Nilai Duga Herit abilit as Galur-Galur Mut an Kacang Hijau (Vigna radiat a)
Apri Sulist yo
PET UNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN PRODUKSI KACANG TANAH, KACANG HIJAU DAN ANEKA KAC…
jose nelson afonso
Prosiding Seminar Nasional 3 in ONE
Malang, 21 Agustus 2013
ABSTRAK
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas tanaman pangan penting di Indonesia,
menduduki peringkat kelima setelah padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah. Namun, laju
perkembangan kacang hijau di Indonesia tergolong lambat, karena sedikitnya varietas kacang hijau
yang dilepas. Perakitan varietas unggul baru kacang hijau perlu dilakukan guna memenuhi kebutuhan
konsumsi kacang hijau nasional. Sebanyak 9 galur mutan kacang hijau dan dua varietas pembanding
(Gelatik dan Perkutut) diuji daya hasilnya di KP Jambegede, Malang dan KP Muneng, Probolinggo
pada MK I tahun 2011. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan empat
kelompok sebagai ulangan di masing-masing lokasi. Pemupukan sesuai rekomendasi yaitu 75 kg/ha
Urea, 100 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha KCl diberikan seluruhnya saat tanam. Pengamatan dilakukan
terhadap umur panen, tinggi saat panen, jumlah polong per tanaman, panjang polong, berat 100 biji,
dan hasil biji per plot. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada galur mutan kacang hijau
yang lebih genjah dan lebih pendek jika dibandingkan dengan tetua asal (varietas Gelatik). Seluruh
galur mutan kacang hijau yang diuji memiliki hasil biji per plot yang setara dengan varietas Gelatik,
enam diantaranya dengan ukuran biji lebih besar jika dibandingkan dengan kedua varietas
pembanding. Ke-6 galur mutan tersebut yaitu PsJ-S-31, PsJ-S-32, PsJ-6-90, PsJ-19-90, PsJ-21-90
dan PsJ-BII-17-6.
Kata kunci: daya hasil, galur mutan, kacang hijau, komponen hasil, Vigna radiate
PENDAHULUAN
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia, menduduki
peringkat kelima setelah padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah. Menurut data BPS (2013) terjadi
peningkatan luas panen kacang hijau di Indonesia. Pada tahun 2008 luas panen kacang hijau
nasional hanya sebesesar 278137 ha, meningkat menjadi 297315 ha pada tahun 2011. Walaupun
terjadi peningkatan, namun laju peningkatan ini tergolong lambat, hanya sebesar 6.45% dalam kurun
waktu 4 tahun. Hal ini disebabkan karena sedikitnya varietas kacang hijau yang dilepas. Sampai
dengan tahun 2012 baru dilepas 20 varietas unggul kacang hijau, 5 diantaranya dilepas dalam kurun
waktu 8 tahun terakhir (2001-2009), yaitu Murai dan Perkutut (2001), Sampeong (2003), Kutilang
(2004) dan Vima 1 yang baru dilepas tahun 2008 (Balitkabi, 2009).
Salah satu upaya untuk mempercepat laju perkembangan kacang hijau adalah melalui
percepatan perakitan varietas unggul kacang hijau. Selain melalui persilangan buatan, perakitan
varietas tanaman dapat dilakukan melalui mutasi buatan. Mutasi buatan merupakan salah satu
alternatif dalam upaya rekayasa menciptakan keragaman genetik tanaman, yaitu melalui perlakuan
bahan mutagen tertentu terhadap materi reproduksi tanaman. Melalui metode ini telah berhasil dilepas
15 varietas padi, lima varietas kedelai, satu varietas kacang hijau, dan satu varietas kapas (BB-
biogen, 2011). Di Indonesia, kacang hijau varietas Camar yang dilepas tahun 1991 merupakan contoh
keberhasilan pemanfaatan iradiasi sinar gamma dalam upaya merakit varietas unggul kacang hijau
(Balitkabi, 2009). Hal serupa juga ditemui di Thailand. Kacang hijau varietas Chai Nat 72 (CN72) yang
dilepas tahun 2000 merupakan varietas kacang hijau pertama yang dirakit melalui teknik mutasi
buatan di Thailand (Ngampongsai et al., 2009).
