Anda di halaman 1dari 9

EL-VIVO ISSN: 2339-1901

Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

POTENSI BIJI BOTANI BAWANG MERAH (TRUE SHALLOT SEED) SEBAGAI BAHAN
TANAM BUDIDAYA BAWANG MERAH DI INDONESIA

Arief Wulandari1, Djoko Purnomo2, Supriyono3


1
Mahasiswa Prodi Agronomi Pascasarjana UNS
2
Dosen Pembimbing I Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS
3
Dosen Pembimbing II Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS
( e-mail: aweanto@gmail.com )

ABSTRAK - Tujuan penelitian ini adalah mencari metode meningkatkan daya tumbuh
biji (daya dan kecepatan berkecambah) dan struktur biji. Hal ini berhubungan dengan
beberapa kendala perkecambahan akibat dari struktur biji seperti kulit, endosperm, dan
embrio biji. Penelitian dilaksanakan bulan April tahun 2013 sampai dengan November
2013, tempat penelitian dilakukan pada dataran rendah di kecamatan Selogiri
Kabupaten Wonogiri. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari tiga faktor :
varietas biji bawang merah (Tuk tuk, Bima dan Super Filipin), Perendaman Gibereline
dan Umur Semai (0, 1, 2, 3 , 4 minggu). Setiap kombinasi diulang 3 kali dan Analis
Deskriptif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Daya tumbuh biji Varietas Tuk-tuk, Bima,
Super Filipin berbeda, berdasarkan daya, laju dan nilai perkecambahan di setiap
minggunya, akan tetapi hasil perhitungan tertinggi daya tumbuh dari ketiga verietas
tersebut sama–sama terdapat pada minggu kedua. Daya tumbuh biji dapat ditingkatkan
dengan cara perendaman giberelin sebelum persemaian. Perbedaan struktur biji
menyebabkan daya tumbuh biji varietas Tuk-tuk, Bima, Super Filipin berbeda. Struktur
biji varietas tuk–tuk sudah memliki embrio yang sempurna berbeda dengan varietas
Super Filipin embrio gagal terbentuk. Varietas Bima daya tumbuhnya sedikit terhambat
disebabkan karena kulit biji (testa) yang tebal.

Kata Kunci: Biji Botani (True Shallot seed) Bawang Merah, Umur Semai, Perkecambahan
Biji Botani Bawang Merah (Allium AscalonicumL).

PENDAHULUAN beli masyarakat maka perlu


Budidaya Bawang Merah (Allium meningkatkan jumlah produksi agar
ascalonicum l) di Indonesia telah lama kebutuhan pasar baik dalam negeri
diusahakan oleh petani sebagai usaha maupun ekspor dapat terpenuhi.
tani komersial, karena merupakan salah Budidaya bawang merah telah
satu tanaman sayuran yang memiliki nilai berlangsung lama menggunakan umbi
ekonomi tinggi. Komoditas ini dikatakan yang berasal dari hasil panen (umbi
multifungsi antara lain sebagai penyedap konsumsi) tanaman yang lalu sebagai
rasa dan penambah selera makan serta bahan tanam (perbanyakan vegetatif).
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan Namun setelah berlangsung sekian lama
tradisional, sehingga permintaan terus dan terus menerus, terjadi penurunan
meningkat. Seiring dengan peningkatan hasil bawang merah baik secara
jumlah konsumen dan peningkatan daya kuantitatif maupun kualitatif. Keadaan
28
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

