Anda di halaman 1dari 10

PERANAN ZAT PENGATUR TUMBUH DALAM

MIKROPROPAGASI TANAMAN MELON (Cucumis


melo Linn.l
Sariwulan Diana

ABSTRAK

Melon (Cucumis melo Linn.) merupakan salah satu tanaman familia Cucurbita-
ceae yang kemungkinan besar berasal dari Afrika dan tergolong baru beredar di
lndonesia. Potongan jaringan darihipokotil mampu diinduksiuntukmembentuktunas
secara langsung pada medium padat Murashige dan Skoog, dengan penambahan
zat pengatur tumbuh lndoleacetic Acid (lAA) dikombinasikan dengan berbagai
konsentrasi Kinetin. Medium yang paling cocok untuk pembentukan tunas adalah
medium dengan perbandingan molar Kinetin terhadap IAA 225 kali (Kinetin 5,6 X 1O-
5 M; IAR 2,5X 1O-7 Ml. Medium yang paling cocok untuk pertumbuhan tunas adalah
medium dengan perbandingan molar Kinetin terhadap IAA 10O kali (Kinetin 2,5 X 10-
5 M; IAA 2,5 X 10-7 M). Akar terbentuk pada medium yang mengandung zat pengatur
tumbuh lndolebutyric Acid {lBA).

ABSTRACT I PENDAHULUAN

Melon is one of the members of Cucurbita- Menurut Koblitz {1965, dalam Noerhadi,
ceae originated from Africa, and is still retri- 19741 kultur jaringan didefinisikan sebagai
buted in lndonesia. By adding combination of suatu kultur yang terdiri dari potongan jaringan
lndoleacetic Acid (lAA) with various consentra- yang' dipisahkan darilingkungan alaminya dan
tion of Kinetin, to small piece of tissue taken ditanam pada medium buatan sscara steril,
from hypocotyle, buds was formed directly in dimana potongan jaringan ini mampu me-
Murashige and Skoog solid media. The best ngadakan pembelahan sel dan pertambahan
medium for bud forming was of 225 molar of plasma. Proses proliferasi ini akhirnya mem-
Kinetin to molar Of IAA comparison (Kinetin 5,6 bentuk massa sel yang tidak terdiferensiasi
X 10-5 M; IAA 2,5X 10-7 M'. The medium for dan tidak terorganisasi yang disebut kalus.
bud growth was of I O0 molar of Kinetin to molar Tetapi seka-rang umumnya telah disetujui
of IAA combination {Kinetin 2,5 X 1O-5 M; IAA bahwa istilah kultur jaringan secara luas
2,5 X 1O-7 M). Root was formed in the medium menyatakan kultivasiin vitro di bawah kondisi
with Indolebutyric Acid (lBA). yang aseptik dari seluruh bagian tanaman,

