Anda di halaman 1dari 11

KOMPETISI INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK

PADA TANAMAN JAGUNG DAN KACANG KEDELAI


Eka Apriliyani1, Udi Rofiuddin2
1,2
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat Timur – Tangerang Selatan
Email : eka.april44@yahoo.com

ABSTRAK
Semua tanaman memiliki kebutuhan yang hampir sama, keadaan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya interaksi bahkan persaingan atau kompetisi. Ada dua macam interaksi
berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesifik dan interspesifik. Interaksi interspesifik adalah
hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi
intraspesifik adalah hubungan antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Sistem
tanam tumpangsari adalah salah satu usaha sistem tanam dimana terdapat dua atau lebih jenis
tanaman yang berbeda di tanam secara bersamaan dalam waktu relative sama atau berbeda dengan
penanaman berselang-seling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama. Penanaman
jagung dan kedelai secara tumpangsari dapat menyebabkan adanya kompetisi baik interspesifik
maupun intraspesifik. Praktikum ini dilakukan untuk mengamati pengaruh kompetisi interspesifik
dan intraspesifik terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai serta untuk mengetahui jenis
kompetisi pada tanaman jagung perlakuan J, tanaman kacang kedelai perlakuan K, dan tanamn
jagung dan kacang kedelai perlakuan JK. Pertumbuhan tanaman dimulai dari germinasi biji yang
ditanam. Kualitas biji dan faktor abiotik lingkungan tanah serta tersedianya unsur hara dapat
mempengaruhi proses germinasi dan pertumbuhan tanaman. Sebagai salah satu bentuk interaksi
tanaman jagung dan tanaman kacang kedelai terjadi pada setiap perlakuan. Pada perlakuan J dan
perlakuan K terjadi kompetisi interspesifik antar spesises tanaman. sedangkan pada perlakuan JK
dengan menanam jagung dan kacang kedelai terjadi kompetisi interspesifik antar spesies tanaman
jagung dan antar kedelai serta terjadi kompetisi intraspesifik antara tanaman jagung dan tanaman
kedelai. Kompetisi terendah terjadi pada tanaman kedelai dengan biomassa tertinggi pada
perlakuan K4. Tanaman jagung mempunyai nilai kompetisi terendah pada perlakuan JK1.
Kata Kunci : Kompetisi, Interspesifik, Intraspesifik, Tumpangsari, Jagung, Kedelai