Kegiatan pemuliaan mutasi pada tanaman kacang hijau masih terus dilakukan, dengan tujuan
agar diperoleh galur mutan berdaya hasil tinggi, berumur genjah, berukuran biji besar. Untuk
298
Prosiding Seminar Nasional 3 in ONE
Malang, 21 Agustus 2013
mengulangi keberhasilan perakitan varietas kacang hijau hasil mutasi buatan, telah dilakukan iradiasi
sinar gamma pada biji kacang hijau varietas Gelatik. Berdasarkan kegiatan seleksi yang telah
dilakukan, diperoleh 9 galur mutan kacang hijau. Kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah uji
daya hasil. Uji daya hasil merupakan fase penting dalam suatu program perakitan varietas baru
dengan tujuan mengevaluasi potensi hasil galur-galur mutan terpilih pada beberapa kondisi
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil galur-galur mutan kacang hijau di
dua lokasi di Jawa Timur.
299
Prosiding Seminar Nasional 3 in ONE
Malang, 21 Agustus 2013
sejak generasi awal, kemungkinan diperolehnya galur mutan berumur genjah pada generasi lanjut
akan menjadi lebih besar. Hakim (2008) menyebutkan bahwa seleksi untuk memperoleh galur kacang
hijau berumur genjah relatif lebih mudah karena karakter umur panen memiliki nilai duga heritabilitas
yang tinggi. Sulistyo dan Yuliasti (2012) melaporkan bahwa nilai duga heritabilitas karakter umur
panen dari galur-galur mutan ini tergolong tinggi yaitu mencapai 61.79%.
Selain memiliki umur panen yang tercepat, varietas Gelatik juga memiliki penampilan tanaman
yang terpendek dan konsisten di dua lokasi pengujian (Tabel 2). Sama halnya dengan karakter umur
panen, pada karakter tinggi tanaman tidak dijumpai galur mutan yang lebih pendek jika dibandingkan
dengan varietas Gelatik. Seleksi terhadap tinggi tanaman tidak banyak dilakukan pada kacang hijau,
begitu pula pada set materi gentik yang diuji di penelitian ini. Hal ini dilakukan karena karakter tinggi
tanaman berkorelasi negatif terhadap hasil. Rahim et al. (2010) mengatakan bahwa walaupun nilai
duga heritabilitas untuk karakter tinggi tanaman tergolong tinggi, tetapi karakter tersebut berkorelasi
negatif dengan hasil sehingga tidak disarankan untuk dijadikan sebagai kriteria seleksi.
Tabel 2. Umur panen dan tinggi tanaman galur-galur mutan kacang hijau di KP Jambegede dan KP
Muneng
Umur Panen (HST) Tinggi Tanaman (cm)
Galur
Muneng Jambegede Rata-rata Muneng Jambegede Rata-rata
PsJ-S-30 56.25e-h 59.75a 58.00a 63.50ab 65.38a 64.44a
PsJ-S-31 56.75c-f 58.50ab
57.63ab 55.50b-e
52.22c-f
53.86bc
PsJ-S-32 55.75e-i 58.25a-c 57.00a-c 56.20b-e 52.29c-f 54.24bc
PsJ-6-90 56.50d-g 58.75ab
57.63ab 54.05c-f
46.50fg
50.28c
PsJ-19-90 55.00g-j 58.75ab
56.88bc 57.90a-c
52.34c-f
55.12bc
PsJ-21-90 55.25f-j 58.00b-d 56.63bc 55.03c-e 48.27d-g 51.65bc
PsJ-B-II- 54.25ij 58.50ab
56.38c 56.70b-d
57.08a-c
56.89b
17-6
b-d b-d bc b-e a-c b
PsJ-B-II-5 55.50 58.00 56.75 55.30 57.49 56.40
e-h b-e bc c-f b-d bc
PsJ-B-II-15 56.25 57.25 56.75 53.00 56.48 54.74
j d-g d e-g g d
Gelatik 54.00 56.50 55.25 47.98 41.14 44.56
h-j a-c c bc b-e b
Perkutut 54.25 58.25 56.50 56.80 55.66 56.23
Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji lanjut BNJ 5%
Pada penelitian ini, tidak terdapat interaksi G x L yang nyata untuk karakter jumlah polong.
Namun demikian, galur memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah polong. Hasil uji
lanjut menunjukkan bahwa varietas Gelatik memiliki jumlah polong terbanyak, tetapi tidak berbeda
nyata dengan PsJ-S-30, PsJ-S-32, PsJ-19-90, PsJ-B-II-5, dan PsJ-B-II-15 (Tabel 3). Sumanggono
dan Human (2001) melaporkan bahwa, kecuali galur PsJ-19-90, empat galur mutan dengan jumlah
polong yang setara dengan jumlah polong pada varietas Gelatik tersebut, tergolong galur yang stabil
dalam hal jumlah polong per tanaman. Karakter jumlah polong per tanaman merupakan salah satu
kriteria seleksi yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap perbaikan hasil pada
komoditas kacang hijau (Rao et al., 2006).
