BAB I
PENDAHULUAN
pendek yaitu kurang dari satu tahun, Padi sebagai tanaman pangan
kebutuhan pangan pokok masih cukup tinggi. Menurut Machmur (2010) pada
tahun 1950 sampai tahun 1960 ketergantungan pangan masyarakat Indonesia pada
nasi atau beras masih sebesar 53%, namun kini ketergantungan itu semakin
Produksi padi tahun 2015 sebanyak 75,36 juta ton atau mengalami
kenaikan sebanyak 4,51 juta ton (6,37 %) dibandingkan tahun 2014. Kenaikan
produksi tersebut terjadi di Pulau Jawa sebanyak 2,31 juta ton dan di luar
Pulau Jawa sebanyak 2,21 juta ton menurut BPS (2015). Kenaikan produksi
padi terjadi karena kenaikan luas panen seluas 0,32 juta hektar (2,31%) dan
produktivitas ini cukup membanggakan, namun masih jauh dari potensi hasil
panen yang diharapkan yaitu rata-rata 8,73 ton/ha (Suprihatno dkk., 2009), karena
produksi padi per hektar di Indonbesia adalah rata-rata hanya 4,56 ton. Bila
2
Jepang 5,85 ton/ha, dan Cina sebesar 6,06 ton/ha maka produksi padi nasional
produksi padi sebanyak 181.769 ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami
produksi terjadi karena penurunan luas panen seluas 4.139 hektar (9,10%),
(2,00 %). Lebih lanjut dilaporkan bahwa sekitar 84% penghasil padi di Papua
sebesar 2,5 juta ha yang teridri atas lahan basah 1,937 juta ha dan lahan kering
554,5 ribu ha. Rata –rata produksi padi di Kabupaten Merauke adalah 4,5 ton/ha.
Semangga, Tanah Miring, Kurik, Jagebob, Sota, Muting, Elikobel, Ulilin, Okaba,
dan Kimaam. Dari potensi tersebut, sampai sekarang baru dimanfaatkan 30.000
ha. (Data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Merauke, 2014),
sementara untuk rata-rata hasil produktivitas tanaman padi adalah 4,5 ton/ha.
Pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak rasional secara terus
dipertahankan.
ramah lingkungan. Saat ini banyak peneliti mulai tertuju pada sumberdaya
tanaman (Li dan Kremer 2000). Eliza et al., 2007, melaporkan bahwa bakteri
sekitar 52,09% dari total isolat yang diuji. Kemampuan bakteri melarutkan
4
Bacillus sp. dan P seudomonas sp. mampu melarutkan fosfat (Sutariati, 2006),
juga dapat memfiksasi nitrogen (Gholami et al., 2008). Isolat Bacillus sp. juga
giberelin (Joo et al., 2005), dan sitokinin (Timmusk et al., 2005). Isolat P.
(Ahmad et al., 2005), demikian pula isolat Serratia sp. dilaporkan mampu
mensintesis IAA (El Azeem et al., 2007). Rizobakteri dapat diisolasi dari
rizosfer berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman kubis, apel dan kedelai
(Ikhwan, 2010). Rizobakteri juga dapat diisolasi dari tanaman Graminae, padi
gogo, rumput gajah, dan sereh, mampu memacu pertumbuhan tanaman pisang
dan enzim urease. Acetoin merupakan senyawa volatile yang dihasilkan oleh
asam asetat atau IAA, Giberellin, etilen (Calvo et al .,2014). Paten dan Glick
berfungsi sebagai hormon bagi sel bakteri itu sendiri, namun terjadi hubungan
yang saling menguntungkan antara bakteri dengan tanaman itu sendiri. Tanaman
seperti eksudat akar, karena eksudat akar mengandung asam amino tryptopan
yang dapat diubah menjadi IAA oleh rizobakteri (Karnval, 2009;Narula et al.,
2006; Narula et al., 2009; Moghaddam et al., 2012). Mekanisme kerja dalam
pemanjangan dan pembesaran sel (Tepfer dan Cleland, 1979; Rayle dan Cleland,
1992; Didonet dan Magalhaes, 1993; Abel et al., 1994; Kotake et al., 2000;
Leveau dan Lindow, 2005; Abel dan Theologis, 2010; Rechenmann, 2010).
Pemanjangan sel terutama terjadi di daerah ujung batang dan ujung akar.
6
Pemanjangan sel di ujung batang menyebabkan tinggi tanaman dan jumlah daun
Ada beberapa masalah yang akan dijawab dalam identifikasi acetoin ini
yaitu:
Provinsi Papua.