Anda di halaman 1dari 9

PERBANYAKAN TUNAS APIKAL KRISAN (Chrysanthemum

morifolium Ram.) DENGAN PENAMBAHAN NAA, BAP DAN


AIR KELAPA SECARA KULTUR IN VITRO

Miranty Trinawaty Sp, M.Si

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon tanaman krisan


terhadap penggunaan NAA, BAP dan air kelapa melalui teknik kultur in vitro.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan, yaitu H0 (tanpa zat pengatur tumbuh dan air kelapa), H1 (NAA 0,5 dan
BAP 0,5 ppm), H2 (NAA 0,5, BAP 0,5 ppm dan air kelapa 100 ml/l), H3 (NAA
0,5, BAP 0,5 ppm dan air kelapa 150 ml/l) dan H4 (NAA 0,5, BAP 0,5 ppm dan
air kelapa 200 ml/l). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian air
kelapa. terbaik pada semua parameter pengamatan (waktu tumbuh tunas, jumlah
daun, tinggi tunas, waktu terbentuk akar, jumlah akar) adalah perlakuan H0 (tanpa
ZPT dan air kelapa). Penelitian ini menunjukkan bahwa tunas apikal krisan
memiliki ZPT endogen yang cukup tinggi, sehingga tidak perlu dilakukan
penambahan ZPT lagi untuk membantu pertumbuhan tunas apikal krisan secara
kultur in vitro.

Kata Kunci : Kultur in vitro, NAA, BAP, Air Kelapa, Krisan

PENDAHULUAN East (Sang Ratu dari Timur). Seruni


yang berasal dari Cina dan Jepang
Seruni atau dikenal juga
mulai menyebar dan dibudidayakan
dengan sebutan bunga emas
dikawasan Eropa antara tahun 1810
merupakan tanaman hias perdu,
– 1830 (Rukmana dan Mulyana,
pertama kali ditemukan di Cina dan
1997).
yang menjadi sumber genetik
Seruni (Chrysanthemum
tanaman ini adalah Chrysanthemum
morifolium Ram.) adalah tanaman
indicum (kuning), dan C. Morifolium
hias populer disamping mawar (Rosa
(ungu dan pink). Tanaman seruni
sinensis) dan anggrek (Dendrobium
sebagai tanaman hias mulai
sp). Perbanyakan seruni dapat
dibudidayakan di Cina sekitar 500
dilakukan menggunakan anakan atau
tahun sebelum masehi (SM) dan
setek pucuk, akan tetapi perbanyakan
pada abad ke – 4 Jepang
vegetatif secara konvensional ini
menjadikannya lambang kekaisaran
masih belum efektif untuk memenuhi
Jepang dengan sebutan Queen of The
kebutuhan bibit dengan tingkat

1
keseragaman tinggi. Kultur in vitro tanaman merupakan dasar bagi
dapat dijadikan alternatif untuk perbanyakan vegetatif, yaitu stek
memperoleh bibit dalam jumlah batang, cangkok dan kultur in vitro.
besar, seragam, bebas virus dan Murashige mengelompokkan
dalam waktu singkat (Rukmana dan langkah – langkah perbanyakan
Mulyana, 1997). secara in vitro menjadi tiga tahap,
Kultur in vitro dalam bidang yaitu tahap I, disebut persiapan
pertanian terutama agronomi banyak eksplan. Tahap II disebut
manfaatnya antar lain untuk penggandaan tujuannya untuk
perbanyakan yang akan melipat gandakan hasil pertumbuhan
menghasilkan tanaman bermutu dan disebut propagul yang diperoleh dari
perbaikan tanaman untuk tahap I. Tahap III adalah tahap
menghasilkan jenis baru yang lebih pendewasaan lebih lanjut dari
unggul. Aplikasi kultur in vitro baik “calon” tanaman dengan merangsang
dalam hal perbanyakan tanaman pembentukan akar dan pertumbuhan
maupun perbaikan tanaman telah agar menjadi tanaman yang lebih
banyak digunakan pada komoditas kuat (Wethrell, 1982).
tanaman hortikultura khususnya Pertumbuhan tanaman pada
tanaman hias, tanaman perkebunan kultur in vitro sangat dipengaruhi
bahkan kehutanan pun sudah oleh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT),
menggunakan teknik ini, seperti pada misalnya dari golongan sitokinin
tanaman kelapa sawit, jati, sengon dll yaitu Benzil Amino Purin (BAP) dan
(Mattjik, 2005). dari golongan auksin yaitu
Menurut Suryowinoto (1996), Naphthalene Acetic Acid (NAA).
pada kultur in vitro terjadi proses Sitokinin bersama-sama auksin
diferensiasi dan dediferensiasi. memberikan pengaruh interaksi
Diferensiasi adalah pembelahan sel terhadap diferensiasi jaringan, pada
meristem, sedangkan dediferensiasi pemberian auksin dengan kadar
adalah jaringan dewasa yang masih relatif tinggi daripada pemberian
hidup dan telah mempunyai fungsi sitokinin akan memacu pembentukan
tertentu memjadi meristematis akar, pada pemberian sitonkinin yang
kembali. Dediferensiasi pada relatif tinggi sel tersebut akan

