
populasi beragam sehingga peluang dengan jagung lokal (Arjuno) terdiri dari
untuk mendapatkan genotip yang JP5, JP9, JPC, JPO, JPB, JP4, JP12, JPK,
diharapkan akan besar (Bahar dan Zein, JP1, dan JP11 yang telah diseleksi
1993). Keragaman jagung ketan perlu berdasarkan warna biji dan letak tongkol,
dilakukan sebagai langkah awal untuk Pupuk yang digunakan NPK 400 kg ha-
meningkatkan mutu dan produksi dalam 1, pupuk kotoran kambing, indofuran 3G
menunjang program pemuliaan tanaman dan insektisida dengan bahan aktif
untuk merakit varietas unggul baru. Lamda silahotrin 50EC.
Keberhasilan suatu usaha pemuliaan Penelitian ini menggunakan
tanaman akan ditentukan oleh adanya menggunakan Rancangan Acak
keragaman genetik yang luas Kelompok (RAK), tiga ulangan dengan
memungkinkan untuk dilakukannya 30 tanaman tiap plot genotipe pada tiap
pemilihan (seleksi) guna mendapatkan ulangan dengan menggunakan seleksi
genotip yang terpilih. Oleh karena itu satu tongkol satu baris (ear to row).
perlu adanya penyedia informasi tentang Pengamatan meliputi karakter kuntitatif
keragaman genetik jagung ketan dan dan kualitatif. Jarak tanam yang
heritabilitas agar pengembangan digunakan 30 cm x 60 cm. Pelaksanaan
komoditas ini dapat berjalan baik dan penelitian meliputi persiapan lahan,
usaha perbaikan varietas maupun penanaman, pemeliharaan, pemangkasan,
pemuliaan tanaman jagung ketan menjadi pengendalian hama dan penyakit,
lebih terarah. pengairan dan pengamatan.
Dalam penelitian ini benih yang Pengamatan dilakukan untuk
digunakan sebagai bahan penelitian yaitu karakter kualitatif dan karakter
benih jagung ketan generasi S4 hasil kuantitatif. Karakter kuantitatif terdiri
persilangan jagung ketan dengan jagung dari Tinggi tanaman, tinggi tongkol,
lokal (Arjuno), hal ini dimaksudkan panjang tongkol, jumlah baris per
untuk mendapatkan jagung ketan hibrida tongkol, lingkar tongkol, panjang tangkai,
dengan ukuran tongkol yang lebih besar, dan bobot biji per tongkol. Karakter
rasa yang lebih punel, mempunyai sifat kualitatif yang Warna tassel dan silk,
lebih tahan terhadap hama dan penyakit warna biji, serta letak tongkol yang
serta mempunyai adaptabilitas yang tinggi dihitung dari posisi daun paling atas.
untuk dibudidayakan di Indonesia.
Hasil dan Pembahasan
Metode Penelitian Keragaman Karakter Kuatitatif
Penelitian dilaksanakan dikelurahan Berdasarkan analisis ragam antar galur
Dadaprejo, kecamatan junrejo, Kota untuk tujuh karakter yang diamati pada
Batu dengan ketinggian ± 610 m dpl, parameter tinggi tanaman, jumah baris
suhu maksimum 27.4ºC dan suhu biji, dan lingkar tongkol menunjukkan
minimum 15.1ºC dengan jenis tanah hasil yang berbeda nyata dalam taraf 5%,
inseptisol. Penelitian mulai bulan sedangkan parameter tinggi tongkol,
Desember 2011 sampai Maret 2012. Alat
191

