TAHAP AWAL SELEKSI GALUR MURNI ERCIS (Pisum sativum L.) POPULASI LOKAL
BOYOLALI DAN TEMANGGUNG BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIK BIJI
Initial Stage Pure Line Selection in Local Population Boyolali and Temanggung Pea
(Pisum sativum L.) Based on The Physical Characteristics of The Seeds
Fildza Abidah1, Darmawan Saptadi dan Budi Waluyo*
Korespondensi : budiwaluyo@ub.ac.id
ABSTRAK
Ercis (Pisum sativum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi dan merupakan sumber gizi. Peningkatan produksi ercis dapat dipenuhi dari budidaya
tanaman dan pemilihan varietas unggul. Seleksi galur murni dari populasi lokal merupakan salah satu
metode pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul. Keragaman penampilan agronomi dan
morfologi merupakan indikator potensi genetik hasil seleksi berdasarkan karakteristik fisik biji. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari karakter agronomi serta heritabilitas galur ercis lokal yang diseleksi
berdasarkan pemilihan fisik biji. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 22 galur
terpilih berdasarkan pemilihan fisik biji ercis yakni 12 galur ercis lokal asal Boyolali dan 10 ercis lokal asal
Temanggung sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun
Percobaan Pertanian Kompleks TNI AU Lapangan Udara Abdul Rahman Saleh, Malang pada bulan
Januari 2019 – Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan galur-galur yang berasal dari seleksi karakter
biji keragaman sedang pada karakter umur berbunga, panjang tangkai daun hingga polong pertama,
panjang daun, jarak antar polong 1-2, panjang sulur, panjang ruas, jumlah cabang, jumlah braktea,
jumlah biji per tanaman, berat polong kering tanaman, berat biji kering per polong, panjang biji kering,
lebar biji kering, berat biji kering per tanaman . Galur-galur yang diseleksi berdasarkan karakteristik fisik
biji mempunyai heritabilitas yang tinggi pada karakter umur berbunga, umur panen kering, dan panjang
ruas.
Kata kunci: Ercis, heritabilitas, pemuliaan tanaman, Pisum sativum, seleksi
ABSTRACT
Pea (Pisum sativum L.) is a nutritious and high-value vegetable. Plant cultivation and the selection
of superior cultivars are two ways to increase pea production. One technique of plant breeding for
improved varieties is to get some genotipes from local populations. The genetic potential of the pure line
selection based on the physical features of the seeds is indicated agronomic and morphological
variability. The purpose of this study is to investigate agronomic characteristics and heritability of pea
lines developed based on physical seed selection in local population. This research used randomized
block desig) consist 22 lines based on seed characteristics selection, which are 12 local lines from
Boyolali and 10 local lines from Temanggung as a treatment and repeated three times. Research has
been carried out on January 2019 to April 2019 and located at Abdulrachman Saleh Air Force Base
Agricultural Experimental Green House, Malang. Agronomics characters that have medium variability are
flowering day, length from stem to first pod, length of leaf, length between first and second pods, length of
87
tendrils, length of stem, number of branches, number of bracts, number of seeds per plant, weight of dry
pods, weight of dry seeds per pod, length of dry seeds, width of dry seeds, and weight of dry seeds per
plant. The high heritability are found inflowering day, day to harvesting dry pods, and length of nodes.
Keywords : heritability, pea, Pisum sativum, plant breeding, selection
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penggaris, amplop kertas coklat, papan label
usaha pemuliaan tanaman. Indikator ini (bambu).
dapat diketahui dari heritabilitas (Stansfield,
1991; Vinod and Lila, 2013) Heritabilitas
ialah proporsi besaran ragam genetik
terhadap besaran total ragam genetik
ditambah dengan ragam lingkungan.
