Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

EKOLOGI TUMBUHAN

MODUL I
PERSAINGAN INTRASPESIFIK

DISUSUN OLEH:

NAMA : FANY ANDARI


STAMBUK : G40117045
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : DESY ASFIRA

LABORATORIUM BIOSITEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

PALU, 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Intra spesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh satu


spesies atau dari satu populasi menggantikan yang lain. Persaingan terjadi
bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama
sedangkan lingkungan tidak menydiakan kebutuhan sarana pertumbuhan
yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut
dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau
meenghambat pertumbuhan individu – individu yang terlibat (Campbell,
2002).

Setiap anggota populasi dapat memakan anggota populasi yang lainnya,


bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya,
dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua
arah (timbal balik). Dalam hal memperebutkan makanan, tidak hanya terjadi
pada hewan, tapi juga pada tumbuhan. Persaingan yg terberat adalah ketika
suatu spesies saling berkompetisi dengan sesama spesiesnya. Hal ini karena
spesies yang sama akan selalu membutuhkan nutrisi yang seimbang (Odum,
1993).

Berdasarkan uraian diatas, yang melatarbelakangi dilaksanakannya


praktikum ini yaitu kurangnya pengetahuan tentang pengaruh jarak tanam
(kerapatan tanaman) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman sehingga
dilakukan praktikum.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari pengaruh jarak tanam
(kerapatan tanaman) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi


lingkungan. Di dalam tanah, sistem - sistem akan bersaing untuk mendapatkan air
dan bahan makanan, dank arena mereka tak bergerak, ruang menjadi factor yang
penting. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang
mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban, serta
aliran udara pada permukaan tanah (Kartawinata, 2006).

Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan


kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival) dan pertumbuhan serta reproduksi individu
penyaing. Kompetisi juga dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi
antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam
tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Begon et al.,
1990).

Kompetisi intraspesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua


spesies atau dari satu populasi menggantikan yang lain. Persaingan terjadi bila
kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menydiakan kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama
sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang
cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau meenghambat pertumbuhan
individu – individu yang terlibat (Campbell, 2002).

Beberapa waktu terakhir, berbagai upaya memaksimalkan hasil tanaman budidaya


telah banyak dilakukan. Upaya-upaya tersebut dapat berupa penggunaan bibit
unggul atau pengaturan jarak tanam. Pengaturan populasi tanaman pada
hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada
persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut
tidak diatur dengan baik, hal tersebut akan ikut berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu
kompetisi, baik inter spesies maupun intra spesies. Beberapa penelitian tentang
jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi
pula tanaman tersebut dan semakin nyata akan berpengaruh terhadap jumlah
cabang, luas permukaan daun, dan pertumbuhan tanaman (Budiastuti, 2009).

Menurut Noughton (1990), definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau
banyak individu terjadi apabila :
1. Suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme.
2. Kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang
berkualitas tinggi lebih banyak.

Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai


sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu
mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang
dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan dan bereproduksi (Noughton,
1990).

Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya


persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang.
Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada
waktu yang lebih awal. Faktor utama yang mempengaruhi persaingan antar jenis
tanaman yang sama diantaranya kerapatan. Pengaruh persaingan dapat terlihat
pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan diameter batang), warna
daun atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya hasil (Kartawinata,
2006).

Persaingan atau kompetisi ini sering kali menyebabkan kematian, baik persaingan
antara sesama jenis maupun dengan jenis lainnya. Persiangan yang terjadi antara
tanaman yang dibudidayakan secara monokultur akan menyebabkan persaingan
antara tanaman sejenis (intraspesific competition). Persaingan antara tanaman
sejenis memperebutkan nutrisi, ruang atau tempat, air dan faktor-faktor
pertumbuhan lainnya (Cendrakirana, 1993).

Faktor - faktor intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu


organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya
mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang
berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).

Kebutuhan tanaman mengenai unsur hara dan air berbeda maka,tingkat kompetisi
tanaman dapat berbeda pada tanaman yang dikombinasi. Perbedaan intensitas
kebutuhan zat, perbedaan sistem perakaran (dangkal-dalam) digunakan sebagai
dasar diterapkannya sistem tumpang sari. Untuk mendapatkan sistem yang tepat,
faktor yang harus diperhatikan yaitu kombinasi tanaman (Wirakusumah, 2003).

Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam ordo Poales,
famili Poaceae, dan genus Zea. Tanaman jagung memiliki akar serabut dengan
tiga tipe akar, yaitu akar seminal yang rumbuh dari radikula dan embrio, akar
adventif yang tumbuh dari buku terbawah, dan akar udara (brace root). Batang
jagung berbentuk silindris dan terdiri dari sejumlah ruas dan buku, dengan
panjang yang berbeda-beda tergantung varietas dan lingkungan tempat tumbuh
(Sudjana, 1991).

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman


jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan
ketersediaan air dalam kondisi baik (Goldsworthy dan Fischer, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat praktikum ini dilaksanakan yaitu pada hari rabu 13 Maret
2019 pukul 08.00 WITA sampai selesai di Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu polybag, ember, kertas
milimeter, alat tulis, buku panduan, kamera HP, pacul dan mistar. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu kacang tanah dan jagung.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah disediakan beberapa pot plastik
yang sudah berisi tanah, setelah itu biji jagung dipilih yang baik kemudian
direndam dalam air selama 1 jam, biji yang baik ditanam ke dalam pot yang
berbeda dan diatur sedemikian rupa sehingga dilakukan beberapa pelakuan
yaitu pot 1 ditanami dengan 1 biji kacang tanah, pot 2 ditanami 2 kacang
tanah, pot 3 ditanami 4 biji kacang tanah, pot 4 ditanami dengan 6 biji kacang
tanah, pot 5 ditanami dengan 8 biji kacang tanah dan setiap perlakuan
dilakukan dengan 2 kali pengulangan. Setiap cadangan disediakan beberapa
pot yang ditanami jenis yang sama untuk pengulangan apabila ada tanaman
yang mati. Penyiraman dilakukan setiap hari. Pengamatan dilakukan setiap
minggu dan diukur tinggi tanamannya dengan kertas milimeter sampai
tanaman berumur 3 minggu. Tinggi tanaman dibandingkan kemudia dibuat
grafik pertumbuhan untuk masing-masing pot.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Minggu Tinggi kacang tanah (cm)


Ke -
Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5
1 15 14,5 14,5 12 12,5
14,3 14,3 12,3 11,3
13 13 12
13,5 11 11,5
12 10
13,5 11,5
10
11

Rata-rata 15 14,4 13,8 12,3 11,2

2 25 24 23 23 21
25 24 24 20
24 21 22
22 23 19
22 20
24 21
18,5
20

Rata-rata 25 24,2 23,2 22,8 20,1


3 38 37 35 35 29
37,4 36 33 33
35 34 32
37 32 34
34 30
32 28
32
31

Rata-rata 38 37,2 36,2 33,3 31,1


4.2 Pembahasan

Kompetisi intra spesifik atau sesama jenis merupakan persaingan yang


terjadi bila sesama individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan
yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan sarana
pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan
kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat
negatif atau meenghambat pertumbuhan individu – individu yang terlibat
(Campbell, 2002).

Pada praktikum ini diamati pertumbuhan kacang tanah yang di tanam pada 5
polybag dengan jumlah yang berbeda pada setiap polybag dan dengan
perlakuan yang sama dimulai dari jumlah intensitas cahaya, unsur hara dan
air setiap harinya. Berdasarkan pengamatan semakin banyak jumlah
tanaman kacang tanah dalam polybag, tingkat kesuburan serta biomasa dari
tiap tanaman dalam polybag semakin menurun dan rendah. Hal yang
menyebabkan pertumbuhan yang paling terhambat dilihat dari pertumbuhan
tinggi batang polybag dengan jumlah 8 individu hal ini disebabkan karena
individunya paling banyak. Berdasarkan pengamatan pot yang ditanami 1
individu tumbuh subur dan memiliki tinggi yang maksimum. Hal ini
menunjukkan tingkat penyerapan nutrisi oleh tanaman pot 1 lebih tinggi
dibandingkan pot 5, sehingga pertumbuhan tanaman pada pot 5 lebih
terhambat dibandingkan pot 1. Pada beberapa beberapa tanaman sampai
mengalami kematian akibat tidak mampunya berkompetisi dengan
antarspesiesnya.