PENDAHULUAN namun sumber tersebut tersedia terbatas. Ada


dua kemungkinan hasil kompetisi antara
Semua tanaman memiliki kebutuhan
spesies dalam lingkungan yang sama,
yang hampir sama, keadaan tersebut dapat
pesaing yang lebih lemah akan punah atau
menyebabkan terjadinya interaksi bahkan
salah satu spesies akan cukup mampu
persaingan atau kompetisi. Kompetisi
menggunakan sumber kebutuhan lain. Jika
merupakan suatu konsep dimana terdapat dua
densitas populasi meningkat dan setiap
spesies pada suatu populasi yang bersaing
anggota populasi mempunyai kepentingan
untuk memperebutkan sumber yang sama
yang sama terhadap suatu sumber yang kompetisi , hal itu disebut periode kritis
terbatas, akibatnya angka kematian (Soejono, 2009). Ketika dua atau lebih jenis
meningkat, kelahiran menurun sehingga tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi
angka pertumbuhan populasi pun menurun interaksi, masing-masing tanaman harus
(Campbell and Mitchell, 2008). memiliki ruang yang cukup untuk
memaksimumkan kerjasama dan
Menurut Elfidasari (2007) interaksi
meminimumkan kompetisi. Oleh karena itu,
adalah hubungan antara makhluk hidup yang
dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan
satu dengan makhluk hidup yang lainnya.
berbagai hal yaitu pengaturan jarak tanam,
Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis
populasi tanaman, umur panen tiap-tiap
organisme yaitu intraspesifik dan
tanaman, dan arsitektur tanaman .
interspesifik. Interaksi interspesifik adalah
hubungan yang terjadi antara organisme yang Sistem tanam tumpangsari adalah
berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi salah satu usaha sistem tanam dimana
intraspesifik adalah hubungan antara terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang
organisme yang berasal dari spesies yang berbeda di tanam secara bersamaan dalam
berbeda. Secara garis besar, interaksi waktu relative sama atau berbeda dengan
interspesifik dan intraspesifik dapat penanaman berselang-seling dan jarak tanam
dikelompokkan menjadi beberapa bentuk teratur pada sebidang tanah yang sama.
dasar hubungan, yaitu netralisme yaitu Kedelai dan jagung memungkinkan untuk
hubungan antara makhluk hidup yang tidak ditanam secara tumpangsari dalam praktikum
saling menguntungkan dan saling merugikan ini karena kedelai tergolong tanaman C3
satu sama lain, mutualisme yaitu hubungan sedangkan jagung tergolong tanaman C4
antara dua jenis makhluk hidup yang saling mampu beradaptasi dengan baik pada faktor
menguntungkan, parasitisme yaitu hubungan pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah
yang hanya menguntungkan satu jenis satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman
makhluk hidup saja, sedangkan yang lainnya C4, antara lain daun mempunyai laju
dirugikan, predatorisme yaitu hubungan fotosintesis lebih tinggi dibandingkan
pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi
terhadap makhluk hidup lain, kooperasi yaitu rendah, efisien dalam penggunaan air
hubungan antara dua makhluk hidup yang (Salisbury dan Ross, 1992).
bersifat saling membantu antara keduanya,
Jarak tanam berhubungan dengan
komensalisme yaitu hubungan antara dua
luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya
makhluk hidup yang satu mendapat
dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya.