ini semula diduga akibat dari benih yang lebih baik (besar dan bulat) (Permadi,
bermutu rendah (Santoso, 2008). Namun 1993; Putrasamedja, 1995).
kemudian diketahui bahwa penggunaan Namun demikian penggunaan biji
umbi sebagai bahan tanam yang masih mengalami kendala berupa daya
berulang-ulang dalam periode waktu tumbuh yang rendah. Dalam rangka
lama terjadi penularan virus dari generasi peningkatan kualitas dan kuantitas TSS
ke generasi. Kondisi ini berdampak pada sebagai bahan tanam perlu dilakukan
penurunan produksi bawang merah penelitian. Penelitian bertujuan mencari
antara 25-50% jumlah siung (clove) yang metode meningkatkan daya tumbuh biji
berakibat pada reduksi bobot umbi (daya dan kecepatan berkecambah) dan
hingga sampai 45% (Walkey,1987). mengidentifikasi struktur biji. Hal ini
Masalah tersebut dapat diatasi berhubungan dengan beberapa kendala
dengan cara penggunaan bahan tanam perkecambahan akibat dari struktur biji
dari biji (perbanyakan generatif). seperti kulit, endosperm, dan embrio biji.
Indonesia semula bawang merah tidak Perendaman biji dengan Gibereline dapat
mampu membentuk biji karena tanaman meningkatkan daya tumbuh 3 varietas
ini berasal dari daerah empat musim. bawang merah (varietas Tuk –tuk, Bima
Secara botani tanaman yang dan Super Filipin), daya tumbuh dari 3
menghasilkan biji harus melewati dua varietas tersebut berbeda karena
musim (semi dan panas) dikategorikan memiliki struktur biji yang berbeda.
sebagai tanaman dua musim (bianual).
Namun setelah sekian lama sebagian METODE PENELITIAN
bawang merah mengalami adaptasi Penelitian viabilitas benih dan struktur
sehingga mampu membentuk biji. Biji biji (secara laboratoris) dilaksanakan
bawang merah kemudian disebut True bulan April–November 2013. Pengujian
shallot seed (TSS) merupakan salah satu viabilitas benih di Balai Benih Pembibitan
alternatif untuk memperbaiki Dewi Sri Kecamatan Selogiri, Kabupaten
produktivitas tanaman bawang merah. Wonogiri dalam ruang perkecambahan
Menurut Basuki (2009) penggunaan TSS (suhu kamar 30-31°C dan kelembaban
sebagai bahan tanam mampu nisbi 60–70%) pada ketinggian 106 m
meningkatkan hasil sampai dua kali lipat diatas permukaan laut.
dibandingkan penggunaan umbi Pengujian Viabilitas benih
konsumsi. Selain itu penggunaan biji menggunakan Rancangan Acak Lengkap
menghasilkan tanaman yang sehat (bebas (RAL) dengan 3 (tiga) faktor yaitu varietas
virus) (Dirjen Hortikultura, 2005) serta biji bawang merah (Tuk tuk, Bima dan
menghasilkan umbi dengan kualitas yang Super Filipin), perendaman dengan
gibereline (0 dan 4 jam) dan umur semai

29
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

(0,1,2,3, dan 4 minggu) setiap kombinasi dari jaringan sehingga jaringan menjadi
diulang 3 kali sehingga terdapat 90 bebas air dan lebih terawetkan.
satuan percobaan. Pengolahan data Selanjutnya dilakukan dealkoholisasi
dengan menggunakan Anova (Uji F 5%) dengan xilol 3:1, 1:1 dan 1:3 agar alkohol
dan jika perlakuan beda nyata terhadap yang diberikan ketika proses dehidrasi
satu variebel, dilanjutkan uji DMRT taraf hilang sehingga xilol terikat langsung
5% dan Analisis Deskriptif dengan parafin dan jaringan dapat
Biji ketiga varietas bawang merah beradaptasi. Selain itu memudahkan
yang diuji berasal dari bunga yang penyerapan parafin saat sudah berada
tangkainya telah mengering. Media dalam block parafin (terbentuk potongan
Perkecambahan berupa kapas yang sempurna). Pada hari keempat dilakukan
diletakkan di cawan petri. Sebelum Infiltrasi yaitu suatu usaha menyusupkan
dikecambahkan biji direndam gibereline media penanaman (embedding media)
selama 4 jam dan tidak (kontrol). Setelah kedalam jaringan dengan jalan
itu biji dikecambahkan sebanyak 100 biji menggantikan kedudukan dehidran dan
pada minggu ke- 0, 1, 2, 3, 4 setelah bahan penjernih (clearing agen), yang
panen. Pengamatan Viabilitas biji (daya, digunakan dalam infiltrasi ini adalah
laju dan nilai perkecambahan) setiap hari parafin. Proses infiltrasi ini umumnya
selama 7 (Tujuh) hari. dilakukan dalam oven. Selanjutnya hari
Struktur biji diamati secara kelima dilakukan penyelubungan yaitu
laboratoris menggunakan mikroskop parafin dibuang diganti dengan parafin
brighfield di laboratorium Anatomi murni yang baru. Akhirnya pada hari
Tumbuhan Universitas Gajah Mada. keenam adalah pengirisan menggunakan
Identifikasi struktur biji dilaksanakan Sliding microtome.
dengan beberapa tahap. Hari kesatu
dilakukan Fiksasi dengan larutan FAA HASIL DAN PEMBAHASAN
(Formalin, asam asetat glasial dan alkohol a. Daya Berkecambah
70%) untuk menjaga agar struktur sel Biji tanaman bawang merah varietas Tuk-
berada dalam keadaan sama atau hampir tuk, Super Filipin, dan Bima memiliki
sama dengan keadaan pada waktu masih tanggapan berbeda terhadap penyemaian
hidup. Pada hari kedua dilakukan setelah panen. Daya berkecambah
pewarnaan safranin berfungsi memberi varietas Tuk-tuk sangat tinggi (antara
warna preparat sehingga bagian–bagian 77,66 hingga 84%), jauh lebih tinggi
yang ada pada preparat dapat terbedakan dibanding varietas Bima (41,67% - 51,33%)
dan terlihat lebih jelas. Pada hari ketiga dan Super Filipin (0% - 46,67%) (Gambar
dilakukan pencucian dan dehidrasi yang 1). Dengan demikian berdasar kriteria
bertujuan menarik molekul–molekul air benih bermutu tinggi (AOSA 1983),

