Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN

“ALLELOPATI”

Nama Ayu Wulandari


Nim F1071151004
Kelas Kelas.B
Kelompok 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme
memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke
lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat
mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak dapat tumbuh atau
mati, contoh tanaman alelopati adalah Ekaliptus (Eucalyptus spp.). Hal ini
dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan tanaman lain yang
berbeda jenis/spesies.

Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman.


Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan
tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat
bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula
biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau
tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup
berdampingan. Untuk mengetahui lebih jelas pengaruh alelopati terhadap
tumbuhan maka dilaksanakan praktikum alelopati.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur kerja pada praktikum ini ?
2. Tumbuhan manakah yang memiliki sifat senyawa kimia allelopati positif
dan negatif ? Jelaskan !
3. Bagaimana hasil pengamatan yang telah dilakukan ?
C. Tujuan
Mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara


makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana
suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut.
Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat
tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya.
Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat
adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan
(Indriyanto, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap
factor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tanaman mengeluarkan
suatu jenis senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis
tanaman lain dan mungkin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya
sendiri, dan inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal dengan allelopati
(Onrizal. 2008).
Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara interaksi
biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya
dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tunbuhan lainnya. Interaksi
antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan
biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan
susunan sel-sel akar dan lain sebagainya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelophaty, senyawa-
senyawa kimia yang mempunyai potensi allelophaty dapat ditemukan di setiap
organ tumbuhan, antara lain terdapat pada: daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji
dan umbi serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang
dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Species gulma yang diketahui
mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah alang-alang (Imperata
cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lencophyella,
Cynodon dactylon, Cyperus esculentus dan lainnya. Sehingga gulma merupakan
persaingna lami yang kuat dengan daya kecambah yang tinggi dan lahan tahan
terhadap gangguan tanah, pertumbuhan cepat, daya regenerasi kuat (gulma
tahunan), tidak peka terhadap sinar matahari yang kurang akibat penaungan
tumbuhan lain, tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara dan air yang besar, dan
daya penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang menimbulkan persaingan
berat terhadap tanaman adalah yang memiliki tajuk dan perakaran yang luas dan
banyak, pertumbuhan yang cepat, waktu berkecambah dan pemunculan yang lebih
awal dari tanaman, kerapatan yang cepat meninggi dan berjalur fotosintesis
C4 (Sukman dan Yakup, 1995).
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan gulma tahunan yang
keberadaannya sangat tidak dikehendaki oleh kaum petani khususnya.Tumbuhan
ini banyak terdapat di lahan pertanian di daerah tropis dan subtropis. Alang-alang
dapat menghasilkan hormon alelopati, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan
lain. Akibat pada suatu lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada hanya alang-
alang. Dengan mengacu pada kemampuan alelopati untuk mematikan tumbuhan
lain, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang terdapat
pada rimpang alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus)
(Wijaya, 1998).
Pengaruh allelopati bagi tumbuhan:
1) Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman.
2). Menghambat pembelahan sel.
3). Menghambat pertumbuhan tanaman.
4) Menghambat aktivitas fotosintesis.
5). Memacu atau menghambat respirasi.
6). Mempengaruhi sintesis protein.
7). Menurunkan permeabilitas membrane.
8). Menghambat aktivitas enzim.
9). Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi (Soejani, 2007).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian yang berbeda
pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian terpenting sebagai sumber
allelokimia adalah akar dan daun. Eksudat akar berperan aktif dalam pengaturan
sismbiosis dan proteksi tumbuhan terhadap mikroorganisme. Dalam interaksi
allelopati, tumbuhan donor menggunakan metabolit sekunder yang dikeluarkan
akar ke rizosfir untuk mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain di sekitarnya
(Bais et al., 2004).
Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh buruk dari zat kimia
(allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan
tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya.Pertumbuhan jagung banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor genetic dan lingkungan, diantara faktor lingkungan adalah
adanya persaingan dengan gulma. Pertumbuhan gulma disekitar tanaman jagung
perlu dikendalikan karena menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen
(Kurniawan, 2006).
Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan
tanaman lain atau mikroba. Ini merupakan topic yang kontroversi (bertentangan).
Masalahnya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang
bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh
allelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji ataupun bibit
tanaman lain. Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah
material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut
sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung
dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi
(Fitter danHay, 2000). Selain itu dapat dijelaskan bahwa terbentuknya allelopati
terdapt beberapa proses yaitu:
a) Penguapan : Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.
Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui
penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya
termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula
masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
b) Eksudat akar : Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar
tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat,
sinamat, dan fenolat.
c) Pencucian : Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian
tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan
embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga
tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan
ini.
d) Pembusukan organ tumbuhan: Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya
mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat.
Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas
membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya
dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-
jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Allelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi
antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang
teruapkan,atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati.
Beberapa jenis tanaman yang mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii,
Imperata silindrica, Musa spp, dan Acacia mangium, dsb. Dalam pengaruhnya,
Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa allelopati dapa
menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan
ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar,
menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas membran pada sel
tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim (Mc.Naughton and Wolf, 1990).
Sejumlah peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi
tumbuhan, asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966)
telah meneliti hubungan spatial antara Salvia leucophyla dan rumput annual.
Rumpun saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah rumpun dan
disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2 meter) tak ada
tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan lain
menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air,
karena kar semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak
tidak bertanggung jawab untuk asosiasi nehgatif, karena faktor khemis dan fisis
tanah tidak berubah pada zona gundul tersebut (Muller, 1996).
BAB III

METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
a) Hari/ tanggal : 4- 15 Desember 2017
 Membuat ekstrak : 4 Desember 2017
 Menyaring ekstrak : 5 Desember 2017
b) Waktu : 10 hari pengamatan
c) Tempat :Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan

B. Alat dan Bahan


a) Alat
1. Cawan petri
2. Kertas saring
3. Corong
4. Blender
5. Kertas merang
6. Gunting/ pisau
7. Penggaris
8. Labu ukur
9. Pipet tetes
b) Bahan
1. Akar ilalang
2. Bawang putih
3. Daun akasia
4. Kacang hijau
5. Air
C. Cara Kerja
1. Dipilih biji kacang hijau yang baik
2. Disiapkan 4 cawan petridish yang telah diberi kertas merang
3. Dibuat ekstrak akar ilalang, akasia dan bawang putih sebagai berikut :
 Dihaluskan bagian tumbuhan di atas dengan blender, mortar dan alu
atau digunting halus
 Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan
akuades dengan perbandingan sebagai berikut :
i. bagian tumbuhan + air (1:7)
ii. bagian tumbuhan + air (1:14)
iii. bagian tumbuhan + air (1:21)
4. Dibiarkan selama 24 jam, kemudian disaring menggunakan penyaring
5. Diletakkan masing- masing 10 biji kacang hijau ke dalam petridish
6. Dilakukan perlakuan pada kacang hijau sebagai berikut:
A. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml akuades
B. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang
C. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia
D. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih
 Ekstrak perbandingan I (1: 7)
 Ekstrak perbandingan II (1: 14)
 Ekstrak perbaningan III (1:21)
7. Diamati perkecambahan biji- biji tersebut setiap hari selama 10 hari dan
diamati pertumbuhan kecambahnya dengan mengukur panjang kecambah
8. Ditentukan persen perkecambahan
9. Dibandingkan hasil pengamatan dengan menggunakan RAL dan RAL
faktorial
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan I

Ekstrak daun Akasia

PERLAKUAN ULANGAN HARI KE- ( RATA-RATA) RATA-


RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KONTROL 1 0 0,7 1,2 2,5 3,1 5 5,6 7,1 8,8 9,2 4,32
(AQUADES)
2 0 0 0,1 0,5 0,7 0,9 1,4 1,9 2,2 2,7 1,04

3 0 0,8 1,5 2,1 3,3 5,2 6,5 7,6 9,4 10,7 4,71

AKASIA 1 0 0 0 0,3 0,9 1,1 1,3 1,7 2 2,2 0,95

(1:7 ) 2 0 0,5 0,9 1,4 2,7 3,4 4,1 5 5,6 6,2 2,98

3 0 0,2 0,6 1,3 2,5 3 3,3 4,5 4,8 5,3 2,55

AKASIA 1 0 0 0 0 0,4 0,7 1,2 1,8 2,6 3,3 1

( 1:14 ) 2 0 0,6 0,8 1,6 2 2,7 3,1 3,7 4,7 5,1 2,43

3 0 0,4 0,7 1,6 2,2 3,1 4 4,9 6 6,8 2,97

AKASIA 1 0 0,4 0,6 1,3 1,9 2,6 3,2 4 5,2 5,9 2,51

( 1:21 ) 2 0 0,3 0,5 1 1,7 2,3 3 3,6 4,8 5,4 2,26

3 0 0,2 0,9 1,5 3,4 5 5,2 5,5 5,9 6,4 3,4


PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI TOTAL

KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)

