POTENSI BIJI BOTANI BAWANG MERAH (TRUE SHALLOT SEED) SEBAGAI BAHAN
TANAM BUDIDAYA BAWANG MERAH DI INDONESIA
ABSTRAK - Tujuan penelitian ini adalah mencari metode meningkatkan daya tumbuh
biji (daya dan kecepatan berkecambah) dan struktur biji. Hal ini berhubungan dengan
beberapa kendala perkecambahan akibat dari struktur biji seperti kulit, endosperm, dan
embrio biji. Penelitian dilaksanakan bulan April tahun 2013 sampai dengan November
2013, tempat penelitian dilakukan pada dataran rendah di kecamatan Selogiri
Kabupaten Wonogiri. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari tiga faktor :
varietas biji bawang merah (Tuk tuk, Bima dan Super Filipin), Perendaman Gibereline
dan Umur Semai (0, 1, 2, 3 , 4 minggu). Setiap kombinasi diulang 3 kali dan Analis
Deskriptif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Daya tumbuh biji Varietas Tuk-tuk, Bima,
Super Filipin berbeda, berdasarkan daya, laju dan nilai perkecambahan di setiap
minggunya, akan tetapi hasil perhitungan tertinggi daya tumbuh dari ketiga verietas
tersebut sama–sama terdapat pada minggu kedua. Daya tumbuh biji dapat ditingkatkan
dengan cara perendaman giberelin sebelum persemaian. Perbedaan struktur biji
menyebabkan daya tumbuh biji varietas Tuk-tuk, Bima, Super Filipin berbeda. Struktur
biji varietas tuk–tuk sudah memliki embrio yang sempurna berbeda dengan varietas
Super Filipin embrio gagal terbentuk. Varietas Bima daya tumbuhnya sedikit terhambat
disebabkan karena kulit biji (testa) yang tebal.
Kata Kunci: Biji Botani (True Shallot seed) Bawang Merah, Umur Semai, Perkecambahan
Biji Botani Bawang Merah (Allium AscalonicumL).
ini semula diduga akibat dari benih yang lebih baik (besar dan bulat) (Permadi,
bermutu rendah (Santoso, 2008). Namun 1993; Putrasamedja, 1995).
kemudian diketahui bahwa penggunaan Namun demikian penggunaan biji
umbi sebagai bahan tanam yang masih mengalami kendala berupa daya
berulang-ulang dalam periode waktu tumbuh yang rendah. Dalam rangka
lama terjadi penularan virus dari generasi peningkatan kualitas dan kuantitas TSS
ke generasi. Kondisi ini berdampak pada sebagai bahan tanam perlu dilakukan
penurunan produksi bawang merah penelitian. Penelitian bertujuan mencari
antara 25-50% jumlah siung (clove) yang metode meningkatkan daya tumbuh biji
berakibat pada reduksi bobot umbi (daya dan kecepatan berkecambah) dan
hingga sampai 45% (Walkey,1987). mengidentifikasi struktur biji. Hal ini
Masalah tersebut dapat diatasi berhubungan dengan beberapa kendala
dengan cara penggunaan bahan tanam perkecambahan akibat dari struktur biji
dari biji (perbanyakan generatif). seperti kulit, endosperm, dan embrio biji.
Indonesia semula bawang merah tidak Perendaman biji dengan Gibereline dapat
mampu membentuk biji karena tanaman meningkatkan daya tumbuh 3 varietas
ini berasal dari daerah empat musim. bawang merah (varietas Tuk –tuk, Bima
Secara botani tanaman yang dan Super Filipin), daya tumbuh dari 3
menghasilkan biji harus melewati dua varietas tersebut berbeda karena
musim (semi dan panas) dikategorikan memiliki struktur biji yang berbeda.
sebagai tanaman dua musim (bianual).
Namun setelah sekian lama sebagian METODE PENELITIAN
bawang merah mengalami adaptasi Penelitian viabilitas benih dan struktur
sehingga mampu membentuk biji. Biji biji (secara laboratoris) dilaksanakan
bawang merah kemudian disebut True bulan April–November 2013. Pengujian
shallot seed (TSS) merupakan salah satu viabilitas benih di Balai Benih Pembibitan
alternatif untuk memperbaiki Dewi Sri Kecamatan Selogiri, Kabupaten
produktivitas tanaman bawang merah. Wonogiri dalam ruang perkecambahan
Menurut Basuki (2009) penggunaan TSS (suhu kamar 30-31°C dan kelembaban
sebagai bahan tanam mampu nisbi 60–70%) pada ketinggian 106 m
meningkatkan hasil sampai dua kali lipat diatas permukaan laut.