R. P. D. Julianto, A. N. Sugiharto dan A. Soegianto / Buana Sains Vol 16 No 2: 189-194

panjang tongkol, panjang tangkai, dan kelembaban, suhu, kebutuhan air dan
bobot biji tidak menunjukkan berbeda unsur hara, intensitas radiasi matahari,
nyata dalam taraf 5% (Tabel 1). dan kerapatan tanaman.
Tinggi tongkol sangat berpengaruh
Tabel 1. Nilai F-hitung Tujuh Karakter terhadap ukuran tongkol dan laju
Kuatitatif yang Diamati antar Galur pengisian biji. Menurut Allison dan
No Karakter F-hitung Watson (1966), Bewley dan Black (1985)
1 Tinggi Tanaman 2,57 * bahan kering untuk pengisian biji jagung
pada umumnya berasal dari hasil
2 Tinggi Tongkol 2,19 tn
fotosintesis yang terjadi setelah
3 Panjang Tongkol 2,14 tn pembungaan. Ditambahkan oleh Arbi
4 Jumlah Baris Biji 2,82 * (1987) bahwa luas permukaan daun dan
5 Lingkar Tongkol 3,48 * banyaknya cahaya matahari yang
6 Panjang Tangkai 1,20 tn dimanfaatkan berpengaruh terhadap
jumlah fotosintat yang dihasilkan.
7 Bobot Biji 1,92 tn
Keterangan : F tabel 5% = 2.46; * = Keragaman Karakter Kualitatif
berbeda nyata; tn=tidak berbeda nyata Sifat kualitatif ialah sifat tanaman yang
dapat dibedakan secara tegas atau deskrit
Nilai F hitung tujuh karakter yang karena dikendalikan oleh gen sederhana,
diamati dalam galur menunjukkan hanya sehingga untuk penampilan sifat peran
beberapa karakter pengamatan yang lingkungan kurang berpengaruh
berbeda nyata dalam tara 5% yaitu pada (Poespodarsono, 1998). Karakter
karakter tinggi tanaman galur JPC, kualitatif yang diamati antara lain bentuk
karakter panjang tongkol galur JP5 dan warna malai (tassel) dan warna rambut
JPO, karakter lingkar tongkol galur JP5, tongkol (silk), warna biji, dan letak
karakter panjang tangkai galur JP5 dan tongkol.
JPO, dan karakter bobot biji galur JP12. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
Perbedaan tinggi tanaman tersebut karakter warna tassel dan silk pada
disebabkan karena faktor internal masing-masing galur yang diamati
meliputi jenis galur tersebut dan juga bisa didominasi oleh warna merah dan merah
disebabkan adanya pengaruh inbreeding keputihan, yaitu sekitar 56.7%-73.3%,
depression. Inbreeding depresion pada tanaman tetapi terdapat beberapa tanaman yang
dapat menyebabkan tanaman akan mempunyai warna tassel dan silk yang
mengalami strees dengan menunjukkan berbeda yaitu berwarna merah keputihan
tinggi tanaman semakin pendek, dan putih.
cenderung rebah, peka terhadap Karakter pengamatan warna biji
penyakit, dan bermacam-macam karakter pada hasil penelitian menunjukkan
lain yang tidak diinginkan. Munculnya terdapat keseragaman warna biji pada
fenomena-fenomena tersebut dikenal semua galur yang diamati, yaitu seluruh
dengan istilah depresi tangkar dalam atau biji pada masing-masing galur berwarna
inbreeding depression (Poehlman, 1983). putih. Parameter pengamatan letak
Depresi tangkar dalam dalam terjadi tongkol, dari seluruh sampel yang diamati
akibat peningkatan homozigositas dari menunjukkan adanya perbedaan letak
gen-gen resesif yang bersifat tongkol pada semua galur yang diamati
menghambat (Poehlman 1983). yaitu berkisar pada letak tongkol posisi
Sedangkan faktor eksternalnya terdiri dari T5 dan T6 (Tabel 4).
192

R. P. D. Julianto, A. N. Sugiharto dan A. Soegianto / Buana Sains Vol 16 No 2: 189-194

Tabel 2. Data Pengamatan Kualitatif


Letak
Galur Warna Tassel Warna Silk Warna Biji
Tongkol
JP 5 56,7% Merah 60,0% Putih Kemerahan 100% Putih T5 dan T6
JP 9 63,3% Merah 73,3% Merah 100% Putih T5 dan T6
JP C 60,1% Merah 63,3% Merah 100% Putih T5 dan T6
JP O 56,7% Merah 63,3% Merah 100% Putih T5 dan T6
JP B 60,0% Putih Kemerahan 56,7% Putih Kemerahan 100% Putih T5 dan T6
JP 4 73,3% Merah 60,0% Putih Kemerahan 100% Putih T5 dan T6
JP 12 70,0% Putih Kemerahan 70,0% Merah 100% Putih T5 dan T6
JP K 63,3% Putih Kemerahan 56,7% Merah 100% Putih T5 dan T6
JP 1 60,0% Putih Kemerahan 73,3% Putih Kemerahan 100% Putih T5 dan T6
JP 11 70,0% Putih Kemerahan 60,0% Putih Kemrahan 100% Putih T5 dan T6
Keterangan : T: Tongkol

