Kata kunci : Buncis, Pewarisan sifat warna polong, -karoten, Anthosianin, Persilangan
1
Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Jember, tanggal 22 Oktober 2014
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Data statistik produksi tanaman sayuran buncis di
Indonesia periode 2009 sampai 2013 adalah 290,99; 336,49; 334,66; 322,15; dan 327,38
ton berturut-turut (BPS, 2014). Namun demikian, Indonesia masih harus mengimpor 30,91
ton buncis pada tahun 2012 guna mencukupi kebutuhan dalam negeri (Deptan, 2012).
Rata-rata hasil sayuran buncis pada tahun 2009 adalah 8,52 t.ha-1, dan rata-rata hasil
beberapa varietas sayuran buncis yang ditanam di Indonesia saat ini berkisar dari 16,3
sampai 27,5 t.ha-1. (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Data konsumsi buncis dari
tahun 2008 sampai dengan 2011 relatif stabil yaitu 0,87; 0,75 ; 0,77; dan 0,71
kg/kapita/tahun (Badan Pusat Statistik, 2012).
Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha untuk memperbaiki bentuk dan sifat
tanaman sehingga diperoleh varietas baru yang mempunyai sifat lebih baik dari tetuanya
dalam segi kuantitas seperti daya hasil maupun kualitas seperti kandungan gizi pada
polong, ketahanan terhadap hama penyakit, dan sebagainya. Brom (2000) menyatakan
bahwa tingkat konsumsi sayuran dimasa depan sangat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan
(availability), keterjangkauan harga (affordability), kenyamanan atau kepraktisan
(convenience) dan keamanan produk (health). Penelitian Roininen et al. (2006),
membuktikan bahwa kesegaran, rasa, kebersihan, nilai kesehatan dan absennya
penggunaan pestisida juga merupakan faktor penting lainnya. Perbaikan varietas dapat
dilakukan melalui penggabungan sifat-sifat genetik yang diinginkan yaitu melalui
persilangan, sekaligus untuk meningkatkan dan memanfaatkan keragaman genetik, yang
dilanjutkan dengan seleksi dan evaluasi terhadap daya hasil dan kualitas. Adanya
keragaman (variabilitas) genetik dari karakter yang dapat diwariskan dan kemampuan
memilah genotipe-genotipe unggul dalam proses seleksi sangat menentukan keberhasilan
program pemuliaan tanaman. Dengan demikian, tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk
mendapatkan varietas baru dengan sifat-sifat kuantitatif maupun kualitatif keturunan yang
lebih baik dari tetuanya, akan dapat tercapai apabila cukup tersedia keragaman genetik.
Pewarisan sifat adalah suatu proses pemindahan sifat atau gen dari tetua kepada
keturunannya. Sering dijumpai bahwa suatu individu berpenampilan relatif sama dengan
tetuanya, walau tidak semua sifat diwariskan dari tetuanya tersebut. Dengan demikian,
pewarisan warna polong pada buncis untuk mewariskan kandungan anthosianin tinggi dari
buncis varietas introduksi asal Selandia Baru yaitu varietas Purple Queen, serta kandungan
β-karoten tinggi dari varietas Cherokee Sun kepada beberapa buncis varietas lokal asal
Surakarta (Mantili, Gilik Ijo, dan Gogo Kuning) yang mempunyai karakter daya hasil
tinggi dan adaptif, diamati pada keturunan F1 dan F2 nya. Dalam setiap program pemuliaan
tanaman, evaluasi dan seleksi merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan setelah
diperoleh keragaman genetik tinggi. Keragaman genetik yang tinggi adalah dijumpai pada
populasi bersegregasi, yaitu pada populasi F2 ketika tetua persilangannya adalah galur
homosigot.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Buncis (P. vulgaris L.) sebagai tanaman yang sifat reproduksinya adalah
menyerbuk sendiri, mempunyai ciri populasi yang homosigot-homogen. Tanaman ini
bersifat diploid 2n = 2x = 22 (Cheng dan Basset, 1981). Penyebaran tanaman buncis
diduga berasal dari benua Amerika dengan dua pusat asal-usul yaitu Andean dan
Mesoamerika (Hornakova et al., 2003). Buncis yang ditanam di Indonesia merupakan
hasil introduksi dari kurang lebih 100 kultivar yang berasal dari Hawai, Belanda dan
2
Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Jember, tanggal 22 Oktober 2014
3
Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Jember, tanggal 22 Oktober 2014
Pengamatan dilakukan pada populasi F1 dan F2 untuk warna polong dan daya hasil.
Uji kesesuaian warna polong untuk analisis pewarisan sifat warna polong pada populasi F2
menggunakan metode Chi-Square (χ2) dengan rumus (Stansfield, 1983) :
Dimana : χ2 = nilai Chi-Square
O = Frekuensi hasil pengamatan
E = Frekuensi harapan
Adapun pendugaan efek heterosis dianalisis menggunakan metode high-parent dan mid-
parents heterosis atau heterobeltiosis dan heterosis standar untuk sifat berat polong dengan
rumus (Chaudary, 1984) :
x 100%
x 100%
4
Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Jember, tanggal 22 Oktober 2014
V. KESIMPULAN
Pewarisan warna polong kuning dan ungu berasal dari varietas introduksi adalah
bersifat dominan terhadap warna polong hijau varietas lokal dengan pola pewarisan 3
kuning atau ungu : 1 hijau, dengan gen pengendali bersifat intra nuclear chromosomal.
Seleksi pedigree untuk memperoleh galur berdaya hasil tinggi dengan polong
berwarna kuning atau ungu akan efektif dilakukan pada populasi F2 karena ragam genetik
dan heritbilitas untuk kedua sifat tersebut tinggi.
Peluang untuk mengembangkan secara langsung keunggulan umur genjah selain
daya hasil dan warna polong adalah cukup besar terutama dari persilangan antara Purple
Queen dan Gogo Kuning berdasarkan nilai duga heterosisnya.
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
Brom, F.W.A. 2000. Food, Consumer Concerns, and Trust : Food Ethnics for A
Globalizing Market. J. Agric. And Environ. Ethnics 12(2): 127-139
Chaudary, R.C. 1984. Introduction to Plant Breeding. Oxford and IBH Publishing Co.,
New Delhi. 267p.
Cheng, S.S. and M.J. Bassett, 1981. Chromosome Morphology in Common Bean
(Phaseolus vulgaris) at the Diplotene Stage of Meiosis. Cytologia 46 : 675-684.
Crowder, L.V. 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
449p.
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Hornakova, O., M. Zavodna, J. Kraic, and F. Debre, 2003. Diversity of Common Bean
Landraces Collected in the Western and Eastern Carpatien. Czech J. genet. Plant
Breed.,39(3): 73-83.
Roininen K., A. Arvola, and L. Lahteenmaki. 2006. Exploring Consumer’s Perceptions of
Local Food with Two Different Qualitative Techniques: Laddering and Word
Association. Food Quality and Preference (17): 1-2:20-30.
Stansfield, W.D. 1983. Theory and Problem of Genetics. Ed ke-2. New York: McGraw
Hill.
5
Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Jember, tanggal 22 Oktober 2014
Gambar 1.
6
Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Jember, tanggal 22 Oktober 2014
7
Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Jember, tanggal 22 Oktober 2014
Tabel 2. Perhitungan Chi-Square pada populasi F2 untuk pewarisan sifat warna polong
kuning dan ungu