(Akhmad Mustafa)
93
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009
94
Penentuan luas, potensi dan kesesuaian lahan tambak di Sulawesi Selatan ..... (Akhmad Mustafa)
7 7 00 0 0 7 8 00 0 0 7 9 00 0 0
9 6 10 0 0 0
9 6 10 0 0 0
0 2 4 6
Kilometers
LEGENDA:
Luas tambak 1991 (7.490,8 ha)
Luas tambak 2002 (13.366,1 ha)
Luas tambak 2005 (14.569,2 ha)
9 6 00 0 0 0
9 6 00 0 0 0
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
Batas Desa
Jalan
Sungai
Batas Wilayah Studi
Sawah
Tegalan
Perkebunan
Hutan lahan kering
9 5 90 0 0 0
9 5 90 0 0 0
Peta Tunjuk:
9 5 80 0 0 0
9 5 80 0 0 0
9 5 70 0 0 0
9 5 70 0 0 0
Sumber Data:
- Citra satelit LANDSAT Akuisisi 2002 dan
2005, L APAN Jakarta
- Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000
9 5 60 0 0 0
9 5 60 0 0 0
7 7 00 0 0 7 8 00 0 0 7 9 00 0 0
Gambar 1. Luas tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan tahun 1991, 2002, dan 2005 (Paena et al., 2008a)
95
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009
Survei lapang
Evaluasi tingkat
V
separabilitas
Daerah Training e
Independent r
(ROI) i
Dapat diterima ? f
i
Tidak k
a
Ya s
Pemrosesan
Klasifikasi pasca-klasifikasi i
Multispektral
terbimbing
Gambar 2. Diagram alir dalam analisis spasial dalam penentuan luas dan potensial lahan budidaya tambak
(modifikasi Tarunamulia, 2008)
menjadi tambak seluas 15.444,15 ha, ini berarti luas PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN TAMBAK
tambak maksimum yang disarankan dapat dibuka hanya
sampai pada batas luasan tersebut. Hal ini juga Penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak
menunjukkan bahwa Kabupaten Luwu memiliki potensial di Sulawesi Selatan telah dilakukan di Kecamatan Malili,
lahan tambak seluas 7.605,21 ha. Dari luas lahan 15.444,15 Kabupaten Luwu Timur (Pantjara et al., 2006), Kabupaten
ha sampai pada tahun 2005 baru dimanfaatkan 50,76%, Pinrang (Mustafa et al., 2008), Kecamatan Balusu,
dengan demikian lahan potensi yang masih tersedia Kabupaten Barru (Tarunamulia et al., 2008); Kabupaten
sebesar 49,24% (Gambar 3). Sinjai (Tarunamulia et al., 2008), Kecamatan
96
Penentuan luas, potensi dan kesesuaian lahan tambak di Sulawesi Selatan ..... (Akhmad Mustafa)
2040’
2040’
3 0 3 6
Kilometers
LEGENDA:
2044’
2044’
2048’
2048’
Garis pantai
Jalan
2052’
2052’
Lokasikajian
Sumber Peta:
1. Peta RBI Tahun 1991 Skala 1:50.000 Bakosurtanal Jakarta
2. Citra Landsat-7 ETM Tahun 2002 dan 2005 Lapan Jakarta
3. Survei Lapangan Tahun 2007
Gambar 3. Peta luas dan potensial lahan budidaya tambak di Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan
(Paena et al., 2008b)
Mangarabombang, Kabupaten Takalar (Utojo et al., 2008), Hasil analisis menunjukkan bahwa dari luas total
Kabupaten Luwu Utara (Hasnawi & Mustafa, 2008). tambak Kabupaten Pinrang 15.026,2 ha ternyata 7.389,4
Penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di ha tambak tergolong sangat sesuai (kelas S1), 1.235,1 ha
Kabupaten Pinrang dan Kecamatan Balusu, Kabupaten tambak tergolong cukup sesuai (kelas S2), 3.229,0 ha
Barru diambil sebagai contoh. tambak tergolong kurang sesuai (kelas S3), dan 3.102,7
Faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan ha tergolong tidak sesuai (kelas N) untuk budidaya pada
kesesuaian lahan budidaya tambak di Kabupaten Pinrang musim hujan (Gambar 5). Sebagai faktor pembatas utama
meliputi faktor-faktor hidrologi dan topografi lahan; kesesuaian lahan tambak di Kabupaten Pinrang pada
kondisi tanah; kualitas air, dan iklim (Gambar 4). Kualitas musim hujan adalah banjir di sekitar muara Sungai
air diamati pada musim hujan dan musim kemarau. Saddang.