DAUN 1 4,32 0,95 1 2,51 8,78


AKASIA
2 1,04 2,98 2,43 2,26 8,71

3 4,71 2,55 2,97 3,4 13,63

TOTAL 10,07 6,48 6,4 8,17 Y= 31,12

2. Tabel Pengamatan II

EKSTRAK AKAR ILALANG

PERLAKUAN ULANGAN HARI KE- ( RATA-RATA) RATA-


RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KONTROL 1 0 1,3 1,5 2 2,4 3 3,5 4 4,5 5,2 2,74


(AQUADES)
2 0 1,1 1,7 2,1 2,2 3,2 3,7 4,1 4,6 5,1 2,78

3 0 1,2 1,3 2,3 2,4 3,4 3,5 4 4,3 5 2,74

ILALANG 1 0 2 2,2 2,3 2,4 3,1 3,4 3,6 4 5,1 2,81


(1:7 )
2 0 2,3 2,4 2,4 2,6 3 3,3 3,7 4,2 5,3 2,92

3 0 2,1 2,6 2,7 2,7 3,1 3,2 3,3 3,7 4,2 2,76

ILALANG 1 0 1,2 1,3 1,6 2,3 2,5 3 3,4 3,5 4,5 2,33

( 1:14 ) 2 0 1,4 1,7 1,8 2 2,4 2,9 3 3,7 4,2 2,31

3 0 1,5 2 2,5 2,5 2,6 3,1 3,5 3,6 4,1 2,54

ILALANG 1 0 1 1,1 1,3 1,4 1,7 2,4 2,7 3 3,6 1,82

( 1:21 ) 2 0 1 1,4 1,6 1,8 2 2,3 2,5 3,1 3,8 1,95

3 0 0,9 1 1,5 2 2,6 2,7 2,9 3 3,3 1,99


PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI TOTAL

KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)

ILALANG 1 2,74 2,81 2,33 1,82 9,7

2 2,78 2,92 2,31 1,95 9,96

3 2,74 2,76 2,54 1,99 10,03

TOTAL 8,26 8,49 7,18 5,76 Y=


29,96
3. Tabel Pengamatan III
EKSTRAK UMBI BAWANG PUTIH

PERLAKUAN ULANGAN HARI KE- ( RATA-RATA) RATA-


RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KONTROL 1 0 0,2 0,5 1,1 2 2,1 2,2 2,5 2,7 3,0 1,60
(AQUADES)
2 0 0,1 0,4 1,0 1 1,3 1,5 1,8 2,0 2,4 1,16

3 0 0,1 0,1 0,4 1 1,2 1,6 1,9 2,1 2,6 1,10

BAWANG 1 0 0,1 0,1 0,7 1 2,0 2,1 2,4 2,5 2,8 1,42
PUTIH
2 0 0,0 0,1 0,8 1 1,1 1,3 1,6 1,9 2,2 0,98
(1:7 )
3 0 0,0 0,1 0,5 1 1,3 1,8 2,1 2,2 2,7 1,17

BAWANG 1 0 0,1 0,2 0,7 1 1,8 2,0 2,2 2,5 2,7 1,36
PUTIH
2 0 0,1 0,2 0,8 1 1,1 1,3 1,7 1,9 2,3 1,05
(1:14 )
3 0 0,0 0,1 0,6 1 1,4 1,6 1,9 2,3 2,9 1,22

BAWANG 1 0 0,2 0,2 0,7 1 1,9 2,1 2,4 2,8 3,2 1,48
PUTIH
2 0 0,1 0,3 0,8 2 1,7 1,9 2,1 2,3 2,8 1,36
( 1:21 )
3 0 0,2 0,3 0,9 2 1,8 2,0 1,2 1,5 1,9 1,14

PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI TOTAL

KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)

UMBI 1 1,6 1,42 1,36 1,48 5,86


BAWANG
2 1,16 0,98 1,05 1,36 4,55
PUTIH
3 1,1 1,17 1,22 1,14 4,63

TOTAL 3,86 3,57 3,63 3,98 Y= 15,04


4. Tabel Pengamatan Data Akhir
PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI Total
ulangan
KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)
(faktor A)