1t
apakah itu berupa protoplasma, sel, jaringan vegetatif. Hal ini sudah diketahui dalam teori
ataupun organ (Mantel et al., 1985'. totipotensi sel.
Ada tiga prinsip utama yang terlibat dalam Mikropropagasi adalah istilah populer dari
kultur jaringan (Biondi dan Thorpe,l 981 ),yaitu : propagasi klonal {Bhojwani dan Razdan, 1983)
yaitu perbanyakan tanaman melalui propagasi
1. pengisolasian bagian tanaman, baik berupa
sel maupun jaringan atau organ daritanaman vegetatif dalam ukuran miniatur dan kondisi
yang steril (Mante[ et al., 198b).
utuh
2. melengkapibagian tanaman tadi dengan Ada beberapa alternatif dalam melakukan
lingkungan yang cocok dan kondisi kultur mikropropagasi (Mantell et al., lgBS). yaitu:
yang tepat yang harus diberikan 1. multiplikasi meristem yang didapat dalam
3. semua di atas harus dalam keadaan yang tunas ketiak pada medium buatan
aseptik yaitu bebas dari kontaminasi. 2. multiplikasi melalui tunas apikal yang
Gamborg dan Shyluk (19811 membagi dipisahkan dari tanaman induknya
teknologi kultur jaringan ke dalam lima kelom- 3. multiplikasi dengan menginduksi meristem
pok, berdasarkan tipe bahan yang digunakan adventif yang dibentuk langsung dari
adalah kultur kalus, kultur sel, kultur organ, potongan jaringan ataupun kalus setelah
kultur meristem dan kultur protoplasma. proses organogenesis atau embriogenesis
Menurut Murashige (1 9741 aplikasi metoda 4. multiplikasi kalus yang dibentuk pada organ,
kultur jaringan banyak digunakan dalam bidang jaringan, sel ataupun protoplasma yang akan
produksi bahan obat-obatan dan bahan alami membentuk tanaman baru melalui organo-
lainnya, perbaikan sifat genetis tanaman, genesis atau embriogenesis somatik. Tunas-
penemuan klon-klon bebas penyakit dan pe- tunas yang terbentuk ini dapat diperbanyak
lestarian plasma nutfah serta multiplikasi klonal dengan menggunakan ketiga prinsip diatas
dari varietas yang terpilih. (a, b dan c).
Propagasi melalui teknologi in vitro ini Zat pengatur tumbuh adalah salah satu
ternyata memiliki beberapa keunggulan di- faktor yang sangat menentukan keberhasilan
bandingkan dengan metoda konvensional. kultur jaringan, begitu juga konsentrasinya
Diantaranya adalah kecepatan dalam propagasi merupakan faktor kritis untuk mengontrol
tanaman, sehingga Evans et al. (19811 pertumbuhan dan morfogenesis. Seperti yang
menyebutkan bahwa metoda kultur jaringan ditunjukkan oleh Skoog dan Miller (l 957, dalam
dapat digunakan untuk memperbanyak tanam- Galston dan Davies, 1970), interaksi antara
an yang berbiak sangat lambat,mengurangi auksin dan sitokinin akan mempengaruhi pem-
waktu propagasi berbagaijenis tanaman yang bentukan kalus dan diferensiasi jaringan pada
dibutuhkan dalam jumlah banyak dan memper= kultur tembakau. Pada konsentrasi auksin yang
banyak varietas yang resisten terhadap virus. tinggi dan sitokinin yang rendah (lAA 0,18 mg/
dan Kinetin O mg/ll akan merangsang pemben-
Propagasi vegetatif atau propagasi aseksual
menurut Hartmann dan Kester (1978) adalah tukan akar. Perbandingan auksin dan sitokinin
perbanyakan tanaman dari bagian vegetatif relatif sama dalam medium (lAA O,OO5 mg/l dan
Kinetin 0,18 mg/l), merangsang pembentukan
sehingga sifat-sifat yang diinginkan dari suatu
tanaman akan terus dipelihara melalui klon. kalus. Konsentrasi auksin yang rendah dan
Klon itu sendiri didefinisikan sebagai suatu sitokinin yang tinggi (lAA 0,005 mg/l dan
materi yang seragam secara genetik berasal dari
Kinetin I mg/llakan membentuk tunas. Kedua
satu individu dan diperbanyak melalui propagasi zat pengatur tumbutr ini begitu dominan