dibandingkan penggunaan umbi Pengujian Viabilitas benih
konsumsi. Selain itu penggunaan biji menggunakan Rancangan Acak Lengkap
menghasilkan tanaman yang sehat (bebas (RAL) dengan 3 (tiga) faktor yaitu varietas
virus) (Dirjen Hortikultura, 2005) serta biji bawang merah (Tuk tuk, Bima dan
menghasilkan umbi dengan kualitas yang Super Filipin), perendaman dengan
gibereline (0 dan 4 jam) dan umur semai
29
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
(0,1,2,3, dan 4 minggu) setiap kombinasi dari jaringan sehingga jaringan menjadi
diulang 3 kali sehingga terdapat 90 bebas air dan lebih terawetkan.
satuan percobaan. Pengolahan data Selanjutnya dilakukan dealkoholisasi
dengan menggunakan Anova (Uji F 5%) dengan xilol 3:1, 1:1 dan 1:3 agar alkohol
dan jika perlakuan beda nyata terhadap yang diberikan ketika proses dehidrasi
satu variebel, dilanjutkan uji DMRT taraf hilang sehingga xilol terikat langsung
5% dan Analisis Deskriptif dengan parafin dan jaringan dapat
Biji ketiga varietas bawang merah beradaptasi. Selain itu memudahkan
yang diuji berasal dari bunga yang penyerapan parafin saat sudah berada
tangkainya telah mengering. Media dalam block parafin (terbentuk potongan
Perkecambahan berupa kapas yang sempurna). Pada hari keempat dilakukan
diletakkan di cawan petri. Sebelum Infiltrasi yaitu suatu usaha menyusupkan
dikecambahkan biji direndam gibereline media penanaman (embedding media)
selama 4 jam dan tidak (kontrol). Setelah kedalam jaringan dengan jalan
itu biji dikecambahkan sebanyak 100 biji menggantikan kedudukan dehidran dan
pada minggu ke- 0, 1, 2, 3, 4 setelah bahan penjernih (clearing agen), yang
panen. Pengamatan Viabilitas biji (daya, digunakan dalam infiltrasi ini adalah
laju dan nilai perkecambahan) setiap hari parafin. Proses infiltrasi ini umumnya
selama 7 (Tujuh) hari. dilakukan dalam oven. Selanjutnya hari
Struktur biji diamati secara kelima dilakukan penyelubungan yaitu
laboratoris menggunakan mikroskop parafin dibuang diganti dengan parafin
brighfield di laboratorium Anatomi murni yang baru. Akhirnya pada hari
Tumbuhan Universitas Gajah Mada. keenam adalah pengirisan menggunakan
Identifikasi struktur biji dilaksanakan Sliding microtome.
dengan beberapa tahap. Hari kesatu
dilakukan Fiksasi dengan larutan FAA HASIL DAN PEMBAHASAN
(Formalin, asam asetat glasial dan alkohol a. Daya Berkecambah
70%) untuk menjaga agar struktur sel Biji tanaman bawang merah varietas Tuk-
berada dalam keadaan sama atau hampir tuk, Super Filipin, dan Bima memiliki
sama dengan keadaan pada waktu masih tanggapan berbeda terhadap penyemaian
hidup. Pada hari kedua dilakukan setelah panen. Daya berkecambah
pewarnaan safranin berfungsi memberi varietas Tuk-tuk sangat tinggi (antara
warna preparat sehingga bagian–bagian 77,66 hingga 84%), jauh lebih tinggi
yang ada pada preparat dapat terbedakan dibanding varietas Bima (41,67% - 51,33%)
dan terlihat lebih jelas. Pada hari ketiga dan Super Filipin (0% - 46,67%) (Gambar
dilakukan pencucian dan dehidrasi yang 1). Dengan demikian berdasar kriteria
bertujuan menarik molekul–molekul air benih bermutu tinggi (AOSA 1983),
30
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
50%) setelah 2 hingga 4 mst. Biji varietas Upaya meningkatkan daya ber-
Bima seperti varietas Tuk-tuk (mulai kecambah biji menggunakan giberellin
berkecambah sejak habis panen), namun berpengaruh nyata terhadap daya
lebih rendah, hanya berkisar 41,67 berkecambah. Peningkatan daya ber-
hingga 51,33%. Perbedaan kemampuan kecambah berkisar 79,00 hingga 85,33%
biji berkecambah dapat disebabkan oleh (varietas tuk tuk) sedangkan untuk Super
beberapa hal, antara lain: hambatan Filipin hari pertama sudah mulai
absorpsi air oleh biji dan dormasi berkecambah sekitar 25,67%, kemudian
(Purnomo dkk., 2010) serta kondisi di minggu pertama meningkat menjadi
embrio biji (mati) (Triharyanto dkk., 40,67% dan daya berkecambah tertinggi
2012) dan dipertegas oleh Baskin (2004) di minggu kedua (47,67%). Pada biji
bahwa beberapa varietas biji Bawang varietas bima, pemberian giberelin dapat
merah memiliki dormansi meningkatkan daya berkecambah
morphophysiological (MPD). Oleh karena berkisar 44,33% (hari pertama) kemudian
itu ketika biji baru di panen tidak bisa trus meningkat tetapi tidak mencapai
langsung disemai, akan tetapi disimpan lebih dari 60% (Gambar 2). Hal ini sesuai
selama beberapa waktu agar embrio dengan pendapat Kucera et al. (2005)
dapat tumbuh. bahwa ada dua fungsi giberelin selama
perkecambahan benih, pertama giberelin
diperlukan untuk meningkatkan potensi
tumbuh dari embrio dan sebagai
promotor perkecambahan, dan kedua
diperlukan untuk mengatasi hambatan
mekanik oleh lapisan penutup benih
karena terdapatnya jaringan disekeliling
31
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
radikula, disamping itu Khan (1977) Bima dan Super Filipin) yaitu 4,70 hingga
menyatakan bahwa giberelin dapat 4,83 hari pada semua umur semai
menstimulir perkecambahan dari benih- (gambar 3).