DAUN 1 4,32 0,95 1 2,51 8,78


AKASIA
2 1,04 2,98 2,43 2,26 8,71

3 4,71 2,55 2,97 3,4 13,63

TOTAL 10,07 6,48 6,4 8,17

ILALANG 1 2,74 2,81 2,33 1,82 9,7

2 2,78 2,92 2,31 1,95 9,96

3 2,74 2,76 2,54 1,99 10,03

TOTAL 8,26 8,49 7,18 5,76

UMBI 1 1,6 1,42 1,36 1,48 5,86


BAWANG
2 1,16 0,98 1,05 1,36 4,55
PUTIH
3 1,1 1,17 1,22 1,14 4,63

TOTAL 3,86 3,57 3,63 3,98

Total 22,19 18,54 17,21 17,91 Y = 75,85


perlakuan

(Faktor B)
5. Table Data RAL
a. DAUN AKASIA
C 80,70

SSY 16.20

SST 2.99

SSE 13.20

Table Anova

Source df SS MS F-test

Treatment 3 2.99 0,99 0,6

Eksp. Error 8 13.20 1,65

Total 11 16.20

Kesimpulan : F test = 0,6 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . f table > f test maka
tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia terhadap pertumbuhan
kacang hijau.

b. ILALANG
C 74,80

SSY 1.61

SST 1.55

SSE 0.06
Table Anova

Source df SS MS F-test

Treatment 3 1.55 0,51 68

Eksp. Error 8 0.06 0,0075

Total 11 1.61

Kesimpulan : F test = 68 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . f table < f test maka
terdapat pengaruh pemberian ekstrak ilalang terhadap pertumbuhan kacang hijau.

c. UMBI BAWANG PUTIH


C 18,85

SSY 0.39

SST 0.03

SSE 0.35

Table Anova

Source df SS MS F-test

Treatment 3 0.03 0,01 0,25

Eksp. Error 8 0.35 0,04

Total 11 0.39

Kesimpulan : F test = 0,25 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . f table > f test
maka tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak umbi bawang putih terhadap
pertumbuhan kacang hijau.
6. Tabel Data RAL Faktorial
C 159,81

SSY 31.41

SAB 17.78

SSE 13.62

SSA 13.20

SSB 1.64

SSAB 2.94

Table Anova

Source df SS MS F-test

A 2 13.20 6,6 11,78

B 3 1.64 0,54 0,32

A*B 6 2.94 0,49 0,875

Eksp. Error 24 13.62 0,56

Total 35 31.41

Kesimpulan :

a. F test = 11,78 dan f table 0,05;2,24 yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat
pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih
(alelopati) terhadap pertumbuhan kacang hijau.
b. F test = 0,32 dan f table 0,05;3,24 yaitu 3,01 . f table > f test maka tidak terdapat
pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.
c. F test = 0,875 dan f table 0,05;6,24 yaitu 2,51 . f table > f test maka tidak terdapat
pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih
(alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.
B. Pembahasan

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan “Allelopati” yang bertujuan untuk


mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau. Pada
praktikum allelopati dilakukan pengamatan terhadap perkecambahan kacang hijau
yang dihambat pertumbuhannya dengan menggunakan alelopat dari ilalang,
bawang putih dan akasia dimana gulma tersebut diketahui sangat kompetitif dengan
tanaman lain yang mengakibatkan turunnya produksi tanaman. Alelopati yang
diberikan pada setiap perlakuan berbeda-beda agar dapat membedakan pengaruh
alelopat yang paling baik untuk menghambat pertumbuhan kecambah kacang hijau.
Pada praktikum ini ekstrak yang digunakan yaitu akasia, ilalang dan bawang putih
dengan perbandingan konsentrasi 1:7, 1:14, 1:21, dan kontrol. Pembuatan ekstrak
akasia, ilalang dan bawang putih dilakukan dengan memotong/ menggunting daun
tanaman kemudian di blender. Praktikum ini juga dilakukan dengan pengamatan
selama 10 hari terhadap perkecambahan tanaman kacang hijau.

