240120190005
Pendahuluan
Protein whey dalam bentuk isolat ataupun konsentrat telah banyak diamnfaatkan karena
fungsinya dalam membentuk gel pada kondisi tertentu serta nilai dizi yang dimilikinya. Gel
adalah jaringan elastis yang dibentuk oleh kumpulan rantai makromolekul bertaut silang yang
saling berinteraksi. Interaksi tersebut dipengaruhi oleh gerakan Brown karena ukuran partikel
yang kecil menyebabkan tumbukan yang tidak sama sehingga mengubah arah dan
menghasilkan gerakan acak zigzag. Gerakan ini memicu partikel untuk mengatasi efek
gravitasi sehingga tidak terjadi pengendapan atau pemisahan dari medium pendispersi.
Mengontrol pembentukan agregat gel sering digunakan untuk mengevaluasi tekstur makanan.
Model pembentukan agregat ideal jaringan partikel berdasarkan gerakan Brown terbagi
menjadi dua rezim pembatas, yaitu Diffusion-limited cluster-cluster aggregation (DLCA) dan
Reaction-limited cluster-cluster aggregation (RLCA). Agregasi pada rezim DLCA sangat
cepat dan tumbukan antar partikel hanya dibatasi oleh gerakan Brown yang diindikasikan
dengan nilai Df 1.7-1.8 sedangkan RLCA terjadi lebih lambat karena adanya tolakan
elektrostatik antara partikel yang mendekat yang diindikasikan dengan nilai Df 2.0-2.2. Upaya
pengontrolan pembentukan agregat gel dapat dilakukan dengan menggunakan analisis fraktal
yang mampu menyediakan data kuantitatif (dimesi fraktal) untuk menganalisis dan merancang
secara fundamental dan rasional tekstur makanan berbasis whey protein.
Menggambarkan dimensi antara dimensi regular atau konvensional 1,2, dan 3 serta
menunjukan penyimpangan gambar atau objek dari keteraturan.
Menggambarkan agregasi partikel dalam campuran kedua partikel dari titik ketika
pengasaman membuat partikel reaktif ke titik ketika klaster telah tumbuh dan datang
dalam kontak dekat, interpenetrate, dan perlokasi.
Menggambarkan hunian struktur dalam volume gel sedangkan scaling behavior
mampu memberikan informasi tentang mekanisme perakitan partikel
Menjelaskan rezim agregasi fraktal DLCA dan RLCA dengan mengukur struktur
partikel tragregasi dengan mengukur dimensi fraktal (Df)
Muhammad Abdillah Hasan Qonit
240120190005
Ciri dari objek fraktal yang dibangun secara matematis adalah selfsimilarity atau
memiliki penampilan yang sama di semua pembesaran. Terdapat beberapa metode untuk
menentukan nilai Df seperti penghamburan, pengendapan, analisis gambar, dan reologi.
Pembahasan dalam tulisan ini akan berfokus pada metode analisis gambar dan reologi.
Keterbatasan dari metode mikroskopi dalam penentuan dimensi fraktal adalah sebagai berkut :
Nilai Df dari gambar hasil dari berbagai jenis mikroskop sedikit berbeda meskipun
masih dalam rezim agregasi yang sama (RLCA)
Ukuran agregat yang terlalu kecil menyebabkan gambar yang dihasilkan kurang jelas
Muhammad Abdillah Hasan Qonit
240120190005
Nilai Df yang tidak dapat diekstrak dari gambar karena floc yang terlalu kecil sehingga
gambar memiliki kontras yang rendah dan nilai TL tidak dapat ditentukan.
Memakan waktu yang lama serta perbedaan operator dapat menghasilkan nilai yang
berbeda
Reologi
Penentuan nilai Df menggunakan sifat reologi gel membutuhkan model yang mencakup
hubungan antara struktur gel dengan sifat reologisnya. Dalam pengembangan teori penskalaan
untuk menjelaskan elastisitas gel, Buscall et al., mengusulkan bahwa jaringan agregat adalah
fraktal pada skala yang lebih besar dari ukuran partikel utama dan merumuskan hubungan
power-law elastic modulus (E) dengan fraksi volume padat. Nilai E setara dengan konsentrasi
partikel φA dan nilai strain pada batas linearitas (γ0) setara dengan konsentrasi partikel φB yang
selanjutnya dilinearisasikan menjadi log 𝐸 = 𝐴 log 𝜑 dan log 𝛾0 = 𝐵 log 𝜑 dimana A dan B
merupakan slope plot log-log antara parameter reologi dan konsentrasi partikel. Perhitungan
dimensi fraktal menggunakan metode reologi dapat diterapkan pada berbagai parameter reologi
seperti strain pada batas linearitas (γ0), modulus penyimpanan (G’), elastisitas (E), dan shear
stress (ơ). Dari hasil verivitasi Teori the power-law, terdapat tiga model teori skala skala, yaitu
Bremer (straight strands dan curved strands), Shih et al. (strong-link dan weak-link regime),
dan Wu and Morbidelli (transition regime to describe the intermediate situation where both
inter- and intrafoc interactions give similar efect to the gel elasticity) yang dapat digunakan
untuk menemukan hubungan antara sifat reologi gel dan struktur jaringannya. Narine dan
Marangoni mengusulkan model mekanik untuk agregat koloid ayng berhubungan dengan
dimesi fraktal dari agregat koloid dengan sifat mekanik, sebagai berikut :
𝑚𝐴
𝐺′~ 3Φ
1/(𝑑−𝐷)
6𝑐𝜋ơ𝜉𝑑0
teknik reologi adalah mudah diterapkan dan dapat dilakukan pada entang konsentrasi partikel
yang tinggi
Batas linearitas tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai Df karena memproduksi
nilai yang tidak masuk akal (Df antara 0,2 dan 0,7)
Penggunaan model penskalaan yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda
sehingga mempengaruhi interpretasi dari rezim agregasi yang dihasilkan
Keterbatasan dalam hal model penskalaan yang sesuai dan parameter reologi sehingga
mempengaruhi akurasi dan konsistensi nilai yang dihasilkan
Data reologis dari berbagai instrument seperti rheometer atau texture analyzer tidak
dapat secara langsung menghasilkan nilai strain pada batas linearitas
Daftar Pustaka
Andoyo, R., Dianti Lestari, V., Mardawati, E. and Nurhadi, B. (2018), “Fractal Dimension
Analysis of Texture Formation of Whey Protein-Based Foods”, International Journal
of Food Science, Vol. 2018, available at:https://doi.org/10.1155/2018/7673259.