Anda di halaman 1dari 10

86

Plantropica: Journal of Agricultural Science 2021. 6(1):86-95

TAHAP AWAL SELEKSI GALUR MURNI ERCIS (Pisum sativum L.) POPULASI LOKAL
BOYOLALI DAN TEMANGGUNG BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIK BIJI

Initial Stage Pure Line Selection in Local Population Boyolali and Temanggung Pea
(Pisum sativum L.) Based on The Physical Characteristics of The Seeds
Fildza Abidah1, Darmawan Saptadi dan Budi Waluyo*

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Korespondensi : budiwaluyo@ub.ac.id

Diterima 19 Juli 2020 / Disetujui 25 Januari 2021

ABSTRAK
Ercis (Pisum sativum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi dan merupakan sumber gizi. Peningkatan produksi ercis dapat dipenuhi dari budidaya
tanaman dan pemilihan varietas unggul. Seleksi galur murni dari populasi lokal merupakan salah satu
metode pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul. Keragaman penampilan agronomi dan
morfologi merupakan indikator potensi genetik hasil seleksi berdasarkan karakteristik fisik biji. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari karakter agronomi serta heritabilitas galur ercis lokal yang diseleksi
berdasarkan pemilihan fisik biji. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 22 galur
terpilih berdasarkan pemilihan fisik biji ercis yakni 12 galur ercis lokal asal Boyolali dan 10 ercis lokal asal
Temanggung sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun
Percobaan Pertanian Kompleks TNI AU Lapangan Udara Abdul Rahman Saleh, Malang pada bulan
Januari 2019 – Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan galur-galur yang berasal dari seleksi karakter
biji keragaman sedang pada karakter umur berbunga, panjang tangkai daun hingga polong pertama,
panjang daun, jarak antar polong 1-2, panjang sulur, panjang ruas, jumlah cabang, jumlah braktea,
jumlah biji per tanaman, berat polong kering tanaman, berat biji kering per polong, panjang biji kering,
lebar biji kering, berat biji kering per tanaman . Galur-galur yang diseleksi berdasarkan karakteristik fisik
biji mempunyai heritabilitas yang tinggi pada karakter umur berbunga, umur panen kering, dan panjang
ruas.
Kata kunci: Ercis, heritabilitas, pemuliaan tanaman, Pisum sativum, seleksi
ABSTRACT
Pea (Pisum sativum L.) is a nutritious and high-value vegetable. Plant cultivation and the selection
of superior cultivars are two ways to increase pea production. One technique of plant breeding for
improved varieties is to get some genotipes from local populations. The genetic potential of the pure line
selection based on the physical features of the seeds is indicated agronomic and morphological
variability. The purpose of this study is to investigate agronomic characteristics and heritability of pea
lines developed based on physical seed selection in local population. This research used randomized
block desig) consist 22 lines based on seed characteristics selection, which are 12 local lines from
Boyolali and 10 local lines from Temanggung as a treatment and repeated three times. Research has
been carried out on January 2019 to April 2019 and located at Abdulrachman Saleh Air Force Base
Agricultural Experimental Green House, Malang. Agronomics characters that have medium variability are
flowering day, length from stem to first pod, length of leaf, length between first and second pods, length of
87

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

tendrils, length of stem, number of branches, number of bracts, number of seeds per plant, weight of dry
pods, weight of dry seeds per pod, length of dry seeds, width of dry seeds, and weight of dry seeds per
plant. The high heritability are found inflowering day, day to harvesting dry pods, and length of nodes.
Keywords : heritability, pea, Pisum sativum, plant breeding, selection