2
berkembang menjadi tunas, batang media MS dengan penambahan
dan daun (Salisbury dan Ross, 1995). NAA, BAP masing-masin 0,5 ppm
Penambahan ZPT BAP dan IAA dan air kelapa 150 ml/l dapat
masing-masing 1 ppm mempercepat pertumbuhan tunas (26
memperlihatkan penggandaan tunas hari).
terbaik pada tunas apikal tanaman Tujuan penelitian ini adalah
seruni (Maryani dan Zamroni, 2005). untuk : mengevaluasi pertumbuhan
Air kelapa dapat digunakan eksplan tunas apikal krisan yang
sebagai ZPT organik alami pada ditumbuhkan pada media dengan
kultur in vitro, air kelapa penambahan NAA, BAP dan air
mengandung hara dan hormon yang kelapa. Diduga dengan pemberian
diperlukan untuk pertumbuhan NAA, BAP dan air kelapa pada
tanaman. Penggunaan air kelapa media MS dapat memacu
pada kultur in vitro sebagai pertumbuhan eksplan tunas apikal
pengganti ataupun komponen krisan lebih baik, dibandingkan
tambahan ZPT, tanaman kultur in dengan tanpa penggunaan NAA,
vitro yang diberi penambahan air BAP dan Air kelapa.
kelapa mengakibatkan
pertumbuhannya menjadi lebih baik, BAHAN DAN METODE
tanaman berwarna hijau, batang tegar Penelitian ini dilaksanakan di
dan berakar. Farid (2003), dalam Laboratorium Kultur Jaringan,
penelitiannya pada tanaman tebu Fakultas Pertanian Universitas
(Saccharum officinarum) Tridinanti Palembang dari bulan
menggunakan air kelapa 100 ml/l Januari sampai bulan Maret 2015.
dan dengan penambahan IBA 0,5 Bahan – bahan yang
ppm dan BAP 1,5 ppm, digunakan dalam penelitian ini
menghasilkan jumlah tunas yang adalah 1) tunas pucuk seruni
lebih banyak dan juga waktu (Chrysanthemum morifolium Ram.),
pertumbuhan tunas yang relatif 2) media MS, 3) alkohol 70%, 4)
cepat. Sapto (2006), dalam aquadest, 5) ZPT NAA dan BAP, 6)
penelitiannya menunjukkan bahwa air kelapa ,7) gula pasir, 8) agar –
tunas seruni yang ditanam pada agar , 9) deterjen cair, 10) spiritus,

