Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Aldi Alfarizi

NPM : 200110160160
UAS MATA KULIAH FISIOLOGI PAKAN TERNAK

Interaksi Genotip dan Waktu Panen terhadap Kandungan Nutrisi Hijauan

Tanaman rumput contohnya jagung ditanam secara luas di semua benua di dunia.
Jagung ditanam di sebagian besar zona pertaian di negara-negara di dunia, jagung membuat
banyaknya ketersediaan untuk digunakan sebagai pakan ternak. Biji-bijian digunakan sebagai
pakan babi, sapi dan pakan unggas, sedangkan bahan tanaman, baik segar atau kering penting
sebagai pakan hijauan. Haijauan jagung dapat dimanfaatkan oleh hewan dengan berbagai
cara. Ini dapat memberikan hasil hijauan yang berkualitas tinggi.
Hijauan tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan, faktor
yang memengaruhinya antara lain penyulingan, jenis penyimpanan, umur tanaman, jarak
tanam, penyakit dan serangga, waktu panen, dan musim. Di antara berbagai faktor, yang
mempengaruhi produksi tanaman, usia panen merupakan faktor yang paling penting.
Penelitian yang dilakukan oleh Abewoy dkk (2018) menunjukkan bahwa parameter
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang primer, dan sekunder tidak dipengaruhi secara
signifikan oleh interaksi pengaruh genotipe dan umur panen. Namun demikian, luas tanaman
daun, berat tanaman daun segar, berat tanaman daun kering, biomassa tanaman di atas
permukaan segar, biomassa tanaman di atas permukaan kering, biomassa di atas permukaan
tanah, biomassa di atas tanah kering, hasil tanaman basah, dan hasil tanaman kering secara
signifikan dipengaruhi oleh efek interaksi genotipe dan umur panen. Luas daun tertinggi per
tanaman (5232,84 cm2) tercatat dari genotipe B01 ketika dipanen pada 80 hari penanaman.
Hasil segar tertinggi per tanaman dicatat dari genotipe B01 (384,02 g) pada usia panen 80
hari penanaman, yang secara statistik mirip dengan genotipe B04 yang dipanen pada 100 hari
penanaman. Interaksi genotipe dan umur panen berpengaruh nyata terhadap hasil. Karena
faktor-faktor lain, seperti lokasi dan musim mempengaruhi hasil herba, studi lebih lanjut
disarankan untuk menilai pengaruh musim terhadap hasil tanaman.
Penelitian Htet dkk (2016) mengatakan bahwa perbedaan dalam parameter agronomi
dapat ditambahkan pada berbagai praktik lingkungan dan budaya. Jagung sebagai hijauan
harus dipanen pada 70 hari setelah penanaman bibit untuk mendapatkan hasil hijauan segar
dan protein kasar tertinggi. Komposisi terdekatnya jelas lebih rendah daripada komposisi
pada silase jagung. Komposisi nutrisi silase lebih tinggi dari nilai hijauan. Interaksi genotip
dan umur panen yang berbeda berpengaruh terhadap nutrisi yang terkandung.
Kandungan pati yang tinggi adalah sifat yang paling penting untuk produksi pati
singkong komersial. Selain itu, sianida yang ada dalam akar singkong merupakan tantangan
kesehatan dalam penggunaan singkong untuk makanan. Genotipe singkong memiliki periode
jatuh tempo yang bervariasi yang juga bergantung pada lingkungan. Pada penelitian
Mtunguja dkk (2016) menyatakan bahwa genotip dengan analisis biplot lingkungan pada
kultivar Kiroba adalah kultivar unggul dalam hal hasil pati. Pada kultivar Kilusungu
kandungan sianida tertinggi dan hasil pati rata-rata, oleh karena itu cocok untuk digunakan
dalam produksi pati. Studi ini mengkonfirmasi efek genotipe dan genotipe oleh interaksi
lingkungan, kultivar Kiroba memiliki nilai yang lebih rendah pada hasil pati dan hasil pati
maksimum diperoleh pada 9 bulan setelah tanam. Kultivar Nyamkagile dan kultivar
Kibandameno memiliki kandungan sianida terendah di semua lingkungan. Lima dkk (2017)
menyatakan bahwa kandungan nutrisi sorgum yang memiliki genotip berbeda sangat
berpengaruh nyata dalam nutrisi yang dikandungnya, pada sorgum genotip 12F38006,
12F40006 dan 12F37016 memiliki kandungan protein kasar dan serat berkisar antara
37,15%-50,13%; 5,51%-10,28% dan 43,57%-65,69%. Oleh karena itu kandungan nutrisi
pada tanaman tidak berpengaruh nyata pada waktu panen hanya genotip yang berpengaruh
nyata.
Pada umur panen berbeda, ternyata kandungan nutrisi pada suatu hijauan menunjukkan
perbedaan kualitas. Hal ini dijelaskan pada penelitian Xie (2017), menyatakan bahwa
persentase protein kasar (basis berat kering) (Protein%), CCI dari metode pengepresan
standar (CCI-LP), dan CCI dari metode homogenat daun (CCILH) untuk 109 genotipe
napiergrass individu semuanya bervariasi antara ketiga kali panen (30, 60 dan 90 hari
pertumbuhan). Protein kasar, CCI-LP dan CCI-LH selanjutnya menunjukkan pola perubahan
yang berbeda selama ketiga waktu panen. Persentase protein kasar tertinggi pada
pertumbuhan hari ke-30 (11,8%), dan menurun secara berurutan pada hari ke-60 dan ke-90
(masing-masing 8,4% dan 5,9%). Angka CCI-LP tertinggi pada pertumbuhan hari ke-60 dan
kira-kira setara pada hari ke-30 dan ke-90. Untuk pembacaan CCI-LH, nilainya tertinggi pada
30 hari pertumbuhan, dan menurun ke level yang setara pada 60 dan 90 hari. Pada penelitian
ini interaksi genotip tidak berpengaruh nyata namun umur panen berpengaruh nyata terhadap
kandungan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Abewoy, D., D. Belew., dan Z. D. Zigene. 2018. Influence of Harvesting Age and Genotype on
Growth Parameters and Herbage Yield of Sweet Basil (Ocimum basilicum L.) at Wondo
Genet, Southern Ethiopia. Advances in Crop Science and Technology Vol 6(6).
Htet, Maw Ni Soe., Ni Ni Than., Rab Nawaz Soomro., Xu Ya-Dong., dan Hai Jiang -Bo. 2016.
Comparison of Nutrients Composition, Forage and Silage Yields of Maize (Zea mays L.).
Scholars Journal of Agriculture and Veterinary Sciences 3(7):474-479
Lima, Luciana O. B., D. A. de Assis Pires., M. M. A. Moura., J. A.S. Rodrigues., D. C. Tolentino., dan
M. C. M. Viana. 2017. Agronomic Traits and Nutritional Value of Forage Sorghum
Genotypes. Acta Scientiarum, Animal Sciences Vol. 39(1).
Mtunguja, M. K., H. S. Laswaj., E. Kanju, J. Ndunguru., dan Y. C. Muzanila. 2016. Effect of
Genotype and Genotype by Environment Interaction on Total Cyanide Content, Fresh Root,
and Starch Yield in Farmer-Preferred Cassava Landraces in Tanzania. Food Science &
Nutrition 4(6): 791–801
Xie, R. 2017. Evaluasi Konten, Ekstraksi, dan Pemurnian Daun Protein Pennisetum purpureum.
Thesis. Universitas A&M Texas.

Anda mungkin juga menyukai