0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
341 tayangan8 halaman
Praktikum ini membahas teknik kultur meristem lateral nanas (Ananas comosus L.) meliputi persiapan bahan tanam, sterilisasi eksplan dengan mencuci dan memotong mahkota nanas, serta penanaman kultur meristem ke dalam medium. Tujuannya adalah memperoleh bibit nanas secara in vitro yang bebas penyakit dan dapat diperbanyak secara masal.
Praktikum ini membahas teknik kultur meristem lateral nanas (Ananas comosus L.) meliputi persiapan bahan tanam, sterilisasi eksplan dengan mencuci dan memotong mahkota nanas, serta penanaman kultur meristem ke dalam medium. Tujuannya adalah memperoleh bibit nanas secara in vitro yang bebas penyakit dan dapat diperbanyak secara masal.
Praktikum ini membahas teknik kultur meristem lateral nanas (Ananas comosus L.) meliputi persiapan bahan tanam, sterilisasi eksplan dengan mencuci dan memotong mahkota nanas, serta penanaman kultur meristem ke dalam medium. Tujuannya adalah memperoleh bibit nanas secara in vitro yang bebas penyakit dan dapat diperbanyak secara masal.
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang memiliki nilai ekonomis serta nilai gizi yang tinggi. Nanas termasuk famili Bromeliaceae yang memiliki habitus rendah, herba menahun dengan bentuk daun yang memanjang, berdaun tajam, dan tersusun roset. Teknik perbanyak nanas yang dilakukan saat ini adalah perbanyakan secara vegetatif, namun cara ini membutuhkan waktu yang lama, jumlah bibit yang dihasilkan sedikit, dan tidak seragam. Alternatif perbanyakan nanas yang dapat dilakukan untuk mengtasi masalah tersebut yaitu melalui kultur meristem secara in vitro. Kultur meristem (meristem culture) adalah kultur jaringan tanaman menggunakan eksplan dari jaringan meristem. Kultur meristem bertujuan untuk menghasilkan tanaman bebas virus. Kekurangan dari kultur meristem yaitu biaya lebih mahal, butuh skill/keahlian khusus, mutasi /off type akibat sub kultur berlebih, variasi somaklonal, sedangkan kelebihan dari kultur meristem yaitu jumlah bibit yang diproduksi bisa banyak, sehat, bebas dari virus dan penyakit lain, relatif cepat, seragam, memudahkan dalam transportasi Jaringan meristem yang digunakan dapat berupa meristem pucuk terminal atau meristem tunas aksilar. Kultur meristem sudah secara luas diterapkan untuk tujuan perbanyakan tanaman, terutama pada tanaman hortikultura. Sel-sel meristem pada umumnya stabil, karena mitosis pada sel-sel meristem terjadi bersama mericloneengan pembelahan sel yang berkesinambungan, sehingga ekstra duplikasi DNA dapat dihindarkan. Perkembangan dalam kultur meristem diarahkan untuk mendapatkan tanaman sempurna dari jaringan meristem tersebut dan dapat sekaligus diperbanyak. Tunas apikal mahkota nanas merupakan salah satu jaringan meristem yang dapat digunakan sebagai eksplan untuk kultur jaringan. Setiap buku batang dan mahkota nanas terdapat tunas-tunas dorman yang akan tumbuh membentuk tunas buah (slip) dan tunas batang (sucker). 2. Tujuan Praktikum Tujuan dari dilaksanakannya praktikum acara IV, Mersitem Lateral Nanas (Ananas comosus L) adalah: a. Mengetahui teknik meristem lateral nanas (Ananas comosus L) b. Mengetahui cara sterilisasi dari kultur meristem lateral nanas (Ananas comosus L) c. Mengetahui cara penanaman kultur meristem lateral nanas (Ananas comosus L) B. Tinjauan Pustaka Kultur meristem merupakan salah satu metode dalam teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan berupa jaringan meristematik baik meristem pucuk terminal atau meristem dari tunas aksilar. Tujuan utama aplikasi kultur meristem adalah mendapatkan dan memperbanyak tanaman yang bebas virus (eliminasi virus dari bahan tanaman). Kultur meristem sebagai metoda untuk perbanyakan tanaman yang bebas virus sudah secara luas diaplikasikan terutama pada tanaman hortikultura. Sel-sel meristem pada umumnya stabil, karena mitosis pada sel-sel meristem terjadi bersama dengan pembelahan sel yang berkesinambungan, sehingga ekstra duplikasi DNA dapat