3
11) kertas label, 12) aluminium foil. daun (buah), waktu terbentuk akar
Alat – alat yang digunakan adalah : (hst), jumlah akar (buah).
1) laminar air flow, 2) autoclaf, 3) CARA KERJA
botol kultur, 4) timbangan analitik,
1. Persiapan Bahan Eksplan
4) stirrer, 5) erlenmeyer, 6) gelas
Tanaman krisan sebagai
ukur, 7) gelas piala, 8) pipet, 9)
bahan eksplan dipersiapkan sebelum
pengaduk, 10) pinset, 11) scalpel,
penanaman secara In vitro dilakukan.
12) lampu spiritus, 13) sprayer,14)
Tanaman dipelihara di rumah bayang
petridish, 15) gunting.
selama satu bulan dan dipindahkan
Penelitian ini menggunakan
ke laboratorium .
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
2. Sterilisasi Alat
yang terdiri dari 5 perlakuan dengan
Semua alat yang digunakan
5 ulangan dan setiap perlakuan
direndam pada air yang telah diberi
terdiri dari 3 botol sampel,
deterjen selama 24 jam lalu
keseluruhan botol sampel berjumlah
dibersihkan dengan air bersih.
75.
Kemudian dibungkus aluminium foil
Perlakuan yang diberikan adalah
lalu sterilkan di dalam autoklaf pada
sebagai berikut :
temperature 121º C dan tekanan 15
1. H0 = Kontrol (Tanpa NAA, BAP
psi – 17,5 psi selama 20 menit.
atau Air kelapa)
3. Pembuatan Media
2. H1 = NAA 0,5 ppm + BAP 0,5
Media yang digunakan
ppm
adalah media MS. Media MS dibuat
3. H2 = NAA 0,5 ppm + BAP 0,5
dengan cara masing - masing larutan
ppm + Air kelapa 100 ml/l
stok yaitu larutan stok A, B, C, D, E,
4. H3 = NAA 0,5 ppm + BAP 0,5
F, G, mio inositol dan vitamin
ppm + Air kelapa 150 ml/l
dipipet dan dimasukkan ke dalam
5. H4 = NAA 0,5 ppm + BAP 0,5
gelas ukur yang berisi aquadest 600
ppm + Air kelapa 200 ml/l
ml, tambahkan BAP dan NAA sesuai
Parameter penelitian yang
perlakuan lalu ditambah air kelapa
diamati adalah : waktu terbentuk
sesuai konsentrasi pada perlakuan air
tunas (hst), tinggi tunas (cm), jumlah
kelapa, gula pasir sebanyak 30 gr dan
aquadest hingga mencapai 1 liter.

4
Larutan diaduk dengan stirrer, menit, kemudian eksplan direndam
setelah diaduk pH larutan diukur aquadest selama 5 menit, Betadine
dalam kisaran 5,6 – 6,0 dengan pH 0,25% direndam selama 5 menit.
meter, jika pH di bawah 5,6 maka Eksplan dibilas dalam aquadest
ditambahkan KOH (0,1 N) dan bila selama 5 menit. Sterilisasi didalam
pH di atas 6,0 maka ditambahkan laminar air flow adalah eksplan
HCl (0,1N). Tahap selanjutnya diberi betadine.
agar – agar sebagai pemadat 5. Transfer Eksplan ke Botol
ditambahkan ke dalam larutan Kultur
sebanyak 7 gr dan dimasak sampai Penanaman eksplan diawali
mendidih. dengan memotong tanaman yang
Media yang telah mendidih akan dijadikan eksplan dengan
dituangkan ke dalam botol – botol menggunakan scalpel, tiap potongan
kultur yang telah disterilkan, masing eksplan panjangnya antara 0,5 – 1
– masing sebanyak 20 ml. Botol cm. Potongan eksplan tersebut
yang telah berisi media ditutup dimasukkan ke dalam botol kultur
dengan aluminium foil kemudian dengan menggunakan pinset hingga
disterilkan di dalam autoklaf pada terbenam dalam media ± 0,1 cm,
temperatur 121º C dan tekanan 15 psi setiap botol terdiri dari satu eksplan.
– 17,5 psi selama 20 menit. Media Kemudian botol kultur ditutup
yang telah disterilisasi diinkubasi dengan aluminium foil dan di beri
selama 5 hari sebelum digunakan, kertas label.
untuk menguji apakah sterilisasinya 6. Inkubasi
berhasil, atau terkontaminasi Eksplan diinkubasi pada
cendawan atau jamur. botol kultur dan disimpan di rak –
4. Sterilisasi Eksplan rak di ruang kultur, di bawah
Proses sterilisasi yang penyinaran lampu TL 40 watt dengan
dilakukan di luar laminar air flow suhu 25ºC, kelembaban sekitar 90 %
adalah eksplan direndam dengan selama 60 hari. Pemeliharaan
5,25% NaOCl 20% selama 7 menit, kebersihan ruang kultur dilakukan
dibilas air steril selama 5 menit, lalu dengan menyemprotkan alkohol 70
5,25 % NaOCl 10% selama 10 %.

