Anda di halaman 1dari 27

Kuliah 13

Kultur organ: teknik kultur


akar, kultur pucuk, kultur
embrio
Dr. Nadya Farah, S.Si., M.Si.
Prodi Biologi Universitas Pertahanan RI
Kultur Meristem
kultur meristem : akar, pucuk, embrio (untuk memudahkan perkecambahan pada biji yg keras)

 Ciri-ciri sel meristem:


• Bentuk bisa oval, poligonal atau persegi
panjang
• Memiliki sitoplasma penuh
• Inti sel berukuran besar
• Belum memiliki vakuola dan amilum
• Tidak memiliki ruang interseluler (ruang
antarsel)
• Aktif membelah
Kultur Akar
Hairy Root (HR) Culture
 Disebut juga kultur akar transforman
 Dilakukan untuk :
• Mempelajari proses metabolik
• Produksi metabolit sekunder
• Produksi protein rekombinan
• Fitoremediasi tujuan kultur akar digunakan untuk

• Breeding
mengambil metabolit sekunder

 Biasanya berhubungan dengan rekayasa


genetika tanaman menggunakan bakteri
Rhizobium rhizogenes (sebelumnya
dinamakan Agrobacterium rhizogenes)
dan vektornya (Ri-plasmid)
https://doi.org/10.1007/s00253-020-11017-9
Teknik Kultur
HR

Front. Plant Sci. 11:33. doi: 10.3389/fpls.2020.00033


Teknik Kultur HR

https://doi.org/10.1007/s00253-020-11017-9
Teknik Kultur HR

 Tahapan dalam kultur HR:


1. Eksplan yang digunakan bervariasi, seperti protoplas, daun, kotiledon, hipokotil, ujung pucuk, batang,
bonggol
2. Eksplan dilukai menggunakan scalpel kemudian dinokulasi dengan larutan bakteri
3. Ko-kultivasi eksplan di dalam medium semisolid yang ditambahkan antibiotik sesuai, misal carbenicillin
disodium, cefotaxime sodium, streptomycin sulphate, ampicillin sodium atau tetracycline dengan dosis
antara 100 - 500 μg/ml  untuk mematikan sisa bakteri di permukaan eksplan
4. Induksi akar dari area pelukaan akan mulai muncul dalam 7 – 30 hari
5. Sub-kultur dalam medium bebas regulator tumbuh, ditambahkan elisitor (senyawa metal, biotik/abiotik,
atau senyawa kimia lain) untuk menginduksi metabolit sekunder
6. Tumbuhkan dalam kondisi lingkungan yang sesuai (suhu, pH, cahaya)
7. Skrining transforman menggunakan gen reporter, misalnya GUS gene (β-glucuronidase), kanamycin-
resistant enzyme encoded by NPT-II gene (neomycin phosphotransferase II), atau GFP (green fluorescent
protein)
8. Subkultur transforman, baik dalam medium cair untuk produksi metabolit sekunder atau dalam medium
padat untuk regenerasi plantlet
Teknik Kultur
HR

menginduksi tumor

DOI: 10.1007/978-981-13-0535-1_10
Produksi
Rekombinan
Protein

Front. Plant Sci. 11:33. doi: 10.3389/fpls.2020.00033


Produksi Senyawa
Metabolit
Sekunder

DOI: 10.1007/978-3-642-22144-6_136
Produksi Senyawa Metabolit Sekunder

Baik transgenik maupun non-transgenik,


produksi metabolit sekunder sukses
ditingkatkan dengan mengoptimalkan kondisi
pertumbuhan (sumber karbon, aerasi, pH,
gelap/terang, komposisi medium) dan seleksi
klon

Selain itu pemilihan elisitor yang tepat juga


berperan dalam produksi metabolit sekunder
menggunakan sistem kultur tanaman secara in
vitro
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA

 BAP (benzyl amino purin) merupakan sitokinin turunan adenine yang paling aktif
dalam proses pembelahan sel dan memacu pertumbuhan tunas  lebih
konsisten daripada kinetin
 Pemberian BAP sebesar 10-15 mg/l mampu menekan multiplikasi tunas dan
pembentukan akar
 Auksin berfungsi untuk perpanjangan sel dan pembesaran jaringan, pembelahan
sel, pembentukan akar adventif dan menghambat pembentukan tunas aksilar dan
adventif
 Auksin pada kosentrasi rendah menyebabkan pembentukan akar adventif lebih
dominan dan pada kosentrasi tinggi merangsang pembentukan kalus
 Jenis auksin yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berupa IAA, NAA, atau
IBA
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA

Sutriana dkk. Dinamika Pertanian Volume XXVII Nomor 3 Desember 2012 (131 - 140)

 Jika pemberian IAA >> daripada BAP  lebih cepat tumbuh akar
 Jika pemberian BAP >> daripada IAA  menghambat pertumbuhan akar
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA

Sutriana dkk. Dinamika Pertanian Volume XXVII Nomor 3 Desember 2012 (131 - 140)
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA

 Jika pemberian BAP >> daripada IAA  lebih cepat tumbuh tunas
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA

Sutriana dkk. Dinamika Pertanian Volume XXVII Nomor 3 Desember 2012 (131 - 140)
Kultur Pucuk

 Contoh:
Mendapatkan tanaman
bebas virus dengan
perlakuan terapi panas

DOI: 10.4236/ajps.2017.810168
Teknik mengeliminasi virus

 Tujuan: mendapatkan tanaman tebu


bebas virus SStMV

DOI 10.1007/s10658-011-9781-7
Kultur Meristem Mahkota Nanas
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 31-35

Daun mahkota nanas dibuang sterilisasi Penanaman eksplan Pengamatan Data: waktu muncul
sampai diperoleh meristem dalam media MS + setelah 12 tunas (hari), jumlah
apikal dari mahkota nanas BAP + ekstrak tauge minggu tunas (tunas), jumlah
daun (helai)
Kultur Meristem Mahkota Nanas
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 31-35

 Perlakuan ekstrak tauge dan interaksi dengan


BAP tidak memberikan hasil berbeda nyata,
sementara perlakuan BAP sendiri berbeda
nyata
 BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah
tunas eksplan nanas (F8,18=4,117, p = 0,034;
Anava), dan terhadap jumlah daun eksplan
nanas (F8,18 = 3,627, p = 0,047; Anava)
 Rerata jumlah daun terbanyak pada kultur
meristem mahkota nanas diperoleh dari
perlakuan A0B1 dengan rerata jumlah tunas
5,44 dan jumlah daun 25,78 helai
Kultur Embrio

 Kultur embrio  isolasi secara steril embrio matang ataupun belum


matang
 Tujuan: mendapatkan tanaman yang viable (mampu hidup)
 Dua macam kultur embrio:
• Kultur embrio yang belum matang  untuk mencegah keguguran
 embryo rescue
• Kultur embrio matang  untuk merangsang perkecambahan 
embryo culture

https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Aplikasi Kultur Embrio
1. Memecahkan dormansi, misal pada Musa balbisiana yang tidak mungkin
memperoleh perkecambahan secara normal, atau pada tanaman ceri, hazel
(tanaman dengan dormansi panjang)
2. Perkecambahan parasit obligat
3. Memperpendek siklus pemuliaan, contoh akibat dormansi benih
4. Menghasilkan tanaman haploid, contoh pada Hordeum vulgare x H. bulbosum,
fertilisasi terjadi namun kromosom H. bulbosum tereliminasi dan embrio gugur
5. Mencegah aborsi embrio pada buah
6. Mencegah aborsi pada persilangan interspesifik. Persilangan ini sering menghasilkan
biji dengan endosperm yang tidak sempurna atau embrio yang lemah dan kecil,
contohnya kacang, kapas, tomat, padi
7. Pembiakan vegetatif. Embrio dapat digunakan sebagai bahan awal pembiakan
vegetatif, contohnya Poaceae, conifer
https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Faktor yang mempengaruhi kesuksesan kultur embrio
 Genotipe
• Pada suatu spesies, embrio mudah diisolasi sementara spesies lain sulit
 Tahap (stage) embrio diisolasi
• Semakin besar semakin baik
 Kondisi tumbuh tanaman inang
• Sebaiknya ditumbuhkan dalam rumah kaca atau kondisi terkontrol
• Embrio cukup besar dan berkualitas tinggi
 Kondisi media
• Hara makro dan mikro
• pH 5.0 – 6.0
• Sukrosa sebagai sumber energi. Embrio belum matang perlu sukrosa 8-12%,
embrio matang 3%
https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Faktor yang mempengaruhi kesuksesan kultur embrio

• Auksin dan sitokinin tidak diperlukan  GA (Giberelic Acid) digunakan untuk


memecah dormansi
• Vitamin (opsional)
• Senyawa organik (opsional), air kelapa, casein hydrolysate, glutamin (penting)

 Kondisi lingkungan
• Oksigen (perlu oksigen tinggi)
• Cahaya. Kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap selama 14 hari, kemudian
ditransfer ke cahaya untuk merangsang sintesis klorofil
• Suhu. Kadang perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 4ºC) untuk memecah dormansi

https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Embryo rescue

Tujuan:
memperpendek siklus
breeding (pembiakan)
pada sorgum

doi:
10.2135/cropsci2
013.07.0471
Embryo rescue

Tujuan: mendapatkan
informasi genetik dari
spesies lentil liar 
embryo rescue
dilakukan untuk
mengatasi rintangan
reproduksi
Menggunakan auksin
4-chloroindole-3
acetic acid (4-Cl-IAA)

Plant Cell,Tissue, and Organ Culture (PTCOC) volume 120, pages109–116 (2015)

Anda mungkin juga menyukai