45
dalam kultur jaringan, walaupun'zat pengatur Tabel 1. Susunan konsentrasi dan perbanding-
tumbuh lainnya sering pula digunakan, mi- an molar Kinetin terhadap IAA dalam
salnya gibberellin (GA 3l {Gamborg & Shytuk, medium induksi pembentukan tunas.
1981!.
Pengadaan bibit melalui perkecambahan Kinetin tAA 2,5 X 1o-7 M
biji, sampai saat inimerupakan metoda kon-
vensional penanaman melon (Trubus, I984; 2,5 X 10-6 M 100
Soeseno, 1985). Apabila ditanam dengan cara 5,0 x 10-6 M 200
demikian, maka generasi-generasi berikutnya
5,6 X 10-5 M 225
akan mengalami kemunduran sehingga hasil
panen akan menurun. Karena itu harus dicari 6,25 X 10-5 M 250
cara lain dalam mengusahakan pengadaan bibit
dan metoda yang paling tepat adalah metoda
nonkonvensional melalui kultur jaringan. Sep- 2. Gara Keria :
efii yang telah disebutkan di muka bahwa
salah satu aplikasi kultur jaringan adalah untuk
perbanyakan tanaman dari varietas terpilih. Dise- 1l Sterilisasi :
butkan pula bahwa zat pengaturtumbuh berpen-
garuh baik dalam konsentrasi maupun interaksi Semua alat yang digunakan disterilisasi
antara auksin dan sitokinin dalam kultur jarin-
dahulu termasuk botol-botol, cawan petri,
gan. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah skalpel dan pinset. Untuk perkecambahan
dan untuk medium kultur, semua botolyang
untuk mengamati peranan zat pengatur tum-
sudah steril diisi medium dan kemudian dis-
buh dalam medium kultur terhadap pertum-
buhan potongan jaringan hipokoril melon (Cu-
terilisasi kembali dalam otoklaf selama l b
menit pada suhu 1 2l oC dan tekanan I blb/in2.
cumis melo). Sebagai tujuan akhir dari
penelitian ini adalah perbanyakan tanaman Untuk memperoleh kecambah yang asep-
melon sebagai salah satu usaha untuk tik, biji-boji melon direndam dalam larutin
memperoleh bibit. HgCl, O,2 % selama l0 menit, kemudian
direndam dalam larutan clorox 50 % setama 5
menit lalu dibilas 2 sampai 3 kali dengan
II BAHAN DAN CARA KERJA akuades steril. Akhirnya ditanam dalam
botol perkecambahan.
2l Penananran Eksplan :
1. Bdran Penelitian :
Setelah kecambah berumur S sampai 7
Eksplan yang digunakan dalam penelitian ini hari. bagian hipokotilnya dipotong sepanjang
hipokotil kecambah melon (Cucumis melol var. 0,7 cm dan ditanam pada medium padat
Hales Best. Biji melon ini didatangkan khusus
Murashige dan skoog (1962). Ke datam
dari J.E Ohlsens Enke Copenhagen, Denmark. medium induksi pembentukan tunas ini di-
Medium yang digunakan adatah medium Mu-
tambahkan zat pengatur tumbuh IAA
rashige dan Skoog {1962}, dan zar pengatur
sebanyak 2,5 X lO7 M dikombinasikan
tumbuh yang digunakan adalah golongan dengan berbagai konsentrasi Kinetin dari
auksin dan sitokinin. Darigolongan auksin yang 2,5 X 10-6 M sampai 6,25 X 10-6 M.
dipakai adalah lndoleacetic Acid (tAA) dan
lndolebutyric Acid (lBA), ss66ngkan dari go- Tunas-tunas yang terbentuk pada me-
longan sitokinin adalah G-furfuryl amino purine dium induksi di atas kemudian disubkultur
(Kinetin).

46
pada medium yang sama tanpa zat pengatur Tabel 2. Hasil pembentukan dan pertumbuhan
tumbuh untuk perpanjangan tunas. tunas yang terbentuk pada medium
Baik tunas apikal maupun tunas ketiak dengan berbagai perbandingan molar
yang terbentuk pada medium pemanjangan Kinetin terhadap lAA, pada umur eksflan
tunas ditanam kembali pada medium yang 3 minggu.
mengandung berbagai zat pengaturtumbuh
IBA. Perb. Molar Jlh tunas Tinggi tiap tunas
Kin/lAA perbotol (cm)
Baik penanaman eksplan hipokotil maupun
subkultur dari tunas-tunas yang terbentuk 100 4- 6 4,6 - 2,1
serta sterilisasi biji, dilakukan dalam kotak 200 7- 11 0,6 - o,B
pemindah beraliran udara.
225 14-24 0,3 - o,4
3l Kondisi Ruang Kuhur :
Semua kecambah dan semua kultur ditem-
250 2- 4 o,1 - o,2
patkan di dalam ruang kultur yang bersih pada
temperatur kamar dan diberi cahaya sebesar
Dari hasil studi Skoogdan Miller {1957}
10O0 lux secara terus-menerus.
disebutkan tentang pengaruh interaksi auiisin
dengan sitokinin pada pertumbuhan empulur
4l Penganatan : tembakau dalam kultur jaringan (Devlin, l 969l.
Yang terutama diamati dalam penelitian Mungkin dari hasil itulah diketahui aksi Kinetin
ini adalah pembentuk dan pertumbuhan tunas bila ditambahkan bersama auksin, bahwa selain
dari potongan jaringan hipokotil yang ditanam dapat merangsang pembelahan sel juga mem-
pada medium dengan berbagai konsentrasi pengaruhi fenomena morfogenetik. Bahkan
IAA dan Kinetin. Juga respons dari tunas menurut Galston dan Davies (1970) perban-
apikal dan tunas ketiak yang terbentuk pada dingan molar yang tinggi dari Kinetin terhadap
medium pemanjangan tunas, terhadap auksin mengarah ke pembentukan tunas. Ter-
medium dengan berbagai konsentrasi IBA nyata dengan naiknya perbdndingan rgolar
yang diberikan. Kinetin terhadap IAA makin banyak tunas yang
terbentuk. Tetapi bagaimanapun penambahan
, Seluruh pengamatan dilakukan secara zat pengatur tumbuh ke dalam medium kultur
visualdalam waktu 3 minggu setelah penga- selalu berinteralsi dengan zat pengatur tumbuh
matan. endogen, menghasilkan suatu respons tertentu.
Pada medium yang mengandung perbandingan
Kinetin dengan IAA 10O kali jurhlah tunas yang
III HASIL PENGAMATAN DAN
terbentuk sekitar 4 sampai 6 buah tiap botol.
DISKUSI Pada medium dengan perbandingan Kinetin ter-
hadap IAA 2O0 kali terbentuk 7 sampai 1l
l. Pcmbentukan Tunas: tunas setiap botol. Sedangkan pada medium
yang perbandingan Kinetin dengan IAA 225
Dari hasil pengamatan kultur hipokotil pada kali, jumlah tunas yang terbentuk sekitar 14
medium Murashigedan Skoog (19621 dengan sampai2O tunas. Tetapi pada medium dengan
pemberian IAA 2,5 X 1O-7 M dan berbagai kandungan Kinetin yang lebih tinggi baik jumtah
konsentrasi kinetin, tampak bahwa dari ber- tunas yang terbentuk maupun pertumbuhannya
bagai perbandingan konsentrasi Kinetin ter- justeru terhambat. Dari hal-hal di atas dapat
hadap IAA memberi pengaruh terhadap dikatakan bahwa baik interaksi antara Kinetin
pembentukan tunas. dengan IAA yang diberikan maupun interaksi