PENDAHULUAN tanaman autogami umumnya genotipe


homogennamun dapat juga menunjukkan
Ercis (Pisum sativum L.) adalah sayuran
variabilitas alami karena pencampuran
yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi
mekanis, hibridisasi alami, dan mutasi
dan merupakan sumber gizi. Budidaya
(Amaral et al., 2019). Pada karakter kualitatif
kacang ercis memberikan tiga macam hasil
sangat mudah memisahkan bahan-bahan
utama, yaitu polong muda, polong tua (biji),
genetik dalam populasi heterogenus seperti
dan pucuk. Ercis dapat menjadi sumber
di dalam populasi dengan mengobservasi
penyedia gizi dan dapat dijadikan sebagai
sifat kualitatif seperti karakteristik fisik biji.
media biofortifikasi (Urbano et al., 2005;
Karakteristik fisik biji pada ercis sangat
Thavarajah et al., 2010; Dahl et al., 2012;
bervariasi dan mudah dipisahkan dari
Smýkal et al., 2015; Ma et al., 2018).
perbedaan tersebut (Bourion et al., 2002;
Umumnya terdapat tiga jenis ercis yang
Yalçin et al., 2007; Rayner et al., 2017;
biasanya dikonsumsi yakni green peas (P.
Santos et al., 2019). Jika biji-biji ini
sativum), snow peas (P. sativum var.
dipisahkan dan ditanam melalui selekdi galur
macrocarpon) dan snap peas (P. sativum
murni maka akan membentuk populasi atau
var. macrocarpon ser. cv.)(Department of
galur-galur baru yang penampilan
Agriculture Forestry Fisheries, 2011).
karakternya menuju ke arah seragam karena
Kebutuhan masyarakat akan ercis
tanaman ercis merupakan tanaman
meningkat. Indonesia mengimpor ercis
menyerbuk sendiri (Smýkal et al., 2018).
setiap tahun, pada tahun 2015 sekitar 9.304
Konsep galur murni muncul dari serangkaian
ton dan meningkat pada tahun 2016 yakni
percobaan yang dilakukan oleh ahli botani
13.177 ton (FAOSTAT, 2018). Permintaan
Denmark W. L. Johannsen pada tahun 1903
untuk memenuhi kebutuhan ercis yang
dengan pada buncis kultivar Princess yang
meningkat harus diimbangi dengan
mengamati pengaruh seleksi pada sifat berat
peningkatan produksi ercis. Usaha untuk
biji kacang buncis (Amaral et al., 2019).
meningkatkan produktivitas ercis salah
Keragaman genetik berperan sangat
satunya dapat dilakukan dengan program
penting dalam program pemuliaan tanaman.
pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha
Populasi lokal perupakan kumpulan
untuk memperbaiki bentuk dan sifat tanaman
bahani genetik potensial untuk
sehingga diperoleh varietas baru yang
meningkatkan produksi dan juga sebagai
mempunyai sifat lebih baik dari rata-rata
sumber daya genetik dalam menghasikan
populasi. Perbaikan varietas dilakukan
varietas baru (Abe et al., 2003; Ghafoor et
dengan mengeksploitasi keragaman genetik
al., 2005; Pungulani et al., 2012). Pemilihan
pada populasi lokal merupakan pembuka
genotipe-genotipe dari populasi lokal dapat
bagi peningkatan kapasitas genetik
menggunakan seleksi galur murni (Ghafoor
peningkatan hasil panen polong dan biji. Dari
et al., 2005; Sultana et al., 2010). Populasi-
galur-galur dapat diketahui masing-masing
populasi lokal umumnya mempunyai
karakter agronomi dan morfologi sehingga
keanekaragam antar populasi dan
potensi genetik dari galur-galur dapat diduga
keragaman karakter antar dan dalam
(Saragih et al., 2018).
populasi (Leino et al., 2013; Solberg et al.,
Keragaman yang dikendalikan oleh faktor
2015; Kyratzis et al., 2019). Walaupun pada
genetik merupakan salah satu faktor yang
88