Galur PsJ-S-31, PsJ-B-II-5, dan PsJ-B-II-15 merupakan galur mutan dengan polong
terpanjang, setara dengan panjang polong pada varietas Perkutut, dan berbeda nyata dengan varietas
Gelatik. Hasil pengujian di dua lokasi pengujian memperlihatkan bahwa galur PsJ-S-31 konsisten
sebagai galur mutan dengan polong terpanjang. Di lokasi KP Muneng galur tersebut memiliki polong
sepanjang 9.01 cm, dan 9.22 cm di KP Jambegede (Tabel 3). Panjang polong merupakan salah satu
komponen hasil terpenting dan berkontribusi langsung kepada hasil biji (Rao et al., 2006).
Hasil pengamatan terhadap karakter hasil per plot diperoleh informasi bahwa seluruh galur mutan
kacang hijau yang diuji mampu menghasilkan biji per plot yang setara dengan varietas Gelatik (Tabel
4). Galur PsJ-S-32 merupakan galur mutan dengan rataan hasil per plot tertinggi di antara galur mutan
yang lain. Galur tersebut mampu menghasilkan biji per plot sebanyak 1368 g, tidak berbeda nyata
dengan varietas Gelatik (1342 g) dan varietas Perkutut (1360 g). Hal ini berarti bahwa perlakuan
300
Prosiding Seminar Nasional 3 in ONE
Malang, 21 Agustus 2013
iradiasi sinar gamma yang diberikan dan kegiatan seleksi yang telah dilakukan hanya mampu
menghasilkan galur-galur mutan dengan produktivitas yang setara dengan tetua asal. Hasil teknik
pemuliaan serupa dengan hasil yang lebih baik dijumpai di Thailand. Varietas Chai Nat 72 (CN 72)
yang merupakan varietas hasil iradiasi sinar gamma mampu berproduksi sebanyak 1.04 t/ha, jauh
lebih tinggi jika dibandingkan tetua asalnya, varietas Kampaeng Saen 2 yang hanya mampu
berproduksi sebanyak 0.66 t/ha (Ngampongsai et al., 2009).
Tabel 3. Jumlah polong dan panjang polong galur-galur mutan kacang hijau di KP Jambegede dan KP
Muneng
Panjang Polong (cm)
Galur Jumlah Polong
Muneng Jambegede Rata-rata
PsJ-S-30 12.79ab 8.23f 9.13a-e 8.68a-d
b a-f a-d
PsJ-S-31 12.18 9.01 9.22 9.12a
PsJ-S-32 13.03ab 8.68a-f 9.31ab 8.99a-c
b a-f a-e a-c
PsJ-6-90 11.16 8.89 9.06 8.97
ab c-f a-f
PsJ-19-90 13.05 8.48 8.72 8.60b-d
PsJ-21-90 11.63b 8.41d-f 8.57a-f 8.49cd
b a-f a-f
PsJ-B-II-17-6 11.74 8.79 9.01 8.90a-d
ab a-f a
PsJ-B-II-5 13.49 8.70 9.37 9.04ab
ab a-f ab
PsJ-B-II-15 12.99 8.69 9.31 9.00a-c
Gelatik 15.41a 8.53b-f 8.36ef 8.44d
ab a-f a-c
Perkutut 12.78 8.89 9.24 9.07ab
Ket : Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut BNJ 5%
Tabel 4. Berat 100 biji dan hasil per plot galur-galur mutan kacang hijau di KP Jambegede dan KP
Muneng
Berat 100 Biji (g) Hasil per Plot (g)
Galur
Muneng Jambegede Rata-rata Muneng Jambegede Rata-rata
PsJ-S-30 6.07a-f 5.58e-h 5.82b 572g 1550ab 1061b
PsJ-S-31 6.22a-e 6.36ab
6.29a 870fg
1715 a
1292ab
PsJ-S-32 6.09a-f 6.45a
6.27a 1000 d-g
1737 a
1368a
PsJ-6-90 6.31a-d 6.47a 6.39a 835fg 1419a-e 1127ab
PsJ-19-90 6.18a-e 6.59a
6.38a 1179 b-f
1450 a-d
1315ab
PsJ-21-90 6.22a-e 6.36a-c
6.29a 961e-g
1599 ab
1280ab
a-d a a b-f ab ab
PsJ-B-II- 6.28 6.42 6.35 1156 1543 1350
17-6
b-g e-h b fg a ab
PsJ-B-II-5 5.69 5.54 5.61 903 1734 1318
a-f -h b d-g ab ab
PsJ-B-II-15 5.92 5.e 5.78 975 1614 1294
h gh c b-f a-c ab
Gelatik 4.95 5.22 5.08 1204 1480 1342
c-g f-h b c-g a a
Perkutut 5.67 5.42 5.54 1026 1694 1360
Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji lanjut BNJ 5%
Pengaruh iradiasi sinar gamma dan seleksi yang telah dilakukan nampaknya lebih terlihat
pada perbaikan karakter ukuran biji (berat 100 biji). Pada tabel 4 terlihat bahwa rataan berat 100 biji
dari galur-galur mutan nyata lebih berat jika dibandingkan dengan tetua asalnya (varietas Gelatik),
bahkan enam di antaranya nyata lebih berat dari varietas Perkutut. Bila diperhatikan lebih lanjut,
perbaikan ukuran biji dari enam galur mutan tersebut konsisten di dua lokasi pengujian. Keenam galur
mutan tersebut adalah PsJ-S-31, PsJ-S-32, PsJ-6-90, PsJ-19-90, PsJ-21-90, dan PsJ-B-II-17-6.