17
antara zat pengatur tumbuh yang diberikan inipun merupakan sumber bahan untuk perba-
dengan zat pengatur tumbuh endogen, akan nyakan tunas.
menghasilkan pertumbuhan tunas. Medium yang
baik untuk pembentukan tunas adalah
paling 4. Perbanyakan Tunas dan perakaran:
medium dengan perbandingan molar Kinetin Baik dari tiap tunas apikal maupun dari
terhadap IAA sebanyak22S kali. Tetapi apabita tunas ketiak yang terbentuk pada medium
perbandingan molar Kinetin terhadap IAA lebih perpanjangan tunas, masing-masingdisubkul-
tinggi lagi tentu interaksinya akan berubah tur pada medium dengan berbagai konsentrasi
pula, sehingga tidak efektif untuk pembentukan zat pengatur tumbuh lBA.
tunas.
2, Pertumbuhsr Tunas :
Tabel 3. Hasil perbanyakan hrnas dan perakaran
yang terbentuk pada medium yang
selain pembentukan tunas, juga penum- mengandung berbegai konsentrasi lBA.
buhantunas diamati. Pada medium dengan per-
bandingan molar Kinetin terhadap IAA I OO kati, IBA (M} Jumlah tunas Perakaran
tinggi tunas yang terbentuk berkisar antara 0,6 perbotol
cm sampai 2,"1 cm. Tinggi tunas yang terbentuk
pada medium dengan perbandingan molar Ki- 5 X 10-7 10-21
netin terhadap IAA 200 kali adalah sekitar 0,6 10-6 8-14
cm sampai O,8 cm. Sedangkan pada perban- 5 X 10-6 3- I
dingan molar Kinetin terhadap IAA yang lebih 10-5 2- 5
tinggi menjadi sekitar 0,3 cm sampai O,4 cm. 5X 10-5 1- 2
Untuk perbandingan molar Kinetin terhadap IAA
yang lebih tinggi lagi pertumbuhan tunas
_Pada medium yang mengandung IBA b X
terhambat. 10-'M, jumlah tunas yang terbentuk ada yang
Seperti juga pada sistem pemanjangan sel sampai mencapai 21. tunas datam satu botol.
pada koleoptil gandum dan pertumbuhan Makin tinggikonsentrasi IBA yang ditambahkan
memanjang kacang polong, Kinetin cenderung dalam medium makin berkurang jumlah tunas
yang terbentuk. Pada medium yang mengan-
untuk menghambat pertumbuhan ke arah tongi-
tudinal yang distimulasi oleh auksin dan mer- dung IBA dengan konsentrasi berturut-turut
10-6 M, b x 10-6 M, t0-6 M dan 5 x 1o-E M,
angsang pertumbuhan transversal (Galston &
jumlah maksimaltunas yang terbentuk masing-
Davies, l970l. Begitu pula menurut Krish-
namoorthy (19811 yang mengatakan bahwa masing 14, 8, 5 dan 2 tunas. perbedaan
aplikasi sitokinin menghambat peftumbuhan pertumbuhan tunas itu sendiri tidak begitu
longitudinaldari batang dan akar tetapi menam- mencolok dari satu variasi konsentrasi IBA
bah diameter organ-organ tersebut. Jadi dengan dengan konsentrasi IBA lainnya, kecuali pada
meningkatnya konsentrasi Kinetin yang diberi- medium dengan konsentrasi IBA S X l0-5 M.
kan pada medium, tunas-tunas yang terbentuk Pada medium ini selain tidak menginduksi
perbanyakan tunas, juga dapat menekan per-
makin pendek karena pemanjangan sel ke arah
longitudinal makin dihambat. tumbuhan tunas.