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penggaris, amplop kertas coklat, papan label
usaha pemuliaan tanaman. Indikator ini (bambu).
dapat diketahui dari heritabilitas (Stansfield,
1991; Vinod and Lila, 2013) Heritabilitas
ialah proporsi besaran ragam genetik
terhadap besaran total ragam genetik
ditambah dengan ragam lingkungan.
Dengan kata lain, heritabilitas merupakan
proporsi besaran ragam genetik terhadap
besaran ragam fenotip untuk suatu karakter
tertentu (Falconer, 1989; Thompson and
Schneider, 1994). Secara mutlak suatu
karakter tidak bisa ditentukan oleh faktor
genetik atau faktor lingkungan. Suatu
karakter tidak akan terekspresi jika tidak ada
gen yang mengendalikan, dan ekspresinya
ini tergantung pada proporsi pengaruh
genotip terhadap lingkungan. Gambar 1. Populasi yang dipisahkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berdasarkan morfologi biji menjadi 12 galur.
keragaman karakter agronomi serta
heritabilitas galur-galur ercis yang diseleksi
berdasarkan karakteristik fisik biji yang
berasal dari populasi lokal.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari 2019 sampai dengan April 2019,
yang terletak di Rumah Kaca Kebun
Percobaan Pertanian Kompleks TNI AU
Lapangan Udara Abdul Rahman Saleh,
Malang. Lokasi penelitian berada pada
ketinggian tempat 526 mdpl. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu 22 galur Gambar 2. Populasi yang dipisahkan
ercis (P. sativum L.) yakni 12 galur berasal berdasarkan morfologi biji menjadi 10 galur.
dari ercis lokal Boyolali (Gambar 1) dan 10
galur berasal dari ercis lokal Temanggung Penelitian menggunakan rancangan acak
yang dipisahkan berdasarkan karakteristik kelompok, terdiri dari 22 galur sebagai
fisik biji. perlakuan dan diulang 3 kali. Masing-
Bahan lain yang di gunakan dalam masing galur terdiri dari 5 tanaman sehingga
penelitian ini adalah pupuk NPK mutiara, terdapat 66 satuan percobaan. Pada satuan
pupuk urea, dan pupuk kandang, kertas percobaan/ plot terdapat 5 tanaman.
label dan form pengamatan. Alat yang Pengamatan dilakukan pada karakter
digunakan dalam penelitian ini adalah agronomi meliputi umur berbunga, jumlah
timbangan analitik, ajir benang, kawat, bunga tiap ruas dan per tanaman, lebar
cangkul, meteran ukur, gunting, pisau, alat standart bunga, umur panen kering, panjang
tulis, handphone, botol, gembor, selang tangkai daun hingga polong pertama, jarak
antar polong 1 dan 2, panjang sulur, jumlah
89

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

maksimal sulur, panjang ruas, panjang


stipula, lebar stipula, jarak aksil hingga ujung
stipula, panjang helai daun, jumlah maksimal
helai daun, panjang daun, jumlah daun,
jumlah cabang, jumlah braktea, panjang
tanaman, jumlah polong per tanaman,
jumlah biji per tanaman, jumlah biji per
polong, berat polong kering per tanaman, Keterangan :
panjang polong kering, lebar polong kering,
berat biji kering per polong, panjang biji KVG = Koefisien variasi genotipik
kering, lebar biji kering, berat biji kering per KVF = Koefisien variasi fenotipik
tanaman. Pengamatan dilakukan = ragam genotipe
berdasarkan Guidelines for The Conduct of = ragam fenotipe
Tests for Distinctness, Uniformity and = rata-rata seluruh populasi tiap
Stability Pea (Pisum sativum L.) (UPOV, karakter tanaman
2009) dan Protocol for Tests on Distinctness,
Kriteria nilai KVF dan KVG menurut (Singh
Uniformity and Stability (Pisum sativum L.) et al., 2017) yaitu :
Pea (CPVO, 2015).
Keragaman antar galur ditentukan < 10% = rendah
berdasarkan analisis varians berdasarkan 10 – 25% = sedang
rancangan acak kelompok (Tabel 1). > 25% = tinggi
Tabel 1. Analisis varians
Sumber db Kuadrat Kuadrat Nilai koefisien variasi rendah sampai agak
Tengah Tengah rendah dapat dikategorikan keragaman
Harapan sempit, sedangkan nilai koefisien variasi
Ulangan r-1 M3 cukup tinggi hingga tinggi dapat
Galur g-1 M2 dikategorikan dalam keragaman luas.
+ r( )
Galat (r-1)(g- M1 HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Keragaman Karakter Agronomi
Keterangan :
Karakter agronomi adalah karakter
Varians lingkungan :
dengan penciri sifat dalam upaya
Varians genotipik : mamnfaatkan lingkungan secara optimal
Varians fenotipik : untuk dikonversi menjadi hasil panen dan
Heritabilitas dalam arti luas: berkaitan dengan peningkatan produksi
tanaman. Karakter tersebut meliputi karakter
kuantitatif dan kualitatif. Terdapat 30
karakter yang diamati pada penelitian ini.
Kriteria nilai duga heritabilitas dalam arti luas Indikator keragaman berdasarkan pada
adalah sebagai berikut (Stansfield, 1991): nilai koefisien variasi fenotipik (KVF) dan
koefisien variasi genotipik (KVG). Nilai KVF
Tinggi : bila h² > 0,50
karakter-karakter pada galur-galur yang
Sedang : bila 0,20 ≤ h² ≤ 0,50
Rendah : bila h² < 0,20 diamati mempunyai rentang antara 3.58%-
31.82%, sedangkan untuk nilai KVG berkisar
Koefisien variasi genotipik (KVG) dan antara 0%-22.88% (Tabel 2). Nilai KVG yang
koefisien variasi fenotipik (KVF) tiap karakter nol ini karena mempunyai nilai varians
di hitung dengan rumus : genotipik (σ²g) yang negatif. Secara teori
90