30
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

adalah benih yang memiliki daya


kecambah paling tidak 86%, dari ketiga
varietas tersebut hanya biji Tuk-tuk yang
mendekati. Biji Tuk-tuk mampu
berkecambah (daya kecambah tinggi,
>70%) sejak panen hingga 4 minggu
setelah panen (mst). Untuk varietas Super
Filipin saat selesai panen tidak dapat
langsung berkecambah baru setelah satu
Gbr.1 Rerata daya berkecambah respon dari
minggu baru dapat berkecambah (27%), interaksi antara varietas, perendaman gibereline
dan umur semai. Keterangan: huruf tidak sama
kemudian meningkat hingga mencapai
di belakang angka menunjukkan berbeda nyata
lebih dari 40% (namun tidak mencapai dengan uji Duncan 0,05

50%) setelah 2 hingga 4 mst. Biji varietas Upaya meningkatkan daya ber-
Bima seperti varietas Tuk-tuk (mulai kecambah biji menggunakan giberellin
berkecambah sejak habis panen), namun berpengaruh nyata terhadap daya
lebih rendah, hanya berkisar 41,67 berkecambah. Peningkatan daya ber-
hingga 51,33%. Perbedaan kemampuan kecambah berkisar 79,00 hingga 85,33%
biji berkecambah dapat disebabkan oleh (varietas tuk tuk) sedangkan untuk Super
beberapa hal, antara lain: hambatan Filipin hari pertama sudah mulai
absorpsi air oleh biji dan dormasi berkecambah sekitar 25,67%, kemudian
(Purnomo dkk., 2010) serta kondisi di minggu pertama meningkat menjadi
embrio biji (mati) (Triharyanto dkk., 40,67% dan daya berkecambah tertinggi
2012) dan dipertegas oleh Baskin (2004) di minggu kedua (47,67%). Pada biji
bahwa beberapa varietas biji Bawang varietas bima, pemberian giberelin dapat
merah memiliki dormansi meningkatkan daya berkecambah
morphophysiological (MPD). Oleh karena berkisar 44,33% (hari pertama) kemudian
itu ketika biji baru di panen tidak bisa trus meningkat tetapi tidak mencapai
langsung disemai, akan tetapi disimpan lebih dari 60% (Gambar 2). Hal ini sesuai
selama beberapa waktu agar embrio dengan pendapat Kucera et al. (2005)
dapat tumbuh. bahwa ada dua fungsi giberelin selama
perkecambahan benih, pertama giberelin
diperlukan untuk meningkatkan potensi
tumbuh dari embrio dan sebagai
promotor perkecambahan, dan kedua
diperlukan untuk mengatasi hambatan
mekanik oleh lapisan penutup benih
karena terdapatnya jaringan disekeliling

31
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

radikula, disamping itu Khan (1977) Bima dan Super Filipin) yaitu 4,70 hingga
menyatakan bahwa giberelin dapat 4,83 hari pada semua umur semai
menstimulir perkecambahan dari benih- (gambar 3).
benih yang mengalami dormansi yang
disebabkan oleh perkembangan embrio
yang tidak sempurna, hambatan mekanik
dari kulit benih, adanya inhibitor atau zat
penghambat perkecambahan dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan
kemampuan dari embrio (embryo axis).