5
HASIL Gambar 1. Waktu tumbuh tunas
krisan pada berbagai
Hasil analisis keragaman
perlakuan
terhadap respon tunas apikal
tanaman krisan terhadap pemberian
ZPT dan air kelapa berpengaruh
tidak nyata terhadap semua
parameter pengamatan (Tabel 1).
Tabel 1. Nilai F hitung semua
parameter yang diamati
Parameter Fhit Ftabel
5% 1%
1 Waktu 0,676tn 2,67 4,43 2. Tinggi Tunas (cm)
Tumbuh
Tunas Parameter tinggi tunas diamati
2 Jumlah Daun 2,31tn 2,67 4,43 pada akhir penelitian yaitu pada
tn
3 Tinggi Tunas 1,837 2,67 4,43
4 Waktu 0,871tn 2,67 4,43 60 hst. Parameter tinggi tunas
Tumbuh menunjukkan pada perlakuan H0,
Akar
5 Jumlah Akar 0,782tn 2,67 4,43 Gambar 2. Tinggi Tunas pada
berbagai parameter perlakuan

1. Waktu Terbentuk Tunas


(HST)
Pengamatan dilakukan ketika
eksplan sudah mulai muncul bakal
tunas yang kemudian diikuti dengan
pembentukan daun (gambar 1).
Perlakuan H0 (tanpa ZPT dan air
3. Jumlah Daun (buah)
kelapa) menunjukkan waktu
Pengamatan parameter jumlah
pembentukan tunas tercepat,
daun dilakukan pada akhir
sementara H3 ( NAA 0,5 ppm +
penelitian, perlakuan H0
BAP 0,5 ppm dan air kelapa 150
menunjukkan hasil jumlah daun
ml/l) menunjukkan waktu tumbuh
yang tertinggi dibandingkan dengan
tunas terlama.
perlakuan lainnya.

6
Gambar 3. Jumlah Daun pada 5. Jumlah Akar (buah)
Berbagai Perlakuan
Parameter jumlah akar
menunjukkan bahwa perlakuan H0
menunjukkan hasil jumlah akar
tertinggi dibandingkan perlakuan
lainnya, sedangkan perlakuan H4
menunjukkan hasil terendah pada
jumlah akar yang terbentuk (gambar
5).
4. Waktu Terbentuk Akar (hst) Gambar 5. Jumlah Akar pada
Berbagai Perlakuan
Akar terbentuk setelah eksplan
membentuk tunas, akar yang
muncul berwarna putih kehijauan
dan bentuknya seperti benang tipis.
Parameter ini menunjukkan bahwa
perlakuan yang memberikan hasil
waktu tumbuh akar tercepat adalah
H0, sedangkan yang menunjukkan
waktu tumbuh akar terlama adalah PEMBAHASAN
H4 (Gambar 4). Sterilisasi eksplan adalah hal
Gambar 4. Waktu Terbentuk yang penting yang harus dilakukan
Akar pada Berbagai
untuk menghilangkan organisme
Perlakuan
yang menempel di permukaan
eksplan yang dapat menyebabkan
kontaminasi. Proses sterilisasi yang
dilakukan di autoklaf pada
penelitian ini hanya 20 menit,
kemungkinan waktu sterilisasi yang
dlakukan masih kurang sehingga
tidak dapat menghilangkan
organisme penyebab kontaminasi.