Pada percobaan ini, dilakukan beberapa prosedur (langkah- langkah kerja) seperti
berikut :
a) Proses pembuatan ekstrak
1. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak ilalang, akasia dan bawang putih.
2. Dihaluskan bagian tumbuhan tersebut dengan cara digunting/ dipotong
terlebih dahulu, kemudian di blender sampai halus
3. Dibuat ekstrak dari tanaman tersebut dengan perbandingan sebagai berikut:

i. bagian tumbuhan + air (1:7)

ii. bagian tumbuhan + air (1:14)

iii. bagian tumbuhan + air (1:21)

4. Dibiarkan selama 24 jam


5. Disaring menggunakan penyaring
b) Proses pemberian ekstrak pada kacang hijau
1. Dipilih biji kacang hijau yang baik
2. Disiapkan 4 buah petridish yang diberi kertas merang
3. Diletakkan masing- masing 10 biji kacang hijau ke dalam petridish
4. Dilakukan perlakuan pada biji kacang hijau sebagai berikut :
I. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml akuades
II. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang
III. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia
IV. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih
 Ekstrak perbandingan I (1: 7)
 Ekstrak perbandingan II (1: 14)
 Ekstrak perbaningan III (1:21)
Buat sebanyak 3 kali ulangan
5. Diamati perkecambahan biji- biji tersebut setiap hari selama 10 hari dan
amati pertumbuhan kecambah dengan mengukur panjang kecambah
6. Ditentukan persen perkecambahan
7. Dibandingkan hasil pengamatan dengan menggunakan RAL dan RAL
faktorial

Alelopati memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan perkecambahan kacang


hijau karena senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan
menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan. Beberapa alelopati
dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel
tumbuhan, menghambat respirasi akar dan menghambat sintesis protein.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terlihat bahwa pengaruh
alelopati terhadap pertumbuhan tanaman berbeda-beda. Pada perlakuan dengan
penyiraman dengan air biasa (kontrol), terlihat bahwa pertumbuhan tanaman
kacang hijau cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan tumbuhan tersebut
terpenuhi kebutuhan air dan unsur haranya dan pertumbuhan tanaman tersebut tidak
diberikan alelopati sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat karena senyawa
alelopati dapat mempengaruhi perbesaran sel, pembelahan sel yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan (Pelawi, 2016)

Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yang didapatkan bahwa dari
ketiga ekstrak yang terdiri dari ekstrak ilalang, akasia dan bawang putih yang paling
berpengaruh terhadap perkecambahan kacang hijau adalah ketiganya tetapi yang
pengaruhnya sedikit atau berpengaruh positif adalah ekstrak ilalang dan bawang
putih . Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 (data pengamatan akhir) , dimana tinggi
ekstrak ilalang dengan perlakuan perbandingan 1:7 lebih tinggi dibandingkan
kontrol yaitu 8,26: 8,49 dan ekstrak tanaman bawang putih dengan perlakuan 1:21
lebih tinggi dibandingkan kontrol yaitu 3,86: 3,96, sehingga ekstrak ilalang dan
bawang putih dikatakan tidak terlalu menghambat pertumbuhan perkecambahan
kacang hijau. Sedangkan pertumbuhan perkecambahan dengan menggunakan
ekstrak akasia berpengaruh negative terhadap kacang hijau, hal ini dibuktikan
dengan melihat hasil perkecambahan yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil
pertumbuhan perkecambahan kontrol. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel Anova ,
yang semuanya berpengaruh terhadap kacang hijau.
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana
suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut
(Indriyanto, 1999).

Menurut Napisah (2013) alelopati dari ekstrak daun akasia memberikan


hambatan pada tanaman yang di uji. Ekstrak daun akasia menyebabkan
pertumbuhan batang terhambat dan daun menjadi menguning serta akar menjadi
tumbuh pendek dan tebal. Hasil dari ekstrak akasia yang diberikan kepada tanaman
kacang hijau dapat diperoleh bahwa ekstrak akasia bekerja untuk mengganggu
proses fotosintesis atau proses pembelahan sel. Alelopati akasia memberikan
pengaruh berupa hambatan yang besar terhadap perkecambahan pada tanaman
kacang hijau.

Hasil berbeda terdapat pada ekstrak ilalang dan bawang putih. Pada kacang
hijau yang diberi ekstrak tanaman ilalang,rata- rata pertumbuhan tanaman kacang
hijau hampir mendekati rata- rata pertumbuhan dengan pemberian kontrol (air
biasa). Menurut Aini (2008), ekstrak daun alang-alang merupakan ekstrak yang
mengandung senyawa kimia seperti gugus organic, glukosa, asam amino, dan
fenolat. Senyawa fenolat merupakan senyawa yang dapat larut dalam air dan
senyawa fenolat sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Jika suatu
tumbuhan memiliki kadar konsentrasi fenolat dalam air banyak, maka potensial
lingkungan akan naik yang menghambat difusi air dan oksigen ke dalam suatu
tanaman. Jika suplai air dan oksigen ke dalan tanaman terhambat maka proses
pembelahan dan perbesaran sel juga terhambat.