Gbr.3 Rerata laju perkecambahan respon dari


interaksi antara varietas dan umur semai.
Keterangan: huruf tidak sama di belakang angka
menunjukkan berbeda nyata dengan uji Duncan
0,05

Perendaman biji botani dengan


Gibereline sebelum semai sangat
berpengaruh nyata terhadap laju
perkecambahan. Hal ini sesuai dengan
Gbr.2 Rerata daya berkecambah respon interaksi
antara varietas, perendaman gibereline dan
pendapat Schmidt (2000) bahwa
umur semai. Keterangan: huruf tidak sama di perlakuan pendahuluan dilakukan
belakang angka menunjukkan berbeda nyata
dengan uji Duncan 0,05 dengan tujuan untuk menambah
kecepatan dan keseragaman ber-
b. Laju Berkecambah
kecambah benih (Gambar.4), rerata laju
Respon ketiga varietas terhadap umur
perkecambahan ketiga varietas pada
semai pada laju perkecambahan biji
perendaman gibereline berbeda nyata.
terjadi perbedaan. Biji varietas Bima
Laju perkecambahan Biji Varietas tuk tuk
sekitar 5,40-5,80 hari pada semua umur
5,09 hari menurun sekitar 4,14 hari
semai. Biji varietas Super Filipin apabila
ketika direndam gibereline, hasilnya
langsung disemaikan laju perkecambahan
berbeda dengan Super Filipin yang
sekitar 2,05 hari namun setelah 1 hingga
mengalami peningkatan laju per-
4 minggu laju perkecambahan melambat
kecambahan, menurut Sutopo (2002) Laju
sekitar 5,5 hingga 5,68 hari, tidak
perkecambahan mengalami kenaikan
berbeda nyata dengan biji varietas bima.
disebabkan jumlah biji yang
Laju perkecambahan varietas Tuk tuk
berkecambah atau sudah muncul radikel
berbeda, laju perkecambahan lebih cepat
atau plumula menjelang akhir
dibandingkan 2 varietas lainnya (Varietas

32
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

perhitungan hari dari daya per- menurun di minggu keempat sekitar


kecambahan. Sedangkan biji varietas 97,89 %/hari (tanpa direndam) menjadi
bima bila direndam atau tidak oleh 102,19 %/hari (direndam).
gibereline Laju perkecambahannya tidak Hasil ini berbeda jauh dengan biji
berbeda nyata (5,44 dan 5,54 hari), varietas bima yang hanya memiliki nilai
padahal menurut Sutopo (2002) laju perkecambahan 30,09 %/hari di hari
perkecambahan distimulir kegiatan pertama kemudian rendam giberelin
enzim–enzim didalam biji karena dipicu selama 4 jam meningkat menjadi 42,70
adanya giberellic acid (GA3) yaitu suatu %/hari terus meningkat hingga minggu
hormon tumbuh yang dihasilkan embrio kedua, kemudian minggu ketiga
setelah menyerap air. mengalami penurunan lagi hingga
minggu keempat sekitar 37,12 %/hari
tanpa direndam tidak berbeda nyata
dengan yang direndam (37,89 %/hari).
Biji varietas Super Filipin seperti
varietas Bima (memiliki nilai
perkecambahan yang rendah), namun
lebih rendah sekitar 0 hingga dipuncak
perkecambahan sekitar 47,69 %/hari
Gbr.4 Rerata laju perkecambahan respon (Gambar.5).
interaksi antara varietas dan Perendaman
Gibereline. Keterangan: huruf tidak sama di
belakang angka menunjukkan berbeda nyata
dengan uji Duncan 0,05

c. Nilai Perkecambahan
Hasil perhitungan nilai perkecambahan
dalam penelitian ini menunjukan bahwa
benih yang direndam Gibereline
memliliki nilai rerata yang berbeda
disetiap umur semai dan varietasnya.
Ketika biji varietas Tuk tuk direndam
dengan gibereline menampakan
peningkatan nilai perkecambahan dari
96,92 menjadi 120,96 %/hari (hari
Gambar.5 Rerata Nilai perkecambahan respon
pertama) dan tidak berbeda nyata di interaksi antara varietas, perendaman Gibereline
minggu kesatu, meningkat terus di dan umur semai. Keterangan: huruf tidak sama
di belakang angka menunjukkan berbeda nyata
minggu kedua dan ketiga (127,73 dengan uji Duncan 0,05