dihindarkan. Jaringan meristem merupakan jaringan vegetatif sehingga plantlet yang dihasilkannyapun merupakan suatu klon. Bahan yang digunakan untuk kultur meristem adalah meristem apikal yang berasal dari mahkota nanas. Tunas tersebut digunakan sebagai sumber eksplan, mata tunas dikupas 3-4 lapis hingga berukuran 1 x 1,5 cm, sterilisasi dilakukan dengan cara membersihkan dan mencuci mata tunas dengan detergen sambil dikocok pada botol kultur dan dibilas pada air mengalir sebanyak tiga kali kemudian merendamnya dalam larutan tween 20 selama 15 menit, selanjutnya dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Mahkota nanas kemudian ditanam pada medium dasar MS (Suyadi 2008). Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Salah satu faktor keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro adalah pemilihan bahan eksplan. Bahan eksplan yang masih muda adalah eksplan yang baik untuk perbanyakan tanaman secara in vitro. Semakin tua organ tanaman eksplan, maka proses pembelahan dan regenerasi sel cenderung menurun, oleh karena itu jaringan yang masih muda lebih baik digunakan karena pada umumnya jaringan tersebut masih berproliferasi daripada jaringan yang berkayu atau yang sudah tua. Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu menunjukkan rspon in vitro yang sama. Penggunaan eksplan yan tepat merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap ini. Umur fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, merupakan faktor penting dalam tahap ini. Bagi kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan adalah tunas pucuk atau mata tunas lateral pada potongan batang berbuku (Finta 2013) Keberhasilan kultur meristem mahkota nanas sangat tergantung pada keseimbangan zat pengatur tumbuh golongan auksin dan sitokinin, terutama keseimbangan antara 6-Benzil Amino Purin (BAP) dan Asam Naftalen Asetat (NAA) yang ditambahkan pada media kultur. BAP adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang berperan antara lain dalam pembelahan sel dan morfogenesis sedangkan NAA adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang mampu mengatur berbagai proses pertumbuhan dan pemanjangan sel. Selain zat pengatur sntetik, zat pengatur tumbuh auksin dapat bersumber dari bahan organik seperti ekstrak tauge (kecambah kacang hijau). Ekstrak tauge dapat digunakan sebagai media kultur jaringan karena mengandung berbagai hara, vitamin, karbohidrat dan zat pengatur tumbuh yaitu auksin. Tauge mengandung zat pengatur tumbuh auksin yang berfungsi sebagai stimulan dalam memperlancar proses metabolisme sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor lain penunjang keberhasilan kultur meristem adalah komposisi media tanam. Komposisi media kultur jaringan umumnya meliputi unsur makronutrien, mikronutrien, dan asam amino (Rupina 2015). Perbanyakan tanaman secara kultur meristem memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak dengan waktu singkat, tidak memerlukan tempat yang luas, tidak bergantung pada musim sehingga bisa dilaksanakan sepanjang tahun, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan seragam, serta memungkinkan untuk dilakukan rekayasa genetika. Perbanyakan secara kultur jaringan akan menghasilkan jumlah bibit yang banyak dalam waktu relatif singkat. Selain itu, kultur jaringan juga dapat mempertahankan sifat induk yang unggul. Selain memiliki kelebihan, teknik kultur meristem juga mempunyai kekurangan. Beberapa kekurangan dari teknik kultur meristem adalah memerlukan biaya besar karena harus dilakukan di dalam laboratorium yang steril serta menggunakan bahan-bahan kimia, memerlukan keahlian khusus, memerlukan aklimatisasi ke lingkungan luar karena tanaman hasil kultur berukuran kecil dan bersifat aseptik, serta tidak sedikit produk dari kultur in vitro yang meiliki sistem perakaran kurang kokoh dan sangat rentan terhadap hama penyakit (Khan 2008) Teknik perbanyakan nanas dengan teknik in vitro, membutuhkan beberapa zat pengatur tumbuh, untuk menginduksi pertumbuhan dan pengakaran nanas. Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Terdapat dua golongan ZPT yang sering digunakan dalam teknik kultur jaringan, yaitu auksin dan sitokinin. 2,4- Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan 6-Benzylaminopurine (BAP) merupakan ZPT sintetis yang mempunyai sifat stabil yakni tidak mudah terurai oleh pemanasan pada proses sterilisasi, dan harganya relatif murah dan lebih efektif dibandingkan kinetin. Penambahan zat pengatur tumbuh 2,4- Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan 6-Benzylaminopurine (BAP) berpengaruh terhadap waktu induksi kalus tanaman secara in vitro, kombinasi konsentrasi 1 mg/l 2,4-D dan 1 mg/1 BAP menghasilkan pertumbuhan kalus yang optimal. Konsentrasi auksin yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah 0,1-5 mg/l, sedangkan konsentrasi sitokinin digunakan pada kadar 0,5- 10 mg/l. Konsentrasi BAP 0,50 mg/L+NAA 0,001 mg/L merupakan perlakuan terbaik dalam memacu pertumbuhan tunas eksplan nanas dengan jumlah tunas yang dihasilkan yaitu 3,85/eksplan (Sari 2013) C. Metodologi Praktikum 1. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Kultur Jaringan acara IV, Meristem Lateral Nanas (Ananas comosus L) dilaksanakan pada hari Senin, 17 April 2017 pukul 11.00-13.00 WIB bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Unversitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Alat dan Bahan a. Alat 1) LAFC lengkap dengan lampu bunsen 2) Petridish dan botol-botol kultur 3) Peralatan diseksi, berupa pinset besar atau kecil dan pisau pemes b. Bahan 1) Eksplan : Nanas (Ananas comosus L) 2) Media kultur 3) Alkohol 70% 4) Aquadest steril 5) Spirtus 6) Chlorox (Sunclin) 100% 3. Cara Kerja a. Mempersiapkan bahan tanam kultur mesitem nanas. b. Sterilisasi eksplan 1) Mengambil daun mahkota nanas 2) Membersihkan sisik dan memotong daun mahkota nanas sekitar 5-7 cm 3) Mencuci daun dengan air mengalir hingga bersih 4) Merendam eksplan dalam larutan Tween 20 selama 15 menit, kemudian mencuci menggunakan akuades hingga bersih. c. Penanaman mahkota nanas 1) Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan serta membersihkan LAF 2) Meletakkan eksplan yang sudah disterilisasi ke dalam LAF 3) Merendam eksplan ke dalam akuades steril sebanyak 2 kali 4) Mengambil eksplan, kemudian merendam eksplan dalam larutan chlorox selama 3 menit atau sampai berwarna kecoklatan pada bekas potongan 5) Mengangkat dan meletakkan eskplan pada botol kosong dan memindahkan satu persatu pada petridish 6) Memotong eskplan menjadi 4 bagian dengan ukuran 1-2 cm 7) Membuka botol kultur berisi media 8) Menanam eskplan pada media di dalam botol kultur dengan melewatkannya diatas api spiru, kemudian menutupnya kembali dan membungkus botol kultur dengan plastik wrap, dan memberi label pada botol kultur d. Pemeliharaan bahan tanam 1) Menempatkan botol botol media berisi eksplan pada rak rak kultur 2) Menjaga suhu, kelembaban, dan cahaya pada lingkungan luar botol 3) Melakukan penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtu 2 hari sekali untuk mencegah terjadinya kontaminasi. DAFTAR PUSTAKA Rupina P dan Mukarlina. 2015. Kultur Meristem Mahkota Nanas (Ananas comosus L Merr) dengan Penambahan Ekstrak Tauge dan Benzyl Amino Purin (BAP). Jurnal Protobiont 4 (3) Khan S dan Saeed B. 2008. Employment of In Vitro Technology for Large Scale Multiplication of Pineapples (Ananas comosus). African Journal Biotechnology 10 (9) Sari F dan Lestari. 2013, Induksi Tunas In Vitro dari Tunas Batang (sucker) Tanaman Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Asal Kampar dengan Penambahan 6-Benzylaminopurine (BAP). Jurnal Hortikultura 3 (1) Suyadi A. 2008. Penggandaan Tunas Abaca melalui Kultur Meristem. Jurnal Ilmu Pertanian 10 (2) Fintha F dan Tutik N. 2013. Respon Pertumbuhan Tunas Kultur Meristem Apikal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) Varietas NXI 1-3 secara in vitro pada Media MS dengan Penambahan Arginin dan Glutamin. Jurnal Sainsdan Seni Pomits 2 (2)