3. Perpanjangan Tunas :
Bahwa terjadinya perbanyakan tunas pada
medium yang hanya mengandung zatpengatur
Perpanjangan tunas ternyata dapat di- tumbuh IBA ini, kemungkinan disebabkan oleh
rangsang pada medium tanpa zat pengatur penyerapan Kinetin yang tinggi pada jaringan
tumbuh. Tunas yang ditanam pada medium ini dari medium inokulasiawalyaitu medium untuk
tingginya ada yang sampai 7 cm dan dari satu menginduksi pembentukan tunas. Oleh karena
tunas dapat menghasilkan 4 tunas ketiak. itu tunas-tunas tersebut masih mampu untuk
18
mengadakan perbanyakan tunas pada medium Jumlah tunas yang terbentuk ini, relatif
yang hanya mengandung IBA saja. meningkat dengan naiknya perbandingan molar
Dengan makin meningkatnya konsentrasi Kinetin terhadap lAA. Dari sekian medium
IBA yang diberikan ke dalam medium, maka in- dengan berbagai variasi perbandingan molar
teraksinya dengan zat pengatur tumbuh en- Kinetin terhadap lAA, yang paling cocok untuk
dogen { mungkin meliputi Kinetin yang terserap pembentukan tunas adalah medium dengan
dari medium inokulasi awal) akan mengarah perbandingan molar Kinetin terhadap IAA se-
hanya ke pembentukan kalus saja. Karena itu banyak 225 kali. Sedangkan medium yang
mungkin cenderung berkurang kemampuannya paling baik untuk pertumbuhan tunas adalah
dalam multiplikasi tunas, seperti apa yang medium dengan perbandingan molar Kinetin
terjadi pada medium yang mengandung IBA terhadap IAA sebanyak l0O kali.
sebanyak 5X10-6M. Dari tiap tunas yang terbentuk, apabila
Zat pengatur tumbuh IBA itu sendirisering disubkultur pada medium dengan zat pengatur
digunakan terutama untuk merangsang pem- tumbuh IBA ternyata menghasilkan tunas. Di
bentukan akar {Shehata et al., 1974; Tran lain pihak IBA mampu pula membentuk akar.
Thanh Van et al., 1974; Halder dan Gadgil, Medium yang paling banyak memberirsspons
1981; Hussey, 1981). Dari hasil pengamatan, terhadap perbanyakan tunas adalah medium
ternyata akar mampu dibentuk hanya pada yang mengandung IBA sebanyak 5 X lO-7 M.
medium yang mengandung IBA 10-6 M. Akar Makin tinggi konsentrasi IBA yang ditambahkan
tidak terbentuk pada medium yang mengand- dalam medium, makin berkurang pula tunas
ung tBA 5 x 10-6 M, tO-6 M, S x tO-6 M dan b yang dibentuk. Perakaran terjadi hanya pada
X 10-6 M. Pembentukan akar ini mungkin ada medium yqlg mengandung zat pengatur tum-
hubungannya dengan perbanyakan tunas yang buh IBA 1O 5 M.
terbentuk. Pada medium yang mengandung IBA
5 X 1O-7 M, 10-6 M dan 5 X 10-6 M tunas yang
terbentuk relatif lebih banyak daripada tunas DAFTAR R'STAKA
yangterbentuk pada medium yang berkonsen-
trasi 10-6 M" Dan mungkin pada medium
dengan konsentrasi IBA lebih kecil dari t0-s M, Bhojwani, S.S. dan M.K. Razdan. 1g83. p/ant
interaksinya dengan zat pengatur tumbuh en- Tissue Culture Theory and practice.
dogen belum mampu untuk merangsang pem- New York, Elsevier
bentukan akar. Sedangkan pada konsentrasi IBA Biondi, S. dan T.A. Thorpe. lgSt . ptant fissue
5 X 1O-5 M, pembentukan akar sudah dihambat. Culture - Methods and Apptication in Ag-
riculture.. New york, Academic press
IV RINGKASAN Devlin, R.M. 1969. Ptantphysiotogy.2 nd ed.
New York, Van Nostrand Reinhold
Company
Kultur hipokotil dari kecambah Cucumis Evans, D.A., W.R. Sharp dan C.E. Flick. lggl.
melo Linn. varietas Halest Best yang ditanam Growth and Behavior of Cell Cultures :
pada medium padat Murashige dan Skoog Embryogenesis and Organogenesis. Dalam
(1962) dengan penambahan zat pengatur Plant Tissue Cutture Methods and Appli-
tumbuh IAA dan berbagaikonsentrasi Kinetin cation in Agriculture. Ed : T.A. Thorpe.
yang tinggi, ternyata mampu menginduksi New York, Academic press
pembentukan tunas secara langsung.
Galston, W.A. dan P.J. Davies. l g7O. Controt