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

nilai varians adalah selalu positif. Pada KVF polong 1-2, panjang sulur, panjang ruas,
tidak ditemui karakter dengan nilai yang jumlah braktea, jumlah biji per tanaman,
negatif karena nilai KVF adalah merupakan berat biji kering per polong, berat biji kering
nilai dari pengamatan langsung (fenotipe) per tanaman mempunyai keragaman tinggi
sehingga nilai varians galat termasuk di (Tabel 2).
dalamnya yang tidak memungkinkan nilai Berdasarkan genotipik terdapat 16
untuk menjadi negatif sebagaimana rumusan karakter yang termasuk kedalam kategori
P = G + E. keragaman rendah berdasarkan nilai KVG,
Nilai komponen varians genotipik ini akan yaitu panjang stipula, lebar standar bunga,
tergantung pada hasil uji varians (Anova). jumlah bunga tiap ruas, jumlah bunga per
Kuadrat tengah harapan adalah sama tanaman, jarak aksil hingga ujung stipula,
dengan varians (Tabel 1). Jika sumber panjang helai daun, jumlah maksimal helai
varians galur pada Anova tidak nyata pada daun, lebar helai daun, jumlah daun, umur
uji F, ini artinya penampilan galur tersebut panen kering, panjang tanaman, jumlah
tidak beragam yang berarti nilai varians nol. maksimal sulur,jumlah polong per tanaman,
Secara teknis jika uji menunjukkan tidak jumlah biji per polong, panjang polong
nyata berarti nilai sumber varians galat relatif kering, lebar polong kering (Tabel 2).
sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan Kategori KVG dengan keragaman sedang
nilai sumber varians galat galur. Nilai ragam terdapat pada 14 karakter tanaman, yaitu
genotipik dihasilkan dari selisih sumber umur berbunga, panjang tangkai daun
ragam galur total dikurangi nilai sumber hingga polong pertama, panjang daun, jarak
ragam galat. Jika nilai sumber ragam galat antar polong 1-2, panjang sulur, panjang
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ragam ruas, jumlah cabang, jumlah braktea, jumlah
galur maka hasil ragam genotipe akan biji per tanaman, berat polong kering
negatif. Jadi, nilai varians negatif sama tanaman, berat biji kering per polong,
halnya dengan keragamannya nol atau tidak panjang biji kering, lebar biji kering, berat biji
beragam. kering per tanaman (Tabel 2). Hal ini
Berdasarkan nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa seleksi terhadap
fenotipik pada galur-galur yang diseleksi dari populasi lokal berdasarkan karakteristik fisik
karakteristik fisik biji ini karakter umur panen biji efektif memisahkan genotipe menjadi
kering termasuk ke dalam keragaman galur.
rendah. Umur berbunga, lebar standar Keragaman genetik tinggi menandakan
bunga, jumlah bunga tiap ruas, jumlah bahwa perbedaan karakter lebih dipengaruhi
bunga per tanaman, panjang stipula, lebar oleh faktor genetik sehingga seleksi akan
stipula, jarak aksil hingga ujung stipula, sangat efektif dilanjutkan pada generasi atau
panjang helai daun, panjang daun, jumlah siklus berikutnya (Addisu and Shumet, 2015)
maksimal helai daun, lebar helai daun, dan dapat dijadikan sebagai pembeda
jumlah cabang, panjang tanaman, jumlah genetik antar galur. Semakin tinggi
maksimal sulur, jumlah polong per tanaman, keragaman suatu karakter pada populasi
jumlah biji per polong, berat polong kering maka semakin bervariasi sifat pada karakter
tanaman, panjang polong kering, lebar yang mencerminkan pengendalian genetik
polong kering, panjang biji kering, lebar biji pada populasi. Galur murni adalah teori yang
kering mempunyai keragaman sedang. diusulkan oleh Wilhelm Johannsen
Karakter panjang tangkai daun hingga berdasarkan penelitiannya dari pemilihan biji
polong pertama, jumlah daun, jarak antar besar dan kecil dari campuran biji sehingga
91

