Anda di halaman 1dari 7

KOMPETISI INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK

Amin Indra Wahyuni* Rizqi Rabbi Idz’hayanti, Mailani


Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
*Corresponding author: (aminindrawahyuni@gmail.com)
Abstrak
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya
yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi
individu penyaing. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati kompetisi intraspesifik dan interspesifik
terhadap perubahan tanaman jagung dan kedelai serta mengetahui jenis kompetisi pada masing-masing
perlakuan. Praktikum ini dilakukan pada pekarangan rumah selama 12 hari dan metode yang dipakai
adalah sistem tumpang sari (intercropping. Kompetisi intraspesifik dan interspesifik menimbulkan
persaingan antar individu dan antar spesies yang menghambat pertumbuhan bagi spesies yang mengalami
kekalahan dalam kompetisi. Kompetisi yang terjadi pada jagung dan kacang saja adalah kompetisi
interspesifik dan kompetisi bersifat negatif. Interaksi yang terjadi antara jagung dan kacang adalah
kompetisi interspesifik dan kompetisi bersifat positif-negatif. Persaingan yang terjadi antara organisme-
organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dari tumbuhan dalam hal ini bersifat merugikan.
Kata kunci : Kompetisi, tumpang sari, interspesifik, intraspesifik.

PENDAHULUAN competition yakni persaingan antara


Di alam, organisme tidak hidup organ tanaman, misalnya antar organ
sendirian tetapi berdampingan dan vegetatif atau organ vegetatif lawan
saling berinteraksi dengan organisme organ generatif dalam satu tubuh
yang lainnya. Begitupun yang terjadi tanaman dan Interplant competition
terhadap tumbuhan, interaksi ini bisa yakni persaingan antar dua tanaman
terjadi antara tumbuhan yang sejenis berbeda atau bersamaan spesiesnya
ataupun tidak sejenis. Interaksi yang (dapat pula terjadi pada intra maupun
terjadi antara organisme-organisme interplant competition) (Sastroutomo ,
tersebut dapat bersifat positif-positif, 2005).
positif-netral, positif-negatif, netral- Persaingan terjadi ketika organisme
netral, dan negatif- negatif. Namun baik dari spesies yang sama maupun
dalam praktikum ini yang diteliti adalah dari spesies yang berbeda menggunakan
kompetisi yang terjadi antara tanaman sumber daya alam. Di dalam
jagung dan kacang hijau. Kompetisi menggunakan sumber daya alam, tiap-
tersebut dapat berbentuk perebutan tiap organisme yang bersaing akan
sumber daya yang terbatas (resource memperebutkan sesuatu yang
competition) atau saling menyakiti antar diperlukan untuk hidup dan
indifidu yang sejenis dengan kekuatan pertumbuhannya. Persaingan yang
fisik (interference competition). dilakukan organisme-organisme dapat
Kompetisi yang terjadi antara individu memperebutkan kebutuhan ruang
sejenis disebut sebagai kompetisi (tempat), makanan, unsure hara, air,
intraspesifik sedangakan interaksi sinar, udara, agen penyerbukan, agen
antara individu yang tidak sejenis dispersal, atau faktor-faktor ekologi
disebut interaksi interspesifik lainnya sebagai sumber daya yang
(Wirakusumah, 2003). Kompetisi dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme
dibedakan menjadi empat macam, yaitu: untuk hidup dan pertumbuhannya.
Kompetisi intraspesifik yakni Mekanisme-mekanisme ekstrinsik dari
persaingan antara organisme yang sama interaksi kompetitif melibatkan aksi-
dalam lahan yang sama. Kompetisi aksi individu yang meningkatkan
interspesifik yakni persaingan antara kemungkinannya untuk hidup dan
organisme yang beda spesies dalam melibatkan reproduksi dengan
lahan yang sama. Kemudian Intraplant mengurangi kesempatan saingannya

