Anda di halaman 1dari 3

Jagung merupakan salah satu komoditas yang paling banyak dibudidayakan di dunia

setelah beras dan gandum serta dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, tanaman pakan,
dan bahan baku industri makanan (Manochehrifar et al., 2014; Li et al., 2018). Permasalahan
yang sering dihadapi dalam budidaya tanaman jagung adalah cekaman biotik berupa serangan
OPT (organisme pengganggu tanaman) dan cekaman abiotik berupa kekeringan yang
menyebabkan pertumbuhan terhambat serta buah yang tumbuh pada tongkol tidak merata.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
memberikan fitohormon pada tanaman jagung. Fitohormon adalah senyawa pada tanaman
yang berperan sebagai regulasi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Senyawa ini
pada umumnya aktif pada konsentrasi yang sangat rendah dan terlibat secara langsung dalam
proses fisiologis tanaman serta sebagai molekul pemberi sinyal yang mempengaruhi
perkembangan tanaman (Farooq et al., 2018). Salah satu hormon yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman jagung adalah auksin.

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang daapt diproduksi secara biologis


ataupun secara kimiawi yang memainkan peran penting dalam dominasi apikal dan
fototropisme serta berperan dalam pembelahan sel, formasi meristem, dan meningkatkan
produksi akar adventif (Farooq et al., 2018; Bielach et al., 2017). Secara biologis, hormon
auksin yang diproduksi secara alami pada tanaman adalah IAA (indole-3-asam asetat)
sedangkan auksin yang dihasilkan oleh bahan kimia adalah NAA (1-asam asetat naftalena)
dan IBA (asam indol-3-butirat) (Vanneste and Friml, 2012). Hormon auksin pada tanaman
jagung berperan dalam menstimulasi dominasi apikal dan gerakan, memicu pembentukan
bunga dan buah, merangsang pertumbuhan perakaran (inisiasi akar lateral) dan merangsang
terjadinya proses diferensiasi (Hartanto dkk., 2009; Woodward and Bartel, 2005). Selain itu,
auksin memiliki peran dalam pencegahan sterilitas pada serbuk sari akibat suhu tinggi
sehingga biji jagung yang terbentuk dapat merata (Sakata et al., 2010). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Alarcón et al., (2019) aplikasi auksin sintetis berupa NAA
dengan konsentrasi 0,01 μM pada tanaman jagung mampu menurunkan panjang sel tetapi
meningkatkan densitas akar lateral. Peningkatan konsentrasi auksin mampu menghambat
pemanjangan sel pada akar tetapi mampu meningkatkan jumlah akar lateral (Benjamins and
Scheres, 2008).

Selain auksin, hormon yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi


tanaman jagung adalah hormon giberelin (GA3). Giberelin merupakan hormon pertumbuhan
yang termasuk kelas asam diterpenoid yang berperan dalam berbagai aktivitas fisiologis
seperti perkecambahan biji, pemanjangan batang, ekspansi daun, dan pengembangan bunga
dan buah (Sun, 2010; Miceli et al., 2019). Pada beberapa penelitian sebelumnya menunjukan
bahwa aplikasi GA3 mampu meningkatkan pertumbuhan akar, pertumbuhan tunas, berat
kering tunas dan akumulasi protein, karotenoid dan nitrat jaringan (Lulai et al., 2016). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Al-Shaheen dan Soh (2018) menunjukan bahwa aplikasi asam
giberelat yang disemprotkan pada daun jagung mampu meningkatkan ketahanan terhadap
cekaman kekeringan serta meningkatkan efisiensi pertumbuhan dan perisode pertumbuhan
vegetatif. Cekaman kekeringan dapat mempengaruhi keseimbangan hormon tanaman berupa
peningkatan asam absisat pada daun dan penurunan giberelin secara drastic yang
mengakibatkan penutupan stomata (Moghadam et al., 2013). Untuk memicu pertumbuhan
yang optimal, kinerja giberelin perlu dikombinasikan dengan auksin untuk merangsang
pembelahan sel pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan (Al-Shaheen and Soh,
2018)
Daftar Pustaka

Alarcón, M.V., J. Salguero, and P.G. Lloret. 2019. Auxin modulated initiation of lateral roots
is linked to pericycle cell length in maize. Front. Plant Sci., 10(11).
Benjamins, R., and B. Scheres. 2008. Auxin: the looping star in plant development. Annu.
Rev. Plant Biol., 59: 443-465.
Bielach, A., M. Hrtyan, and V.B. Tognetti. 2017. Plants under stress: Involvement of auxin
and cytokinin. International Journal of Molecular Sciences, 18(1427).
Farooq, M., M. Bakhitiar, M.N. Khan, I. Khan, K. Kakar, N. Ilyas, S. Khan, A. Qayum, M.
Siddique, and N. Ullah. 2018. Auxin biosynthesis, its role in plant growth,
development and physiological process. International Journal of Fauna and Biological
Studies, 5(4): 23-27.
Hartanto, A., A. Haris, dan D.S. Widodo. 2009. Pengaruh kalsium, hormon auksin, giberellin
dan sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi, 12(3): 72-75.
Sakata, T., T. Oshino, S. Miura, M. Tomabechi, Y. Tsunaga, N. Higashitani, and A.
Higashitani. 2010. Auxins reverse plant male sterility caused by high temperatures.
PNAS, 107(19): 8569–8574.
Li, Z., X. Zhang, Y. Zhao, Y. Li, G. Zhang, Z. Peng, and J. Zhang. 2018. Enhancing auxin
accumulation in maize root tips improves root growth and dwarfs plant height. Plant
Biotechnology Journal, 16: 86-99
Lulai, E.C., J.C. Suttle, L.L. Olson, J.D. Neubauer, L.G. Campbell, and M.A. Campbell.
2016. Wounding induces changes in cytokinin and auxin content in potato tuber, but
does not induce formation of gibberellins. Journal of plant physiology, 2016. 191: p.
22-28
Manoochehrifar, P., H.L. Yazdi, and B. Zaji. 2014. Effect of drought stress and salicylic acid
on the germination indices of two corn cultivars. Plant Ecol., 9: 3-20
Miceli, A., A. Moncada, L. Sabatino, and F. Vetrano. 2019. Effect of gibberellic acid on
growth, yield, and quality of leaf lettuce and rocket grown in a floating System.
Agronomy, 9(382).
Moghadam, H.R.T., H. Zahedi, and A. Ashkiani. 2013. Effect of zinc foliar application on
auxin and gibberellin hormones and catalase and superoxide dismutase enzyme
activity of corn (Zea mays L) under water stress. Maydica, 58(3-4): 218-223
Sun, T.P. 2010 Gibberellin-GID1-DELLA: a pivotal regulatory module for plant growth and
development. Plant Physiol, 154: 567–570
Woodward, A.W., and B. Bartel. 2005. Auxin: regulation, action, and interaction. Annals of
Botany, 95(5):707-735.

Anda mungkin juga menyukai