19
Mechmisms in Plant Development. Siswoputranto, L. l g8S. Teknologi canggih
Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Pembibitan Hortikultura. dalam pikiran
Jersey. Rakyat.27 Desmber 1985.
Gamborg, O.L. dan J.P. Shyluk. 1981. Soeseno, S. 1985. Melon Sebagai Gentong Air.
Nutrition, Media and Charateristics of ' Dalam lntisari XXt p73 (2b9) : 139 -
Plant Cell and Tissue Cultures. Dalam 144_
Plant Tissue Culture - Methods and
Apptications in Agricutture. Ed. : T.A.
Tran Tranh Van. M., Nguyen Thi Den dan
Thorpe. Academic Press. New York. Averil Chyah. 1974. Regulation of Or-
ganogenesis in Smell Explants of
Halder, T. dan V.N. Gadgil. t 981 . Morphogene- Superficial Tissue of Nicotiana tabacum
sisin Some PlantSpecies of The Family L. Planta (Berl.) 119 : 149 - 159
Cucurbitaceae. Proc. Costed. Symp. on
Tissue Culture of Economically lmpor- _, Melon Si Manis yang Manja . Trubus.Mei
tant Plants. Ed. : A.N. Rao. Singapore.
1984 No. 174. Tahun XV :294 - 29S.
96 - 103.
sambungan halaman 43 ...... (krips)
Hartmann, H.T. dan D.E. Kester.1978. Plant
kopagation Principles and Practices. 3rd pendidikan fisika dan cara penyajian fisika di
ed. Prentice Hallof lndia Private Limited. sekolah sangat kelaki-lakian. Bukti untuk pen-
New Delhi. dapat ini adalah bahwa wanita yang menerima
fisika dari guru perempuan secara statistis
Hussey, G. 1983. tn Vitro Propagation of memilih fisika lebih sering. Menurut mereka
Horticultural and AgriculturalCrops.
orang fisika harus menyadarkan tentang aspek-
Dalam Plant Eiotechnology. Ed.: S.H. aspek jenis kelamin dalam pendidikan fisika.
Mantell dan H. Smith. University Press.
New York. KESIMPULAN DAN SARAN
i
Krishnamoorthy, H.N. 1981 . Plant Growth Sub- lni beberapa (mungkin tidak
iengkapljaw*an
stances. Tata McGrow - Hill Publishing masalah kita. Apa yang dapat dilakukan untuk
Company Limited. New Delhi. menyembuhkan penyakittersebut? Apakah
Mantell, S.H., J.A. Matthews dan R.A. McKee. obatnya? Kadang-kadang kita borputus asa.
1985. Principles of Plant Biotechonogv. Datam lapangan internasional banyak projek
Scientific Publications. Oxford. dilakukan untuk mengobatinya, tapi semuanya
gagal. Siapa bersedia untuk memberipenyele-
Murashige, T. 1974. Hant Propagation Through saianT
Tissue Culture. Ann. Rev. Plant Physiol.
25:135 - 166. Yang penting adalah, bahwa kita menyadari
masalah itu dan tidak menerimanya sebaga;
Nurhadi, E. 1974. Kultur Jaringan Tumbuhan sesuetu yang wajar. Tiap jawaban di atas
Sebagai Bahan Penyelidikan dan Poten- sedikit benar, tidak ada yang lengkap. Kita
sinya di dalam Pembangunan Negara. sudah menang banyak kalau kita menyadari
Pidato Penerimaan Jabatan Guru Besar diri tentang masalah dan bertekad untuk mem-
llmu Botani pada lnstitut Teknologi Bna- perbaikinya.
dung. Penerbit Universitas lTB. Band-
ung. Ada masalah dan kita tidak bisa
menjauhkan diri darinya. Masyarakat dunia
Shehata, M.A., D.W. Davis dan P.E. Read. memerlukan lebih banyak orang yang berpikir
1974. Vegetatif Propagation of Cucum- dengan fisika.
ber. Hort Science. Vol I (6) : 575 -576.