Dengan kata lain, heritabilitas merupakan
proporsi besaran ragam genetik terhadap
besaran ragam fenotip untuk suatu karakter
tertentu (Falconer, 1989; Thompson and
Schneider, 1994). Secara mutlak suatu
karakter tidak bisa ditentukan oleh faktor
genetik atau faktor lingkungan. Suatu
karakter tidak akan terekspresi jika tidak ada
gen yang mengendalikan, dan ekspresinya
ini tergantung pada proporsi pengaruh
genotip terhadap lingkungan. Gambar 1. Populasi yang dipisahkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berdasarkan morfologi biji menjadi 12 galur.
keragaman karakter agronomi serta
heritabilitas galur-galur ercis yang diseleksi
berdasarkan karakteristik fisik biji yang
berasal dari populasi lokal.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari 2019 sampai dengan April 2019,
yang terletak di Rumah Kaca Kebun
Percobaan Pertanian Kompleks TNI AU
Lapangan Udara Abdul Rahman Saleh,
Malang. Lokasi penelitian berada pada
ketinggian tempat 526 mdpl. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu 22 galur Gambar 2. Populasi yang dipisahkan
ercis (P. sativum L.) yakni 12 galur berasal berdasarkan morfologi biji menjadi 10 galur.
dari ercis lokal Boyolali (Gambar 1) dan 10
galur berasal dari ercis lokal Temanggung Penelitian menggunakan rancangan acak
yang dipisahkan berdasarkan karakteristik kelompok, terdiri dari 22 galur sebagai
fisik biji. perlakuan dan diulang 3 kali. Masing-
Bahan lain yang di gunakan dalam masing galur terdiri dari 5 tanaman sehingga
penelitian ini adalah pupuk NPK mutiara, terdapat 66 satuan percobaan. Pada satuan
pupuk urea, dan pupuk kandang, kertas percobaan/ plot terdapat 5 tanaman.
label dan form pengamatan. Alat yang Pengamatan dilakukan pada karakter
digunakan dalam penelitian ini adalah agronomi meliputi umur berbunga, jumlah
timbangan analitik, ajir benang, kawat, bunga tiap ruas dan per tanaman, lebar
cangkul, meteran ukur, gunting, pisau, alat standart bunga, umur panen kering, panjang
tulis, handphone, botol, gembor, selang tangkai daun hingga polong pertama, jarak
antar polong 1 dan 2, panjang sulur, jumlah
89
nilai varians adalah selalu positif. Pada KVF polong 1-2, panjang sulur, panjang ruas,
tidak ditemui karakter dengan nilai yang jumlah braktea, jumlah biji per tanaman,
negatif karena nilai KVF adalah merupakan berat biji kering per polong, berat biji kering
nilai dari pengamatan langsung (fenotipe) per tanaman mempunyai keragaman tinggi
sehingga nilai varians galat termasuk di (Tabel 2).
dalamnya yang tidak memungkinkan nilai Berdasarkan genotipik terdapat 16
untuk menjadi negatif sebagaimana rumusan karakter yang termasuk kedalam kategori
P = G + E. keragaman rendah berdasarkan nilai KVG,
Nilai komponen varians genotipik ini akan yaitu panjang stipula, lebar standar bunga,
tergantung pada hasil uji varians (Anova). jumlah bunga tiap ruas, jumlah bunga per
Kuadrat tengah harapan adalah sama tanaman, jarak aksil hingga ujung stipula,
dengan varians (Tabel 1). Jika sumber panjang helai daun, jumlah maksimal helai
varians galur pada Anova tidak nyata pada daun, lebar helai daun, jumlah daun, umur
uji F, ini artinya penampilan galur tersebut panen kering, panjang tanaman, jumlah
tidak beragam yang berarti nilai varians nol. maksimal sulur,jumlah polong per tanaman,
Secara teknis jika uji menunjukkan tidak jumlah biji per polong, panjang polong
nyata berarti nilai sumber varians galat relatif kering, lebar polong kering (Tabel 2).
sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan Kategori KVG dengan keragaman sedang
nilai sumber varians galat galur. Nilai ragam terdapat pada 14 karakter tanaman, yaitu
genotipik dihasilkan dari selisih sumber umur berbunga, panjang tangkai daun
ragam galur total dikurangi nilai sumber hingga polong pertama, panjang daun, jarak
ragam galat. Jika nilai sumber ragam galat antar polong 1-2, panjang sulur, panjang
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ragam ruas, jumlah cabang, jumlah braktea, jumlah
galur maka hasil ragam genotipe akan biji per tanaman, berat polong kering
negatif. Jadi, nilai varians negatif sama tanaman, berat biji kering per polong,
halnya dengan keragamannya nol atau tidak panjang biji kering, lebar biji kering, berat biji
beragam. kering per tanaman (Tabel 2). Hal ini
Berdasarkan nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa seleksi terhadap
fenotipik pada galur-galur yang diseleksi dari populasi lokal berdasarkan karakteristik fisik
karakteristik fisik biji ini karakter umur panen biji efektif memisahkan genotipe menjadi
kering termasuk ke dalam keragaman galur.