Menurut Wirakusumah (2003), kebutuhan tanaman mengenai unsur hara


dan air berbeda maka, tingkat kompetisi tanaman dapat berbeda pada
tanaman yang dikombinasi. Perbedaan intensitas kebutuhan zat, perbedaan
sistem perakaran (dangkal-dalam) digunakan sebagai dasar diterapkannya
sistem tumpang sari. Untuk mendapatkan sistem yang tepat, faktor yang
harus diperhatikan yaitu kombinasi tanaman.
Pada pengamatan minggu pertama pada pot 1, tinggi tanaman 15 cm, pot 2
tinggi tanaman 14,5 cm dan 14,3 cm, pot 3 tinggi tanaman 14,5 cm, 14,3
cm, 13 cm dan 13,5 cm, pot 4 tinggi tanaman 12 cm, 12,3 cm, 13 cm, 11
cm, 12 cm dan 13,5 cm, pot 5 tinggi tanaman 12,5 cm, 11,3 cm, 12 cm, 11,5
cm, 10 cm, 11,5 cm, 10 cm dan 11 cm. Pengamatan minggu kedua tinggi
tanaman pot 1 25 cm, pot 2 tinggi tanaman 24,5 cm dan 14,3 cm, pot 3
tinggi tanaman 23 cm, 24 cm, 24 cm dan 22 cm, pot 4 tinggi tanaman 23
cm, 24 cm, 21 cm, 23 cm, 22 cm dan 24 cm, pot 5 tinggi tanaman 21 cm, 20
cm, 22 cm, 19 cm, 20 cm, 21 cm, 18,5 cm dan 20 cm. Pengamatan minggu
ketiga pada pot 1 tinggi tanaman 38 cm, pot 2 tinggi tanaman 37 cm dan
37,4 cm, pot 3 tinggi tanaman 35 cm, 36 cm, 35 cm dan 37 cm, pot 4 tinggi
tanaman 35 cm, 33 cm, 34 cm, 32 cm, 34 cm dan 32 cm, pot 5 tinggi
tanaman 29 cm, 33 cm, 32 cm, 34 cm, 30 cm, 28 cm, 32 cm dan 31 cm.
Berdasarkan data yang terlihat pot yang ditanami 1 individu tumbuh subur
dan memiliki tinggi yang maksimum. Hal ini menunjukkan tingkat
penyerapan nutrisi oleh tanaman pot 1 lebih tinggi dibandingkan pot 5,
sehingga pertumbuhan tanaman pada pot 5 lebih terhambat dibandingkan
pot 1.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Persaingan intra spesifik terjadi apabila individu yang sama mempunyai


kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Faktor yang
mempengaruhi persaingan intra spesifik adalah cahaya, unsur hara, suhu, air,
oksigen dan karbondioksida dan tumbuhan bersaing untuk bisa mendapatkan
faktor tersebut agar bisa tetap bertahan hidup.

Pada praktikum ini didapatkan data yang berbeda pada tiap pot dan tiap
minggunya. Pada minggu pertama dalam pot 1 memiliki rata-rata 15 cm, pot
2 memiliki rata-rata 14,4 cm, pot 3 memiliki rata-rata 13,8 cm, pot 4 memiliki
rata-rata 12,3 cm dan pot 5 memiliki rata-rata 11,2 cm. Pada minggu kedua
dalam pot 1 memiliki rata-rata 25 cm, pot 2 memiliki rata-rata 24,2 cm pot 3
memiliki rata-rata 23,2 cm, pot 4 memiliki rata-rata 22,8 cm dan pot 5
memiliki rata-rata 20,1 cm. Pada minggu ketiga dalam pot 1 memiliki rata-
rata 38 cm, pot 2 memiliki rata-rata 37,2 cm pot 3 memiliki rata-rata 36,2 cm,
pot 4 memiliki rata-rata 33,3 cm dan pot 5 memiliki rata-rata 31,1 cm.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan bisa
lebih menguasai materi sebelum praktukum dimulai agar pada saat praktikum
berlangsung praktikan tidak kesulitan karena belum menguasai materi.
DAFTAR PUSTAKA

Begon, M., and J. L. Harper. (1990). Townsend CREcology. 2nd ed. Blackwell
Scientific Publications.

Budiastuti. (2009). Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada Tanaman


Kacang Hijau. Jakarta: Erlangga.

Campbell, NA. (2002). Biologi jilid II. Jakata : Erlangga.


Cendrakirana, Wayan I. (1993). Studi Tentang Pengaruh Jarak Tanam Terhadap
Jumlah Padi IR-64 (Oryza sativa var. IR-64). Program Studi Pendidikan
Biologi. Universitas Udayana Singaraja.
Goldsworthy, P. R. dan Fischer N. M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya
Tropik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Kartawinata. (2006). Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan


Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Naughton, (1990). Ekologi Umum edisi Ke 2. Yogyakarta: UGM Press.


Odum. (1993). Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press.
Sudjana. (1961). Pola Pembiayaan Usaha Kecil Produksi Jagung. Puslitbang
Tanaman Pangan.

Wirakusumah, S. (2003). Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas.


Jakarta: UI Press.
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : FANY ANDARI


STAMBUK : G 401 17 045
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : DESY ASFIRA

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf

Anda mungkin juga menyukai