1
untuk memperoleh suatu sumber Kode Jumlah Pola
makanan. Interaksi-interaksi ini pada Perlakuan Lubang Penanaman
hewan dan tumbuh-tumbuhan mungkin J-1 1 J
melibatkan interferensi langsung untuk J-2 2 J J
memperoleh sumber makanan atau
suatu penurunan umum kemampuan J J
J-4 4
saingnya untuk menggunakan sumber J J
tersebut (Indriyanto, 2006). Jagung dan J
kacang hijau merupakan jenis tumbuhan J J J
dengan habitat yang berbeda. Akan J-8 8
J J J
tetapi, jika keduanya ditanam pada satu
media bukan tidak mungkin akan terjadi J
suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu
saja berupa kompetisi dimana keduanya Tabel 2. Pola Penanaman Kacang Hijau
tidak hanya memperebutkan tempat
(Perlakuan K)
tumbuh, tetapi juga saling
memperebutkan unsur hara, air dan Kode Jumlah Pola
cahaya matahari untuk berfotosintesis Perlakuan Lubang Penanaman
sehingga terjadi tumpang tindih relung K-1 1 K
ekologi antara jagung dan kacang hijau.
K-2 2 K K
Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan
untuk mengamati kompetisi K K
K-4 4
intraspesifik dan interspesifik terhadap K K
perubahan tanaman jagung dan kedelai K
serta mengetahui jenis kompetisi pada K K K
masing-masing perlakuan. K-8 8
K K K
MATERIAL DAN METODE K
Praktikum ini dilakukan pada
pekarangan rumah selama 12 hari. Tabel 3. Pola Penanaman Jagung dan
Metode yang dipakai adalah sistem Kacang Hijau (Perlakuan JK)
tumpang sari (intercropping), yaitu
penanaman dua atau lebih tanaman Kode Jumlah Pola
dalam barisan tanam yang teratur sesuai Perlakuan Lubang Penanaman
pola bersamaan dalam satu bidang JK-1 1 J K
(Turmudi, 2002). Alat dan bahan yang J K
digunakan meliputi biji jagung, biji JK-2 2
K J
kacang hijau, polybag 17x25 cm, pupuk
kandang, tanah gembur, sekop tanah, J
silet, penggaris, dan timbangan. J K J
JK-4 4
Penanaman dilakukan dengan tanah dan K J K
pupuk dimasukkan ke dalam polybag. K
Kemudian biji jagung dan kedelai Analisis hasil penelitian dilakukan
ditanam dengan pola kerapatan tertentu dengan cara pertambahan tinggi
sesuai dengan berbagai perlakuan. Pola tanaman diukur setiaptiga hari sekali.
penanaman yang dipakai adalah sebagai Pengukuran dilakukan selama 12 hari
berikut: dengan total pengukuran setiap
Tabel 1. Pola Penanaman Jagung perlakuan adalah empat kali.
(Perlakuan J)

2
HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman yang tumbuh berdampingan.
Kompetisi antar tumbuhan dapat Selain faktor internal dan eksternal
berasal dari faktor internal dan pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi
eksternal. Faktor internal meliputi juga oleh iklim dan gangguan dari
kemampuan dan kualitas biji untuk spesies-spesies tertentu di suatu habitat
dapat bertahan hidup berdampingan seperti jamur, makrofauna tanah dan
dengan tumbuhan lain dan berbagi hewan lain yang berpotensi merusak
unsur hara yang disediakan tanah tanaman. Biji jagung dan kacang
tempatnya tumbuh. Faktor eksternal memulai pertumbuhannya dengan
yang berpengaruh terhadap mengakhiri dormansinya setelah
pertumbuhan antara lain unsur hara, air, terkukung faktor pemutusan dormasi,
cahaya, oksigen, karbondioksida, yang meliputi kadar air dan kelembaban
kelembaban tanah dan intensitas cahaya tanah, suhu tanah dan intensitas cahaya.
yang keberadaannya diperebutkan oleh

Grafik 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung


Grafik 1 di atas adalah grafik kecambah mulai tumbuh, namun grafik
yang menunjukka interaksi kompetisi di atas menunjukkan bahwa J4
yang terjadi antar tanaman jagung mengalami pertumbuhan rata-rata yang
dengan sesamanya. J1 memiliki tinggi yang paling lambat dan paling rendah
paling besar pada hari pertama dan hari dibanding dengan J1, J2 dan J8. J8
ke 6, 9 dan hari ke 12. Kemudian J2 mengalami perkecambahan normal
menunjukkan pertumbuhan dengan setelah melewati masa dormansi, namun
tinggi rata-rata signifikan yang paling tinggi rata-rata pertumbuhannya di
besar kedua setelah J1. J4 mengalami bawah J1 dan J2. J1 memiliki rata-rata
keterlambatan perkecambahan biji, hal paling tinggi karena pada media hanya
ini menunjukkan adanya terdapat 1 individu yang di tanam
ketidakmaksimalan dalam proses sehingga tidak ada kompetitor dan
pengakhiran masa dormansi sehingga unsur hara serta faktor fisik lain
biji berkecambah dalam waktu yang dianfaatkan secara maksimal oleh satu
lebih lama, kemudian pada hari ke 3-6 ndividu. Kemudian pada J2 ada