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

diperoleh variasi ukuran biji yang ditanam menghasilkan benih kecil, serta dia juga
secara terpisah dimana tanaman dari benih memisahkan istilah genotipe dan fenotipe
yang besar menghasilkan keturunan yang (Berry, 2014).
besar, dan tanaman dari benih yang kecil
Tabel 2. Nilai varians genotipik, varians lingkungan, varians fenotipik, koefisien variasi
genotipik, dan koefisien variasi fenotipik karakter ercis
KVG KVF
Karakter σ²g σ²e σ²p
(%) (%)
Umur berbunga (hst) 54,58 52,04 106,62 15,9 22,23
Lebar standar bunga (cm) 0,002 0,13 0,14 2,48 19,65
Jumlah bunga tiap ruas 0,006 0,09 0,1 4,66 18,12
Jumlah bunga per tanaman 0,64 5,11 5,75 4,76 14,23
Panjang tangkai daun ke polong pertama (cm) 0,87 1,06 1,93 19,12 28,49
Panjang stipula (cm) -0,03 0,29 0,26 0 11,32
Lebar stipula (cm) 0,06 0,12 0,18 9,8 17,13
Jarak aksil hingga ujung stipula (cm) 0,01 0,14 0,15 3,34 11,55
Panjang helai daun (cm) 0,08 0,3 0,38 7,8 16,83
Panjang daun (cm) 1,88 5,43 7,31 10,7 21,11
Jumlah maksimal helai daun 0,19 1,05 1,24 7,68 19,84
Lebar helai daun (cm) 0,05 0,09 0,14 9,21 15,82
Jumlah daun -6,51 130,72 124,21 0 25,63
Umur panen kering (hst) 5,27 4,83 10,11 2,59 3,58
Jarak antar polong 1-2 (cm) 0,52 3,68 4,2 15,19 43,17
Panjang sulur (cm) 2,32 3,6 5,93 15,93 25,44
Panjang ruas (cm) 4,72 3,87 8,59 22,88 30,86
Jumlah cabang 0,04 0,06 0,1 12,55 19,9
Jumlah braktea 0,93 4,28 5,21 13,39 31,72
Panjang tanaman (cm) 18,66 172,72 191,38 3,41 10,92
Jumlah maksimal sulur -0,008 0,81 0,81 0 12,78
Jumlah polong per tanaman 0,14 3,55 3,68 2,18 11,37
Jumlah biji per tanaman 41,22 118,96 160,18 16,14 31,82
Jumlah biji per polong 0,1 0,64 0,74 6,12 17,04
Berat polong kering tanaman (g) 3,92 9,83 13,75 10,27 19,23
Panjang polong kering (cm) 2,75 65,5 68,25 3,36 16,72
Lebar polong kering (mm) 0,3 1,49 1,8 4,34 10,55
Berat biji kering per polong (g) 0,02 0,05 0,07 15,82 27,98
Panjang biji kering (mm) 0,3 0,37 0,67 11,39 17,02
Lebar biji kering (mm) 0,19 0,3 0,49 11,43 18,21
Berat biji kering per tanaman (g) 1,47 4,51 5,98 15,38 30,99
92

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

Tabel 3. Nilai heritabilitas karakter ercis


Karakter Heritabilitas Kriteria
Umur berbunga (hst) 0.51 tinggi
Lebar standar bunga (cm) 0.01 rendah
Jumlah bunga tiap ruas 0.06 rendah
Jumlah bunga per tanaman 0.11 rendah
Panjang tangkai daun hingga polong pertama (cm) 0.45 sedang
Panjang stipula (cm) -0.12 rendah
Lebar stipula (cm) 0.33 sedang
Jarak aksil hingga ujung stipula (cm) 0.07 rendah
Panjang helai daun (cm) 0.21 sedang
Panjang daun (cm) 0.26 sedang
Jumlah maksimal helai daun 0.15 rendah
Lebar helai daun (cm) 0.36 sedang
Jumlah daun -0.05 rendah
Umur panen kering (hst) 0.52 tinggi
Jarak antar polong 1-2 (cm) 0.12 rendah
Panjang sulur (cm) 0.39 sedang
Panjang ruas (cm) 0.55 tinggi
Jumlah cabang 0.40 sedang
Jumlah braktea 0.18 rendah
Panjang tanaman (cm) 0.10 rendah
Jumlah maksimal sulur -0.01 rendah
Jumlah polong per tanaman 0.04 rendah
Jumlah biji per tanaman 0.26 sedang
Jumlah biji per polong 0.14 rendah
Berat polong kering tanaman (g) 0.29 sedang
Panjang polong kering (cm) 0.04 rendah
Lebar polong kering (mm) 0.17 rendah
Berat biji kering per polong (g) 0.29 sedang
Panjang biji kering (mm) 0.45 sedang
Lebar biji kering (mm) 0.39 sedang
Berat biji kering per tanaman (g) 0.25 sedang