Perbaikan sifat terhadap karakter lain juga telah diteliti. Sumartini et al. (2013) melaporkan bahwa
galur PsJ-S-30 memiliki ketahanan terhadap penyakit embun tepung.
301
Prosiding Seminar Nasional 3 in ONE
Malang, 21 Agustus 2013
KESIMPULAN
1. Tidak ada galur mutan kacang hijau yang lebih genjah dan lebih pendek jika dibandingkan dengan
tetua asalnya (varietas Gelatik)
2. Seluruh galur mutan kacang hijau memiliki hasil biji per plot yang setara dengan varietas Gelatik,
enam diantaranya dengan ukuran biji lebih besar jika dibandingkan dengan kedua varietas
pembanding. Ke-6 galur mutan tersebut yaitu PsJ-S-31, PsJ-S-32, PsJ-6-90, PsJ-19-90, PsJ-21-
90 dan PsJ-B-II-17-6
DAFTAR PUSTAKA
[Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2009. Deskripsi Varietas
Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 175 hlm
[BB-biogen] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. 2011. Pemanfaatan sinar radiasi dalam pemuliaan tanaman. Warta Penelitian &
Pengembangan Pertanian Vol 33 (1) : 7-8
Biro Pusat Statistik [BPS]. 2013. Luas panen, produktivitas dan produksi tanaman kacang hijau di
Indonesia. http://www.bps.go.id. Diunduh tanggal 10 Agustus 2013.
Hakim L. 2008. Heritabilitas dan harapan kemajuan genetik beberapa karakter kuantitatif pada galur
F2 hasil persilangan kacang hijau. J. Penel. Pertanian Tan. Pangan 27 (1) : 42-46
Ngampongsai S, Watanasit A, Srisombun S, Srinives P, and Masari A. 2009. Current status of
mungbean and the use of mutation breeding in Thailand. Induced plant mutations on the
Genomic Era. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, pp. 355-357.
Rahim MA, Mia AA, Mahmud F, Zeba N, and Afrin KS. 2010. Genetic variability, character association
and genetic divergence in mungbean (Vigna radiata L. Wilczek). Plant Omics Journal 3 (1) : 1-
6
Rao ChM., Rao YK and Reddy M. 2006. Genetic variability and path analysis in mungbean. Legume
Res. 29 (3) : 216-218
Sulistyo A dan Yuliasti. 2012. Nilai duga heritabilitas galur-galur mutan kacang hijau (Vigna radiata).
Buku 2 hal I-13 – I-16. Dalam: Yanisworo WR, S. Virgawati, T. Wirawati, E. Budi I, V. Ratnasari
L., A.H. Muryanto, dan T.P. Handiri (Eds.). Prosiding Seminar Nasional 2012 “Peran teknologi
untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan perekonomian bangsa”. Yogyakarta,
13 November 2012.
Sumanggono R dan Human S. 2001. Evaluasi penampilan fenotip dan stabilitas beberapa galur mutan
kacang hijau di beberepa lokasi percobaan. Hal 247-252. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian
dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta, 6-7 November 2001
Sumartini, Yuliasti and Yusnawan E. 2013. Screening of mungbean mutant genotypes resistant to
powdery mildew (Erysiphe polygoni) and leaf spot diseases (Cercospora canescens). Prosiding
of Phytopathological Society. In press.
302