keuntungan sedang yang lain dirugikan, dan
Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien
antagonis yaitu hubungan dua makhluk hidup
dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit
yang saling bermusuhan.
akan terjadi persaingan yang tinggi yang
Kompetisi terjadi sejak awal mengakibatkan produktivitas rendah.
pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa Kepadatan populasi tanaman dapat
tanaman, maka tingkat kompetisinya ditingkatkan sampai mencapai daya dukung
semakin meningkat hingga suatu saat akan lingkungan, karena keterbatasan lingkungan
mencapai klimaks kemudian akan menurun pada akhirnya akan menjadi pembatas
secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip
faktor pembatas leibig, materi esensial yang Bahan-bahan yang digunakan antara lain biji
tersedia minimum cenderung menjadi faktor jagung dan biji kacang kedelai yang telah di
pembatas pertumbuhan (Odum, 1959 dan rendam selama semalam, polybag 17x25,
Boughey, 1968). pupuk kandang, dan tanah gembur.
Tanaman kedelai dan kacang hijau a. Penanaman
merupakan tanaman garminae yang
Metode penanaman dilakukan dengan
mempunyai manfaat sebagai sumber pangan.
cara sebagai berikut. Tanah gembur
Pertumbuhan dan perkembangan keduanya
dicampurkan dengan pupuk kandang, lalu
diawali dengan germinasi atau
dimasukkan ke dalam polybag. Kemudian
perkecambahan. Kedelai merupakan
biji jagung dan biji kedelai di tanam dalam
tanaman semusim, berupa semak renah,
polybag yang disediakan, baik terpisah
tumbuh tegak, berdaun lebat dengan beragam
maupun bersamaan, dengan pola kerapatan
morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara
tertentu. Penanaman dilakukan dengan
10-200 cm, dapat bercabang sedikit atau
perlakuan J, K, dan JK. Untuk perlakuan J,
banyak tergantung kultivar dan lingkungan
biji jagung di tanam sesuai dengan pola
hidup (Somaatmadja et al., 1995). Jagung
kerapatan pada Tabel 1. Demikian pula untuk
merupakan tanaman berumah satu dimana
perlakuan K, biji kacang kedelai ditanam
bunga jantan terbentuk pada ujung batang
sesuai dengan kerapatan pada pola kerapatan
sedangkan bunga betina di pertengahan
pada Tabel 2. Untuk perlakuan JK biji jagung
batang. Jagung juga merupakan tanaman
dan biji kacang kedelai ditanamdengan pola
monokotil semusim (Suyuti, 1997).
bergantian seperti pada Tabel 3. Diberikan
Penanaman jagung dan kedelai secara
label pada setiap polybag untuk menentukan
tumpangsari dapat menyebabkan adanya
kode perlakuan kerapatan yang diberikan.
kompetisi baik interspesifik maupun
intraspesifik. Praktikum ini dilakukan untuk
mengamati pengaruh kompetisi interspesifik
Tabel 1. Pola penanaman Jagung (Perlakuan J)
dan intraspesifik terhadap pertumbuhan
tanaman jagung dan kedelai serta untuk Kode Jumlah Pola
mengetahui jenis kompetisi pada masing- Perlakuan Lubang Penanaman
masing perlakuan. J-1 1 J
J-2 2 J J
METODE J J
J-4 4
Praktikum ini dilakukan di Pusat J J
Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas J
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah J J J
J-8 8
J J J
Jakarta pada tanggal 21 November 2014 – 12
J
Desember 2014. Alat-alat yang digunakan
dalam praktikum ini meliputi skop tanah,
silet, penggaris, timbangan, gunting, dan alat
pengukur faktor fisik yaitu soil moisture
tester, Hygrometer, anemometer,
thermometer tanah, dan thermometer udara.