3
kompetisi intraspesifik dengan jarang ditemukan. Karena beberapa
membagi unsur hara dan faktor fisik faktor seperti keterbatasan tempat,
lain serta media dengan 2 individu yang keterbatasan bahan makanan, pengaruh
ditanam. Seharusnya, tinggi terbesar lingkungan, dan yang lainnya, spesies-
ketiga adalah J3, karena individu pada spesies itu mengalami persaingan yang
satu media sebanyak 4 biji, namun pada terjadi untuk mempertahankan
awal perkecambahan terjadi kehidupan, melestarikan jenisnya
keterlambatan pengakhiran masa (Rahardi dan Dwirahayu, 2007).
dormansi sehingga biji berkecambah Jenis kompetisi yang terjadi
dan tumbuh dalam waktu yang lebih pada seluruh perlakuan adalah negatif,
lama. Makhluk hidup yang ada dalam karena setiap media dengan jumlah
suatu ekosistem dapat mengalami individu banyak, pertumbuhan individu
adanya interaksi antar satu spesies itu sendiri akan terhambat. Faktor-
dengan spesies yang lainnya. Interaksi faktor lingkungan akan mempengaruhi
tersebut dapat berupa interaksi positif fungsi fisiologis tanaman. Respons
yang saling menguntungkan dapat juga tanaman sebagai akibat faktor
interaksi negatif seperti kompetisi atau lingkungan akan terlihat pada
persaingan. Persaingan tumbuhan dalam penampilan tanaman. Begitu pula
suatu spesies dapat dilihat dari jarak biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar
antar tumbuhan, di mana sebenarnya ekosistem tersebut juga spesifik atau
persaingan yang paling keras terjadi tertentu karena hanya tumbuhan yang
antara tumbuhan yang sama spesiesnya, sesuai dan cocok saja yang dapat hidup
sehingga tumbuhan dengan ukuran berdampingan. (Irwan,2007).
besar dari sepesies tunggal sangat

Grafik 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Hijau


Grafik 2 di atas adalah grafik kemudian stabil (tidak mengalami
yang menunjukkan interaksi kompetisi penambahan tiggi) pada hari ke 9-12.
yang terjadi antar tanaman kacang hijau Grafik K2 mengalami keterlambatan
dengan sesamaya. K1 memiliki tinggi perkecambahan biji, hal ini
yang besar pada awal pertumbuhan, menunjukkan adanya ketidak
karena tidak adanya kompetitor maksimalan dalam proses pengakhiran

4
masa dormansi sehingga biji disebabkan kekurangan sumber energi
berkecambah dalam waktu yang lebih atau sumber daya lainnya yang terbatas
lama, kemudian pada hari ke 3-6 kacang seperti sinar matahari, unsur hara, dan
tanah mulai tumbuh. Grafik K4 air. Kompetisi ini disebut juga
menunjukkan kecepatan pertumbuhan alelospoli, kemudian tumbuhan tertentu
yang sangat tinggi pada hari ke 3-6 dan baik masih hidup atau sudah mati
menunjukkan pertumbuhan yang menghasilkan senyawa kimia yang
signifikan sehingga dapat disimpulkan dapat mempengaruhi tumbuhan lain.
bahwa unsur hara yang diperoleh Senyawa kimia tersebut disebut
masing-masing individu merata dan allelopati. Adanya pengaruh baik fisik
dimanfaatkan secara maksimal oleh biji maupun maupun biologis lingkungan
dan dalam kondisi yang baik. Ada yang dap[at mempengaruhi
beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan jenis-
terjadinya hubungan sesama tanaman, jenis tumbuhan yang bertindak sebagai
diantaranya : Adanya kompetisi yang tuan rumah atau inang (Irwan,2007).

Diagram batang 1. Rata-rata Tinggi Jagung dan Kacang Hijau pada Hari Ke-12
Tanaman kacang hijau memiliki dan memodifikasi suhu, kelembaban
rata-rata tinggi yang paling besar serta aliran udara pada permukaan tanah
dibandingkan dengan tanaman jagung (Michael, 2004) . Pada jagung, antar
dari setiap perlakuan. Hal ini perlakuan menunjukkan penurunan
menunjukkan persaingan diantara pertumbuhan karena kompetitor pada
tumbuhan yang secara tidak langsung masing-masing perlakuan yang berbeda.
terbawa oleh modifikasi lingkungan dan Pada JK1 kompetitor hanya tanaman
bersaing untuk memperoleh air dan zat kacang hijau sehingga jagung tumbuh
hara serta intensitas cahaya yang mana dengan tinggi paling besar jika
ketika tanaman tumbuh semakin tinggi dibandingkan dengan tanaman jagung
cahaya akan semakin sulit diperoleh pada perlakuan yang lain. Tinggi rata-
karena daun dan batang dari kompetitor rata menurun pada jagung dengan
akan menghalangi cahaya. Tumbuhan perlakuan JK2 karena kompetitor yang
yang lebih tinggi menguasai sinar yang lebih banyak, baik intraspesies dan juga
mencapai tumbuhan yang lebih rendah interpesies. Kemudian tinggi rata-rata