menjadi 167,68 %/hari) kemudian

33
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Nilai perkecambahan yaitu persentasi sehingga mempertegas penampakan


benih yang dapat berkecambah normal kondisi struktur biji (Leuner., 2006).
per hari, sehingga memiliki kaitan Berdasar identifikasi struktur biji
dengan laju perkecambahan. Jika laju sample biji varietas Filipin (c) ternyata
perkecambahan hanya menunjukan rata– tidak memiliki embrio, kemungkinan
rata hari berkecambah maka nilai karena dua hal yaitu terjadinya aborsi
perkecambahan jumlah benih yang dapat embrio (Embrio mati pada saat
berkecambah secara normal dalam pembentukan atau perkembangannya)
persen per hari sampai akhir pengujian dan pertumbuhan benang sari tidak
yang merupakan cerminan dari daya sempurna atau serbuksari gagal
tumbuh benih. berkecambah, dengan pernyataan lain
Dari kejadian diatas mencerminkan penyerbukan yang kurang berhasil
jika faktor lingkungan mendukung tapi (Sutopo, 2004).
variebel yang diamati menghasilkan nilai Sedangkan untuk biji varietas Bima
rendah dapat disebabkan: genetik, memiliki kulit biji (testa) yang lebih tebal
fisiologi, morfologi dan mekanis membuat biji sulit menyerap air, padahal
(Heydecker., 1972) penyerapan air pada tahap pertama
perkecambahan berpengaruh pada
d. Struktur Biji keberlangsungan pertumbuhan embrio
Pengujian dilanjutkan dengan yang belum sempurna. Selain itu
mengidentifikasi struktur biji dilakukan cadangan makanan yang terdapat pada
dengan cara membelah biji. Struktur biji endosperm masih belum cukup tersedia
bawang merah terdiri atas embrio, bagi pertumbuhan embrio. Menurut
endosperm sebagai jaringan cadangan pendapat Leubner (2005) bahwa embrio
makanan, dan pelindung biji (testa). yang sangat kecil di ujung mikropilar
Ketiga komponen biji tersebut benih, yang di kelilingi oleh endosperma
merupakan faktor penentu dalam yang relatif besar menjadi penyebab
penilaian kriteria benih hidup dan mati rendahnya daya berkecambah benih
pada pengujian mutu benih. seledri (Apium graveolens).
Kendala dalam mengidentifikasi
struktur biji adalah biji botani bawang
merah berukuran sangat kecil dan kering
sehingga struktur biji sulit melihat, oleh
karena itu saat yang tepat untuk
membelah biji botani ketika biji botani
berimbibisi karena saat itu terjadi
peningkatan jumlah oksigen terlarut