rendah. Umur berbunga, lebar standar Keragaman genetik tinggi menandakan
bunga, jumlah bunga tiap ruas, jumlah bahwa perbedaan karakter lebih dipengaruhi
bunga per tanaman, panjang stipula, lebar oleh faktor genetik sehingga seleksi akan
stipula, jarak aksil hingga ujung stipula, sangat efektif dilanjutkan pada generasi atau
panjang helai daun, panjang daun, jumlah siklus berikutnya (Addisu and Shumet, 2015)
maksimal helai daun, lebar helai daun, dan dapat dijadikan sebagai pembeda
jumlah cabang, panjang tanaman, jumlah genetik antar galur. Semakin tinggi
maksimal sulur, jumlah polong per tanaman, keragaman suatu karakter pada populasi
jumlah biji per polong, berat polong kering maka semakin bervariasi sifat pada karakter
tanaman, panjang polong kering, lebar yang mencerminkan pengendalian genetik
polong kering, panjang biji kering, lebar biji pada populasi. Galur murni adalah teori yang
kering mempunyai keragaman sedang. diusulkan oleh Wilhelm Johannsen
Karakter panjang tangkai daun hingga berdasarkan penelitiannya dari pemilihan biji
polong pertama, jumlah daun, jarak antar besar dan kecil dari campuran biji sehingga
91
diperoleh variasi ukuran biji yang ditanam menghasilkan benih kecil, serta dia juga
secara terpisah dimana tanaman dari benih memisahkan istilah genotipe dan fenotipe
yang besar menghasilkan keturunan yang (Berry, 2014).
besar, dan tanaman dari benih yang kecil
Tabel 2. Nilai varians genotipik, varians lingkungan, varians fenotipik, koefisien variasi
genotipik, dan koefisien variasi fenotipik karakter ercis
KVG KVF
Karakter σ²g σ²e σ²p
(%) (%)
Umur berbunga (hst) 54,58 52,04 106,62 15,9 22,23
Lebar standar bunga (cm) 0,002 0,13 0,14 2,48 19,65
Jumlah bunga tiap ruas 0,006 0,09 0,1 4,66 18,12
Jumlah bunga per tanaman 0,64 5,11 5,75 4,76 14,23
Panjang tangkai daun ke polong pertama (cm) 0,87 1,06 1,93 19,12 28,49
Panjang stipula (cm) -0,03 0,29 0,26 0 11,32
Lebar stipula (cm) 0,06 0,12 0,18 9,8 17,13
Jarak aksil hingga ujung stipula (cm) 0,01 0,14 0,15 3,34 11,55
Panjang helai daun (cm) 0,08 0,3 0,38 7,8 16,83
Panjang daun (cm) 1,88 5,43 7,31 10,7 21,11
Jumlah maksimal helai daun 0,19 1,05 1,24 7,68 19,84
Lebar helai daun (cm) 0,05 0,09 0,14 9,21 15,82
Jumlah daun -6,51 130,72 124,21 0 25,63
Umur panen kering (hst) 5,27 4,83 10,11 2,59 3,58
Jarak antar polong 1-2 (cm) 0,52 3,68 4,2 15,19 43,17
Panjang sulur (cm) 2,32 3,6 5,93 15,93 25,44
Panjang ruas (cm) 4,72 3,87 8,59 22,88 30,86
Jumlah cabang 0,04 0,06 0,1 12,55 19,9
Jumlah braktea 0,93 4,28 5,21 13,39 31,72
Panjang tanaman (cm) 18,66 172,72 191,38 3,41 10,92
Jumlah maksimal sulur -0,008 0,81 0,81 0 12,78
Jumlah polong per tanaman 0,14 3,55 3,68 2,18 11,37
Jumlah biji per tanaman 41,22 118,96 160,18 16,14 31,82
Jumlah biji per polong 0,1 0,64 0,74 6,12 17,04
Berat polong kering tanaman (g) 3,92 9,83 13,75 10,27 19,23
Panjang polong kering (cm) 2,75 65,5 68,25 3,36 16,72
Lebar polong kering (mm) 0,3 1,49 1,8 4,34 10,55
Berat biji kering per polong (g) 0,02 0,05 0,07 15,82 27,98
Panjang biji kering (mm) 0,3 0,37 0,67 11,39 17,02
Lebar biji kering (mm) 0,19 0,3 0,49 11,43 18,21
Berat biji kering per tanaman (g) 1,47 4,51 5,98 15,38 30,99
92
after pure line theory: Lessons from the Kyratzis, A.C., N. Nikoloudakis, and A.