Analisis spasial dalam SIG digunakan dalam penentuan Pada musim kemarau, kesesuaian lahan aktual tambak
kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di Kabupaten di Kabupaten Pinrang menunjukkan bahwa 7.119,8 ha
Pinrang. tergolong sangat sesuai (kelas S1), 4.908,6 ha tergolong
Data yang digunakan dalam penentuan kesesuaian cukup sesuai (kelas S2), 1.606,9 ha tergolong sesuai
lahan tambak di Kabupaten Pinrang adalah citra satelit marjinal (kelas S3), dan 1.390,9 ha tergolong tidak sesuai
dari Landsat-7 ETM+ akusisi 23 Januari 2005. Dari citra (kelas N) (Gambar 6). Salinitas yang tinggi adalah faktor
tersebut dapat diekstrak berbagai peubah yang menjadi pembatas utama budidaya tambak pada musim kemarau.‘
peubah yang dipertimbangkan dalam kriteria penentuan Peubah kunci lingkungan tambak di Kecamatan Balusu,
kesesuaian lahan untuk budidaya tambak, seperti jarak Kabupaten Barru yang dianalisis meliputi areal konservasi,
sumber air, jenis penggunaan atau penutup lahan dan ketersediaan air laut dan penggunaan/penutup lahan di
kondisi tanah serta jangkauan pasang surut. wilayah pantai (Gambar 7). Peta tematik untuk sub-model
97
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009
Peta penutup/
Data sekunder
penggunaan lahan
Data primer
Peta kesesuaian lahan
Faktor pembatas
Rekomendasi pengelolaan
lahan budidaya tambak
Gambar 4. Diagram alir analisis spasial dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak
(modifikasi Mustafa et al., 2007)
konservasi di wilayah pantai dibangun dari gabungan penelitian. Luasan lahan termasuk sebaran geografis
antara data pasang surut, peta rupabumi, dan peta menurut tingkat kesesuaian sudah dapat diestimasi
lingkungan pantai. Pada peta tematik areal konservasi dibandingkan dengan metode lama yang utamanya
ini, selain jalur hijau/zona penyangga juga termasuk di diestimasi dari data statistik hasil sensus atau dari hasil
dalamnya situs-situs sejarah atau hutan lindung jika ada. analisis multi-kriteria. Untuk kebutuhan evaluasi
Peta kontur ketinggian lahan pantai yang diperoleh dari kesesuaian penggunaan lahan, informasi dari output model
gabungan antara peta lingkungan pantai dan data elevasi ini sudah dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi sta-
digital dari “Shuttle Radar Topography Mission “(SRTM) tus tambak yang ada, misalnya prediksi asal lahan yang
(USGS, 2002) selanjutnya diklasifikasi berdasarkan dikonversi menjadi lahan tambak. Selanjutnya untuk
kepentingan penelitian hasil analisis ini dapat dijadikan
jangkauan pasang surut (pasut) lokal (tidal range) untuk
dasar untuk survai detail, antara lain dapat membantu
membangun sub-model ketersediaan air. Sedangkan
dalam penentuan sebaran titik pengambilan contoh dan
untuk sub-model penggunaan lahan digunakan peta
mengkonsentrasikan wilayah survai. Hasil analisis
rupabumi dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
kesesuaian akhir berdasarkan peubah kuncil pada
Nasional (Bakosurtanal). Gambar 8 menyerupai sebaran tambak yang ada dan
Output dari analisis ini mampu menghasilkan informasi kecenderungan pengembangan lahan tambak di wilayah
spasial untuk berbagai kepentingan perencanaan dan studi.
