• Breeding
mengambil metabolit sekunder
https://doi.org/10.1007/s00253-020-11017-9
Teknik Kultur HR
menginduksi tumor
DOI: 10.1007/978-981-13-0535-1_10
Produksi
Rekombinan
Protein
DOI: 10.1007/978-3-642-22144-6_136
Produksi Senyawa Metabolit Sekunder
BAP (benzyl amino purin) merupakan sitokinin turunan adenine yang paling aktif
dalam proses pembelahan sel dan memacu pertumbuhan tunas lebih
konsisten daripada kinetin
Pemberian BAP sebesar 10-15 mg/l mampu menekan multiplikasi tunas dan
pembentukan akar
Auksin berfungsi untuk perpanjangan sel dan pembesaran jaringan, pembelahan
sel, pembentukan akar adventif dan menghambat pembentukan tunas aksilar dan
adventif
Auksin pada kosentrasi rendah menyebabkan pembentukan akar adventif lebih
dominan dan pada kosentrasi tinggi merangsang pembentukan kalus
Jenis auksin yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berupa IAA, NAA, atau
IBA
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA
Sutriana dkk. Dinamika Pertanian Volume XXVII Nomor 3 Desember 2012 (131 - 140)
Jika pemberian IAA >> daripada BAP lebih cepat tumbuh akar
Jika pemberian BAP >> daripada IAA menghambat pertumbuhan akar
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA
Sutriana dkk. Dinamika Pertanian Volume XXVII Nomor 3 Desember 2012 (131 - 140)
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA
Jika pemberian BAP >> daripada IAA lebih cepat tumbuh tunas
Pengaruh Kombinasi Konsentrasi BAP dan IAA
Sutriana dkk. Dinamika Pertanian Volume XXVII Nomor 3 Desember 2012 (131 - 140)
Kultur Pucuk
Contoh:
Mendapatkan tanaman
bebas virus dengan
perlakuan terapi panas
DOI: 10.4236/ajps.2017.810168
Teknik mengeliminasi virus
DOI 10.1007/s10658-011-9781-7
Kultur Meristem Mahkota Nanas
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 31-35
Daun mahkota nanas dibuang sterilisasi Penanaman eksplan Pengamatan Data: waktu muncul
sampai diperoleh meristem dalam media MS + setelah 12 tunas (hari), jumlah
apikal dari mahkota nanas BAP + ekstrak tauge minggu tunas (tunas), jumlah
daun (helai)
Kultur Meristem Mahkota Nanas
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 31-35
https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Aplikasi Kultur Embrio
1. Memecahkan dormansi, misal pada Musa balbisiana yang tidak mungkin
memperoleh perkecambahan secara normal, atau pada tanaman ceri, hazel
(tanaman dengan dormansi panjang)
2. Perkecambahan parasit obligat
3. Memperpendek siklus pemuliaan, contoh akibat dormansi benih
4. Menghasilkan tanaman haploid, contoh pada Hordeum vulgare x H. bulbosum,
fertilisasi terjadi namun kromosom H. bulbosum tereliminasi dan embrio gugur
5. Mencegah aborsi embrio pada buah
6. Mencegah aborsi pada persilangan interspesifik. Persilangan ini sering menghasilkan
biji dengan endosperm yang tidak sempurna atau embrio yang lemah dan kecil,
contohnya kacang, kapas, tomat, padi
7. Pembiakan vegetatif. Embrio dapat digunakan sebagai bahan awal pembiakan
vegetatif, contohnya Poaceae, conifer
https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Faktor yang mempengaruhi kesuksesan kultur embrio
Genotipe
• Pada suatu spesies, embrio mudah diisolasi sementara spesies lain sulit
Tahap (stage) embrio diisolasi
• Semakin besar semakin baik
Kondisi tumbuh tanaman inang
• Sebaiknya ditumbuhkan dalam rumah kaca atau kondisi terkontrol
• Embrio cukup besar dan berkualitas tinggi
Kondisi media
• Hara makro dan mikro
• pH 5.0 – 6.0
• Sukrosa sebagai sumber energi. Embrio belum matang perlu sukrosa 8-12%,
embrio matang 3%
https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Faktor yang mempengaruhi kesuksesan kultur embrio
Kondisi lingkungan
• Oksigen (perlu oksigen tinggi)
• Cahaya. Kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap selama 14 hari, kemudian
ditransfer ke cahaya untuk merangsang sintesis klorofil
• Suhu. Kadang perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 4ºC) untuk memecah dormansi
https://www.slideserve.com/aelan/embryo-culture-haploid-culture
Embryo rescue
Tujuan:
memperpendek siklus
breeding (pembiakan)
pada sorgum
doi:
10.2135/cropsci2
013.07.0471
Embryo rescue
Tujuan: mendapatkan
informasi genetik dari
spesies lentil liar
embryo rescue
dilakukan untuk
mengatasi rintangan
reproduksi
Menggunakan auksin
4-chloroindole-3
acetic acid (4-Cl-IAA)
Plant Cell,Tissue, and Organ Culture (PTCOC) volume 120, pages109–116 (2015)