National Institute of Agricultural Botany. Katsiotis. 2019. Genetic variability in
Stud. Hist. Philos. Sci. Part C Stud. landraces populations and the risk to
Hist. Philos. Biol. Biomed. Sci. 46: 25– lose genetic variation. The example of
37. doi: 10.1016/j.shpsc.2014.02.006. landrace ‘Kyperounda’ and its
Bourion, V., M. Duparque, I. Lejeune- implications for ex situ conservation
Henaut, and N.G. Munier-Jolain. 2002. (F.A. Aravanopoulos, editor). PLoS One
Criteria for selecting productive and 14(10): e0224255. doi:
stable pea cultivars. Euphytica 126: 10.1371/journal.pone.0224255.
391–399. Leino, M.W., E. Boström, and J. Hagenblad.
https://link.springer.com/content/pdf/10. 2013. Twentieth-century changes in the
1023%2FA%3A1019995822353.pdf genetic composition of Swedish field
(accessed 26 June 2018). pea metapopulations. Heredity (Edinb).
CPVO. 2015. Protocol for Tests on 110(4): 338–346. doi:
Distinctness, Uniformity and Stability 10.1038/hdy.2012.93.
(Pisum sativum L.) Pea. UPOV Code: Ma, Z., J.I. Boye, and X. Hu. 2018.
PISUM_SAT Adopted on 11/03/2015 Nutritional quality and techno-functional
Entry into force on. CPVO-TP/007/2 changes in raw, germinated and
Rev 01/03/2015. fermented yellow field pea (Pisum
Dahl, W.J., L.M. Foster, and R.T. Tyler. sativum L.) upon pasteurization. LWT -
2012. Review of the health benefits of Food Sci. Technol. 92: 147–154. doi:
peas (Pisum sativum L.). Br. J. Nutr. 10.1016/j.lwt.2018.02.018.
108(S1): S3–S10. doi: Pungulani, L., D. Kadyampakeni, L. Nsapato,
10.1017/S0007114512000852. and M. Kachapila. 2012. Selection of
Department of Agriculture Forestry Fisheries. high yielding and farmers’ preferred
2011. Garden peas (Pisum sativum) genotypes of bambara Nut (Vigna
Guide agriculture. : 1–24. doi: 2011. subterranea (L.) Verdc) in Malawi. Am.
Falconer, D.S. 1989. Introduction to J. Plant Sci. 03(12): 1802–1808. doi:
Quantitative Genetics. 3rd ed. Longman 10.4236/ajps.2012.312a221.
Scientific & Technical, New York. Rayner, T., C. Moreau, M. Ambrose, P.G.
FAOSTAT. 2018. Food and Agriculture Isaac, N. Ellis, et al. 2017. Genetic
Organization Corporate Statistical variation controlling wrinkled seed
Database. phenotypes in Pisum: How lucky was
Ghafoor, A., Z. Ahmad, and R. Anwar. 2005. Mendel? Int. J. Mol. Sci. 18(6). doi:
Genetic diversity in Pisum sativum and 10.3390/ijms18061205.
a strategy for indigenous biodiversity Santos, C.S., B. Carbas, A. Castanho, M.W.
conservation. Pakistan J. Bot. 37(1): Vasconcelos, M.C. Vaz Patto, et al.
71–77. 2019. Variation in pea (Pisum sativum
Islam, M., H. Mohanta, M. Ismail, M. Rafii, L.) seed quality traits defined by
and M. Malek. 2013. Genetic variability physicochemical functional properties.
and trait relationship in cherry tomato Foods 8(11): 570. doi:
(Solanum lycopersicum L. var. 10.3390/foods8110570.
cerasiforme (Dunnal) A. Gray). Saragih, R., D. Saptadi, C.U. Zanetta, dan B.
Bangladesh J. Bot. 41(2): 163–167. doi: Waluyo. 2018. Keanekaragaman
10.3329/bjb.v41i2.13443. genotipe-genotipe potensial dan
95