Tabel 2. Pola Penanaman Kedelai (Perlakuan K) untuk mencatat data biomassa untuk masing
masing perlakuan. Kemudian dibuat grafik
Kode Jumlah Pola
untuk menjelaskan pertumbuhan dan
Perlakuan Lubang Penanaman
K-1 1 K perbedaan biomassa masing-masing
K perlakuan.
K-2 2
K HASIL DAN PEMBAHASAN
K K
K-4 4 Pada praktikum ini dilakukan
K K
K pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman
K K k jagung dan kacang kedelai dengan beberapa
K-8 8 model perlakuan. Perlakuan yang diberrikan
K K K
K merupakan metode monokultur dan metode
tumpangsari. Sistem tanam tumpangsari
adalah salah satu usaha sistem tanam dimana
Tabel 3. Pola Perlakuan Penanaman Jagung dan terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang
Kedelai (Perlakuan JK) berbeda di tanam secara bersamaan dalam
Kode Jumlah Pola waktu relative sama atau berbeda dengan
Perlakuan Lubang Penanaman penanaman berselang-seling dan jarak tanam
teratur pada sebidang tanah yang sama
JK-1 1 JK
(warsana,2009). Kedelai dan jagung
JK-2 2 JK JK
memungkinkan untuk ditanam secara
JK JK
JK-4 4 tumpangsari dalam praktikum ini karena
JK JK
kedelai tergolong tanaman C3 sedangkan
JK
jagung tergolong tanaman C4 mampu
JK JK
beradaptasi dengan baik pada faktor
JK
JK-8 8 pembatas pertumbuhan dan produksi.
JK JK
JK Penanaman biji jagung dan kacang
JK kedelai pada polybag yang diisi dengan tanah
subur dan pupuk kandang. Sebelum
penanaman biji jangung dan kacang kedelai
b. Analisis Hasil Percobaan diakukan pengukuran faktor abiotik.
Masing-masing perlakuan tanaman Berdasarkan Tabel 1, lingkungan di tempat
dipelihara dengan baik, kemudian diukur pengambilan tanah mempunyai kecepatan
angin 3.0 m/s, suhu udara 31.9 ̊C,
pertambahan tinggi tanaman untuk masing-
kelembaban pH tanah 6.8, suhu tanah 33 ̊C,
masing perlakuan setiap dua atau tiga hari dan kelembaban tanah 1.5 Rh. Faktor abiotik
sekali. Hasil pengukuran dicatatat dalam lingkungan baik tanah maupun udara dapat
Tabel 4. Setelah sekitar 3-4 minggu tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung
dapat dipanen. Pemanenan hanya dapat dan kacang kedelai. Tanaman mempunyai
dilakukan pada bagian tumbuhan di atas nilai abiotic tertentu untuk dapat tumbuh
permukaan tanah (tajuk). Selanjutnya berat dengan optimum.
basah (biomassa) tanaman ditimbang sesuai
total dari spesies yang dipanen. Individu yag
ada dicatat pula untuk dietahiu biomassa rata-
rata individu dan spesies. Digunakan Tabel 5
Tabel 1. Faktor Abiotik Lingkungan perlakuan J menujukkan hasil pertumbuhan
tanaman yang berbeda. Interaksi tanaman
Faktor Fisik Nilai dapat disebabkan karena adanya perbedaan
Kecepatan Angin 3.0 m/s lingkungan tumbuh disekitar tanaman jagung
Suhu Udara 31.9 C yang meliputi perbedaan air, udara, cahaya
Kelembaban Udara 68.1 Rh matahari, kelembaban maupun unsur hara.
PH tanah 6.8 Tanaman jagung yang ditanam secara
Suhu Tanah 33 C monokultur mempunyai tinggi tanaman yang
Kelembaban Tanah 1.5 Rh lebih besar karena tanaman memperoleh
semua unsur hara yang dibutuhkan dengan
1. Pola Penanaman Jagung (Perlakuan baik. Jagung yang ditanam secara
J) tumpangsari mengalami kompetisi dengan
tanaman jagung lainya dalam
Penanaman jagung dengan perlakuan memperebutkan unsur-unsur yang
monokultur dan tumpangsari sesuai diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Tanaman Jagung Perlakuan J