5
pada JK4 adalah yang paling rendah antar jenis tanaman yang diusahakan
karena kompetitor lebih banyak. (Tim Penulis, 2008).
Berdasarkan diagram batang di atas Persaingan yang terjadi antara
dapat diketahui bahwa spesies yang organisme-organisme tersebut
unggul dalam kompetisi adalah kacang mempengaruhi pertumbuhan dari
hijau karena kacang hijau tumbuh tumbuhan, dalam hal ini bersifat
dengan baik sedangkan jagung merugikan. Setiap organisme yang
terhambat pertumbuhannya. Interaksi berinteraksi akan di rugikan jika sumber
yang terjadi diantara 2 spesies yang daya alam menjadi terbatas jumlahnya.
ditanam dengan metode tumpangsari ini Faktor-faktor intraspesifik merupakan
adalah kompetisi yang bersifat positif mekanisme interaksi dari dalam
negatif dimana salah satu spesies individu organisme yang turut
unggul dan yang satunya terhambat mengendalikan kelimpahan populasi.
pertumbuhannya. Pada penerapan pola Pada hakikatnya mekanisme
tanam sistem tumpang sari akan terjadi intraspesifik yang dimaksud merupakan
konsekuensi persaingan (kompetisi) perubahan biologi yang berlangsung
dalam memperebutkan cahaya, air dan dari waktu ke waktu (Wirakusumah,
unsur hara, antar individu tanaman dan 2003).

KESIMPULAN bersifat negatif. Interaksi yang terjadi


Kompetisi intraspesifik dan antara jagung dan kacang adalah
interspesifik menimbulkan persaingan kompetisi interspesifik dan kompetisi
antar individu dan antar spesies yang bersifat positif-negatif. Persaingan yang
menghambat pertumbuhan bagi spesies terjadi antara organisme-organisme
yang mengalami kekalahan dalam tersebut mempengaruhi pertumbuhan
kompetisi. Kompetisi yang terjadi pada dari tumbuhan dalam hal ini bersifat
jagung dan kacang saja adalah merugikan.
kompetisi interspesifik dan kompetisi

DAFTAR PUSTAKA

Indriyanto. (2006) . Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta


Irwan, Z.D. (2007) . Prinsip-Prinsip Ekologi. Bumi Aksara. Jakarta
Michael. (2004). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI
Press Jumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta.
Rahardi, R., dan G. Dwirahayu. (2007). Model kompetisi dua spesies. Jurnal Algoritma
2: 2
Sastroutomo, S. (2005). Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tim Penulis. (2008). Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga
Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Turmudi, E. (2002). Kajian Pertumbuhan dan Hasil Tanaman dalam Sistem
Tumpangsari Jagung dengan Empat Kultivar Kedelai pada Berbagai Waktu
Tanam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4 (2) : 89-96.
Wirakusumah, S. (2003). Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press:
Jakarta

6
LAMPIRAN
Tabel 4. Tinggi rata-rata tanaman jagung

Tinggi Tanaman (cm)


Hari ke-
J-1 J-2 J-4 J-8
3 2,8 1,6 0,4 1,7
6 9,6 8,3 2,2 5,7
9 14,4 13,5 2,6 7,7
12 17,2 16,4 4,3 10,5

Tabel 5. Tinggi rata-rata tanaman kacang hijau

Tinggi Tanaman (cm)


Hari ke-
K-1 K-2 K-4 K-8
3 6 0 2,5 0,9
6 10,3 4 10,5 7,8
9 13 6,2 13,1 9,2
12 13,2 10,5 14,4 13

Tabel 6. Tinggi rata-rata tanaman jagung dan kacang hijau

Tinggi Tanaman (cm)


Hari ke-
J1 K1 J2 K2 J4 K4
3 6 3,5 3,4 2,1 1,05 2,9
6 8,8 12,6 8,9 11,2 2,4 11,5
9 13 16,8 11,3 14,8 3,5 14,6
12 13,2 17,1 11,7 16 4,3 16,9

Gambar 1. Proses penyiapan media tanam Gambar 2. Proses penyiapan media tanam
Sumber : dokumen pribadi 2019 Sumber : dokumen pribadi 2019

Anda mungkin juga menyukai