benih yang mengalami dormansi yang
disebabkan oleh perkembangan embrio
yang tidak sempurna, hambatan mekanik
dari kulit benih, adanya inhibitor atau zat
penghambat perkecambahan dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan
kemampuan dari embrio (embryo axis).
32
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
c. Nilai Perkecambahan
Hasil perhitungan nilai perkecambahan
dalam penelitian ini menunjukan bahwa
benih yang direndam Gibereline
memliliki nilai rerata yang berbeda
disetiap umur semai dan varietasnya.
Ketika biji varietas Tuk tuk direndam
dengan gibereline menampakan
peningkatan nilai perkecambahan dari
96,92 menjadi 120,96 %/hari (hari
Gambar.5 Rerata Nilai perkecambahan respon
pertama) dan tidak berbeda nyata di interaksi antara varietas, perendaman Gibereline
minggu kesatu, meningkat terus di dan umur semai. Keterangan: huruf tidak sama
di belakang angka menunjukkan berbeda nyata
minggu kedua dan ketiga (127,73 dengan uji Duncan 0,05
33
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
34
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
35
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Basuki, RS. 2009. Analisis Kelayakan Sjamsoe’oed Sadjad. 1977. Dasar – dasar
Teknis dan Ekonomis Teknologi pemikiran dalam teknologi benih. Vol
Budidaya Bawang Merah dengan Biji 1. Penataran pelatihan pola
Botani dan Benih Umbi Tradisional. J bertanam. lp3-IRRI. Bogor. hlm 1 -4.
Horti Vol 19. No.2. Hlm 24 – 27 Sudarmanto. 2009. Bawang Merah.
D.P Warsito. 1972. Seed storage and Penerbit Delta Media. Surakarta
longevity. In:seed biol. Vol.III.T.T Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Rajawali
Kozlowki ed. Academic Press. New Perss. Jakarta.
York. London. hlm 148 – 149. Taiz L and E Ziger. 1991. Plant Phisiologi.
Khan, A.A. 1977. The Physiology and Univ of California. anta Cruz.Los
Biochemistry of seed Development, Angeles
Dormancy, and Germination. Elsevier Wibowo, S. 2007.Budidaya Bawang:
Biomedical Press. Amsterdam. 447p. Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang
Kucera, B., M.A. COHN, and G.H. Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta
METZGER. 2005. Plant hormone
interactions during seed dormancy
release and germination. Seed
Science Research. 15:281-307.
Leubner, M.G. 2005. Seed structure and
anatomy. The Seed Biology Place.
Website Gerhard Leubner
Lab.,University Freigburg, Germany.
Mohammadi J, J.A Olfati-Chairani. 2010.
Effect of Incubation Temperature,
Seed Age and Scarification on
Germinator and Emergence of Persia
Shallot. Pak.J.Agri. V0l 47(4), 317 –
319.
Pemadi,A.H. 1993. Growing Shaloot from
True Seed. research result and
probelm onion newslatter from the
tropics. NRI. Kingdom. July (5):35-38
Purnomo D, Syakia TA, Rahayu M. 2010.
Fisiologi Tumbuhan. Penerbit UNS
Perss. Surakarta
Pitojo, S. 2007. Benih Bawang Merah.
Kanisius, Yogyakarta.
Putrasamedja.S. 2000. Tanggapan
Beberapa Kultivar Bawang Merah
terhadap Vernalisasi Untuk Dataran
Medium. J Hort. 1013J : 177 – 182.
Salisbury.F.B dan CW Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 3. Penerjemah
Lukman dan Sumaryono. Penerbit
IPB. Bandung.
Samadi, B. dan Bambang C. 2003.
Intensifikasi Budidaya Bawang
Merah. Kanisius, Yogyakarta.
Schmidt, L.2002. Pedoman Penanganan
Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Sub Tropis. Dania Forest seed Center.
Krogerupvej 21. DK-3050 Humlebaek.
Denmark.
36