Rata-Rata Tinggi (cm)
Kode Perlakuan
Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15 Hari ke-18
J1 3.00 3.70 6.00 6.20 8.50 8.50
J2 1.7 4.75 3.675 4.55 5 10.95
J4 3.3875 6.6375 7.1125 7.35 7.4375 3.35
J8 7.7 8.0875 7.875 8.18125 8.01875 5.3375

Berdasarkan hasil pengukuran tinggi mempengaruhi pertumbuhan dan produksi


tanaman jagung pada Tabel 2 didapatkan tanaman.
hasil rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman
jagung pada setiap kode perlakuan berbeda.
Tanaman jagung pada kode perlakuan J8
lebih tinggi dibandingkan kode perlakuan J1,
J2, dan J4. Beberapa hasil penelitian tentang
jagung dengan sistem monokultur, yaitu
Musa Y. et al (2007), menyatakan bahwa
pengaturan populasi tanaman melalui
pengaturan jarak tanam pada suatu
pertanaman sangat penting artinya karena
akan mempengaruhi koefisien tanaman Gambar 1. Grafik Tinggi Jagung Perlakuan J
dalam memanfaatkan matahari dan Berdasarkan Gambar 1 pertumbuhan
persaingan tanaman dalam memanfaatkan setiap perlakuan menunjukkan adanya
hara dan air yang pada akhirnya akan perbedaan. Jagung yang ditanam monokultur
dengan perlakuan J1 menunjukkan
pertumbuhan secara signifikan. Hal serupa menjadi pembatas pertumbuhan tanaman.
ditunjukkan dengan tanaman jagung dengan Menurut prinsip faktor pembatas leibig,
perlakuan J2. Pertumbuhan secara optimum materi esensial yang tersedia minimum
tanaman jagung dengan perlakuan J1 dan J2 cenderung menjadi faktor pembatas
menunjukkan tidak adanya kompetisi pertumbuhan.
intraspesifik dan tanaman jagung
2. Pola Penanaman Kacang Kedelai
mendapatkan unsur hara yang cukup karena
(Perlakuan K)
tidak adanya kompetitor. Sedangkan pada
tanaman jagung dengan perlakuan J4 dan J8 Penanaman kacang kedelai dengan pola
menunjukkan penurunan rata-rata tinggi perlakuan berbeda menyebabkan perbedaan
tanaman. Terjadinya kompetisi intraspesifik rata-rata tinggi tanaman pada setiap
antar tanaman jagung yang ditanam perlakuan. Pengaturan baris tanam tanaman
menyebabkan tanaman saling berebut unsur kacang kedelai akan menyebabkan
hara dan cahaya matahari sehingga perbedaan ruang terbuka sehingga
menyebabkan pertumbuhan beberapa mempengaruhi tangkapan cahaya matahari
tanaman terhambat. Penurunan rata-rata oleh tanamann. Berdasarkan hasil
tinggi jagung juga disebabkan oleh kematian pengamatan, sesuai dengan Tabel 3, biji
beberapa tanaman jagung di hari ke 18. kacang kedelai yang ditanam pada perlakuan
K1 dan K2 tidak tumbuh. Kualitas biji
Pada tanaman jagung, jarak tanam
kacang kedelai sangat mempengaruhi
berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh
tumbuhnya tanaman baru. Kualitas biji yang
yang ditempatinya dalam penyediaan unsur
kurang baik diduga menjadi penyebab tidak
hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu
tumbuhnya tanaman kedelai pada perlakuan
lebar kurang efisien dalam pemanfaatan
K1 dan K2. Sedangkan tanaman kedelai
lahan, bila terlalu sempit akan terjadi
dengan perlakuan K4 dan K8 menunjukkan
persaingan yang tinggi yang mengakibatkan
pertumbuhan tanaman kedelai yang cukup
produktivitas rendah. Kepadatan populasi
tinggi. Perlakuan K4 menunjukkan nilai rata-
tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai
rata pertumbuhan yang paling tinggi setiap
daya dukung lingkungan, karena
harinya.
keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan
Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Perlakuan K
Rata-Rata Tinggi (cm)
Kode Perlakuan
Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15 Hari ke-18