98
Penentuan luas, potensi dan kesesuaian lahan tambak di Sulawesi Selatan ..... (Akhmad Mustafa)
7 7 00 0 0 7 8 00 0 0 7 9 00 0 0
9 6 10 0 0 0
9 6 10 0 0 0
0 2 4 6
Kilometers
LEGENDA:
Kelas S1 (7.389,4 ha)
Kelas S2 (1.235,1 ha)
Kelas S3 (3.299,0 ha)
Kelas N (3.102,7 ha)
9 6 00 0 0 0
9 6 00 0 0 0
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
Batas Desa
Jalan
Sungai
Batas Wilayah Studi
Sawah
Tegalan
Perkebunan
9 5 90 0 0 0
9 5 90 0 0 0
Hutan lahan kering
Hutan lahan basah
Belukar
Permukiman
Sungai dan Laut
Hutan lahan basah
Gumuk pasir
Beting Pantai
9 5 80 0 0 0
9 5 80 0 0 0
Peta Tunjuk:
9 5 70 0 0 0
9 5 70 0 0 0
Sumber Data:
- Citra satelit LANDSAT Akuisisi 2002 dan
2005, L APAN Jakarta
- Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000
BAKOSURTANAL Jakarta, 1991
9 5 60 0 0 0
9 5 60 0 0 0
7 7 00 0 0 7 8 00 0 0 7 9 00 0 0
Gambar 5. Peta kesesuaian lahan budidaya tambak untuk musim hujan di Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi
Selatan (Mustafa et al., 2008)
99
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009
7 7 00 0 0 7 8 00 0 0 7 9 00 0 0
9 6 10 0 0 0
9 6 10 0 0 0
0 2 4 6
Kilometers
LEGENDA:
Kelas S1 (7.119,8 ha)
Kelas S2 (4.908,6 ha)
Kelas S3 (1.606,9 ha)
Kelas N (1.390,9 ha)
9 6 00 0 0 0
9 6 00 0 0 0
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
Batas Desa
Jalan
Sungai
Batas Wilayah Studi
Sawah
Tegalan
Perkebunan
9 5 90 0 0 0
9 5 90 0 0 0
Hutan lahan kering
Hutan lahan basah
Belukar
Permukiman
Sungai dan Laut
Hutan lahan basah
Gumuk pasir
Beting Pantai
9 5 80 0 0 0
9 5 80 0 0 0
Peta Tunjuk:
9 5 70 0 0 0
9 5 70 0 0 0
Sumber Data:
- Citra satelit LANDSAT Akuisisi 2002 dan
2005, L APAN Jakarta
- Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000
BAKOSURTANAL Jakarta, 1991
9 5 60 0 0 0
9 5 60 0 0 0
7 7 00 0 0 7 8 00 0 0 7 9 00 0 0
Gambar 6. Peta kesesuaian lahan budidaya tambak untuk musim kemarau di Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi
Selatan (Mustafa et al., 2008)
100
Penentuan luas, potensi dan kesesuaian lahan tambak di Sulawesi Selatan ..... (Akhmad Mustafa)
Gambar 7. Proses analisis kesesuaian lahan tambak dengan metode weighted overlay (Tarunamulia et al., 2008)
4019’0’’S
4019’0’’S
4020’0’’S
4020’0’’S
4021’0’’S
4021’0’’S
Legenda
Sungai kecil
Laut
Sungai besar
4022’0’’S
4022’0’’S
Buffer zone
Status kelayakan
Tidak layak
Kilometers Cukup layak
Gambar 8. Hasil analisis kesesuaian lahan skala semi-detail berdasarkan peubah kunci
(Tarunamulia et al., 2008)
101
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009
102
Penentuan luas, potensi dan kesesuaian lahan tambak di Sulawesi Selatan ..... (Akhmad Mustafa)
Utojo, Mustafa, A., & Hasnawi. 2008. Peruntukan lokasi Quan, B., Chen, J.F., Qiu, H.L., Römkens, M.J.M., Yang,
budidaya tambak udang berwawasan lingkungan di X.Q., Jiang, S.F., & Li, B.C. 2006. Spatial-temporal pat-
Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Balai tern and driving forces of land use changes in Xiamen.
Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. 24 hlm. Pedosphere, 16(4): 477—488.
103