Heritabilitas Karakter Ercis faktor genetik atau faktor lingkungan. Pada


penelitian ini heritabilitas menunjukkan nilai
Heritabilitas diperoleh dari proporsi
antara -0.11- 0.55 (Tabel 3). Heritabilitas
besaran ragam genotipik terhadap besaran
negatif pada penelitian ini disebabkan oleh
ragam fenotipik. Heritabilitas merupakan
karakter yang keragamannya tidak nyata.
parameter genetik sebagai dasar dari
Nilai heritabilitas negatif juga sudah dibahan
pengendalian sifat suatu karakter pada tetua
oleh peneliti lain (Steinsaltz et al., 2020).
diwariskan kepada keturunan selanjutnya.
Kriteria nilai duga heritabilitas dalam arti luas
Heritabilitas merupakan proporsi dari ragam
dibagi menjadi 3 bagian yaitu tinggi (bila h 2 ≥
genetik terhadap ragam fenotip yang artinya
0,50), sedang (bila 0,20 ≤ h2 < 0,50) dan
bahwa suatu karakter dipengaruhi oleh
rendah (bila h2 < 0,20) (Stansfield, 1991).
93

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

Karakter tanaman ercis yang termasuk SIMPULAN


dalam kriteria heritabilitas rendah yaitu lebar Berdasarkan penelitian yang
standar bunga, jumlah bunga tiap ruas , dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
jumlah bunga per tanaman, panjang stipula, berikut:
jarak aksil hingga ujung stipula, jumlah 1. Seleksi berdasarkan karakteristif fisik biji
maksimal helai daun, jumlah daun, jarak pada populasi lokal ercis Boyolali dan
antar polong 1-2, jumlah braktea, panjang Temanggung menghasilkan galur-galur
tanaman, jumlah maksimal sulur, jumlah yang mempunyai keragaman sedang
polong per tanaman, jumlah biji per polong, pada karakter umur berbunga, panjang
panjang polong kering, dan lebar polong tangkai daun hingga polong pertama,
kering. Karakter yang mempunyai panjang daun, jarak antar polong 1-2,
heritabilitas sedang ialah panjang ruas, panjang sulur, panjang ruas, jumlah
panjang tangkai daun hingga polong cabang, jumlah braktea, jumlah biji per
pertama, lebar stipula, panjang helai daun, tanaman, berat polong kering tanaman,
panjang daun, lebar helai daun, panjang berat biji kering per polong, panjang biji
sulur, jumlah cabang, jumlah biji per kering, lebar biji kering, berat biji kering
tanaman, berat polong kering tanaman, per tanaman
berat biji kering per polong, panjang biji 2. Galur-galur yang diseleksi berdasarkan
kering, lebar biji kering, berat biji kering per karakteristik fisik biji mempunyai
tanaman, dan lebar standar bunga. Karakter heritabilitas yang tinggi pada karakter
yang mempunyai heritabilitas tinggi ialah umur berbunga, umur panen kering, dan
umur berbunga, umur panen kering, panjang panjang ruas.
ruas (Tabel 3). Heritabilitas tinggi
menunjukkan bahwa karakter tersebut
DAFTAR PUSTAKA
dikendalikan oleh genetik, sifat-sifat ini akan
efektik untuk kemudian dijadikan karakter Abe, J., D.H. Xu, Y. Suzuki, A. Kanazawa,
seleksi untuk membedakan antar genetik and Y. Shimamoto. 2003. Soybean
yang berbeda (Singh and Singh, 2006). germplasm pools in Asia revealed by
Suatu karakter tanaman umumnya nuclear SSRs. Theor. Appl. Genet.
yang mempunyai nilai KVG dan KVF tinggi 106(3): 445–53. doi: 10.1007/s00122-
belum tentu mempunyai nilai heritabilitas 002-1073-3.
tinggi, dan sebaliknya. Nilai KVG tinggi serta Addisu, F., and T. Shumet. 2015. Variability,
nilai heritabilitas yang rendah menunjukkan Heritability and Genetic Advance for
bahwa karakter tersebut mempunyai variasi Some Yield and Yield Related Traits in
yang besar, tetapi variasi karakter pada lebih Barley (Hordeum vulgare L.) Landraces
besar dipengaruhi oleh lingkungan. Jika nilai in Ethiopia. Int. J. Plant Breed. Genet.
KVG dan heritabilitas tinggi pada suatu 9(2): 68–76. doi:
karakter menunjukkan bahwa keragaman 10.3923/ijpbg.2015.68.76.
pada karakter tersebut dipengaruhi oleh Amaral, L. de O., A.T. Bruzi, P.M. de
faktor genetik yang besar sehingga Resende, and K.B. Silva. 2019. Pure
penampakan fenotip karakter merupakan line selection in a heterogeneous
representasi pengaruh genetik dan sedikit soybean cultivar. Crop Breed. Appl.
dipengaruhi oleh lingkungan (Islam et al., Biotechnol. 19(3): 277–284. doi:
2013). 10.1590/1984-70332019v19n3a39.
Berry, D. 2014. The plant breeding industry
94