K1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K4 0.7 4.175 7.775 6.925 9.6 11.3125
K8 1.21875 3.45 5.93125 6.15625 6.53125 6.68125

Perlakuan K4 dan K8 pada tanaman Sehingga hanya ada beberapa tanaman yang
kedelai dapat menyebabkan terjadinya tumbuh secara maksimal sedangkan tanaman
kompetisi intraspesifik antar tanaman kedelai lainya tidak tumbuh. Seperti pada tanaman
dalam satu polybag. Untuk mencukupi kacang kedelai pada perlakuan K4, tanaman
kebutuhanya tanaman akan memperebutkan kedelai yang tumbuh hanya satu dari empat
unsur hara yang terdapat dalam tanah. biji yang ditanam. Pada perlakuan K8, hanya
ada dua tanaman kedelai yang tumbuh dari pembatas pertumbuhan. Pada tanaman
delapan tanaman kedelai yang ditanam. kedelai perlakuan K8 memberika faktor
Grafik pertumbuhan tanaman kedelai dapat pembatas pertumbuhan tanaman kedelai
dilihat pada Gambar 2. Perlakuan K4 karena materi esensial yang tersedia lebih
menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman minim dibandingkan perlakuan K4.
kacang kedelai yang signifikan dengan
3. Pola Penanaman Jagung dan Kacang
pertumbuhan tertinggi dibandingkan
kedelai (Perlakuan JK)
perlakuan lainya. Sedangakan pada
perlakuan K8 pertumbuhan tanaman kedelai Sistem tanam tumpangsari adalah salah
cenderung konstan. satu usaha sistem tanam dimana terdapat dua
atau lebih jenis tanaman yang berbeda
ditanam secara bersamaan dalam waktu
relative sama atau berbeda dengan
penanaman berselang-seling dan jarak tanam
teratur pada sebidang tanah yang sama
(warsana,2009). Kedelai dan jagung
memungkinkan untuk ditanam secara
tumpangsari dalam praktikum ini karena
kedelai tergolong tanaman C3 sedangkan
jagung tergolong tanaman C4 mampu
Gambar 2. Grafik Tinggi Kedelai Perlakuan K
beradaptasi dengan baik pada faktor
Menurut Odum (1959) dan Boughey pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah
(1968), jarak tanam berhubungan dengan satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman
luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya C4, antara lain daun mempunyai laju
dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. fotosintesis lebih tinggi dibandingkan
Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi
dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit rendah, efisien dalam penggunaan air
akan terjadi persaingan yang tinggi yang (Salisbury dan Ross, 1992).
mengakibatkan produktivitas rendah. Pada praktikum ini dilakukan pola
Kepadatan populasi tanaman dapat penanaman jagung dan kacang kedelai
ditingkatkan sampai mencapai daya dukung dengan tumpangsari. Perlakuan yang
lingkungan, karena keterbatasan lingkungan diberikan adalah JK1, JK2, dan JK4.
pada akhirnya akan menjadi pembatas Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan
pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip hasil pertumbuhan tanaman jagung dan
faktor pembatas leibig, materi esensial yang tanaman kacang kedelai yang berbeda
tersedia minimum cenderung menjadi faktor seperti pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Rata-Rata Tinggi Tanaman Jagung dan Kedelai Perlakuan JK
Rata-Rata Tinggi (cm)
Kode Perlakuan Tanaman
Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15 Hari ke-18
J1 5.7 7.35 8.4 8.8 9.65 10.35
JK1
K1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
J2 5.425 6.425 7.1 7.75 8.325 8.95
JK2
K2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
J4 5.4625 7.475 8.8 9.375 9.8875 10.1375
JK4
K4 0.95 8.6 10.175 12 13.825 14.875