7
Hasil penelitian ini tidak dapat memberikan respon
menunjukkan bahwa penambahan terhadap eksplan untuk membantu
ZPT dan air kelapa pada media tidak pertumbuhan. Pemakaian sitokinin-
mampu merangsang eksplan tunas auksin didalam media secara
apikal krisan untuk membentuk bersama-sama harus menggunakan
tunas baru. Perlakuan H0 secara perbandingan yang tepat,
umum menunjukkan hasil terbaik perbandingan sitokinin lebih tinggi
untuk seluruh parameter dari auksin baik untuk pembentukan
pengamatan. Diduga, tunas apikal tunas dan perbandingan auksin yang
krisan mengandung auksin-sitokinin lebih tinggi dari sitokinin baik untuk
endogen, maka perlakuan tanpa ZPT pembentukan akar (Wethrell, 1982).
dan air kelapa sudah mampu Hasil penelitian Neriyati dan
membentuk tunas dan akar. Kartika (1999), pada eksplan rusa
Hasil penelitian Supriati tangkai bunga anggrek
(2002), pada tanaman iles-iles Phalaenopsis menunjukkan bahwa
(Amorpophalus spp.) juga perlakuan kombinasi NAA dan BAP
menunjukkan bahwa perlakuan masing-masing 0,5 ppm tidak
tanpa pemberian ZPT memberikan mampu membentuk plb (Protocorm
hasil terbaik pada waktu terbentuk like bodies) dan tunas.
akar dan panjang akar. Penelitian Perlakuan H2, H3 dan H4
Irawati (2000), menunjukkan bahwa memiliki perlakuan ZPT yang sama
pemakaian eksplan tunas apikal yaitu BAP 0,5 ppm dan NAA 0,5
Philodendron goeldii menghasilkan ppm, perbedaannya terletak pada
pertumbuhan plantlet paling tinggi volue air kelapa yaitu 100 ml/l (H2),
pada eksplan yang ditanam pada 150 ml/l (H3) dan 200 ml/l (H4).
media kontrol (tanpa penambahan Perlakuan H2 dan H4 memiliki hasil
ZPT). yang lebih rendah daripada
Kombinasi perlakuan NAA perlakuan H3, hal ini
dan BAP (H1), memiliki hasil yang memperlihatkan bahwa perbedaan
rendah untuk hampir seluruh volume air kelapa yang diberikan
parameter pengamatan, hal ini dapat mempengaruhi hasil yang
dikarenakan kombinasi perlakuan didapat.

8
KESIMPULAN Bunga. Jurnal Agronomi
Universitas Jambi. 3 : 38-
Berdasarkan penelitian yang
41.
dilakukan diperoleh hasil bahwa Rukmana dan Mulyana. 1997.
Krisan. Kanisius.
pemberian ZPT dan air kelapa pada
Yogyakarta.
media MS tidak dapat memacu Salisbury F.B. dan C.W. Ross.
1992. Plant Physiology.
pertumbuhan eksplan tunas apikal
Jilid 3. Diterjemahkan oleh
krisan mejadi lebih baik. Perlakuan Diah R. Lukman dan
Sumaryono. 1995. Fisiologi
tanpa penambahan ZPT dan air
Tumbuhan. ITB. Bandung.
kelapa (H0) memberikan pengaruh Soeryowinoto. S.M. 1996.
Pemuliaan Tanaman secara
yang lebih baik pada pertumbuhan
in vitro. Kanisius.
eksplan untuk semua parameter Yogyakarta.
Supriati, Y.,W. Adil., D.
yang diamati.
Sukmadjaja dan I. Mariska.
2002. Peningkatan
Multiplikasi Tunas dan
DAFTAR PUSTAKA
Induksi Akar Tanaman Iles-
Farid, M. 2003. Perbanyakan Tebu iles melalui Kultur in vitro.
(Saccharum officinarum L.) (online).
secara in vitro pada Berbagai (http://indobiogen.or.id.).
konsenstrasi IBA dan BAP. Wethrell, D.F. 1976. Introduction
(online). to in vitro Propagation.
(http://www.pascaunhas.net/j Diterjemahkan oleh
urnal.) Koesoemardiyah. S. 1982.
Irawati. 2000. Diferensiasi berbagai Pengantar Propagasi
Macam Eksplan pada Tanaman secara in vitro.
Perbanyakan Philodendron
goeldii (Araceae) secara in
vitro. Berita Biologi. 10 :69-
74.
Maryani dan Zamroni. 2005.
Penggandaan Tunas Krisan
melalui Kultur Jaringan.
Ilmu Pertanian. 12:51-55.
Mattjik, N, A. 2005. Peran Kultur
Jaringan dalam Perbaikan
Tanaman. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Neriyati dan E, Kartika. 1999.
Perbanyakan secara in vitro
Anggrek Phalaenopsis
hibrida Menggunakan
Eksplan Ruas Tangkai

Anda mungkin juga menyukai