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

after pure line theory: Lessons from the Kyratzis, A.C., N. Nikoloudakis, and A.
National Institute of Agricultural Botany. Katsiotis. 2019. Genetic variability in
Stud. Hist. Philos. Sci. Part C Stud. landraces populations and the risk to
Hist. Philos. Biol. Biomed. Sci. 46: 25– lose genetic variation. The example of
37. doi: 10.1016/j.shpsc.2014.02.006. landrace ‘Kyperounda’ and its
Bourion, V., M. Duparque, I. Lejeune- implications for ex situ conservation
Henaut, and N.G. Munier-Jolain. 2002. (F.A. Aravanopoulos, editor). PLoS One
Criteria for selecting productive and 14(10): e0224255. doi:
stable pea cultivars. Euphytica 126: 10.1371/journal.pone.0224255.
391–399. Leino, M.W., E. Boström, and J. Hagenblad.
https://link.springer.com/content/pdf/10. 2013. Twentieth-century changes in the
1023%2FA%3A1019995822353.pdf genetic composition of Swedish field
(accessed 26 June 2018). pea metapopulations. Heredity (Edinb).
CPVO. 2015. Protocol for Tests on 110(4): 338–346. doi:
Distinctness, Uniformity and Stability 10.1038/hdy.2012.93.
(Pisum sativum L.) Pea. UPOV Code: Ma, Z., J.I. Boye, and X. Hu. 2018.
PISUM_SAT Adopted on 11/03/2015 Nutritional quality and techno-functional
Entry into force on. CPVO-TP/007/2 changes in raw, germinated and
Rev 01/03/2015. fermented yellow field pea (Pisum
Dahl, W.J., L.M. Foster, and R.T. Tyler. sativum L.) upon pasteurization. LWT -
2012. Review of the health benefits of Food Sci. Technol. 92: 147–154. doi:
peas (Pisum sativum L.). Br. J. Nutr. 10.1016/j.lwt.2018.02.018.
108(S1): S3–S10. doi: Pungulani, L., D. Kadyampakeni, L. Nsapato,
10.1017/S0007114512000852. and M. Kachapila. 2012. Selection of
Department of Agriculture Forestry Fisheries. high yielding and farmers’ preferred
2011. Garden peas (Pisum sativum) genotypes of bambara Nut (Vigna
Guide agriculture. : 1–24. doi: 2011. subterranea (L.) Verdc) in Malawi. Am.
Falconer, D.S. 1989. Introduction to J. Plant Sci. 03(12): 1802–1808. doi:
Quantitative Genetics. 3rd ed. Longman 10.4236/ajps.2012.312a221.
Scientific & Technical, New York. Rayner, T., C. Moreau, M. Ambrose, P.G.
FAOSTAT. 2018. Food and Agriculture Isaac, N. Ellis, et al. 2017. Genetic
Organization Corporate Statistical variation controlling wrinkled seed
Database. phenotypes in Pisum: How lucky was
Ghafoor, A., Z. Ahmad, and R. Anwar. 2005. Mendel? Int. J. Mol. Sci. 18(6). doi:
Genetic diversity in Pisum sativum and 10.3390/ijms18061205.
a strategy for indigenous biodiversity Santos, C.S., B. Carbas, A. Castanho, M.W.
conservation. Pakistan J. Bot. 37(1): Vasconcelos, M.C. Vaz Patto, et al.
71–77. 2019. Variation in pea (Pisum sativum
Islam, M., H. Mohanta, M. Ismail, M. Rafii, L.) seed quality traits defined by
and M. Malek. 2013. Genetic variability physicochemical functional properties.
and trait relationship in cherry tomato Foods 8(11): 570. doi:
(Solanum lycopersicum L. var. 10.3390/foods8110570.
cerasiforme (Dunnal) A. Gray). Saragih, R., D. Saptadi, C.U. Zanetta, dan B.
Bangladesh J. Bot. 41(2): 163–167. doi: Waluyo. 2018. Keanekaragaman
10.3329/bjb.v41i2.13443. genotipe-genotipe potensial dan
95