Berdasarkan Tabel 4, tanaman jagung dan pembentukan organ tanaman seperti


dapat tumbuh pada perlakuan JK1, JK2, dan daun. Rendahnya persaingan atau kompetisi
JK4. Sedangkan tanaman kedelai hanya bisa antara tanaman jagung dan kedelai pada awal
tumbuh pada perlakuan JK4. Menurut prinsip pertumbuhannya untuk mendapatkan unsure
faktor pembatas leibig, materi esensial yang hara, ruang tumbuh serta faktor lainnya.
tersedia minimum cenderung menjadi faktor
Pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman
pembatas pertumbuhan. Penanaman jagung
jagung dan kedelai dengan perlakuan JK
dan kedelai dengan tumpangsari dapat
dapat dilihat dari gambar 4 berikut:
menyebabkan adanya kompetisi intraspesifik
dan interspesifik pada kedua tanaman.
Tanaman jagung dan tanaman kedelai akan
berebut unsur hara dan juga cahaya matahari
sebagai materi esensial yang dibutuhkanya
untuk tumbuh.
Kompetisi interspesifik terjadi antar
tanaman jagung dan antar tanaman kedelai.
Kompetisi ini dapat bersifat parasitisme
sehingga tanaman lain dapat tidak tumbuh
optimum bahkan mati jika kalah bersaing. Gambar 4. Grafik Tinggi Tanaman Jagung dan
Kedelai Perlakuan JK
Interaksi tanaman jagung dan tanaman
kedelai dapat menyebabkan terjadinya Berdasarkan pertumbuhan rata-rata
kompetisi intraspesifik antar tanaman jagung tanaman selama delapan belas hari pada
dan kedelai. Sehingga dapat mempengaruhi Gambar 4, tanaman kedelai dan tanaman
pertumbuhan kedua jenis tanaman tersebut. jagung pada perlakuan JK4 memiliki
pertumbuhan paling tinggi dibandingkan
Perlakuan JK menyebabkan tanaman
pada perlakuan lainya. hal tersebut dapat
kacang kedelai mempunyai tinggi tanaman
disebabkan karena kompetisi yang terjadi
yang lebih tinggi sehingga cahaya matahari
sangat rendah. Tanaman kacang kedelai pada
yang dapat diserap oleh tanaman lebih
perlakuan JK1 dan JK2 tidak dapat tumbuh,
banyak. Hal ini mengakibatkan semakin
hal itu dapat disebabkan kualitas biji yang
besarnya fotosintat yang dihasilkan oleh
ditanam buruk sehingga tidak dapat
tanaman dimana fotosintat tersebut akan
berkecambah. Tanaman jagung pada
digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan
perlakuan JK1 dan JK2 mengalami
pertumbuhan dengan rata-rata tinggi hampir tanam. Setiap tanaman mempunyai bobot
sama. Kompetisi yang terjadi pada tanaman basah dan bobot kering. Bobot basah
perlakuan JK1 dan JK2 lebih tinggi. didapatkan dari penimbangan tanaman
Kompetisi yang terjadi pada awal langsung setelah panen. Bobot kering
pertumbuhan dapat perupa kompetisi tanaman didapatkan dari berat tanaman panen
intraspesifik antar tanaman jagung dan setelah dikeringkan. Pada praktikum ini
kedelai. Selanjutnya terjadi kompitisi dilakukan pengukura berat basah tanaman
interspesifik antar tanaman jagung (Biomassa) pada setiap metode perlakuan
dikarenakan biji kacang kedelai tidak dapat penanaman.
berkecambah dan tumbuh.
Perlakuan penanaman jagung dan kacang
Kesuburan tanah sangat mutlak kedelai baik monokultur maupun polikultur
diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan nilai biomassa yang berbeda.
menghindari persaingan (penyerapan hara Kompetisi yang terjadi pada tanaman dapat
dan air) pada satu petak lahan antar tanaman. mempengaruhi produktifitasnya, karena
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya unsur hara yang diterima oleh tanaman dapat
dipilih dan dikombinasikan antara tanaman berkurang. Perbedaan nilai biomassa
yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman jagung dan kedelai dapat dilihat
tanaman yang mempunyai perakaran relatif pada diagram berikut :
dangkal. Menurut hasil penelitian Turmudi E.
(2002), terbatasnya ketersediaan air akibat
kemarau panjang kemungkinan
menyebabkan persaingan yang kuat pada
pemanfaatan air dan hara. Tanaman kedelai
yang perakarannya dalam kemungkinan
dapat memperoleh air dan hara yang cukup
dibandingkan dengan tanaman jagung yang
perakarannya dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini Gambar 5. Grafik Biomassa Tanaman
bertujuan untuk menghindari persaingan Jagung dan kacang Kedelai
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam
Berdasarkan grafik biomassa
hal mendapatkan sinar matahari, perlu
tanaman, tanaman kedelai pada perlakuan K8
diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk
mempunyai biomassa tertinggi dibandingkan
tanaman yang ditumpangsari. Tinggi dan
perlakuan lainya. Hal ini dikarenakan kacang
lebar tajuk antar tanaman yang
tanah pada perlakuan K8 kompetisi yang
ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap
terjadi rendah sehingga tanaman kedelai
penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut
dapat menyimpan cadangan makan lebih
akan mempengaruhi hasil sentesa (glukosa)
banyak daripada perlakuan yang lain karena
dan muara terakhir akan berpengaruh
terhadap hasil secara keseluruhan. suplai hara dan air yang di dapat lebih
banyak. Hal sama juga terjadi pada perlakuan
4. Biomassa Tanaman Jagung dan JK4 pada tanaman kedelai juga menghasilkan
Kedelai Hasil Perlakuan biomassa yang besar, selisihnya 0.1 gram dari
perlakuan K8.
Biomassa tanaman didapatkan dari rata-
rata berat basah tanaman pada setiap polybag
Kompetisi dapat mempengaruhi daya Elfidasari, D. 2007. Jenis interaksi
tanaman dalam menyimpan cadangan intraspesifik dan interspesifik pada
makanan. Suplai unsur hara dan cahaya tiga jenis kuntul saat mencari makan
matahari pada tanaman yang mencukupi di sekitar cagar alam Pulau Serang
dapat menambah bobot tanaman. Kompetisi Dua, Provinsi Banten. Jurnal
tanaman jagung lebih tinggi pada metode Biodiversitas 8: 266-269.
monokultur (J) dibandingkan penanaman
Odum.1998.Ekologi Tumbuhan. rineka
dengan kacang kedelai ditunjukan dengan
cipta:Jogjakarta
grafik biomassa yang dihasilkan tanaman
jagung metode monokultur rata-rata lebih Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995.
rendah dibandingkan polikultur. Sedangkan Fisiologi Tumbuhan (terjemahan)
pada tanaman kedelai, kompetisi terbesar ITB :Bandung
terjadi pada perlakuan polikultur (JK). Nilai
Soetedjo, P. 1992. Pengaruh Waktu
biomassa yang dihasilkan tanaman kedelai
Pemangkasan dan Model Tanam
JK lebih rendah dibandingkan pada perlakuan
Jagung dalam Sistem Tumpangsari
K. Hal ini dapat dikarenakan jagung yang
Dengan Beberapa Jarak Tanam
berkompetisi dengan kacang tanah dalam
Kedelai terhadap Pertumbuhan dan
menyerap unsur hara dan air menyebabkan
Hasil Tanaman. Tesis. Program Pasca
kacang tanah tidak dapat menyerap air dan
Sarjana. Universitas Gadjah Mada
unsur hara dengan baik, sehingga
Yogayakarta.
pertumbuhannya terhamabat.
Somaatmadja, S., M. Ismunadji., Sumarno,
Pertumbuhan tanaman dimulai dari
M. Syam., S.O. Manurung dan
germinasi biji yang ditanam. Kualitas biji dan
Yuswandi. 1987. Kedelai. Badan
faktor abiotik lingkungan tanah serta
Penelitian dan Pengembangan
tersedianya unsur hara dapat mempengaruhi
Pertanian. Pusat Penelitian dan
proses germinasi dan pertumbuhan tanaman.
Pengembangan Tanaman Pangaan.
Sebagai salah satu bentuk interaksi tanaman
Bogor. 509 p.
jagung dan tanaman kacang kedelai terjadi
pada setiap perlakuan. Pada perlakuan J dan Suyuti Z, MS Pandang, F Bahar. 1977.
perlakuan K terjadi kompetisi interspesifik Pengaruh Waktu Tanam Jagung
antar spesises tanaman. sedangkan pada Terhadap Populasi Pada
perlakuan JK dengan menanam jagung dan Intercropping jagung dengan kacang -
kacang kedelai terjadi kompetisi interspesifik kacangan. Departemen Pertanian.
antar spesies tanaman jagung dan antar Badan Penelitian dan Pengembangan
kedelai serta terjadi kompetisi intraspesifik Pertanian. LPPP. Bogor.
antara tanaman jagung dan tanaman kedelai.
Turmudi, E., 2002. Kajian Pertumbuhan dan
Kompetisi terendah terjadi pada tanaman
Hasil Dalam Sistem Tumpangsari
kedelai dengan biomassa tertinggi pada
Jagung dengan Empat Kultivar
perlakuan K4. Tanaman jagung mempunyai
Kedelai pada Berbagai waktu tanam.
nilai kompetisi terendah pada perlakuan JK1.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia,
DAFTAR PUSTAKA 4 (2) : 89-96
Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. A. Urry.,
2008. BIOLOGI Edisi kedelapan
jilid 3. Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN
1. Data Jumlah Tanaman

Perlakuan Tanaman Jumlah Individu Awal Jumlah Individu Akhir


J-1 1 1
J-2 3 3
J
J-4 7 3
J-8 15 8
K-1 0 0
K-2 0 0
K K-4 2 2
K-8 3 4
J1 2 2
J2 4 4
J4 6 7
JK
K1 0 0
K2 0 0
K4 1 2

2. Dokumentasi
a. Tanaman Jagung

b. Tanaman Kedelai

Anda mungkin juga menyukai