50
berhinggar Pemecahan termadap permasalahan
tersebut .
Penerapan n2h2
menghasilkan En -_
Konsep Partikel Dafam B,n"'
Kotak-Potensial berguna untuk menjelaskan molekul dengan
elektron bebas seperti poliena terkonjugasi.
Satu Dimensi Panjang gelombang molekul-molekul tersebut
dengan demikian dapat dihitung.

I Pendahuluan
Zdnd
Konsep partikel dalam kotak merupa(an
sub-pokok bahasan yang diajarkan di dalam
mata kuliah Fisika Modern dan ikatan kimia bagi
ABSTRACT mahasiswa S-l Jurusan Fisika dan Kimia.
Pendalaman konsep tersebut terasa masih
One of the application of Schrodi- kurang bagimahasiswa maupun dosen pada-
nger equation is concerned with the hal aplikasi konsep tersebut cukupluas. penulis
particles in a box. A one dimensional menganggap perlu para mahasiswa dan dosen
box with infinite potential walls con- mendalami konsep ini, dengan demiklan mata
stitute the simplest type. The solution kuliah matematika sunggurh dapat dite-rapkan
to this problem, dan dirasakan manfaatnya. Kali iilidipilih juduldi
atas untuk di bahas.
n2h2
En=-
-'
8ma2 ll Bahasan
is usefulfor explaining molecules with
free electrons such as the conjugateb Secara fisika suatu partikel yang ditem-
polyenes. Accordingly the wavelength - patkan dalam kotak potensial dengan dinding
of these molecule can be calculated. tak terhingga let I tingginya, tidak dapat keluar
dari kotaktersebut. Energi E berapapun lE <czt1
yang diberikan pada partikel tersebut tidak
cukup besar untuk dipergunakan dalam menga-
ABSTRAK tasi dinding potensial. Secara skematis untuk
kasus satu dimensikeadaanya dapat digambar-
kan dengan sketsa dalam gambar l.
Salah satu penerapan persamaan Schrodin- Andaikan bahwa ada satu partikel p de-
ger membahas penyelesaian masalah partikel ngan E dalam kotak potensial tersebut, maka
dalam kotak. Contoh paling sederhana adalah secara klasik diketahui bahwa partikel
kotak satu dimensi dengan sumur potensial tak itu akan bergerak dari kiri ke kanan dan

51
kemudian dalam arah sebaliknya. Partikel Untuk memenuhi hal tersebut dalam per-
tak dapat menembus kedua dinding kotak samaan (3) harus berharga nol baik pada x = O
dan partikel tidak kehilangan sebagian e- maupun x = a. untukx = 0, persamaan (31 akan
nerginya bila ia bertumbukan dengan dinding. dapat diubah menjadi :
Dengan kata lain energi total partikeltetap dan
kemungkinan untuk menemukan partikel ( U2l fa",^ lnx
di luar kotak adalah nol. * =a sh (41
L-h,l
t t
x = €, persamaan (4) dapat diubah
Untuk
lagi menjadi :