34
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

47,67% (Biji varietas Super Filipin). Laju


perkecambahan tercepat yaitu pada hari
pertama biji varietas Super Filipin (2,08
hari) sedangkan dua varietas lain di
minggu kedua yaitu sebesar 4,30 hari
(Biji varietas tuk tuk) dan 5,08 hari (Biji
varietas Bima). Nilai perkecambahan
tertinggi terdapat pada benih yang diberi
perlakuan perendaman gibereline selama
4 jam saat minggu kedua dengan rata–
rata 167,68 %/hari (Biji varietas Tuk-tuk),
Gambar 5. Identifikasi struktur biji bawang 62,45 %/hari (Biji varietas Bima), 47,69
merah (Varietas Tuk – tuk (a), Varietas Bima (b),
Varietas Super Filipin (c)) %/hari (Biji varietas Super Filipin).
Perbedaan daya tumbuh biji bawang
Ketiga varietas tersebut dapat merah varietas Tuk-tuk, Bima, Super
berkecambah serta menghasilkan Filipin akibat perbedaan struktur biji.
tanaman normal seperti yang terjadi Struktur biji varietas tuk–tuk sudah
pada varietas tuk–tuk, akan tetapi biji memiliki embrio yang sempurna berbeda
botani varietas Bima dan Filipin tidak dengan varietas Super Filipin embrio
memiliki kekuatan tumbuh dan gagal terbentuk. Biji Varietas Bima daya
ketahanan terhadap keadaan yang tidak tumbuhnya sedikit terhambat disebabkan
baik seperti yang dimiliki oleh biji botani karena kulit biji (testa) yang tebal.
yang memiliki embrio yang sempurna,
(Sutopo, 2004). Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan yaitu
PENUTUP ketika saat penyerbukan karena akan
Kesimpulan berpengaruh pada perkecambahan biji
Daya tumbuh biji varietas Tuk tuk, Bima bawang merah guna mendapatkan
dan super Filipin berbeda, berdasarkan viabilitas benih yang maksimum.
daya, laju dan nilai perkecambahan
disetiap minggu. Presentasi DAFTAR PUSTAKA
perkecambahan biji bawang merah paling Andriance,G.W, and F.R Brison, 1955.
baik yaitu pada benih yang diberikan Propagation of Horticultural plants.
2nd ed. Mcgraw Hill Book Company,
perlakuan Perendaman Gibereline selama Inc. New York. Toronto. London.
4 jam saat umur semai 2 minggu dengan Baskin, J.M., and Baskin, C.C. 2004. A
classification system for seed
presentasi sebesar 85,33% (Biji varietas dormancy. Seed Science Research 14:
Tuktuk), 54,33% (Biji varietas Bima), 1-16.

35
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.1, hal 28 – 36, April 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Basuki, RS. 2009. Analisis Kelayakan Sjamsoe’oed Sadjad. 1977. Dasar – dasar
Teknis dan Ekonomis Teknologi pemikiran dalam teknologi benih. Vol
Budidaya Bawang Merah dengan Biji 1. Penataran pelatihan pola
Botani dan Benih Umbi Tradisional. J bertanam. lp3-IRRI. Bogor. hlm 1 -4.
Horti Vol 19. No.2. Hlm 24 – 27 Sudarmanto. 2009. Bawang Merah.
D.P Warsito. 1972. Seed storage and Penerbit Delta Media. Surakarta
longevity. In:seed biol. Vol.III.T.T Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Rajawali
Kozlowki ed. Academic Press. New Perss. Jakarta.
York. London. hlm 148 – 149. Taiz L and E Ziger. 1991. Plant Phisiologi.
Khan, A.A. 1977. The Physiology and Univ of California. anta Cruz.Los
Biochemistry of seed Development, Angeles
Dormancy, and Germination. Elsevier Wibowo, S. 2007.Budidaya Bawang:
Biomedical Press. Amsterdam. 447p. Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang
Kucera, B., M.A. COHN, and G.H. Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta
METZGER. 2005. Plant hormone
interactions during seed dormancy
release and germination. Seed
Science Research. 15:281-307.
Leubner, M.G. 2005. Seed structure and
anatomy. The Seed Biology Place.
Website Gerhard Leubner
Lab.,University Freigburg, Germany.
Mohammadi J, J.A Olfati-Chairani. 2010.
Effect of Incubation Temperature,
Seed Age and Scarification on
Germinator and Emergence of Persia
Shallot. Pak.J.Agri. V0l 47(4), 317 –
319.
Pemadi,A.H. 1993. Growing Shaloot from
True Seed. research result and
probelm onion newslatter from the
tropics. NRI. Kingdom. July (5):35-38
Purnomo D, Syakia TA, Rahayu M. 2010.
Fisiologi Tumbuhan. Penerbit UNS
Perss. Surakarta
Pitojo, S. 2007. Benih Bawang Merah.
Kanisius, Yogyakarta.
Putrasamedja.S. 2000. Tanggapan
Beberapa Kultivar Bawang Merah
terhadap Vernalisasi Untuk Dataran
Medium. J Hort. 1013J : 177 – 182.
Salisbury.F.B dan CW Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 3. Penerjemah
Lukman dan Sumaryono. Penerbit
IPB. Bandung.
Samadi, B. dan Bambang C. 2003.
Intensifikasi Budidaya Bawang
Merah. Kanisius, Yogyakarta.
Schmidt, L.2002. Pedoman Penanganan
Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Sub Tropis. Dania Forest seed Center.
Krogerupvej 21. DK-3050 Humlebaek.
Denmark.

36

Anda mungkin juga menyukai