Keragaman Parameter Genetik benih-benih unggul. Pelaksanaan seleksi


secara visual yaitu dengan memilih
Parameter genetik merupakan penciri
fenotipe yang baik belum memberikan
penting dalam pemuliaan tanaman.
hasil yang memuaskan tanpa
Pemuliaan tanaman dimaksudkan untuk
berpedoman pada nilai parameter
memperbaiki dan meningkatkan potensi
genetik. Parameter genetik yang
keragaman genetik tanaman sehingga
dimaksud tersebut antara lain nilai
dapat menghasilkan hasil yang lebih
keragaman genetik, koefisien keragaman
unggul. Berbagai cara telah dilakukan
fenotipik dan heritabilitas (Bahar dan
untuk meningkatkan potensi genetik
Zein, 1993).
tanaman dan pada setiap generasi
dilakukan seleksi sehingga diperoleh
Tabel 3. Parameter Genetik Antar Galur
KKG KKF
Parameter σ2e σ2g σ2p h2 X
(%) (%)
Tinggi 139,84 73,18 213,02 0,34 182,47 4,69 7,99
Tanaman
Tinggi Tongkol 94,05 37,38 131,43 0,28 101,03 6,05 11,34
Panjang 0,54 0,21 0,75 0,28 11,40 3,99 7,59
Tongkol
Jumlah Baris 0,45 0,27 0,72 0,38 11,89 4,39 7,15
Biji
Lingkar 0,34 0,28 0,62 0,45 11,04 4,78 7,11
Tongkol
Panjang 5,39 0,37 5,76 0,06 8,24 7,30 29,12
Tangkai
Bobot Biji 82,54 25,52 108,05 0,24 40,34 12,52 25,77
Ket: h2 = heritabilitas. Kriteria heritabilitas: tinggi
(h2>0.5),
sedang (0.2< h2>0.5),
rendah
(h2<0.2). Kriteria KKG/KKF: 0-25% : Rendah, 25-50% : Agak rendah, 50-75% : Cukup tinggi,
75-100% : Tinggi.
193