Fildza Abidah, Tahap Awal Seleksi …

penentuan keragaman karakter argo- 2020. On negative heritability and


morfologi ercis (Pisum sativum L.). J. negative estimates of heritability.
Agro 5(2): 127–139. doi: Genetics 215(2): 343–357. doi:
10.15575/3230. 10.1534/genetics.120.303161.
Singh, Y., S. Sharma, B.S. Sekhon, A. Sultana, T., S. Nadeem, Z. Fatima, and A.
Verma, S. Sharma, et al. 2017. Genetic Ghafoor. 2010. Identification of elite
variability and interrelationships of yield pure-lines from local lentil germplasm
and yield components in faba bean using diversity index based on
(Vicia faba L.). Indian J. Ecol. 44(4): quantitative traits. Pakistan J. Bot.
877–882. 42(4): 2249–2256.
Singh, J.D., and I.P. Singh. 2006. Genetic Thavarajah, D., T. Warkentin, and A.
variability, heritability, expected genetic Vandenberg. 2010. Natural enrichment
advance and character association in of selenium in Saskatchewan field peas
field pea (Pisum sativum L.). Legum. (Pisum sativum L.). Can. J. Plant Sci.
Res. 29(1): 65–67. 90(4): 383–389. doi:
http://www.arccjournals.com/uploads/art 10.4141/CJPS09154.
icles/lr291012.pdf. Thompson, P.G., and J.C. Schneider. 1994.
Smýkal, P., C.J. Coyne, M.J. Ambrose, N. Genetic variance component and
Maxted, H. Schaefer, et al. 2015. heritability estimates of freedom from
Legume crops phylogeny and genetic weevil injury to sweetpotato. J. Amer.
diversity for science and breeding. Soc. Hort. Sci. 119(3): 620–623.
CRC. Crit. Rev. Plant Sci. 34: 43–104. UPOV. 2009. Guideline for The Conduct of
doi: 10.1080/07352689.2014.897904. Tests for Distinctness, Uniformity, and
Smýkal, P., O. Trnčný, J. Brus, P. Hanáček, Stability of Pea (Pisum sativum L.).
A. Rathore, et al. 2018. Genetic TG/7/10 Rev. 2. : 51.
structure of wild pea (Pisum sativum Urbano, G., M. López-Jurado, S. Frejnagel,
subsp. elatius) populations in the E. Gómez-Villalva, J.M. Porres, et al.
northern part of the Fertile Crescent 2005. Nutritional assessment of raw
reflects moderate cross-pollination and and germinated pea (Pisum sativum L.)
strong effect of geographic but not protein and carbohydrate by in vitro and
environmental distance. PLoS One in vivo techniques. Nutrition 21(2): 230–
13(3): 1–22. doi: 239. doi: 10.1016/j.nut.2004.04.025.
10.1371/journal.pone.0194056. Vinod, K.S., and B. Lila. 2013. Studies on
Solberg, S.Ø., A.K. Brantestam, K. Olsson, genetic variability and heterosis in
M.W. Leino, J. Weibull, et al. 2015. vegetable pea (Pisum sativum L.) under
Diversity in local cultivars of Pisum high hills condition of Uttarakhand,
sativum collected from home gardens in India. African J. Agric. Res. 8(18):
Sweden. Biochem. Syst. Ecol. 62: 194– 1891–1895. doi: 10.5897/AJAR09.427.
203. doi: 10.1016/j.bse.2015.09.004. Yalçin, I., C. Özarslan, and T. Akbaş. 2007.
Stansfield, W.D. 1991. Schaum’s Outline of Physical properties of pea (Pisum
Theory and Problems of Genetics. sativum) seed. J. Food Eng. 79(2):
McGraw-Hill, New York. 731–735. doi:
Steinsaltz, D., A. Dahl, and K.W. Wachter. 10.1016/j.jfoodeng.2006.02.039.

Anda mungkin juga menyukai