Berdasarkan jenis perbandingan pemberian ekstrak (1:7, 1:14, 2:21) maka


besar konsentrasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang hijau. Dari hasil
pengamatan, dapat dikatakan bahwa ekstark akasia menghambat pertumbuhan
kecambah hijau sehingga bersifat negatif, sedangkan pada ekstrak ilalang dan umbi
bawang putih respon yang respon yang dihasilkan berupa alelopati positif , karena
kecambah yang tumbuh lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol.

Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan


dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat,
saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus
tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis
tumbuhan alelopat (C3 atau C4) (Aini, 2008).
Hasil pengamatan allelopati juga dianalisis menggunakan model RAL dan
RAL faktorial untuk untuk melihat pengaruh perlakuan yang mempengaruhi
pertumbuhan perkecambahan kacang hijau. Berdasarkan analisis data yang
dilakukan, maka terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan
umbi bawang putih sedangkan pemberian konsentrasi yang berbeda pada kacang
hijau serta kombinasi nya (jenis ekstrak + konsentrasi) tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan kecambah kacang hijau.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang
lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut
2. Alelopati memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan perkecambahan
kacang hijau karena senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara
yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan
3. Ekstrak tanaman yang bersifat allelopati positif adalah ilalang dan umbi
bawang putih karena rata- rata pertumbuhan pada konsentrasi tertentu lebih
tinggi dibandingkan kontrol
4. Ekstrak tanaman yang bersifat allelopati negatif adalah akasia, karena dapat
menghambat perkecambahan kacang hijau
5. Pemberian jenis ekstrak tanaman berpengaruh terhadap perkecambahan
kacang hijau
6. Pemberian konsentrasi ekstrak yang berbeda tidak berpengaruh terhadap
perkecambahan kacang hijau

B. Saran
Praktikum ini tidak berjalan dengan baik karena bertepatan dengan kegiatan
KL ekologi hewan, jadi sebaiknya dilakukan pemilihan hari yang tepat
sehingga proses pengamatan berjalan lancar
DAFTAR PUSTAKA

Aini, B. 2008. Pengaruh Ekstrak Alang- alang (Imperata cylindrical).


Bandotan (Ageratum conyzoides) terhadap Perkecambahan
Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L). Jurnal Agroteknologi.
(3) : 64-78.

Fitter, A.H dan R.K.M.Hay. 2000. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Indriyanto. 1999. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kurniawan. 2006. Pengaruh Alelopati Gulma Teki (Ciperus Rotundus) dan


Alang-Alang( Imperata cylindrica) Terhadap Kadar Proteind Serat
Kasar Hijau Jagung (Zea Mays L.).Jakarta: PS Pelita.

Muller. 1996. Ilmu Ekologi Tumbuhan Allelopati Jilid 2. Jakarta:UI Press.

Napisah, S. 2013. Pengaruh Alelopati alang-alang (Imperata


cylindrica) sengon buto (Enterolobium cyclocarfum), dan
akasia (Acacia auriculiformis) terhadap perkecambahan
kacang hijau. Jurnal Penelitian Pertanian. 2(1) : 11-28

Naughton. 1998. Ekologi Umum edisi kedua. UGM Press : Yogyakarta.


Onrizal dan Kusmana,C. 2005. Ekologi Hutan. Medan:Universitas Sumatera
Utara.
Pelawi, Maria. 2016. Pengaruh Dari Berbagai Sumber Alelopati Terhadap
Pertumbuhan dan Perkecambahan Tanaman Jagung (Zea
Mays). Jurnal Agroteknologi. Vol.1 (23-36)

Soejani. 2007. Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang


Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada.
Wijaya, F.H. 1998. Pemanfaatan Allelopati Pada Rimpang Alang-Alang
(Imperata cylindrica) sebagai herbisida Organik Pengendali Gulma
Teki (Cyperus rotundus). Magelang: Nusantara Cipta.

Anda mungkin juga menyukai