R. P. D. Julianto, A. N. Sugiharto dan A. Soegianto / Buana Sains Vol 16 No 2: 189-194

Hasil penelitian diketahui nilai Koefisien dilihat dari keragaman genetik,


Keragaman Genotipe (KKG) dan diperlukan parameter genetik lain seperti
Koefisien Keragaman Fenotipe (KKF) heritabilitas.
antar galur memiliki kriteria rendah, Keragaman genetik yang luas
kecuali pada parameter pengamatan menjamin keefektifan program seleksi
panjang tangkai dan bobot biji yang terhadap genotipe genotipe yang
mempunyai kriteria nilai Koefisien diseleksi. Selain itu keefektifan seleksi
Keragaman Fenotipe (KKF) agak akan semakin efisien jika nilai duga
rendah. Karakter dengan KKG relatif heritabilitas karakter cukup tinggi seperti
rendah dan agak rendah digolongkan yang dinyatakan oleh Moedjiono dan
sebagai sifat keragaman genetik sempit Mejaya (1994).
dan karakter dengan kriteria KKG relatif
cukup tinggi dan tinggi digolongkan KESIMPULAN
sebagai karakter keragaman genetik luas 1. Keragaman antar galur pada 10 galur
(Murdaningsih et al., 1990). inbrida jagung ketan berdasarkan
Nilai heritabilitas pada semua parameter yang diamati diketahui
karakter pengamatan mempunyai kriteria memiliki keragaman genetik dan
nilai sedang kecuali pada parameter fenotipe yang rendah kecuali pada
pengamatan panjang tangkai yang parameter panjang tangkai dan bobot
mempunyai nilai heritabilitas rendah. biji yang mempunyai kriteria agak
Dikemukakan oleh Rachmadi et al. (1990) rendah, sedangkan keragaman di
dan Wicaksana (2001) bahwa karakter dalam galur untuk beberapa karakter
yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi pengamatan relatif seragam.
menunjukkan faktor genetik lebih 2. Karakter pengamatan kualitatif warna
dominan atau faktor genetik memberi tassel dan warna silk serta letak
sumbangan yang lebih besar dari pada tongkol masih terdapat perbedaan
faktor lingkungan dan seleksi terhadap antar galur, sedangkan pada warna biji
karakter ini dapat dimulai pada generasi sudah relatif sama.
awal. 3. Nilai heritabilitas antar galur memiliki
Perpaduan antara nilai koefisien kriteria sedang pada semua karakter
keragaman genetik, keragaman fenotipe pengamatan kecuali pada parameter
dan heritabilitas memberikan gambaran pengamatan panjang tangkai yang
tentang program seleksi yang akan mempunyai kriteria nilai heritabilitas
diterapkan. Keragaman genetik yang rendah, sedangkan nilai heritabilitas
tinggi adalah salah satu syarat dalam genotipe mempunyai kriteria
keberhasilan seleksi terhadap karakter rendah pada semua karakter
yang diinginkan. Tetapi dengan melihat pengamatan.
keragaman genetik saja sangat sulit untuk
mempelajari suatu karakter. Perbedaan DAFTAR PUSTAKA
asal tetua menyebabkan perbedaan
genotipe antar hasil. persilangan sehingga Allison, J.C.S., and D.J. Watson. 1966. The
production and distribution of dry
menimbulkan keragaman genetik matter in maize after flowering. Ann.
dalam populasi. Perbaikan suatu karakter Bot. 30 : 365 – 381.
dengan seleksi dapat berhasil baik apabila Arbi, N. 1987. Tanaman C4 : Mekanisme
terdapat keragaman genetik yang besar fotosintesa C4, assimilasi CO2. Fakultas
dalam suatu populasi (Nasir, 2001). Pertanian Universitas Andalas.
Untuk mempelajari suatu karakter selain
194

R. P. D. Julianto, A. N. Sugiharto dan A. Soegianto / Buana Sains Vol 16 No 2: 189-194

Bahar, M. dan A. Zein, 1993. Parameter Poespodarsono, S. 1998. Dasar-Dasar Ilmu


genetik pertumbuhan tanaman hasil dan Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar
komponen hasil jagung. Zuriat 4(1) : 4- Universitas, IPB. Bogor. p. 164.
7. Rachmadi, M., N. Hermiati, A. Baihaki, R.
Bewley, J.D., and M. Black. 1985. Seeds : Setiamihardja. 1990. Variasi genetik dan
Physiology of development and heritabilitas komponen hasil dan hasil
germination. Plenum Press, New York. galur harapan kedelai. Zuriat 1(1):48-51.
Moedjiono dan M. J. Mejaya. 1994. Suarni dan Widowati, S., B.A. S. Santosa.
Variabilitas Genetik Plasma Nutfah 2005. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi
Jagung Koleksi. Balittan Malang. Zuriat Jagung. Laporan Hasil Penelitian
5 (2): 27-32. Balitsereal Maros.
Murdaningsih, HK., A. Baihaki, G. Satari, T. Vasal, S.K. 2000. The Quality Protein Maize
Danakusuma dan AH. Permasi. 1990. story. Food and Nutrition Bulletin.
Variasi genetik sifat-sifat tanaman 21(4): 445-450.
bawang putih di Indonesia. Zuriat 1 (1): Vasal, S.K. 2001. High Quality Protein Corn.
32-36. In: Hallauer, A.R. (Ed.). Specialty
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Corns. Second Ed. CRC Press
Tanaman. Direktorat Jenderal LLC, Boca Raton, Florida, p. 85-
Perguruan Tinggi Departemen 129
Pendidikan Nasional. Jakarta. Wicaksana, N. 2001. Penampilan fenotipik
Poehlman, J. M. 1983. Breeding Field Crops. dan beberapa parameter genetik 16
Second ed. The Avi Publishing genotip kentang pada lahan sawah.
Company, Inc. Westport. p. 486. Zuriat 12(1):15-2.

Anda mungkin juga menyukai