Jn
f e*^
v= V= ril=ASin
. L;a=o
A = 0, maka Sinl-
[** J, a,
Karena | harus
sama dengan nol, L n' J
x=O x=a ini hanya akan dipenuhi bila Sinl-
[r'".iln
la=nr
Gambar 1 Kotak satu dimensi untuk sumur di mana n = O, 1,2,3, ..... I tr, J
potensial tak terhingga
Dari hubungan ini diperoleh harga eigen En
dan fungsi eigen ry'":
Karena {2 = A, maka ry' akan = O untuk
O > x > a. Persamaan Schrodingersdtudimensi n2h2 ntr
dapat diterapkan dalam kasus ini. Persamaan En -- dan *.=ASin-x
tersebut adalah : 8ma2 a

dr* 8lm Nilai A dapat diperoleh secara normalisasi


yaitu bilaj'*n' dr = 1. Jika djgglesaikan secara
+_ lE_Vt:0=O n)
matematika diperoleh e =\/Zta.
dx2 6z
Didalam kotak potensial V = 0 maka Jadi fungsi gelombang yang tgtah dinormali-
persamaan (l) dapat di ubah menjadi :
sasi berbentuk

d,{ gr2m
E*=O l2l p^I.r"r"[+]
dx2 h2

Penyelesaian persamaan {2} secara matema-


tika akan menghasilkan persamaan {3) Makna fisik dari persamaan ,,, = f'
fa*r^ An fr'r* Jn
menunjukkan adanya ber- 8mtr
bagai tingkat energi yang
o' = Asin l-l *co"l-l *
L h2J '
terkuantisasi yang berharga
L hd (3t tertentu. Jadi dikenal E1, E2' Er' ,,.. dst.
Syarat utama yang harus dipenuhi yaitu AE dapat diperoleh dari hubungan :
mencegah diskontinuitas padax =0 dan x =a
52
(n+1)2h2 n2h2 {2n + 1}2 Energi kuantum yang diserap ada transisi
AE=En+r.-E dari n = 3 ke n = 4, dapat dihitung lewat
" gn.,"t gma2 gmaz persarnaan :

AE akan kecildan tingkat energi dapat saling c6z


berimpit (sifat kontinuitas) bila m besar, ini h u = h- - Eo-E. =- i@2421 (Sl
sesuai dengan tinjauan mekanika klasik. Hal
serupa akan terjadi bila a diperbesar. Untuk
\ 8ma2
partikel elektron yang memiliki nilai m kecil, Bila panjang ikatan C = C 1,33 A, panjang
maka AE cukup besar dan tingkat energi tidak ikatanC-C 1,54A dan C-H 0,llSAmaka
saling berimpit (sifat diskontinuitas). Di sini panjang molekul a = 7,3 A. m adalah massa e-
jelas terlihat bahwa pendekatan secara kuantum lektron, h konstanta Planck dan C kecepatan
dapat menerangkan sifat kontinuitas, maupun cahaya.
diskontinuitas, sedangkan secara mekanika Bila dihitung dari persamaan (5) diperoleh
klasik hanya dapat menerangkan sifat kontinui- :
X 2507 A. Harga tersebut berdekatan dengan
tas.
hasil eksperimen/pengamatan ( \ = 2580 A).
Cara ini telah dilakukan dengan hasil baik
lll Pengraoan oleh H. Kuhn terhadap deret senyawa a,w-
difenipoliena Ph (-CH:CH-ln Ph.
Hasil penelitian Kuhn dipaparkan dalam tabel
Molekul berikatan rangkap terkonjugasi berikut.
heksatriena dapat dijadikan model permasalahan.
Molekulinimemiliki 3 buah ikatan rangkap yang Tabel prediksi tr maksimum molekul
mengandung 6 buah elektron r. Diasumsikan a, w-difenilpoliena, Ph-{CH = CH),-Ph.
elektron akan terdelokalisasi dan bergerak
sepanjang molekul tapi tak keluar dari molekul nm
tersebut. Repulsi elektron dalam kasus ini n
diabaikan. Panjang molekul dapat dianggap pengamatan hitungan
sebagai lebar kotak a. Keenam elektron z akan
mengisi tingkat-tingkat energi, setiap tingkat 1 306 310
sebanyak 1 pasang elektron sesuai aturan Pauli.
Hal ini dapat dilihat dalam gambar 2. 2 334 334
Energi kuantum radiasi yang diserap 3 358 358
E4
4 384 380
5 403 400
E3
6 424 420
E2
7 435 438
E1
Dari tabel di atas terlihat bahwa bila n
membesar (ikatan rangkap bertambah) maka )t
C:C-C:C-C:C membesar pula. lni membuktikaan terjadinya
pergeseran merah (redshiftl atau efek bathokro-
Gambar 2 Transisi energi terendah (garis
putus-putus) terjadi bila elektron mik, yaitu suatu pergeseran ke arah frekuensi
tereksitsi dari n=3 ke n=4 bersambung ke halaman 58

53

Anda mungkin juga menyukai